• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1 Kajian Teori

2.1.1 Model Pembelajaran Kooperatif

Salvin , dalam Isjoni ( 2011:15) menyatakan bahwa “pembelajaran kooperatif adalah suatu model pembelajaran dimana siswa belajar dan bekerjasama dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang dengan struktur kelompok heterogen”. Jadi dalam model pembelajaran kooperatif ini, siswa bekerja sama dengan kelompoknya untuk menyelesaikan suatu permasalahan. Dengan begitu siswa akan bertanggung jawab atas belajarnya sendiri dan berusaha menemukan informasi untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan pada mereka.

Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran yang mengutamakan pembentukan kelompok yang bertujuan untuk menciptakan pendekatan pembelajaran yang efektif.

2.1.1.1 Dasar Pemikiran Model Pembelajaran Kooperatif

Arends (1997:21) menyimpulkan “teori model pembelajaran konvensional atau pembelajaran langsung mempunyai sandaran psikologi behavioristik dan teori pembelajaran sosial, sedangkan model pembelajaran kooperatif memiliki basis pada teori psikologi kognitif dan teori pembelajaran sosial”. Fokus pembelajaran kooperatif tidak saja tertumpu pada apa yang dilakukan peserta didik tetapi juga pada apa yang dipikirkan peserta didik selama aktivitas belajar berlangsung. Informasi yang ada pada kurikulum tidak ditransfer begitu saja oleh guru kepada peserta didik, tetapi peserta didik difasilitasi dan dimotivasi untuk berinteraksi dengan peserta didik lain dalam kelompok, dengan guru dan dengan bahan ajar secara optimal agar ia mampu mengkonstruksi pengetahuannya sendiri.

(2)

2.1.1.2 Unsur-Unsur Dalam Model Pembelajaran Kooperatif

Roger dan David Johnson dalam Suprijono (2009:58) mengatakan tidak semua belajar kelompok bisa di anggap kooperatif. Untuk mencapai hasil maksimal, lima unsur dalam pembelajaran kooperatif harus diterapkan.

Lima unsur tersebut adalah:

1) Positive interdependence (saling ketergantungan positif), yaitu setiap peserta didik ditugasi dengan tugas dan peran yang saling mendukung dan saling berhubungan, saling melengkapi, dan saling terkait dengan peserta didik lain dalam kelompok

2) Personal responsibility (tanggung jawab perseorangan), yaitu

membentuk semua anggota kelompok menjadi pribadi yang kuat, tanggung jawab perseorangan adalah kunci untuk menjamin semua anggota yang diperkuat oleh kegiatan belajar bersama.

3) Face to face promotive intraction (interaksi promotif), yaitu saling membantu secara efektif dan efisien dalam memberikan informasi, merumuskan dan mengembangkan argumentasi serta meningkatkan kemampuan wawasan terhadap masalah yang dihadapi untuk memperoleh keberhasilan bersama.

4) Interpersonal skill (komunikasi antaranggota), yaitu saling mengenal dan mempercayai dalam berkomunikasi secara akurat dan ambisius untuk menyelesaikan konflik yang konstruktif.

5) Group processing (pemrosesan kelompok), melalui pemrosesan

kelompok dapat diidentifikasi dari urutan atau tahapan kegiatan kelompok dan kegiatan dari anggota kelompok . Siapa dari anggota yang sangat membantu dan siapa yang tidak membantu.

2.1.1.3 Tujuan Model Pembelajaran Kooperatif

Agus Suprijono, (2009:61) menyimpulkan ”tujuan dari pembelajaran kooperatif untuk mencapai hasil belajar berupa prestasi akademik, toleransi, menerima keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial”. Untuk mencapai hasil belajar itu model pembelajaran kooperatif menuntut kerjasama dan interdepensi pesertadidik dalam struktur tugas, struktur tujuan dan struktur rewardnya . Interaksi kelompok dalam interaksi pembelajaran kooperatif bertujuan mengembangkan keterampilan sosial (social skill) komunikasi baik verbal maupun nonverbal dengan orang lain relatif mudah ini berkaitan dengan seseorang yang mampu menjalin relasi

(3)

dan komunikasi dengan berbagai orang yang mengembangkan intelegensi interpersonal.

2.1.1.4 Langkah-langkah Model Pembelajaran Kooperatif

Dalam penggunaan model pembelajaran kooperatif, pembagian kerja yang kurang adil tidak perlu terjadi dalam kerja kelompok jika guru benar-benar menerapkan prosedur model pembelajaran kooperatif, Supaya hal tersebut tidak terjadi sebagai guru perlu memahami model-model pembelajaran kooperatif.

Sintak model pembelajaran kooperatif terdiri dari 6 (enam) fase

Fase-fase Perilaku guru

Fase 1: Menyampaikan tujuan dan mempersiapkan pesertadidik

Menjelaskan tujuan pembelajaran dan mempersiapkan pesertadidik siap belajar.

Fase 2: Menyajikan informasi Mempresentasikan informasi kepada pesertadidik secara verbal.

Fase 3: Mengorganisir peserta didik ke dalam tim-tim belajar

Memberikan penjelasan kepada peserta didik tentang tata cara pembentukan tim belajar dan membantu kelompok melakukan transisi yang efisien.

Fase 4: Membantu kerja tim dan belajar Membantu tim-tim belajar selama peserta didik mengerjakan tugasnya.

Fase 5: Mengevaluasi Menguji pengetahuan peserta didik mengenai berbagai materi pembelajaran

atau kelompok-kelompok

mempresentasikan hasil kerjanya. Fase 6: Memberikan pengakuan dan

penghargaan

Mempersiapkan cara untuk mengakui usaha dan prestasi individu maupun kelompok.

(4)

2.1.2 Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

2.1.2.1 Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

Miftahul Huda (2011:92) menyimpulkan “pada dasarnya Numbered Heads Together merupakan varian dari diskusi kelompok”. Teknis pelaksaaannya hampir sama dengan diskusi kelompok. Pertama-tama guru meminta siswa untuk duduk berkelompok-kelompok. Masing-masing anggota diberi nomor. Setelah selesai guru memanggil nomor untuk mempresentasikan hasil diskusinya. Guru tidak memberitahukan nomor berapa yang akan berpresentasi selanjutnya. Begitu seterusnya hingga semua nomor terpanggil. Pemanggilan secara acak ini akan memastikan semua siswa benar-benar terlibat dalam diskusi tersebut.

Model Numbered Heads Together adalah bagian dari model pembelajaran kooperatif struktural, yang menekankan pada struktur-struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa. Miftahul Huda (2011:130) menyimpulkan “model Numbered Heads Together yang dikembangkan oleh Russ Frank ini cocok untuk memastikan akuntabilitas individu dalam diskusi kelompok. Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktifitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah

Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Berdasarkan uraian tersebut yang dimaksud dengan pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together dalam penelitian ini adalah

(5)

adalah pembelajaran yang dibagi dalam kelompok-kelompok kecil yang anggotanya terdiri dari 4-5 orang secara heterogen, dimana setiap siswa masing-masing mempunyai nomor, kemudian nomor tersebut akan dipanggil oleh guru untuk menjawab pertanyaan. Miftahul Huda (2011:138) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam pembelajaran kooperatif dengan tipe Numbered Heads Together yaitu :

1) Memberikan kesempatan kepada siswa untuk saling sharing ide-ide dan mempertimbangkan jawaban yang tepat.

2) Meningkatkan kerjasama siswa

3) Pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.

2.1.2.2 Pentingnya Numbered Heads Together

Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang mengutamakan adanya kerjasama antar siswa dalam kelompok untuk mencapai tujuan pembelajaran. Para siswa dibagi ke dalam kelompok-kelompok kecil dan diarahkan untuk mempelajari materi pelajaran yang telah ditentukan. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberikan kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir dan dalam kegiatan-kegiatan belajar. Dalam hal ini sebagian besar aktivitas pembelajaran berpusat pada siswa, yakni mempelajari materi pelajaran serta berdiskusi untuk memecahkan masalah.

Numbered Heads Together merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik. Ibrahim (2000:28) mengemukakan tiga tujuan yang hendak dicapai dalam Numbered Heads Together yaitu: (1) hasil belajar akademik stuktural, bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. (2) pengakuan adanya keragaman, bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai latar belakang. (3) pengembangan keterampilan sosial, bertujuan untuk

(6)

mengembangkan keterampilan sosial siswa.Keterampilan yang dimaksud antara lain berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya. Ada beberapa manfaat pada metode Numbered Heads Together terhadap siswa yang dikemukakan oleh Ibrahim (2000: 18) antara lain rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, toleransi, dan hasil belajar lebih tinggi. 2.1.2.3 Manfaat Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

Manfaat diterapkannya strategi pembelajaran kooperatif Ibrahim (2000:18-19) menarik kesimpulan sebagai berikut:

a) meningkatkan pencurahan waktu pada tugas , b) rasa harga diri menjadi lebih tinggi c) memperbaiki kehadiran, d) angka putus sekolah menjadi rendah, e) penerimaan terhadap perbedaan individu menjadi lebih besar, f) perilaku menganggu menjadi lebih kecil, g) konflik antar pribadi berkurang, i) pemahaman yang lebih mendalam, j) motivasi lebih besar, k) prestasi belajar lebih tinggi, l) retensi lebih lama, m) meningkatkan kebaikan budi, kepekaan, dan toleransi.

2.1.2.4 Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

Menurut Agus Suprijono (2009: 40). Berikut ini ada beberapa kelebihan dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together yaitu:

1. Siswa berani mengemukakan pendapat 2. Dapat meningkatkan hasil belajar siswa 3. Menyenangkan siswa dalam belajar 4. Dapat mengembangkan sikap positif siswa

5. Mampu mengembangkan sikap kepemimpinan siswa 6. Mampu mengembangkan rasa ingin tahu siswa 7. Mampu meningkatkan rasa percaya diri siswa

Sedangkan beberapa kelemahan dari model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together, yaitu:

1. Kemungkinan nomor yang dipanggil, dipanggil lagi oleh guru 2. Tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru

(7)

3. Kelas menjadi ribut jika guru tidak dapat menguasai kelas dengan baik

Menurut Zuhdi (2010:65) menyimpulkan” Numbered Heads Together memiliki kelebihan yaitu setiap siswa menjadi siap semua, siswa dapat melakukan diskusi dengan sungguh-sungguh, dan siswa yang pandai dapat mengajari siswa yang kurang pandai”. Metode ini juga memiliki kelemahan yaitu kemungkinan nomor yang dipanggil akan dipanggil lagi oleh guru, tidak semua anggota kelompok dipanggil oleh guru, dan kendala teknis misalnya masalah tempat duduk kadang sulit atau kurang mendukung diatur kegiatan kelompok. Solusi mengatasi kelemahan tersebut adalah guru membuat catatan kecil agar nomor yang dipanggil tidak dipanggil lagi oleh guru, guru harus mengatur waktu pembelajaran dengan baik sehingga semua anggota kelompok dapat dipanggil oleh guru dan sebelum pembelajaran ruang kelas harus sudah tertata yang mendukung untuk diskusi kelompok.

2.1.2.5 Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Tipe Numbered Heads Together

Model pembelajaran kooperatif Numbered Heads Together dikembangkan oleh Ibrahim (2000: 29) menjadi enam langkah sebagai berikut :

Langkah 1. Persiapan

Dalam tahap ini guru mempersiapkan rancangan pelajaran dengan membuat Skenario Pembelajaran (SP), Lembar Kerja Siswa (LKS) yang sesuai dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together.

Langkah 2. Pembentukan kelompok

Dalam pembentukan kelompok disesuaikan dengan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together. Guru membagi para siswa menjadi beberapa kelompok yang beranggotakan 3-5 orang siswa. Guru memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok dan nama kelompok yang berbeda. Kelompok yang dibentuk merupakan percampuran yang ditinjau dari latar belakang sosial, ras, suku, jenis kelamin dan kemampuan belajar. Selain itu, dalam pembentukan

(8)

kelompok digunakan nilai tes awal (pre-test) sebagai dasar dalam menentukan masing-masing kelompok.

Langkah 3. Tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan

Dalam pembentukan kelompok, tiap kelompok harus memiliki buku paket atau buku panduan agar memudahkan siswa dalam menyelesaikan LKS atau masalah yang diberikan oleh guru.

Langkah 4. Diskusi masalah

Dalam kerja kelompok, guru membagikan LKS kepada setiap siswa sebagai bahan yang akan dipelajari. Dalam kerja kelompok setiap siswa berpikir bersama untuk menggambarkan dan meyakinkan bahwa tiap orang mengetahui jawaban dari pertanyaan yang telah ada dalam LKS atau pertanyaan yang telah diberikan oleh guru. Pertanyaan dapat bervariasi, dari yang bersifat spesifik sampai yang bersifat umum.

Langkah 5. Memanggil nomor anggota atau pemberian jawaban

Dalam tahap ini, guru menyebut satu nomor dan para siswa dari tiap kelompok dengan nomor yang sama mengangkat tangan dan menyiapkan jawaban kepada siswa di kelas.

Langkah 6. Memberi kesimpulan

Guru bersama siswa menyimpulkan jawaban akhir dari semua pertanyaan yang berhubungan dengan materi yang disajikan

Menurut Lie (2011:60) langkah pembelajaran Numbered Heads Together adalah:

a) Siswa dibagi dalam kelompok. Setiap siswa dalam kelompok mendapat nomor.

b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c) Kelompok memutuskan jawaban yang dianggap paling benar dan memastikan setiap anggota kelompok mengetahui jawaban ini. d) Guru memanggil salah satu nomor. Siswa dengan nomor yang

(9)

Menurut Kagan dalam Asmani (2007:40) menyimpulkan langkah-langkah pembelajaran menggunakan Numbered Heads Together adalah sebagai berikut:

a) Siswa dibagi dalam kelompok yang terdiri dari 4 – 5 anggota, setiap siswa atau anggota kelompok mendapat sebuah nomor.

b) Guru memberikan tugas dan masing-masing kelompok mengerjakannya.

c) Kelompok mendiskusikan jawaban yang benar dan memastikan setiap anggota kelompok dapat mengerjakannya atau mengetahui jawabannya.

d) Guru memanggil salah satu siswa dengan memanggil nomornya, kemudian siswa tersebut melaporkan hasil kerjasama diskusi kelompoknya.

e) Kelompok atau teman yang lain memberikan tanggapan, kemudian guru melanjutkan memanggil nomor yang lain.

f) Siswa dengan dipandu guru membuat kesimpulan.

Arends (2008:16), sintaks pembelajaran dari Numbered Heads Together adalah: a) Langkah 1 Numbering, guru membagi siswa menjadi beberapa tim

beranggota 3 sampai 5 orang dan memberi nomor sehingga setiap siswa pada masing-masing tim memiliki nomor antara 1 sampai 5. b) Langkah 2 Questioning, guru mengajukan sebuah pertanyaan

kepada siswa. Pertanyaan itu bisa sangat spesifik dan dalam bentuk kalimat tanya.

c) Langkah 3 Heads Together, siswa menyatukan “kepala” untuk menyatukan jawabannya dan memastikan bahwa semua orang tahu jawabannya.

d) Langkah 4 Answering, guru memanggil sebuah nomor dan siswa dari masing-masing kelompok yang memiliki nomor itu mengangkat tangannya dan memberikan jawabannya kehadapan seluruh kelas.

Dari beberapa pendapat diatas maka sintak dari Numbered Heads Together adalah:

Pembentukan kelompok: siswa dibagi kelompok beranggotakan 4-5 orang. setelah guru membagi siswa dalam kelompok beranggotakan 4-5 orang dan kepada setiap anggota kelompok diberi nomor antara 1 sampai 5. Siswa bergabung dengan tim atau anggotanya yang telah ditentukan. Pembagian tugas: guru memberikan tugas kepada setiap kelompok untuk dikerjakan. Diskusi atau berpikir bersama: siswa

(10)

berdiskusi berpikir bersama menyatukan pendapatnya terhadap jawaban pertanyaan itu dan meyakinkan tiap anggota dalam timnya mengetahui jawaban itu. Memanggil nomor: guru memanggil suatu nomor tertentu secara acak dari 1 sampai x (x adalah banyaknya anggota kelompok). Siswa yang dipanggil nomornya maju ke depan kelas untuk melaporkan hasil diskusinya ke depan kelas. Menjawab pertanyaan: siswa yang nomornya dipanggil mencoba menjawab pertanyaan atau melaporkan jawaban untuk seluruh kelas mewakili kelompoknya. Guru membimbing siswa dalam menjawab pertanyaan. Menanggapi jawaban: guru memberikan kesempatan kepada kelompok lain untuk menanggapi jawaban yang disampaikan. Memberikan kesimpulan: guru membimbing siswa untuk memperbaiki atau menambah kesimpulan yang salah atau kurang terhadap materi yang telah di bahas.

2.1.3 Hasil Belajar IPA

Hasil belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang dikembangkan oleh mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru. Winkel (2004:34) menyatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan sikap atau tingkah laku anak melalui proses belajar. Suprijono (2009:5) menyatakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan. Hasil belajar siswa menurut Sudjana (2011:3) pada hakikatnya adalah perubahan tingkah laku, tingkah laku sebagai hasil belajar dalam pengertian yang luas mencakup bidang kognitif, afektif, dan psikomotoris.

Hasil belajar yang di dapat adalah Kognitif, yaitu hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa, dalam pembelajaran dapat meningkat dengan ditunjukkan pada nilai dalam evaluasi melebihi KKM, Afektif yaitu hasil belajar mengacu pada sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran siswa ditunjukkan dengan sikap positif siswa , timbul minatnya terhadap pelajaran, serta menghilangkan anggapan rumit adalah

(11)

pelajaran yang sulit. Psikomotor yaitu hasil belajar yang mengacu pada kemampuan bertindak. siswa meningkat dengan terampil berhitung dan mengukur.

Hasil belajar IPA adalah penguasaan pengetahuan/aspek kognitif yang diperoleh dari penilaian formatif melalui tes tertulis yang diberikan oleh guru berbentuk pilihan ganda.

Dari pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah kemampuan keterampilan, sikap dan pengetahuan yang diperoleh siswa setelah ia menerima perlakuan yang diberikan oleh guru sehingga dapat mengkonstruksikan pengetahuan itu dalam kehidupan sehari-hari dan proses kegiatan belajar siswa dari seluruh kegiatan siswa dalam mengikuti pembelajaran IPA di kelas dan menerima suatu pelajaran untuk mencapai kompetensi yang berupa aspek kognitif yang diungkapkan dengan menggunakan suatu alat penilaian yaitu tes evaluasi dengan hasil yang dinyatakan dalam bentuk nilai, aspek afektif yang menunjukkan sikap siswa dalam mengikuti pembelajaran, dan aspek psikomotorik yang menunjukkan keterampilan dan kemampuan bertindak siswa dalam mengikuti pembelajaran

2.1.3.1 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar IPA

Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar dapat digolongkan kedalam dua golongan yaitu faktor intern yang bersumber pada diri siswa dan faktor ekstern yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor intern terdiri dari kecerdasan atau intelegensi, perhatian, bakat, minat, motivasi, kematangan, kesiapan dan kelelahan. Sedangkan faktor ekstern terdiri dari lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Slameto (2003:54) menyatakan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi dua. Dua faktor tersebut akan dijelaskan dengan penjelasan sebagai berikut:

a) Faktor-faktor intern

Faktor intern adalah faktor yang berasal dari diri siswa. Faktor intern ini terbagi menjadi tiga faktor yaitu : faktor jasmaniah, faktor psikologis dan faktor kelelahan.

(12)

1. Faktor jasmaniah

Pertama adalah faktor kesehatan. Sehat berarti dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Kesehatan seseorang sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Kedua adalah cacat tubuh yitu sesuatu yang menyebabkan kurang baik atau kurang sempurna mengenai tubuh..

2. Faktor psikologis

Sekurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor-faktor itu adalah: (a) intelegensi yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, menggunakan konsep-konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajarinya dengan cepat. (b) Perhatian yaitu keaktifan jiwa yang dipertinggi, jiwa itupun semata-mata tertuju kepada suatu objek atau sekumpulan objek. (c) Minat adalah kecenderungan yang tetap untuk memperhatikan dan mengenang beberapa kegiatan. (d) Bakat yaitu kemampuan untuk belajar. (e) Motif harus diperhatikan agar dapat belajar dengan baik harus memiliki motif atau dorongan untuk berfikir dan memusatkan perhatian saat belajar. (f) Kematangan adalah suatu tingkat pertumbuhan seseorang. (g) Kesiapan adalah kesediaan untuk memberi renspon atau bereaksi. 3. Faktor kelalahan

Kelelahan seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelelahan jasmani dan kelelahan rohani (bersifat praktis). Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul untuk membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat untuk menghasilkan sesuatu hilang.

b) Faktor-faktor ekstern

Faktor eksten adalah faktor yang berasal dari luar siswa. Faktor ini meliputifaktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat yaitu dengan penjelasan sebagai berikut:

(13)

1. Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa: cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

2. Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar, dan tugas rumah. Sekolah adalah lingkungan kedua yang berperan besar memberi pengaruh pada hasil belajar siswa. Sekolah harus menciptakan suasana yang kondusif bagi pembelajaran, hubungan dan komunikasi perorang di sekolah berjalan baik, kurikulum yang sesuai, kedisiplinan sekolah, gedung yang nyaman, metode pembelajaran aktif-interaktif, pemberian tugas rumah, dan sarana penunjang cukup memadai seperti perpustakaan sekolah dan sarana yang lainnya.

3. Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Pengaruh ini karena keberadaan siswa dalam masyarakat. Faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa ini meliputi: (a) kegiatan siswa dalam masyarakat yaitu misalnya siswa ikut dalam organisasi masyarakat, kegiatan-kegiatan sosial, keagamaan dan lain-lain, belajar akan terganggu, lebih-lebih jika tidak bijaksana dalam mengatur waktunya.(b) multi media misalnya: TV, radio, bioskop, surat kabar, buku-buku, komik dan lain-lain. (c) teman bergaul, (d) bentuk kehidupan masyarakat. Dari uraian yang dikemukakan oleh Slameto, maka salah satu faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar adalah faktor ekstern yaitu faktor yang berasal dari sekolah diantaranya adalah model pembelajaran yang dilakukan oleh guru di kelas. Arends (2008:12) menyatakan bahwa salah satu aspek penting cooperative learning adalah bahwa selain membantu meningkatkan perilaku kooperatif dan hubungan kelompok yang lebih baik di antara para siswa, pada saat yang sama ia juga membantu siswa dalam pembelajaran akademiknya. Jadi dalam pembelajaran

(14)

kooperatif meskipun mencakup tujuan sosial, juga bertujuan memperbaiki prestasi siswa. Suprijono (2009:92) Numbered Heads Together merupakan salah satu model dari pembelajaran kooperatif. Karena Numbered Heads Together merupakan salah satu model dari pembelajaran kooperatif sehingga diduga Numbered Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.1.4 Mata Pelajaran IPA SD 2.1.4.1 Hakekat Mata Pelajaran IPA

Berdasarkan karakteristiknya, IPA berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pemahaman tentang karakteristik IPA ini berdampak pada proses belajar IPA di sekolah Sesuai dengan karakteristik IPA, IPA di sekolah diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkannya di dalam kehidupan sehari-hari. Berdasarkan karakteristik IPA pula, cakupan IPA yang dipelajari di sekolah tidak hanya berupa kumpulan fakta tetapi juga proses perolehan fakta yang didasarkan pada kemampuan menggunakan pengetahuan dasar IPA untuk memprediksi atau menjelaskan berbagai fenomena yang berbeda. Cakupan dan proses belajar IPA di sekolah memiliki karakteristik tersendiri.

1. Proses belajar IPA melibatkan hampir semua alat indera, seluruh proses berpikir, dan berbagai macam gerakan otot.

2. Belajar IPA dilakukan dengan menggunakan berbagai macam cara (teknik). Misalnya, observasi, eksplorasi, dan eksperimentasi.

3. Belajar IPA memerlukan berbagai macam alat, terutama untuk membantu pengamatan.

2.1.4.2 Tujuan Pembelajaran dan Ruang Lingkup IPA

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006, ada tujuh tujuan mata pelajaran IPA (Ilmu Pengetahuan Alam), yaitu:

(15)

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari 3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah dan membuat keputusan

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

Menurut Permendiknas No. 22 tahun 2006 ruang lingkup mata pelajaran IPA meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1).Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta kesehatan. 2).Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat dan gas. 3)Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat sederhana. 4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.2 Penelitian Yang Revelan

Penelitian tentang model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together telah dilakukan peneliti lain

Penelitian tersebut berbentuk skripsi, yang dilakukan oleh Rima Chandra Novitasari (2011), berjudul “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT Mata Pelajaran IPA Pokok Bahasan Perubahan Lingkungan Kelas 4 SDN Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011” dapat diketahui bahwa hasil penelitian ini menunjukkan ada peningkatan ketuntasan belajar, yakni dari 65,6% sebelum siklus, meningkat menjadi 71,8% pada siklus I dan 100% pada siklus II. KKM 70 dengan indikator keberhasilan 70% siswa tuntas.

(16)

Berdasarkan penelitian ini diperoleh simpulan bahwa penerapan Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi perubahan lingkungan kelas 4 SDN Tegalrejo 05 Kecamatan Argomulyo Kota Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2010/2011.

Kemudian penelitian yang dilakukan oleh Hasmi berjudul “Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Number Head Together (NHT) Pada Mata Pelajaran IPA Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Oloboju Kecamatan Sigi Biromaru Tahun Ajaran 2011-2012” disimpulkan bahwa dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Head Together (NHT) dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Oloboju Kecamatan Sigi Biromaru.

Penelitian yang dilakukan oleh Yorisno, Florianus. 2013. Upaya Peningkatan Hasil Belajar IPA dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Heads Together) Siswa Kelas 4 SDN Randuacir 02 Salatiga Semester 2 Tahun Pelajaran 2012/2013. Penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa yaitu nilai rata-rata kelas pada pra siklus 61 dengan ketuntasan belajar 64%, pada siklus 1 nilai rata-rata kelas menjadi 75 dengan ketuntasan belajar 82%, kemudian pada siklus 2 nilai rata-rata kelas menjadi 83 dengan ketuntasan belajar 100% tuntas. Dengan demikian hipotesis yang diajukan peneliti dapat dibuktikan kebenarannya, dengan penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Number Head Together dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Pikir

Berdasarkan latar belakang, pada pembelajaran IPA dikelas 4 yang masih bersifat konvensional, guru belum memberikan kegiatan yang bisa membuat siswa berinteraksi dalam pembelajaran sehingga menyebabkan masih ada siswa yang belum bisa mendapat hasil belajar yang memuaskan dan tidak fokus dalam pembelajaran. Hal ini mengakibatkan 15 orang anak (47%) dari 32 siswa hasil belajarnya masih dibawah KKM khususnya untuk mata pelajaran IPA.

(17)

Dalam mengatasi hal tersebut, peneliti melakukan proses perbaikan pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. Dalam pembelajaran Penggunaan model pembelajaran NHT ini diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA. Demikian juga dengan siswa, mereka akan berusaha untuk mengaktualisasikan dirinya, misalnya melakukan kerja keras yang hasilnya dapat memberikan sumbangan bagi kelompoknya.Sehingga, dengan upaya tersebut maka siswa akan lebih aktif dalam pembelajaran, kemampuan dalam menyelesaikan masalah dapat meningkat sehingga hasil belajar siswa dapat mencapai kriteria ketuntasan yang telah ditetapkan, serta keterampilan guru dan aktivitas siswa dalam pembelajaran dapat meningkat.

Gambar 1 . Kerangka Pikir Kondisi

Awal

Siswa kurang aktif

/pasif dan Rendahnya hasil belajar Dalam Pembelajaran guru menggunakan model pembelajaran Konvensional Kondisi Akhir Tindakan Dengan menggunakan model Numbered Heads

Together dalam

pembelajaran IPA meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas 4. Pembelajaran siklus 1 menggunakan model Numbered Heads Together dan pembelajaran siklus 2 menggunakan model Numbered Heads Together Hasil belajar IPA

meningkat dengan menggunakan model NHT pada mata pelajaran IPA

(18)

2.4 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kerangka berfikir yang diuraikan tersebut, maka hipotesis tindakan yang diajukan dalam penelitian ini adalah diduga melalui penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together dapat meningkatkan hasil belajar IPA pada siswa kelas 4 SDN Tlogo Kecamatan Tuntang semester II tahun pelajaran 2013/2014.

Gambar

Gambar 1 . Kerangka Pikir Kondisi

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan tabel diatas, peserta kelompok berjenis kelamin perempuan dan berstatus sebagai ibu rumah tangga dengan usia dari 33-46 tahun. Adapun hasil wawancara

Menyusun kubus menyerupai stupa, digunakan untuk , mengenalkan warna mengenalkan jumlah motorik halus konsentrasi Harga Rp.45.000,- Menara Balok Digunakan untuk :

Penelitian ini berfokus pada tingginya biaya pendidikan yang dikeluarkan masyarakat dalam hal ini orang tua siswa, tidak hanya dilihat dari iuran sekolah (DPP dan SPP)

Halaman ini digunakan oleh admin sebagai penginputan data guru dengan informasi- informasi yang diperlukan beserta pengelolaan data guru tersebut, jika adanya

Penelitian ini menekankan pada pengaruh penggunaan belimbing wuluh terhadap kualitas ekternal telur ayam (berat telur, berat kerabang telur, tebal kerabang telur

Hal ini dilakukan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh variabel operasi (dalam hal ini suhu, konsentrasi asam dan ukuran batang padi) untuk menghasilkan gula

Analisis ini bertujuan untuk menguji adanya pengaruh positif dan signifikan secara parsial dari kualitas pelayanan terhadap kepuasan konsumen Metro Futsal

job stimulation master's.. for