7 2.1.1 Pengertian Belajar
Menurut Slameto (2010:14) belajar adalah “suatu proses perubahan yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya atau belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya”. Selanjutnya menurut Skiner dalam Dimyati (2002:9) menyatakan “belajar adalah suatu perilaku pada saat orang belajar maka responnya menjadi lebih baik”. Sehingga dengan belajar orang akan mengalami perubahan tingkah laku. Sedangkan menurut Winkel (1980:21) menyatakan “belajar adalah suatu proses kegiatan mental pada diri seseorang yang berlangsung dalam interaksi aktif individu dengan lingkungannya, sehingga menghasilkan perubahan yang relatif menetap atau bertahan dalam kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik”.
Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses interaksi manusia baik secara langsung ataupun tidak langsung dengan lingkungan untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang positif yang berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik sehingga membawa pada kondisi kehidupan yang lebih baik dan bermakna.
2.1.2 Hasil Belajar
Hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang harus dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar yang diperoleh melalui usaha dalam menyelesaikan tugas-tugas belajar (Saminanto, 2010:100). Selanjutnya menurut Dimyati dan Mudjiono (2006:23) hasil belajar merupakan hal yang dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum mengajar. Tingkat perkembangan mental tersebut terwujud pada
jenis-jenis ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Sejalan dengan pendapat tersebut menunut Sudjana (2004:14) berpendapat “hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan”.
Berdasarkan teori Taksonomi Bloom dalam (Nana Sudjana, 2005:22), hasil belajar dalam rangka studi dapat dicapai melalui tiga kategori ranah antara lain: (a) Ranah Kognitif, berkenan dengan hasil belajar yang terdiri dari enam aspek yaitu pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis dan penilaian ; (b) Ranah Afektif, berkenan dengan sikap dan nilai. Ranah afektif meliputi lima jenjang kemampuan yaitu menerima, menjawab atau reaksi, menilai, organisasi dan karakterisasi dengan suatu nilai atau komplek nilai ; (c) Ranah Psikomotor, melalui ketrampilan motorik, manipulasi benda-benda, koordinasi neuromuscular (menghubungkan, mengamati).
Dalam mata pelajaran PKn hasil belajar kognitif dan psikomotor lebih dominan. Namun hasil belajar afektif juga harus menjadi bagian dari hasil penilaian dalam proses pembelajaran PKn. Hasil belajar dipilah menjadi tiga macam (Howard Kingsley dalam Nana Sudjana, 2005:22), yaitu: (a) Ketrampilan dan kebiasaan; (b) Pengetahuan dan pengertian; (c) Sikap dan cita-cita yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan kurikulum di sekolah. Sedangkan menurut Purwanto (2009: 46) “hasil belajar adalah pencapaian tujuan pendidikan pada siswa yang mengikuti proses belajar mengajar”. Hasil belajar merupakan komponen pendidikan yang harus disesuaikan dengan tujuan pendidikan, karena hasil belajar diukur untuk mengetahui ketercapaian tujuan melalui proses belajar mengajar.
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar. Hasil dapat dicapai melalui tiga kategori ranah yaitu; ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotor. Tetapi dalam
penelitian ini difokuskan pada ranah kognitif, karena hasil belajar siswa diambil dari nilai post tes.
2.1.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar
Menurut Moh. Uzer (2003:21) hasil belajar siswa banyak dipengaruhi oleh berbagai faktor. Hasil belajar yang dicapai siswa pada hakikatnya, merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor. Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar antara lain: (a) faktor yang berasal dari diri sendiri (internal) ada 3 macam yaitu; (1) faktor jasmaniah (fisiologi), seperti mengalami sakit, cacat tubuh atau perkembangan yang tidak sempurna; (2) faktor psikologis, seperti kecerdasan, bakat, sikap, kebiasaan, minat kebutuhan, motivasi, emosi dan penyesuaian diri; (3) faktor kematangan fisik maupun phsikis ; (b) faktor yang berasal dari luar diri (eksternal) ada 4 macam yaitu: (1) faktor sosial, seperti lingkungan, keluarga, sekolah, masyarakat dan kelompok; (2) faktor budaya seperti adat istiadat, ilmu pengetahuan, teknologi dan kesenian; (3) faktor lingkungan fisik seperti fasilitas rumah dan fasilitas belajar; (4) faktor lingkungan spiritual dan keagamaan.
Slameto (2010:54) berpendapat bahwa hasil belajar siswa dipengaruhi oleh dua faktor utama yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang mempengaruhi hasil belajar yang berasal dari dalam diri siswa. Faktor-faktor itu meliputi: (a) kesehatan, kesehatan jasmani dan rohani sangat besar pengaruhnya terhadap kemampuan belajar. Siswa yang kesehatannya baik akan lebih mudah dalam belajar dibandingkan dengan siswa yang kondisi kesehatannya kurang baik, sehingga belajarnya juga akan lebih baik; (b) kecerdasan atau Intelegensia, kecerdasan atau intelegensia adalah kemampuan belajar disertai kecakapan untuk menyesuaikan diri dengan keadaan yang dihadapinya. Kemampuan ini sangat ditentukan oleh tinggi rendahnya intelegensi. Intelegensi yang normal selalu menunjukan kecapakan sesuai dengan tingkat perkembangan sebayanya. Adakalanya perkembangan ini ditandai oleh kemajuan-kemajuan yang berbeda antara satu anak dengan anak yang lainnya, sehingga seorang anak pada usia tertentu sudah memiliki tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan teman sebayanya. Kecerdasan atau Intelegensia juga berpengaruh besar
dalam menentukan seorang siswa dalam mencapai keberhasilan. Siswa yang memiliki intelegensi sangat tinggi, hasil belajarnya juga akan tinggi, sementara siswa yang memiliki intelegensi rendah maka hasil yang diperoleh akan rendah; (c) cara belajar, cara belajar seseorang mempengaruhi pencapaian hasil belajarnya. Belajar tanpa memperhatikan teknik dan faktor fisiologis, psikologis dan ilmu kesehatan akan memperoleh hasil yang kurang memuaskan; (d) bakat, bakat adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Siswa yang belajar sesuai dengan bakatnya akan lebih berhasil dibandingkan dengan orang yang belajar di luar bakatnya; (e) minat, minat adalah kecenderungan yang menetap dalam subyek untuk merasa tertarik pada bidang atau hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang itu. Seorang siswa yang belajar dengan minat yang tinggi maka hasil yang akan dicapai lebih baik dibandingkan dengan siswa yang kurang berminat dalam belajar; (f) motivasi, motivasi sebagai faktor intern berfungsi menimbulkan, mendasari, mengarahkan perbuatan belajar. Dengan adanya motivasi maka siswa akan memiliki hasil belajar yang baik, begitu pula sebaliknya. Motivasi belajar adalah faktor yang penting karena dalam hal tersebut merupakan keadaan yang mendorong keadaan siswa untuk melakukan belajar. Persoalan mengenai motivasi belajar adalah bagaimana cara mengatur agar motivasi dapat ditingkatkan. Demikian pula dalam kegiatan belajar mengajar seorang siswa akan berhasil jika mempunyai motivasi untuk belajar.
Faktor ekstern adalah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar yang sifatnya dari luar diri siswa yaitu: beberapa pengalaman-pengalaman, keadaan keluarga, lingkungan sekitarnya dan sebagainya. Pengaruh lingkungan ini pada umumnya bersifat positif dan tidak memberikan paksaan pada individu. Faktor-faktor ekstern itu meliputi; (a) latar belakang pendidikan orang tua, latar belakang pendidikan orang tua paling mempengaruhi prestasi belajar. Semakin tinggi pendidikan orang tua, maka akan dituntut harus lebih berprestasi dengan berbagai cara dalam pengembangan prestasi belajar anak; (b) status ekonomi sosial orang tua, keadaan ekonomi keluarga erat hubungannya dengan belajar
anak. Anak yang sedang belajar harus terpenuhi kebutuhan pokoknya. Jika anak hidup dalam keluarga yang miskin, kebutuhan anak akan kurang terpenuhi. Akibatnya kesehatan anak terganggu, belajar anak juga terganggu; (c) ketersediaan sarana dan prasarana di rumah orang tua, sarana dan prasarana mempunyai arti penting dalam pendidikan sebagai tempat yang stategis bagi berlangsungnya kegiatan belajar mengajar di sekolah. Sekolah harus mempunyai ruang kelas, ruang guru, perpustakaan, halaman sekolah dan ruang kepala sekolah. Sedangkan di rumah diperlukan tempat belajar dan bermaian, agar anak dapat berekreasi sesuai apa yang diinginkan. Semua bertujuan untuk memberikan kemudahan pelayanan anak didik; (d) media yang dipakai guru, media digunakan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya media yang digunakan dalam pendidikan yang dirancang bervariasi. Potensi yang tersedia meliputi media yang baik dalam pendidikan yang berlainan untuk tiap sekolah; (e) kompetensi guru, kompetensi guru adalah cara guru dalam pembelajaran yang dilakukannya terhadap siswa dengan metode atau program tertentu. Metode atau program disusun untuk dijalankan demi kemajuan pendidikan. Keberhasilan pendidikan di sekolah tergantung dari baik tidaknya program yang dirancang.
Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor-faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses pembelajaran. Dalam penelitian ini tekanan yang diteliti adalah faktor ekstern pada kompetensi guru, khususnya komponen metode pembelajaran, karena penelitian ini meneliti metode pembelajaran yang digunakan oleh guru yaitu metode pembelajaran aktif team quiz untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
2.2 Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran digunakan untuk merealisasikan strategi yang telah ditetapkan. Dengan demikian, metode pembelajaran adalah cara yang dapat
digunakan untuk melaksanakan strategi (Wina Sanjaya, 2008:126). Sejalan dengan pendapat tersebut metode pembelajaran adalah cara atau prosedur yang digunakan untuk mencapai tujuan tertentu, kata mengajar sendiri berarti memberi pelajaran (Pupuh Faturrohaman, 2007:55). Sedangkan menurut Sagala dalam (Mawardi, 2011 : 52), metode pembelajaran adalah cara yang digunakan oleh guru atau siswa dalam memperoleh informasi berupa fakta, data, dan konsep dalam proses pembelajaran yang mungkin terjadi dalam suatu strategi.
Dari berbagai pengertian metode di atas dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran adalah prosedur yang digunakan oleh guru atau siswa dalam memperoleh informasi dalam proses pembelajaran yang terjadi dalam suatu strategi. Pada hakikatnya metode pembelajaran aktif adalah untuk mengarahkan atensi siswa terhadap materi yang dipelajari.
2.2.1 Pembelajaran Aktif (Active Learning)
Pembelajaran aktif adalah belajar yang memperbanyak aktivitas siswa dalam mengakses berbagai informasi dari berbagai sumber, untuk dibahas dalam proses pembelajaran dalam kelas, sehingga memperoleh berbagai pengalaman yang tidak saja menambah pengetahuan, tapi juga kemampuan analisis dan sintesis (Rosyada dalam Nurhayati, 2008:15).
Menurut Hisyam Zaini dkk (2004:13) mengemukakan pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif. Melalui pembelajaran aktif, peserta didik diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Melalui cara ini siswa akan merasakan suasana yang lebih menyenangkan sehingga hasil belajar dapat dimaksimalkan.
Menurut Suprijono (2009:111) pembelajaran aktif adalah salah satu metode pembelajaran yang hakikatnya untuk mengarahkan potensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya. Dari metode pembelajaran aktif ini, siswa dapat memiliki peran yang cukup besar dalam mengeluarkan seluruh kreatifitas dan kemampuannya selama proses belajar mengajar berlangsung.
Dari beberapa pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa, pembelajaran aktif adalah pembelajaran yang mengajak siswa untuk belajar secara aktif sehingga pembelajaran menjadi menyenangkan serta memperoleh berbagai pengalaman dan pengetahuan yang akan berpengaruh pada hasil belajar yang maksimal.
2.2.2 Dimensi-dimensi Pembelajaran Aktif
Pembelajaran aktif akan lebih tampak dan menunjukkan kadar yang tinggi apabila pembelajaran berorientasi pada siswa. Terdapat 7 dimensi proses pembelajaran yang mengkibatkan terjadinya pembelajaran aktif, yaitu (Mc Keachie dalam Nurhayati, 2008): (1) partisipasi siswa dalam menetapkan tujuan kegiatan pembelajaran; (2) tekanan pada aspek afektif dalam belajar; (3) partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran, terutama berbentuk interaksi antar siswa; (4) penerimaan guru terhadap perbuatan dan kontribusi siswa yang kurang relevan atau bahkan sama sekali salah; (5) kekompakan kelas sebagai kelompok; (6) kebebasan diberikan kepada siswa untuk mengambil keputusan-keputusan penting dalam kehidupan sekolah; (7) jumlah waktu yang digunakan untuk menanggulangi masalah siswa baik yang berhubugan maupun yang tidak berhubungan dengan pembelajaran.
2.2.3 Karakteristik Pembelajaran Aktif
Sekolah yang melakukan pembelajaran aktif dengan baik harus mempunyai karakteristik (Joni, R dalam Nurhayati, 2008) yaitu: (1) pembelajaran berpusat pada siswa. Siswa berperan lebih aktif dalam mengembangkan cara-cara belajar mandiri. Siswa berperan serta pada perencanaan, pelaksanaan dan penilaian proses belajar. Pengalaman siswa lebih diutamakan; (2) guru membimbing dalam terjadinya pengalaman belajar. Guru bukan satu-satunya sumber belajar. Guru merupakan salah satunya sumber belajar, yang memberikan peluang bagi siswa agar dapat memperoleh pengetahuan atau ketrampilan sendiri melalui usaha sendiri, dapat mengembangkan motivasi dari dalam dirinya dan dapat mengembangkan pengalaman untuk membuat suatu karya; (3) tujuan kegiatan pembelajaran tidak hanya untuk sekedar mengejar standar akademis.
Selain pencapaian standar akademis, kegiatan ditekankan untuk mengembangkan siswa secara utuh dan seimbang; (4) pengelolaan kegiatan pembelajaran ditekankan pada kreativitas siswa, dan memperhatikan kemajuan siswa untuk menguasai konsep-konsep dengan mantap; (5) penilaian dilakukan untuk mengukur dan mengamati kegiatan dan kemajuan siswa, serta mengukur ketrampilan dan hasil belajar siswa.
Menurut Suprijono (2013:111) metode pembelajaran aktif ada beberapa macam diantaranya adalah: (1) Learning Stars With A Question; (2) Plantet
Question; (3) Team Quiz; (4) Modeling the Way; (5) Silent Demonstration; (6) Practice Rehearsal Pairs; (7) Refektif ; (8) Bermain Jawaban; (9) Group Resume;
(10) Index Card Match ; dll. Akan dibahas lebih mendalam tentang metode pembelajaran aktif team quiz karena penelitian ini mengkaji tentang peningkatan hasil belajar siswa menggunakan metode pembelajaran aktif team quiz.
2.3 Pengertian Team Quiz
Menurut Melvin L. Silberman (2009:163-164), metode pembelajaran aktif
team quiz adalah tehnik yang dapat meningkatkan kemampuan tanggung jawab
peserta didik terhadap apa yang mereka pelajari melalui cara yang menyenangkan dan tidak menakuktkan.
Metode pembelajaran aktif team quiz merupakan metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Mel Silberman, yang mana dalam metode pembelajaran aktif team quiz ini siswa dibagi menjadi tiga tim. Setiap siswa dalam tim bertanggung jawab untuk menyiapkan kuis berjawaban singkat, dan tim yang lain menggunakan waktunya untuk memeriksa catatan. Semua anggota kelompok bersama-sama mempelajari materi tersebut, saling memberi arahan, saling memberikan pertanyaan dan jawaban utuk memahami mata pelajaran tersebut. Setelah selesai materi maka diadakan suatu pertandingan atau kuis. Dengan demikian maka terciptalah kompetisi antar kelompok, para siswa akan senantiasa berusaha belajar dengan motivasi yang tinggi agar dapat memperoleh nilai yang tinggi dalam pertandingan.
Menurut Agus Suprijono (2009:114) team quiz adalah salah satu pembelajaran kooperatif yang menggunakan strategi active learning
(pembelajaran aktif) dan kegiatannya menyenangkan. Sedangkan menurut Sugiyanto (2009:58), “metode pembelajaran aktif team quiz adalah teknik pembelajaran dengan memainkan topik-topik yang diajarkan kepada siswa yang dibagi dalam beberapa kelompok”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran aktif team quiz adalah teknik pembelajaran yang dilakukan dengan kelompok-kelompok yang membahas topik-topik pelajaran dalam sebuah permainan/kuis serta dalam suasana yang menyenangkan.
2.3.1 Langkah-langkah Metode Pembelajaran Aktif Team Quiz
Menurut Suprijono (2012:114) teknik metode pembelajaran aktif team quiz ada 9 langkah yaitu:
1) memilih topik yang dapat disampaikan dalam tiga bagian, 2) membagi siswa menjadi tiga kelompok A, B, dan C,
3) menyampaikan format pelajaran kemudian mulai penyampaian materi (batasi penyampaian materi maksimal 10 menit),
4) kelompok A menyiapkan pertanyaan-pertanyaan berkaitan dengan materi yang baru saja disampaikan sedangkan kelompok B dan C menggunakan waktu ini untuk melihat lagi catatan mereka,
5) kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok B, jika tidak dapat menjawab dilempar pada kelompok C,
6) kelompok A memberi pertanyaan kepada kelompok C, jika tidak dapat menjawab dilempar pada kelompok B,
7) melanjutkan pelajaran kedua dan kelompok B menjadi kelompok penanya,
8) melanjutkan pelajaran ketiga dan kelompok C menjadi kelompok penanya,
Sementara menurut Silberman (2012: 175) langkah metode pembelajaran aktif
team quiz ada 8 yaitu:
1) memilih topik yang disampaikan dalam tiga segmen, 2) membagi siswa menjadi tiga tim,
3) menjelaskan format pelajaran dan mulai penyajian materi hingga 10 menit atau kurang,
4) tim A meyiapkan kuis jawaban singkat selama 5 menit, tim B dan C memeriksa catatan mereka,
5) tim A memberi kuis pada tim B, jika tidak dapat tim C segera menjawab, 6) tim A memberi kuis pada tim C, jika tidak dapat menjawab tim B
segera menjawab,
7) lanjutkan segmen kedua dan tim B sebagai kuis, 8) lanjutkan segmen ketiga dan tim C sebagai kuis.
Dalam penelitian ini menggunakan kolaborasi kedua langkah metode pembelajaran aktif team quiz di atas, dapat disimpulkan langkah metode pembelajaran aktif team quiz yang akan digunakan dalam RPP ada 9 yaitu: 1) pemilihan topik menjadi 3 bagian,
2) pembagian kelompok A, B, dan C,
3) penyampaian format pelajaran dan materi pertama sekitar 10 menit, 4) penyusunan pertanyaan kelompok A,
5) lempar jawab pertanyaan pada kelompok B dan C, 6) lempar jawab pertanyaan pada kelompok C dan B,
7) penyampaian materi kedua dengan penanya kelompok B, 8) penyampaian materi ketiga dengan penanya kelompok C, 9) menyimpulkan.
2.3.2 Kelebihan Team Quiz
Menurut Silberman dalam Dalvi (2006:70) mengungkapkan kelebihan dari metode pembelajaran aktif team quiz sebagai berikut: (1) dapat meningkatkan keseriusan; (2) dapat menghilangkan kebosanan dalam lingkungan belajar; (3) mengajak siswa untuk terlibat penuh; (4) meningkatkan proses belajar; (5)
Membangun kreatifitas diri; (6) meraih makna belajar melalui pengalaman; (7) Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar; (8) menambah semangat dan minat belajar siswa
Retno Febriyanti (2013:3) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan metode pembelajaran team quiz terbuki efektif dapat meningkatkan hasil belajar. Sejalan dengan pendapat tersebut menurut Ahmad Daroini (2012:6), menyatakan bahwa metode team quiz sangat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar PKn.
2.3.3 Kelemahan Team Quiz
Menurut Silberman dalam Dalvi (2006:70) mengungkapkan kelemahan dari metode pembelajaran aktif team quiz sebagai berikut: (1) memerlukan kendali yang ketat dalam mengkondisikan kelas saat keributan terjadi; (2) hanya siswa tertentu yang dianggap pintar dalam kelompok tersebut, yakni yang bisa menjawab soal kuis. Karena permainan yang dituntut cepat dan memberikan kesempatan diskusi yang singkat; (3) waktu yang diberikan sangat terbatas jika kuis dilaksanakan oleh seluruh tim dalam satu pertemuan.
2.4 Pendidikan Kewarganegaraan
2.4.1 Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan
Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan menurut Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah adalah mata pelajaran yang memfokuskan pada pembentukan warga negara yang memahami dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan oleh Pancasila dan UUD 1945.
Menurut Azis Wahab (dalam Cholisin, 2000:18) menyatakan bahwa PKn ialah media pengajaran yang meng-Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas, dan penuh tanggung jawab. Karena itu, program PKn memuat konsep-konsep umum ketatanegaraan, politik dan hukum negara, serta teori umum yang lain yang cocok dengan target tersebut. Sejalan dengan pendapat tersebut Pendidikan
kewarganegaraan diartikan sebagai penyiapan generasi muda (siswa) untuk menjadi warga negara yang memiliki pengetahuan, kecakapan, dan nilai-nilai yang diperlukan untuk berpartisipasi aktif dalam masyarakatnya (Samsuri, 2011:28).
Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah suatu mata pelajaran yang merupakan satu rangkaian proses untuk mengarahkan peserta didik menjadi warga negara yang berkarakter bangsa Indonesia, cerdas, terampil, dan bertanggung jawab sehingga dapat berperan aktif dalam masyarakat sesuai dengan ketentuan Pancasila dan UUD 1945.
2.4.2 Hakikat Pendidikan Kewarganegaraan
Pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji dan membahas tentang pemerintahan, konstitusi, lembanga-lembaga demokrasi, rule
of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi,
(Azyumardi Azra dalam Marwadi, 2011:7). Sedangkan menurut Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan (SNP) mata pelajaran PKn dimaksudkan untuk meningkatkan kesadaran dan wawasan peserta didik akan status, hak dan kewajibannya dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara, serta peningkatan kualitas dirinya sebagai manusia.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat pendidikan kewarganegaraan adalah pendidikan yang mengkaji tentang pemerintahan, konstitusi, lembaga-lembaga demokrasi, rule of law, HAM, hak dan kewajiban warga negara serta proses demokrasi untuk mempersiapkan warga masyarakat berpikir kritis dan bertindak demokrasi.
2.4.3 Fungsi dan Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan
Menurut Depdiknas (2006:49) fungsi Pendidikan Kewarganegaraan ialah program pendidikan yang membentuk karakter warga negara Indonesia menjadi warga negara yang memiliki nilai dan moral yang luhur, cerdas, terampil dan setia kepada bangsa seperti yang diamanatkan Pancasila. Hamid Darmadi
(2010:428), berpendapat bahawa mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan sebagai berikut: (a) berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan; (b) berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta anti-korupsi; (c) berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya; (d) berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.
Adapun tujuan pembelajaran PKn yang dikemukakan oleh A. Kosasih Djahiri (dalam Almi Novitasari, 2008:20) adalah sebagai berikut: secara umum tujuan PKn harus ajeg dan mendukung keberhasilan pencapaian Pendidikan Nasional yaitu; mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia Indonesia seutuhnya, yaitu menusia beriman, bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan berbudi pekerti luhur memiliki pengetahuan dan keterampilan kesehatan jasmani dan rohani kepribadian mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan kebangsaan. Secara khusus bertujuan untuk membina moral yang diharapkan diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari yaitu prilaku yang memancarkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Esa dalam masyarakat yang terdiri dari berbagai golongan agama, prilaku yang bersifat kemanusiaan yang adil dan beradab, perilaku yang mendukung persatuan bangsa dan masyarakat yang beraneka ragam kebudayaan dan beraneka ragam kepentingan bersama di atas kepentingan perorangan dan golongan sehingga perbedaan pemikiran pendapat kepentingan dapat diatasi melalui musyawarah mufakat serta prilaku yang mendukung upaya untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang secara umum bertujuan untuk mengembangkan potensi individu warga negara Indonesia, sehingga memiliki wawasan, sikap, dan keterampilan kewarganegaraan yang
memadai dan memungkinkan untuk berpartisipasi secara cerdas dan bertanggung jawab dalam berbagai kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Hal di atas semakin mempertegas pasal 39 ayat (1) Undang-Undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yaitu “Pendidikan Kewarganegaraan dimaksudkan untuk membentuk peserta didik menjadi manusia yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah air”.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat ditegaskan bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan ialah mengembangkan potensi individu warga negara, dengan demikian maka seorang guru PKn haruslah menjadi guru yang profesional, sebab jika guru tidak berkualitas tentu tujuan PKn itu sendiri tidak tercapai. Lebih dari itu PKn juga bertujuan menyiapkan warga negara yang baik sebagai generasi penerus bangsa yang memiliki kecintaan dan kebanggaan terhadap bangsa serta komitmen dalam menjaga dan mempertahankan persatuan dan kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
2.4.4 Ruang Lingkup Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan diatur dalam Permendiknas No. 22 tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Ruang Lingkup mata pelajaran PKn untuk pendidikan dasar dan menengah secara umum meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (a) persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, sumpah pemuda, keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan; (b) norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional, hukum dan peradilan internasional; (c) Hak Asasi Manusia, meliputi hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan internasional HAM, pemajuan penghormatan dan
perlindungan HAM; (d) kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga diri sebagai masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara; (e) konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan konstitusi yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan konstitusi; (f) kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demokrasi dan sistem politik, budaya politik, budaya demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers dalam masyarakat demokrasi; (g) pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar negara, pengamalan nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideologi terbuka; (h) globalisasi, meliputi globalisasi di lingkungannya, politik luar negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan internasional dan organisasi internasional, dan mengevaluasi globalisasi.
Dalam penelitian ini materi yang menjadi bahan pembelajaran untuk PTK tentang Sistem Politik Indonesia termasuk ruang lingkup persatuan dan kesatuan bangsa, hak asasi manusia, konstitusi negara, kekuasaan dan politik, norma, hukum dan peraturan yang mengatur perilaku warga negara, sehingga diharapkan peserta didik dapat mengamalkan materi tersebut dalam kehidupan sehari-hari menjadi karakter pribadi yang melekat pada setiap individu peserta didik.
2.5 Hasil Penelitian Yang Relevan
Menurut Retno Febriyanti (2013:3), dalam penelitiannya yang berjudul
“Penerapan Metode Pembelajaran Team Quiz Sebagai Upaya Meningkatkan Hasil Belajar PKn Materi HAM pada Kelas VIIC MTs Yassin Gemolong Sragen Tahun Pelajaran 2012/2013”. Hasil penelitian tindakan kelas yang dilakukan
secara kolaborasi antara peneliti dan guru PKn Kelas VIIC MTs Yassin Gemolong Sragen dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan metode Team
Quiz terbuki efektif dapat meningkatkan hasil belajar. Keefektifan ini terbukti dari
belajar siswa yang tuntas mencapai KKM ≥75 sebesar 35,71 %, kemudian dilakukan tindakan pada siklus I hasil belajar siswa meningkat menjadi 38,1% selanjutnya pada tindakan siklus II hasil belajar siswa meningkat menjadi sebesar 69,05% dan terakhir pada tindakan siklus III hasil belajar siswa meningkat menjadi sebesar 95,24 %. Serta dapat dilihat dari adanya peningkatan nilai rata-rata kelas dari sebelum tindakan 55,83 menjadi 57,98 pada siklus I kemudian menjadi 68,69 pada siklus II dan meningkat lagi menjadi 79,88 pada siklus III. Perbedaan penelitian yang sekarang dengan penelitian Retno terletak pada tingkatan kelas yang di teliti dan tahun ajaran.
Menurut Ahmad Daroini (2012:5), dalam penelitiannya yang berjudul
“Upaya Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Quiz Team pada Mata Pelajaran PKn Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo” menunjukan bahwa
peningkatan hasil belajar PKn setelah penerapan metode pembelajaran aktif Team
Quiz dengan nilai ketuntasan belajar siswa secara klasikal pada siklus I 73,5 %
(25 dari 34 siswa yang tuntas mencapai KKM ≥ 75) dan pada siklus II 88,2 % (30 dari 34 siswa yang tuntas mencapai KKM ≥ 75). Ini berarti bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa dari siklus I ke siklus II setelah penerapan metode pembelajaran aktif team quiz sebesar 14.7 %. Berdasarkan analisis data dan pembahasan disimpulkan bahwa metode pembelajaran aktif team quiz sangat efektif digunakan untuk meningkatkan hasil belajar PKn Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Kecamatan Siman Kabupaten Ponorogo. Perbedaan penelitian yang sekarang dengan penelitian Daroini terletak pada tingkatan kelas dan tahun ajaran.
2.6 Kerangka Berfikir
Kerangka berfikir dalam penelitian ini dapat dilihat melalui gambar bagan 2.1. sebagai berikut:
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berfikir
Berdasarkan kajian teori dan kerangka berfikir di atas dapat dimungkinkan bahwa setelah penggunaan metode pembelajaran aktif team quiz dilakukan, maka akan meningkatkan hasil belajar PKn siswa SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga. Dalam penelitian ini difokuskan pada ranah kognitif untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
Pembelajaran PKn
Dengan diberi tindakan perbaikan Diterapkan metode pembelajaran aktif team quiz
Guru mengunakan metode ceramah, pembelajaran berpusat pada guru
Hasil belajar PKn siswa rendah, belum tuntas mencapai KKM
Siswa kurang terlibat dalam pembelajaran sehingga siswa merasa jenuh dan bosan
mengikuti pembelajaran
.
Hasil belajar PKn siswa meningkat, mencapai target KKM Kelebihan metode pembelajaran aktif team quiz 1) Dapat meningkatkan keseriusan
2) Dapat menghilangkan kebosanan dalam lingkungan belajar 3) Mengajak siswa untuk terlibat penuh
4) Meningkatkan proses belajar 5) Membangun kreatifitas diri
6) Meraih makna belajar melalui pengalaman 7) Memfokuskan siswa sebagai subjek belajar 8) Menambah semangat dan minat belajar siswa
2.7 Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian dan kajian teori di atas, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah penerapan metode pembelajaran aktif team quiz dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (PKn) di kelas X Tehnik Permesinan SMK Teknologi dan Industri Kristen Salatiga.