• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

6 2.1. Kajian Teori

2.1.1. Hakikat IPA

Pembelajaran IPA di SD menekankan pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Sedangkan disebutkan dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006. Pendidikan IPA di Sekolah Dasar (SD) berupa mata pelajaran yang mulai diajarkan pada jenjang kelas tinggi. IPA sebagai cara mencari tahu tentang alam secara sistematis dan bukan hanya kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, prinsip-prinsip saja, tetapi juga merupakan proses penemuan. Pendidikan IPA di SD dan MI diharapkan dapat menjadi wahana bagi siswa untuk mempelajari dirinya sendiri dan alam sekitarnya, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari.

2.1.2 Ruang Lingkup IPA di SD

Ilmu pengetahuan alam (IPA) sebagai disiplin ilmu yang berhubungan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja, tetapi juga merupakan suatu proses penemuan. Pengajaran IPA diharapkan dapat menjadi wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri dan alam sekitar, serta prospek pengembangan lebih lanjut dalam menerapkan di dalam kehidupan sehari-hari. Proses pelajaran IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi agar menjelajah dan memahami alam sekitar secara ilmiah. Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara inkuiri untuk menumbuhkan kemampuan fisik, bekerja, dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting kecakapan hidup. Oleh karena itu Pendididikan IPA menekankan pada pemberian

(2)

pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006, menyebutkan bahwa Ruang Lingkup Pelajaran IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1. Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan, tumbuhan, dan interaksinya dengan tumbuhan, serta kesehatan.

2. Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair, padat, dan gas. 3. Energi dan perubahannya, yang meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet,

listrik, cahaya dan pesawat sederhana.

4. Bumi dan alam semesta, yang meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

2.1.3. Tujuan pelajaran IPA

Tujuan mata pelajaran IPA di SD dalam kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) 2006 yaitu:

1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaanNya. 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang

bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.

3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positif, dan kesadaran tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.

4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara, menjaga, dan melestarikan lingkungan alam.

6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturan sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

Memperoleh bakal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/MTs.

(3)

2.2. Belajar

Menurut Sugihartono, dkk, (2007) belajar merupakan suatu proses perubahan tingkah laku sebagai hasil interaksi individu dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Santrock dan Yussen (dalam Sugihartono, dkk, 2007) mendefinisikan belajar sebagai perubahan yang relatif permanen karena adanya pengalaman.

Adapun menurut Writing (dalam Muhibbin Syah, 2012) dalam bukunya psyhology of learniang mendefinisikan belajar ialah perubahan yang relatif menetap yang terjadi dalam segala macam/keseluruhan tingkah laku suatu organisme sebagai hasil pengalaman.

Hal senada dikemukakan oleh Morgan (dalam Agus Suprijono, 2013) belajar adalah perubahan perilaku yang bersifat permanen sebagai hasil dari pengalaman.

Dari bebagai definisi tersebut dapat dimengerti bahwa belajar merupakan suatu proses memperoleh pengetahuan dan pengalaman dalam wujud perubahan tingkah laku dan kemampuan bereaksi yang relatif permanen atau menetap karena adanya interaksi individu dengan lingkungannya.

2.2.1. Ciri-ciri Perilaku Belajar

Menurut Sugihartono, dkk, (2007) tidak semua tingkah laku dikategorikan sebagai aktivitas belajar. Adapun tingkah laku yang dikategorikan sebagai perilaku belajar memiliki ciri-ciri sebagai berikut:

1. Perubahan tingkah laku terjadi secara sadar.

2. Perubahan bersifat kontinu dan fungsional, yaitu Perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan dan tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan selanjutnya akan berguna bagi kehidupan atau bagi proses belajar berikutnya.

3. Perubahan bersifat positif dan aktif.

4. Perubahan bersifat permanen, yaitu Perubahan yang terjadi karena belajar bersifat menetap atau permanen.

(4)

5. Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah. 6. Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku.

2.2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Menurut Sugihartono, dkk, (2007) terdapat 2 faktor yang mempengaruhi belajar yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal adalah faktor yang ada dalam diri individu yang sedang belajar, yaitu meliputi faktor jasmani (kesehatan dan cacat tubuh) dan faktor psikologis (intelegensi, perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, dan kelelahan). Sedangkan faktor eksternal adalah faktor yang ada di luar individu. Faktor ekstern yang berpengaruh dalam belajar meliputi faktor keluarga, sekolah dan masyarakat.

Muhibbinsyah (dalam Sugihartono, dkk, 2007) membagi faktor-faktor yang mempengaruhi belajar menjadi 3 macam, yaitu:

1. Faktor internal, yang meliputi keadaan jasmani dan rohani siswa. 2. Faktor eksternal yang merupakan kondisi lingkungan di sekitar siswa.

3. Faktor pendekatan belajar yang merupakan jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan mempelajari materi-materi pelajaran.

Menurut Muhibbin Syah, (2012) secara global, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa dapat kita bedakan menjadi tiga macam, yakni: 1. Faktor internal (faktor dari dalam diri siswa), yakni keadaan/kondisi

jasmani dan rohani siswa;

2. Faktor eksternal(faktor dari luar siswa), yakni kondisi lingkungan di sekitar siswa;

3. Faktor pendekatan belajar(approach to learning), yakni jenis upaya belajar siswa yang meliputi strategi dan metode yang digunakan siswa untuk melakukan kegiatan pembelajaran materi-materi pelajaran.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor-faktor internal dan faktor-faktor eksternal. Faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa

(5)

tentang materi yang akan disampaikan, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar.

2.3. Keaktifan (Active)

Kata keaktifan adalah berasal dari kata aktif artinya giat atau sibuk dan mendapat awalan ke dan akhiran–An. Kata keaktifan sama artinya dengan kegiatan dan kesibukan, keaktifan yang dimaksud disini adalah segala aktifitas atau kegiatan yang dilakukan siswa dalam mengikuti proses belajar-mengajar di sekolah. Dimyati dan Mudjiono (2009) Dalam setiap proses belajar, siswa selalu menampakkan keaktifan. Keaktifan itu beraneka ragam bentuknya. Mulai dari kegiatan fisik yang mudah kita amati sampai dengan kegiatan psikis yang susah diamati. Kegiatan fisik berupa membaca, mendengar, menulis, berlatih, keterampilan-keterampilan dan sebagainya. Contoh kegiatan psikis misalnya menggunakan khasanah pengetahuan yang dimiliki dalam memecahkan masalah yang dihadapi, membandingkan satu konsep dengan yang lain, menyimpulkan hasil percobaan, dan kegiatan psikis yang lain.

2.3.1. Belajar Aktif

Aktif, pembelajaran harus menumbuhkan suasana sedemikian rupa sehingga peserta didik aktif bertanya, mempertanyakan dan mengemukakan gagasan. Belajar merupakan proses aktif dari si- pembelajar dalam membangun pengetahuannya, bukan proses pasif yang hanya menerima kucuran ceramah guru tentang pengetahuan.

Rochman Natawijaya dalam Depdiknas (2005) belajar aktif adalah suatu sistem belajar mengajar yang menekankan keaktifan siswa secara fisik, mental intelektual dan emosional guna memperoleh hasil belajar berupa perpaduan antara aspek kognitif, afektif, dan spikomotorik. Belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum.

(6)

2.3.2. Pembelajaran Aktif (Avtive Learning)

Menurut Agus Suprijono (2011) Pembelajaran aktif adalah proses belajar yang menumbuhkan dinamika belajar bagi peserta didik. Dinamika untuk mengartikulasikan dunia idenya dan mengkonfrontir ide itu dengan dunia realitas yang dihadapinya.

Menurut Warsono, dkk (2012) Pembelajaran aktif adalah sebagai metode pengajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran aktif mengkondisikan agar siswa selalu melakukan pengalaman belajar yang bermakna dan senantiasa berpikir tentang apa yang dapat dilakukannya selama pembelajaran. Pembelajaran aktif melibatkan siswa/mahasiswa untuk melakukan sesuatu dan berpikir tentang sesuatu yang sedang dilakukannya.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang melibatkan siswa secara aktif dalam proses pembelajaran.

Prinsip pembelajaran aktif berawal dari kredo John Locke (dalam Warsono, dkk, 2012) dengan prinsip tabula rasa yang menyatakan bahwa knowledge comes from experience, pengetahuan berpangkal dari pengalaman. Dengan kata lain, untuk memperoleh pengetahuan, seseorang harus aktif mengalaminya sendiri.

2.3.3. Jenis-jenis Keaktifan Dalam Belajar

Menurut Paul D. Dierich (dalam Oemar Hamalik, 2001 yang dikutip oleh Dyan Kurniawati, 2008) keaktifan belajar dapat diklasifikasikan dalam delapan kelompok, yaitu:

a. Kegiatan-kegiatan Visual

Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati eksperimen, demonstrasi, pameran dan mengamati orang lain bekerja atau bermain.

(7)

b. Kegiatan-kegiatan Lisan

Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu tujuan, mengajukan suatu pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara dan mengeluarkan pendapat.

c. Kegiatan-kegiatan mendengarkan

Mendengarkan penyajian bahan, mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan suatu permaianan, mendengarkan radio.

d. Kegiatan-kegiatan menulis

Menulis cerita, menulis laporan, memeriksa karangan, bahan-bahan kopi, membuat rangkuman, mengerjakan tes dan mengisikan angket.

e. Kegiatan-kegiatan menggambar

Menggambar, membuat grafik, chart, diagram peta dan pola. f. Kegiatan-kegiatan metric

Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran, menari dan berkebun.

g. Kegiatan-kegiatan mental

Merenungkan, mengingatkan, memecahkan masalah, menganalisa faktor-faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan-keputusan. h. Kegiatan-kegiatan emosional

Minat, membedakan, berani, tenang, dan lain-lain. Kegiatan-kegiatan dalam kelompok ini terdapat dalam semua jenis kegiatan overlap satu sama lain.

2.3.4. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan Belajar

Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dapat merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, siswa juga dapat berlatih berpikir kritis, dan dapat memecahkan permasalahan-permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Di samping itu, guru juga dapat merekayasa sistem pembelajaran secara sistematis, sehingga merangsang keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

(8)

Gagne dan Briggs (dalam Martinis 2007 yang dikutip oleh Dyan Kurniawati 2008) mengemukakan mengenai faktor-faktor yang dapat menumbuhkan timbulnya keaktifan siswa dalam proses pembelajaran, yaitu:

a. Memberikan motivasi atau menarik perhatian siswa, sehingga mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.

b. Menjelaskan tujuan intruksional (kemampuan dasar kepada siswa). c. Mengingatkan kompetensi belajar kepada siswa.

d. Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan dipelajari). e. Memberi petunjuk kepada siswa cara mempelajarinya.

f. Memunculkan aktivitas, partisipasi siswa dalam kegiatan pembelajaran. g. Memberi umpan balik (feed back)

h. Melakukan tagihan-tagihan terhadap siswa berupa tes, sehingga kemampuan siswa selalu terpantau dan terukur.

i. Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran. 2.4. Hasil Belajar

Menurut Dimyati dan Mudjiono (dalam Munawar, 2009) hasil belajar dapat dipandang dari dua sisi yaitu sisi siswa dan dari sisi guru. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan tingkat perkembangan mental pada ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang lebih baik bila dibandingkan pada saat sebelum belajar. Sedangkan dari sisi guru, hasil belajar merupakan saat terselesaikannya bahan pelajaran. Menurut Oemar Hamalik (dalam Munawar, 2009) hasil belajar adalah bila seseorang telah belajar akan terjadi perubahan tingkah laku pada orang tersebut, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu, dan dari tidak mengerti menjadi mengerti.

Sudjana (2010) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajarnya.

Benyamin Bloom (dalam Sudjana, 2010). membagi hasil belajar menjadi tiga ranah yaitu yang pertama adalah ranah kognitif yang berkenaan dengan hasil belajar intelektual. Hasil belajar intelektual terdiri dari enam aspek, yaitu ingatan, pemahaman (kognitif tingkat rendah), aplikasi, analisis, sintesis, dan

(9)

evaluasi (kognitif tingkat tinggi). Kedua , ranah afektif yang berkenaan dengan sikap yang terdiri dari lima aspek yaitu penerimaan, jawaban atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Ketiga, ranah psikomotorik yang berkenaan dengan hasil belajar keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotorik yakni gerakan refleks, keterampilan gerakan dasar, kemampuan perseptual, keharmonisan atau ketepatan, gerakan keterampilan kompleks, dan gerakan ekspresif dan interpretative. Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar , namun berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menguasai isi bahan pengajaran, aspek kognitif yang lebih banyak dinilai.

Cara mengetahui hasil belajar siswa, guru dapat melakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan melakukan evaluasi dan tes. Evaluasi pendidikan adalah kegiatan pengendalian, penjamin dan penetapan mutu pendidikan terhadap berbagai komponen pendidikan pada setiap jalur, jenjang dan jenis pendidikan sebagai bentuk pertanggungjawaban penyelenggaraan pendidikan (UU No 20 Tahun 2003 SISDIKNAS).

Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan atau keterampilan baik dari aspek kognitif (berpikir), afektif (sikap) dan psikomotorik (bertindak) serta yang dimiliki oleh siswa setelah siswa tersebut mengalami aktivitas belajar.

2.4.1. Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Menurut Clark (dalam Nana Sudjana 2001) mengungkapkan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70% dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30% dipengaruhi oleh lingkungan.

Menurut Slameto (2003) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa yaitu faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern terdiri atas faktor-faktor jasmaniah, psikologi, minat, motivasi dan cara belajar. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi keberhasilan belajar yang berasal dari peserta didik yang sedang belajar. Faktor dari dalam ini meliputi kondisi fisiologis dan kondisi psikologi.

(10)

Kondisi fisiologis adalah keadaan jasmani dari seseorang yang sedang belajar, keadaan jasmani dapat dikatakan sebagai latar belakang aktivitas belajar. Sedangkan kondisi psikologis yang dapat mempengaruhi proses dan hasil belajar adalah kecerdasan, bakat, minat, motivasi, emosi dan kemampuan kognitif. Faktor ekstern yaitu faktor-faktor keluarga, sekolah dan masyarakat. Salah satu faktor ekstern yang mempengaruhi prestasi belajar siswa adalah faktor sekolah, yang mencakup metoda mengajar, kurikulum, relasi guru siswa, sarana, dan sebagainya.

Sedangkan menurut Sardiman (2007), faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah faktor intern (dari dalam) diri siswa dan faktor ekstern (dari luar) siswa. Berkaitan dengan faktor dari dalam diri siswa, selain faktor kemampuan, ada juga faktor lain yaitu motivasi, minat, perhatian, sikap, kebiasaan belajar, ketekunan, kondisi sosial ekonomi, kondisi fisik dan psikis. Kehadiran faktor psikologis dalam belajar akan memberikan andil yang cukup penting. Faktor-faktor psikologis akan senantiasa memberikan landasan dan kemudahan dalam upaya mencapai tujuan belajar secara optimal.

Dari beberapa pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor-faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan disampaikan, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran yang digunakan guru di dalam proses belajar mengajar.

2.5. Model pembelajaran

Dalam pembelajaran model merupakan suatu cara atau tehnik yang di gunakan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran sehingga dapat mempermudah pencapaian pesan dan mempercepat pemahaman siswa terhadap materi yang disampaikan.

Menurut Aunurrahman (2010) model pembelajaran dapat diartikan sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat digunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas pembelajaran di kelas atau tempat-tempat lain yang melaksanakan aktivitas-aktivitas pembelajaran.

(11)

Menurut Istarani (2011) model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum, sedang dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.

Menurut Trianto (2012) model pembelajaran adalah suatu perencanaan atau suatu pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas atau pembelajaran dalam tutorial.

Berdasarkan definisi atau pengertian model pembelajaran yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran merupakan perangkat rencana atau pola yang digunakan oleh guru untuk merancang pembelajaran di kelas.

2.5.1. Jenis-jenis model pembelajaran

Menurut Agus Suprijono (2009) ada 29 model pembelajaran aktif yang dapat digunakan dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang termasuk dalam model pembelajaran aktif adalah learning stars with a question, plantet question, team quis, modeling the way, silent demonstration, practice-rehearsal pairs, reflektif, bermain jawaban, group resume, index card match, guided teaching, the learning cell, learning contracts, learning journals, examples non examples, picture and picture, cooperative script, artikulasi, snowball throwing, student facilitator and explaining, course review horey, demonstration, exsplicit instruction, cooperative integrated reading and composition , tebak kata, concept sentence, complette sentence, time token arends, dan student teams-achievemen divisions. Hakikatnya model pembelajaran aktif untuk mengarahkan atensi peserta didik terhadap materi yang dipelajarinya.

Di bawah ini akan dibahas tentang pengertian model picture and picture, kelebihan model picture and picture, kelemahan picture and picture dan penggunaan model picture and picture.

(12)

2.5.2. Pengertian model Pembelajaran Picture And Picture

Model Picture and Picture adalah suatu model pembelajaran dengan menggunaan media gambar. Dalam oprasionalnya gambar-gambar dipasangkan satu sama lain atau bisa jadi di urutkan menjadi urutan yang logis. Prinsip dasar dalam model pembelajaran picture and pictureadalah sebagai berikut:

1. Setiap anggota kelompok (siswa) bertanggung jawab atas segala sesuatu yang dikerjakan dalam kelompoknya.

2. Setiap anggota kelompok (siswa) harus mengetahui bahwa semua anggota kelompok mempunyai tujuan yang sama.

3. Setiap anggota kelompok (siswa) harus membagi tugas dan tanggung jawab yang sama di antara anggota kelompoknya.

4. Setiap anggota kelompok (siswa) akan dikenai evaluasi.

5. Setiap anggota kelompok (siswa) berbagi kepemimpinan dan membutuhkan keterampilan untuk belajar bersama selama proses belajarnya.

6. Setiap anggota kelompok (siswa) akan diminta mempertanggungjawabkan secara individual materi yang ditangani dalam kelompok kooperatif.

a. Ciri-ciri model picture and pictureadalah sebagai berikut :

1. Untuk menuntaskan materi belajarnya siswa harus memperhatikan penjelasan guru melalui gambar.

2. Masing-masing siswa diberi tugas untuk memasangkan gambar dengan peryataan yang ada.

3. Jika dalam kelas terdapat siswa yang tidak berani untuk memasangkan gambar maka guru harus memberikan motivasi secara langsung saat kegiatan pembelajaran berlangsung.

4. Melatih siswa untuk melaksanakan tugas dari guru secara lisan. 5. Melatih siswa untuk berpikir logis dan sistematis.

(13)

Picture and Picture adalah suatu model belajar yang menggunakan gambar dan dipasangkan/diurutkan menjadi urutan logis, yang dikembangkan oleh Kiranawati (2007). Langkah-langkah yang harus dilakukan dengan model picture and pictureadalah sebagai berikut:

1. Guru menyampaikan kompetensi yang ingin di capai. 2. Menyajikan materi sebagai pengantar.

3. Guru menunjukkan/memperlihat gambar-gambar yang berkaitan dengan materi

4. Guru menunjuk/memanggil siswa secara bergantian memasang/ mengurutkan gambar-gambar menjadi urutan yang logis.

5. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut

6. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/ materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

(14)

b. Penerapan Model Picture and Picture dalam EEK Tabel 2.1

Penerapan Model Picture and Picture dalam EEK

Tahapan Aktivitas

Kegiatan Awal a. Menyampaikan kompetensi yang ingin dicapai b. Menyampaikan materi sebagai pengantar. Kegiatan Inti 1. Eksplorasi

a. Bertanya jawab dengan siswa yang berkaitan dengan materi

b. Menjelaskan materi.

c. Menunjukkan/memperlihatkan gambar-gambar yang berkaitan dengan materi, kepada siswa

d. Menunjuk siswa secara bergantian untuk memasangkan/mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis

e. Bertanya jawab mengenai gambar yang diamati. 2. Elaborasi

a. Membentuk siswa menjadi beberapa kelompok secara heterogen.

b. Menjelaskan cara mengerjakan tugas kelompok. c. Membagikan gambar yang berkaitan dengan materi. d. Berdiskusi mengenai gambar yang diamati, kemudian

memasangkan gambar-gambar tersebut menjadi urutan yang logis.

e. Menyampaikan hasil diskusi.

f. Guru menanyakan alasan/dasar pemikiran urutan gambar tersebut.

3. Konfirmasi

a. Dari alasan/urutan gambar tersebut guru memulai menanamkan konsep/materi sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.

b. Kesimpulan/rangkuman Penutup a. Refleksi

(15)

2.5.3. Kelebihan dan Kelemahan Model Pembelajaran Picture And Picture: Menurut Istarani (2011) kelebihan dan kekurangan Picture And Picture adalah sebagai berikut:

a. Kelebihan Modelpicture and picture:

1. Materi yang diajarkan lebih terarah karena pada awal pembelajaran guru menjelaskan kompetensi yang harus dicapai dan materi secara singkat terlebih dahulu.

2. Siswa lebih cepat menangkap materi ajar karena guru menunjukkan gambar-gambar mengenai materi yang dipelajari.

3. Dapat meningkatkan daya nalar atau daya pikir siswa karena siswa disuruh guru untuk menganalisa gambar yang ada.

4. Dapat meningkatkan tanggung jawab siswa, sebab guru menanyakan alasan siswa mengurutkan gambar.

5. Pembelajaran lebih berkesan, sebab siswa dapat mengamati langsung gambar yang telah dipersiapkan oleh guru

b. Kelemahan Model Pembelajaran Picture And Picture:

Di samping memiliki beberapa kelebihan, maka modelpicture and picture juga tidak terlepas dari kelemahan. Kelemahan modelpicture and pictureadalah sebagai berikut:

1. Sulit menemukan gambar-gambar yang bagus dan berkulitas serta sesuai dengan materi pelajaran.

2. Sulit menemukan gambar-gambar yang sesuai dengan daya nalar atau kompetensi siswa yang dimiliki.

3. baik guru ataupun siswa kurang terbiasa dalam menggunakan gambar sebagai bahan utama dalam membahas suatu materi pelajaran.

4. Tidak tersedianya dana khusus untuk menemukan atau mengadakan gambar-gambar yang diinginkan.

(16)

Cara mengatasi kelemahan dari model pembelajaran picture and picture adalah sebagai berikut:

1. Mencari gambar-gambar yang diperlukan atau sesuai dengan materi melalui internet.

2. Guru dan siswa membiasakan diri dengan menggunakan model pembelajaran picture and picture dalam proses pembelajaran, oleh sebab itu guru harus kreatif dalam menyajikan pembelajaran dan menyiapkan alat peraga seperti gambar dalam proses pembelajaran.

3. Guru harus kreatif mencari gambar-gambar yang diperlukan pada koran-koran bekas dan lainnya atau mencari di internet dengan uang pribadi.

Penggunaan Model picture and picture

Penggunaan model picture and picture ini mempunyai tujuan agar siswa mampu memahami tentang cara mengatur atau menyusun sesuatu. Penggunaan model picture and picture menunjang proses interaksi belajar mengajar di kelas karena dapat memusatkan perhatian siswa pada pelajaran, meningkatkan partisipasi aktif siswa untuk mengembangkan kecakapan siswa dan memotivasi siswa untuk belajar lebih giat (Roestyah N.K, 1991).

Dengan kata lain penggunaan model picture and picture bertujuan untuk mewujudkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, menghindari kesalahan dalam memahami konsep-konsep dan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, serta dapat melatih kecakapan siswa dalam menganalisa sesuatu yang sedang berlangsung.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa model picture and picture adalah model yang dapat mengembangkan keaktifan siswa dalam proses belajar. 2.6. Penelitian Yang Relevan

Penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian sebagai berikut :

Irfa Riyana, (2010) dengan judul penerapan model pembelajaran picture and picture untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa tentang penggolongan hewan pada siswa kelas 4 semester I SDN Wonodadi 02

(17)

kecamatan Bandar kabupaten batang tahun ajaran 2010/2011. Tujuan dari hasil penelitian ini adalah agar siswa dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa setelah diterapkan model pembelajar picture and picture, hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA mengalami peningkatan. Dari jumlah keseluruhan 22 siswa yang tuntas 22 siswa (100%) dengan nilai rata-rata kelas 87.3 dan mengalami peningkatan aktivitas siswa dengan nilai 80 atau dalam kategori tinggi.

Sulastri, (2011) dengan judul meningkatkan keaktifan dan hasil belajar IPA melalui model picture and picture siswa kelas 4 semester I SDN Slungkep 02 Kecamatan Kayen Kabupaten Pati tahun ajaran 2011/2012. Tujuan dari hasil penelitian ini adalah agar siswa dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar dengan pendekatan model picture and picture. Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa setelah diterapkan model pembelajar picture and picture, keaktifan dan hasil belajar siswa dalam pembelajaran IPA mengalami peningkatan. Dari jumlah keseluruhan 25 siswa yang tuntas 25 siswa (100%) dengan nilai rata-rata kelas 87.3 dan Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran dengan nilai 85 atau dalam kategori tinggi.

2.7. Kerangka Pikir

Pembelajaran IPA dikatakan efektif, manakala terjadi peningkatan terhadap keaktifan dan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPA, banyak cara yang dapat ditempuh untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa, diantaranya adalah memilih strategi, model serta penggunaan media dan sumber belajar, agar tujuan pembelajaran yang diterapkan guru kepada siswanya dapat dicapai dengan baik. Salah satunya model belajar yang dapat digunakan dalam pembelajaran IPA adalah dengan model picture and picture. Dimana model picture and picture ini siswa dapat dilibatkan secara aktif dalam pembelajaran dengan menyebutkan gambar yang ditunjukkan oleh guru kemudian memasang atau mengurutkan gambar menjadi urutan yang logis sehingga proses pembelajaran pun dapat berjalan dengan baik sesuai dengan yang diharapkan oleh guru.

(18)

Gagasan penulis sampaikan berbentuk bagan alur pikir sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

2.8. Hipotesis penelitian

Berdasarkan perumusan masalah, kajian pustaka dan kerangka berpikir, maka Tindakan dalam pembelajaran dengan penggunaan model picture and picture diduga dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada siswa Kelas 4 SDN Tanjung 01 Kecamatan Bringin.

Siswa masih kurang aktif dan hasil belajar siswa pun masih

Guru masih menggunakan metode ceramah dalam pembelajaran IPA. Pra peneliti an Pada pembelajaran siklus 1 dan siklus 2 dengan menggunakan model picture and picture dalam proses pembelajaran siswa mampu mencari suatu informasi atau mencari jawaban

sendiri atas

permasalahan yang ada pada pelajaran IPA

Harapan:

Siswa menjadi lebih aktif, mandiri, pengetahuannya bertambah dan hasil belajarnya meningkat dalam mengikuti Dengan

menggunakan model picture and picture dalam pembelajaran IPA meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa kelas 4.

Tindakan

Keaktifan dan hasil belajar siswa kelas 4 pada mata pelajaran

IPA materi

“Perubahan

lingkungan fisik dan pengaruhnya terhadap daratan” mengalami peningkatan.

Hasil akhir

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

Referensi

Dokumen terkait

Kegiatan abdimas yang dilakukan adalah melakukan pendampingan kegiatan peningkatan kualitas masyarakat melalui strategi usaha (UMKM) dalam menghadapi pandemi covid 19 pada

Berdasarkan tabel diatas, peserta kelompok berjenis kelamin perempuan dan berstatus sebagai ibu rumah tangga dengan usia dari 33-46 tahun. Adapun hasil wawancara

Konseling individual adalah Suatu proses yang terjadi dalam hubungan seseorang dengan seseorang yaitu individu yang mengalami masalah yang tidak dapat diatasi,

Disahkan dalam rapat Pleno PPS tanggal 26 Februari 2013 PANITIA PEMUNGUTAN SUARA. Nama

Jenis penelitian ini adalah penelitian survei. Penelitian survei yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian survei tanpa kelompok pembanding

Lalita Eka Putri, S.Farm.,Apt., selaku Apoteker Pengelola Apotek serta Pembimbing I yang telah membagikan ilmu dan pengalaman, bimbingan, arahan, serta memberikan masukan

yang direkomendasikan Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

Dari yang telah dirumuskan di atas, pokok permasalahan pada tulisan ini yaitu: langkah apa saja yang diambil Pemerintah Indonesia dalam upaya mendukung Palestina agar