• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA"

Copied!
28
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskriptif Teori

1. Belajar

a.Pengertian Belajar

Banyak sekali pengertian belajar telah dikemukakan oleh para ahli, dan pengertian-pengertian itu berbeda antara yang satu dengan yang lainnya, berikut ini merupakan pengertian belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli. Menurut Sagala (2011:14) beberapa ahli mengemukakan pandangan yang berbeda terhadap pengertian belajar.

1) Belajar Menurut Pandangan Skinner

Skiner berpandangan bahwa belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progresif. Pada saat orang belajar, maka responya menjadi lebih baik. Sebaliknya, bila ia tidak belajar maka responya menurun. Langkah – langkah pembelajaran menurut pandangan Skinner berdasarkan teori kondising operan sebagai berikut :

a) Mempelajari keadaan kelas berkaitan dengan perilaku siswa

b) Membuat daftar penguat positif.

(2)

c) Memilih dan menentukan urutan tingkah laku yang dipelajari serta jenis penguatnya.

d) Membuat program pembelajaran.program pembelajaran berisi yang dikehendaki, penguatan, waktu, mempelajari perilaku dan evaluasi.

2) Belajar Menurut Pandangan Benjamin Bloom

Menurut Bloom pendidikan dibagi atas tiga kawasan (domain) yairu domain kognitif, domain afektif dan domain psikomotor.

3) Belajar Menurut Pandangan Jerome S. Bruner

Menurut bruner dalam proses belajar dapat dibedakan menjadi tiga fase yaitu: informasi, transformasi, dan evaluasi. Belajar merupakan pengembangan kategori-kategori dan pengembangan suatu sistem pengkodean.

Dari pandangan para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan sutau proses yang didalamnya terjadi perubahan perilaku, perubahan tersebut tercantum dalam tiga aspek yaitu kognitif, afektif, dan psikomotor. Pengertian belajar sebenarnya sangat kompleks, tergantung dari aspek mana kita melihat. Seperti yang kita ketahui belajar merupakan suatu proses perubahan, seseorang dianggap belajar jika terjadi perubahan

(3)

dalam dirinya, dan perubahan yang terjadi dalam diri seseorang banyak sekali baik sifat maupun jenisnya, tidak semua perubahan dalam diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar. Menurut Slameto (2010:3) Ciri-ciri perubahan tingkah laku dalam pengertian belajar yaitu :

1) Perubahan terjadi secara sadar

Ini berarti bahwa seseorang yang belajar akan menyadari terjadinya perubahan itu atau sekurang-kurangnya ia merasakan telah terjadi adanya perubahan dalam dirinya. Misalnya ia menyadari bahwa pengetahuannya bertambah.

2) Perubahan dalam belajar bersifat kontinu dan fungsional

Sebagai hasil belajar, perubahan yang terjadi dalam diri seseorang berlangsung secara berkesinambungan, tidak statis. Satu perubahan yang terjadi akan menyebabkan perubahan berikutnya dan akan berguna bagi kehidupan ataupun proses belajar berikutnya.

3) Perubahan dalam belajar bersifat positif dan aktif

Dalam perbuatan belajar, perubahan-perubahan itu senantiasa bertambah dan tertuju untuk memperoleh sesuatu yang lebih baik dari sebelumnya. Dengan demikian makin banyak usaha belajar itu dilakukan, makin banyak dan makin baik perubahan yang diperoleh. Perubahan yang bersifat aktif artinya bahwa perubahan itu tidak terjadi dengan sendirinya melainkan karena usaha individu sendiri.

(4)

4) Perubahan dalam belajar bukan bersifat sementara

Perubahan yang bersifat sementara atau temporer terjadi hanya untuk beberapa saat saja, tidak dapat digolongkan sebagai perubahan dalam arti belajar. Perubahan yang terjadi karena proses belajar bersifat menetap atau permanen. Ini berarti bahwa tingkah laku yang terjadi setelah belajar akan menetap.

5) Perubahan dalam belajar bertujuan atau terarah

Ini berarti bahwa perubahan tingkah laku itu terjadi karena ada tujuan yang akan dicapai. Perbuatan belajar terarah kepada peubahan tingkah laku yang benar-benar disadari.

6) Perubahan mencakup seluruh aspek tingkah laku

Perubahan yang diperoleh seseorang setelah melalui suatu proses balajar meliputi perubahan keseluruhan tingkah laku. Jika seseorang belajar sesuatu, sebagai hasilnya ia akan mengalami perubahan tingkah laku secara menyeluruh dalam sikap, keterampilan, pengetahuan , dan sebagainya.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar

Faktor yang mempengaruhi belajar, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor intern) dan faktor yang berasal dari luar (faktor ekstern). faktor intern dan faktor ekstern tersebut diuraikanoleh Slameto (2010:54) sebagi berikut:

(5)

1) Faktor - faktor intern meliputi a) Faktor jasmaniah

Sangat berpengaruh terhadap kemampuan belajar seseorang. Karena proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan-gangguan/ kelainan-kelainan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Begitu pula anak yang cacat tubuh, keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar.

b) Faktor Psikologis

Sekurang-kurangnya ada tujuh faktor yang tergolong ke dalam faktor psikologis yang mempengaruhi belajar. Faktor itu adalah intelegensi, perhatian, minat, kecerdasan, bakat, motif, kematangan.

c) Faktor kelelahan

Kelelahan pada seseorang walaupun sulit untuk dipisahkan tetapi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah menghindari jangan sampai terjadi kelelahan dalam belajarnya.

(6)

a) Faktor keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Faktor sekolah

Faktor sekolah yang mempengaruhi belajar ini mencakup metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, pelajaran dan waktu sekolah, standar pelajaran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Pengaruh itu terjadi karena keberadaannya siswa dalam masyarakat.

c.Prinsip-Prinsip Belajar

Menurut Wiliam Burton dalam Hamalik, (2001:31) menyebutkan adanya prinsip-prinsip belajar, yaitu sebagai berikut :

1) Proses belajar ialah pengalaman, berbuat, mereaksi, dan melampaui. 2) Proses itu melalui bermacam-macam ragam pengalaman dan mata

(7)

3) Pengalaman belajar secara maksimum bermakna bagi kehidupan murid.

4) Pengalaman belajar bersumber dari kebutuhan dan tujuan murid sendiri yang mendorong motivasi yang kontinu.

5) Proses belajar dan hasil belajar disyarati oleh hereditas dan lingkungan.

6) Proses belajar dan hasil usaha belajar secara materil dipengaruhi oleh perbedan-perbedaan individual di kalangan peserta didik.

7) Proses belajar berlangsung secara efektif apabila pengalaman-pengalaman dan hasil-hasil yang diinginkan disesuaikan dengan kematangan murid.

8) Proses belajar yang baik apabila murid mengetahui status dan kemajuan.

9) Proses belajar merupakan kesatuan fungsional dari berbagai prosedur. 10) Hasil-hasil belajar secara fungasioanal bertalian satu sama lain, tetapi

dapat didiskusikan secara terpisah.

11) Proses belajar berlangsung secara efektif di bawah bimbingan yang merangsang dan membimbing atanpa tekanan dan paksaan.

12) Hasli-hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, abilitas, dan keterampilan.

13) Hasil-hasil belajar diterima oleh murid apabila memberi kepuasan pada kebutuhannya dan berguna serta bermakna baginya

(8)

14) Hasil-hasil belajar dilengkapi dengan jalan serangkaian pengalaman-pengalaman yang dapat doperamakan dan dengan pertimbangan yang baik.

15) Hasil-hasil belajar itu lambat laun dipersatukan menjadi keperibadian dengan kecepatan yang bereda-beda.

16) Hasil-hasil belajar yang telah dicapai adalah bersifat kompleks dan dapat berbah-ubah, jadi tidak sederhana dan statis.

Prinsip-prinsip belajar hanya memberikan petunjuk umum tentang belajar. Tetapi hasi-hasil belajar itu tidak dapat dijadikan hukum berlajar yang bersifat mutlak, jika tujuan berbeda maka dengan sendirinya cara belajar juga harus berbeda.

d.Tujuan Belajar

Tujuan belajar sebenarnya sangat banyak dan bervariasi, tetapi secara umum Sardiman (2001:26) merangkum tujuan belajar menjadi tiga jenis yaitu:

1) Untuk mendapatkan pengetahuan

Hal ini ditandai dengan kemampuan berpikir. Pengetahuan dan kemampuan berpikir keduanya tidak dapat dipisahkan, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa bahan pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan.

(9)

2) Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu keterampilan, baik itu keterampilan jasmani maupun rohani. Keterampilan dapat dididik yaitu dengan banyak melatih kemampuan.

3) Pembentukan sikap

Alam menumbuhkan sikap, mental, perilaku, dan pribadi anak didik guru harus bijak dan hati-hati dalam pendekatannya. Untuk itu dibutuhkan kecakapan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berpikir dan memberika tauladan.

Dari uaraian diatas pada intinya tujuan belajar adalah ingin mencapai atau mendapatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap. Dan pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar.

2. Hasil Belajar

a.Pengertian Hasil belajar

Sudjana (2010:22) menyatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman belajarnnya. Howard Kingsley dalam Sudjana (2010:22) membagi hasil belajar menjadi tiga macam yaitu (a) keterampilan dan kebiasaan, (b) pengetahuan dan pengertian, (c) sikap dan cita-cita..

(10)

Masing-masing jenis hasil belajar dapat diisi dengan bahan yang telah ditetapkan dalam kurikulum.

Menurut Purwanto (2009:34) hasil belajar merupakan perubahan perilaku siswa akibat belajar. Perubahan itu diupayakan dalam proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan menurut Wingkel dalam Purwanto (2009:39) hasil belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya.

Menurut Gagne (Purwanto, 2009:42) hasil belajar adalah terbentuknya konsep, yaitu kategori yang kita berikan pada stimulus yang ada di lingkungan yang menyediakan skema yang terorganisasi untuk asimilasi stimulus- stimulus baru dan menentukan hubungan di dalam dan diantara kategori-kategori. Kemudian lima kategori hasil belajar menurut Gagne (Sudjana, 2010:22) yaitu: (a) informasi verbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d) sikap, dan (e) keterampila motoris.

Dari beberapa pengertian hasil belajar dari beberpa ahli diatas dapat disimpulkan bahwa hasil belajar adalah terbentuknya kemampuan yang dimiliki siswa baik aspek kognitif, afektif, dan psikomotor oleh kegiatan belajar yang diterimannya.

b. Tujuan Hasil belajar

Menurut Bloom (Sukardi, 2008:75) menyatakan bahwa, tujuan belajar siswa diarahkan untuk mencapai ketiga ranah/domain . Ketiga

(11)

ranah tersebut adalah ranah kognitif, afektif dan psikomotor. Dalam proses kegiatan belajar mengajar, ketiga ranah tersebut dijadikan pedoman untuk penilaian terhadap hasil belajar siswa. Sehingga melalui ketiga ranah ini akan terlihat adanya tingkat keberhasilan siswa dalam menerima hasil pembelajaran atau ketercapaian siswa dalam penerimaan pembelajaran. Berikut adalah tipe hasil belajar yang dikemukakan oleh beberapa ahli.

1) Ranah Kognitif (Bloom, dkk.) yang dikutip Dimyati terdiri dari enam jenis perilaku sebagai berikut :

a) Pengetahuan, mencapai kemampuan ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. Pengetahuan itu berkenaan

dengan fakta, peristiwa, pengertian, kaidah, teori, prinsip, atau

metode.

b) Pemahaman, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna tentang hal yang dipelajari.

c) Penerapan, mencakup menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

d) Analisis, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami

(12)

dengan baik.

e) Sintesis, mencakup kemampuan membentuk suatu pola baru. f) Evaluasi, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang

beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu.

Berdasarkan dengan indikator yang ada, maka dalam penelitian ini jenis yang akan diteliti adalah pada aspek pengetahuan, pemahaman, penerapan dan analisis saja.

2) Ranah Afektif (Krathwohl & Bloom, dkk.) yang dikutip Dimyati terdiri dari lima perilaku-perilaku sebagai berikut:

a) Penerimaan, yang mencakup kepekaan tentang hal tertentu dan kesediaan memperhatikan hal tersebut.

b) Partisipasi, yangmencakup kerelaan, kesediaan memperhatikan, dan berpartisipasi dalam suatu kegiatan.

c) Penilaian dan penentuan sikap, yang mencakup menerima suatu nilai, menghargai, mengakui, dan menentukan sikap.

d) Organisasi, yang mencakup kemampuanmembentuk suatu sistem nilai sebagai pedoman dan pegangan hidup.

e) Pembentukan pola hidup, yang mencakup kemampuan menghayati nilai dan membentuknya menjadi pola nilai kehidupan pribadi.

(13)

Berdasarkan dengan indikator yang ada, maka dalam penelitian ini jenis yang akan diteliti adalah pada aspek penerimaan, penghargaan, merespon dan penilaian saja.

3) Ranah Psikomotor (Simpson) yang dikutip Dimyati yang terdiri dari tujuh jenis perilaku sebagai berikut:

a) Persepsi, yang mencakup kemampuan memilah-milahkan (mendeskriminasikan) hal-hal secara khas, dan menyadari adanya perbedaan yang khas tersebut.

b) Kesiapan, yang mencakup kemampuan penempatan diri dalam keadaan di mana akan terjadi suatu gerakan atau rangkaian gerakan. c) Gerakan terbimbing, mencakup kemampuan melakukan gerakan

sesuai contoh, atau gerakan peniruan.

d) Gerakan yang terbiasa, mencakup kemampuan melakukan gerakan gerakan tanpa contoh.

e) Gerakan kompleks, yang mencakup kemampuan melakukan gerakan atau keterampilan yang terdiri dari banyak tahap, secara

lancar, efisien, dan tepat.

f) Penyesuaian pola gerakan, yang mencakup kemampuan

(14)

persyaratan khusus yang berlaku.

g) Kreativitas, mencakup kemampuan melahirkan pola gerak-gerak yang baru atas dasar prakarsa sendiri.

Berdasarkan dengan indikator yang ada, maka dalam penelitian ini jenis yang akan diteliti adalah pada aspek manipulasi, menirukan, dan keseksamaan.

Tujuan pelaksanaan pembelajaran adalah untuk meningkatkan kecakapan siswa terhadap aspek kognitif, afektif dan psikomotor. Hal ini ditegaskan Sudjana (2009:49) yang menyatakan bahwa ketiga aspek (kognitif, afektif dan psikomotor) tersebut tidak dapat berdiri sendiri-sendiri tetapi merupakan satu kesatuan, dan harus dipandang sebagai sasaran hasil belajar. Jadi hasil belajar dapat dilihat dari perubahan dari ketiga aspek tersebut.

c. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar yang dicapai siswa dalam proses pembelajaran tidak dapat terlepas dari faktor-faktor yang dapat mempengaruhinya. Untuk itu, Syah (2006: 144) mengemukakan faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa terdiri dari dua faktor, yaitu faktor yang datangnya dari dalam diri individu siswa (internal factor), dan faktor yang datangnya

(15)

dari luar diri individu siswa (eksternal factor). Keduanya dapat dijelaskan sebagai berikut:

Faktor internal anak, meliputi:

1) Faktor psikis (jasmani). Kondisi umum jasmani yang menandai dapat

mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti

pelajaran.

2) Faktor psikologis (kejiwaan). Faktor yang termasuk aspek psikologis

yang dapat mempengaruhi kualitas perolehan hasil belajar siswa

antara lain: (1) Intelegensi, (2) sikap, (3) bakat, (4) minat, dan (5)

motivasi.

Faktor eksternal anak, meliputi :

1) Faktor lingkungan sosial, seperti para guru, staf administrasi dan teman teman sekelas.

2) Faktor lingkungan non-sosial, seperti sarana dan prasarana sekolah/ belajar, letaknya rumah tempat tinggal keluarga, keadaan cuaca dan waktu belajar yang digunakan anak.

3) Faktor pendekatan belajar, yaitu cara guru mengajar guru, maupun metode dan media pembelajaran yang digunakan.

(16)

Maka dapat disimpulkan bahwa paling tidak ada dua faktor utama yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa, yaitu faktor yang datangnya dari dalam diri siswa (internal), dan faktor yang datannya dari luar disi siswa (eksternal).

3. Hakekat IPA

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan bagian dari Pengetahuan atau Sains yang semua berasal dari bahasa Inggris ”science”. Menurut H.W Fower (Trianto 2010:136) medeskripsikan IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala keberadaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Sedangkan menurut Kardi dan Nur (Trianto 2010:136) IPA adalah ilmu tentang dunia zat, baik makhluk hidup mamupun benda mati yang diamati. Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa IPA adalah suatu pengetahuan yang sistematis mengenai pengamatan makhluk hidup mamupun benda mati.

Hakikat IPA dipandang dari segi produk, proses dan dari segi pengembangan sikap Donosepoetro (Trianto 2010:137). Ketiga dimensi IPA tersebut yaitu:

(17)

Diartikan sebagai semua kegiatan ilmiah untuk menyempurnakan pengetahuan tentang alam maupun untuk menemukan pengetahuan baru.

b. IPA Sebagai Produk

Diartikan sebagai hasil proses berupa pengetahuan yang diajarkan dalam sekolah atau di luar sekolah ataupun bahan bacaan untuk penyebaran atau dissminasi pengetahuan.

c. IPA Sebagai Prosedur

Maksudnya adalah metodologi atau cara yang dipakai untuk mengetahui sesuatu yang lazim disebut metode ilmiah.

Secara khusus fungsi dan tujuan IPA berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Mulyasa, 2006:111) bertujuan agar peserta didik memiliki kemampuan:

a. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya. b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahanman konsep-konsep IPA

yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalamkehidupan sehari-hari. c. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang

adannya hubungna yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi, dan masyarakat.

(18)

memecahkan masalah dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga, melestarikan lingkungan alam.

f. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan

g. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang selanjutnnya yaitu SMP/MTS. IPA mengandung nilai-nilai tertentu yang berguna bagi masyarakat. Nilai disini merupakan sesuatu yang dianggap berharga dalam IPA dan

menjadi tujuan yang akan dicapai. Nilai-nilai nonkebendaan yang terkandung dalam IPA menurut Trianto (2010:138) yaitu: (a)Nilai Praktis, (b)Nilai Intelektual, (c)Nilai Sosial-Budaya-Ekonomi-Pilitik, (d)Nilai Kependidikan, (e)Nilai Keagamaan.

Tabel 2.1. Hasil belajar yang Akan Dicapai dalam Pembelajaran

Aspek kognitif Aspek Afektif Aspek Psikomotor

Menjelaskan sifat-sifat cahaya, mendemonstrasikan, membuat, dan menjelaskan pembiasan cahaya

Mengembangkan perilaku berkarakter meliputi: Menjawab pertanyaan, bertanya kepada teman, bertanya kepada guru, Senang, bekerja secara kelompok, dan bertangungjawab Terampil dalam menggunakan alat peraga, Menggunakan alat, Menggunakan alat peraga dengan baik, Membuat alat peraga

(19)

4. Materi

Materi yang akan digunakan sesuai dengan standar kompetensi dasar dan indikator sebagai berikut :

Standar kompetensi Menerapkan sifatsifat cahaya melalui kegiatan membuat suatu karya/model

Kompetensi dasar Mendeskripsikan sifat-sifat cahaya

Indikator 1. Menjelaskan sifat-sifat cahaya

2. Mendemonstrasikan sifat bayangan pada cermin datar, cembung dan cekung

3. Membuat karya sederhana pemanfaatan sifat-sifat

cahaya

4. Pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari

Semua benda yang dapat memancarkan cahaya disebut sumber cahaya. Contoh sumber cahaya adalah matahari, lampu, senter, dan bintang. Cahaya memiliki sifat merambat lurus, menembus benda bening, dan dapat dipantulkan.

a. Cahaya Merambat Lurus

Dapat dicontohkan dengan melihat cahaya matahari yang masuk melalui celah-celahatau jendela yang ada di rumah.

b. Cahaya Menembus Benda Bening

Kaca yang bening dapat ditembus oleh cahaya matahari. Misalnya

kaca jendela rumah, pintu kaca, dan lain-lain

(20)

(cekung dan cembung)

Cermin datar adalah cermin yang permukaan pantulnya datar. Contohnya cermin yang ada di meja rias. Cermin cekung adalah cermin yang pemukaan pantulnya berupa cekungan. Cekungan ini seperti bagian dalam dari bola. Contohnya bagian dalam lampu senter dan lampu mobil. Cermin cembung adalah cermin yang permukaan pantulnya berupa cembungan. Cembungan ini seperti bagian luar suatu bola. Contohnya spion pada mobil dan motor.

1) Sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin datar

a) Bayangan benda tegak dan semu. Bayangan semu adalah bayangan yang dapat kita lihat dalam cermin, tetapi di tempat bayangan tersebut tidak terdapat cahaya pantul.

b) Besar dan tinggi bayangan sama dengan besar dan tinggi benda sebenarnya.

c) Jarak benda dengan cermin sama dengan jarak bayangannya. Bagian kiri pada bayangan merupakan bagian kanan pada benda dan sebaliknya.

2) Sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin cekung

Contoh cahaya yang mengenai cermin cekung adalah dari pemantul cahaya pada lampu mobil dan lampu senter menggunakan cermin cekung. Bayangan yang dibentuk oleh cermin cekung bergantung pada letak benda. Jika letak benda dekat dengan cermin

(21)

cekung maka akan terbentuk bayangan yang memilki sifat semu, lebih besar, dan tegak. Ketika benda dijauhkan dari cermin cekung maka akan diperoleh bayangan yang bersifat nyata dan terbalik.

a) Sifat-sifat cahaya yang mengenai cermin cembung

Benda-benda yang menggunakan cermin cembung, yaitu cermin pada kaca spion kendaraan bermotor baik mobil ataupun motor. Pada kendaraan bermotor, kaca spionnya menggunakan cermin cembung dengan tujuan agar pengemudi lebih mudah mengendarai kendaraannya, ketika melihat kendaraan dan benda lain yang ada di belakangnya. Jika memperhatikan kendaraan yang ada di belakang motor atau mobil yang sedang dinaiki maka bayangan mobil di cermin terlihat lebih kecil dari aslinya. Sifat bayangan yang dibentuk oleh cermin cembung adalah semu, tegak dan diperkecil.

b) Pembiasan cahaya dalam kehidupan sehari-hari

Dapat dicontohkan dengan kolam yang airnya jernih terlihat lebih dangkal dari sebenarnya. Peristiwa ini merupakan salah satu bentuk pembiasan cahaya yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. pensil yang berada di gelas yang beisi air terlihat bengkok. Selain itu, uang logam yang dimasukkan ke dalam gelas yang berisi air terlihat lebih dangkal. Kedua peristiwa ini merupakan contoh peristiwa pembiasan cahaya.

(22)

5. Metode Penemuan Terbimbing (Discovery)

Pembelajaran dengan penernuan (Discovery Learning) merupakan suatu komponen penting dalam pendekatan konstruktivis yang telah memiliki sejarah panjang dalam dunia pendidikan. Ide pembelajaran penernuan (Discovery Learning) muncul dari keinginan untuk memberi rasa senang kepada siswa dalam "menemukan" sesuatu oleh mereka sendiri dengan mengikuti jejak para ilmuwan. Menurut Suryosubroto (2009:178) metode penemuan terbimbing adalah suatu prosedur mengajar yang mementingkan pengajaran, perseorangan, manipulasi objek dan lain-lain percobaan, sebelum sampai pada generalisasi. Alasan pengunaan metode discovery karena:

a. Merupakan suatu cara untuk mengembangkan cara belajar siswa aktif

b. Dengan menemukan sendiri merupakan pengertian yang betul-betul dikuasai dan mudah digunakan untuk ditransfer dalam situasi lain.

c. Dengan menggunakan penemuan ini, siswa juga belajar berpikir analisis dan mencoba memecahkan problem yang dihadapi sendiri, kebiasaan ini akan ditransfer dalam kehidupan bermasyarakat.

Pada pembelajaran dengan penemuan terbimbing, siswa didorong untuk belajar melalui keterlibatan aktif dengan konsep-konsep dan prinsip-prinsip. Namun dalam proses penemuan ini siswa tidak menemukannya

(23)

sendiri, siswa mendapat bantuan atau bimbingan dari guru agar mereka lebih terarah sehingga baik proses pelaksanaan pembelajaran maupun tujuan yang dicapai terlaksana dengan baik. Bimbingan guru yang dimaksud adalah memberikan bantuan agar siswa dapat memahami tujuan kegiatan yang dilakukan dan berupa arahan tentang prosedur kerja yang perlu dilakukan dalam kegiatan pembelajaran. Adapun Fungsi metode penemuan terbimbing dikemukakan oleh Hanafiah dan Suhana (2010:78) yaitu : (1) Membangun sikap aktif, kreatif, dan inovatif dalam proses pembelajaran dalam rangka mencapai tujuan pengajaran. (2) Membangun sikap percaya diri dan terbuka terhadap hasil temuannya.

Setiap metode pasti memiliki keunggulan dan kelemahannya masing-masing, begitu juga metode penemuan terbimbing ini memiliki keunggulan yang dipaparkan oleh Hanafiah dan Suhana (2010:79) adalah sebagai berikut:

a. Membantu peserta didik mengembangkan kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif

b. Peserta didik memperoleh pengetahuan secara individual sehingga dapat dimengerti dan mengendap dalam pikirannya.

c. Dapat membangkitkan motivasi dan gairah belajaar peserta didik untuk belajar dengan giat.

(24)

d. Memberikan peluang untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuan dan minat masing-masing

e. Memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses menemukan sendiri karena pembelajaran berpusat pada peserta didik dengan peran guru yang sangat terbatas.

Kemudian kelemahan-kelemahan metode penemuan terbimbing adalah sebagai berikut:

a. Siswa harus memiliki kesiapan dan kematangan mental, siswa harus berani dan berkeinginan untuk mengetahui keadaan sekitarnnya dengan baik.

b. Keadaan kelas yang jumlahnnya banyak tidak akan mencapai hasil yang memuaskan jika menggunakan meode ini.

c. Guru dan siswa yang sudah sangat terbiasa dengan proses belajar mengajar gaya lama maka metode ini dianggap mengecewakan.

d. Ada kritik, bahwa proses dalam metodepenemuan terbimbing terlalu mementingkan proses pengertian saja, kurang memperhatikan perkembangan sikap dan keterampilan bagi siswa.

Hal yang tidak kalah pentingnnya dalam metode penemuan terbimbing adalah langkah –langkah atau bagaimana cara menggunakan metode ini.

(25)

Dibawah ini dijelaskan langkah-langkah metode penemuan terbimbing yang harus dilakukan oleh guru kepada siswanya adalah sebgai berikut:

a. Mengidentifikasi kebutuhan siswa

b. Seleksi pendahuluan terhadap konsep yang akan dipelajari

c. Seleksi bahan atau masalah yan akan dipelajari

d. Mengecek pemahaman peserta didik terhadap masalah yang akan diselidiki dan ditemukan

e. Mempersiapkan setting kelas

f. Mempersiapkan fasilitas yang diperlukan

g. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melakukan penyelidikan dan penemuan

h. Menganalisis sendiri atas data temuan

i. Merangsang terjadinya dialog interaksi antar peserta didik.

j. Memberi penguatan kepada peserta didik untuk giat dalam melakukan penemuan

k. Memfasilitasi peserta didik dalam merumuskan prinsip-prinsip dan generalisasi atas hasil temuannya.

(26)

B. Penelitian Yang Relevan

Menurut penelitian yang dilakukan Rida Susanti tahun 2011 dengan judul “Peningkatan Hasil Belajar IPA Kompetensi Dasar Mendeskripsikan Sifat-Sifat Cahaya Melalui Metode Discovery di Kelas V SD N 3 Kalibagor” memperoleh hasil bahwa hasil belajar aspek kognitif pada siklus I diperoleh nilai rata-rata 65,14 % dengan ketuntasan belajar 45,70% mengalami menaikan pada siklus II yaitu diperoleh nilai rata-rata 80,85% dengan ketuntasan belajar 88,57% , dan pada hasil belajar afektif sklus I diperoleh presentase sebesar 68,03% meningkat pada siklus II menjadi 87,32%, kemudian hasil belajar psikomotor pada siklus I diperoleh presentase sebesar 69,92% meningkat menjadi 85,21%. Dengan demikian hasil penemuan ini terbukti bahwa metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

Penelitian Tindakan Kelas yang relevan ini untuk mendukung Peningkatan Hasil Belajar Matematika menggunakan Metode Discovery Menggunakan Luas Bangun Datar Sederhana dalam Pemecahan Masalah.

Dalam Penelitian Tindakan Kelas yang telah dilaksanakan oleh Sri Muryaningsih tahun 2010 , disimpulkan bahwa :

Peningkatan Hasil Belajar Matematika Materi Bangun Datar Melalui Metode Penemuan Terbimbing Di Kelas VB SD Negeri Karanglo Tahun Pelajaran 2010/2011. Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan hasil belajar ranah kognitif dari siklus I 46,15% menjadi 75,92% serta pada siklus III menjadi 88,5%. Hasil belajar ranah afektif dari siklus I 58,23% menjadi 73,60% pada

(27)

siklus II dan 86,25% pada siklus III. Sedangkan hasil belajar pada ranah psikomotor dari 63,17% pada siklus I menjadai 65,66% pada siklus II serta 86,5% pada siklus III. Dari penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar matematika.

C. Kerangka Berpikir

Keberhasilan peningkatan mutu pembelajaran dipengaruhi oleh banyak faktor antara lain siswa, guru, kurikulum, sarana prasarana, fasilitas sekolah, lingkungan sekolah, dan lain-lain. Guru merupakan kendali utama dari meningkatkan mutu, memiliki pengaruh yang sangat besar oleh sebab itu guru dituntut untuk dapat mencari dan menerapkan strategi pembelajaran yang tepat agar siswa dapat aktif dalam proses pembelajaran.

Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan, ditemukan masalah-masalah dalam pembelajaran IPA pada umumnya dan materi benda dan sifatnnya pada umumnnya. Kesulitan yang terjadi pada siawa yang kurang aktif dalam proses pembelajaran, dan pembelajaran yang hanya menggunakan metode konvensional padahal dalam materi ini dibutuhkan kegiatan percobaan-percobaan. Melihat permasalahan-permasalahan tersebut, menerapkan metode penemuan terbimbing untuk mengatasinnya diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar IPA.

Penelitian ini akan dilakuakan sekurang-kurangnnya 2 siklus, dan tiap siklus terdiri dari dua pertemuan.

(28)

Gambar 2.1 Alur Kerangka Berpikir D. Hipotesis Tindakan

1. Melalui penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA yaitu pada aspek kognitif materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Pamijen.

2. Melalui penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA yaitu pada aspek afektif materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Pamijen

3. Melalui penerapan metode penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA yaitu pada aspek psikomotor materi sifat-sifat cahaya pada siswa kelas V SDN 1 Pamijen

 

• Hasil belajar siswa rendah

• Pembelajaran masih mengunakan metode konvensional.

KONDISI AWAL

Siklus I :Guru menerapkan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran IPA materi sifat-sifat cahaya dan

penggunaannya dengan percoban menggunakan alat peraga

Guru Menerapkan Metode Penemuan

Terbimbing

TINDAKAN

Siklus II: Guru menerapkan metode penemuan terbimbing dalam pembelajaran IPA materi materi sifat-sifat cahaya dan penggunaannya dengan percoban menggunakan alat Diduga melalui penerapan metode

penemuan terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar IPA materi materi sifat-sifat cahaya di kelas V SD N 1 Pamijen

HASIL AKHIR

Gambar

Tabel 2.1. Hasil belajar yang Akan Dicapai dalam Pembelajaran
Gambar 2.1  Alur Kerangka Berpikir  D.  Hipotesis Tindakan

Referensi

Dokumen terkait

siswa dalam kelompok untuk mencapai kompetensi belajar (Johnson & Johnson, 1987).  Siswa dibagi menjadi kelompok-kelompok. kecil dan diarahkan untuk mempelajari subtansi

Perlu dilakukan pengujian usulan model pemilihan mahasiswa lulusan terbaik pada contoh kasus yang berbeda sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk menyempurnakan

yang direkomendasikan Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

Kegiatan abdimas yang dilakukan adalah melakukan pendampingan kegiatan peningkatan kualitas masyarakat melalui strategi usaha (UMKM) dalam menghadapi pandemi covid 19 pada

Indikasi utama untuk total knee arthroplasty adalah untuk mengurangi rasa nyeri yang berhubungan dengan arthritits di lutut pada pasien yang gagal dengan terapi non operatif..

Oleh karena itu bagi lembaga pendidikan yang mengembangkan pendidikan vokasi tidak perlu minder dan kemudian mengubah menjadi pendidikan akademik, karena akan

ANALISIS DEBIT BANJIR KALA ULANG SUNGAI KALI SAPI (Studi Kasus Keruntuhan Jembatan Kali

Research gap dalam penelitian ini adalah menurut penelitian Anita Tria et.al dengan judul Pengaruh Gaya Kepemimpinan, Kompensasi Dan Lingkungan Kerja Terhadap Disiplin