• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas penggunaan modul dalam pembelajaran fisika di kelas VII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada pokok bahasan zat dan wujudnya - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Efektifitas penggunaan modul dalam pembelajaran fisika di kelas VII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada pokok bahasan zat dan wujudnya - USD Repository"

Copied!
241
0
0

Teks penuh

(1)

i   

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN MODUL DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI KELAS VII B SMP KANISIUS GAYAM YOGYAKARTA PADA POKOK

BAHASAN ZAT DAN WUJUDNYA Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Fisika

Disusun oleh: Cicilia Mamman Taruk Datu

NIM: 061424008

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUANALAM FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

vii   

ABSTRAK

Cicilia Mamman Taruk Datu, “Efektivitas Penggunaan Modul Dalam Pembelajaran Fisika Di Kelas VII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta Pada Pokok Bahasan Zat Dan Wujudnya”.

Program Studi Pendidikan Fisika, Jurusan Penididikan Matematikan dan Ilmu Pengetahuan Alam, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta. 2011.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan modul dalam pembelajaran fisika terhadap hasil belajar,keaktifan, dan sikap siswa kelas VII pada pokok bahasan zat dan wujudnya.

Penelitian ini mulai dilaksanakan pada tanggal 11-25 Oktober 2010 di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta. Subyek penelitian ini adalah siswa-siswi SMP Kanisius Gayam kelas VII B yang berjumlah 21 siswa. Penelitian ini terdiri dari dua bagian pokok, yaitu pelaksanaan kegiatan belajar mengajar dan pengumpulan data. Dalam melaksanakan proses belajar mengajar siswa diberikan modul untuk belajar secara mandiri. Sedangkan untuk mengumpulkan data peningkatan hasil belajar digunakan pretest dan posttest, untuk melihat keterlibatan siswa digunakan lembar pengamatan keterlibatan yang diamati secara langsung selama proses pembelajaran oleh observer, dan kuisioner untuk pengukur minat siswa terhadap pembelajaran menggunakan modul.

Peningkatan hasil belajar siswa dianalisis secara kuantitatif menggunakan T-test, sedangkan keterlibatan siswa selama mengikuti proses belajar mengajar dengan modul dan minat siswa dianalisis menggunakan persentase.

(8)

viii   

ABSTRCAT

Cicilia Mamman Taruk Datu, “Effectiveness of Empoying Module In Physics Teaching for Student of Junior High School at The 7th B Class of Kanisius Gayam Yogyakarta On The Topic Subtance and Their Shapes”.

Physics Education Study Program, Mathematics and Science Education, Faculty of Teacher Training and Education Sanata Dharma University, Yogyakarta, 2011.

The research aims at investigating effectiveness of employing module in physics teaching foward the student learning achievement, participation, and scientific attitude in the teaching/learning process on the topic substance and Their Shapes.

The research was done at Kanisius Gayam Yogyakarta junior high scholl of 11th- 25th October 2010 with 21 students at VII B class as the research sample. The main part of the research were the teaching/learning activities and the data gathering process. Therefore, the module were used students to study autonomously in teaching/learning process. The instruments for collecting data were (1) pretest and posttest used o know student’s achievements, (2) sheet of student involvement used to know students involvement in teaching/learning process, and (3) questionnaires used to know the students interest toward teaching/learning.

Increase the student’s learning achievement analyzed using quantitative method is T-test, student’s involvement/participation and student’s interest analyzed using percentage.

(9)

ix   

KATA PENGANTAR

Puji syukur Kehadirat Tuhan Yesus Kristus, atas penyertaan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Penulis menyadari bahwa skripsi ini tidak dapat selesai tanpa bimbingan, bantuaan, dukungan, serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin mengucapkan terimakasih kepada: 1. Bapak Drs. Severinus Domi, M.Si selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan waktunya untuk membimbing, mengarahkan, membagi ilmu, memberikan saran dan kritik sehingga skripsi ini dapat selesai dengan baik.

2. Segenap Dosen Program Studi Pendidikan Fisika yang telah membimbing, memberikan ilmu dan pengalaman hidup selama penulis menempuh studi di Universitas Sanata Dharma.

3. Staf Sekretariat JP MIPA yang telah membantu penelitian dalam mengurus administrasi.

4. Kepala Laboratorium Fisika Bapak Dr. Edi Santosa dan segenap stafnya atas bantuannya dalam menyediakan alat-alat fisika yang dibutuhkan peneliti.

5. Ibu Maria Hartini,S.pd selaku kepala sekolah SMP Kanisius Gayam Yogyakarta yang telah memberikan ijin untuk penelitian skripsi.

6. Ibu Ika selaku guru bidang studi Fisika yang telah memberikan waktu dan bantuannya selama penelitian berlangsung.

7. Para siswa kelas VIIB SMP Kanisius Gayam Yogyakarta atas kerjasamanya selama proses belajar mengajar.

(10)

x   

9. Papa dan Mama atas doa, kasih sayang, dukungan, dan perjuangan kalian untuk menjadikan saya pribadi yang lebih baik. Skripsi ini adalah hadiah kecil buat kalian.

10.Adik-adikku atas motivasi dan doanya. Karena keberadaan kalianlah yang membuatku semakin bersemangat dalam hidup.

11.Empat Ksatria: Libahi (Koko Rudy), Awei (Miranda), Jawa (Ratna Dwi Astuti), dan Si Mungil (Desi) yang selalu ada buatku memberikan semangat dan bantuan dalam menyelesaikan skripsi, serta waktu bersama kalian.

12.Teman-teman angkatan 2006 Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma atas kebersamaannya.

13.Seluruh pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu peneliti dalam penyusunan skripsi ini.

Peneliti berharap semoga skripsi ini dapat berguna bagi pendidikan di Indonesia dan pembelajaran di sekolah.

(11)

xi   

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

LEMBAR PUBLIKASI ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRCAT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

DAFTAR TABEL ... xvii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. LATAR BELAKANG ... 1

B. RUMUSAN MASALAH ... 3

C. TUJUAN PENELITIAN ... 4

D. MANFAAT PENELITIAN ... 4

(12)

xii   

A. EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN ... 5

B. PEMBELAJARAN AKTIF ... 7

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 14

4. Penilaian Hasil Belajar ... 16

F. BAHAN AJAR ... 19

1. Pengertian Bahan Ajar ... 20

2. Ragam/Jenis Bahan Ajar ... 21

3. Cakupan Bahan Ajar ... 21

4. Kriteria Bahan Ajar ... 22

G. PEMBELAJARAN DENGAN MODUL ... 23

1. Pengertian Modul ... 23

2. Struktur Pembelajaran Modul ... 26

3. Strategi Pembelajaran Modul ... 31

4. Tujuan dan Manfaat Modul Dalam Proses Pembelajaran ... 33

BAB III. METODOLOGI PENELTIAN ... 38

A. RANCANGAN PENELITIAN ... 38

B. SUBYEK PENELITIAN ... 39

C. TEMPAT DAN WAKTU PENELITIAN ... 39

D. TREATMENT ... 39

1. Tahap Persiapan ... 39

2. Tahap Proses Pembelajaran ... 40

E. INSTRUMEN ... 40

(13)

xiii 

3. Keterlibatan Siswa Mengikuti Pembelajaran dengan Modul ... 55

BAB IV. ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN ... 60

A. PELAKSANAAN PENELITIAN ... 60

B. DATA DAN ANALISIS DATA ... 63

1. Hasil Belajar ... 63

2. Pemahaman Awal Siswa Tentang Zat dan Wujudnya ... 71

3. Pemahaman Akhir Siswa Tentang Zat dan Wujudnya ... 84

4. Analisis Pemahaman Konsep Siswa ... 102

a. Perubahan Pemahaman Konsep ... 102

b. Peningkatan Pemahaman Konsep ... 105

5. Minat siswa Terhadap Pembelajaran ... 108

6. Keterlibatan Siswa ... 112

C. PEMBAHASAN ... 118

1. Hasil Belajar ... 121

2. Minat Siswa Terhadap Pembelajaran ... 123

3. Keterlibatan Siswa ... 123

4. Wawancara ... 125

BAB V. PENUTUP ... 127

A. KESIMPULAN ... 127

B. KETERBATASAN PELAKSANAAN PENELITIAN ... 128

(14)

xiv   

(15)

xv   

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Ijin Penelitian ... 135

Lampiran 2 Kisi-kisi Soal Pretest ... 136

Lampiran 3 Kisi-kisi Soal Postest ... 138

Lampiran 4 Soal Pretest ... 140

Lampiran 5 Soal Postest ... 142

Lampiran 6 Pedoman Jawaban Pretest ... 144

Lampiran 7 Pedoman Jawaban Postest ... 148

Lampiran 8 jawaban Pretes siswa ... 159

Lampiran 9 jawaban Postes Siswa ... 161

Lampiran 10 Modul Pembelajaran ... 167

Lampiran 11 Jawaban Lembar Kerja Siswa I ... 190

Lampiran 12 Jawaban Lembar Kerja Siswa II ... 192

Lampiran 13 Jawaban Lembar Kerja Siswa III ... 193

Lampiran 14 Lembar Pengamatan Keterlibatan Siswa ... 196

Lampiran 15 Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa pada Pertemuan I ... 199

Lampiran 16 Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa pada Pertemuan II ... 201

(16)

xvi   

Lampiran 18 Hasil Pengamatan Keterlibatan Siswa pada Pertemuan IV ... 205

Lampiran 19 Kuisioner Minat Siswa Terhadap Pembelajaran ... 207

Lampiran 20 Jawaban kuisioner Minat Siswa ... 210

Lampiran 21 Daftar Kehadiran Siswa ... 214

Lampiran 22 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 217

(17)

xvii   

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1 Tabel kisi-kisi distribusi soal pretes ... 42

Tabel 2 Tabel kisi-kisi distribusi soal postes ... 43

Tabel 3 Distribusi pernyataan minat berdasarkan indikator minat ... 45

Tabel 4 Distribusi skor keterlibatan siswa ... 46

Tabel 5 Skor Pretes dan Postes Siswa untuk Tiap Soal ... 49

Tabel 6 Aspek yang Diukur dengan Skor Rata-rata ... 50

Tabel 7 Nilai Siswa Untuk Pretes dan Postes ... 51

Tabel 8 Penskoran per item setiap jawaban soal Kuisioner minat ... 52

Tabel 9 Skor Jawaban Kuisioner Minat ... 53

Tabel 10 Kriteria Minat Siswa ... 53

Tabel 11 Data Kriteria Minat Siswa terhadap aspek yang ditanyakan pada kuisioner ... 54

Tabel 12 Data Jumlah Siswa dalam Masing-masing Kriteria Minat ... 54

(18)

xviii   

Tabel 14 Kriteria keterlibatan siswa ... 56

Tabel 15 Tabel Keterlibatan siswa pada saat Proses Pembelajaran .... 57

Tabel 16 Jumlah Skor Total Keterlibatan Siswa Untuk Pertemuan 1-4 ... 57

Tabel 17 Tingkat Keterlibatan masing-masing Siswa ... 58

Tabel 18 Presentasi Jumlah Siswa dalam masing-masing Kriteria Tingkat Keterlibatan ... 58

Tabel 19 Data Skor Pretes Siswa Tiap Soal ... 63

Tabel 20 Data Skor Postes Siswa Tiap Soal ... 65

Tabel 21 Aspek yang Diukur dengan Skor Rata-rata untuk Pretes dan Postes Tiap Soal ... 66

Tabel 22 Data Nilai Siswa Untuk Pretes dan Postes ... 69

Tabel 23 Frekuensi dan Persentasi Hasil Pretes ... 71

Tabel 24 Variasi Jawaban Siswa Soal Pretes ... 73

Tabel 25 Frekuensi dan Persentasi Hasil Postes ... 84

Tabel 26 Variasi Jawaban Siswa Soal Postes ... 85

Tabel 27 Perubahan Pemahaman Konsep Siswa ... 102

(19)

xix   

Tabel 29 Skor Jawaban Kuisioner Minat Siswa ... 108

Tabel 30 Data Kriteria Minat Siswa Terhadap Aspek yang

Ditanyakan Dalam Kuisioner ... 110

Tabel 31 Data Jumlah Siswa dalam Masing-masing

Kriteria Minat ... 111 Tabel 32 Data Keterlibatan Seluruh Siswa Untuk

Semua Pertemuan ... 112 Tabel 33 Jumlah Skor Total Keterlibatan Siswa Untuk

Pertemuan 1-4 ... 114 Tabel 34 Tingkat Keterlibatan masing-masing Siswa ... 116

Tabel 35 Presentasi Jumlah Siswa dalam masing-masing

Kriteria Tingkat Keterlibatan ... 117

(20)

1  

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Saat ini pendidikan menjadi salah satu permasalahan penting di Indonesia. Oleh karena itu, dilakukan pembaharuan paradigma pendidikan dengan meningkatkan kualitas pendidikan agar lebih bermutu dan kompetitif. Peningkatan kualitas pendidikan dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan pada berbagai komponen pendidikan antara lain penyempurnaan kurikulum, model pembelajaran, dan bahan ajar yang tepat. Penyempurnaan kurikulum telah dilakukan dengan pembaruan kurikulum 1994 menjadi Kurikulum Berbasis Kompotensi (KBK) dan kemudian menjadi Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Pembaruan kurikulum secara tidak langsung mempengaruhi perubahan sistem pembelajaran, dari sistem pembelajaran klasik, yaitu sistem pembelajaran yang lebih berpusat pada guru menjadi sistem pembelajaran kontruktivisme, yaitu sistem pembelajaran yang lebih berpusat pada siswa.

(21)

belajar) dan mengalami kejenuhan dalam belajar. Contoh konkrit yang sering dijumpai adalah sistem pembelajaran klasik dengan metode pembelajaran yang monoton, seperti metode ceramah yang kegiatannya lebih bepusat pada guru. Dalam metode ini aktivitas siswa dapat dikatakan hanya mendengar penjelasan guru dan mencatat hal-hal yang dianggap penting.

Paul Suparno dalam bukunya yang berjudul Metodologi Pembelajaran Fisika (2006:2) mengatakan bahwa unsur yang penting dalam pembelajaran yang baik adalah (1) siswa yang belajar, (2) guru yang mengajar, (3) bahan pelajaran, dan (4) hubungan antara guru dan siswa. Dalam belajar fisika yang terpenting adalah siswa yang aktif belajar fisika, maka usaha guru harus diarahkan untuk membantu dan mendorong siswa untuk mau mempelajari fisika sendiri. Siswa harus membangun pemikirannya sendiri tanpa harus dipaksa sehingga pembelajaran menjadi lebih bermakna.

(22)

kebiasaan masing-masing, artinya sistem pembelajaran lebih berpusat pada siswa sehingga siswa menjadi lebih aktif belajar.

Adapun tujuan utama pembelajaran modul adalah meningkatkan efisiensi dan efektivitas pembelajaran di sekolah guna mencapai tujuan belajar secara optimal.

Dari uraian yang telah disampaikan di atas, peneliti bermaksud melakukan penelitian untuk mengetahui bagaimana efektivitas penggunaan modul dalam pembelajaran fisika di kelas VII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada pokok bahasan zat dan wujudnya. Dalam penelitian ini efektivitas penggunaan modul dalam pembelajaran fisika dapat dilihat dari peningkatan hasil belajar, keaktifan siswa, dan minat siswa terhadap pembelajaran fisika dengan modul.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah disampaikan di atas, maka masalah-masalah yang diteliti dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh penggunaan modul dalam pembelajaran fisika terhadap hasil belajar siswa SMP kelas VII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta?

(23)

3. Bagaimana minat siswa terhadap pembelajaran dengan modul? C. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektifitas penggunaan modul dalam pembelajaran fisika terhadap hasil belajar, keaktifan, dan minat siswa terhadap pembelajaran dengan modul di kelas VII B SMP Kanisius Gayam Yogyakarta.

D. Manfaat Penelitian

Dengan tercapainya tujuan penelitian di atas, manfaat yang diharapakan adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa adalah sebagai upaya untuk dapat meningkatkan hasil belajar dan meningkatkan pemahaman dan peran aktif siswa dalam kelas.

2. Bagi Guru, penelitian ini bermanfaat sebagai bahan masukan dalam menyusun dan mengembangkan pengajaran Fisika, khususnya dalam hal pengembangan bahan ajar.

(24)

5   

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Efektifitas Belajar

Kualitas dapat dimaknai dengan mutu atau keefektifan. Secara definitif, kata efektif mempunyai banyak arti. Beberapa pengertian/definisi efektif yang dikemukakan oleh para ahli adalah sebagai berikut:

(25)

2008:5), atau tingkat pencapaian tujuan (Hoy dan Miskel,1992 dalam Fredy 2008:5)

Sementara menurut Blamer (dalam Riyana, 2006:1) mengemukakan belajar sebagai komunikasi terencana yang menghasilkan perubahan sikap ketrampilan, pengetahuan, dalam hubungan yang terkait dengan dengan pola perilaku yang diperlukan individu untuk mewujudkan secara lengkap tugas atau pekerjaan tertentu. Dari definisi yang telah disampaikan di atas, dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan efektifitas belajar adalah tingkat keberhasilan dalam mencapai tujuan pembelajaran.

Dari pemahaman tersebut, maka dapat dikemukakan beberapa aspek efektifitas belajar (Riyana, 2006:2):

1. peningkatan pengetahuan 2. peningkatan ketrampilan 3. perubahan sikap/minat 4. perilaku

(26)

Dalam penelitian ini efektifitas suatu stragtegi pembelajaran dilihat dari ada atau tidak adanya peningkatan hasil belajar, keaktifan siswa, dan minat siswa setelah atau selama belajar dengan menggunakan modul. Jika ada peningkatan terhadap ketiga hal di atas maka stragtegi pembelajaran tersebut dapat dikatakan efektif.

B. Pembelajaran Aktif

Pembelajaran aktif adalah suatu pembelajaran yang mengajak peserta didik untuk belajar secara aktif. Ketika peserta didik belajar dengan aktif, berarti mereka sudah mendominasi aktifitas pembelajaran. Dengan ini siswa secara aktif menggunakan otak, baik untuk menemukan ide pokok dari materi pelajaran, memecahkan persoalan, atau mengaplikasikan apa yang mereka pelajari ke dalam satu persoalan yang ada dalam kehidupan nyata. Dengan belajar aktif, siswa diajak untuk turut serta dalam semua proses pembelajaran, tidak hanya mental tetapi juga melibatkan fisik. Dengan cara ini belajar menjadi lebih menyenangkan bagi siswa sehingga hasil belajar dapat maksimal (Hisyam, 2008: xiv).

(27)

informasi yang baru kemudian menyimpannya dalam otak. Ketika ada informasi baru, otak manusia tidak hanya sekedar menerima dan menyimpan, akan tetapi otak akan memproses informasi tersebut sehingga dapat dicerna kemudian disimpan.

C. Pembelajaran Fisika

Pada pembelajaran dengan modul cenderung menggunakan teori pembelajaran filsafat Kontruktivisme. Teori ini banyak mempengaruhi pembelajaran fisika khususnya, dan pembelajaran sains pada umumnya. Filsafat kontruktivisme adalah filsafat yang mempelajari hakikat pengetahuan dan bagaiman pengetahuan itu terjadi. Menurut filsafat kontruktivisme, pengetahuan adalah bentukan kita sendiri yang menekuninya (Suparno, 2007:8). Untuk dapat mengetahui sesuatu siswa haruslah aktif sendiri mengkonstruksi. Dengan kata lain, dalam belajar siswa siswa harus aktif mengolah bahan, mencerna, memikirkan, menganalisis dan akhirnya yang terpenting merangkumnya sebagai suatu pengertian yang utuh.

(28)

anak diberikan kebebasan untuk mempelajari sendiri dan kemajuannya dapat sendiri-sendiri. Tekanannya adalah siswa hanya mengerti fisika bila ia sendiri belajar dan dengan demikian membangun pengetahuannya sendiri (Piaget dalam Suparno, 2007:10). Teori ini sesuai dengan pembelajaran fisika menggunakan modul, dimana siswa diberikan kebebasan belajar menurut kecepatan dan pemahamannya sendiri.

D. Minat

Minat adalah suatu rasa suka dan keterkaitan pada suatu hal atau aktivitas tanpa ada yang menyuruh (Slameto, 1988:182). Minat dapat diekspresikan melalaui suatu pernyataan yang menunjukkan bahwa siswa lebih menyukai suatu hal daripada hal yang lainnya. Selain itu pula, minat dapat ditunjukkan dengan partisipati dalam suatu aktivitas, yaitu siswa ikut aktif dalam proses belajar-mengajar.

Aspek-aspek minat antara lain: rasa tertarik pada materi, rasa senang mengikuti pembelajaran, rasa suka dan menerima, konsentrasi dalam mengikuti pembelajaran, perhatian terhadap pembelajaran, merasa puas, dan berperan aktif dengan cara terlibat langsung.

(29)

E. Belajar dan Hasil Belajar 1. Pengertian Belajar

Belajar merupakan istilah yang tidak asing lagi dalam kehidupan manusia sehari-hari. Karena telah sangat dikenal sekali mengenai belajar, seakan-akan orang telah mengetahui dengan sendirinya apakah yang dimaksud dengan belajar. Berikut pendapat para ahli dalam memandang belajar.

Menurut para ahli Psikologi (dalam artikel All About Psychology, 2009), diantaranya:

a) Skinner (1958) memberikan definisi belajar “Learning is a process progressive behavior adaptation” (belajar itu merupakan suatu proses adaptasi perilaku yang bersifat progresif). Ini berarti bahwa belajar akan mengarah pada keadaan yang lebih baik dari keadaan sebelumnya. Disamping itu belajar juga membutuhkan proses yang berarti belajar membutuhkan waktu untuk mencapai suatu hasil.

b) McGeoch (1956) memberikan definisi belajar “learning is a change in performance as a result of practice. Ini berarti bahwa belajar membawa perubahan dalam performance, yang disebabkan oleh proses latihan.

(30)

definisi tersebut terlihat adanya sesuatu hal baru yaitu perubahan yang bersifat permanen yang disebabkan oleh reinforcement practice.

d) Horgen (1984) memberikan definisi mengenai belajar “learning can be defined as any relatively, permanent change in behavior which occurs as a result of practice or experience” suatu hal yang muncul dalam definisi ini adalah bahwa perilaku sebagai akibat belajar itu disebabkan karena latihan atau pengalaman.

Menurut Wikipedia Indonesia belajar adalah perubahan yang relatif permanen dalam perilaku atau potensi perilaku sebagai hasil dari pengalaman atau latihan yang diperkuat. Belajar merupakan akibat adanya interaksi antara stimulus dan respon.Seseorang dianggap telah belajar sesuatu jika dia dapat menunjukkan perubahan perilakunya. Menurut teori ini dalam belajar yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon.

Belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan pengetahuan, ketrampilan, dan sikap (Winkel, 1999:53).

(31)

Nasution (1991:38) mengemukakan bahwa belajar adalah perubahan perilaku akibat pengalaman dan latihan. Sedangkan menurut Hudoyo (1979:2) belajar adalah proses untuk mendapatkan pengalaman dan pengetahuan sehingga mampu mengubah tingkah laku manusia dan modifikasi yang sama.

Dari berbagai definisi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan suatu proses yang mengakibatkan adanya perubahan perilaku (change in behavior or performance). Setelah belajar individu akan mengalami perubahan dalam perilakunya. Perilaku dalam arti luas dapat overtbehavior atau covertbehavior. Karena itu perubahan itu dapat dalam segi kognitif, afektif, dan dalam segi psikomotor. Perubahan perilaku itu dapat aktual, yaitu yang menampak, tetapi juga dapat bersifat potensial, yang tidak menampak pada saat itu, tetapi akan nampak di lain kesempatan. Perubahan yang disebabkan karena belajar itu bersifat relative permanen, yang berarti perubahan itu akan bertahan dalam waktu yang relative lama, tetapi di pihak lain perubahan tersebut tidak akan menetap terus menerus, hingga suatu waktu hal tersebut dapat berubah lagi sebagai akibat belajar. Perubahan perilaku baik yang bersifat aktual maupun potensial yang merupakan hasil belajar, merupakan akibat dari latihan dan pengalaman.

2. Hasil Belajar

(32)

pembelajaran. Proses penilaian hasil belajar dapat memberikan informasi kepada guru tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuan-tujuan belajarnya melalui kegiatan belajar. Ada beberapa pengertian hasil belajar yang dikemukakan oleh para ahli yaitu sebagai berikut:

a) Menurut Sudjana (1989:22) hasil belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia melaksanakan pengalaman belajarnya.

b) Hasil belajar dibagi menjadi 3 macam hasil belajar, yaitu: (1) ketrampilan dan kebiasaan, (2) pengetahuan dan pengertian, (3) sikap dan cita-cita, yang masing-masing golongan dapat diisi dengan bahan yg ada pada kurikulum sekolah (Sudjana, 2004:22). Hasil belajar yang diperoleh siswa adalah sebagai akibat dari proses belajar yang dilakukan oleh siswa. Proses belajar merupakan penunjang hasil belajar yang dicapai siswa (Sudjana, 1989:111). c) Menurut Winkel (1996:51) hasil belajar adalah perubahan yang

mengakibatkan manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya.

(33)

menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), dan characterization (karakterisasi).

3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi hasil belajar. Menurut Suryabrata (dalam Triluqman, 2007), faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar digolongkan menjadi 3, yaitu: faktor dari dalam, faktor dari luar dan faktor instrument.

Faktor dari dalam (internal), yaitu faktor-faktor yang berasal dari siswa yang sedang belajar. Faktor-faktor ini meliputi:

a. Fisiologi, meliputi kondisi jasmaniah secara umum dan kondisi panca indra. b. Kondisi psikologis yang terdiri dari:

1) Faktor kecerdasan yang dibawa individu mempengaruhi belajar siswa. Semakin individu itu mempunyai tingkat kecerdasan tinggi, maka belajar yang dilakukannya akan semakin mudah dan cepat. Sebaliknya semakin individu itu memiliki tingkat kecerdasan rendah, maka belajarnya akan lambat dan mengalami kesulitan belajar.

(34)

3) Minat individu merupakan ketertarikan individu terhadap sesuatu. Minat belajar siswa yang tinggi menyebabkan belajar siswa lebih mudah dan cepat.

4) Motivasi belajar antara siswa yang satu dengan siswa lainnya tidaklah sama. Adapun pengertian motivasi belajar adalah ”Sesuatu yang menyebabkan kegiatan belajar terwujud”. Motivasi belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain: cita-cita siswa, kemampuan belajar siswa, kondisi siswa, kondisi lingkungan, unsur-unsur dinamis dalam belajar dan upaya guru membelajarkan siswa.

5) Emosi merupakan kondisi psikologi (ilmu jiwa) individu untuk melakukan kegiatan, dalam hal ini adalah untuk belajar. Kondisi psikologis siswa yang mempengaruhi belajar antara lain: perasaan senang, kemarahan, kejengkelan, kecemasan dan lain-lain.

6) Kemampuan kognitif siswa yang mempengaruhi belajar mulai dari aspek pengamatan, perhatian, ingatan, dan daya pikir siswa.

(35)

instrumen ini antara lain: kurikulum, struktur program, sarana dan prasarana, serta guru. Faktor instrumen yang berkaitan dengan sarana dan prasarana pembelajaran adalah media pembelajaran.

Menurut Caroll (dalam R.Angkowo dan A.Kosasih, 2007:50) bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh 5 faktor, yaitu: (1) bakat belajar, (2) waktu yang tersedia untuk belajar, (3) kemampuan individu, (4) kualitas pengajaran, dan (5) lingkungan. Clark (dalam Sudjana dan Ahmad Rivai, 2001:39) mengemukakan bahwa hasil belajar siswa di sekolah 70 % dipengaruhi oleh kemampuan siswa dan 30 % dipengaruhi oleh lingkungan.

Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa adalah faktor internal siswa antara lain kemampuan yang dimiliki siswa tentang materi yang akan dipelajari, sedangkan faktor eksternal antara lain strategi pembelajaran (metode pembelajaran) yang digunakan guru dalam proses belajar mengajar.

4. Penilaian Hasil Belajar

(36)

Penilaian menjawab pertanyaan tentang sebaik apa hasil atau prestasi belajar seorang siswa. Jadi, penilaian dilakukan untuk mengetahui sejauh mana perubahan yang terjadi melalui kegiatan belajar-mengajar.

Slameto Belawati dalam NN (2010:19-20) mengatakan bahwa perubahan yang diinginkan adalah peningkatan kemampuan, baik kemampuan kognitif-intelektual, kemampuan sosio-emosional, maupun kemampuan ketrampilan-motorik sehingga penilaian harus berorientasi pada ketiga kemampuan ini.

Salah satu alat evaluasi/penilaian hasil belajar adalah tes dalam hal ini adalah tes hasil belajar.Tes hasil belajar (THB) merupakan tes penguasan, karena tes ini mengukur penguasaan siswa terhadap materi yang diajarkan oleh guru dan dipelajari oleh siswa. THB dilakukan untuk mengukur hasil belajar yakni sejauh mana perubahan perilaku yang diinginkan dalam tujuan pembelajaran dapat dicapai oleh siswa.

(37)

bahasan untuk mengevaluasi penguasaan dan perubahan perilaku siswa dalam pokok bahasan tersebut. Tes formatif dalam praktik pembelajaran dikenal sebagai ulangan harian.

Sedangkan berdasarkan bentuk pertanyaannya, THB dapat berbentuk obyektif dan esai. Dalam penelitian ini tes yang digunakan adalah tes esai (uraian).Adapun karakteristik tes esai adalah sebagai berikut:

1. Tes berbentuk pertanyaan atau perintah yang menghendaki jawaban berupa uraian atau paparan kalimat yang umumnya cukup panjang. 2. Bentuk-bentuk pertanyaan atau perintah menuntut siswa untuk

memberikan penjelasan, komentar, penafsiran, membandingkan, membedakan, dan sebagainya.

3. Jumlah butir soal umumnya terbatas, yang berkisar antara lima sampai sepuluh soal.

(38)

keunggulan,ternyata tes ini juga mempunyai beberapa kelemahan, yaitu: (1) terdapat subjektivitas dalam menilainya karena penilai yang berbeda atau situasi yang berbeda. Dua atau lebih penilai menghasilkan nilai yang berbeda terhadap jawaban yang sama, (2) tes esai menghendaki jawaban yang panjang, sehingga tidak memungkinkan jumlah soal yang banyak. Akibatnya, soal tidak representative falam mengukur kemampuan yang diharapkan, (3) penggunaan soal esai membutuhkan waktu koreksi yang lama dalam menentukan nilai.

F. Bahan Ajar

(39)

1. Pengertian Bahan Ajar

Ada beberapa pengertian tentang bahan ajar, diantaranya adalah sebagai berikut:

a) Bahan Ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan oleh guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar di kelas. Bahan yang dimaksud biasa berupa bahan tertulis atau bahan tidak tertulis. b) Bahan Ajar merupakan informasi, alat dan/atau teks yang diperlukan oleh

guru untuk perencanaan dan penelaahan implementasi pembelajaran. c) Bahan Ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis baik

tertulis maupun tidak sehingga tercipta lingkungan/suasana yang memungkinkan siswa untuk belajar. (National Center for Vocational Education Research Ltd/National Center for Competency Based Learning dalam Abdul Majid, 2009:174).

Dari pengertian-pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bahan ajar adalah seperangkat materi yang disusun secara sistematis sehingga tercipta suasana yang memungkinkan siswa belajar dengan baik.

(40)

2. Ragam/ Jenis Bahan Ajar

Adapun ragam/jenis bahan ajar dikelompokkan menjadi 5, yaitu:

a) Bahan ajar dalam bentuk cetak; misalnya: LKS, handout, modul, buku, brosur, leaflet, dan wallchart.

b) Bahan ajar dalam bentuk audio visual; misalnya: film/video dan VCD. c) Bahan ajar dalam bentuk audio; misalnya: kaset, radio, dan CD audio. d) Bahan ajar dalam bentuk visual; misalnya: foto, gambar, model/maket. e) Bahan ajar dalam bentuk multimedia; misalnya: CD interaktif, computer

based learning, dan internet. (Suprawoto, 2009:1). 3. Cakupan Bahan Ajar

Dalam Sosialisasi/pelatihan Depdiknas 2006 menyatakan bahwa sebuah bahan ajar harus mencakup antara lain:

a) Judul, Mata pelajaran, Standar kompetensi, kompetensi dasar, indikator. b) Petunjuk belajar (petunjuk siswa/guru)

(41)

4. Kriteria Bahan Ajar

Dalam Sosialisasi/pelatihan Depdiknas 2006 menyatakan beberapa kriteria bahan ajar diantara:

a) Menimbulkan minat baca, ditulis dan dirancang untuk siswa.

b) Menjelaskan tujuan intruksional dan disusun berdasarkan pola belajar yang fleksibel.

c) Struktur berdasarkan kebutuhan siswa dan kompetensi akhir yang akan dicapai.

d) Memberikan kesempatan pada siswa untuk berlatih dan mengakomodasi kesulitan siswa.

e) Memberikan rangkuman

f) Gaya penulisan komunikatif dan semi formal.

g) Kepadatan berdasar kebutuhan siswa dan dikemas untuk proses instruksional.

h) Mempunyai mekanisme untuk mengumpulkan umpan balik dari siswa dan menjelaskan cara mempalajari bahan bahan ajar.

(42)

a) Bahan tertulis biasanya menampilkan daftar isi, sehingga memudahkan guru untuk menunjukkan kepada peserta didik bagian mana yang sedang dipelajari.

b) Biaya pengadaan relative sedikit.

c) Bahan tertulis cepat digunakan dan dapat dengan mudah dipindah- pindahkan.

d) Menawarkan kemudahan secara luas dan kreativitas bagi individu. e) Bahan tertulis relative ringan dan dapat dibaca di mana saja.

f) Bahan ajar yang baik akan dapat memotivasi pembaca untuk melakukan aktivitas.

g) Bahan tertulis dapat dinikmati sebagai sebuah dokumen yang bernilai besar.

h) Pembaca dapat mengatur tempo secara mandiri. G. Pembelajaran dengan Modul

1. Pengertian Modul

Modul merupakan salah satu bentuk bahan ajar cetakan. Modul biasa digunakan untuk pembelajaran jarak jauh atau bukan tatap muka.Ada beberapa pengertian tentang modul:

(43)

mencapai kompetensi yang diharapkan dan dapat digunakan secara mandiri.

b) Modul adalah alat pembelajaran yang disusun sesuai dengan kebutuhan belajar pada mata kuliah tertentu untuk keperluan proses pembelajaran tertentu, sebuah kompetensi atau sub kompetensi dikemas dalam satu modul secara utuh (self contained), mampu membelajarkan diri sendiri atau dapat digunakan untuk belajar secara mandiri (self instructional), penggunaannya tidak tergantung dengan media lain (self alone), memberikan kesempatan mahasiswa untuk berlatih dan memberikan rangkuman, memberi kesempatan melakukan tes sendiri (self test) dan mengakomodasi kesulitan mahasiswa dengan memberikan tindak lanjut dan umpan balik (Suprawoto 2009:2).

c) Menurut Russel (1974) (dalam Wena, 2009:230) modul sebagai suatu paket pembelajaran yang berisi satu unit konsep tunggal.

d) Houston dan Howson (1992) (dalam Wena, 2009:230) mengemukakan bahwa modul pembelajaran meliputi seperangkat aktivitas yang bertujuan mempermudah siswa untuk mencapai seperangkat tujuan pembelajaran. e) Menurut Walter Dick dan Lou Carey (1985) (dalam Weda, 2009:231)

(44)

f) Menurut Jerrold E, Kemp (1978) (dalam Weda, 2009:231) modul diartikan sebagai paket pembelajaran mandiri berisi satu topik atau unit materi pembelajaran dan memerlukan waktu belajar jauh untuk satu minggu. g) Menurut Abdul Majid (2009:176) modul adalah sebuah buku yang ditulis

dengan tujuan agar peserta didik dapat belajar mandiri tanpa atau dengan bimbingan guru.

Jadi dapat disimpulkan bahwa modul adalah sarana pembelajaran dalam bentuk tertulis/cetak yang disusun secara sistematis, memuat satu topik atau unit materi pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran berdasarkan kompetensi dasar atau indikator pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan belajar mandiri (self instructional), dan memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menguji diri sendiri melalui latihan yang disajikan dalam modul tersebut.

Modul memiliki sifat self contained artinya dikemas dalam satu kesatuan yang utuh untuk mencapai kompetensi tertentu. Modul juga memiliki sifat membantu dan mendorong pembacanya untuk mampu membelajarkan diri sendiri (self instructional) dan tidak bergantung pada media lain (self alone) dalam penggunaannya.

(45)

kelakuan yang dapat diamati dan diukur, belajar menurut kecepatan masing-masing, balikan atau feedback yang banyak.

Suatu modul akan menjadi sangat bermakna bagi siswa jika siswa dapat dengan mudah menggunakannya. Pembelajaran dengan modul dapat memungkinkan seorang siswa yang memiliki kecepatan tinggi dalam belajar akan lebih cepat menyelesaikan satu atau lebih kompetensi dasar dibandingkan dengan siswa lainnya (Abdul Majid, 2009:176).

Adapun ciri-ciri modul menurut Vembiarto (dalam Suradi, 2003) adalah sebagai berikut:

a) Modul merupakan paket pembelajaran yang bersifat self-intruction; b) Pengakuan adanya perbedaan individual belajar;

c) Membuat rumusan tujuan pembelajaran secara eksplisit; d) Adanya asosiasi, struktur , dan urutan pengetahuan; e) Penggunaan berbagai macam media;

f) Partisipasi aktif dari siswa;

g) Adanya reinforcement langsung terhadap respon siswa; h) Adanya evaluasi terhadap penguasaan siswa atas hasil belajar. 2. Struktur Modul Pembelajaran

Dikcson dan Leonardo (dalam Suradi, 2003) mengemukakan ada 12 unsur dalam modul, yaitu:

(46)

b) Rational, yaitu pernyataan singkat yang mengungkapkan rasional dan kegunaan materi tersebut untuk siswa;

c) Concept statement and prerequisite, yaitu pernyataan yang mendefinisikan ruang lingkup dan sekuen dari konsep-konsep dalam hubungannya dengan konsep lain dalam bidang pokok;

d) Concept, yaitu abstraksi atau ide pokok dari materi pelajaran yang tertuang di dalam modul;

e) Behavioral abjectives, yaitu pernyataan tentang kemampuan apa yang harus dimiliki siswa;

f) Pretest, yaitu tes untuk mengukur kemampuan awal yang dimiliki siswa sebelum mengikuti pelajaran;

g) Suggest teacher techniques, yaitu petunjuk kepada guru tentang metode apa yang diterapkan dalam membantu siswa;

h) Suggest student activities, yaitu aktivitas yang harus dilakukan siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran;

i) Multimedia resource, yaitu menunjukkan sumber dan berbagai pilihan materi yang dapat digunakan ketikan mengerjakan modul;

j) Post test and evaluation, yaitu guru menerapkan kondisi dan kriteria penilaian terhadap penampilan siswa;

(47)

l) General reassessment potential, yaitu mengacu pada kebutuhan penilaian terus menerus dari unsur-unsur modul.

Suryosubroto (1983) mengemukakan unsur-unsur modul, yaitu:

a) Pedoman guru yang berisi petunjuk untuk guru agar pembelajaran dapat dilaksakan secara efisien. Selain itu, juga memberikan petunjuk tentang: (a) macam-macam kegiatan yang harus dilaksanakan di kelas; (b) waktu yang disediakan untuk modul itu; (c) alat pelajaran yang digunakan; (d) petunjuk evaluasi.

b) Lembar Kegiatan Siswa yang berisi materi pelajaran yang harus dikuasai oleh siswa.

c) Lembar Kerja yang digunakan untuk mengerjakan tugas yang harus dikerjakan.

d) Kunci Lembar kerja, yaitu jawaban atas tugas-tugas agar siswa dapat mencocokkan pekerjaannya sehingga dapat mengevaluasi sendiri hasil pekerjaannya.

e) Lembar Tes, yaitu alat evaluasi yang dipergunakan untuk mengukur tercapai tidaknya tujuan yang telah dirumuskan di dalam modul.

f) Kunci Lembar Tes, yaitu alat koreksi terhadap penilaian.

(48)

a) Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa yang harus digunakan.

b) Modul merupakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus: (1) memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya; (2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3) memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.

c) Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi dan berdiskusi.

d) Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat mengetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.

(49)

Sedangkan Akhmad Sudrajat (2008) mengemukakan bahwa pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen, diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar kerja; (4) lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban. Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, sebagai berikut (Sudrajat, 2008).

a) Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan, keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut.

b) Tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan. c) Tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan

mengetahui kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana ia harus memulai belajar, dan apakah perlu untuk mempelajari atau tidak modul tersebut.

(50)

e) Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan digunakan oleh peserta didik.

f) Tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan pada tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul.

Dalam penelitian yang dilakukan struktur modul pembelajaran yang digunakan peneliti adalah struktur modul yang dikemukakan oleh Suryosubroto (1983) dimana modul yang dibuat mengandung unsur-unsur, yaitu pedoman guru/petunjuk guru dan petunjuk untuk siswa, lembar kegiatan siswa, lembar kerja, kunci lembar kerja, lembar tes, kunci lembar tes.

3. Strategi Pembelajaran Modul

Pembelajaran Modul menerapkan strategi belajar siswa aktif, karena dalam proses pembelajarannya siswa tidak lagi berperan sebagai pendengar dan pencatat ceramah guru, tetapi mereka adalah pelajar yang aktif.Dalam pembelajaran modul, guru berperan sebagai pengelolah, pengarah, pembimbing, fasilitator, dan pendorong aktvitas belajar siswa.

Adapun langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan modul pada suatu jam pelajaran adalah sebagai berikut (Vembriarto, 1981: 63): a) Guru dengan bantuan beberapa siswa mempersiapkan segala perlengkapan

(51)

b) Guru memberikan pengarahan singkat tentang tugas siswa dalam pengajaran modul pada jam pelajaran tersebut.

c) Siswa diminta membaca teks lembar kegiatan dan mengerjakan tugas-tugas pada lembaran kerja; pada saat itu guru berkeliling mengamati kegiatan para siswa sambil memberikan bantuan secara individu apabila diperlukan. d) Guru memberikan kunci lembaran kerja kepada siswa yang telah

menyelesaikan tugas-tugas dalam lembaran kerja; siswa memeriksa hasil pekerjaan mereka berdasarkan kunci yang telah diperolehnya, dan memperbaiki jawaban-jawaban yang salah dengan mempelajari kembali teks pada lembaran kegiatan.

e) Kepada siswa yang telah menyelesaikan modulnya dengan baik, lebih cepat dari teman-temannya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mempelajari kembali modul mereka dan mengajukan pertanyaan jika siswa merasa kurang jelas dengan materi yang ada dalam modul.

(52)

4. Tujuan dan Manfaat Modul Dalam Proses Pembelajaran

Tujuan utama sistem modul adalah untuk meningkatkan efisiensi dan efektifitas pembelajaran di sekolah, baik waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga guru mencapai tujuan secara optimal.

a) Tujuan Penulisan dan Pembelajaran Modul

Suatu modul ditulis atau disusun dengan tujuan, yaitu sebagai berikut:

1) Memperjelas dan mempermudah penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbal;

2) Mengatasi keterbatasan waktu, ruang, dan daya indera, baik siswa maupun guru;

3) Dapat digunakan secara tepat dan bervariasi, seperti: (a) meningkatkan motivasi atau gairah belajar bagi siswa; (b) mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya; (c) memungkinkan siswa belajar mandiri sesuai minat dan kemampuannya; (d) memungkinkan siswa dapat mengukur atau mengevaluasi sendiri hasil belajarnya.

(53)

b) Manfaat Modul dalam Proses Pembelajaran

Dalam pembelajaran,modul memiliki berbagai manfaat baik ditinjau dari kepentingan siswa maupun dari kepentingan guru. Bagi siswa (peserta didik) manfaat modul antara lain (Suprawoto, 2009: 3):

1) Siswa memiliki kesempatan melatih diri belajar mandiri;

2) Berkesempatan mengekspresikan cara-cara belajar yang sesuai dengan kemampuan dan minatnya;

3) Berkesempatan menguji diri sendiri dengan mengerjakan latihan yang disajikan dalam modul;

4) Mampu membelajarkan diri sendiri;

5) Mengembangkan kemampuan siswa dalam berinteraksi langsung dengan lingkungan dan sumber belajar lainnya;

6) Belajar menjadi lebih menarik karena dapat dipelajari di luar kelas dan di luar jam pelajaran.

Sedangkan bagi guru, modul bermanfaat karena:

1) Mengurangi ketergantungan guru terhadap ketersediaan buku teks;

2) Memperluas wawasan karena disusun dengan menggunakan berbagai referensi;

(54)

Nasution (1982:205) mengatakan bahwa manfaat modul bagi peserta didik (siswa) diantaranya, adanya feetback, penguasaan materi lebih tuntas, tujuan siswa mempelajari materi jelas, siswa lebih termotivasi untuk menyelesaikan modulnya sendiri sesuai dengan kemampuannya, serta terjalinnya kerjasama antara siswa dan guru. Dalam pembelajaran modul dimanfaatkan sebagai:

1) Sumber belajar yang telah tersusun dan terencana;

2) Petunjuk untuk memahami materi yang diberikan dan cara memahaminya; 3) Motivator untuk terus membaca dan memahami materi;

4) Alat untuk mengukur tingkat pencapaian dalam belajar.

Selain memiliki manfaat, modul juga mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Kelebihan dari modul, yaitu:

1) Sebagai sumber belajar yan dimiliki siswa sepenuhnya, sehingga siswa dapat mempelajari modul kapanpun dan dimanapun ia kehendaki;

2) Mengaktifkan indera penglihatan, pendengaran, dan gerakan siswa; 3) Mengurangi pembelajaran yang berpusat pada guru;

(55)

Setiap bahan ajar yang digunakan pada proses pembelajaran pasti memiliki keuntungan dan keterbatasan, begitu juga dengan modul. Keuntungan dan keterbatasan penggunaan modul dalam pembelajaran menurut Setyosari (1991:19) antara lain:

a) Keuntungan Pembelajaran Modul

1) Motivasi siswa dapat ditingkatkan, karena siswa selalu didorong menyelesaikan modul tepat pada waktunya.

2) Hasil pekerjaan secepatnya dapat diketahui, karena setelah menyelesaikan sebuah modul siswa bisa langsung mencocokkan hasil pekerjaannya.

3) Hasil kerja yang dicapai sesuai dengan tingkat kemampuan siswa sendiri.

4) Beban pelajaran terbagi secara merata pada setiap semester

5) Efisiensi dan efektifitas tercapai, terlebih-lebih kalau penyusunan modul memperhatikan hirarkhis pengetahuan, maka pengajaran modul ini akan lebih berdaya guna karena pengetahuan yang diperoleh siswa terangkum secara sistematik.

b) Keterbatasan Pembelajaran Modul

1) Ikatan kelas menjadi renggang, belajar bersama di kelas kecil. Padahal motivasi dapat dipengaruhi oleh dukungan kehidupan sosial.

(56)

3) Aspek kemanusiaan, harkat manusia seolah diabaikan karena manusia dianggap seperti mesin yang dapat berproduksi tinggi.

Dalam pembelajaran dengan modul, tugas guru adalah mengorganisasikan dan mengatur proses belajar, antara lain: (1) menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif, (2) membantu siswa yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas, (3) melaksanakan penelitian terhadap setiap siswa.

(57)

38   

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif, yaitu penelitian yang

secara umum menggunakan data berupa angka atau skor, yang kemudian

dianalisis dengan menggunakan analisis statistika. Jenis penelitian kuantitatif

yang digunakan dalam penelitian ini adalah jenis penelitian eksperimental,

dimana jenis penelitian ini bersifat menguji. Dalam penelitian ini digunakan

instrument pengukuran atau tes untuk melakukan pengujian. Semua data yang

diperoleh atau dianalisis tersebut digunakan untuk menunjukkan apakah

penggunaan modul efektif dalam pembelajaran fisika tentang zat dan

wujudnya.

Penelitian ini termasuk studi kasus, dimana penelitian ini hanya

diarahkan untuk menghimpun data, mengambil makna, dan memperoleh

pemahaman dari kasus yang diteliti. Kasus yang diteliti sama sekali tidak

mewakili populasi, artinya studi kasus hanya berlaku pada kasus yang diteliti.

Dalam hal ini penelitian ini hanya berlaku untuk subyek yang diteliti, yaitu

(58)

B. Subyek Penelitian

Subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII B SMP Kanisius

Gayam Yogyakarta. Jumlah subyek yang digunakan dalam penelitian ini

adalah 21 siswa (1 kelas).

C. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMP Kanisius Gayam Yogyakarta pada

bulan Oktober 2010. Penelitian dilakukan sebanyak 5 kali (8 JP), dimana 1 JP

adalah 40 menit.

D. Treatment

Dalam penelitian ini, treatmen yang digunakan peneliti adalah

pembelajaran dengan modul. Berikut ini adalah bentuk treatmen pembelajaran

dengan menggunakan modul.

1. Tahap persiapan

Sebelum proses belajar mengajar dimulai (tahap persiapan) peneliti

mempersiapkan segala perlengkapan yang akan digunakan untuk membantu

siswa menyelesaikan suatu modul (kegiatan belajar dalam modul). Setelah itu

peneliti membagikan modul yang telah disiapkan kepada para siswa dan

kemudian memberikan pengarahan singkat tentang tugas siswa dalam

(59)

2. Tahap proses pembelajaran

Setelah mendapat pengarahan singkat dari guru (peneliti), siswa

kemudian membaca teks lembar kegiatan belajar dan kemudian mengerjakan

tugas-tugas yang ada dalam lembar kerja, pada saat itu guru (peneliti) bertugas

mengamati kegiatan siswa-siswanya sambil memberikan bantuan secara

perseorangan bila diperlukan. Jika ada siswa yang telah menyelesaikan

tugas-tugas dalam lembar kerja, guru (peneliti) kemudian memberikan kunci

jawaban kepada siswa tersebut. Kunci jawaban ini digunakan oleh siswa

untuk memeriksa hasil pekerjaan mereka dan memperbaiki jawaban-jawaban

yang salah dengan mempelajari kembali teks pada lembar kegiatan. Kepada

siswa yang telah menyelesaikan modulnya dengan baik, lebih cepat dari

teman-temannya, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk

mempelajari kembali modul mereka dan mengajukan pertanyaan jika siswa

merasa kurang jelas dengan materi yang ada dalam modul.

E. Instrumen

Dalam penelitian ini instrument yang digunakan adalah tes hasil

belajar, kuisioner minat, dan lembar observasi.

1. Tes Hasil Belajar

Tes hasil belajar yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes

(60)

a. Pretes

Pretes digunakan untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan awal

siswa tentang “Zat dan Wujudnya”. Pretes ini berisi soal uraian yang

diberikan sebelum proses pembelajaran berlangsung (sebelum menggunakan

strategi pembelajaran dengan modul).

b. Postes

Postes diberikan setelah siswa melakukan pembelajaran dengan modul

(diberikan treatment). Postes ini bertujuan untuk mengetahui hasil belajar

siswa setelah mengikuti pembelajaran dengan modul. Postes berisi soal-soal

uraian seperti pada pretes.

Jumlah soal untuk pretes dan postes adalah 10 soal. Soal-soal ini

terdistribusi ke setiap aspek kognitif, yaitu aspek pengetahuan, pemahaman,

aplikasi, dan analisis. Aspek pengetahuan termasuk dalam kemampuan

berpikir rendah, aspek pemahaman dan aplikasi termasuk dalam kemampuan

berpikir sedang, dan aspek analisis termasuk dalam kemampuan berpikir

tinggi.

Berikut ini kisi-kisi soal uraian yang disajikan menurut pokok bahasan

“Zat dan Wujudnya” dan aspek kognitif (aspek ingatan/pengetahuan

(61)

Tabel 1.Tabel kisi-kisi distribusi soal pretes menurut pokok bahasan aspek yang diukur

MATERI INDIKATOR HASIL BELAJAR ASPEK YANG INGIN

• Dapat mendefinisikan

pengertian zat.

• Dapat menjelaskan pengertian

dari kohesi dan adhesi

Ingatan/

Pengetahuan

1 dan 5

• Dapat menyebutkan sifat-sifat

dari setiap wujud zat.

• Dapat menjelaskan perubahan

wujud zat dengan contoh

percobaan.

• Dapat menjelaskan peristiwa

meniskus cekung dengan

menggunakan konsep adhesi

dan kohesi.

Pemahaman 2, 3,dan 6

• Dapat memberikan contoh dan

penerapan konsep massa jenis

dan meniscus cembung yang

ditemui dalam kehidupan

sehari-hari

• Dapat menunjukkan contoh

perubahan wujud zat yang

pernah dijumpai.

(62)

• Dapat menghitung massa jenis

zat

Analisis 9 dan 10

Tabel 2.Tabel kisi-kisi distribusi soal postes menurut pokok bahasan aspek yang diukur

MATERI

INDIKATOR HASIL BELAJAR ASPEK YANG INGIN

• Dapat mendefinisikan

pengertian Kapilaritas.

• Dapat mendefinisikan

pengertian massa jenis secara kuantitatif dan kualitatif

Ingatan/

Pengetahuan

1 dan 5

• Dapat menjelaskan susunan

dan gerak partikel pada

berbagai wujud zat.

• Dapat menjelaskan perubahan

wujud zat dengan

menggunakan diagram.

• Dapat menjelaskan peristiwa

meniskus cembung dengan

menggunakan konsep adhesi

dan kohesi.

Pemahaman 2, 3,dan 6

• Dapat memberikan contoh

gejala kapilaritas yang

(63)

alam

• Dapat memberikan contoh dan

menjelaskan penerapan konsep

massajenis dalam kehidupan

sehari-hari.

• Dapat memberikan contoh dan

menjelaskan peristiwa

meniskus

• cembung yang dapat ditemui

dalam kehidupan sehari-hari

• Dapat

menyelesaikan/memecahkan

masalah tentang massa jenis

zat

Analisis 9 dan 10

2. Kuisioner Minat

Instrument ini merupakan alat yang digunakan untuk mengukur minat

siswa terhadap pembelajaran fisika pada pokok bahasan zat dan wujudnya

dengan menggunakan metode modul. Dalam mengisi kuisioner ini, siswa

tinggal memilih jawaban yang telah disediakan oleh peneliti. Adapun pilihan

jawaban yang disediakan peneliti, yaitu sangat setuju, setuju, tidak setuju, dan

sangat tidak setuju.

Kuisioner ini terdiri dari 15 item pernyataan. Butir-butir pernyataan

(64)

mengikuti pembelajaran dengan modul, (b) Setuju terhadap metode

pembelajaran dengan modul., (c) merasa puas, (d) Senang, tertarik dan

bersemangat saat mengikuti pembelajaran dengan menggunakan modul, (e)

Hubungan dengan teman dan guru saat mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan modul, dan (f) Perubahan sikap menjadi lebih positif saat

mengikuti pembelajaran dengan menggunakan modul.

Tabel 3.Distribusi pernyataan minat berdasarkan indikator minat

KOMPONEN MINAT INDIKATOR MINAT NO

PERNYATAAN

Keseriusan/focus Serius mengikuti pembelajaran

dengan modul

4

Persetujuan terhadap

sesuatu

Setuju terhadap metode pembelajaran

dengan modul.

3,6,9,10,2

Rasa puas Kepuasan terhadap memahami

sesuatu 7,8

Rasa senang,tertarik,dan

semangat

Senang, tertarik dan bersemangat saat

mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan modul

1,5,14

Relasi dengan teman

dan guru

Hubungan dengan teman dan guru

saat mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan modul

11

Perubahan sikap Perubahan sikap menjadi lebih positif

saat mengikuti pembelajaran dengan

menggunakan modul

(65)

3. Lembar Observasi (lembar pengamatan)

Lembar pengamatan ini digunakan untuk mengetahui sejauh mana

keterlibatan siswa selama mengikuti pembelajaran dengan modul.

Keterlibatan yang diamati antara lain: keseriusan membaca teks dalam modul,

mengerjakan tugas-tugas pada lembar kerja, akif bertanya, dan memcoba

sendiri melakukan percobaan yang ada di dalam modul. Lembar observasi ini

diisi oleh observer, dalam hal ini adalah teman dari peneliti.

Tabel 4 .Distribusi skor keterlibatan siswa

No Absen

Jenis Keterlibatan Jumlah

skor

Validitas digunakan untuk mengukur atau menentukan apakah suatu

tes sungguh mengukur apa yang mau diukur, yaitu apakah sesuai dengan

tujuan (Suparno, 2007:67). Validitas instrument menunjukkan bahwa hasil

dari suatu pengukuran menggambarkan segi atau aspek yang diukur

(66)

Pada penelitian ini validitas yang digunakan adalah validitas isi

(content validity), berkenaan dengan isi dan format dari instrumen

(Sukmadinata, 2008:229). Untuk mengukur hasil belajar siswa pada pokok

bahasan zat dan wujudnya, digunakan instrument berupa pretes dan postes.

Soal-soal pretes dan postes disusun berdasarkan aspek kognitif (aspek

pengetahuan, pemahaman, aplikasi dan analisis), indikator hasil belajar, dan

materi pokok pembelajaran. Format untuk soal pretes dan postes adalah soal

disusun dari tingkat soal yang paling mudah (aspek pengetahuan) sampai

tingkat soal yang paling sulit (aspek analisis). Hasil belajar yang dicapai siswa

ditunjukkan dengan tercapainya indikator hasil belajar dari setiap soal.

Kuisioner digunakan untuk mengetahui skor keseriusan belajar,

persetujuan terhadap sesuatu, rasa puas, rasa senang, tertarik, semangat, relasi

dengan teman dan guru, serta perubahan sikap setelah mengikuti

pembelajaran dengan menggunakan modul (diberi treatment). Setiap

komponen minat mempunyai indikator yang menujukkan apa yang mau

diukur, dan item pertanyaan pada kuisioner telah disesuaikan dengan indikator

setiap komponen minat yang akan diukur.

Lembar pengamatan digunakan untuk mengetahui keaktifan dan sikap

siswa selama mengikuti pembelajaran dengan menggunakan modul. Lembar

(67)

Lembar pengamatan disusun berdasarkan aspek yang akan dinilai, bobot, serta

kriteria penskorannya.

G. Metode Analisis Data 1. Tes Hasil Belajar

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam pembelajaran

fisika pada pokok bahasan Zat dan Wujudnya dengan menggunakan metode

modul, dilakukan pengukuran melalui tes hasil belajar secara kuantitatif, yaitu

dengan menskor jawaban siswa atas pertanyaan-pertanyaan yang diberikan

dalam pretes dan postes berdasarkan aspek kognitif siswa.

Jumlah soal yang diberikan ada 10, yaitu soal no 1 dan 5 untuk

menguji aspek ingatan, dengan skor maksimum 3, jika siswa menjawab

kurang lengkap diberi skor 1.5 dan jika siswa tidak menjawab atau memberi

jawaban salah diberi skor 0; Soal no 2, 3, dan 6 untuk menguji aspek

pemahaman, dengan skor maksimum 6, jika siswa menjawab kurang lengkap

diberi skor 3 dan jika siswa tidak menjawab atau memberi jawaban salah

diberi skor 0; Soal no 4, 7, dan 8 untuk menguji aspek aplikasi, dengan skor

maksimum 12, jika siswa menjawab kurang lengkap diberi skor 6, jika

memberi jawaban salah 2, dan jika tidak menjawab diberi skor 0; Soal no. 9

dan 10 untuk menguji aspek analisis, dengan skor maksimum 20, jika siswa

(68)

jika tidak menjawab diberi skor 0;. Dengan demikian skor maksimum

keseluruhan soal adalah 100.

Untuk memudahkan peneliti dalam menganalisis skor pretes dan

postes, maka dibuat tabel daftar skor pretes dan postes siswa untuk tiap soal

seperti di bawah ini.

Tabel 5.Skor Pretes dan Postes Siswa untuk Tiap Soal Kode

Siswa

Skor untuk Tiap Aspek Total Skor

Nilai =  

  x100%

Ingatan Pemahaman Aplikasi Analisis

1 2 3 4 5 6

jumlah

Setelah diperoleh skor pretes dan postes, peneliti kemudian membuat

skor rata-rata pretes dan postes untuk dianalisis selanjutnya dengan tabel

(69)

Tabel 6.Aspek yang Diukur dengan Skor Rata-rata untuk Pretes dan Postes Tiap Soal

Aspek yang Diukur

Skor Rata-rata Kenaikan Skor (%) Pretes Postes ingatan

No.1

No.5

Pemahamann No.2

No.3

No.6

Aplikasi No.4

No.7

No.8

Analisis No.9

No.10

(70)

Untuk mengetahui peningkatan hasil belajar siswa dalam belajar fisika

dengan menggunakan metode modul, peneliti membuat daftar nilai pretes dan

postes dengan tabel berikut.

Tabel 7.Nilai Siswa Untuk Pretes dan Postes

Kode Siswa Skor Pretes (x1) Skor Postes (x2) D = x1 - x2 D 2

Setelah memberikan skor pada hasil pretes dan postes, kemudian

dengan menggunakan analisis statistika, yaitu T-test peneliti ingin

menunjukkan apakah ada peningkatan pemahaman konsep siswa setelah

belajar fisika dengan menggunakan metode modul. Tes ini digunakan untuk

mengetes 2 kelompok yang dependent, atau 1 kelompok yang dites 2 kali,

yaitu dengan pretes dan postes (Suparno:2007,97). Adapun rumus T-tes:

| |

∑ ∑

1 Keterangan:

X1 = skor pretes

X2 = skor postes

(71)

N = jumlah pasangan skor

Df = N – 1

Tcritiical dari tabel dengan level signifikan α =0.05. Jika | |

| |, maka signifikan, berarti terjadi peningkatan hasil belajar siswa.

Jika | | | |, maka tidak signifikan, artinya tidak terjadi

peningkatan hasil belajar siswa.

2. Minat

Minat siswa terhadap pelajaran fisika dengan menggunakan modul

diperoleh lewat kuisioner. Untuk mengetahui minat tersebut peneliti

menganalisis hasil jawaban kuisioner dari siswa dengan langkah sebagai

berikut:

a. Menentukan skor untuk setiap butir soal kuisioner yang diajukan kepada

siswa,kriteria untuk setiap buitr soal adalah sebagai berikut:

Tabel 8.Penskoran per item setiap jawaban soal Kuisioner minat

Jawaban Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

(72)

b. Memberikan skor dari jawaban siswa. Jumlah item 15 dengan demikian

skor tertinggi yang dicapai siswa adalah 15 x 4 = 60. Seluruh skor yang

diperoleh siwa dicatat dalam tabel berikut.

Tabel 9.Skor Jawaban Kuisioner Minat

No.Absen Siswa Item Kuisioner Jumlah Skor

1 2 3 …... 15

c. Membagi 4 kriteria tentang minat. Setiap kriteria diberi interval (%) sesuai

dengan tingkat minat. Prosentase minat siswa terhadap pelajaran fisika

dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:

     

    100%

Tabel 10.Kriteria Minat Siswa terhadap Pelajaran Fisika dengan Menggunakan Modul

Interval (%) Kriteria Minat

(73)

61 – 80 Berminat

31 – 60 Kurang berminat

0 – 30 Tidak berminat

Tabel 11.Data Kriteria Minat Siswa terhadap aspek yang ditanyakan dalam kuisioner

Untuk mengetahui jumlah siswa dalam masing-masing tingkat kriteria

minat dikelompokkan dalam tabel 12 dibawah ini.

Tabel 12.Data Jumlah Siswa dalam Masing-masing Kriteria Minat

Kriteria Minat Interval (%) Jumlah Siswa Persentasi Jumlah Siswa (%)

Sangat berminat 81 - 100

Berminat 61 – 80

No.Absen Siswa

Jumlah Skor Persentasi (%)

(74)

Kurang berminat 31 – 60

Tidak berminat 0 – 30

3. Keterlibatan siswa mengikuti pembelajaran dengan modul

Untuk mengetahui tingkat keterlibatan siswa selama pembelajaran

dengan modul berlangsung, dapat dilihat dari hasil pengamatan dalam lembar

pengamatan.

Setiap keterlibatan siswa diberi skor antara 0 sampai 3. Kriteria

pemberian skornya adalah sebagai berikut.

Tabel 13 .Tingkat Keterlibatan

Tingkat Keterlibatan Skor

Sangat terlibat 3

Terlibat 2

Kurang terlibat 1

Tidak terlibat 0

Ada empat (4) kali pertemuan dalam pembelajaran. Untuk pertemuan

1 dan 3 skor maksimum keterlibatan 12 ini sesuai dengan jumlah

keterlibatan siswa yang diteliti setiap kali pengamatan (untuk pertemuan 1

(75)

9. Dengan demikian skor maksimum keterlibatan seluruh pertemuan

adalah 42. Adapun kriteria keterlibatan dibedakan menjadi 5, yaitu sangat

tinggi, tinggi, cukup, rendah, dan sangat rendah. Untuk menghitung

presentasi jumlah skor perseorangan maupun seluruh sampel/siswa

digunakan persamaan:

     

         100%

Adapun skor maksimum untuk perseorangan 42 dan untuk seluruh

siswa/ sampel adalah 882.

Tabel 14.Kriteria keterlibatan siswa

Interval (%) Kriteria keterlibatan

81 - 100 Sangat Tinggi

61 – 80 Tinggi

41 – 60 Cukup Tinggi

21 – 40 Rendah

<20 Sangat Rendah

Langkah pertama yang dilakukan adalah menghitung skor keterlibatan

siswa untuk masing-masing kegiatan/pertemuan dengan menggunakan tabel

(76)

Tabel 15.Tabel Keterlibatan siswa pada saat Proses Pembelajaran

JUMLAH KESELURUHAN SKOR KETERLIBATAN

Setelah menghitung skor keterlibatan siswa untuk masing-masing

kegiatan, kemudian kita menghitung jumlah skor total keterlibatan untuk

semua pertemuan dengan menggunakan tabel 16.

Tabel 16.Jumlah Skor Total Keterlibatan Siswa Untuk Pertemuan 1-4

No. Absen

Pertemuan Jumlah Skor keterlibatan

(77)

Setelah itu, untuk mengetahui tingkat keterlibatan masing-masing

siswa, maka dibuat daftar tingkat keterlibatan untuk masing-masing siswa

dengan menggunakan tabel 17 berikut.

Tabel 17.Tingkat Keterlibatan masing-masing Siswa

No.

Absen Total Skor Persentasi (%)

Kriteria Keterlibatan

Jumlah

Kemudian dengan menggunakan tabel 18 dihitung persentasi jumlah

siswa dalam tingkat/kriteria keterlibatan melalui interval (%) untuk melihat

tingkat/kriteria keterlibatan yang paling banyak dialami siswa.

Tabel 18.Presentasi Jumlah Siswa dalam masing-masing Kriteria Tingkat Keterlibatan

Kriteria

Keterlibatan Interval (%) Jumlah Siswa

Persentasi (%) Jumlah Siswa

(78)

Tinggi 61 – 80

Cukup Tinggi 41 – 60

Rendah 21 – 40

(79)

60   

BAB IV

ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A. PELAKSANAAN PENELITIAN

Penelitian ini mengambil data dari kelas VII B SMP Kanisius Gayam

Yogyakarta sebanyak 21 orang siswa. Penelitian mulai dilaksanakan dengan

memberikan pretes kepada para siswa pada tanggal 11 Oktober 2010.

Pembelajaran dengan menggunakan modul dilaksanakan pada tanggal 11, 14,

18, dan 21 Oktober 2010. Selama pembelajaran dengan modul berlangsung,

para siswa diminta untuk mempelajari materi dalam modul secara individual,

sedangkan peneliti bertugas mendampingi/membantu siswa jika siswa

mengalami kesulitan selama kegiatan pembelajaran. Untuk mengamati

keterlibatan siswa selama kegiatan belajar, peneliti dibantu oleh seorang

observer. Selama proses belajar berlangsung observer bertugas mengamati

keterlibatan tiap siswa berdasarkan jenis keterlibatan yang ada dalam lembar

ketelibatan yang telah disiapkan peneliti.

Penelitian pertama dilaksanakan pada hari senin tanggal 11 Oktober

2010 yaitu dengan memberikan pretes (selama 45 menit) pada siswa untuk

mengetahui pemahaman awal siswa tentang materi yang akan diajarkan.

Gambar

Tabel 30 Data Kriteria Minat Siswa Terhadap Aspek yang
Tabel 1.Tabel kisi-kisi distribusi soal pretes menurut pokok bahasan aspek
Tabel 2.Tabel kisi-kisi distribusi soal postes menurut pokok bahasan aspek
Tabel 3.Distribusi pernyataan minat berdasarkan indikator minat
+7

Referensi

Dokumen terkait

Dari yang telah dirumuskan di atas, pokok permasalahan pada tulisan ini yaitu: langkah apa saja yang diambil Pemerintah Indonesia dalam upaya mendukung Palestina agar

Judul Skripsi ini adalah Aplikasi Panduan Wisata Kota Palembang Berbasis Web Mobile yang dapat digunakan untuk menampilkan informasi mengenai objek wisata dengan menampilkan

Perlu dilakukan pengujian usulan model pemilihan mahasiswa lulusan terbaik pada contoh kasus yang berbeda sehingga dapat dilakukan perbaikan untuk menyempurnakan

yang direkomendasikan Jika produk ini mengandung komponen dengan batas pemaparan, atmosfir tempat kerja pribadi atau pemantauan biologis mungkin akan diperlukan untuk

sirip dari roket ditambah akibat inter- ferensi antara badan dan sirip. Sedang- kan gaya hambat terjadi akibat adanya tekanan dan gesekan yang dialami oleh permukaan tiap

Oleh karena itu perencanaan dan prosedur kinerja PLTS distribusi pada jaringan tegangan menengah harus diperhatikan dan yang lebih penting lagi, sebelum PLTS

Drainase saluran terbuka biasanya mempunyai luasan yang cukup dan digunakan untuk mengalirkan air hujan atau air limbah yang tidak membahayakan kesehatan lingkungan dan tidak

Kegiatan abdimas yang dilakukan adalah melakukan pendampingan kegiatan peningkatan kualitas masyarakat melalui strategi usaha (UMKM) dalam menghadapi pandemi covid 19 pada