• Tidak ada hasil yang ditemukan

MAKALAH KIMIA FORENSIK TENTANG PENYALAHG

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "MAKALAH KIMIA FORENSIK TENTANG PENYALAHG"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

DI SUSUN OLEH

1. Ardyan Pradana Putra, S.Kep., Ners (NIM 091624653002) 2. Pudji Hardjanto, SH (NIM 091624653003)

MAGISTER ILMU FORENSIK

SEKOLAH PASCASARJANA UNIVERSITAS AIRLANGGA SURABAYA

(2)

sehingga penyusunan Makalah dengan judul ”Penyalahgunaan Heroin” dapat terselesaikan. Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Kimia Forensik pada program studi Ilmu forensik di Sekolah Pascasarjana Universitas Airlangga.

Dalam penyusunan Makalah ini, penyusun banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penyusun menyampaikan terima kasih kepada Dosen pengajar mata kuliah Kimia Forensik atas bimbingan maupun arahannya dalam penyusunan Makalah ini, kepada rekan-rekan seperjuangan “Mahasiswa pascasarjana magister ilmu forensik” yang selalu memberikan saran serta motivasi yang sangat tinggi dalam penyusunan Makalah ini.

Penyusun menyadari bahwa dalam pembuatan Makalah ini masih sangat jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penyusun mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, demi penyempurnaan Makalah ini. Semoga Makalah ini bermanfaat bagi perkembangan ilmu forensik.

Surabaya, 29 Maret 2017

(3)

Daftar Isi ... ii

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang ... 1

1.2. Rumusan Masalah ... 2

1.3. Tujuan Penulisan Makalah... 2

1.4. Manfaat Penulisan Makalah ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Definisi... 4

2.2. Jenis-jenis Heroin... 5

2.3. Farmakokinetik ... 5

2.4. Farmakodinamika... 5

2.5. Efek heroin terhadap organ tubuh ... 7

2.6. Cara penggunaan... 9

2.7. Efek penggunaan Heroin... 9

2.8. Toksisitas Heroin ... 10

2.9. Teknik identifikasi pengguna Heroin... 13

2.10 Sanksi Hukum Penyalahgunaan Narkoba ... 15

2.11 Kasus-Kasus Narkotika Di Indonesia ... 16

BAB III PENUTUP 3.1.Kesimpulan... 19

3.2.Saran... ... 19

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penyalahgunaan Narkotika Psikotropika dan Zat Adiktif (NAPZA) saat ini semakin marak terjadi. Penyalahgunaan ini akhirnya menimbulkan ketergantungan. Ketergantungan dapat menyebabkan masalah serius dalam hal ekonomi, sosial, mental, kriminalitas dan penyakit fisik. Penyalahgunaan NAPZA terjadi seperti fenomena gunung es dimana terdapat peningkatan prevalensi namun hanya sedikit yang terlihat. Hal ini disebabkan karena peredaran gelap yang tidak bisa dicegah sehingga mendapatkan zat tersebut menjadi mudah.

Data penyalahgunaan narkoba yang dilaporkan oleh United Nations Office

on Drugs and Crime (UNODC) tahun 2014 menyebutkan bahwa tahun 2012 di dunia diperkirakan ada 162 sampai 324 juta orang. Penyalahgunaan tertinggi heroin di kawasan Asia yaitu sebesar 1,2 persen(United Nations Office on Drugs and Crime, 2014). Diperkirakan terdapat 900 ton opium dan 375 ton heroin yang keluar dari Afganistan setiap tahunnya.

Heroin di Indonesia dikenal dengan nama yang sama. Pada kadar yang lebih rendah dikenal dengan sebutan putauw. Heroin didapatkan dari pengeringan ampas bunga opium yang mempunyai kandungan morfin dan kodein yang merupakan penghilang rasa nyeri yang efektif dan banyak digunakan untuk pengobatan dalam obat batuk dan obat diare.

Menurut data Badan Narkotika Nasional (BNN) Republik Indonesia, jumlah kasus narkoba yang terkait hukum pada tahun 2013 sebanyak 35.436 orang. Dari jumlah tersebut sebanyak 21.119 orang merupakan pengguna golongan narkotika dengan jumlah 1.695 orang memakai heroin. Usia terbanyak adalah 26 sampai 40 tahun. Jumlah ini meningkat dibandingkan dengan data yang disajikan oleh BNN mengenai jumlah kasus narkoba tahun 2011 sebanyak 29.526 kasus dengan pemakaian heroin sebanyak 689 kasus (Badan Narkotika Nasional, 2014).

(5)

dengan jarum suntik akan memperbesar risiko timbulnya penyakit fisik seperti HIV, hepatitis, dan penyakit fisik lainnya. Penyakit fisik ini juga dapat menular dari satu pemakai ke pemakai lainnya akibat pemakaian jarum suntik secara bersama-sama. Hal ini menjadi perhatian untuk dicegah karena semakin meluasnya penularan penyakit tersebut (Kementerian Kesehatan, 2012).

Ketergantungan heroin dapat terjadi karena berbagai macam faktor salah satunya faktor keluarga dan faktor kepribadian. Faktor keluarga yang dimaksud adalah fungsi dari sebuah keluarga. Kepribadian yang dimaksud adalah kepribadian yang mempermudah terjadinya ketergantungan. Hal ini menjadi dasar untuk melakukan penelitian ini. Keparahan ketergantungan heroin pada masing-masing individu berbeda menurut faktor-faktor yang memperberat. Keparahan ketergantungan heroin dapat diukur dengan menggunakan WHO ASSIST (Sargo

& Subagyo, 2014)

Terkait berbagai masalah di atas, maka penulis menyusun sebuah makalah ilmiah mengenai penyalahgunaan heroin melalui study literatur yang disusun secara sistematis.

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah ini secara umum adalah “bagaimanakah penggunaan heroin dalam tindak pidana kriminalitas (crime)”. Secara rinci rumusan masalah dapat dijabarkan sebagai berikut:

1. Apakah yang dimaksud dengan heroin serta jenis-jenisnya?

2. Bagaimanakah farmakokinetik & farmakodinamika heroin dalam tubuh manusia?

3. Bagaimanakah efek heroin bagi tubuh manusia? 4. Bagaimanakah toksisitas heroin?

5. Bagaimanakah mekanisme kerja heroin dalam tubuh manusia? 6. Bagaimanakah teknik identifikasi pengguna heroin?

(6)

1.3. Tujuan Penyusunan Makalah

Adapun tujuan disusunnya Makalah ini, yaitu:

1. Mampu mengklasifikasikan heroin serta jenis-jenis lainnya

2. Mengetahui farmakokinetik & farmakodinamika heroin dalam tubuh manusia?

3. Mengetahui mekanisme kerja heroin dalam tubuh manusia 4. Mengetahui efek heroin bagi organ tubuh manusia

5. Mengetahui cara maupun teknik identifkasi heroin dalam tubuh manusia. 6. Mengetahui teknik identifikasi pengguna heroin?

7. Mengetahui sanksi hukum bagi penyalahgunaan Narkotika?

1.4. Manfaat Penyusunan Makalah

Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini yaitu

1. Secara teoritis menambah wawasan mengenai jenis zat-zat kimia yang sering disalahgunakan dalam berbagai kasus kriminal seperti penyalahgunaan narkotika.

(7)

2.1. DEFINISI

Menurut UU No.22 Narkotika adalah “zat baik sintetis maupun perubahan kesadaran,

dan disintesiskan darinya adalah garam hidroklorida,

maupun semi sintetis yang dapat menyebabkan penurunan kesadaran, hilangnya rasa, mengurangi sampai menghilangkan nyeri, dan dapat menimbulkan ketergantungan”.

masuk dalam Jenis Narkotika Golongan I, hal ini b

1997 narkotika diklasifikasikan menjadi 3 (tiga) golongan, Golongan I adalah narkotika yang paling berbahaya

sangat tinggi. Karenanya tidak diperbolehkan penggunaannya pengobatan, kecuali penelitian dan pengembangan pengetahuan.

golongan ini adalah ganja, heroin, kokain, morfin,

diamorfin (INN) adalah sejenis opioid alkaloid dari morfin (karena itulah namanya adalah disintesiskan darinya melalui asetilasi. Bentuk kristal putihnya

hidroklorida, diamorfin hidroklorida. Heroin dapat

Nama lain dari heroin yaitu: Diamorphine, Diacetylmorphine, Acetomorphine, (Dual) Acetylated morphine, Morphine diacetate.

NO5

disebutkan pengertian tanaman atau bukan tanaman menyebabkan penurunan atau menghilangkan rasa

hal ini berdasarkan UU golongan, yaitu : berbahaya dengan daya

penggunaannya untuk pengetahuan. Narkotika fin, opium, dan lain

alkaloid. Heroin adalah adalah diasetilmorfin) kristal putihnya umumnya Heroin dapat menyebabkan Diamorphine, Diacetylmorphine,

(8)

2.2. JENIS HEROIN

Jenis heroin yang sering diperdagangkan adalah: 1. Bubuk putih

Diperjualbelikan dalam kantung-kantung yang telah dikemas secara khusus dengan ukuran 3x1,5 cm, berisi 100 mg bubuk dengan kadar heroin berkisar antara 1-10%. Pada saat ini kadar heroin dalam bubuk cenderung meingkat, rata-rata berkisar 35%. Biasanya bubuk tersebut dicampur dengan gula, susu bubuk atau kanji. Banyak diperjualbelikan di daerah Asia.

2. Bubuk coklat

Bentuk, kemasan dan kadar heroin mirip dengan bubuk putih, hanya warnanya yang coklat. Banyak didapatkan di daerah Mexico

3. Black Tar

Banyak diperjualbelikan di Usa. Warna hitam disebabkan oleh metode prosesing. Bentuknya kecil-kecil seperti kacang dan lengket. Kadar heroin didalamnya berkisar 20-80%. Pemakaian biasanya dilarutkan dengan sedikit air kemudian dihangatkan diatas api. Setelah dilarutkan dapat dimasukkan ke dalam alat suntik.

2.3. FARMAKOKINETIK

Heroin diabsorpi dengan baik disubkutaneus, intramuskular dan permukaan mukosa hidung atau mulut. Heroin dengan cepat masuk kedalam darah dan menuju ke dalam jaringan. Konsentrasi heroin tinggi di paru-paru, hepar, ginjal dan limpa, sedangkan di dalam otot skelet konsentrasinya rendah. Konsentrasi di dalam otak relatif rendah dibandingkan organ lainnya akibat sawar darah otak. Heroin menembus sawar darah otak lebih mudah dan cepat dibandingkan dengan morfin atau golongan opioid lainnya

(9)

dalam 24 jam pertama, meskipun masih dapat ditemukan dalam urine 48 jam heroin didalam tubuh diubah menjadi morfin dan diekskresikan sebagai morfin.

2.4. FARMAKODINAMIK 2.4.1. Mekanisme kerja

Opioid agonis menimbulkan analgesia akibat berikatan dengan reseptor spesifik yang berlokasi di otak dan medula spinalis, sehingga mempengaruhi transmisi dan modulasi nyeri. Terdapat 3 jenis reseptor yang spesifik, yaitu reseptor μ (mu), δ (delta) dan κ (kappa). Di dalam otak terdapat tiga jenis endogeneus peptide yang aktivitasnya seperti opiat, yaitu enkephalin yang berikatan dengan reseptor δ, β endorfin dengan reseptor μ dandynorpin dengan reseptor κ. Reseptor μ merupakan reseptor untuk morfin (heroin). Ketiga jenis reseptor ini berhubungan dengan protein G dan berpasangan dengan adenilsiklase

menyebabkan penurunan formasi siklik AMP sehingga aktivitas pelepasan neurotransmitter terhambat.

2.4.2. Efek inhibisi opiat dalam pelepasan neurotransmitter Pelepasan noradrenalin

Opiat menghambat pelepasan noradrenalin dengan mengaktivasi reseptor μ yang berlokasi didaerah noradrenalin. Efek morfin tidak terbatas dikorteks, tetapi juga di hipokampus, amigdala, serebelum, daerah peraquadiktal dan locus cereleus.

2.4.3. Pelepasan asetikolin

Inhibisi pelepasan asetikolin terjadi didaerah striatum oleh reseptor deltha, didaerah amigdala dan hipokampus oleh reseptor μ.Pelepasan dopamin Pelepasan dopamin diinhibisi oleh aktifitas reseptor kappa

2.4.4. Tempat Kerja

(10)

2.5. Efek ke sistem organ lainnya 2.5.1. Susunan saraf pusat

1. Analgesia

Khasiat analgetik didasarkan atas 3 faktor: 1) meningkatkan ambang rangsang nyeri

2) mempengaruhi emosi, dalam arti bahwa morfin dapat mengubah reaksi yang timbul menyertai rasa nyeri pada waktu penderita merasakan rasa nyeri. Setelah pemberian obat penderita masih tetap merasakan (menyadari) adanya nyeri, tetapi reaksi khawatir takut tidaklagi timbul. Efek obat ini relatif lebih besar mempengaruhi komponen efektif (emosional) dibandingkan sensorik

3) Memudahkan timbulnya tidur

2. Eforia

Pemberian morfin pada penderita yang mengalami nyeri, akan menimbulkan perasaan eforia dimana penderita akan mengalami perasaan nyaman terbebas dari rasa cemas. Sebaliknya pada dosis yang sama besar bila diberikan kepada orang normal yang tidak mengalami nyeri, sering menimbulkan disforia berupa perasaan kuatir disertai mual, muntah, apati, aktivitas fisik berkurang dan ekstrimitas terasa berat.

3. Sedasi

Pemberian morfin dapat menimbulkan efek mengantuk dan lethargi. Kombinasi morfin dengan obat yang berefek depresi sentral seperti hipnotik sedatif akan menyebabkan tidur yang sangat dalam

4. Pernafasan

(11)

5. Pupil

Pemberian morfin secara sistemik dapat menimbulkan miosis. Miosis terjadi akibat stimulasi pada nukleus Edinger Westphal N. III

6. Mual dan muntah

Disebabkan oleh stimulasi langsung pada emetic chemoreceptor trigger zone di batang otak.

2.5.2. Efek perifer 1. Saluran cerna

1) Pada lambung akan menghambat sekresi asam lambung, mortilitas lambung berkurang, tetapi tonus bagian antrum meninggi.

2) Pada usus beasr akan mengurangi gerakan peristaltik, sehingga dapat menimbulkan konstipasi

2. Sistem kardiovaskular

Tidak mempunyai efek yang signifikan terhadap tekanan darah, frekuensi maupun irama jantung. Perubahan yang tampak hanya bersifat sekunder terhadap berkurangnya aktivitas badan dan keadaan tidur, Hipotensi disebabkan dilatasi arteri perifer dan vena akibat mekanisme depresi sentral oleh mekanisme stabilitasi vasomotor dan pelepasan histamin

3. Kulit

Mengakibatkan pelebaran pembuluh darah kulit, sehingga kulit tampak merah dan terasa panas. Seringkali terjadi pembentukan keringat, kemungkinan disebabkan oleh bertambahnya peredaran darah di kulit akibat efek sentral danpelepasan histamin

4. Traktus urinarius

(12)

2.6. CARA PENGGUNAAN 2.5.1 Injeksi

Injeksi secara intravena, subkutan atau intra muskular Injeksi lebih praktis dan efisien untuk heroin kadar rendah. Injeksi secara intravena dapat menimbulkan efek eforia dalam 7-8 detik,sedangkan secara intra muskuler efeknya lebih lambat yaitu 5-8 menit.

Kerugian injeksi:

1. Dapat menyebabkan septikemi daninf lain 2. Dapat menyebabkan hepatitis atau HIV

3. Injeksi nerulang dapat merusak vena, menyebabkan trombosis dan abses

2.5.2 Dihirup

Bubuk heroin ditaruh di aluminium foil dan dipanaskan diatas api,

kemudian asapnya dihirup melalui hidung. Efek puncak dengan penggunaan secara dihirup/dihisap biasanya dirasakan dalam 10-15 menit

2.5.3 Dihisap melalui pipa atau sebagai lintingan rokok

Penggunaan heroin dengan kadar tinggi biasanya dengan cara dihirup atau dihisap. Penggunaan heroin secara dihisap atau dihirup (chasing the dragon) saat ini meningkat untuk menghindarkan efek yang terjadi akibat penyuntikan. Penggunaan secara dihisap lebih aman dibandingkan dihirup, oleh karena masuk ke dalam tubuh secara bertahap sehingga lebih mudah dikontrol.

2.7. Efek yang timbul akibat penggunaan heroin

Menurut national Institute Drug Abuse (NIDA), dibagi menjadi efek segera (short term) dan efek jangka panjang (long term)

(13)

Pengaruh heroin terhadap wanita hamil:

1. Menimbulkan komplikasi serius, abortus spontan, lahir prematur 2. Bayi yang lahir dari ibu pecandu narkotik memiliki resiko tinggi untuk

terjadinya SIDS (Sudden Infant Death Syndrome)

3. Bayi yang lahir dari ibu pecandu narkotik dapat mengalami gejala with drawl dalam 24-36 jam setelah lahir. Gejalanya bayi tambah gelisah, agitasi, sering menguap, bersin dan menangis, gemetar, muntah, diare dan pada beberapa kasus terjadi kejang umum.

Komplikasi neurologis yang dapat terjadi akibat penggunaan heroin: 1. Edema serebri

2. Myelitis

3. Postanoxia encephalopathy

4. Crush injury

5. Gangguan koordinasi, kesulitan untuk berbicara

2.8. TOKSISITAS DAN EFEK LAIN YANG TIDAK DIINGINKAN DARI PEMAKAI HEROIN

2.8.1. Intoksikasi akut (overdosis)

Dosis toksik, 500 mg untuk bukan pecandu dan 1800 mg untuk pecandu narkotik. Gejala overdosis biasanya timbul beberapa saat setelah pemberian obat.

Gejala intoksikasi akut (overdosis): 1. Kesadaran menurun, sopor – koma

2. Depresi pernafasan, frekuensi pernafasan rendah 2-4 kali semenit, dan pernafasan mungkin bersifat Cheyene stokes

3. Pupil kecil (pin poiny pupil), simetris dan reaktif

4. Tampak sianotik, kulit muka kemerahan secara tidak merata

5. Tekanan darah pada awalnya baik, tetapi dapat menjadi hipotensi apabila pernafasan memburuk danterjadi syok

(14)

8. Edema paru 9. Kejang

10. Kematian biasanya disebabkan oleh depresi pernafasan. Angka kematian meningkat bila pecandu narkotik menggabungkannya dengan obat-obatan yang menimbulkan reaksi silang seperti alkohol, tranquilizer.

- Angka kematian heroin + alkohol → 40 % - Angka kematian heroin + tranquilizer → 30 %

2.8.2. Intoksikasi Kronis

Addiksi heroin menunjukkan berbagai segi:

1. Habituasi, yaitu perubahan psikis emosional sehingga penderita ketagihan akan obat tersebut.

2. Ketergantungan fisik, yaitu kebutuhan akan obat tersebut oleh karena faal dan biokimia badan tidak dapat berfungsi lagi tanpa obat tersebut 3. Toleransi, yaitu meningkatnya kebutuhan obat tersebut untuk

mendapat efek yang sama. Walaupun toleransi timbul pada saat pertama penggunaan opioid, tetapi manifes setelah 2-3 minggu penggunaan opioid dosis terapi. Toleransi akan terjadi lebih cepat bila diberikan dalam dosis tinggi dan interval pemberian yang singkat. Toleransi silang merupakan karakteristik opioid yang penting, dimana bila penderita telah toleran dengan morfin, dia juga akan toleran terhadap opioid agonis lainnya, seperti metadon, meperidin dan sebagainya.

Mekanisme terjadinya toleransi dan ketergantungan obat:

(15)

Stimulasi reseptor oleh agonis opioid (morfin) akan menekan aktivitas adenilsiklase pada siklik AMP. Bila stimulasi ini diberikan secara terus menerus, akan terjadi adaptasi fisiologik di dalam neuron yang membuat level normal dari adeniliklase walaupun berikatan dengan opiat. Bila ikatan opiat ini dihentikan dengan mendadak atau diganti dengan obat yang bersifat antagonis opioid, maka akan terjadi peningkatan efek adenilsilase pada siklik AMP secara mendadak dan berhubungan dengan gejala pasien berupa gejala hiperaktivitas.

Gejala putus obat (gejala abstinensi atau withdrawl syndrome) terjadi bila pecandu obat tersebut menghentikan penggunaanobat secara tiba-tiba. Gejala biasanya timbul dalam 6-10 jam setelah pemberian obat yang terakhir dan puncaknya pada 36-48 jam. Withdrawl dapat terjadi secara spontan akibat penghentian obat secara tibatiba atau dapat pula dipresipitasi dengan pemberian

antagonis opioid seperti naloxono, naltrexone. Dalam 3 menit setelah injeksi antagonis opioid, timbul gejala withdrawl, mencapai puncaknya dalam 10-20 menit, kemudian menghilang setelah 1 jam.

Gejala putus obat:

1. 6 – 12 jam , lakrimasi, rhinorrhea, bertingkat, sering menguap, gelisah 2. 12 - 24 jam, tidur gelisah, iritabel, tremor, pupil dilatasi (midriasi),

anoreksia

3. 24-72 jam, semua gejala diatas intensitasnya bertambah disertai adanya kelemahan, depresi, nausea, vornitus, diare, kram perut, nyeri pada otot dan tulang, kedinginan dan kepanasan yang bergantian, peningkatan tekanan darah dan denyut jantung,gerakan involunter dari lengan dan tungkai, dehidrasi dan gangguan elektrolit

(16)

2.9. TEKNIK IDENTIFKASI PENGGUNA HEROIN 2.9.1. Anamnesa

1. Auto anamnesa (pengakuan jujur dari pasien) 2. Alo anamnesa (dari keluarga yang dapat dipercaya)

2.9.2. Pemeriksaan fisik Intoxikasi akut:

1. Penurunan kesadaran

2. Ganguan otonom, bradikardi, hipotermia, hipotensi, sianosis, pin point pupil

3. Depresi pernafasan 4. Edema paru

5. Kejang (jarang)

6. Mata, sklera dapat ikterik akibat komplikasi pemakaian opiat secara IV 7. Bicara menjadi kaku, dismetri

Gejala abstinensia: Gelisah, insomnia, berkeringat, sering menguap, pupil dilatasi, takikardi, kram perut. Baik pada intoksikasi maupun abstinensia, pada kulit ditemukan bekas suntikan (hiperpigmentasi) di sepanjang pembuluh vena lengan

Ditemukannya benda-benda yang berhubungan dengan penggunaan obat seperti jarum suntik, pipa, aluminium foil, bubuk heroin dan lain-lain disekitar penderita

2.9.3. Pemeriksaan laboratorium 1. Urine (drug screening)

Untuk mengetahui zat yang dipakai oleh penderita. Urine harus diperoleh tidak lebih dari 24 jam setelah pemakaian zat terakhir. Metode pemeriksaan antara lain dengan cara paper chromatography, Thin Layer Chromatography, Enzym Immunoassay.

2. Rambut

(17)

adalah narkoba dan metabolism narkoba akan berada dalam rambut secara abadi dan mengikuti pertumbuhan rambut yang berlangsung sekitar 1 inchi per 60 hari. Sedangkan, kandungan narkoba dalam urin segera berkurang dan menghilang dalam waktu singkat.

Dengan metode Liquid chromatography menggunakan ultraviolet dapat dideterminasi adanya opiat pada rambut pexcandu heroin (opiat). Seseorang dikatakan pecandu heroin, bila pada rambutnya ditemukan kandungan 10 ng heroin/mg rambut.

3. Tes Darah

Selain dilakukan pemeriksaan urin dan rapid test seperti Strip/Stick dan Card Test, dapat dilakukan tes darah. Pada pengguna narkoba, akan didapat hasil SGOT dan SGPT yang meningkat karena biasanya

pemakaian narkoba dalam jangka panjang dapat menyebabkan terjadinya hepatomegali.

Berikut ini disediakan tabel pemeriksaan tes darah dan tes rambut tentang mendeteksi keberadaan narkoba.

Jenis Narkoba Tes Darah Tes Rambut

Amphetamin 12 jam Hingga 90 hari

Methamphetamin 1-3 hari Hingga 90 hari

Ekstasi (MDMA) 3-4 hari Hingga 90 hari

Cannabis 2-3 hari untuk pengguna ringan, 2 minggu untuk pengguna berat

Hingga 90 hari

Kokain 2-10 hari Hingga 90 hari

Morfin 1-3 hari Hingga 90 hari

Metadon 24 jam Hingga 90 hari

(18)

2.10 SANKSI HUKUM PENYALAHGUNAAN NARKOBA Undang-undang RI No. 22 Tahun 1997 Tentang narkotika: 1. Penyalahgunaan (Pasal 78 dan Pasal 79)

2. Pengedar (Pasal 82) 3. Produsen (Pasal 80)

Undang undang No 22 , Tahun 1997 tentang Narkotika:

1. Pasal 78: Menanam, memelihara, mempunyai, memiliki, menyimpan, menguasai Narkotika Golongan I, dipidana 10 tahun penjara dan denda Rp. 500 juta.

2. Pasal 79: Memiliki, menyimpan, menguasai Narkotika Gol II, dipidana 7 tahun penjara dan denda Rp. 250 juta; Narkotika Gol III, dipidana 5 tahun

penjara dan denda Rp. 100 juta.

3. Pasal 80: Memproduksi, mengolah, menekstraksi, mengkonversi,merakit, atau menyediakan Narkotika Gol I, dipidana mati atau penjara seumur hidup atau 20 tahun penjara denda Rp. 500 juta; Narkotika Gol III, dipidana 7 tahun penjara dan denda Rp. 200 juta

4. Pasal 81: Membawa, mengirim, mengangkut atau mentransito Narkotika Gol I, dipidana 15 tahun penjara dan denda Rp. 750 juta; Narkotika Gol II, dipidana 10 tahun penjara, dan denda Rp. 500 juta; Narkotika Gol III, dipidana 7 tahun penjara dan denda 200 juta

5. Pasal 82: Mengimpor, mengekspor, menawarkan, menyalurkan, menjual, membeli, menyerahkan, menerima, menjadi perantara dalam jual0beli atau tukar menukar Narkotika Gol I dipidana Hukuman Mati, seumur hidup atau penjara 20 tahun penjara dan denda Rp. 1 milyar, Narkotika Gol II, dipidana mati atau penjara seumur hidup atau 15 tahun penjara dan denda Rp. 500 Juta, Narkotika Gol II dipidana 10 tahun penjara dan denda Rp. 300 juta.

(19)

10 tahun penjara dan denda Rp. 500 juta; Narkotika Gol III, dipidana 5 tahun penjara dan denda Rp. 250 juta.

7. Pasal 85: Menggunaka Narkoitka Gol I bagi diri sendiri, dipidana 4 tahun penjara, Narkotika Gol II, dipidana 2 tahun penjara, dan Narkotika Gol III, dipidana 1 tahun penjara.

8. Pasal 86: Orang tua atau wali pecandu yang belum cukup umur, yang sengaja tidak melapor dipidana 6 bulan penjara dan denda Rp. 1 juta

9. Pasal 87: Menyuruh memberi atau menjanjikan sesuatu, memberikan kesempatan, menganjurkan, memberikan kemudahan, memaksa, tipu muslihat atau membujuk anak yang belum cukup umur untuk melakukan tindak kejahatan narkoba diancam pidana 5-20 tahun penjara dan denda Rp. 20 juta sampai Rp. 600 juta

2.11. KASUS-KASUS NARKOTIKA DI INDONESIA

Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki undang-undang anti-narkoba terberat di dunia, mengkategorikan pelanggaran terkait narkoba sebagai kejahatan luar biasa yang patut diganjar hukuman mati. Berikut ke-14 nama terpidana mati yang disebut akan dieksekusi mati, 11 diantaranya terkait penyeludupan Narkotika jenis Heroin.

1. Ozias Sibanda (Zimbabwe)

Ozias kedapatan menyembunyikan heroin dalam perutnya. Ia pun divonis mati tahun 2001 oleh Pengadilan Negeri Tangerang dan berkekuatan hukum tetap pada 2002.

2. Obina Nwajagu bin Emeuwa (Nigeria)

Nwajagu ditangkap saat hendak membeli 45 pil heroin seberat 400 gram dari seorang warga Thailand. Ia dijatuhi hukuman mati tahun 2002. Setelah dipindahkan ke Nusakambangan, ia ternyata masih mengendalikan peredaran narkoba meski di dalam sel.

3. Fredderik Luttar (Zimbabwe)

(20)

4. Humphrey Ejike alias Doctor (Nigeria)

Humphrey merupakan otak dari peredaran gelap narkoba oleh sindikat narkoba di Depok, tahun 2003. Ia ditangkap atas kepemilikan dan memperjualbelikan 1,7 kilogram heroin.

5. Seck Osmane (Senegal)

Osmane tertangkap tangan memiliki 2,4 kilogram heroin di sebuah apartemen di Jakarta Selatan. Ia pun divonis hukuman mati oleh hakim Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada Juli 2004.

6. Freddy Budiman (Indonesia)

Freddy merupakan pengedar narkoba yang cukup gesit. Pasalnya, setelah tertangkap pada 2009 karena kepemilikan 500 gram sabu, ia kembali kedapatan menyimpan ratusan gram sabu tahun 2011. Belum habis masa

tahanannya, lagi-lagi ia tersangkut kasus narkoba di Sumatera. Bahkan, di balik jeruji besi, Freddy masih mengatur peredaran narkoba.

7. Agus Hadi (Indonesia)

Agus menyelundupkan 25.499 butir ekstasi dari Malaysia ke Batam pada tahun 2006. Ia kemudian divonis hukuman mati bersama Suryanto alias Ationg dan Pujo Lestari.

8. Pujo Lestari (Indonesia)

Pujo merupakan rekan Agus Hadi yang menyelundupkan 25.499 butir ekstasi dari Malaysia ke Batam pada tahun 2006. Keduanya didalangi oleh Suryanto alias Ationg yang juga divonis hukuman mati.

9. Zulfiqar Ali (Pakistan)

Zulfiqar divonis hukuman mati oleh Pengadilan Negeri Tangerang pada tahun 2005 atas kasus kepemilikan 300 gram heroin. Sebelum diisolasi di Nusakambangan, ia menjalani perawatan di RSUD Cilacap karena komplikasi jantung dan ginjal.

10. Gurdip Singh (India)

(21)

11. Merry Utami (Indonesia)

Merry ditangkap di Bandara Soekarno-Hatta karena membawa 1,1 kilogram heroin. Pengadilan Negeri Tangerang menjatuhkan hukuman mati kepadanya tahun 2003.

12. Michael Titus Igweh (Nigeria)

Michael divonis hukuman mati lantaran terlibat dalam jaringan narkotika internasional. Ia kedapatan memiliki heroin seberat 5,8 kilogram dan ditangkap tahun 2002.

13. Okonkwo Nongso Kingsley (Nigeria)

Okonkwo menyimpan belasan kapsul berisi heroin seberat 1,18 kilogram di perutnya. Ia divonis mati oleh Pengadilan Negeri Medan pada Mei 2004.

14. Eugene Ape (Nigeria)

(22)

BAB III PENUTUP

3.1. Kesimpulan

Heroin merupakan golongan narkotik yang sangat kuat dalam menimbulkan toleransi, ketergantungan fisik dan fsikis. Penggunaan heroin lebih sering dengan suntikan atau injeksi, dan penggunannya disebut dengan Injection Drug User (IDU). Pemakaian heroin dengan jarum suntik akan memperbesar risiko timbulnya penyakit fisik seperti HIV, hepatitis, dan penyakit fisik lainnya. Penyakit fisik ini juga dapat menular dari satu pemakai ke pemakai lainnya akibat pemakaian jarum suntik secara bersama-sama.

Penghentian obat yang tiba-tiba dapat menimbulkan gejala abstinesia

(putus obat). Penggunaan heroin dapat pula menyebabkan gejala intoksikasi akut (overdosis), komplikasi jangka pendek dan jangka panjang. Untuk penanggulangan penderita pecandu obat diperlukan penanganan yang terpadu antara dokter, pasien dan keluarga pasien karena memerlukan waktu yang cukup lama untuk memulihkan badan pasien.

3.2. Saran

(23)

DAFTAR PUSTAKA

Iskandar japardi. 2002. Efek neurologis pada penggunaan heroin (putauw). Fakultas Kedokteran Bagian Bedah. Universitas Sumatera Utara

Buku Advokasi Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Petugas Lapas Dan Rutan

Buletin: Gambaran Umum Penyalahgunaan Narkoba Di Indonesia. ISSN 2088-270X. 2014. Kementrian Kesehatan RI

Kriegstein.Chasing the dragon heroin use can damage brain. New York: Reuteut

Health, 1999.

Ruttenberg AJ. Etiology heroin, related death. Journal of Forensic Science, 35(4)

Juli 1990; 890-900

Way EL. Drugs of abuse in Basic and clinical pharmacology. Katzung BG (ed). 7th ed. Stamfort: Appleton, 1998 (32): 518-9

Way WL. Opioid analgosics and antagonists in Basic and clinical pharmacology.

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa secara keseluruhan, rata-rata keterampilan berpikir kritis mahasiswa menunjukkan kriteria belum nampak atau masih

Berdasarkan pada Tabel 4 Tentang pengambilan keputusan yang dilakukan pimpinan dapat diterima bawahannya, diketahui bahwa responden paling banyak menjawab dengan kategori jawaban

a) Sistem penggerak kendaraan diperbolehkan menggunakan sebuah perangkat penyimpan listrik, motor listrik, seperangkat sistem kendali dan sambungan yang dibutuhkannya.

Dalam pengertian yang dikemukakan Poerwowidagdo tersebut yang dimaksud produk atau jasa bukanlah produk yang umumnya dihasilkan oleh suatu industri atau perusahaan, melainkan

41 Evana Yuanita, ST, MT Balai Besar Kimia dan Kemasan Kementerian Perindustrian. 42 Muhammad Adli Sila PHD Litbang dan Diklat

fungsi perencanaan, fungsi memandang ke depan, fungsi pengembangan.. loyalitas, fungsi pengawasan, fungsi pengambil keputusan dan fungsi memberi motivasi. Fungsi

(V) Mengambil kira Tenaga Pengajar layak mengajar maksimum tiga (3) kumpulan kursus pada setiap semester pengajian.. I) Tidak melebihi separuh (½) gaji tahunan

Mere&a yan- hanya %edi&it %e&ali atau tida& memili&i %e%uatu !erhar-a dalam 'andan-an ma%yara&at mem'unyai &edudu&an yan- rendah.. Si%tem la'i%an