• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. pertambangan mineral bukan logam dan pertambangan batuan andesit, tanah liat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. pertambangan mineral bukan logam dan pertambangan batuan andesit, tanah liat"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan merupakan kawasan peruntukan pertambangan mineral bukan logam dan pertambangan batuan andesit, tanah liat atau lempung (Pasal 38 ayat 1), kawasan peruntukan industri kecil dan mikro (Pasal 39 ayat 3) Peraturan Daerah Kabupaten Sleman No. 12 tahun 2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten Sleman Tahun 2011-2031. Pertambangan batu andesit terdapat di Bukit Berjo, pertambangan tanah liat atau lempung terdapat di Bukit Butak (telah habis), Bukit Wungkal, Bukit Gayamsari dan Bukit Jering, sedangkan industri kecil dan mikro yang terdapat di wilayah tersebut diantaranya adalah industri kecil genting dan batu-bata. Industri kecil genting dan batu bata terdapat di beberapa dusun di wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan. Berdasarkan hasil penelitian Kasihono (1995), Industri genting di Wilayah Kecamatan Godean telah dimulai sejak tahun 1925, yang mana pada tahun tersebut seorang Wedono yang bernama Joyodiningrat bersama tiga orang bawahannya, yaitu Bapak Atmodimejo, Bapak Kartoredjo dan Bapak Soewito pergi ke Kebumen untuk belajar membuat genting Plam (genting slumpring). Bapak Joyodiningrat selaku Wedono di Distrik Godean pada waktu itu mempunyai kebijakan untuk membuat Gardu Perondan, Cakruk dan pemandiaan

(2)

umum di Kreobounging Tuk Sibedug di Dusun Mranggen, Desa Margodadi Kecamatan Seyegan (Kasihono, 1995: 68).

Usaha industri batu-bata juga berkembang seiring dengan perkembangan usaha industri kerajinan genting. Batu-bata pada saat pembakaran genting dalam tobong digunakan sebagai gili (landasan untuk menyusun genting di atas tungku api dalam tobong). Bahan baku pembuatan genting dan batu-bata adalah tanah lempung yang ditambang dari perbukitan wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan. Berdasarkan studi pendahuluan yang dilakukan penulis, industri kerajinan batu-bata berkembang pesat sejak sepuluh tahun terakhir, yang terlihat semakin banyaknya perajin batu-bata di wilayah sekitar perbukitan Godean dan Seyegan.

Penambangan tanah lempung yang telah berlangsung dalam waktu kurang lebih 87 tahun, potensi volume dan kualitas tanah lempung yang baik (tekstur tanah lempung dan tipe lempung) untuk bahan baku pembuatan genting dan batu- bata semakin menurun, pada hal usaha industri kerajinan genting dan batu-bata telah menjadi sumber mata pencaharian dan pendapatan bagi sebagian penduduk di wilayah Godean dan Seyegan. Untuk menjaga agar kualitas produksi genting dan batu-bata, perajin genting dan batu-bata mencari solusi untuk mengatasi menurunnya kualitas dan kuantitas tanah lempung dengan cara mencari tanah lempung dari wilayah Kabupaten Kulonprogo untuk bahan campuran tanah lempung dari Perbukitan Godean dan Seyegan. Selain itu para perajin juga

(3)

mencampur tanah lempung dengan batuan napal, padas, tanah/lumpur dari hasil pelapukan batuan napal di bekas galian penambangan tanah lempung yang lama. Semakin menipisnya cadangan atau volume tanah lempung kualitasnya baik (tekstur tanah lempung dan tipe lempung), cukup banyak perajin genting yang beralih usaha batu-bata, karena lebih mudah dalam proses produksi, lebih kecil risiko kerusakan produknya (retak dan pecah), lebih cepat laku untuk dijual dalam kondisi mentah (belum dibakar) maupun sudah matang (sudah dibakar).

Berdasarkan hasil uji dari Departemen Perindustrian, Kantor Wilayah D.I. Yogyakarta yang mengemukakan bahwa tanah lempung yang baik untuk memproduksi genting, batu-bata dan sejenisnya bila tanah lempung tersebut berupa lempung pasiran (Sandy clay) dengan keplastisan antara 25 persen sampai dengan 35 persen kadar lempung (Departemen Perindustrian, Kantor Wilayah D.I. Yogyakarta, 1982: 23).

Tipe tanah lempung yang baik untuk pembuatan keramik struktur seperti

genting dan batu-bata menurut Sukandarrumidi adalah lempung residu. “Lempung Residu, merupakan sejenis lempung yang terbentuk karena proses

pelapukan (alterasi) batuan beku dan dijumpai disekitar batuan induknya. Mutu lempung ini pada umumnya lebih baik dibandingkan dengan lempung sedimen. Komposisi lempung residu didominasi oleh mineral illite, umumnya dipergunakan untuk bahan pembuatan keramik struktur antara lain bata, genting dan gerabah” (Sukandarrumidi, 2009: 160).

Untuk mencari solusi apa yang dikeluhkan banyak perajin genting dan batu-bata tentang kualitas tanah lempung (tipe dan tekstur tanah lempung) dan potensi volume tanah lempung Perbukitan di wilayah Kecamatan Godean dan

(4)

Kecamatan Seyegan, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tanah lempung di Perbukitan tersebut dengan judul: Analisis Potensi Tanah Lempung Untuk Genting Dan Batu-Bata Pada Perbukitan Di Wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan.

1.2 Permasalahan Penelitian

Berbagai penelitian tentang industri genting di wilayah Kecamatan Godean dan Kecamatan Seyegan telah dilakukan, namun belum dapat memecahkan permasalahan yang dihadapi oleh perajin genting dan batu-bata pada saat ini, yaitu menipisnya deposit tanah lempung, tekstur dan tipe tanah lempung yang baik untuk bahan baku genting dan batu-bata.

Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana tekstur tanah lempung pada Perbukitan di wilayah

Kecamatan Godean dan Seyegan?

2. Bagaimana tipe lempung pada Perbukitan di wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan?

3. Bagaimana potensi volume (Cadangan) tanah lempung pada Perbukitan di wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan?

(5)

1.3 Keaslian Penelitian

Penelitian tentang Industri Kerajinan Genting dan batu-bata telah banyak dilakukan oleh para peneliti, namun penelitian tentang analisis tentang tekstur tanah lempung dan tipe lempung serta potensi volume tanah lempung sebagai bahan baku untuk pembuatan genting dan batu-bata pada perbukitan di Wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan perlu dilakukan karena dapat digunakan untuk memberikan masukan tentang terkstur tanah lempung, tipe lempung dan potensi volume tanah lempung kepada perajin untuk keberlanjutan usaha industri genting dan batu-bata di Wilayah Kecamatan Godean dan Kecamatan Seyegan.

Hasil Penelitian Soekadri (1986) tentang Industri Genting Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Godean menyimpulkan: 1. Lokasi industri genting di Kecamatan Godean memang secara alami baik, karena dekat dengan faktor produksi khususnya bahan baku lempung dan kayu bakar. Hal ini merupakan penyumbang utama dalam penurunan biaya produksi, bila dibanding demgam ongkos tenaga kerja yang merupakan faktor produksi yang mempunyai nilai penentu yang cukup mahal, sehinggabila faktor ini bergeser meningkat sedikitpun akan mengakibatkan kenaikan harga produksi dan berakibat akan melemahkan daya saing terhadap produksi genting dari daerah lain. 2. Dengan melihat struktur industri genting ternyata kemampuan industri genting menyerap tenaga kerja, baik lokal dan regional cukup besar serta menunjukkan juga karakteristik kemampuan penyerapan penyerapan tenaga kerja dapat secara jelas. 3. Sistem sub kontrak secara umum menunjukkan kebaikannya karena dapat memelihara kehidupan

(6)

industri rumah tangga genting dengan industri kecil genting tetapi secara khusus memang adal kelemahannya yaitu secara psikologis pengusaha-pengusaha industri rumah tangga genting merasa terikat karena adanya bantuan yang berupa faktor-faktor produksi yang sebagian besar merupakan pinjaman tanpa ikatan dan bahkan ada yang berupa pemberian tanpa ikatan pula dari fihak pengusaha industri kecil. Dilain fihak industri rumah tangga juga akhirnya tidak dapat mengatur harga produksi sesuai dengan keadaan yang ada.

Hasil Penelitian yang dilakukan oleh Subyoto (1990) tentang Pemanfaatan Mineral Lempung Bukit-Bukit Godean Dalam Industri Genting Beserta

Dampaknya Terhadap Kelestarian Lingkungan menyimpulkan: Pertama,

bukit-bukit Godean adalah daerah yang mengandung deposit lempung berupa lahan tegalan, pekarangan yang terletak pada kaki bukit, lereng bukit pada lahan berombak sampai bergelombang terutama pada tanah lahan lateritik merah umur tersier. Kedua, kegiatan industri genting secara ekonomis cukup menguntungkan, karena dapat memanfaatkan bahan baku lempung cukup banyak dan dapat memenuhi kebutuhan terutama bagi kelompok penggali dan pengusaha. Ketiga, pengalian lempung secara fisik dalam jangka pendek merugikan lingkungan karena pada umumnya terletak pada daerah miring, tetapi dalam jangka panjang menguntungkan karena pada umumnya lahan tersebut sebelum digali kurang produktif, setelah ada usaha rehabilitasi nantinya lahan bekas galian tersebut dapat dimanfaatkan untuk kegunaan lain yang lebih menguntungkan.

(7)

Hasil Penelitian Kasihono (1995) tentang Industri Genting dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Total Keluarga Petani Pengusaha Industri Genting di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa

Yogyakarta menyimpulkan bahwa faktor pendorong petani melakukan usaha

dibidang usaha industri genting ternyata menambah pendapatan merupakan alasan terbanyak dengan proporsi sebesar 56,73%, meneruskan usaha orang tua dengan proporsi sebesar 30,77%, waktu luang dengan proporsi sebesar 5,77%, dekat dengan bahan baku dengan proporsi sebesar 4,81%, dan alasan tidak ada pekerjaan lain dengan proporsi sebesar 1,92%. Alasan menambah pendapatan merupakan alasan alasan terbanyak, hal ini dapat di mengerti karena pendapatan dari usaha tani yang sempit-sempit, yaitu rata-rata penguasaan lahan usaha tani setiap keluarga seluas 1.568 m² atau 0,157 hektar per keluarga, sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani tersebut. Selain itu pengaruh musim hujan dan kemarau terhadap jumlah produksi dengan nilai t = 15,08. Biaya produksi pada musim kemarau dengan musim penghujan diperoleh nilai t = 11,83. Harga per seribu genting pada musim kemarau dengan musim penghujan diperoleh nilai t = 2,99. Jumlah genting yang dipasarkan dalam daerah atau lokal dengan ke luar daerah diperoleh nilai t = 18,96. Pendapatan petani dari usaha genting pada musim kemarau dengan pendapatan pada musim penghujan diperoleh nialai t = 12,27. Pendapatan petani dari usaha genting dengan usaha tani dan jasa diperoleh nilai t = 12,72. Pendapatan keluarga petani dari usaha industri

(8)

genting ternyata memberikan sumbangan yang besar terhadap pendapatan total keluarga petani pengusaha industri genting sebesar 76,41%.

Dari hasil penelitian-penelitian di atas ternyata tekstur tanah lempung dan tipe lempung serta potensi (cadangan) tanah lempung di wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan belum dilakukan penelitian. Berikut ini tabel perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang dilakukan peneliti (Tabel 1.1. halaman 8).

Tabel 1.1 Perbandingan penelitian sebelumnya dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti.

No Penulis, tahun, judul penelitian Tujuan Metode Penelitian Hasil Penelitian 1. Soekadri (1986) tentang Industri Genting Dan Penyerapan Tenaga Kerja Di Godean 1. Mengetahui gambaran penyerapan tenaga kerja baik dari segi jumlah, stuktur umur, pendidikan serta jenis kelamin. 2. Mengetahui sejauh mana faktor lokasi dapat mempengaruhi industri genting. 3. Mengetahui peranan atau

Survai 1. Kegiatan industri genting sekala kecil maupun rumah tangga mampu menyerap tenga kerja secara langsung sejumlah 44,69% dari seluruh angkatan kerja yang terserap pada sektor

industri.

2. Lokasi industri genting di Kecamatan Godean

memang secara alami baik, karena dekat dengan faktor produksi khususnya bahan baku lempung dan kayu bakar. Hal ini merupakan penyumbang utama dalam penurunan biaya produksi, bila dibanding demgam ongkos tenaga kerja yang

(9)

pengaruh kebijakan pemerintah terhadap perkembangan industri genting 4. Mengetahui faktor-faktor dominan dalam proses produksi genting

merupakan faktor produksi yang mempunyai nilai penentu yang cukup mahal, sehinggabila faktor ini bergeser meningkat sedikitpun akan

mengakibatkan kenaikan harga produksi dan

berakibat akan melemahkan daya saing terhadap

produksi genting dari daerah lain.

3. Dengan melihat struktur industri genting ternyata kemampuan industri genting menyerap tenaga kerja, baik lokal dan regional cukup besar serta menunjukkan juga

karakteristik kemampuan penyerapan penyerapan tenaga kerja dapat secara jelas.

4. Sistem sub kontrak secara umum menunjukkan kebaikannya karena dapat memelihara kehidupan industri rumah tangga genting dengan industri kecil genting tetapi secara khusus memang adal kelemahannya yaitu secara psikologis pengusaha-pengusaha industri rumah tangga genting merasa terikat karena adanya bantuan yang berupa

(10)

faktor-faktor produksi yang sebagian besar merupakan pinjaman tanpa ikatan dan bahkan ada yang berupa pemberian tanpa ikatan pula dari fihak pengusaha

industri kecil. Dilain fihak industri rumah tangga juga akhirnya tidak dapat mengatur harga produksi sesuai dengan keadaan yang ada. 2. Subyoto (1990) tentang Pemanfaatan Mineral Lempung Bukit-Bukit Godean Dalam Industri Genting Beserta Dampaknya Terhadap Kelestarian Lingkungan 1. Dapat memberikan informasi atas kondisi penyebaran deposit, serta pelaksanaan penambangan. 2. Dapat memberikan informasi penyediaan (suplai) mineral lempung dalam industri genting. 3. Dapat mengetahui seberapa jauh dalam industri keuntungan yang diperoleh dari Observasi, kajian peta interpretasi foto udara

1. Bukit-bukit Godean adalah daerah yang mengandung deposit lempung berupa lahan tegalan, pekarangan yang terletak pada kaki bukit, lereng bukit pada lahan berombak sampai bergelombang terutama pada tanah lahan lateritik merah umur tersier. 2. Kegiatan industri genting

secara ekonomis cukup menguntungkan, karena dapat memanfaatkan bahan baku lempung cukup banyak dan dapat memenuhi kebutuhan terutama bagi kelompok penggali dan pengusaha. 3. Pemanfaatan mineral

lempung di daerah

penambangan secara positif menambah penghasilan bagi pemilik lahan per m³

(11)

pemanfaatan mineral lempung dalam industri genting. 4. Dapat mengetaui seberapa jauh kelestarian lingkungan dapat terjaga pada lokasi penambangan mineral lempung. rata-rata Rp. 500,00.

Penggali lempung per bulan antara Rp 100.000,00 – Rp. 200.000,00. Retribusi pemerintah daerah setempat per m³ sebesar Rp. 100,00. 4. Pengalian lempung secara

fisik dalam jangka pendek merugikan lingkungan karena pada umumnya terletak pada daerah miring, tetapi dalam jangka panjang menguntungkan karena pada umumnya lahan tersebut sebelum digali kurang produktif, setelah ada usaha rehabilitasi nantinya lahan bekas galian tersebut dapat dimanfaatkan untuk kegunaan lain yang lebih menguntungkan. 3. Kasihono (1995) tentang Industri Genting dan Kontribusinya Terhadap Pendapatan Total Keluarga Petani Pengusaha Industri Genting di Kecamatan Godean Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta 1. Mengetahui faktor-faktor yang mendorong keluarga petani melakukan usaha industri genting. 2. Mengetahui pengaruh musim kemarau dan penghujan terhadap: Observasi, wawancara, dan doku- mentasi.

1. Faktor pendorong petani melakukan usaha dibidang usaha industri genting ternyata menambah pendapatan merupakan alasan terbanyak dengan proporsi sebesar 56,73%, meneruskan usaha orang tua dengan proporsi sebesar 30,77%, waktu luang dengan proporsi sebesar 5,77%, dekat dengan bahan baku dengan proporsi sebesar 4,81%, dan alasan tidak ada pekerjaan lain

(12)

1) Jumlah produksi genting 2) Biaya produksi perseribu genting 3) Harga perseribu genting 4) Jumlah genting yang dipasarkan dalam daerah dan keluar daerah 5) Pendapatan keluarga petani dari usaha industri genting 6) Pendapatan usaha industri genting selama satu tahun dengan usaha tani dan jasa 7) Besarnya kontribusi pendapatan usaha

dengan proporsi sebesar 1,92%. Alasan menambah pendapatan merupakan alasan terbanyak, hal ini dapat di mengerti karena pendapatan dari usaha tani yang sempit-sempit, yaitu rata-rata penguasaan lahan usaha tani setiap keluarga seluas 1.568 m² atau 0,157 hektar per keluarga,

sehingga tidak cukup untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarga petani tersebut. 2. Pengaruh musim kemarau

dan penghujan terhadap: 1) Jumlah produksi

diperoleh nilai t = 15,08.

2) Terhadap biaya

produksi diperoleh nilai t = 11,83.

3) Terhadap harga per seribu genting

diperoleh nilai t = 2,99. 4) Jumlah genting yang

dipasarkan dalam daerah atau lokal dan ke luar daerah

diperoleh nilai t = 18,98.

5) Pendapatan petani dari usaha genting pada musim kemarau dengan penghujan diperoleh nilai t = 12,27.

(13)

industri genting terhadap pendapatan total keluarga

usaha industri genting dengan pendapatan dari usaha tani dan jasa diperoleh nilai t = 12,72.

7) Pendapatan keluarga petani dari usaha industri genting ternyata memberikan sumbangan yang besar terhadap pendapatan total keluarga petani pengusaha industri genting sebesar 76,41%. 4. Kasihono (2016) Analisis Potensi Tanah Lempung Untuk Genting dan Batu-Bata Pada Perbukitan di Wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan. 1. Menganalisis tekstur tanah lempung pada Perbukitan di wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan yang cocok untuk genting dan batu-bata. 2. Menganalisis tipe lempung pada Perbukitan di wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan yang cocok untuk pembuatan Survai Lapangan dan Uji Laboratori-um dengan X- Ray Diffraction

Hasil yang diharapkan: 1. Memperoleh teksur tanah

lempung pada Perbukitan di wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan yang cocok untuk genting dan batu-bata.

2. Memperoleh tipe lempung pada Perbukitan di

wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan yang cocok untuk pembuatan genting dan batu-bata. 3. Mengetahui potensi

(cadangan) tanah

lempung pada Perbukitan di wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan.

(14)

genting dan batu-bata. 3. Menghitung potensi tanah lempung pada Perbukitan di Wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan. 1.4 Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan kajian dari beberapa hasil penelitian yang telah dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu di atas, penulis

rumuskan tujuan penelitian ini adalah:

1. Menganalisis tekstur tanah lempung pada Perbukitan di wilayah

Kecamatan Godean dan Seyegan yang sesuai untuk pembuatan genting dan batu-bata.

2. Menganalisis tipe lempung pada Perbukitan di wilayah Kecamatan Godean dan Kecamatan Seyegan yang sesuai untuk pembuatan genting dan batu-bata.

3. Menghitung potensi volume (cadangan) tanah lempung pada Perbukitan di wilayah Kecamatan Godean dan Kecamatan Seyegan.

(15)

1.5 Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan memiliki kegunaan praktis maupun ilmiah sebagai berikut:

1. Manfaat praktis, hasil penelitian dapat memberikan informasi kepada perajin tentang tekstur tanah lempung, tipe lempung dan potensi volume (cadangan) tanah lempung pada Perbukitan di Wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan, sehingga dapat digunakan untuk menjaga kelangsungan produksi genting dan batu-bata di wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan yang telah terbukti dapat menyerap tenaga kerja, mengangkat ekonomi keluarga dan masyarakat di wilayah tersebut.

2. Manfaat ilmiah dapat menambah kasanah pengetahuan tentang tekstur dan tipe lempung serta potensi volume (cadangan) tanah lempung pada Perbukitan di wilayah Kecamatan Godean dan Seyegan.

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini dimungkinkan bahwa pengolahan tanah dapat mempercepat kumulatif laju infiltrasi tanah pada sistem olah tanah intensif dengan aplikasi mulsa bagas 80 t ha -1 dibandingkan

1.Hasil penelitian ini, perhitungan untuk mencari rute terpendek tidak hanya menggunakan faktor jarak tetapi juga menggunakan faktor nilai bobot kemacetan, maka hasil

Untuk itulah, saya menghimbau kepada hadirin sekalian, baik yang Pelajar, Guru, Petani, pekerja swasta, semuanya ikut serta dalam membantu menyelesaikan masalah pendidikan di

Alasan diajukannya permohonan wali adhal ini adalah ayah dan ibu pemohon menolak dengan alasan karena kepercayaan Jawa mengenai arah mata angina kerumah calon suami

Walaupun asas kajian yang dilakukan adalah tertumpu kepada pengusaha penjaja makanan ( hawker ), namun secara tidak langsung ia mempunyai perkaitan dalam industri makanan di

Rumusan etika politik pancasila dengan demikian dapat di susun sebagai berikut : etika politik pancasila merupakan cabang dari filsafat politik pancasila sedangkan

Adapun sistem seleksi penerimaan mahasiswa baru melalui 3 (tiga) tahap sebagai berikut. 1) Seleksi administrasi, syarat-syarat yang tercantum antara lain: calon mahasiswa