• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 6 Steady explosive eruptions

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB 6 Steady explosive eruptions"

Copied!
41
0
0

Teks penuh

(1)

BAB 6

(2)

INTRODUCTION

Pada bagian (bab) sebelumnya telah dibahas

bagaimana magma mengembang (terbentuk)

di permukaan, volatile

dissolves

ketika mulai

meluruh dan membentuk gelembung gas.

Perkembangan pada Magma menyebabkan

eksolusi gas dan peningkatan gelembung gas

melalui diffusi, dekrompresi, dan tubrukan

gelembung gas.

(3)

Pada bab ini membahas apa yang terjadi pada

erupsi saat magma berkembang dengan

cepat, untuk mengetahui bahwa sedikit terjadi

tubrukan

gelembung

selama

proses

perkembangan magma, oleh karena itu

banyak sedikitnya semburan gas dan magma

yang keluar dari rekahan di permukaan

memiliki kecepatan tertentu, yang dikenal

dengan kecepatan keluar (exit velocity)

(4)

Nilai dari exit velocity bisa berkisar dari

puluhan sampai beberapa ratus meter per

sekon.

Perlu diperhitungkan bagaimana

karakteristik magma selama stage awal dari

naiknya

magma,

dari

hasil

perhitungan

tersebut dapat diketahui seberapa besar

pengaruh gas terhadap percampuran magma

dan

gas

yang

mengembang

setelah

fragmentasi.

(5)

Pengaruh gelembung gas pada

fragmentasi magma

Gelembung

gas

menjadi

inti

dari

perkembangan magma, dan berpengaruh

pada kecepatan perkembangan magma. Cara

mudah untuk mengilustrasikan hal tersebut

dengan membayangkan fluk masa yang

terdapat pada system dike.

(6)

Massa dari material yang masuk ke dalam system dike harus sama dengan massa yang dierupsikan melalui celah (vent)

fluks massa dapat di ukur di titik manapun di seluruh permukaan.

nilai fluks massa di semua titik di satu permukaan bernilai sama.

(7)

Sebelum gelembung terbentuk di dalam magma,

bulk density memiliki nilai yang sama dengan

densitas magma. Saat magma terbentuk, bulk

density dari campuran gas dan magma berkurang

karena densitas gas jauh lebih kecil dibanding

densitas magma. persamaan 6.1 memperlihatkan

bahwa jika fluks massa tetap konstan saat melalui

system

dike.

Kemudian

bulk

density

dari

campuran

gas-magma

berkurang,

sebagai

kompensasi kecepatan mengembang, u, dari

campuran meningkat.

(8)
(9)

percepatan campuran gas-magma

• Energy untuk percepatan disediakan oleh ekspansi gas yang terjadi pada campuran gas-magma yang berkembang dan tekanannya

berkurang.

• Efek tersebut bisa diilustrasikan dengan yang terjadi ketika ban sepeda yang di pompa. Proses menekan atau memasukkan udara ke dalam ban, menekan udara dan meningkatkan tekanan di dalam ban. Melakukan hal tersebut memerlukan energy, dan dengan pompa itu mengkonversi energy dari makanan yang dimakan oleh pemompa. Pada saat pesepeda memompa ban, badan dari pompa tersebut akan terasa sedikit panas hal ini dikarenakan adanya sedikit energy yang memanaskan gas, setelah selesai memompa dan kepala pompa dilepas dari dop, maka akan ada udara yang keluar dari pompa, hal ini dikarenakan tekanan udara di dalam pompa lebih tinggi dari pada udara luar.

(10)

Kembali kepada masalah berkembangnya campuran

gas-magma, tekanan berkurang,

gas didalam

gelembung mengembang, sedikit mendingin, dan

melepas energy. Energy meningkat dan percepatan

campuran gas-magma di system dike dan distribusi

energy pada system dirumuskan pada persamaan

energy seperti berikut:

(11)

Secara bersamaan konservasi energy juga

dibutuhkan untuk menghitung gaya yang

bekerja pada perkembangan magma yang

disebabkan

oleh

pergerakannya,

dan

menghasilkan persamaan disebut persamaan

momentum:

(12)
(13)

Pengendali exit velocity

Kecepatan gas dan piroklastik berukuran kecil yang

meninggalkan saluran pada erupsi yang eksplosif

memiliki 2 alasan yaitu :

ditentukan dari laju dimana produk gabungan dengan

atmosfer sekitar sampai muncul di permukaan,

dan ditentukan dari cara piroklastik yang besar

berpasangan dengan uap dari gas dan partikel kecil

untuk jatuh ke permukaan.

Ini adalah pengukuran distribusi dari clast yang besar di

sekitar vent dimana masih bisa dilakukan analisis

kondisi selama erupsi pre historik.

(14)

Kandungan magmatik gas dan exit

velocity

 Semakin besar kandungan gas, semakin besar total energi yang tersedia untuk melepaskan selama pemuaian gas, oleh karena itu semakin besar energi yang tersedia untuk percepatan naiknya campuran gas – piroklast.

 Semakin besar kandungan gas dari magma, semakin dalam kedalaman dimana gelembung akan meletus terlebih dahulu. Semakin dalam kedalaman ledakan semakin besar penurunan tekanan dari gas saat naik, dan oleh karena itu semakin besar energi dilepaskan pada ekspansi gas.

 Semakin besar kandungan gas, semakin dalam level fragmentasi. Semakin dalam fragmentasi berarti perubahan dari tinggi ke rendah gesekan dinding terjadi lebih dalam, secara keseluruhan gesekan hilang selama naik semakin berkurang, jadi energi tersebut bisa digunakan untuk percepatan.

(15)

Bentuk dike, geometri vent dan exit

velocity

Ada faktor lain yang memengaruhi kontrol dari

kecepatan

dimana

membekunya

erupsi

magma

menembus saluran, dan juga mempengaruhi apa yang

terjadi tepat diatas saluran. Magma naik dari daerah

sumber tekanan tinggi menuju ke permukaan pasti

menuju ke tekanan yang sama dengan tekanan

atmosfer sesudah meninggalkan saluran.

Tapi ini tidak selalu terjadi, alasannya adalah setiap

fluida (gas/cair) telah berasosiasi dengan kecepatan

natural dimana tekanan berganti menyebar dan

menembus. Tekanan berganti di udara adalah apa yang

kita tahu sebagai suara, dan juga kecepatan alami ini

disebut sebagai kecepatan suara dalam fluida.

(16)

Sebelum pemecahan, gelembung gas mengalami

deformasi, tekanan berubah ketika berjalannya

gelombang suara. Sesudah pemecahan gumpalan

magma menghentikan gas dan mereka tertekan

dan tertarik oleh gas sebagai perambatan

gelombang suara. Ini telah ditunjukkan diatas

bahwa ini adalah keadaaan tekanan untuk

penyebaran gas oleh magma untuk mendapatkan

energi untuk mempercepat kecepatan magma di

saluran lebih dari 100 m/s. Jadi magma ini dapat

erupsi pada kecepatan sejauh kemampuan

magma itu sendiri, menjadi supersonik.

(17)

ini adalah konsep dalam mekanika fluida,

dimana fluida mengalir melewati pipa menjadi

supersonik, di daerah dimana terjadi transisi,

pipa pertama mengkerut mengecil dan lalu api

keluar dengan jumlah yang cukup. hal ini perlu

terjadi untuk memberi kenaikan pada bentuk

karakter akhir dari jet engine, dan bentuk

berapi tersebut disebut sebagai

Lavalle nozzle

(18)

namun tidak ada jaminan bahwa dike akan mempunyai bentuk yang tepat untuk terjadi transisi ke supersonik, lebar dike, t, dikontrol oleh distribusi tekanan yang menyebabkan dike menyebar, pada stage awal pada pemukaan saluran, kemungkinannya adalah dike akan mendekati bagian yang sempit ke arah permukaan, tidak kesamping.

Jika supersonik transisi tidak dapat terjadi, cara terbaik magma dapat menuju ke permukaan yaitu pada kecepatan lokal suara. Kondisi ini disebut Choked flow dan ketika aliran terhambat, tekanan magma dalam saluran dapat lebih tinggi dari tekanan atmosfer, dan kecepatan erupsi akan menjadi lebih rendah jika transisi terjadi. Disitu akan terjadi ekspansi yang besar baik keatas maupun kesamping, magmatik gas hanya diatas saluran, dengan tekanan yang disesuaikan dengan atmosfer dan kecepatan gas dan piroklastik untuk percepatan sama, tapi kurang dari itu akan terjadi jika percepatan berubah secara halus.

(19)
(20)

Plume rise (Naiknya Plume)

• Hal pertama yang terjadi ketika aliran gas dan clasts keluar dari celah (vent) adalah jet mulai menggabungkan udara dari atmosfer dan sekitarnya dalam suatu proses yang dikenal dengan entrainment.

• Jet gas adalah aliran gas yang naik keatas melalui udara sehingga dapat menyebabkan turbulen bercampur antara udara dan tepi jet.

• Sel konveksi besar turbulen ini terjadi letusan karena meningkatnya karekteristik kolom sehingga kolom udara naik karena udara yang bercampur didalamnya.

• Lebar kolom akan meningkat akibat dari penambahan udara, tetapi tingkat ekspansi pada awalnya gas vulkanik dan clats yang ada dikolom jauh lebih panas dibandingkan dengan entrained udara sehingga membutuhkan proses pendinginan.

(21)
(22)

• Salah satu efek dari entrainment adalah dimana material-material letusan kolom meningkat, kecepatan semakin menurun.

• Hal ini dapat dipertimbangkan dengan menggunakan prinsip konservatif momentum , rumusnya adalah :

m1.v1 = m2.v2

Dimana : m1 = masa awal dari jet letusan

v1 = kecepatan awal jet naik ke atas m2 = masa jet mencapai diatas

v2 = kecepatan jet mencapai diatas

• Sebagai letusan kolom dan entrains udara, masa kolom meningkat sehingga gaya konservatif sangat membutuhkan kecepatan, untuk gerakan magma di bawah tanah, semua pertimbangan yang sama berlaku untuk gerakan di atas tanah.

(23)

Pengaruh keduanya adalah energi panas yang

terkandung dalam magma gas.

Ciri khas erupsi jet adalah memiliki suhu ~ 900 -1150

° C. Suhu udara entrained bergantung pada lokasi

geografis dari vent tersebut akan tetapi biasanya

suhu berkisar ~ 0 ° C. Volume udara pada akhirnya

entrained oleh kolom letusan sangat bervariasi

tergantung pada fluks massa dan isi gas magma saat

meletus tetapi, secara umum, akan berada di antara

100 dan 10^5 kali volume gas yang dirilis pada

letusan.

ketika panas dari jet letusan dan clasts

dibagi dengan udara entrained suhu kolom.

(24)
(25)
(26)

Inertial region, umunya didominasi naiknya plume di atas beberapa kilometer vent.

Convective region, Zona dimana plume naik sebagai hasil buoyancy. Plume terus naik pada convective region yang banyak udara maka suhu plume semakin berkurang. Ekspansi gas-gas menyebabkan berkurangna pada energi internal, oleh karena itu temepratur dari gas dan juga dari piroklastik dimana masih dibawa suspensi di dalam plume. Piroklastik tersebut terus hilang dari plume, karena kemampuan gas mendukung clasts berkurang seperti pada pada kecepatan dan densitasnya menurun.

Umbrella region, dimana plume masih memiliki inersia naik dengan perlahan melalui buoyancy netral.

(27)

6.6 Jatuhnya Butiran dari Eruption plume

6.6.1 Naiknya butiran pada

eruption plume

(28)

6.6.1 Naiknya butiran pada

eruption plume

Butiran pada eruption plume akan jatuh di udara

di

bawah

pengaruh

gravitasi

dan

terjadi

percepatan sampai gaya gravitasi kebawah

seimbang dengan gaya gesek udara yang

berlawanan arah. Selain itu, butiran magma juga

didorong ke atas bersama naikknya aliran gas.

Gaya gravitasi mencoba untuk membuat butiran

tersebut jatuh dan gaya dorong mendesak

butiran bersama aliran gas ke atas.

(29)

Pada praktiknya, kedua gaya mencapai keseimbangan dan

untuk butiran yang bulat dapat ditulis dengan:

d = diameter butiran

σ= densitas butiran

ρ

g

= densitas gas

g = percepatan gravitasi

C

D

= koefisien gaya dorong

(30)

Kecepatan terminal pada butiran, di dalam

aliran gas adalah

Untuk butiran dengan densitas tertentu,

persamaan di atas menunjukkan bahwa

semakin

besar

butiran,

semakin

besar

kecepatan pada saat jatuh melalui aliran gas.

(31)

• Aliran gas lebih berat untuk mendorong butiran yang lebih besar ke atas dari pada butiran yang lebih kecil. Hal ini ditunjukkan pada tabel berikut

• Tabel 6.3 di atas mendemonstrasikan bahwa butiran paling kecil terbawa ke atas pada kecepatan paling besar relatif terhadap permukaan tanah. Butiran paling besar mempunyai kecepatan terminal yang sama dengan kecepatan aliran gas sehingga tersuspensi dalam eruption plume pada ketinggian tetap di atas permukaan ketika partikel yang lebih kecil terus bergerak ke atas.

Radius (m) (ms-1) Net upward velocity (ms-1)

0.02 30 130

0.15 90 70

(32)

6.6.2 Jatuhnya Butiran dari

Eruption plume

(33)

Pada setiap kasus kecepatan paling tinggi saat aliran

gas keluar dari

vent

dan kemudian menurun dengan

cepat pada daerah dorongan gas. Kecepatan tetap

pada region konvektif sebelum menurun dengan cepat

dekat bagian atas dari plume.

Pada 2 kasus berbeda gambar 6.8 mengilustrasikan,

ketinggian diperoleh butiran dengan ukuran tergantung

pada konsisi erupsi: erupsi dengan flux massa lebih

besar (erupsi 1) memproduksi plume yang lebih tinggi

dan membawa butiran dengan ukuran lebih tinggi di

atas vent dari pada plume dengan flux massa yang

lebih kecil (erupsi 2).

(34)

Erupsi plume merupakan area dengan turbulensi

tinggi jadi sebuah butiran yang telah mencapai

ketinggian maksimum tidak akan tersuspensi

dengan pasif pada ketinggian ini tetapi malah

akan tetap bergerak berkeliling karena arus eddy.

Akhirnya butiran tersebut berada di tepi

eruption

plume,

meninggalkan plume karena tidak

didukung oleh aliran gas sehingga butiran akan

jatuh ke tanah.

(35)

6.7 Kolom letusan tidak stabil

Dalam plume erupsi stabil, udara ikut ke

dalam kolom yang cukup panas menjadi

termal apung meskipun beban piroklastik itu

ikut membawa. Bagian ini terlihat pada apa

yang terjadi pada sebuah plume erupsi jika

tidak dapat mencapai daya apung termal.

(36)

Kepadatan plume dan stabilitas

kolom

Kita mulai dengan mempertimbangkan bagaimana kepadatan

plume erupsi bervariasi dengan ketinggian. Tabel 6.4 menunjukkan kepadatan massa khas untuk gas-magma campuran karena mereka meninggalkan lubang letusan. Dari nilai-nilai ini jelas bahwa, bahkan di erupsi paling kaya gas, campuran gas-magma lebih padat

(37)

plume mencapai titik di mana kecepatan

kenaikan yang diabaikan tapi kepadatan sebagian

besar dari material plume (kepadatan

keseluruhan campuran gas dan piroklastik) masih

lebih besar dari udara sekitarnya. Dalam situasi

ini plume bisa naik lagi bersama material di

dalamnya akan jatuh kembali ke permukaan

tanah dalam aliran berkelanjutan membentuk

semacam air mancur besar melewati lubang. Efek

ini biasanya disebut sebagai runtuhnya kolom,

meskipun akan lebih baik digambarkan sebagai

ketidakstabilan kolom

(38)

Penyebab ketidakstabilan kolom

dalam banyak kasus, plume erupsi dalam

letusan stabil pada awalnya stabil tapi dalam

keadaan tertentu, menjadi tidak stabil pada

tahap berikutnya. Ada dua alasan utama

mengapa kolom letusan mungkin menjadi

tidak stabil sebagai letusan yang menerus.

fluks massa dapat meningkat secara signifikan

atau kandungan gas dari magma yan meletus

(39)

• diambil kasus massal fluks meningkat terlebih dahulu. Fluks massa, Mf, diberikan oleh

• dimana r adalah jari-jari ventilasi, ρB adalah densitas bulk dari campuran gas-magma dan u adalah kecepatan keluar dari

campuran gas-magma. Jadi fluks massa sebanding dengan r2.

Sebagai campuran gas-magma muncul dari lubang itu mulai naik ikut udara di sekitar margin nya. Luas permukaan A, di mana udara yang dapat ikut adalah

• di mana x adalah jarak vertikal digerakkan oleh jet gas dalam satu detik. Dengan demikian luas permukaan di mana udara dapat

entrained sebanding dengan radius lubang. Karena fluks massa

peningkatan material vulkanik bertambah besar sebanding dengan r2 sedangkan jumlah atmosfer sekitarnya entrained meningkat

hanya dalam proporsi r, entrainment tidak mengimbangi dengan fluks massa meningkat.

(40)

Jadi, situasi dapat dihubungi di mana

gas-magma campuran belum cukup terbawa

udara pada saat itu mencapai puncak daerah

gas-dorong untuk mengapung. Dalam situasi

seperti letusan membanggakan akan berhenti

menjadi stabil dan akan runtuh. Efek ini dapat

dilihat dalam contoh pada Gambar 6.10a.

Berikut letusan Plinian dimulai dari lubang

dengan radius

12 m.

(41)

Gambar

Gambar 6.8 Contoh variasi kecepatan naikknya eruption plume vs. ketinggian

Referensi

Dokumen terkait

Dengan demikian, untuk mengatasi kondisi hukum negara yang dinilai lemah dalam menghadapi kekerasan massa yang terjadi, kita memang harus melihatnya mulai dari upaya

Setelah bermain mencari pasangan nama dan lambang bilangan, siswa dapat membilang secara urut bilangan 1.000 sampai dengan 10.000 dengan benar.. Setelah bermain mencari

Hubungan Karakteristik Individu dan Perilaku Komunikasi dengan Tingkat Adopsi Teknik Pencegahan Kematian ikan (Kasus Petani Ikan Jaring Apung di Blok Jangari Waduk

Dalam rangka meningkatkan OCB karyawan ternyata kedua variabel yaitu; Kepuasan kerja, Budaya organisasi memiliki pengaruh positif dan signifikan dengan demikian, apabila

Pengulangan ini dapat dilakukan terhadap kata dasar, kata berimbuhan, maupun kata gabungan.” Berdasarkan konsep-konsep yang telah dikemukakan tersebut, maka dapat

Dari analisis regresi linear ganda dapat diketahui bahwa koefisien regresi masing-masing variabel bebas bernilai positif, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel

Mahasiswa Program Skripsi/Makalah : Wajib Lulus Mata Kuliah minimal sebanyak 18 (delapan belas) SKS3. Mahasiswa Program Skripsi : Wajib Lulus Mata Kuliah minimal sebanyak 24 (dua

Protein (protos yang berarti ”paling utama”) adalah senyawa organik kompleks yang mempuyai bobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang