• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengukuran temperatur terhadap tegangan permukaan zat cair dengan metode Jaeger : penggunaan alat dan uji coba pemakaiannya - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengukuran temperatur terhadap tegangan permukaan zat cair dengan metode Jaeger : penggunaan alat dan uji coba pemakaiannya - USD Repository"

Copied!
96
0
0

Teks penuh

(1)

1

PENGUKURAN PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN ZAT CAIR DENGAN METODE JAEGER

(Pengembangan Alat dan Uji Coba Pemakaiannya)

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd)

Program Studi Pendidikan Fisika

Oleh:

Miranda

NIM : 061424015

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

2

(3)
(4)
(5)
(6)

6 PRAKATA

Puji Syukur kehadirat Huang Tian (Tuhan Yang Maha Esa), karena atas

berkat-Nya yang begitu melimpah penulis telah berhasil menyelesaikan skripsi ini

dengan judul “PENGUKURAN PENGARUH TEMPERATUR TERHADAP

TEGANGAN PERMUKAAN ZAT CAIR DENGAN METODE JAEGER (Pengembangan Alat dan Uji Coba Pemakaiannya.)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat bagi penulis dalam

memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Dalam proses penyusunan hingga terselesaikannya skripsi ini tentu saja tidak

terlepas dari arahan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak, yang tanpa mereka

skripsi ini tidak mungkin terwujud. Oleh karena itu, penulis ingin mengucapkan

terimakasih kepada:

1. Drs. Tarsisius Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku dosen pembimbing yang telah,

memberikan arahan dan dukungan dalam penyusunan skripsi ini.

2. Segenap dosen yang telah memberikan bimbingan dan bantuan dalam bentuk

apapun kepada penulis.

3. Mas Agus dan seluruh karyawan Laboratorium Fisika Universitas Sanata Dharma

atas bantuannya yang sangat berarti.

4. Mahasiswa-mahasiswa Pendidikan Fisika angkatan 2009 Universitas Sanata

Dharma yang telah bersedia membantu penulis untuk menggenapi skripsi ini.

(7)

7

6. Orang tuaku tercinta, mama Lie Hap Ing dan papa Tan Sin Tjhun atas segala

keringat, doa, dan pengorbanannya, serta dua adikku tersayang, Yo ren dan Yun

Chen atas kehadirannya yang menceriakan.

7. Teman-teman SMA Santo Yosef Pangkalpinang angkatan 2003 yang selalu

menjadi tempat untuk menyalurkan tawa dan kecewa, serta ucapan ini special

untuk sahabatku Camel dan Acong.

8. Teman-teman Pendidikan Fisika Universitas Sanata Dharma angkatan 2006,

terutama Rudyanto, Cicilia, Ratna, dan Desi atas ceritanya selama ini.

9. Teman kost “Palem Putri” dan “Putri Ayu”, terutama Ndoel dan Asti yang telah

banyak mendukung dalam kehangatannya.

10.Teman, rekan, dan semua pihak yang telah membantu penulis menyelesaikan

kuliah dan skripsi ini.

Penulis menyadari adanya keterbatasan dan kekurangan dari penulis, sehingga skripsi

ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun

sangat diharapkan. Semoga skripsi in berguna bagi seluruh pembaca, dan dapat

digunakan sebagaimana mestinya.

Yogyakarta

(8)

8 ABSTRAK

PENGARUH PENGUKURAN TEMPERATUR TERHADAP TEGANGAN PERMUKAAN ZAT CAIR DENGAN METODE JAEGER

Alat pengukur tegangan permukaan zat cair dengan metode Jaeger yang

sederhana masih jarang didapati dan jarang dilakukan eksperimen untuk mengetahui

besar tegangan permukaan suatu zat cair, maka penelitian ini dilakukan dengan tujuan

membuat alat pengukur tegangan permukaan zat cair yang sederhana. Alat pengukur

tegangan permukaan zat cair terdiri dari dudukan, pemanas, botol penghasil tekanan,

pipa kapiler, dan pipa manometer.

Pengukuran tegangan suatu zat cair dengan metode Jaeger dapat diperoleh

baik dengan temperatur yang sama ataupun dengan temperatur yang berbeda-beda.

Dari data pengukuran tegangan permukaan zat cair yang telah dilakukan

menunjukkan bahwa alat ini dapat digunakan dan menunjukkan bahwa adanya

perubahan tegangan permukaan zat cair seiring dengan perubahan temperatur.

Manfaat alat sederhana ini, dapat digunakan sebagai metode pembelajaran

yang berbasis eksperimen dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran

berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru atau buku,

(9)

9 ABSTRACT

INFLUENCE of TEMPERATURE MEASUREMENT TO TENSION of

HYDROGEN SURFACE WITH THE JAEGER METHOD.

Grader of Tension of hydrogen surface with the simple Jaeger method still seldom be discovered and seldom be conducted by a experiment to know surface tension of a hydrogen, hence this research is conducted with an eye to make the grader of simple hydrogen surface tension. Grader of Tension of hydrogen surface consisted of the desk, heater, bottle of pressure producer, capillary pipe, and manometer pipe.

Tension measurement of a hydrogen with the good obtainable Jaeger method with the same temperature or the temperature which different each other. From data of measurement of tension of hydrogen surface which have been conducted to indicate that this appliance can be used and indicate that the existence of change of tension of hydrogen surface along with temperature change.

(10)

10 DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ……….. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ………. ii

HALAMAN PENGESAHAN ……… iii

PRAKATA ……….. iv

INTISARI ………... vi

ABSTRACT ……….... vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ……… viii

DAFTAR ISI ………. ix

DAFTAR GAMBAR ………. xii

DAFTAR TABEL ……….. xiii

BAB I. PENDAHULUAN ……… 1

A. Latar Belakang ………1

B. Perumusan Masalah ………2

C. Tujuan Penelitian ………2

D. Manfaat Penelitian ………..3

BAB II. DASAR TEORI ……….4

A. Metode Eksperimen ………..4

B. Fuida ……….10

(11)

11

D. Tegangan Permukaan ………...12

E. Pengaruh suhu ………..15

F. Metode Jaeger ………..19

G. Ketidakpastian Penelitian ……….23

BAB III. METODOLOGI ………...……… 26

A. Cara Kerja Alat ……….26

B. Hasil Percobaan dan Ketidakpastiannya………...30

C. Pengukuran Tegangan Permukaan ………...33

D. Penggunaan Alat Dalam Pembelajaran ………36

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ….………..37

A. Data Hasil Pengukuran ……….37

B. Perhitungan Tegangan Permukaan Zat Cair ……….45

C. Pembahasan ………..51

BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ………54

A. Kesimpulan ………54

B. Keterbataasan Penelitian ………...54

C. Saran ………..55

DAFTAR PUSTAKA ……….56

(12)

12

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Embun Pagi Hari Sebagai Contoh Tegangan Permukaan ………13

Gambar 2. Koin Yang Diapungkan Pada Permukaan Air ...………..13

Gambar 3. Tegangan Permukaan Zat Cair ...……….15

Gambar 4. Tetes Embun………..15

Gambar 5. Alat Pengukur Tegangan Permukaan Zat Cair Dengan Metode Jaeger ...…….………...18

Gambar 6. Terjadinya Tegangan Pada Gelembung ………19

Gambar 7. Dudukan ………23

(13)

13

DAFTAR TABEL

Tabel 1 : Hasil Pengukuran air pada suhu yang berbeda ……….……...…. 37

Tabel 2 : Hasil Pengukuran minyak tanah pada suhu yang berbeda …,,…….…. 39

Tabel 3 : Hasil Pengukuran bensin pada suhu yang berbeda …………..………. 41

Tabel 4 : Rata-rata hasil pengukuran air pada suhu berbeda ………..……. 43

Tabel 5 : Rata-rata hasil pengukuran minyak tanah pada suhu berbeda …..…... 44

Tabel 6 : Rata-rata hasil pengukuran bensin pada suhu berbeda …………..….. 44

Tabel 7 : Besar kerapatan zat cair ………..…. 45

Tabel 8 : Hasil perhitungan tegangan permukaan air dengan suhu berbeda ... 48

Tabel 9 : Hasil perhitungan tegangan permukaan minyak tanah dengan suhu

Berbeda ………... 49

(14)

14 BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini, alat yang digunakan untuk materi pembelajaran mengenai fluida

tepatnya untuk mengukur tegangan permukaan masih sangat jarang. Karena itu,

sangat baik bila dibuat alat yang dapat mengukur tegangan permukaan zat cair

meskipun sederhana. Dalam percobaan untuk mengukur tegangan permukaan cairan

dengan metode Jaeger, terlihat beberapa persamaan yang di dalamnya tidak

mengandung variable T(temperatur).

Apabila kita menilik dari beberapa buku pegangan siswa ataupun mahasiswa

ada tabel yang isinya merupakan hasil pengukuran tegangan permukaan zat cair dari

suhu yang berbeda. Contoh yang mudah dilihat pada buku-buku fisika mengenai

fluida pada umumnya adalah tegangan permukaan air dengan suhu yang berbeda.

Data menunjukkan adanya perbedaan tegangan permukaan pada temperatur yang

berbeda untuk suatu zat cair.

Dengan menggunakan metode Jaeger ini akan dilakukan pengukuran terhadap

tegangan permukaan zat cair dari jenis yang berbeda-beda dengan temperatur yang

berbeda-beda pula untuk memastikan keberadaan variable T, mempengaruhi tegangan

permukaan dari zat cair. Dari hasil pengukuran itu akan terlihat pengaruh temperatur

terhadap tegangan permukaan zat cair. Bila pengukuran tegangan permukaan zat cair

ini dilakukan, diharapkan akan dapat memberi sumbangan di dalam bidang fisika

(15)

15

ini dipelajari dalam persamaan tegangan permukaan pun tidak ada yang mengatakan

secara langsung bahwa ada variable T yang mempengaruhi.

B. Perumusan masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan dapat dirumuskan masalah sebagai

berikut:

1. Bagaimanakah alat untuk mengukur tegangan permukaan zat cair pada suhu yang

berbeda dengan metode Jaeger?

2. Bagaimanakah hubungan tegangan permukaan zat cair dengan temperatur yang

didapat dari data pengukuran menggunakan metode Jaeger ini?

3. Bagaimanakah pemakaian alat ini dalam perkuliahan khususnya di dalam

mekanika II mengenai tegangan permukaan zat cair?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang diuraikan di atas maka tujuan dari penelitian ini

adalah:

1. Menggunakan alat yang dapat digunakan untuk mengukur tegangan permukaan

zat cair.

2. Menyimpulkan hubungan antara tegangan permukaan zat cair dan temperaturnya.

3. Melakukan pembelajaran fisika mengenai tegangan permukaan zat cair dengan

(16)

16 D. Manfaat Penelitian

Bila tujuan penelitian ini dapat dicapai maka diharapkan mahasiswa fisika

khususnya mahasiswa pendidikan fisika Universitas Sanata Dharma memahami

(17)

17 BAB II

LANDASAN TEORI

Dalam Bab II ini akan dibahas metode eksperimen yang akan menjadi dasar

pendekatan untuk melakukan percobaan pengukuran temperatur terhadap tegangan

permukaan, pengertian fluida, sifat-sifat fluida, tegangan permukaan, pengaruh

temperatur terhadap tegangan permukaan, cara kerja alat penggukur pengaruh

temperatur terhadap tegangan permukaan dengan metode Jaeger, dan ketidakpastian

yang menghinggapi hasil pengukuran pengaruh temperatur terhadap tegangan

permukaan dengan metode Jaeger.

A. Landasan Teori

1) Metode Eksperimen

Paul Suparno (2007) menyatakan bahwa metode eksperimen adalah

metode mengajar yang mengajak siswa untuk melakukan percobaan sebagai

pembuktian, pengecekan bahwa teori yang sudah dibicarakan itu memang

benar. Jadi, metode ini lebih untuk mengecek supaya siswa makin yakin dan

jelas akan teorinya. Biasanya metode eksperimen bukan untuk menemukan

teori, tetapi lebih untuk menguji teori atau hukum yang sudah ditemukan para

ahli. Namun dalam praktek guru dapat pula melakukan eksperimen untuk

menemukan teorinya atau hukumnya. Dalam hal ini seakan-akan teori atau

hukum belum ditemukan, dan siswa diminta untuk menemukan. Tentu guru

sudah tahu teori atau hukum sebelumnya dan bagi guru arah eksperimen jelas.

Dengan metode ini siswa dapat merasa bangga dan yakin karena seakan-akan

(18)

18

Djajadisastra (1982) menyatakan bahwa metode eksperimen

merupakan metode yang mengikuti cara-cara alamiah yang ditempuh manusia

dalam penjelajahannya untuk memahami dunianya. Oleh karena itu, bagi

beberapa jenis mata pelajaran metode eksperimen sangat baik untuk

digunakan sebagai suatu alat guna memberikan pengertian yang tepat

mengenai suatu proses atau kejadian. Walaupun demikian, kita juga harus

hati-hati dengan metode ini karena tidak semua mata pelajaran dapat

disampaikan dengan metode eksperimen.

Djajadisastra (1982) menyatakan bahwa metode eksperimen adalah

suatu cara mengajar yang memberikan kesempatan kepada murid untuk

menemukan sendiri sesuatu fakta yang diperlukannya atau yang ingin

diketahuinya.

Paul Suparno (2007) menyatakan metode eksperimen terbagi menjadi

dua, yaitu eksperimen terbimbing dan eksperimen bebas. Eksperimen

terbimbing, seluruh jalan percobaannya dirancang oleh guru sebelum

percobaan dilakukan oleh siswa. Maka siswa tidak akan bingung tentang

langkah-langkah yang akan dibuat. Data yang harus dikumpulkan dan

kesimpulan mana yang akan mereka tuju cukup jelas. Sedangkan, dalam

eksperimen bebas, guru tidak memberikan petunjuk pelaksanaan percobaan

secara rinci. Dengan kata lain, siswa harus lebih banyak berpikir sendri,

bagaimana akan merangkai rangkaian, apa yang harus diamati, diukur, dan

dianalisis serta disimpulkan.

Dengan demikian metode eksperimen adalah metode pemberian

(19)

19

melakukan suatu proses atau percobaan. Dengan metode ini anak didik

diharapkan sepenuhnya terlibat merencanakan eksperimen, melakukan

eksperimen, menemukan fakta, mengumpulkan data, mengendalikan variabel,

dan memecahkan masalah yang dihadapinya secara nyata.

Beberapa kelebihan dan kekurangan dari metode eksperimen.

Kelebihan metode eksperimen:

1. Metode ini dapat membuat anak didik lebih percaya atas kebenaran atau

kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri daripada hanya menerima

kata guru atau buku.

2. Anak didik dapat mengembangkan sikap untuk mengadakan studi

eksplorasi (menjelajahi) tentang ilmu dan teknologi, suatu sikap yang

dituntut dari seorang ilmuwan.

3. Dengan metode ini akan terbina manusia yang dapat membawa

terobosan-terobosan baru dengan penemuan sebagai hasil percobaannya yang

diharapkan dapat bermanfaat bagi kesejahteraan hidup manusia.

Kelemahan metode eksperimen:

1. Tidak cukupnya alat-alat mengakibatkan tidak setiap anak didik

berkesempatan mengadakan eksperimen.

2. Memerlukan jangka waktu yang lama.

3. Metode ini lebih cocok untuk menyajikan bidang-bidang IPA dan

(20)

20

(NN. Ragam Metode Pembelajaran Interaktif. Diunduh Desember 2008).

Metode eksperimen seringkali disamakan dengan metode demonstrasi,

padahal dua hal ini berbeda. Beberapa hal di bawah ini menunjukkan

perbedaannya (Djajadisastra, 1982) :

a. Pada metode demonstrasi murid diminta untuk memperhatikan suatu objek

atau proses, sedangkan pada metode eksperimen murid dituntut untuk

menganalisis suatu proses.

b. Pada metode demonstrasi murid cukup dengan mengamati saja maka pada

metode eksperimen murid harus menelitinya sendiri, mengalami kegiatan

itu sendiri,menganalisis dan mengambil kesimpulan sendiri.

Pelaksanaan metode eksperimen adalah sebagai berikut (Djajadisastra, 1982) :

Kegiatan Guru

1) Menetapkan tujuan eksperimen.

2) Mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan.

3) Mempersiapkan tempat/kelas yang akan dipakai.

4) Memperhitungkan jumlah murid.

5) Kalau alat-alat cukup, tiap=tiap murid dapat melakukan eksperimen

sendiri-sendiri. Kalau tidak, maka harus terlebih dahulu dibentuk

(21)

21

6) Memperhatikan faktor keamanan dari eksperimen yang akan dilakukan,

seperti bahaya kebakaran, gas-gas berbau atau beracun, benda-benda yang

mudah pecah atau meledak.

7) Menjaga disiplin kelas. Harus benar-benar dijaga agar alat-alat atau zat-zat

kimia yang digunakan untuk bereksperimen tidak dipakai untuk main-main

atau hal-hal di luar tujuan pelajaran itu sendiri.

8) Memberikan penjelasan mengenai apa yang harus diperhatikan murid dan apa

yang jangan dilakukan karena akan dapat membahayakan keselamatan baik

yang sedang melakukan eksperimen maupun seluruh kelas.

9) Mengecek apakah semua murid sudah memperhatikan semua alat dengan

sebaik-baiknya dan memahami petunjuk-petunjuk yang telah dikemukakan.

10) Murid diminta untuk menyiapkan catatan-catatan untuk mencatat seluruh

proses eksperimen yang akan dilakukan.

11) Menyuruh murid-murid untuk memulai eksperimen mereka.

12) Selama eksperimen dilakukan, guru berkeliling.

13) Bila apa yang dieksperimenkan itu berbeda-beda pada setiap murid atu

kelompok murid, sewaktu berkeliling guru dapat melakukan diskusi mengenai

apa yang dialami atau ditemukan pada saat eksperimen itu dilakukan. Jika apa

yang dieksperimenkan itu adalah mengenai hal yang sama untuk setiap murid

atau kelompok murid, maka diskusi dapat dilakukan setelah eksperimen

(22)

22

14) Murid diminta untuk membuat laporan mengenai eksperimen yang telah

dilakukan dan menyerahkannya kepada guru untuk diperiksa.

15) Setelah eksperimen selesai dilakukan, guru harus menjaga dan memerintahkan

pada seluruh keals agar semua alat-alat yang telah dipergunakan disimpan

kembali pada tempatnya. Bila ada yang harus dicuci atau dibersihkan, harus

diberikan petunjuk-petunjuk mengenai bagaimana cara melakukannya. Bila

ada yang harus dibuang, maka harus diperhatikan agar tidak terjadi

pencemaran lingkungan oleh sisa-sisa eksperimen yang dibuang. Hal ini

sangat perlu diperhatikan, lebih-lebih jika zat-zat kimia yang akan dibuang itu

beracun atau membahayakan kesehatan manusia dan makhluk hidup lainnya.

Kegiatan Murid

1) Mendengarkan semua petunjuk guru dengan baik dan cermat.

2) Beberapa orang murid dapat membantu guru mempersiapkan semua alat

yang akan dipergunakan.

3) Mempersiapkan catatan, potlot, ballpoint atau alat tulis lainnya yang

diperlukan. Mungkin bila ada, murid harus menyediakan buku kerja atau

buku laporan.

4) Menerima dan mempersiapkan alat-alat yang akan dipergunakan dalam

eksperimen. Bila eksperimen akan dikerjakan sendiri-sendiri oleh setiap

murid, maka setiap murid seudah harus faham bagaimana cara

menggunakan alat-alat tersebut. Bila dilakukan dalam kelompok, maka

harus ada seorang di antara mereka yang bertanggung jawab sebagai ketua

(23)

23

5) Tidak menggunakan alat-alat eksperimen untuk keperluan yang lai, selain

untuk mempelajari eksperimen yang akan dilakukan.

6) Menjaga alat-alat an memperlakukannya dengan hati-hati agar tidak rusak,

jatuh atau menimbulkan bahaya, baik bagi dirinya sendiri maupun bagi

orang lain.

7) Pada saat eksperimen dilakukan, memperhatikan dengan teliti dan cermat,

segala proses yang sedang berlangsung. Mencatat seluruh proses dan bila

ada hal-hal yang tidak dimengerti, segera melaporkannya kepada guru.

Diskusi ini dapat dilakukan pada waktu itu juga atau ditangguhkan untuk

topic dalam diskusi klasikal.

8) Setelah eksperimen dilakukan, semua alat dikembalikan pada tempatnya.

Bila ada sisa-sisa zat-zat kimia yang digunakan, harus benar-benar

diperhatikan pembuangannya agar tidak mencemarkan dan membahayakan

lingkungan hidup di tempat itu.

9) Selalu mencuci tangan bersih-bersih sehabis setiap eksperimen yang

dilakukan, lebih-lebih bila telah mengguanakan zat-zat yang mungkin

mengandung racun atau akan membahayakan kesehatan bila termakan.

10) Menyelesaikan laporan untuk diserahkan kepada guru.

11) Mengikuti diskusi.

B. Fluida

Ranald V. Giles dalam bukunya „Theory and Problems of Fluids Mechanics

(24)

24

dan yang menyesuaikan diri dengan bentuk wadah tempatnya. Bila berada dalam

keseimbangan, fluida tidak dapat menahan gaya tangensial atau gaya geser. Semua

fluida memiliki suatu derajat kompresibilitas dan memberikan tahanan kecil

terhadap perubahan bentuk. Fluida dapat digolongkan ke dalam cairan atau gas.

Perbedaan-perbedaan utama antara cairan dan gas adalah

a) Cairan praktis tak kompresibel, sedangkan gas kompresibel dan seringkali

harus diperlakukan demikian.

b) Cairan mengisi volume tertentu dan mempunyai permukaan-permukaan

bebas sedangkan gas dengan massa tertentu mengembang sampai mengisi

seluruh bagian wadah tempatnya.

Giancolli (1997) menyatakan bahwa benda cair tidak mempertahankan bentuk

tetap melainkan mengambil bentuk tempat yang ditempatinya tetapi seperti benda

padat, benda cair tidak dapat langsung ditekan dan perubahan volume yang significant

hanya terjadi jika diberi gaya yang cukup besar. Benda gas tidak memiliki bentuk

maupun volume yang tetap, gas akan menyebar untuk memenuhi tempatnya. Karena

zat cair dan gas tidak mempertahankan bentuk yang tetap, keduanya memiliki

kemampuan untuk mengalir. Dengan demikian keduanya-duanya sering disebut

sebagai fluida.

C. Sifat-sifat Fluida

Giancoli (1997) menyatakan fluida bersifat tidak mempertahankan bentuk yang

tetap, fluida memiliki kemampuan untuk mengalir, sifat penting lainnya dari fluida

yang berada dalam keadaan diam adalah bahwa gaya yang disebabkan oleh tekanan

(25)

25 D. Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair

(fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis). Contoh yang menarik tetes air

cenderung berbentuk seperti balon (yang merupakan gambaran luasan minimum

sebuah volum) dengan zat cair berada di tengahnya. Hal yang sama terjadi pada jarum

baja yang memiliki rapat massa lebih besar dari air dapat mengambang di permukaan

zat cair. Fenomena ini terjadi karena selaput permukaan zat cair dalam kondisi tegang,

tegangan fluida ini bekerja paralel terhadap permukaan dan timbul dari adanya gaya

tarik menarik antara molekulnya. Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang

disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati

saat sejumlah kecil air ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi

atau terlarutkan; air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah tetesan. Di atas sebuah

permukaan gelas yang amat bersih atau berpermukaan amat halus, air dapat

membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara gelas

dan molekul air (gaya adhesi) lebih kuat daripada gaya kohesi antar molekul air.

Giancoli (1997) menyatakan bahwa zat cair berperilaku seperti membran yang

teregang karena tegangan. Sebagai contoh, setetes air di ujung keran atau tergantung

pada dahan kecil layaknya embun pagi hari (gambar di bawah ini), membuat bentuk

yang hamper bulat seperti balon kecil yang berisi air lalu koin yang ketika diapungkan

pada permukaan air tidak tenggelam padahal massa jenisnya lebih besar dibandingkan

(26)

26 Gambar 1. Embun pagi hari

Gambar 2. Koin yang diapungkan pada permukaan air

Tegangan permukaan zat cair sejajar dengan permukaan yang muncul dari

gaya tarik-menarik antar molekulnya inilah yang dinamakan tegangan permukaan.

Tegangan permukaan ini didefinisikan sebagai gaya per satuan panjang yang bekerja

melintasi semua garis pada permukaan dan memiliki kecenderungan menarik

permukaan agar tertutup.

Victor L. Streeter dan E. Benjamin Wylie (1999) menyatakan bahwa pada

permukaan temu (interface-antar muka) cairan dan gas atau dua cairan yang tidak

dapat bercampur seolah-olah terbentuk suatu selaput (lapisan khusus) yang

(27)

27

sederhana di mana saat kita meletakkan sebuah jarum kecil ataupun klip kertas pada

permukaan air yang tenang nampaklah keberadaan selaput tersebut. Terbentuknya

selaput ini berdasar atas energi permukaan (kerja per satuan luas) yang diperlukan

untuk membawa molekul-molekul ke permukaan. Maka didefinisikan tegangan

permukaan adalah gaya perentang yang diperlukan untuk membentuk selaput tersebut.

Kegiatan untuk mengukur tegangan permukaan cairan adalah dengan menaikkan

tekanan di dalam tetes kecil cairan. Untuk tetes kecil yang berbentuk bola dengan

jari-jari r, tekanan dalam p yang perlu untuk mengimbangi gaya tarik yang disebabkan

oleh tegangan permukaan dihitung dalam gaya-gaya yang bekerja pada suatu benda

setengah bola bebas sebagai berikut:

p ……(1)

p = …….(2)

Hugh D. Young dan Roger A. Freedman (2002) menyatakan bahwa tegangan

permukaan adalah saat permukaan cairan berperilaku seperti lapisan yang memiliki

tegangan. Molekul-molekul cairan memberikan gaya tarik satu dengan yang lainnya

dan juga terdapat gaya total yang besarnya nol pada molekul di dalam volume cairan,

tetapi molekulpermukaan ditarik ke dalam volume (gambar di bawah ini). Sehingga

cairan cenderung memperkecil luas permukaannya, hanya dengan meregangkan

(28)

28

Gambar 3. Tegangan permukaan zat cair

Contoh indah yang dapat kita lihat adalah tetesan air hujan yang jatuh bebas

berbentuk bola karena bentuk bola memiliki luas permukaan yang lebih kecil untuk

volume tertentu dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang lain.

Gambar 4. Tetes Embun

E. Pengaruh suhu terhadap tegangan permukaan

Partikel zat cair terikat tetapi tidak kaku. Mereka mampu bergerak dengan

bebas satu sama lain. Ketika suhu meningkat, getaran dari moolekul-molekul

meningkat menyebabkan jarak antara molekul-molekul meningkat. Ketika cairan

(29)

29

menurun, jarak antara molekul-molekul menjadi lebih kecil. Ketika mencapai titik

beku molekul biasanya akan mengunci ke dalam tatanan spesifik yang disebut

kristalisasi dan obligasi di antara mereka menjadi lebih kaku.

(http://www.Wikipedia.com/zat-cair.html)

Victor L. Streeter dan E. Benjamin Wylie di dalam bukunya “Mekanika

Fluida” (1999) menyatakan bahwa tegangan permukaan air berubah dari kurang lebih

(30)
(31)

31

Hugh D. Young dan Roger A. Freedman di dalam bukunya “Fisika Universitas

Jilid I” (2002) menyatakan bahwa pada umumnya tegangan permukaan fluida

mengalami penurunan saat terjadi kenaikan suhu. Suhu berhubungan dengan energi

gerak molekul dalam bahan. Saat suhu bertambah dan molekul cairan bergerak lebih

cepat, pengaruh interaksi antar molekul akan berkurang pada geraknya dan tegangan

permukaan akan berkurang. Contohnya: untuk mencuci pakaian dengan benar-benar

bersih, air harus dipaksa melalui ruang sempit di antara serat pakaian, yang sulit untuk

dilakukan akibat adanya tegangan permukaan. Hal ini akan menjadi lebih mudah

dilakukan dengan menurunkan nilai (tegangan permukaan). Oleh karena itu, air yang

panas (1000C) lebih baik dipakai untuk mencuci karena memiliki

dibandingkan dengan menggunakan air yang bersuhu 200C karena

namun yang terbaik adalah dengan menggunakan air sabun pada suhu 200C karena

(32)

32

Ditampilkan tabel nilai tegangan permukaan hasil percobaan:

Cairan yang bersentuhan dengan udara Suhu (0C) Tegangan permukaan

(mN/m) atau (dyne/cm)

Benzena 20 28,9

Karbon tetraklorida 20 26,8

Etanol 20 22,3

Metode Jaeger merupakan suatu metode yang dipergunakan untuk mengukur

tegangan permukaan suatu fluida. Metode Jaeger sebagai berikut:

Sebuah kapiler dengan mulut kecil dicelupkan dalam zat cair yang akan diukur

(33)

33

4 1

2

H 5 h

3

Gambar 5: Alat pengukur tegangan permukaan zat cair dengan metode Jaeger

Keterangan gambar:

1. Pipa kapiler

2. Botol penghasil tekanan

3. Pipa manometer

4. Corong

5. Tempat zat cair yang diukur.

Keterangan mengenai simbol-simbol persamaan:

d = massa jenis air di dalam manometer (kg/m3).

= massa jenis zat cair dalam tabung reaksi yang dihitung tegangan permukaannya

(kg/m3)

(34)

34

= ketinggian air pada tabung reaksi (m)

Pipa kapiler dihubungkan dengan sebuah botol melalui suatu manometer yang

berisi zat cair dengan massa jenis d. Dengan meneteskan air dari corong ke dalam

botol maka tekanan udara dalam pipa kapiler akan naik dan akan menekan ke bawah

zat cair yang berada di dalam pipa kapiler.

Ketika tekanan udara dalam pipa kapiler cukup besar maka akan timbul

gelembung udara dalam zat cair.

Pi Po

Gambar 6. Terjadinya tegangan pada gelembung

Gaya di sekeliling tepi akibat tegangan permukaan sebesar (2 . Di mana 2

adalah keliling lingkaran (tetesan) dan adalah tegangan permukaan. Gaya ini

diimbangi oleh perbedaan tekanan ( ) antara tekanan dalam Pi dan tekanan luar Po

yang bekerja pada permukaan tetesan.

Fdownward = Fupward

(2 = (Pi– Po) r2

2 = (Pi– Po) r

(35)

35

Jika perbedaan ketinggian zat cair pada manometer H, maka P = , di

mana d merupakan massa jenis air di manometer. h merupakan ketinggian zat cair

yang berada di dalam pipa kapiler, maka P = . Sehingga diperoleh persamaan :

…….(4)

…….(5)

Keterangan:

h = ketinggian air pada tabung reaksi (m)

= massa jenis dari zat cair yang diukur tegangan permukaannya (kg/m3)

r = radius gelembung udara yang besarnya sepadan dengan jari-jari pipa kapilernya

(m).

g = percepatan gravitasi (m/s2)

= tegangan permukaan (N/m)

Dengan mengetahui H dan h pada saat pembentukan gelembung udara maka

kita dapat menghitung besar tegangan permukaan zat cair tersebut. Pada metode ini

gelembung dibentuk pada zat cair yang suhunya dapat dikontrol dengan mudah oleh

karena itu dapat ditentukan tegangan permukaan zat cair sebagai fungsi dari suhu.

Hugh D. Young dan Roger A. Freedman (2002) menyatakan bahwa pada

umumnya tegangan permukaan fluida mengalami penurunan saat terjadi kenaikan

(36)

36 G. Ketidakpastian Pengukuran

Djonoputro (1980) menyatakan bahwa pengukuran memegang peranan penting

sekali dalam pertumbuhan dan perkembangan ilmu terapan maupun murni. Di dalam

melakukan pengukuran besaran fisika, pengukuran yang dilakukan tidaklah pernah

terjadi untuk diri kita sendiri karena pengukuran tersebut biasanya diteruskan ke dunia

luar agar orang lain memdapatkan manfaatnya, baik untuk keperluan ilmu atau pun

keperluan praktis. Misalnya, kita menentukan panjang dan lebar suatu meja untuk

mengetahui luasnya sehingga dapat memesan jumlah cat yang cukup atau modulus

kekenyalan besi kita ukur agar dapat merencanakan pembuatan rel kereta api dengan

tepat.

Djonoputro (1980) menyatakan bahwa di dalam dunia ilmu kita lazim menulis

bilangan dengan notasi eksponen dan satuan dengan sistem internasional (SI).

Misalnya mengukur tebal daun meja kita lakukan dengan menggunakan jangka sorong

dan hasilnya adalah 2,13 cm. Hasil ini dilaporkan dalam bentuk t = [t] dengan

catatan t = lambing besaran fisika yang diukur, = hasil pengukuran dan [t] = satuan

besaran yang diukur. Jadi, t = 2,13 cm atau 2,13 x 10-2 m. Manfaat notasi tersebut lebih

singkat dan jelas. Peringkat besar t pun jelas, yakni terlihat pada eksponen bilangan 10.

Dikatakan t memiliki peringkat besaran 10-2. Ketelitian pengukuran juga tampak, yakni

jumlah angka yang digunakan dalam pelaporan ini ada 3. Makin banyak angka yang

digunakan makin teliti pengukuran tersebut.

Djonoputro (1980) juga menyatakan bahwa bila orang lain dengan

menggunakan alat yang sama dalam keadaan serupa untuk suatu pengukuran yang

(37)

37

memberikan jaminan bahwa hasil pengukuran itu didapat tanpa hadirnya suatu

ketidakpastian. Perbedaan hasil pengukuran tersebut disebabkan:

1. Pengukuran adalah suatu tindakan manusia dan kita tahu bahwa manusia tidaklah

sempurna.

2. Alat yang digunakan pun buatan manusia, jadi otomatis juga tidak sempurna.

Ketidakpastian tidak dapat dielakkan. Karena itu selain menyajikan hasil

pengukuran, kita juga harus membuat tafsiran mengenai ketidakpastian yang

melekat pada hasil pengukuran itu dan melaporkannya dengan jujur. Dengan

demikian orang dapat menilai dan mempercayai hasil pengukuran itu dengan

wajar.

Pengukuran yang berulang kemungkinan mendapatkan hasil yang berbeda

sehingga sudah sepatutnya kita bersikap kurang percaya terhadap hasil pengukuran

tunggal. Semakin banyak pengukuran yang kita lakukan, semakin besar kepercayaan

kita akan hasilnya. Secara intuisi kita merasa bahwa dengan pengulangan, kita

mendapat informasi lebih banyak tentang nilai benar x, hingga kita dapat mendekati

nilai itu dengan teliti. Di samping itu, saat kita mendapatkan hasil pengukuran kita

tidak bisa lepas dengan penulisan hasil pengukuran itu dengan tepat termasuk angka

berarti yang masuk di dalam hasil pengukuran itu.

Djonoputro (1980) menyatakan bahwa sebenarnya tidak ada sesuatu cara yang

dapat dikatakan tepat dalam menuliskan hasil pengukuran, karena banyak bergantung

pada selera orang. Namun dengan mempertimbangkan jumlah nilai berarti pada

ketelitian, dapatlah dengan mempertimbangkan jumlah nilai berarti pada ketelitian,

(38)

38

a. Ketelitian 10% memberikan “hak” atas 2 angka berarti.

b. Ketelitian 1% memberikan “hak” atas 3 angka berarti.

(39)

39 BAB III

METODOLOGI

A. Cara Kerja Alat Pengukur Tegangan Permukaan

Bab kedua ini akan menjelaskan cara kerja alat pengukur tegangan permukaan

baik dari segi kegunaannya dan keterbatasan yang dimiliki oleh alat ini. Di bawah ini ada

beberapa gambar bagian-bagian alat pengukur tegangan permukaan zat cair dengan

metode Jaeger dan juga akan kita singgung dulu mengenai nama dari bagian-bagian alat

ini.

Gambar 7. Dudukan.

Dudukan berfungsi untuk penyanggah bagian lain dan tempat keberadaan

(40)

40

1. Kabel power berfungsi untuk mengalirkan arus listrik dari sumber listrik.

2. Kabel heater berfungsi untuk mengalirkan arus listrik ke elemen pemanas yang

masukkan ke dalam beker gelas.

3. Pengatur pemanas berupa termometer berfungsi untuk mengatur suhu sesuai dengan

yang diinginkan.

4. Waterpas berfungsi untuk mengetahui apakah penempatan alat pengukur tegangan

permukaan sudah rata.

Gambar 8. Bagian utama dari Alat pengukur tegangan permukaan zat cair

Gambar (8) mencakup beberapa bagian alat, yaitu:

1. Corong berfungsi untuk menampung air yang akan dialirkan ke dalam botol penghasil

(41)

41

2. Kran berfungsi untuk mengatur jalannya aliran air yang mengalir dari corong ke

dalam botol penghasil tekanan.

3. Botol penghasil tekanan berfungsi untuk menghasilkan tekanan udara yang pada

akhirnya akan menekan zat cair yang ada di dalam pipa manometer..

4. Pipa kapiler berfungsi untuk menghubungkan botol penghasil tekanan dengan pipa

manometer dan juga beker gelas.

5. Jangka sorong berfungsi untuk mengukur perubahan ketinggian zat cair yang berada

di pipa manometer dan beker gelas.

6. Pipa manometer berfungsi untuk mengetahui besar tekanan yang dihasilkan oleh botol

penghasil tekanan.

7. Pengatur titik nol berfungsi untuk mengatur referensi pengukuran akan perubahan

ketinggian zat cair pada pipa manometer.

8. Beker gelas berfungsi untuk menampung zat cair yang digunakan untuk pemanasan.

9. Elemen pemanas berfungsi untuk menghasilkan panas yang akan digunakan untuk

menaikkan suhu zat cair yang diukur tegangan permukaannya.

(42)

42

penghasil tekanan, pipa kapiler, dan pipa manometer yang saling terhubung itu naik.

Bila air yang berada di corong tersebut terus menerus dialirkan ke dalam botol

penghasil tekanan dan saat tekanan udara dalam pipa kapiler cukup besar maka akan

timbul gelembung udara dalam zat cair yang akan diukur tegangan permukaannya dan

besar tekanan udara tersebut adalah

Sehingga hubungan antara besar tekanan udara pada saat terjadi gelembung

dengan tegangan permukaan pada zat cair yang akan diukur sebagai berikut:

Untuk menghitung besar tegangan permukaan harus tahu perubahan

ketinggian zat cair baik pada pipa manometer(H) maupun pada ketinggian zat cair di

dalam pipa kapiler (h) saat terjadi gelembung udara, untuk itu harus diukur dengan

menggunakan jangka sorong . Dari hasil pengukuran tersebut kita dapat menghitung

besar tegangan permukaan dengan mengunakan persamaan

(43)

43

Untuk mengukur tegangan tegangan permukaan zat cair pada suhu yang

berbeda-beda dapat dilakukan degan mengatur suhu yang dikehendaki, kemudian

pemanas dihidupkan setelah mencapai suhu yang dikehendaki pemanas akan mati

secara otomatis.

C. Hasil percobaan dan ketidakpastiannya

Djonoputro (1980) menyatakan ketidakpastian tentu terdapat pada setiap

pengukuran, baik itu merupakan pengukuran tunggal maupun pengukuran berulang, x

= x . Di sini dinamai ketidakpastian mutlak dan sudah barang tentu satuannya

sama dengan besaran x. Ketidakpastian mutlak dihubungkan dengan ketepatan

pengukuran:

Semakin kecil ketidakpastian mutlak yang tercapai maka semain tepat pula

pengukuran tersebut. Misalkan pengukuran panjang L = (6,40 0,005) mm adalah

pengukuran yang memiliki ketepatan lebih tinggi daripada pengukuran

yangmenghasilkan L = (6,40 0,05) mm. Demikian pula untuk arus I = (6,4 0,1) A

dikatakan diketahui dengan ketepatan yang lebih tinggi dari pada arus I = (6,4 0,3)

A.

Djonoputro (1980) juga menyatakan bahwa cara lain untuk menyatakan

ketidakpastian suatu besaran ialah dengan menyebut ketidakpastia relatifnya, yakni ;

yang jelas tidak bersatuan. Seringkali ketidakpastian relative dinyatakan dalam %

dengan mengalikan hasil pengukuran dengan 100%. Ketidakpastian relative

dihubungkan dengan ketelitian pengukuran; Semakin kecil ketidakpastian relative

(44)

44

volt. Ketidakpastian mutlak disini 0,05 volt sedangkan ketidakpastian relative

pengukuran ini adalah atau 1%. Kalau voltmeter ini dipakai mengukur beda

potensial yang lebih besar, misalkan V2 = (10,0 0,005) volt, ketidakpastian mutlak

tetap sama seperti tadi, namun ketidakpasitan relative pengukuran kedua ini atau

5%.Karena ketidakpastian relative ini lebih kecil dari ketidakpastian relative

pengukuran pertama, dikatakan pengukuran beda potensial yang kedua lebih teliti

(memiliki ketelitian yang lebih besar) daripada pengukuran pertama (dua kali lebih

besar). Untuk dapat mengukur V1 dengan ketelitian yang sama denganketelitian yang

dicapai pada pengukuran V2 haruslah = 0,5% atau V1 = 0,5% x 5,0 volt = volt.

Maka diperlukan voltmeter dengan hitungan terkecil (minimum) volt, dengan kata

lain diperlukan alat yang lebih tepat.

Djonoputro (1980) menyatakan apabila kita melakukan pengukuran tunggal

maka ketidakpastian pengukuran ditentukan oleh skala alat ukur yang digunakan.

Besar ketidakpastiannya adalah ½ dari skala terkecil alat ukur yang digunakan.

Djonoputro (1980) menyatakan jika Z = Z ( y , x ) dengan x = x , y = y

di mana dan ditentukan oleh nilai skala terkecil maka hubungana antara

dan serta dapat dicari dengan persamaan berikut:

Dalam persamaan tersebut variabel-variabel yang terukur jari-jari pipa kapiler

(45)

45

cair pada beker gelas h. Ketiga variable-variabel yang lain tidak dilakukan

pengukuran sehingga besar variable-variabel tersedbut dapat dianggap tepat atau tidak

memiliki ketidakpasitan. Sehingga besar ketidakpastian tegangan permukaan dapat

dihitung dengan persamaan berikut:

…….(6)

x 100% …….(7)

(Hariyanto, 2007, dalam Djonoputro, 1980)

Djonoputro (1980) juga menyatakan bahwa di dalam melakukan pengukuran,

jika dimungkinkan melakkan pengukuran secara berulang sebaiknya dilakukan. Hal

ini dikarenakan dengan melakukan pengulangan kita dapat menggantikan nilai yang

sebenarnya (x0) dengan nilai rata-rata ( N), dan simpangan atau deviasi ( dengan

standar deviasi atau simpangan baku (sN). Dengan demikian nilai benar yang kita cari

berada dalam selang antara N - sN dan N + sN ; atau, “ ada jaminan 68 persen

simpangan nilai rata-rata N terhadap x0 tidak lebih daripada sN”.

Ada lagi satu keuntungan dengan dilakukannya pengukuran beulang, yakni

ketidakpastian pada nilai rata-rata N, sesungguhnya bukanlah sN, melainkan ,

(46)

46

dinamai simpangan baku nilai rata-rta terhadap x0. Pengertian SN oleh jelas

merupakan keuntungan, karena lebih kecil daripada SN. Dengan demikian

Djonoputro menyimpulkan bahwa

a. Pengukuran tunggal memberikan hasil yang patut diragukan.

b. Pengulangan pengukuran membawa tiga macam keuntungan:

1. X0 dapat diganti dengan .

2. dapat diganti dengan SN.

3. Ketidakpastian pada adalah yang lebih kecil dari SN.

Dengan demikian hasil pengukuran yang diulang N kali kita laporkan sebagai

berikut:

di mana x = = , dan

D. Pengukuran Tegangan Permukaan

1. Prosedur pengukuran tegangan permukaan zat cair

Dalam melakukan pengukuran tegangan permukaan zat cair dengan alat

ini kita dapat lakukan pengukuran zat cair yang berbeda-beda dengan suhu tetap

(47)

47

percobaan berikut hanya akan dijelaskan langkah-langkah percobaan pengukuran

tegangan permukaan zat cair yang sama dengan suhu yang berbeda.

Pertama-tama siapkan alat dan bahan yang diperlukan:

฀ Alat Pengukur Tegangan Permukaan Zat Cair Pada Suhu Berbeda Dengan

Metode Jaeger

฀ Zat cair yang akan diukur

฀ Air

฀ Es

฀ Lap

Langkah-langkah melakukan pengukuran tegangan permukaan zat cair yang sama

dengan suhu berubah-ubah:

1. Letakan alat sedemikian rupa sehingga alat terletak dengan rata, kerataan letak

alat dapat dilihat melalui waterpas.

2. Isilah pipa manometer dengan air yang akan digunakan sebagai manometer

dengan ketinggian 6 cm.

3. Masukkan air ke dalam beker gelas.

4. Masukkan zat cair yang akan diukur tegangan permukaannya kedalam tabung

reaksi. Masukkan tabung reaksi ke dalam beker gelas, pada saat pengisian ini

kran harus terbuka.

5. Atur kenaikan suhu sesuai yang dikehendaki dengan melihat kenaikan

(48)

48

6. Untuk mendapatkan suhu mulai dari nol derajat maka taruh es ke dalam beker

gelas beserta termometer yang telah disiapkan. Namun, jika memulai dengan

suhu ruangan tidak perlu menggunakan es.

7. Untuk menaikkan suhunya, nyalakan pemanas dengan memasukkan elemen

pemanas ke dalam beker gelas.

8. Setelah suhu sesuai dengan yang dikehendaki kran ditutup, kemudian

masukkan air ke dalam corong.

9. Kran kemudian dibuka secara perlahan-lahan dan amati tabung reaksi yang

berada dalam beker gelas dan pipa manometer, pada saat terjadi gelembung

udara pada zat cair yang diukur tegangan permukaannya, ukur perubahan

ketinggian zat cair baik pada beker gelas maupun pada pipa manometer

dengan menggunakan jangka sorong. Catat perubahan ketinggian pada tabung

reaksi sebagai h dan catat perubahan ketinggian pada pipa manometer

dikalikan dua sebagai H. (Ketinggian yang terukur pada pipa manometer

merupakan setengah dari perubahan ketinggian sesungguhnya).

10. Lakukan perhitungan dengan menggunakan persamaan

11. Untuk zat cair yang berbeda serta suhu yang berbeda-beda ulangi

(49)

49 E. Penggunaan Alat Dalam Pembelajaran

Dalam mendapatkan manfaaat di perkuliahan mengenai tegangan permukaan

zat cair dan sesuai dengan alasan pembuatan alat ini maka diperlukan metode

pembelajaran dengan menggunakan alat ini. Pembelajaran dengan menggunakan alat

ini dapat dilakukan dengan eksperimen dan untuk itu diperlukannya sebuah buku

(50)

50 BAB IV

DATA DAN PEMBAHASAN

A. Data Hasil Pengukuran

Dalam penelitian ini zat cair ang digunakan adalah air, minyak tanah, dan bensin

terhadap suhu yang berbeda. Perubahan suhu dari suhu 0o C sampai dengan 90o C.

Hasil pengukuran yang telah dilakukan sebagai berikut:

Tabel 1 : Hasil Pengukuran air pada suhu yang berbeda.

No Suhu (oC) H (m) H (m)

1 0 oC 85,00 76,50

85,15 76,75

84,75 76,50

2 10 oC 84,60 76,00

84,25 75,75

85,00 76,20

3 20 oC 84,60 76,15

84,75 76,15

84,25 76,00

4 30 oC 87,00 80,00

86,90 80,00

(51)

51

5 40 oC 90,00 83,10

90,00 82,90

90,25 83,10

6 50 oC 89,50 83,10

89,30 83,00

89,40 83,15

7 60 oC 90,00 83,75

90,05 83,75

89,80 83,60

8 70 oC 90,00 84,00

89,90 84,05

90,05 84,00

9 80 oC 90,00 84,15

90,00 84,10

90,10 84,10

10 90 oC 88,00 82,20

87,90 82,20

(52)

52

Tabel 2 : Hasil Pengukuran minyak tanah pada suhu yang berbeda.

No Suhu (oC) H (m) H (m)

1 0 oC 64,00 75,50

64,50 75,75

64,20 75,50

2 10 oC 64,50 76,50

64,10 76,45

64,25 76,60

3 20 oC 64,50 76,50

64,50 76,80

64,40 76,40

4 30 oC 65,00 77,75

65,15 77,75

64,80 77,50

5 40 oC 65,70 78,15

65,50 78,15

65,70 78,25

(53)

53

66,40 79,00

66,40 79,20

7 60 oC 65,00 77,50

64,80 77,50

65,10 77,20

8 70 oC 65,50 78,25

65,20 78,20

65,40 78,35

9 80 oC 67,00 80,50

66,75 80,40

67,10 80,50

10 90 oC 68,00 82,00

68,15 82,20

(54)

54

Tabel 3 : Hasil Pengukuran bensin pada suhu yang berbeda.

(55)

55

88,40 98,80

7 60 oC

82,50 92,50

82,50 92,50

82,40 92,25

Nilai rata-rata pengukuran dapat dicari dengan cara berikut:

Hasil pengukuran air pada suhu 0oC (table 1) :

Menentukan nilai ketidakpastian dari hasil pengukuran:

(56)

56

Hasil pengukuran dapat ditulis sebagai berikut:

Hasil pengukuran suhu dan zat cair yang lain dilakukan perhitungan yang sama.

Tabel 4 : Rata-rata hasil pengukuran air pada suhu berbeda.

(57)

57

Tabel 5 : Rata-rata hasil pengukuran minyak tanah pada suhu berbeda.

Temperatur (oC)

Tabel 6 : Rata-rata hasil pengukuran bensin pada suhu berbeda.

(58)

58

B. Perhitungan Tegangan Permukaan Zat Cair

Dari hasil pengukuran yang telah dilakukan untuk mendapat besar tegangan

permukaan pada masing-masing keadaan perlu dilakukan perhitungan. Untuk

melakukan perhitungan kita juga perlu mengetahui besaran-besaran lain, yaitu gaa

gravitasi (g), jari-jari mulut kapiler(r), massa jenis zat cair sebagai manometer (d),

massa jenis at cair yang akan diukur.

Tabel 7 : Besar kerapatan zat cair

Nama zat cair

(kg/m3)

Air 1000

Minyak tanah 804

Bensin 881

Dalam percobaan ini zat cair yang diukur tegangan permukaanna adalah air

maka kg/m3. Untuk mempermudah perhitungan maka zat cair yang

digunakan sebagai manometer juga air sehingga d = kg/m3. Jari-jari pipa kapiler

( r ) = 2,3 x 10-3 x 10-5, sedangkan g = 9,8 m/s2. Perhitungan tersebut sebagai

berikut :

Perhitungan pada saat t = 0oC

H = (84,967

(59)

59

Perhitungan besar ketidakpastian hasil percobaan

(60)

60

Dalam bentuk persen:

Ketidakpastian dari hasil pengukuran sebesar

Dengan melakukan perhitungan seperti dia tas untuk semua zat cair

(61)

61

Tabel 7 : Hasil perhitungan tegangan permukaan air dengan suhu berbeda.

Temperatur (oC) Tegangan permukaan (N/m)

0 9,449 x 10-2 N/m

10 9,730 x 10-2 N/m

20 9,501 x 10-2 N/m

30 7,815 x 10-2 N/m

40 7,945 x 10-2 N/m

50 7,120 x 10-2 N/m

60 7,044 x 10-2 N/m

70 6,724 x 10-2 N/m

80 6,667 x 10-2 N/m

90 6,537 x 10-2 N/m

(62)

62

Tabel 9 : Hasil perhitungan tegangan permukaan minyak tanah dengan suhu berbeda.

Temperatur (oC) Tegangan permukaan (N/m)

(63)

63

Grafik 2. Tegangan permukaan minyak tanah terhadap temperatur

Tabel 10 : Hasil perhitungan tegangan permukaan bensin dengan suhu berbeda.

Temperatur (oC) Tegangan permukaan (N/m)

0 (5,578 0,328 ) 10-2

N/m

10 (3,939 ) 10-2

N/m

20 (3,387 ) 10-2

N/m

30 (3,278 ) 10-2

N/m

40 (2,359 ) 10-2

N/m

50 (1,473 ) 10-2

N/m

60 (1,181 ) 10-2

(64)

64

Grafik 3. Tegangan permukaan bensin terhadap temperatur

C. Pembahasan

Dari data terlihat bahwa semakin rendah temperature suatu zat air maka

tegangan permukaan zat cair semakin besar sebaliknya semakin tinggi temperature

suatu zat cair maka tegangan permukaan zat cair semakin kecil baik dalam zat cair

berupa air, minyak tanah, dan bensin.

Dalam uji coba pemakaian alat pengukur tegangan permukaan zat cair dengan

metode Jaeger bersama sembilan orang mahasiswa Pendidikan Fisika angkatan 2009

Universitas Sanata Dharma, percobaan berjalan lancar. Adanya keterlibatan mereka

dalam metode eksperimen ini membuat mereka tidak lagi bertanya-tanya apakah ada

(65)

65

mengukur tegangan permukaan zat cair dengan suhu yang berbeda. Para mahasiswa

dapat lebih mengerti bahwa ada beragam alat pengukur besarnya tegangan permukaan

zat cair dengan beragam metode dan uji coba pemakaian alat pengukur tengan

permukaan zat cair yang mereka gunakan hanyalah salah satu dari beberapa alat

pengukur besarnya tegangan permukaan zat cair.

Berdasarkan eksperimen yang telah dilakukan bersama Mahaiswa Pendidikan

Fisika Universitas Sanata Dharma angkatan 2009 pada tanggal 1 Febuari 2010 bahwa

mahasiswa-mahasiswa memiliki minat untuk mengetahui pengukuran tegangan

permukaan zat cair pada suhu yang berbeda dengan metode Jaeger. Mereka mampu

melakukan percobaan tegangan permukaan berdasar pada petunjuk praktikum dan

pengarahan yang diberikan oleh penulis. Sebelum praktikan memulai, penulis bertanya

kepada Sembilan orang praktikan mengenai factor-faktor yang memepengaruhi

tegangan permukaaan suaatu zat cair seperti beberapa factor yang dijawab di luar

ketelitian pembacaan skala, yaitu: suhu dan tekanan.

Melihat data-data yang dihasilkan oleh para praktikan bahwa tegangan

permukaan yang menyebabkan benda-benda tertentu tidak tenggelam dalam air dan

semakin tinggi suhu maka tegangan permukaan zat cair semakin turun.

Beberapa masukan dari para praktikan terhadap percobaan pengukuran

tegangan permukaan zat cair pada suhu berbeda dengan metode Jaeger, yaitu:

percobaan sebaiknya dilakukan berulang-ulang supaya mendapatkan hasil yang lebih

akurat, percobaan minimal dilakukan oleh dua orang, percobaan ini memerlukan

ketelitian dalam membaca skala-skala pada jangka sorong agar hasil lebih optimal,

persiapan alat dan bahan harus lebih diperhatikan, pemanas yang otomatis sehingga

(66)

66

Hasil Ujicoba Praktikan:

Suhu (oC) H (m) x 10-2 h (m) x 10-2 (N/m) x 10-3

30 3.435 6.375 55.79

40 3.810 7.620 32.68

50 3.850 7.700 33.81

60 3.950 7.900 59.73

70 3.940 7.880 41.70

80 3.975 7.950 38.32

90 4.075 8.150 45.08

(67)

67 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan data yang diperoleh dan pembahasan dari grafik, maka dapat ditarik

kesimpulan, yaitu:

1. Alat pengukur tegangan permukaan dengan menggunakan metode Jaeger telah

dibuat (Skripsi Haryanto, 2007) yang dapat mengukur tegangan permukaan suatu

zat cair dengan suhu tetap dapat mengukur tegangan permukaan zat cair dengan

temperatur yang berbeda.

2. Semakin rendah temperatur suatu zat cair maka tegangan permukaan akan

semakin besar, sedangkan semakin tinggi temperatur suatu zat cair maka tegangan

permukaan akan semakin kecil.

3. Alat pengukur tegangan permukaan suatu zat cair dengan metode Jaeger dapat

digunakan sebagai media pembelajaran fisika melalui metode eksperimen

mengenai tegangan permukaan zat cair pada pokok bahasan Fluida dalam

perkuliahan.

B. Keterbatasan Penelitian

Beberapa keterbatasan alat pengukur tegangan permukaan suatu zat cair dalam

(68)

68

1. Ketelitian alat pengukur tegangan permukaan suatu zat cair dengan metode Jaeger

yang telah dibuat masih kurang, hal ini terlihat dari presentase ketidakpastian

tegangan permukaan suatu zat cair yang telah diperoleh.

2. Kerumitan pengoperasian alat dalam masalah menghentikan pemanas pada

temperature yang diinginkan. Sebelum temperatur yang diinginkan tercapai

(kira-kira 2oC), pemanasnya harus dimatikan terlebih dulu karena temperatur zat cair

akan tetap naik meskipun pemanas sudah dimatikan.

C. Saran

Bila alat pengukur tegangan permukaan suatu zat cair dengan menggunakan metode

Jaeger yang telah dibuat ingin diperbaiki, maka perlu diperhatikan :

1. Sistem penghentian pemanas dan pembacaan temperatur suatu zat cair yang

diukur sebaiknya lebih praktis dan dengan ketelitian yang cukup baik.

2. Untuk mempermudah penelitian, selang air yang menghubungkan corong dengan

botol penghasil tekanan sebaiknya bisa dibuat lebih lurus sehingga tidak terjadi

kesendatan saat kran dibuka.

3. Percobaan bisa diujicobakan dengan menentukan tegangan permukaan zat cair dari

suhu yang tinggi ke suhu yang rendah, contohnya, dari 90oC ke 0oC karena panas

(69)

69

Daftar Pustaka

 Djajadisastra, J. 1982, Metode-Metode Mengajar, Bandung: Angkasaria

 Djonoputro, Darmawan. 1980, Teori Ketidakpastian, Bandung: ITB

 Giancoli D.C. 1997. Fisika. Jkarta: Erlangga

 Giles,R.V. 1991. Theory and Problems of Fluids Mechanics and Hydarulics,

Singapura: McGraw-Hill,Inc.

 Hariyanto. 2007. Alat Pengukur Tegangan Permukaan Zat Cair Dengan Metode

Jaeger. Yogyakarta: USD. (Skripsi).

 http://www.engineeringtoolbox.com/fuels-boiling-point-d_936.html 

http://www.1lmu.blogspot.com/2008/12/ragam-metode-pembelajaran-interaktif.html

 http://www.Wikipedia.com/zat-cair.html

 Munson B. R, Young D. F, Okiishi T. H. 2003. Mekanika Fluida. Jakarta:

Erlangga

 Suparno, Paul. 2007. Metodologi Pembelajaran Fisika. Yogyakarta: Universitas

Sanata Dharma.

 Victor L. Streeter & Steve J. Wright. 1993. Dasar-Dasar Mekanika fluida Teknik.

(70)
(71)

71

Uji Coba Percobaan Pengukuran Tegangan Permukaan Zat Cair Pada Suhu Berbeda Dengan Metode Jaeger

A. Tujuan

 Mahasiswa memahami pengertian tegangan permukaan

 Mahasiswa mengetahui adanya perbedaan besar tegangan permukaan Zat cair

dengan suhu berbeda

B. Alat dan Bahan

 Alat Pengukur Tegangan Permukaan Zat Cair Pada Suhu Berbeda Dengan

Metode Jaeger

 Zat cair yang akan diukur

 Air

 Es

 Lap

C. Dasar Teori A. Fluida

Victor L. Streeter dan E. Benjamin Wylie (1999) dalam bukunya „Mekanika

Fluida‟ menyatakan Fluida(zat alir) adalah zat (substance) yang berubah bentuk secara

kontinu (terus-menerus) bila terkena tegangan geser (shear stress), betapapun kecilnya

tegangan geser itu. Gaya geser adalah komponen gaya yang menyinggung permukaan

(72)

72

pada permukaan itu. Tegangan geser pada suatu titik adalah nilai batas perbandingan

gaya geser terhadap luas dengan berkurangnya luas hingga menjadi titik tersebut.

Giancolli (1997) menyatakan bahwa benda cair tidak mempertahankan bentuk

tetap melainkan mengambil bentuk tempat yang ditempatinya tetapi seperti benda

padat, benda cair tidak dapat langsung ditekan dan perubahan volume yang significant

terjadi jika diberi gaya yang cukup besar. Benda gas tidak memiliki bentuk maupun

volume yang tetap, gas akan menyebar untuk memenuhi tempatnya karena zat cair dan

gas tidak mempertahankan bentuk yang tetap, keduanya memiliki kemampuan untuk

mengalir dengan demikian keduanya-duanya sering disebut sebagai fluida.

B. Sifat-sifat Fluida

Giancoli (1997) menyatakan fluida bersifat tidak mempertahankan bentuk yang

tetap, fluida memiliki kemampuan untuk mengalir, sifat penting lainnya dari fluida

yang berada dalam keadaan diam adalah bahwa gaya yang disebabkan oleh tekanan

fluida selalu bekerja tegak lurus terhadap permukaan yang bersentuhan dengannya.

Victor L. Streeter dan E. Benjamin Wylie (1999) dalam bukunya „Mekanika

Fluida‟ fluida memiliki sifat yang berubah bentuk secara kontinu (terus-menerus) bila

terkena tegangan geser (shear stress), betapapun kecilnya tegangan geser itu.

C. Tegangan Permukaan

Tegangan permukaan merupakan fenomena menarik yang terjadi pada zat cair

(fluida) yang berada dalam keadaan diam (statis). Contoh yang menarik tetes air

cenderung berbentuk seperti balon (yang merupakan gambaran luas minimum sebuah

volum) dengan zat cair berada di tengahnya. Hal yang sama terjadi pada jarum baja

(73)

73

zat cair. Fenomena ini terjadi karena selaput zat cair dalam kondisi tegang, tegangan

fluida ini bekerja paralel terhadap permukaan dan timbul dari adanya gaya tarik

menarik antara molekulnya. Air memiliki tegangan permukaan yang besar yang

disebabkan oleh kuatnya sifat kohesi antar molekul-molekul air. Hal ini dapat diamati

saat sejumlah kecil air ditempatkan dalam sebuah permukaan yang tak dapat terbasahi

atau terlarutkan (non-soluble); air tersebut akan berkumpul sebagai sebuah tetesan. Di

atas sebuah permukaan gelas yang amat bersih atau bepermukaan amat halus air dapat

membentuk suatu lapisan tipis (thin film) karena gaya tarik molekular antara gelas dan

molekul air (gaya adhesi) lebih kuat ketimbang gaya kohesi antar molekul air.

Giancoli (1997) menyatakan bahwa zat cair berperilaku seperti membran yang

teregang karena tegangan. Sebagai contoh, setetes air di ujung keran yang menetes atau

tergantung pada dahan kecil layaknya embun pagi hari (gambar di bawah ini),

membuat bentuk yang hamper bulat seperti balon kecil yang berisi air lalu koin yang

ketika diapungkan pada permukaan air tidak tenggelam padahal massa jenisnya lebih

besar dibandingkan massa jenis air.

Permukaan zat cair yang berperilaku seakan-akan mengalami tegangan ini yang

bekerja sejajar dengan permukaan yang muncul dari gaya tarik-menarik antar

molekulnya inilah yang dinamakan tegangan permukaan. Tegangan permukaan ini

didefinisikan sebagai gaya per satuan panjang yang bekerja melintasi semua garis pada

permukaan dan memiliki kecenderungan menarik permukaan agar tertutup.

Contoh sederhana di mana saat kita meletakkan sebuah jarum kecil ataupun

klip kertas pada permukaan air yang tenang nampaklah keberadaan selaput tersebut.

Terbentuknya selaput ini berdasar atas energi permukaan (kerja per satuan luas) yang

(74)

74

tegangan permukaan adalah gaya perentang yang diperlukan untuk membentuk selaput

tersebut. Kegiatan untuk mengukur tegangan permukaan cairan adalah dengan

menaikkan tekanan di dalam tetes kecil cairan. Untuk tetes kecil yang berbentuk bola

dengan jari-jari r, tekanan dalam p yang perlu untuk mengimbangi gaya tarik yang

disebabkan oleh tegangan permukaan dihitung dalam gaya-gaya yang bekerja pada

suatu benda setengah bola bebas sebagai berikut:

p ……(1)

p = …….(2)

Gambar 1. Tegangan permukaan zat cair

Contoh indah yang dapat kita lihat adalah tetesan air hujan yang jatuh bebas

berbentuk bola karena bentuk bola memiliki luas permukaan yang lebih kecil untuk

volume tertentu dibandingkan dengan bentuk-bentuk yang lain.

(75)

75

Victor L. Streeter dan E. Benjamin Wylie di dalam bukunya “Mekanika

Fluida” (1999) dinyatakan bahwa tegangan permukaan air berubah dari kurang lebih

0,074 N/m pada 200C sampai 0,059N/m pada 1000C.

Hugh D. Young dan Roger A. Freedman di dalam bukunya “Fisika Universitas

Jilid I” (2002) , menyatakan bahwa pada umumnya tegangan permukaan fluida

mengalami penurunan saat terjadi kenaikan suhu. Suhu berhubungan dengan energi

gerak molekul dalam bahan. Saat suhu bertambah dan molekul cairan bergerak lebih

cepat, pengaruh interaksi antar molekul akan berkurang pada geraknya dan tegangan

permukaan akan berkurang. Contohnya: untuk mencuci pakaian dengan benar-benar

bersih, air harus dipaksa melalui ruang sempit di antara serat pakaian, yang sulit untuk

dilakukan akibat adanya tegangan permukaan. Hal ini akan menjadi lebih mudah

dilakukan dengan menurunkan nilai (tegangan permukaan). Oleh karena itu, air yang

panas (1000C) lebih baik dipakai untuk mencuci karena memiliki

dibandingkan dengan menggunakan air yang bersuhu 200C karena

namun yang terbaik adalah dengan menggunakan air sabun pada suhu 200C karena

.

Ditampilkan tabel nilai tegangan permukaan hasil percobaan:

Cairan yang bersentuhan dengan udara Suhu (0C) Tegangan permukaan

(76)

76

Benzena 20 28,9

Karbon tetraklorida 20 26,8

Etanol 20 22,3

Gliserin 20 63,1

Raksa 20 465,0

Minyak Zaitun 20 32,0

Air Sabun 20 25,0

Air 0 75,6

Air 20 72,8

Air 60 66,2

Air 100 58,9

Oksigen -193 15,7

Neon -247 5,15

Helium -269 0,12

E. Metode Jaeger

Metode Jaeger merupakan suatu metode yang dipergunakan untuk mengukur

(77)

77

Sebuah kapiler dengan mulut kecil dicelupkan dalam zat cair yang akan diukur

tegangan permukaannya

4 1

2

H 5 h

3

Gambar 5: Alat pengukur tegangan permukaan zat cair dengan metode Jaeger

Keterangan gambar:

1. Pipa kapiler

2. Botol penghasil tekanan

3. Pipa manometer

4. Corong

5. Tempat zat cair yang diukur.

Keterangan mengenai simbol-simbol persamaan:

d = massa jenis air di dalam manometer (kg/m3).

= massa jenis zat cair dalam tabung reaksi yang dihitung tegangan permukaannya

Gambar

Gambar 5. Alat Pengukur Tegangan Permukaan Zat Cair Dengan Metode
Tabel 5 : Rata-rata hasil pengukuran minyak tanah pada suhu berbeda …..…... 44
Gambar 1. Embun pagi hari
Gambar 3. Tegangan permukaan zat cair
+7

Referensi

Dokumen terkait

Protein fraksi terpilih tidak bersifat toksik terhadap sel Chang dengan inhibisi kurang dari 50% yang mengindikasikan protein kapang laut aman untuk sel normal,

Penyakit akibat kerja dan/atau berhubungan dengan pekerjaan dapat disebabkan oleh pemajanan di lingkungan kerja. Fakta di lapangan menunjukkan terdapat kesenjangan antara

Bertanya yaitu kegiatan bertanya dalam pembelajaran bisa guru dengan siswa, sis- wa dengan guru, siswa dengan siswa bahkan siswa dengan orang lain (nara sum- ber) sebagai upaya

Pelatihan mengenai AKP ini dapat digunakan untuk mengembangkan kompetensi yang diperlukan oleh para pengawas untuk melakukan analisis keselamatan pekerjaan yang

Rayap Coptotermes sp telah ditemukan dan menyerang tanaman meranti merah ( S. leprosula Miq.) pada empat lokasi penanaman. Rayap tersebut menyerang tanaman yang masih

TERTULIS DARI JURUSAN ARSITEKTUR UNIVERSITAS DIPONEGORO UNTUK KEPERLUAN DILUAR TUGAS INI TANPA PERSETUJUAN BAIK SEBAGIAN MAUPUN SELURUHNYA DALAM BENTUK APAPUN DOKUMEN INI TIDAK

Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota melaporkan secara rutin (seperti pada keadaan sebelum bencana kebakaran hutan) hasil monitoring tentang kualitas udara dan data penyakit kepada

Pilih menu pada Operations Flow untuk memilih beberapa opsi proses yang akan dijalankan, atau dapat juga melalui menu Program kemudian pilih proses yang akan