APLIKASI
MULTIDIMENSIONAL SCALING
PADA GAMBAR TES DAP BAGIAN TORSO
Skripsi
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Disusun Oleh:
Wini Kis Atalya
NIM: 079114043
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI JURUSAN PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
“Aku tahu bahwa Engkau sanggup melakukan segala sesuatu dan tidak ada rencana-Mu yang gagal”
(Ayub 4:22)
“Sebab kamu tahu, bahwa ujian terhadap imanmu itu menghasilkan ketekunan. Dan biarlah ketekunan itu
menghasilkan buah yang matang, supaya kamu menjadi sempurna dan utuh dan tak kekurangan
suatu apa pun” (Yakobus 1:3-4)
PERSEMBAHAN
Karya ini kupersembahkan kepada:
Tuhan Yesus Kristus yang sangat mengasihiku
Kedua orangtuaku Wisnu Kishadi Panuluh dan Hartini
Kakakku Rangga Kistiwoyo
Dan semua orang di sekelilingku yang selalu mewarnai
v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian dari karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 18 Agustus 2011
Penulis,
vi
APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING
PADA GAMBAR TES DAP BAGIAN TORSO
Wini Kis Atalya
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jumlah dimensi dan deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar bagian torso yang dihasilkan dari tes DAP. Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kemiripan (similarity data) gambar tes DAP bagian torso dari tiap subyek. Subyek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang kuliah di berbagai universitas di Yogyakarta. Jumlah subyek penelitian adalah 20 mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes DAP dan subyek diminta untuk memberikan penilaian kemiripan terhadap pasangan-pasangan gambar bagian torso dari hasil tes DAP. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multidimensional scaling yang dibantu dengan Software Statistical Package for Social Sciences(SPSS) versi 15,0 for Windows. Hasil analisis menunjukkan ada 4 dimensi yang ditemukan dalam gambar bagian torso DAP yaitu bentuk bahu, bentuk badan, kualitas garis, dan posisi lengan.
vii
APLICATION OF MULTIDIMENSIONAL SCALING ON TORSO OF
HUMAN FIGURE DRAWING OF DRAW A PERSON TEST
Wini Kis Atalya
ABSTRACT
This study aims to determine how many dimensions and the description of every dimensions which can be found from a Draw – a – Person Test. The variable in this study is the similarity data from Draw – a – Person Test on torso of human figure drawing. The subjects of this study are twenty university student from many universities in Yogyakarta. The collecting data in this study done by gave Draw – a – Person Test to the subjects and asked them to gave a similarities judgment to each pairs of human drawing on torso. The evaluation of similarity data written manually on the score table. Methods of data analysis used in this study is multidimensional scaling analysis aided by Software Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 15,0 for Windows Evaluation Version. The analysis showed four dimensions which are shape of shoulders, shape of torso, quality of line, and position of arms
viii
LEMBAR PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya Mahasiswa Universitas Sanata Dharma
NAMA : WINI KIS ATALYA
NIM : 079114043
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING
PADA GAMBAR TES DAP BAGIAN TORSO
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta
Pada tanggal: 18 Agustus 2011 Yang menyatakan,
ix
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat
dan rahmat-Nya yang telah dikaruniakan kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsinya dengan judul “Aplikasi Multidimensional Scaling pada
Gambar Tes DAP Bagian Torso”. Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah
satu syarat kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Terselesaikannya penulisan ini tentunya tidak terlepas dari dukungan dan
kritik yang membangun dari orang-orang disekitar penulis. Pada kesempatan ini,
penulis mengucapkan terimakasih kepada:
1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani. M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi.
2. Bapak Agung Santoso, selaku dosen pembimbing skripsi yang telah
memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam proses pengerjaan skripsi
ini…thanks ya Bapak..akhirnyaaaa
3. Ibu Tanti dan Ibu Agnes selaku dosen penguji yang telah membimbing juga
selama proses revisi.
4. Ibu Nimas, selaku dosen pembimbing akademik yang telah memberikan
dukungan selama proses kuliah.
5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas setiap ilmu yang boleh
saya terima selama saya duduk di bangku kuliah ini. Terima kasih atas
x
6. Karyawan Fakultas Psikologi : Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Mbak
Nanik, dan Pak Giek, atas segala bantuan fasilitas selama proses
perkuliahan.
7. Bapak dan Ibu. Terimakasih atas kesetiaan, waktu, perhatian, dukungan,
dan kasih sayang yang boleh tercurah untukku. Terima kasih kasih atas
setiap kepercayaan yang bapak ibu berikan padaku.
8. Kakakku tersayang Mas Angga dan Mba Indri. Terimakasih untuk setiap
dukungan dan doa dari kalian. Aku sayang kalian.
9. Kak Sigit Irfantono atas setiap dukungan dan semangatnya. Makasih kakak
dah terus ada buat adek
10.Sepupuku Mba Hewin. Terima kasih atas perhatian dan kesetiaan untuk
mendengar setiap keluh kesahku. You’ll never walk alone
11.Dek Fahmi Andari. Terima kasih untuk setiap tawamu dalam hari-hariku.
12.Keluarga di Bantul dan Wonosari. Terima kasih untuk setiap kasih dan
dukungan kalian.
13.Sahabat-sahabatku Reni, Ika, Ina, Adel, Putu, Petra, Uline, Siska, Devi,
Sylvi, Yustin, David, Nindya, Lily, Damar dan Puput. Terima kasih kita
boleh merajut kisah bersama di psikologi. Terima kasih atas setiap
penerimaan tak bersyarat yang boleh aku rasakan…bangga dan sangat
bersyukur punya kalian dalam hidupku.
14.Bang Adip. Terima kasih untuk setiap tawamu dan pelajaran di hidupmu
xi
15.Teman-teman Psikologi angkatan 2007 Nana, Helen, Cangang, Putri, Tia,
Rangga, Mega, Wening, Dian, Mandadan teman-teman lain yang tidak bisa
disebutkan satu per satu.
16.Kakak-kakak angkatan. Bang Felix, Kak Chris, Mas Ari, Mas Agung, Mba
Chacha dan semua yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu. Terima
kasih untuk setiap bantuan dan pelajaran yang berharga.
17.Teman-teman SMP Dyah, Helen, Uut, Ayu, Rinda, Metha, Linda, Neni.
Terima kasih untuk setiap dukungan kalian. Hidup gembel sejati!
18.Teman-teman SMA Asna, Sya, Tia, Riska, dan Liyak. Terima kasih teman
untuk persahabatan yang sungguh indah. I’m so proud of you all! I love
you!
19.Terima kasih pula bagi semua pihak yang telah membantu kelancaran
penelitian dan penulisan skripsi ini.
Penulis menyadari akan banyaknya kekurangan dan kelemahan dalam
xii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PENGESAHAN ... ii
HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v
ABSTRAK ... vi
ABSTRACT ... vii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii
xiii
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8
A.DAP………. ... 8
B.Multidimensional Scaling (MDS)……… ... 16
BAB III. METODE PENELITIAN ... 26
A. Jenis Penelitian ... 26
B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 26
C. Definisi Operasional……… ... 26
D. Subyek Penelitian ... 27
E. Metode Pengambilan Data ... 28
F. Analisis Data ... 30
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 31
A. Pelaksanaan Penelitian ... 31
B. Hasil Penelitian ... 33
C. Pembahasan... 41
D. Keterbatasan Penelitian……… 43
BAB V. KESIMPULAN DAN SARAN ... 44
A. Kesimpulan ... 44
xiv
DAFTAR PUSTAKA ... 46
xv
DAFTAR TABEL
xvi
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Scree Plot Dimensi 2 sampai Dimensi 19 ... 33
Gambar 2 Perceptual Map Dimensi 1 dan 2……….. 35
Gambar 3 Contoh Kontinum Gambar Pada Dimensi Bentuk Bahu………… 36
Gambar 4 Contoh Kontinum Gambar Pada Dimensi Bentuk Badan……….. 37
Gambar 5 Perceptual Map Dimensi 3 dan 4……….. 38
Gambar 6 Contoh Kontinum Gambar Pada Dimensi Kualitas Garis……….. 39
xvii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1Gambar tes DAP……… 49
1
psikolog dalam melakukan asesmen. Misalnya dalam bidang psikologi
industri dan organisasi, tes grafis digunakan untuk seleksi dan penempatan
karyawan. Psikolog pendidikan biasa menggunakan tes grafis sebagai tes
bakat, bimbingan karir, dan untuk melihat kesesuaian faktor kepribadian
dengan pemilihan bidang studi tertentu. Di dalam psikologi klinis, tes Grafis
digunakan untuk mengetahui tentang gambaran individual terkait dengan
kepribadiannya (Etikawati, Komunikasi pribadi, 10 Mei 2010; Universitas
Gadjah Mada, 1996).
Ada 3 jenis tes Grafis yang digunakan di Indonesia yaitu tes BAUM,
DAP, dan HTP. Tes BAUM dapat menggambarkan fungsi okupasi seseorang
dalam menghadapi tugas. HTP lebih menggambarkan kondisi keluarga,
sedang DAP lebih peka dalam menggambarkan kontak sosial. Hasil tes DAP
bisa digunakan untuk menggali atau menangkap pola atau kecenderungan
orang dalam hal kontak sosial. Hasil tes DAP juga dapat memberikan
informasi mengenai penyesuaian diri seseorang dan cara seseorang mengelola
dorongan-dorongannya sampai pada tindakan (Etikawati, Komunikasi
gambaran individual seseorang yang dapat kita peroleh dari tes DAP adalah
gambaran tentang konsep diri, sikap terhadap orang lain dalam lingkungan,
gambaran diri ideal, hasil pengamatan individu terhadap lingkungan, ekspresi
kebiasaan, ekspresi emosi, sikap terhadap tester dan situasi pengetesan, sikap
terhadap kehidupan dan lingkungan social secara umum, maupun kombinasi
dari gambaran – gambaran individual tersebut. Gambaran – gambaran
individual tersebut dapat merupakan ekspresi yang disadari, maupun yang
tidak disadari (Levy dalam Abt &Bellak, 1959).
Pada tahun 1926, Goodenough mulai mempopulerkan
DAP.Goodenough menemukan adanya relasi antara perubahan gambar anak –
anak dengan kemampuan kognitif mereka (Goodenough, dalam Kubierske,
2008).Pada perkembangannya, DAP tidak hanya berkembang dalam cabang
proyektif. Machover dan Koppitz adalah dua diantara peneliti – peneliti
lainnya yang mengembangkan DAP dalam cabang proyektif (Kubierske,
2008).
Dasar asumsi gambar manusia dijadikan alat untuk mengukur
kemampuan kognitif anak adalah perubahan yang terjadi pada gambar anak –
anak, baik perempuan maupun laki – laki, menggambarkan perkembangan
kompleksitas kognitif atau kematangan intelektual yang terekpresikan dari
perkembangan kompleksitas gambar yang dihasilkan (Harris dalam Kniel dan
Kniel, 2008). Penelitian yang dilakukan Cox (1993) terhadap gambar anak –
anak di budaya barat mengkonfirmasi kebenaran asumsi tersebut. Hasil
sederhana (hanya terdiri dari kepala dan dua tangan) menjadi gambar yang
lebih kompleks (proporsi dan bagian – bagian tubuh digambar secara lebih
realistis) (Cox dalam Kniel dan Kniel, 2008).
Tes DAP memiliki beberapa kelebihan. Seperti halnya tes grafis yang
lain, tes DAP memiliki kelebihan murah dan mudah dalam penyajiannya. Tes
DAP, hanya perlu disiapkan kertas dan pensil dalam administrasi
penyajiannya. Tes DAP juga mudah dalam penyajiannya karena intruksi yang
diberikan sangat singkat, yaitu “silahkan buat gambar manusia”. Kelebihan
yang kedua adalah mampu memunculkan banyak gambaran individual seperti
yang telah diungkapkan pada paragraf sebelumnya. Kelebihan selanjutnya
yaitu saat subjek mengerjakan tes ini, subjek tidak bisa melakukan faking
karena sarana yang digunakan adalah menggambar. Berbeda halnya dengan
tes inventori, subjek sangat mungkin untuk menjawab yang bukan sebenarnya
melainkan menjawab yang sebaik-baiknya (Anastasi dan Urbina, 1997).
Tes DAP juga memiliki beberapa kekurangan diantaranya yaitu
lemahnya validitas tes. Validitas hasil interpretasi tes DAP sangat tergantung
pada kemampuan interpretasi dan pengalaman interpreter (Anastasi dan
Urbina, 1997). Jika validitas hasil tes sangat tergantung dengan kemampuan
dan pengalaman interpreter maka sangat mungkin hasil interpretasi tes
tersebut sangat subjektif karena setiap interpreter pasti memiliki kemampuan
dan pengalaman yang berbeda-beda. Oleh karena itu, penggunaan DAP ini
harus dikombinasikan dengan tes lain yang nilai validitasnya lebih baik (Levy
Hasil interpretasi tes DAP itu sendiri sangat tergantung pada situasi
psikologis saat subjek menggambar (Anastasi dan Urbina, 1997). Misalnya
Tes Grafis diberikan pada subjek yang sedang mengalami masalah, maka hasil
tes yang dapat dibaca adalah bagian pola subjek sewaktu menghadapi masalah
dan bukan merupakan pola kepribadian yang utuh pada subjek. Jika hasil tes
ini diinterpretasi oleh orang yang belum memiliki pengalaman, dikhawatirkan
akan menghasilkan interpretasi yang bersifat hanya membaca keadaan subjek
pada saat itu saja tanpa memperhatikan kondisi subjek seluruhnya.
Kelemahan berikutnya adalah kriteria penilaian dari tes DAP bersifat
subjektif karena dibuat oleh Machover berdasarkan penilaian intuitif saja.
Machover membuat hipotesis-hipotesis tertentu untuk membuat kriteria
penilaian misalnya jika seseorang menggambar dengan penghilangan pada
bagian-bagian di wajah menandakan bahwa orang tersebut memiliki konflik
hubungan interpersonal yang tinggi. Jika gambar dagu dihapus-hapus dan
diulang-ulang, hal itu menandakan kompensasi dari kelemahan, kebimbangan,
dan ketakutan dalam melakukan suatu tanggung jawab. Tekanan garis pada
leher menandakan gangguan tentang ketidakmampuan untuk mengontrol
impuls-impuls dalam dirinya (Gregory, 1996).
Oleh karena belum terdapat penelitian yang meneliti tentang kriteria
penilaian tes DAP yang dibuat oleh Machover, maka penelitian ini dilakukan
untuk membuat kriteria penilaian tes DAP yang lebih objektif. Kriteria
objektif yang dimaksudkan di sini adalah kriteria yang dibuat berdasarkan
pribadi.Usaha tersebut dilakukan dengan suatu langkah awal yaitu mencari
dimensi-dimensi yang mendasari seseorang dalam melakukan penilaian
terhadap gambar manusia pada tes DAP. Pentingnya menemukan
dimensi-dimensi tersebut adalah untuk mencari tahu dimensi-dimensi yang mungkin muncul
dan belum ada pada kriteria penilaian tes DAP sebelumnya. Peneliti akan
mengidentifikasi dimensi-dimensi tersebut langsung dari penilaian subjek
terhadap gambar yang dibuat mereka. Teknik yang dapat digunakan
mengidentifikasi dimensi-dimensi langsung dari penilaian subjek terhadap
gambar ini adalah Multidimensional Scaling (MDS).
Multidimensional Scalling (MDS) merupakan salah satu teknik
multivariat yang dapat digunakan dalam menentukan posisi suatu objek relatif
terhadap objek lainnya berdasarkan penilaian kemiripannya. MDS
berhubungan dengan pembuatan peta yang menggambarkan posisi sebuah
objek dengan objek lain berdasarkan kemiripan objek-objek tersebut. Sebagai
contoh, MDS sering digunakan dalam kasus marketing untuk mengidentifikasi
dimensi-dimensi pokok yang mendasari penilaian konsumen terhadap suatu
produk, pelayananan, atau perusahaan. Penerapan MDS yang lain seperti
perbandingan dari kualitas fisik misalnya cita rasa makanan, persepsi terhadap
isu-isu politik, atau asesmen terhadap perbedaan budaya di antara dua
kelompok yang berbeda (Hair, Anderson, Tatham dan Black, 1998)
Penelitian ini adalah bagian dari sebuah penelitian besar yang terdiri
dari 3 penelitian kecil. Penelitian pertama mencari dimensi pada bagian
sedangkan penelitian ini mencari dimensi dari gambar bagian torso.
Pembagian dilakukan karena sedikitnya jumlah gambar yang akan dievaluasi.
Hal ini dikarenakan evaluasi gambar-gambar DAP akan dilakukan dengan
membandingkan gambar-gambar tersebut satu lawan satu. Oleh karena itu,
evaluasi dengan banyak gambar akan menimbulkan kelelahan subjek yang
dapat mengacaukan penilaiannya. Hal ini mengakibatkan data yang diperoleh
menjadi kurang akurat. Dengan memilah penilaian menjadi 3 bagian, peneliti
dapat melihat variasi-variasi yang ada pada tiap-tiap bagian. Hasil yang
didapatkan dari penelitian ini merupakan langkah awal untuk menghasilkan
kriteria penilaian tes DAP yang lebih objektif.
B. Rumusan Masalah
1. Berapa banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar yang
dihasilkan dari tes DAP?
2. Bagaimana deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang
dihasilkan dari tes DAP?
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui jumlah dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar
yang dihasilkan dari tes DAP
2. Untuk mengetahui deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat teoritis
Dapat memperkaya ranah tes grafis dengan memberikan gambaran
dimensi-dimensi pada tes DAP.
2. Manfaat praktis
Dapat menghasilkan dimensi-dimensi dan deskripsi setiap dimensi
sehingga bisa berguna untuk langkah selanjutnya dalam menghasilkan
8 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DAP
1. Sejarah tes DAP
Teknik menggambar manusia mulai dikenal pada sekitar tahun
1800. Cooker dan Ricci adalah peneliti yang mengembangkan teknik
menggambar manusia karena mereka melihat gambar anak – anak berubah
seiring dengan perkembangan mereka (Naglieri, dalam Kubierske, 2008).
Goodenough mempopulerkan DAP pada tahun 1926 karena menemukan
adanya relasi antara perubahan gambar anak – anak dengan kemampuan
kognitif mereka (Goodenough, dalam Kubierske, 2008). Pada tahun 1963,
dilakukan revisi terhadap DAP oleh Harris, sehingga nama tes tersebut
berubah menjadi Goodenough – Harris Drawing Test (GHDT) (Harris,
dalam Kubierske,2008). Pada perkembangannya, DAP tidak hanya
berkembang dalam cabang proyektif. Machover dan Koppitz adalah dua
diantara peneliti – peneliti lainnya yang mengembangkan DAP dalam
cabang proyektif (Kubierske, 2008).
Dasar asumsi gambar manusia dijadikan alat untuk mengukur
kemampuan kognitif anak adalah perubahan yang terjadi pada gambar
anak – anak, baik perempuan maupun laki – laki, menggambarkan
perkembangan kompleksitas kognitif atau kematangan intelektual yang
(Harris dalam Kniel dan Kniel, 2008). Penelitian yang dilakukan Cox
(1993) terhadap gambar anak – anak di budaya barat mengkonfirmasi
kebenaran asumsi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan adanya
perkembangan dari gambar manusia yang sederhana (hanya terdiri dari
kepala dan dua tangan) menjadi gambar yang lebih kompleks (proporsi
dan bagian – bagian tubuh digambar secara lebih realistis) (Cox dalam
Kniel dan Kniel, 2008). Dalam Goodenough – Harris Drawing Test
(GHDT), Harris mengkategorikan perkembangan kognitif tersebut menjadi
tiga, yaitu kemampuan untuk menyadari, kemampuan abtraksi, serta
kemampuan untuk menggeneralisasi (Harris dalam Kniel dan Kniel,
2008).
Pada perkembangannya, Machover mengembangkan DAP dalam
cabang proyektif (Kubierske, 2008). Machover juga meyakini dalam
proses menggambar manusia, individu dibimbing oleh persepsi bayangan
tubuh yang berkembang melalui pengalaman individu tersebut (Machover,
1965), sehingga gambar manusia menjadi alat untuk memproyeksikan
segala macam impuls, kekhawatiran, konflik, serta kompensasi yang
menjadi karakteristik dari individu yang menggambar (Machover dalam
2. Prosedur Administrasi Tes DAP
Teknik administrasi yang digunakan Tes DAP yaitu dengan cara
meminta subjek untuk menggambar orang . Subjek diberi kertas, yang
diutamakan Machover, dengan ukuran 8,5” X 11”, pensil HB, dan
penghapus karet. Instruksi yang diberikan adalah “Gambarlah orang”.
Selama proses menggambar tersebut tester melakukan observasi
pada subjek tanpa mengganggu proses berlangsungnya tes. Hasil observasi
kemudian dicatat tester pada sehelai kertas. Hal yang perlu dicatat tester
mencakup data pribadi subjek serta pertanyaan – pertanyaan subjek
sebelum menggambar, urutan bagian-bagian tubuh yang digambar,
komentar – komentar yang secara spontan dilontarkan oleh subjek selama
menggambar, dan figur jenis kelamin yang digambar terlebih dahulu oleh
subjek.
Ketika subjek masih memiliki waktu tes untuk menghasilkan dua
buah gambar, maka tester bertugas memberikan instruksi berikut
“Sekarang gambarlah pria” atau “sekarang gambarlah wanita”. Hal ini
berbeda apabila subjek hanya ada satu waktu untuk membuat satu gambar,
maka alangkah baiknya subjek menggambar figur yang sesuai dengan
jenis kelaminnya sendiri.
Pengalaman tester dalam memberikan instruksi akan mempengaruhi
subjek memahami perintah pelaksanaan tes yang disampaikan tester.
Tester juga bertugas memberitahukan subjek bahwa tugas yang diberikan
dengan keahlian menggambar. Hal ini dapat juga disampaikan tester pada
subjek dengan menggunakan kalimat :”Tugas ini tidak ada hubungan
dengan kemampuan menggambar. Saya tertarik pada cara anda berusaha
menggambar orang”. Jika subjek menghilangkan suatu bagian penting dari
tubuh gambarannya, maka subjek dapat didorong untuk mencoba
menggambar bagian tersebut setelah tester mencatat bagian-bagian yang
tidak digambar tersebut. Hal ini bertujuan untuk melihat mengapa subjek
tidak mau menggambar bagian tersebut (Machover, 1987).
3. Cara interpretasi
Interpretasi tes DAP didasari oleh metode – metode proyektif dari
analisis kepribadian dan teori psikoanalisis dalam konteks klinis. Asumsi
dasar di tes DAP adalah figur manusia yang digambar berhubungan erat
dengan impuls – impuls, kecemasan – kecemasan, konflik – konflik, dan
ciri – ciri kompensatoris individu yang bersangkutan. Asumsi dasar
tersebut telah terbukti berulang kali dalam pengalaman klinis.
Figur manusia yang digambar dianggap sebagai gambaran akan diri
subjek, sedangkan kertas yang digunakan dianggap sebagai lingkungan.
Hal ini terjadi karena, disadari atau tidak, ketika menggambar figur
manusia, seseorang dihadapkan pada masalah yang membutuhkan
kemampuan memproyeksikan diri ke dalam semua arti tubuh dan sikap –
sikap yang ditampilkan dalam figur manusia yang digambar. Oleh sebab
secara bebas terhadap aspek – aspek yang seringkali mencerminkan
masalah – masalah riil dan tingkah laku dari individu yang menggambar.
Misalnya, tangan dikepalkan maka secara harfiah diartikan bahwa subjek
menyatakan pertertentangan.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
interpretasi. Pertama, aspek – aspek yang langsung berhubungan dengan
penampilan diri subjek. Aspek – aspek tersebut adalah ukuran figur,
penempatan di kertas, kecepatan gerakan grafis, tekanan, kepadatan dan
variasi garis yang digunakan, keurutan bagian – bagian yang digambar,
sikap mental (pendirian), penggunaan latar belakang, perluasan lengan ke
arah tubuh atau menjauhi tubuh, spontanitas ataupun kekakuan,
penggambaran figur secara profil atau pandangan menghadap ke muka.
Kedua, isi, yang mencakup detail – detail tubuh dan perlakuan pakaian,
diinterpretasi sesuai dengan arti fungsionalnya. Selanjutnya hal – hal yang
juga perlu diperhatikan adalah proporsi tiap bagian tubuh, kecenderungan
– kecenderungan ketidaklengkapan, jumlah detail dan daerah konsentrasi
detail, jumlah dan fokus penguatan, hapusan – hapusan dan perubahan –
perubahan grafis, taraf simetri, cara membuat garis tengah dan suasana
yang diekspresikan dalam wajah atau sikap figur (Machover, 1965).
Kategori – kategori penilaian tes DAP pada bagian torso adalah
1) Garis
Penilaian terhadap garis meliputi garis yang konsisten, garis
yang kabur, garis yang tebal, garis yang tipis, tekanan yang
berubah – ubah, garis tipis patah dan tidak tetap garis yang
keriting patah berulang disertai tekanan ringan, garis seperti
gergaji, garis terdiri dari garis – garis dasar, koordinasi yang
jelek, garis yang tebal kotor shading berlebihan, sketsa, dan
gambar tidak lengkap (Machover, 1987; Universitas Gajah
Mada, 1996).
2) Bahu
Kriteria penilaian pada bahu meliputi bahu yang lebar dan besar,
bahu yang sempit (kecil), bahu yang persegi, bahu satu sisi tak
seimbang dengan bagian lain, bahu yang sering dihapus dan
diulang, serta bahu dengan proporsi dan bentuk yang bagus
(Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas
Katolik Soegijapranata, 1998).
3) Lengan
Kriteria penilaian pada lengan meliputi lengan dan tangan yang
dihilangkan (terpotong / tertutup), posisi lengan yang menjauh
dari tubuh, posisi lengan yang melekat pada tubuh, lengan tidak
tangan, lengan dilipat (dimuka/sedakep), lengan dilipat
dibelakang, lengan pendek sekali, lengan yang kecil dan tipis,
lengan seperti sayap, lengan di belakang, lengan dengan garis
tebal, lengan yang luas atau tebal, lengan yang panjang, lengan
yang sangat panjang, lengan yang nampak meraih, garis lengan
yang lansung dan lancar, dan lengan yang nampak terulur
(Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas
Katolik Soegijapranata, 1998).
4) Tubuh
Pada bagian tubuh, kriteria penilaian meliputi tubuh yang
dihilangkan, tubuh yang panjang dan kecil, failure to close
(tidak sambung), tubuh yang sangat kecil, tubuh yang sangat
besar (lebar), serta tubuh yang digambar dengan shading tebal
pada jenis kelamin lain (Machover, 1987; Universitas Gajah
Mada, 1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).
5) Pakaian dan Dasi
Pada pakaian dan dasi, kriteria penilaian meliputi pakaian yang
digambar, pakaian yang terlalu lengkap, pakaian minim sekali,
gambar tidak jelas antara berpakaian atau tidak, pada tambahan
ditekankan (Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996;
Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).
6) Perhiasan
Kriteria penilaian pada bagian perhiasan adalah perhiasan ada
secara mencolok (Universitas Gajah Mada, 1996).
7) Saku
Kriteria penilaian pada saku adalah bila saku ditekankan
(Machover, 1987; Universitas Gajah Mada, 1996).
8) Kancing baju
Kriteria penilaian pada bagian kancing saku meliputi kancing
baju di bawah garis tengah, kancing baju sangat jelas atau
menonjol atau ditekankan, serta kancing baju dalam manset
(Universitas Gajah Mada,1996).
9) Ikat pinggang
Kriteria penilaian pada ikat pinggang adalah ikat pinggang yang
ditekankan dengan shading kuat, dan tanpa ikat pinggang
10)Pinggang
Pada bagian pinggang, kriteria penilaian meliputi pinggang
yang ditekankan, pinggan dengan shading yang berlebihan,
garis pinggang yang tidak jelas atau tidak tegas, serta pinggang
yang terputus (Universitas Gajah Mada, 1996; Universitas
Katolik Soegijapranata, 1998).
B. MDS (Multidimensional Scaling)
1. Pengertian MDS
Multidimensional scaling adalah teknik yang dapat
memvisualisasikan data kedekatan (proximity)yang dihasilkan melalui
penilaian kemiripan terhadap pasangan – pasangan objek (Buja,
Swayne, Littman, Dean dan Hofmann, 2004). Sebagai contoh, MDS
sering digunakan dalam kasus marketing untuk mengidentifikasi
dimensi-dimensi pokok yang mendasari penilaian konsumen terhadap
suatu produk, pelayanan, atau perusahaan. Teknik MDS dapat
menduga apa sebenarnya dimensi-dimensi dasar dari penilaian subjek
terhadap kemiripan atau pilihan dari objek-objek (Hair, Anderson,
Tatham dan Black, 1998)
MDS dapat membantu menentukan (1) apa saja dimensi yang
subjek gunakan ketika menilai objek-objek, (2) berapa banyak
pentingnya hubungan dari masing-masing dimensi, dan (4) bagaimana
objek-objek tersebut berhubungan secara perseptual (Hair et al, 1998)
Tujuan dari MDS adalah untuk mengubah penilaian subjek
terhadap kemiripan atau pilihan ke dalam beberapa jarak yang
digambarkan dalam ruang multidimensional. MDS menghasilkan
perceptual map yang juga dikenal dengan spatial map dan digunakan
untuk menunjukkan posisi hubungan dari semua objek. MDS adalah
teknik yang didasarkan pada perbandingan dari objek-objek. Subjek
mungkin melihat perbandingan karakteristik fisik dari berbagai objek.
Selain itu subjek juga bisa membandingkan objek-objek dengan
melihat perbedaan atau merasakan perbedaan kualitas dari
berbagaiobjek (Hair et al, 1998).
Misalnya seorang produsen ingin melihat dimensi-dimensi apa
yang menjadi dasar ketika konsumen melakukan penilaian terhadap
tiga produk permen. Produsen meminta konsumen untuk menilai
tingkat kemiripan antara produk permen satu dengan yang lain.
Kemudian dari skor tingkat kemiripan tersebut, dapat dihasilkan suatu
peta yang menggambarkan posisi kedekatan antara produk permen
yang satu dengan yang lainnya. Produsen dapat menentukan dimensi
apa yang mendasari penilaian konsumen dengan melihat kemiripan
dan perbedaan produk-produk permen melalui peta yang
dapat diketahui dimensi apa saja yang mempengaruhi konsumen
dalam menilai misalnya rasa dan warna bungkus permen.
2. Tahap-tahap yang digunakan dalam MDS
MDS dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap – tahap di bawah
ini adalah tahap – tahap yang dirumuskan oleh Hair et al. (1998).
a. Penetapan tujuan MDS
MDS adalah cara yang paling tepat digunakan untuk mencapai
2 tujuan yaitu:
1)Mengidentifikasi dimensi-dimensi yang tidak dikenal yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang.
2)Mendapatkan penilaian subjek terhadap perbandingan
objek-objek ketika dasar perbandingan tidak diketahui.
Penetapan tujuan MDS tersebut bisa tercapai sesuai dengan
yang diharapkan jika 3 hal utama di bawah ini dilakukan
yaitu:
1)Memilih objek-objek yang akan dievaluasi
Peneliti harus menggunakan objek-objek yang bisa
dibandingkan dan memiliki hubungan. Jika objek-objek
yang dievaluasi tidak bisa dibandingkan (noncomparable),
peneliti berarti bukan hanya memaksakan untuk menduga
dimensi perseptual yang membedakan objek-objek yang
yang membedakan objek-objek yang tidak dapat
dibandingkan. Dengan demikian, pertanyaan penelitian
tidak akan terjawab.
2) Memilih menggunakan data kemiripan atau pilihan
Selanjutnya peneliti harus memilih dasar dari penilaian
yang akan dilakukan yaitu berdasarkan kemiripan atau
pilihan. Dalam data kemiripan,subjek tidak menggunakan
aspek baik-buruk dalam menilai objek-objek sedangkan
data pilihan menggunakan aspek baik-buruk dalam
membandingkan objek-objek. Data kemiripan mewakili
kemiripan-kemiripan atribut dan dimensi perseptual dari
perbandingan objek-objek sedangkan data pilihan mewakili
apa yang lebih dipilih individu dari objek-objek yang
dinilai.
3) Memilih menggunakan analisis agregat atau disagregat
Dalam mempertimbangkan apakah akan menggunakan
kemiripan atau pilihan, ada 2 cara analisis yang dapat
dilakukan yaitu analisis agregat dan disagregat. Dalam
analisis disagregat, peneliti menggunakan persepsi subjek
terhadap stimulus dan membuat output dari representasi
kedekatan stimulus dalam ruang multidimensional
sedangkan dalam analisis agregat, peneliti menghitung
penyelesaian untuk satu kelompok yang terdiri dari
subjek-subjek secara keseluruhan.
Pilihan peneliti dalam menggunakan analisis
disagregat atau agregat didasarkan pada studi objektif. Jika
fokus penelitian adalah untuk mencari tahu keseluruhan
penilaian terhadap objek-objek dan dimensi-dimensi yang
mendasari penilaian tersebut, maka analisis agregat adalah
metode yang paling cocok. Tetapi jika fokus penelitian
adalah untuk mengetahui variasi diantara subjek-subjek,
maka pendekatan disagregat adalah pendekatan yang paling
bisa membantu.
b. Membuat desain penelitian MDS
Hal-hal yang harus dilakukan untuk membuat desain penelitian
MDS yaitu:
1)Memilih akan menggunakan pendekatan
dekomposisional ataukomposisional
Dalam pendekatan dekomposisional, pengukuran dilakukan
meliputi semua kesan dan penilaian subjek terhadap
objek-objek kemudian mencoba untuk mendapatkan posisi-posisi
berjarak dalam ruang multidimensional yang merefleksikan
persepsi-persepsi subjek tersebut. Pendekatan
menentukan atribut terlebih dahulu kemudian meminta
subjek melakukan penilaian berdasarkan atribut yang telah
ditentukan tersebut.
2) Menggunakan metode metrik atau non metrik
Pada metode metrik, input data yang digunakan adalah data
yang bersifat interval dan ratio sedangkan pada metode non
metrik, input data yang digunakan adalah data yang bersifat
nominal dan ordinal.
3) Menentukan akan menggunakan data kemiripan atau
pilihan
Ketika pengumpulan data dilakukan dengan data
kemiripan, peneliti mencoba menentukan objek-objek mana
yang paling mirip dan tidak mirip dengan objek-objek
lainnya. Ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk
mendapatkan persepsi subjek dalam data kemiripan,
diantaranya yaitu:
a. Perbandingan-perbandingan dari pasangan-pasangan
objek yang sudah ditentukan peneliti
b. Perbandingan-perbandingan dari pasangan-pasangan
objek yang ditentukan sendiri oleh subjek (subjek
bebas membuat pasangan-pasangan)
c. Menggunakan atribut tertentu untuk digunakan
Pada data pilihan, subjek melakukan penilaian terhadap
kesukaan terhadap pasangan-pasangan objek-objek. Ada 2
cara yang bisa dilakukan, diantaranya yaitu:
1. Subjek membuat tingkatanobjek-objek dari objek
yang paling dipilih sampai objek yang paling tidak
dipilih.
2. Subjek diminta menunjukkan kemungkinan pasangan
dan menentukan pasangan mana yang lebih dipilih.
c. Menentukan posisi objek di dalam peta perceptual
(perceptual map)
Setelah penilaian terhadap kemiripan-kemiripan dari
objek-objek tersebut didapatkan, kemudian data-data tersebut
dimasukkan dalam suatu ruang yang disebut peta perceptual
(perceptual map).Peta perceptual (perceptual map) juga dikenal
dengan peta spasial (spatial map) dan digunakan untuk
menunjukkan posisi hubungan dari semua objek.
d. Menentukan dimensi-dimensi dari peta perceptual
(perceptual map)
Berdasarkan kemiripan-kemiripan objek yang ada dalam peta
perceptual (perceptual map), kemudian hal yang dilakukan
mendasari seseorang dalam melakukan penilaian terhadap
kemiripan – kemiripan objek – objek tersebut.
Cara menentukan banyaknya dimensi adalah dengan
melihat titik yang dekat dengan titik – titik yang memiliki
perubahan nilai stress yang tidak banyak (monotonically
increasing line) sehingga grafik yang terbentuk hampir
merupakan garis yang mendatar. Titik yang digunakan untuk
menentukan dimensi dalam scree plot sering disebut sebagai
elbow(Wickelmaier, 2003).
d. Menginterpretasi hasil dari MDS
Setelah menentukan dimensi-dimensi dari peta perceptual
(perceptual map), hal selanjutnya yang dilakukan adalah
memberikan label/ nama terhadap dimensi-dimensi yang sudah
ditemukan tadi. Ada 2 cara yang digunakan dalam memberikan
nama terhadap dimensi-dimensi yaitu dengan prosedur subjektif
atau prosedur objektif.
f. Validasi hasil MDS
Validasi dalam MDS merupakan suatu tahapan yang penting
layaknya teknik multivariat yang lain. Uji validasi MDS dapat
dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah dengan
membagi dua data yang telah ada, atau mencari data baru,
kemudian mencari rerata dari perbandingan tersebut. Cara
kedua yang dapat dilakukan adalah dengan mengaplikasikan
dua metode MDS, yaitu pendekatan dekomposisional dan
komposisional. Pendekatan dekomposisional dilakukan terlebih
dahulu, selanjutnya hasil yang didapat dengan menggunakan
pendekatan ini dicek dengan menggunakan pendekatan
komposisional.
C. KERANGKA PENELITIAN
Tes DAP (Draw-A-Person) memiliki beberapa kriteria yang
digunakan untuk menginterpretasi gambar pada bagian torso. Kriteria yang
sudah ada dalam penilaian tes DAP sebelumnya antara lain kualitas garis
yang tipis dan tebal. Kriteria penilaian selanjutnya adalah kriteria yang
berada pada bagian torso misalnya bentuk bahu yang lebar, penghapusan
bahu, bentuk badan yang kecil, bentuk badan yang memanjang, bentuk
badan yang bulat, posisi lengan menjauhi tubuh, lengan yang melekat pada
tubuh, lengan yang digambar satu dimensi, dan lengan yang panjang.
(Machover, 1987).
Pembuatan kriteria penilaian untuk menginterpretasi gambar dari
tes DAP tersebut bersifat subjektif. Hal ini disebabkan kriteria penilaian
dari tes DAP dibuat berdasarkan penilaian intuitif saja (Gregory, 1996).
yang lebih objektif. Usaha tersebut dilakukan dengan mencari
dimensi-dimensi yang mendasari seseorang dalam melakukan penilaian terhadap
gambar torso pada tes DAP. Peneliti akan mengidentifikasi
dimensi-dimensi tersebut langsung dari penilaian subjek terhadap gambar yang
dibuat oleh subjek. Teknik yang dapat digunakan untuk menjembatani cara
mengidentifikasi dimensi tanpa mengetahui atributnya terlebih dulu ini
adalah teknik Multidimensional Scaling (MDS).
Teknik Multidimensional Scaling (MDS) merupakan teknik untuk
menemukan atribut – atribut atau dimensi – dimensi yang memperngaruhi
subjek dalam mengevaluasi suatu objek (Wickelmaier, 2003). Oleh karena
itu, penelitian ini nantinya akan menghasilkan dimensi – dimensi yang
digunakan subjek dalam memberikan penilaian kemiripan antara satu
gambar dengan gambar lainnya. Selain itu, penggunaan subjek yang awam
terhadap tes DAP memungkinkan dimensi – dimensi yang muncul adalah
dimensi – dimensi yang belum ada dalam kriteria penilaian tes DAP
sebelumnya.
D. PERTANYAAN PENELITIAN
1. Berapa banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar yang
dihasilkan dari tes DAP?
2. Bagaimana deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang
26
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif deskriptif. Penelitian
ini mencoba mendeskripsikan dimensi – dimensi yang digunakan subjek untuk
membedakan satu gambar dengan gambar lainnya.
B. Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah data kemiripan (similarity data)
terhadap gambar tes DAP bagian torso.
C. Definisi Operasional
Data kemiripan (similarity data) terhadap gambar tes DAP bagian
torso adalah penilaian kedekatan yang diberikan subjek pada gambar-gambar
manusia bagian torso yang dibandingkan dengan gambar-gambar manusia
lainnya yang dihasilkan dari pemberian tes DAP. Instruksi tes DAP yang
diberikan adalah “buatlah gambar manusia”. Instruksi tersebut dapat juga
ditambahkan dengan, “gambarlah sesukamu” jika subjek bertanya lebih lanjut
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 20 orang mahasiswa dari
berbagai universitas di Yogyakarta. 16 orang diantaranya adalah wanita dan 4
orang sisanya adalah laki – laki. Pemilihan subjek ini dilakukan dengan teknik
pengambilan sampel accidental.
Kriteria subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa yang belum
pernah mengenal interpretasi tes DAP. Penggunaan subjek yang awam
terhadap tes DAP akan menghindarkan data penelitian yang dipengaruhi oleh
kriteria interpretasi DAP oleh Machover.
Subjek dalam penelitian ini akan diberikan tes DAP dan sekaligus
kemudian akan diminta untuk memberikan penilaian kedekatan pada
gambar-gambar tes DAP bagian torso. Hal ini dilakukan karena saat seseorang
mempersepsi sesuatu pasti didasari oleh pengalaman yang pernah terjadi
dalam kehidupannya. Begitu pula saat subjek menggambar manusia, subjek
secara tidak sadar atau sadar pasti akan memproyeksikan kecenderungan
kepribadiannya di atas kertas dan dipengaruhi pengalamannya pula. Oleh
karena itu, saat subjek diminta untuk menggambar dan menilai diharapkan
akan ditemukan hal-hal yang menonjol yang mendasari subjek dalam
memberikan penilaian terhadap gambar. Hal-hal yang menonjol tersebut juga
E. Metode Pengambilan Data
Langkah – langkah yang dilakukan peneliti sebelum melakukan
pengambilan data adalah sebagai berikut :
1. Penetapan Tujuan MDS
a. Memilih objek-objek yang akan dievaluasi
Penulis menggunakan gambar-gambar tes DAP sebagai objek
yang akan dievaluasi.
b. Memilih menggunakan data kemiripan atau pilihan
Penulis menggunakan data kemiripan karena penulis akan melihat
kemiripan-kemiripan atribut dari perbandingan gambar-gambar
tes DAP. Atribut yang dimaksud di sini adalah deskripsi bagian
pada interpretasi tes DAP.
c. Memilih menggunakan analisis agregat atau disagregat
Penelitian ini menggunakan analisis agregat karena fokus
penelitian adalah untuk mencari tahu keseluruhan penilaian
terhadap gambar-gambar tes DAP dan dimensi-dimensi yang
2. Membuat Desain Penelitian MDS
a. Memilih akan Menggunakan Pendekatan Dekomposisional atau
Komposisional
Penelitian ini menggunakan pendekatan dekomposisional karena
subjek tidak menggunakan atribut dalam melakukan penilaian
terhadap gambar – gambar tes DAP.
b. Menggunakan Metode Metrik atau Non Metrik
Penelitian ini menggunakan metode non metric karena data yang
digunakan bersifat ordinal.
c. Menentukan akan Menggunakan Data Kesamaan atau Pilihan
Penelitian ini menggunakan data kesamaan dari perbandingan
pasangan – pasangan gambar tes DAP yang sudah ditentukan
peneliti.
Metode pengambilan data dilakukan selama 5 hari. Pada hari
pertama, 20 subjek diminta untuk mengerjakan tes DAP. Pada hari kedua
hingga kelima, 20 subjek yang mengerjakan tes DAP tersebut diminta
untuk memberikan penilaian kedekatan antara satu figur dengan figur yang
lain yang diperoleh dari tes DAP. Penilaian kedekatan diberikan dalam
bentuk skala (skala 1 – 5, 1 berarti kedekatan dua objek yang
dibandingkan semakin besar atau semakin banyak kemiripannya,
kemiripannya). Pencatatan hasil perbandingan dilakukan secara manual
pada tabel perbandingan (Lampiran 2).
F. Analisis Data
Respon yang didapatkan akan dianalisis menggunakan teknik MDS
dengan bantuan SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version. Pertama, hasil
skor yang dicatat secara manual tadi dimasukkan ke dalam perceptual map,
kemudian langkah yang kedua adalah menentukan jumlah dimensi dalam
perceptual map, dan ketiga, dilakukan interpretasi hasil perceptual map.
Interpretasi hasil perceptual map dilakukan dengan memberikan label
terhadap dimensi-dimensi yang sudah ditemukan. Cara memberikan label
terhadap dimensi-dimensi tersebut adalah dengan melihat posisi dan jarak
gambar-gambar tes DAP bagian torso. Semakin dekat jarak antar gambar
menunjukkan gambar tersebut memiliki kemiripan dan begitu pula sebaliknya.
Peneliti melihat hal-hal menonjol yang mendasari kemiripan dan perbedaan
gambar. Hal itulah yang akan dinamakan dengan dimensi. Setelah itu, peneliti
melakukan tiga kali pengecekan untuk menjaga objektivitas interpretasi
31
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15-18, 22 Maret 2011.
Pengambilan data dilakukan dengan meminta 20 subjek mengerjakan tes
DAP. Selanjutnya, subjek diminta untuk membandingkan 20 gambar yang
ada. Subjek hanya diminta untuk membandingkan gambar bagian torso saja.
Pada tanggal 15 Maret 2011, 20 subjek diminta untuk mengerjakan tes DAP,
lalu 4 subjek diminta membandingkan gambar. Pengambilan data dilakukan
selama 5 jam. Pada tanggal 16 Maret 2011, 5 subjek berikutnya diminta
untuk membandingkan gambar. Pengambilan data dilakukan selama 4 jam.
Pada tanggal 17 Maret 2011, 4 subjek diminta membandingkan gambar.
Pengambilan data dilakukan selama 3 jam. Pada tanggal 18 Maret 2011, 4
subjek berikutnya diminta membandingkan gambar. Pengambilan data juga
berlangsung selama 3 jam. Lalu pada hari terakhir yaitu pada tanggal 22
Maret 2011, 3 subjek terakhir diminta pula untuk membandingkan gambar.
Pengambilan data berlangsung selama 2 jam.
Pengambilan data yang dilakukan menghasilkan 3800 skor
perbandingan gambar dengan masing-masing subjek sebanyak 190 skor
perbandingan. Pencatatan skor tersebut dilakukan secara manual pada tabel
skor (terlampir). Hasil skor pada tabel kemudian dimasukkan ke dalam
menggunakan MDS. Setelah didapatkan perceptual map, peneliti
menentukan jumlah dimensi yang ditemukan dan kemudian dilakukan
interpretasi terhadap dimensi yang sudah ditemukan dalam perceptual map
dengan cara memberikan label pada dimensi tersebut. Cara yang digunakan
peneliti untuk menjaga objektivitas interpretasi adalah dengan melakukan
pengecekan interpretasi sebanyak tiga kali.
Kesulitan yang dialami dalam penelitian ini adalah
mempertahankan subjek untuk tetap mau datang lagi untuk membandingkan
gambar-gambar, terutama subjek mendapatkan jadwal di hari lain setelah
dilakukan pengetesan DAP. Hal itu diatasi dengan cara memberikan jadwal
terlebih dahulu kepada subjek. Jika subjek tidak bisa hadir pada jadwal itu
maka peneliti mengganti jadwal dengan menyesuaikan waktu kosong yang
subjek miliki. Selain itu, kesulitan yang dialami adalah untuk tetap
mempertahankan konsentrasi subjek dalam membanding-bandingkan
gambar. Cara yang digunakan untuk mengatasi ini adalah dengan
memberikan gambaran tentang apa yang akan subjek lakukan dan
memberitahukan kepada subjek bahwa pengambilan data akan dilakukan
dalam proses yang cukup lama sehingga subjek diminta untuk mengambil
B. Hasil Penelitian
Pertama, data dikumpulkan dengan mencari 3800 skor perbandingan
gambar dari 20 subjek. Selanjutnya, data yang telah diperoleh dianalisis
menggunakan MDS dengan bantuan Software Statistical Package for Social
Sciences(SPSS) versi 15,0 for Windows.
1. Banyaknya Dimensi
Dimensi yang paling banyak dapat dihasilkan dari data 20 subjek
tersebut adalah 19 dimensi, sedangkan dimensi paling sedikit yang
dapat dihasilkan yaitu 2 dimensi.
Analisis data memberikan hasil sebagai berikut:
Dari gambar 1 di atas, peneliti memutuskan untuk menggunakan 4
dimensi dari 19 dimensi yang ada. Keputusan tersebut didasarkan atas
asumsi bahwa MDS adalah solusi terbaik pada scree plot adalah dimensi
yang dekat dengan dimensi-dimensi yang memiliki selisih nilai stress yang
tidak begitu signifikan (monotonically increasing line) (Wicklmaier, 2003).
Pada grafik di atas, nilai stress antara dimensi 2 sampai dimensi 18 memiliki
selisih perubahan yang tidak begitu signifikan. Nilai stress dimensi 2 sampai
dimensi 18 disajikan dalam tabel sebagai berikut:
Tabel 1.
Nilai Stress dimensi 2 sampai dimensi 18
No. Dimensi Normalized Raw Stress
2. Interpretasi Dimensi
Data penyebaran skor pada 4 dimensi yang akan dianalisis, dimasukkan ke
dalam perceptual map sebagai berikut:
Gambar 2. Perceptual Map Dimensi 1 dan 2
a. Dimensi 1
Gambar 2 di atas merupakan perceptual map dari dimensi
1 dan dimensi 2. Misalnya pada dimensi 1, gambar 13 dan gambar
20 memiliki jarak yang dekat. Hal itu menunjukkan bahwa antara
gambar 5 dan gambar 20 terdapat kemiripan. Kemiripan dari gambar
tersebut dapat dilihat juga kemiripan yang muncul di antara gambar 2
dan gambar 11 adalah bentuk bahu dan lebar bahu. Selain itu,
gambar 4 dan gambar 9 memiliki kemiripan pada bentuk bahu dan
lebar bahu. Pada gambar 2 dan gambar 19 ada kemiripan pada
bentuk bahu, lebar bahu, dan bentuk torso. Gambar 3 dan gambar 17
memiliki kemiripan gambar pada bentuk bahu, bentuk lengan, dan
bentuk tangan. Sedangkan pada gambar 1 dan gambar 7, kemiripan
gambar yang muncul adalah bentuk bahu, posisi tangan, dan bentuk
torso. Pada dimensi 1, gambar-gambar yang tidak memiliki
kedekatan juga memiliki perbedaan pada bentuk bahu. Misalnya saja
gambar nomor 9 dan 20 memiliki bentuk bahu yang berbeda. Oleh
karena itu, peneliti mengambil kesimpulan untuk memberikan label
bentuk bahu pada dimensi 1. Kontinum pada dimensi bentuk bahu
bergerak dari bentuk bahu persegi sampai bentuk bahu yang
melengkung.
Gambar 3. Contoh kontinum gambar pada dimensi bentuk bahu
b. Dimensi 2
Selanjutnya, gambar-gambar yang memiliki kedekatan pada
dimensi 2 adalah gambar nomor 2 dan 9. Gambar nomor 2 dan 9
memiliki kemiripan pada bentuk badan dan ketebalan garis. Selain
itu, pada gambar nomor 3 dan 4, kemiripan yang muncul adalah
bentuk badan dan garis pinggang. Begitu pula pada gambar nomor 5
dan 7, kemiripan yang muncul adalah bentuk badan, kerah baju, garis
pinggang, dan pengulangan garis. Pada gambar nomor 7 dan 14
terdapat kemiripan pada bentuk badan. Gambar nomor 11 dan 12
memiliki kemiripan pada bentuk badan, ketebalan garis, dan
pengulangan garis. Pada dimensi 2, gambar-gambar yang tidak
memiliki kedekatan juga memiliki perbedaan bentuk badan.
Misalnya saja gambar nomor 10 dan 12 memiliki bentuk badan yang
berbeda. Oleh karena itu, peneliti mengambil kesimpulan untuk
memberikan label bentuk badan untuk dimensi 2. Kontinum dimensi
bentuk badan bergerak dari bentuk badan yang mengecil sampai
bentuk badan yang lebar.
Gambar 5. Perceptual Map Dimensi 3 dan 4
c. Dimensi 3
Gambar 3 di atas merupakan perceptual map dari dimensi 3
dan 4. Pada dimensi 3 dalam perceptual map, gambar nomor 10 dan
11 memiliki kemiripan pada bentuk bahu, aksesoris tambahan yang
dipakai, dan kualitas garis. Pada gambar nomor 15 dan 19 terdapat
kemiripan pada bentuk bahu, panjang lengan, pengulangan garis, dan
kualitas garis. Gambar nomor 8 dan 9 juga terlihat memiliki
kedekatan dalam perceptual map. Kemiripan yang terdapat pada
gambar nomor 4 dan 12 kemiripan yang muncul adalah bentuk bahu,
motif baju, posisi tangan, pengulangan garis, dan kualitas garis. Pada
dimensi 3, gambar-gambar yang tidak memiliki kedekatan juga
memiliki perbedaan pada kualitas garis. Misalnya gambar nomor 7
dan 20 memiliki kualitas garis yang berbeda. Oleh karena itu,
peneliti mengambil kesimpulan untuk memberikan label kualitas
garis pada dimensi 3. Kontinum dimensi kualitas garis bergerak dari
garis yang tipis menjadi garis yang semakin tebal
Gambar 6. Contoh kontinum gambar pada dimensi kualitas garis
d. Dimensi 4
Gambar-gambar yang memiliki kedekatan pada dimensi 4
misalnya gambar nomor 1 dan 5. Kemiripan yang muncul pada
gambar nomor 1 dan 5 adalah bentuk bahu, posisi lengan, dan
tekanan garis. Selain itu, gambar nomor 3 dan 9 memiliki kemiripan
pada bentuk bahu, kerah baju, kancing baju, ikat pinggang, jari yang
digambar, dan posisi lengan. Selanjutnya, pada gambar nomor 4 dan
nomor 1 dan 10 memiliki kemiripan pada posisi lengan dan
pengulangan garis. Sedangkan pada gambar nomor 7 dan 8 terdapat
kemiripan pada aksesoris, bentuk bahu, kancing baju, dan posisi
lengan. Pada dimensi 4, gambar-gambar yang tidak memiliki
kedekatan juga memiliki perbedaan pada posisi lengan. Misalnya
gambar nomor 2 dan 10 memiliki posisi lengan yang berbeda. Oleh
karena itu, peneliti mengambil kesimpulan untuk memberikan label
posisi lengan pada dimensi 4. Kontinum dimensi posisi lengan
bergerak dari posisi lengan yang dilipat ke belakang badan sampai
posisi lengan yang terbuka.
C. Pembahasan
1. Banyaknya Dimensi
Dari hasil penelitian, peneliti memutuskan untuk menggunakan 4
dimensi dari 19 dimensi yang ada pada gambar tes DAP bagian torso.
Keempat dimensi tersebut adalah bentuk bahu, bentuk badan, kualitas
garis, dan posisi lengan.
2. Interpretasi Dimensi
a. Bentuk bahu
Bentuk-bentuk bahu yang ditemukan dalam perceptual map
adalah bahu yang berbentuk persegi (seperti pada gambar nomor
5, 6, 7, 11, dan 12 terlampir), bahu yang melengkung (seperti pada
gambar nomor 8, 9 dan 19, terlampir), bahu yang tidak seimbang
(seperti pada gambar nomor 3 dan 17, terlampir). Bentuk bahu
persegi dan bahu yang tidak seimbang merupakan kriteria yang
telah ada pada penilaian tes DAP sebelumnya (Machover, 1987;
Universitas Muhammadiyah Malang; Universitas Katolik
Soegijapranata, 1998). Bentuk bahu yang melengkung belum ada
dalam kriteria penilaian tes DAP sebelumnya.
b. Bentuk badan
Bentuk-bentuk badan yang ditemukan pada perceptual map
adalah bentuk badan yang mengecil (pada gambar nomor 2 dan 9,
14, terlampir). Bentuk badan yang mengecil dan bentuk badan
yang lebar merupakan kriteria yang sudah ada pada penilaian tes
DAP sebelumnya (Machover, 1987; Universitas Muhammadiyah
Malang; Universitas Gadjah Mada, 1996; Universitas Katolik
Soegijapranata, 1998).
c. Kualitas garis
Kualitas garis yang muncul pada perceptual map adalah garis
yang tebal (pada gambar nomor 8, 9, 10, 11, dan 19) dan garis
yang tipis (pada gambar nomor 3, 4, dan 15). Garis yang tebal dan
garis yang tipis merupakan kriteria yang ada pada dimensi kualitas
garis pada penilaian tes DAP sebelumnya (Machover, 1987;
Universitas Muhammadiyah Malang; Universitas Gadjah Mada,
1996; Universitas Katolik Soegijapranata, 1998).
d. Posisi lengan
sebelumnya, kriteria yang ada adalah lengan dilipat ke belakang
badan (Universitas Muhammadiyah Malang, Universitas Gadjah
D. Keterbatasan Penelitian
1. Subjek dalam penelitian ini masih tergolong sangat sedikit.
2. Hasil penelitian tidak bisa digeneralisasikan.
3. Interpretasi pemberian label terhadap suatu dimensi hanya dilakukan
oleh peneliti saja.
4. Interpretasi pemberian label terhadap suatu dimensi tidak dilakukan
terpisah antara gambar subjek laki-laki dan gambar subjek
perempuan.
5. Pada penelitian ini, proses validasi tidak dilakukan.
6. Dalam melakukan perbandingan gambar, subjek tidak memberikan
pendapat tentang bagian gambar mana yang dianggap memiliki
kemiripan sehingga interpretasi pemberian label terhadap suatu
44
BAB V
KESIMPULANDAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Jumlah dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes
DAP adalah 4 dimensi.
2. Dimensi-dimensi yang ditemukan tersebut adalah bentuk bahu (bahu
yang persegi, bahu yang tidak seimbang, dan bahu yang melengkung),
bentuk badan (badan yang mengecil dan badan yang lebar), kualitas
garis (garis yang tebal dan tipis), dan posisi lengan (lengan yang dilipat
ke belakang badan dan lengan yang terbuka).
3. Kriteria bentuk bahu yang melengkung dan posisi lengan yang terbuka
belum terdapat pada kriteria penilaian tes DAP sebelumnya.
B. Saran
1. Bagi peneliti selanjutnya
a. Pada penelitian berikutnya diharapkan ada penambahan jumlah
subjek karena subjek penelitian ini masih tergolong sangat sedikit.
b. Pada penelitian berikutnya, interpretasi terhadap hasil penelitian
diharapkan dapat dilakukan oleh beberapa orang.
c. Pada penelitian berikutnya diharapkan interpretasi pemberian label
terhadap suatu dimensi dilakukan terpisah antara gambar subjek
d. Pada penelitian berikutnya diharapkan dapat dilakukan proses
validasi.
e. Pada penelitian berikutnya diharapkan subjek juga memberikan
pendapatnya tentang bagian gambar mana yang dianggap memiliki
kemiripan dalam melakukan perbandingan gambar sehingga
interpretasi pemberian label terhadap suatu dimensi menjadi lebih
objektif.
f. Peneliti berikutnya diharapkan untuk bisa menggunakan metode
analisis data kuantitatif lain yang dapat mengakomodasi subjek
46
DAFTAR PUSTAKA
Abt, L. E., & Bellak,L. (1959). Projective Psychology : Clinical
Approaches to The Total Personality. New York : Grove Press.
Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological Testing 7th ed. New
Jersey : Prentice Hall.
Cohen, R. J., Swerdlik, M E. (2005). Psychological Testing and
Assessment: An Introduction to Tests and Measurement 6th ed. New
York : Mc Graw – Hill.
Fakultas Psikologi. (1998). Manual Tes Grafis : Psikodiagnostik IV.
Semarang : Universitas Soegijapranata.
Fakultas Psikologi. Proyeksi Kepribadian Tes Grafis : Suatu Metode
Analisa Kepribadian. Malang : Universitas Muhammadiyah Malang.
Fakultas Psikologi. (1996). Test Grafis. Yogyakarta : Universitas Gajah Mada.
Gregory, R. J. (1996). Psychological Testing : History, Principles, and
Applications 2nd ed. USA : Allyn and Bacon.
Hair, Jr., Anderson, R. E., Tatham, R. L., Black, W. C. (1998).
Multivariate Data Analysis 5th ed. New Jersey : Prentice Hall.
Kniel, A., & Kniel, C. (2008). The Draw a Person Test for Ghana. Ghana :
University of Education, Winneba. Diunduh dari
http://www.ghanaproject.de pada tanggal 3 Agustus 2010
Kubierske, Francoise. (2008). The Usefulness of The Draw – A – Person :
Screening Procedure for measuring Emotional Disturbance (DAP : SPED) in South African Children, 33 – 34. South Africa :
University of Johannesburg. Diunduh dari
http://ujdigispace.uj.ac.za pada tanggal 3 Agustus 2010.
Machover, K. (1987). Personality Projection in The Drawing of The
Human Figure : A Method of Personality Investigation 6th ed. (Alih
Urban, W. H. (1968). The Draw – A – Person: Catalogue for Interpretative Analysis. California : Western Psychological Services.