i
APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING
PADA GAMBAR TES DAP
Skripsi
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi
Program Studi Psikologi
Oleh:
Valentina Widyawati Ubasisa
NIM: 07 9114 044
PROGRAM STUDI PSIKOLOGI
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
Setiap sakit akan meninggalkan luka, meninggalkan jejak
yang kadang dengan senang tetap bercokol di sudut ruang
bernama hati
Hidup memang tidak melulu mengurusi masalah hati, tapi
hidup tak akan tenang bila hati dirundung resah
Dan mengobati luka bukan melulu mencari obat hingga ke
ujung dunia, tapi juga tentang penerimaan diri akan luka
yang ada
v Karya ini kupersembahkan kepada
vii
APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING
PADA GAMBAR TES DAP
Valentina Widyawati Ubasisa
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui banyak dimensi dan deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes DAP. Variabel dalam penelitian ini adalah data kemiripan (similarity data) terhadap gambar DAP. Subjek dalam penelitian ini adalah 20 orang mahasiswa. Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan tes DAP dan subyek diminta untuk memberikan penilaian kemiripan terhadap pasangan – pasangan gambar dari hasil tes DAP. Penilaian kemiripan dicatat secara manual dalam tabel skor. Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis multidimensional scaling yang dibantu dengan Software Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 15,0 for Windows Evaluation Version. Hasil analisis menunjukkan terdapat 4 dimensi, yaitu posisi kaki yang rapat hingga terbuka, bentuk sepatu yang sederhana hingga detil, kualitas garis yang tebal hingga sedang, dan telinga yang ditekankan hingga tidak ditekankan.
viii
APLICATION OF MULTIDIMENSIONAL SCALING ON HUMAN FIGURE DRAWING OF DRAW A PERSON TEST
Valentina Widyawati Ubasisa ABSTRACT
This study aims to determine how many dimensions and the description of every dimension which can be found from a Draw – a – Person Test. The variable in this study is the similarity data from Draw – a – Person Test. The subjects of this study are twenty university student. The collecting data in this study done by gave Draw – a – Person Test to the subjects and asked them to gave a similarities judgment to each pairs of human drawing. The evaluation of similarity data written manually on the score table. Method of data analysis used in this study is multidimensional scaling analysis aided by Software Statistical Package for Social Sciences (SPSS) version 15.0 for Windows Evaluation Version. The analysis showed four dimensions which are position of feet which are close to open, shape of shoes which are simple to detail, quality of line which are thick to moderate, and ears which are emphasize to not emphasized.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
limpahan berkat dan rahmatnya kepada penulis sehingga penulis dapat
menyelesaikan skripsinya dengan judul “Aplikasi Multidimensional Scaling pada
Gambar Tes DAP”. Penulisan ini diajukan untuk memenuhi salah satu syarat
kelulusan di Fakultas Psikologi Universitas Sanata Dharma.
Terselesaikannya penulis ini tentu tak lepas dari segala dukungan orang –
orang disekitar penulis. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis
mengucapkan terimakasih kepada :
1. Ibu Dr. Ch. Siwi Handayani, M.Si., selaku Dekan Fakultas Psikologi.
2. Bapak Agung Santoso, S.Psi., M. A., selaku dosen pembimbing skripsi
yang telah meluangkan waktu, tenaga, serta pikiran untuk membimbing
penulis sejak awal mempelajari topik yang penulis pilih hingga skripsi ini
terselesaikan.
3. Ibu Dr. Tjipto Susana, M.Si. dan Bapak Victorius Didik Suryo Hartoko,
S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dan kritik
terhadap skripsi ini.
4. Bapak Victorius Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si. dan Ibu MM Nimas
Eki S., S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik di Fakultas
Psikologi.
5. Dosen – dosen Fakultas Psikologi, terima kasih atas segala ilmu dan
xi
6. Karyawan Fakultas Psikologi Mas Muji, Mas Doni, Mas Gandung, Mbak
Nanik, dan Pak Giek, terimakasih atas segala bantuan dan sambutan yang
hangat selama proses perkuliahan.
7. Mami & Papi yang tiada henti mengirimiku doa, kepercayaan, semangat
dan dukungan untuk menyemangatiku menyelesaikan satu tahap
perkembangan pendidikanku :*
8. Untuk mbah putri, bulek dwi, dan encin yang setia mendengarkan keluh
kesahku dan tiada hentinya menyemangatiku.
9. Untuk dua saudaraku, Bapung dan Gendon yang telah lulus dan
memperoleh hasil yang luar biasa sehingga membuatku tak ingin kalah
dari kalian.
10.Untuk sahabat kecilku, Yusti, yang selalu menyediakan telinga untuk
mendengarku, menyediakan pundak untukku menangis. Terima kasih telah
setia menjadi sahabatku selama bertahun – tahun. Ayo, jangan jadikan
skripsi sebagai hobi! I know you can make it,dear
11.Untuk para sahabat yang setia, wini, ika, reni, ayu, putu, adel, emak, oi,
ulin, nindya, damar, devi, david, gesti, terimakasih atas persahabatan yang
indah. U’re totally awesome!!! \^_^/
12.Untuk pulgoso, terimakasih mau mendampingiku, menyemangatiku,
memarahiku, dan tiada henti mengingatkanku pada tujuanku. Entah berapa
lama kita bisa bersama, yang pasti setiap hari tiada pernah ku berhenti
bersyukur bisa memilikimu saat ini. Terimakasih pula karna kau meyakini
xii
13.Untuk raksasaku, yang datang tiba - tiba, yang jarang sekali ada namun
selalu ingin dianggap ada. Terimakasih mengingatkanku pada kewajiban
utamaku. Semoga Tuhan selalu mendampingimu dimana pun kau berada.
Basmi para penjahat itu,raksasaku! Jadikan negeri ini aman kembali ^_^
14.Untuk bang Indra Dwiyatmoko dan bang Nova, yang dengan sabar
mendengarkan keluh kesahku. Thank you so much,bang
15.Untuk bang Theo yang selalu mengingatkanku untuk berdoa, dan teman
menggila. U’re so silly, brotha! Semoga proyek “Joje dan Rena” dapat
segera kukerjakan setelah ini, and what about our secret project? Let me
think about it, first, brotha ^_^
16.Untuk Pak Arta, Bu Arta, Ranjip, Andin, mbak Dewi, mbak Erna, mbak
Arga, mbak Ratna, mbak Fifi, mbak Catur terimakasih atas dukungan
selama ini.
17.Untuk rekan – rekan ikastarans dan ngerumpi.com terimakasih atas
pertemanan yang indah
18.Untuk ia dan dia yang pernah menawarkan persahabatan yang indah
namun kemudian menjadikannya sangat complicated. Terimakasih, telah
memberiku pelajaran yang sungguh sangat luar biasa dan tak kan pernah
terlupa. Terimakasih atas tawa serta duka yang pernah kalian hadirkan.
19.Tak lupa penulis juga berterimakasih kepada semua pihak yang telah
xiii
Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu, dengan senang hati, penulis akan menerima setiap saran dan
kritik terhadap skripsi ini. Akhir kata, semoga skripsi ini memberikan
manfaat bagi pembaca
xiv DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN MOTTO ... iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
ABSTRAK ... vii
ABSTRACT ... viii
PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... ix
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xiv
DAFTAR TABEL ... xvii
DAFTAR GAMBAR ... xviii
BAB I. PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan ... 5
D. Manfaat ... 5
1. Manfaat teoritis ... 5
2. Manfaat praktis ... 6
xv
A. DAP ... 7
1. Sejarah Tes DAP ... 7
2. Prosedur Administrasi Tes DAP ... 9
3. Cara Interpretasi ... 10
B. MDS ... 21
1. Pengertian MDS ... 21
2. Tahap – Tahap yang Digunakan dalam MDS ... 22
C. KERANGKA PENELITIAN ... 29
D. PERTANYAAN PENELITIAN ... 30
BAB III. METODE PENELITIAN ... 31
A. Jenis Penelitian ... 31
B. Identifikasi Variabel ... 31
C. Definisi Operasional ... 31
D. Subyek Penelitian ... 32
E. Metode Pengambilan Data ... 32
F. Metode Analisis Data ... 34
BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 35
A. Pelaksanaan Penelitian ... 35
B. Hasil Penelitian ... 36
C. Pembahasan ... 44
D. Keterbatasan Penelitian ... 46
BAB V. PENUTUP ... 47
xvi
B. Saran ... 47
DAFTAR PUSTAKA ... 49
xvii
DAFTAR TABEL
xviii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Scree Plot Dimensi 2 sampai 19 ... 37
Gambar 2 Perceptual Map Dimensi 1 dan 2 ... 38
Gambar 3 Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Posisi Kaki ... 39
Gambar 4 Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Bentuk Sepatu ... 40
Gambar 5 Perceptual Map Dimensi 3 dan 4 ... 41
Gambar 6 Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Kualitas Garis ... 42
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tes grafis merupakan salah satu tes yang masih digunakan, baik di
Indonesia maupun di negara – negara lain (Lubin, Larsen, & Matarazzo
dalam Gregory, 1996; Watkins, Campbell, Neiberding, & Halmark;
Piotrowski & Zalewski dalam Lilienfeld, Wood, & Garb, 2000), meskipun
secara global, penggunaan tes grafis masih dipertanyakan. Keraguan
penggunaan tes grafis muncul karena adanya ketidakjelasan validitas alat tes
tersebut. Namun demikian, alasan yang mendasari tetap digunakannya alat
tes grafis adalah kemampuannya mengungkap hal – hal yang tidak dapat
dingkap alat tes lain (Lindzey dalam Lilienfeld et al., 2000). Contohnya, tes
grafis dapat mengungkap secara global gangguan emosi pada anak (Thomas
& Jolley, 1998).
Ada tiga jenis tes yang termasuk dalam tes grafis, yaitu BAUM (Tree
Drawing Test), Draw – a – Person (DAP), dan House Tree Person (HTP). Tes
grafis ini menggunakan teknik proyeksi yang memiliki asumsi bahwa
seseorang akan memproyeksikan kebutuhan – kebutuhan dan tekanan –
tekanan yang dihadapinya sebagai respon akan stimulus yang diberikan dalam
tes (Bellak, dalam Abt & Bellak,1959). BAUM merupakan tes grafis yang
dapat memberi gambaran tentang “the being of the person”. HTP lebih
menggambarkan impuls – impuls, kecemasan – kecemasan, konflik – konflik,
dan ciri – ciri kompensatoris individu (“Proyeksi Kepribadian Tes Grafis:
Suatu Metode Analisa Kepribadian”).
DAP lebih banyak memberikan gambaran individual seseorang
dibandingkan dengan dua tes grafis lainnya. Gambaran individual seseorang
yang dapat diperoleh dari Baum adalah gambaran sikap individu saat
melakukan kontak dengan dunia luar, gambaran dari HTP adalah gambaran
hubungan keluarga, sedangkan DAP mampu memberikan gambaran tentang
konsep diri, sikap individu terhadap lingkungan, gambaran diri ideal,
gambaran pengamatan individu terhadap lingkungan, gambaran kebiasaan
dalam hidup individu, gambaran keadaan emosi individu, gambaran sikap
individu terhadap tester dan situasi tes, gambaran sikap individu terhadap
kehidupan atau masyarakat pada umumnya, serta ekspresi sadar dan
ketidaksadaran individu (“Tes Grafis”,1996).
Tes DAP pertama kali dipopulerkan oleh Goodenough pada tahun 1926
dalam cabang kognitif karena menemukan adanya relasi antara perubahan
gambar anak – anak dengan kemampuan kognitif mereka (Goodenough,
dalam Kubierske, 2008). Pada tahun 1963, dilakukan revisi terhadap DAP
oleh Harris, sehingga nama tes tersebut berubah menjadi Goodenough –
Harris Drawing Test (GHDT) (Harris, dalam Kubierske,2008). Pada
perkembangannya, DAP tidak hanya berkembang dalam cabang kognitif,
diantara peneliti – peneliti lainnya yang mengembangkan DAP dalam cabang
proyektif (Kubierske, 2008).
Selama ini, penelitian – penelitian yang dilakukan terhadap tes DAP
menghasilkan kriteria penilaian dan interpretasi yang bersifat kualitatif
(Anastasi, 1988; Kubierske, 2008; Lilienfeld et al., 2000; “Projective
methods”, 1968 ). Hal tersebut menjadikan kriteria penilaian bersifat subjektif
(“Projective methods”, 1968).
Dengan adanya hal tersebut diatas, peneliti tertarik untuk mencoba
melakukan penelitian kuantitatif guna mencari kriteria penilaian DAP yang
objektif (“Projective methods”, 1968). Kriteria penilaian yang objektif
diharapkan dapat meningkatkan nilai validitas DAP, sehingga penilaian tes
DAP dapat memberikan prediksi psikologis yang lebih terpercaya. Penelitian
ini akan dilakukan dengan cara peneliti mencari dimensi – dimensi yang
mempengaruhi seseorang dalam menggambar manusia yang akan
diidentifikasi menggunakan teknik Multidimensional Scaling (MDS).
Multidimensional Scaling (MDS) adalah sebuah teknik untuk
mengidentifikasi dimensi – dimensi dibalik respon – respon terhadap
sekelompok objek. Respon yang diberikan berupa penilaian kedekatan suatu
objek dengan objek lainnya. Hasil dari respon – respon tersebut selanjutnya
dimasukkan perceptual map. Perceptual map adalah gambaran visual dari
respon – respon individu terhadap suatu objek dalam dua atau tiga dimensi.
Dari perceptual map akan didapatkan dimensi – dimensi dibalik respon yang
muncul, serta hubungan antar dimensi (Hair, Anderson, Tatham & Black,
1998).
Teknik MDS tidak mengharuskan peneliti terlebih dahulu mencari atribut
– atribut yang digunakan subjek untuk memberikan penilaian. Teknik lain
yang mungkin digunakan adalah teknik analisis faktor (factor analysis) dan
analisis kelompok (cluster analysis), namun teknik ini mengharuskan peneliti
mencari atribut – atribut yang kiranya dipakai subjek untuk memberikan
penilaian, sehingga pengaruh peneliti sangatlah besar. Selain itu, teknik MDS
memandang individu sebagai sebuah unit analisis, sehingga penyelesaian
masalah dapat diberikan pada level individu. Hal tersebut tidak dapat
dilakukan dalam teknik analisis faktor (factor analysis) dan analisis kelompok
(cluster analysis) (Hair, dkk. 1998).
Penelitian ini merupakan bagian dari sebuah payung penelitian yang
dilakukan untuk mendapatkan dimensi – dimensi yang digunakan subjek
untuk membedakan satu gambar dengan gambar lainnya pada gambar DAP.
Payung penelitian tersebut terdiri dari tiga penelitian kecil. Penelitian
pertama, mencari dimensi dari bagian kepala, lalu penelitian kedua mencari
dimensi dari bagian torso, sedangkan penelitian ini mencari dimensi dari
seluruh bagian tubuh. Pembagian dilakukan karena sedikitnya jumlah gambar
yang akan dievaluasi. Hal ini dikarenakan evaluasi gambar – gambar DAP
akan dilakukan dengan membandingkan gambar – gambar tersebut satu lawan
satu. Ini berarti banyaknya evaluasi akan menjadi sangat banyak dengan
akan menimbulkan kelelahan subjek yang dapat mengacaukan penilaian. Ini
akan mengakibatkan data yang diperoleh menjadi kurang akurat. Dengan
memilah penilaian menjadi 3 bagian, peneliti dapat melihat variasi – variasi
yang ada pada tiap bagian. Hasil yang didapatkan dalam penelitian ini
merupakan langkah awal untuk mendapatkan kriteria tes DAP yang lebih
objektif.
B. Rumusan Masalah
1. Berapa banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar yang
dihasilkan dari tes DAP?
2. Bagaimana deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang
dihasilkan dari tes DAP?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar
yang dihasilkan dari tes DAP
2. Untuk mengetahui deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar
yang dihasilkan dari tes DAP
D. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
Penelitian ini dapat memperkaya ranah Tes Grafis dengan
2. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu proses pencarian
7 BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DAP
1. Sejarah tes DAP
Teknik menggambar manusia mulai dikenal pada sekitar tahun
1800. Cooker dan Ricci adalah peneliti yang mengembangkan teknik
menggambar manusia karena mereka melihat gambar anak – anak berubah
seiring dengan perkembangan mereka (Naglieri, dalam Kubierske, 2008).
Goodenough mempopulerkan DAP pada tahun 1926 karena menemukan
adanya relasi antara perubahan gambar anak – anak dengan kemampuan
kognitif mereka (Goodenough, dalam Kubierske, 2008). Pada tahun 1963,
dilakukan revisi terhadap DAP oleh Harris, sehingga nama tes tersebut
berubah menjadi Goodenough – Harris Drawing Test (GHDT) (Harris,
dalam Kubierske,2008). Pada perkembangannya, DAP tidak hanya
berkembang dalam cabang kognitif, tetapi juga dalam cabang proyektif.
Machover dan Koppitz adalah dua diantara peneliti – peneliti lainnya yang
mengembangkan DAP dalam cabang proyektif (Kubierske, 2008).
Dasar asumsi gambar manusia dijadikan alat untuk mengukur
kemampuan kognitif anak adalah perubahan yang terjadi pada gambar
anak – anak, baik perempuan maupun laki – laki, menggambarkan
perkembangan kompleksitas kognitif atau kematangan intelektual yang
(Harris dalam Kniel & Kniel, 2008). Penelitian yang dilakukan Cox (1993)
terhadap gambar anak – anak di budaya barat mengkonfirmasi kebenaran
asumsi tersebut. Hasil penelitian menunjukkan adanya perkembangan dari
gambar manusia yang sederhana (hanya terdiri dari kepala dan dua tangan)
menjadi gambar yang lebih kompleks (proporsi dan bagian – bagian tubuh
digambar secara lebih realistis) (Cox dalam Kniel & Kniel, 2008). Dalam
Goodenough – Harris Drawing Test (GHDT), Harris mengkategorikan
perkembangan kognitif tersebut menjadi tiga, yaitu kemampuan untuk
menyadari, kemampuan abtraksi, serta kemampuan untuk
menggeneralisasi (Harris dalam Kniel & Kniel, 2008).
Pada perkembangannya, Machover mengembangkan DAP dalam
cabang proyektif (Kubierske, 2008). Machover juga meyakini dalam
proses menggambar manusia, individu dibimbing oleh persepsi bayangan
tubuh yang berkembang melalui pengalaman individu tersebut (Machover,
1965/1987), sehingga gambar manusia menjadi alat untuk
memproyeksikan segala macam impuls, kekhawatiran, konflik, serta
kompensasi yang menjadi karakteristik dari individu yang menggambar
(Machover dalam Cohen & Swerdlik, 2005).
2. Prosedur Administrasi Tes DAP
Teknik administrasi yang digunakan Tes DAP yaitu dengan cara
meminta subjek untuk menggambar orang . Subjek diberi kertas, yang
diutamakan Machover, dengan ukuran 8,5” X 11”, pensil HB, dan
penghapus karet. Instruksi yang diberikan adalah “Gambarlah orang”.
Selama proses menggambar tersebut tester melakukan observasi
pada subjek tanpa mengganggu proses berlangsungnya tes. Hasil
observasi kemudian dicatat tester pada sehelai kertas. Hal yang perlu
dicatat tester mencakup data pribadi subjek serta pertanyaan –
pertanyaan subjek sebelum menggambar, urutan bagian-bagian tubuh
yang digambar, komentar – komentar yang secara spontan dilontarkan
oleh subjek selama menggambar, dan figur jenis kelamin yang digambar
terlebih dahulu oleh subjek.
Ketika subjek masih memiliki waktu tes untuk menghasilkan dua
buah gambar, maka tester bertugas memberikan instruksi berikut
“Sekarang gambarlah pria” atau “sekarang gambarlah wanita”. Hal ini
berbeda apabila subjek hanya ada satu waktu untuk membuat satu
gambar, maka alangkah baiknya subjek menggambar figur yang sesuai
dengan jenis kelaminnya sendiri.
Pengalaman tester dalam memberikan instruksi akan
mempengaruhi subjek dalam memahami perintah pelaksanaan tes yang
disampaikan tester. Tester juga bertugas memberitahukan subjek bahwa
tidak ada hubungannya dengan keahlian menggambar. Hal ini dapat juga
disampaikan tester pada subjek dengan menggunakan kalimat :”Tugas
ini tidak ada hubungan dengan kemampuan menggambar. Saya tertarik
pada cara anda berusaha menggambar orang”. Jika subjek
menghilangkan suatu bagian penting dari tubuh gambarannya, maka
subjek dapat didorong untuk mencoba menggambar bagian tersebut
setelah tester mencatat bagian-bagian yang tidak digambar tersebut. Hal
ini bertujuan untuk melihat mengapa subjek tidak mau menggambar
bagian tersebut (Machover, 1965/1987).
3. Cara interpretasi
Interpretasi tes DAP didasari oleh metode – metode proyektif dari
analisis kepribadian dan teori psikoanalisis dalam konteks klinis. Asumsi
dasar di tes DAP adalah figur manusia yang digambar berhubungan erat
dengan impuls – impuls, kecemasan – kecemasan, konflik – konflik, dan
ciri – ciri kompensatoris individu yang bersangkutan. Asumsi dasar
tersebut telah terbukti berulang kali dalam pengalaman klinis.
Figur manusia yang digambar dianggap sebagai gambaran akan diri
subjek, sedangkan kertas yang digunakan dianggap sebagai lingkungan.
Hal ini terjadi karena, disadari atau tidak, ketika menggambar figur
manusia, seseorang dihadapkan pada masalah yang membutuhkan
kemampuan memproyeksikan diri ke dalam semua arti tubuh dan sikap –
itu, sebenarnya bukan menjadi masalah untuk melakukan interpretasi
secara bebas terhadap aspek – aspek yang seringkali mencerminkan
masalah – masalah riil dan tingkah laku dari individu yang menggambar.
Misalnya, tangan dikepalkan maka secara harfiah diartikan bahwa subjek
menyatakan pertertentangan.
Terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan saat melakukan
interpretasi. Pertama, aspek – aspek yang langsung berhubungan dengan
penampilan diri subjek. Aspek – aspek tersebut adalah ukuran figur,
penempatan di kertas, kecepatan gerakan grafis, tekanan, kepadatan dan
variasi garis yang digunakan, keurutan bagian – bagian yang digambar,
sikap mental (pendirian), penggunaan latar belakang, perluasan lengan ke
arah tubuh atau menjauhi tubuh, spontanitas ataupun kekakuan,
penggambaran figur secara profil atau pandangan menghadap ke muka.
Kedua, isi, yang mencakup detail – detail tubuh dan perlakuan pakaian,
diinterpretasi sesuai dengan arti fungsionalnya. Selanjutnya hal – hal yang
juga perlu diperhatikan adalah proporsi tiap bagian tubuh, kecenderungan
– kecenderungan ketidaklengkapan, jumlah detail dan daerah konsentrasi
detail, jumlah dan fokus penguatan, hapusan – hapusan dan perubahan –
perubahan grafis, taraf simetri, cara membuat garis tengah dan suasana
yang diekspresikan dalam wajah atau sikap figur (Machover, 1965/1987).
Kategori – kategori penilaian DAP yang lebih rinci adalah sebagai
a. Aspek – aspek yang langsung berhubungan dengan penampilan diri
subjek, meliputi :
1) Kesan Umum
Kategori – kategori penilaian pada bagian kesan umum
adalah gambar merupakan figur orangtua atau muda, aktif
atau pasif, kaku atau rigid, gambar lengkap atau tidak,
sederhana atau tidak, tampan atau tidak, sedih atau gembira,
kuat atau loyo, formal atau acak – acakan , agresif atau
pasif, gambar orang sedang duduk atau tiduran, serta
gambar orang seperti benda mati (“Tes Grafis”, 1996).
2) Lokasi Gambar
Kriteria – kriteria penilaian pada lokasi gambar figur adalah
di atas, di atas garis tengah bagi orang dewasa dan di atas
garis tengah bagi anak kecil, di tengah, di bawah atau di
dasar atau di bawah garis tengah, di kanan atau
kecenderungan ke kanan, di kanan atas, di kiri atau
cenderung ke kiri, serta di kiri bawah (“Tes Grafis”, 1996).
3) Garis
Penilaian terhadap garis meliputi garis yang konsisten, garis
yang kabur, garis yang tebal, garis yang tipis, tekanan yang
keriting patah berulang disertai tekanan ringan, garis seperti
gergaji, garis terdiri dari garis – garis dasar, koordinasi
yang jelek, garis yang tebal kotor shading berlebihan,
sketsa, dan gambar tidak lengkap (“Tes Grafis”, 1996).
4) Ukuran Gambar
Penilaian ukuran gambar meliputi gambar kecil, gambar
besar, gambar terdiri dari garis – garis dasar, dan gambar
tidak lengkap (Eriany, 1998).
b. Aspek isi
1) Kepala
Kriteria – kriteria penilaian pada bagian kepala adalah
kepala yang digambar tidak lengkap, kepala agak besar,
kepala terlalu besar, kepala yang digambar terakhir
(berdasarkan observasi), kepala yang digambar kabur,
gambar kepala besar pada jenis kelamin lain, bentuk yang
kurang tepat, serta kepala yang digambar aneh atau ganjil
(“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).
2) Rambut
Kriteria – kriteria peniliaian pada gambar rambut adalah
(gambar rambut terlalu ditonjolkan atau diberi perhatian
berlebihan), rambut yang ditekankan dengan shading,
rambut menyolok atau kacau (acak – acakan), rambut pada
bagian tengah (jambul), rambut yang diulang – ulang,
rambut putih pada pria, rambut pada wanita yang tidak ada
pada pria (rambut suri), penempatan rambut yang tepat,
rambut gondrong, rambut tipis atau tanpa tekanan,
jambang; kumis dan rambut – rambut lainnya, rambut pada
rahang, jenggot secara khusus meliputi jenggot yang seperti
janggut kambing, jenggot dengan tekanan shading, serta
jenggot atau jambang yang ditekankan (“Tes Grafis”, 1996;
Eriany, 1998).
3) Alis
Pada bagian alis, kriteria penilaian pada tes DAP adalah alis
tebal, alis teratur, alis terangkat keatas, dan alis dengan
garis hiasan (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).
4) Mata
Kriteria penilaian pada mata meliputi mata berbentuk
bulatan, mata berbentuk bulatan dengan tekanan terkatub,
mata terlalu kecil, mata terkatup, mata tidak melihat, mata
dan diberi tekanan, mata yang tajam; besar; disertai kepala
besar (pada wanita biasa), mata yang setengah tertutup,
mata digambar tanpa ada variasi (pada orang dewasa laki –
laki), mata yang diberi kacamata, mata yang sipit, mata
juling, mata yang kecil dengan lingkaran bola mata yang
besar, mata yang tidak digambar, mata membelalak, dan
mata kecil tidak sebanding (“Tes Grafis”, 1996; Eriany,
1998).
5) Hidung
Pada bagian hidung, penilaian diberikan pada hidung yang
tidak digambar (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).
6) Mulut
Kriteria penilaian pada bagian mulut adalah mulut besar
(ditonjolkan), mulut ditekankan, mulut tebal dan lurus,
mulut tebal dan melengkung pada gambar wanita (pria yang
menggambar), mulut bulat, mulut terbuka, mulut terkatub
(tertutup), mulut mencibir, mulut yang cekung lekuk, mulut
yang cupid ban, slash of mouth, mulut yang mengarah ke
atas, mulut yang giginya kelihatan, mulut yang tertawa
(dihilangkan), mulut yang melengkung seperti busur (“Tes
Grafis”, 1996; Eriany, 1998).
7) Telinga
Kriteria penilaian pada bagian telinga meliputi gambar
telinga yang diberi penekanan (pembesaran), telinga besar;
mulut lurus dan tebal, telinga lebar, telinga kabur atau tidak
jelas, telinga digambar akhir, dan telingan yang kurang
ditekankan (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).
8) Dagu
Kriteria penilaian pada bagian dagu meliputi gambar dagu
yang ditekankan, melebih – lebihkan dagu, perluasan dagu,
tekanan pada dagu (pada gambar seks lain), dan jakun
(Eriany, 1998).
9) Leher
Kriteria penilaian pada leher meliputi leher yang panjang
dan tipis (kurus), besar dan gemuk, satu dimensi,
menghilangkan pangkal leher, dan leher yang ditutupi
dengan dasi atau krah baju (“Tes Grafis”, 1996; Eriany,
10)Pundak
Kriteria penilaian pada pundak meliputi pundak yang lebar
dan besar, pundak yang sempit (kecil), pundak yang
persegi, pundak satu sisi tak seimbang dengan bagian lain,
pundak sering dihapus dan diulang, serta pundak dengan
proporsi dan bentuk yang bagus (“Tes Grafis”, 1996;
Eriany, 1998).
11)Lengan
Kriteria penilaian pada lengan meliputi lengan dan tangan
yang dihilangkan (terpotong / tertutup), lengan tidak
digambar sama sekali, lengan digambar tidak sesuai dengan
tangan, lengan dilipat (dimuka/sedakep), lengan dilipat
dibelakang, lengan pendek sekali, lengan yang kecil dan
tipis, lengan seperti sayap, lengan di belakang, lengan
dengan garis tebal, lengan yang luas atau tebal, lengan yang
panjang, lengan yang sangat panjang, lengan yang Nampak
meraih, garis lengan yang lansung dan lancar, dan lengan
yang nampak terulur (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).
12)Tangan dan Jari
Pada tangan dan jari kriteria penilaian terdiri dari tangan
jari yang digambar akhir, tangan yang masuk saku atau di
belakang, tangan yang bergaris tebal, tangan yang dekat
genital (digambar dekat genitalnya), tangan yang disertai
dengan jari – jari yang jelas (nampak garis – garis
lengkungnya), tangan disertai dengan senjata (pisau,dan
lain – lain), serta jari yang disertai dengan kuku (“Tes
Grafis”, 1996; Eriany, 1998).
13)Tubuh atau Torso
Pada bagian tubuh atau torso, kriteria penilaian meliputi
tubuh yang dihilangkan, tubuh yang panjang dan kecil,
failure to close (tidak sambung), tubuh yang sangat kecil,
tubuh yang sangat besar (lebar), serta tubuh yang digambar
dengan shading tebal pada jenis kelamin lain (“Tes Grafis”,
1996; Eriany, 1998).
14)Pakaian dan Dasi
Pada pakaian dan dasi, kriteria penilaian meliputi pakaian
yang digambar, pakaian yang terlalu lengkap, pakaian
minim sekali, gambar tidak jelas antara berpakaian atau
tidak, pada tambahan ornamen (dasi, kalung, dan lain –
lain), serta dasi yang ditekankan (“Tes Grafis”, 1996;
15)Perhiasan
Kriteria penilaian pada bagian perhiasan adalah perhiasan
ada secara mencolok (“Tes Grafis”, 1996).
16)Saku
Kriteria penilaian pada saku adalah bila saku ditekankan
(“Tes Grafis”, 1996).
17)Kancing baju
Kriteria penilaian pada bagian kancing saku meliputi
kancing saku di bawah garis tengah, kancing baju sangat
jelas atau menonjol atau ditekankan, serta kancing baju
dalam manset (“Tes Grafis”, 1996).
18)Ikat pinggang
Kriteria penilaian pada ikat pinggang adalah ikat pinggang
yang ditekankan dengan shading kuat, dan tanpa ikat
pinggang (“Tes Grafis”, 1996).
19)Pinggang
Pada bagian pinggang, kriteria penilaian meliputi pinggang
garis pinggang yang tidak jelas atau tidak tegas, serta
pinggang yang terputus (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).
20)Leg atau Paha
Kriteria penilaian pada bagian leg atau paha adalah leg
tanpa kaki, leg panjang dan besar, leg pendek, leg
terpentang, leg yang dicorat – coret, leg yang loyo, leg
dengan bayangan atau arsiran tebal, dan leg dan feet yang
digambar pertama (“Tes Grafis”, 1996; Eriany, 1998).
21)Lutut
Pada bagian lutut, kriteria penilaian meliputi lutut yang
ditekankan dan lutut yang digambar sangat teliti (“Tes
Grafis”, 1996; Eriany, 1998).
22)Kaki atau Feet
Kriteria penilaian pada bagian kaki atau feet adalah gambar
kaki secara simbol, kaki yang dihilangkan, kaki digambar
sangat kecil, kaki digambar sangat besar, kaki sangat
panjang, kaki sangat dipentingkan, kaki yang digambar
mengangkat tumit atau berjingkat, kaki digambar
bersilangan, kaki digambar sangat teliti, kaki digambar
telapak kaki yang kecil, kaki digambar terlalu pendek, kaki
ditonjolkan dengan memakai sepatu, kaki digambar
memakai sepatu yang terlalu besar, kaki yang digambar
belum selesai (misal, telapak kaki belum digambar), dan
ruas kaki digambar jelas (seperti gambar wayang) (“Tes
Grafis”, 1996; Eriany, 1998).
B. MDS (Multidimensional Scaling) 1. Pengertian MDS
Multidimensional scaling adalah teknik yang dapat
memvisualisasikan data kedekatan (proximity) yang dihasilkan
melalui penilaian kemiripan terhadap pasangan – pasangan objek
(Buja, Swayne, Littman, Dean & Hofmann, 2004). Sebagai contoh,
MDS sering digunakan dalam kasus marketing untuk
mengidentifikasi dimensi - dimensi pokok yang mendasari penilaian
konsumen terhadap suatu produk, pelayanan, atau perusahaan. Teknik
MDS dapat menduga apa sebenarnya dimensi-dimensi dasar dari
penilaian subjek terhadap kemiripan atau pilihan dari objek-objek
(Hair, dkk. 1998)
MDS dapat membantu menentukan (1) apa saja dimensi yang
digunakan subjek ketika menilai objek – objek, (2) berapa banyak
pentingnya hubungan dari masing-masing dimensi, dan (4) bagaimana
objek-objek tersebut berhubungan secara perseptual (Hair, dkk. 1998)
Tujuan dari MDS adalah untuk mengubah penilaian subjek
terhadap kemiripan atau pilihan ke dalam beberapa jarak yang
digambarkan dalam ruang multidimensional. MDS menghasilkan
perceptual map yang juga dikenal dengan spatial map dan digunakan
untuk menunjukkan posisi hubungan dari semua objek. MDS adalah
teknik yang didasarkan pada perbandingan dari objek-objek. Subjek
mungkin melihat perbandingan karakteristik fisik dari berbagai objek.
Selain itu subjek juga bisa membandingkan objek-objek dengan
melihat perbedaan atau merasakan perbedaan kualitas dari berbagai
objek (Hair, dkk. 1998).
2. Tahap-tahap yang digunakan dalam MDS
MDS dilakukan melalui beberapa tahap. Tahap – tahap di bawah
ini adalah tahap – tahap yang dirumuskan oleh Hair, dkk. (1998).
a. Penetapan tujuan MDS
MDS adalah cara yang paling tepat digunakan untuk mencapai
2 tujuan yaitu:
1)Mengidentifikasi dimensi-dimensi yang tidak dikenal yang
mempengaruhi tingkah laku seseorang.
2)Mendapatkan penilaian subjek terhadap perbandingan
Penetapan tujuan MDS tersebut bisa tercapai sesuai dengan
yang diharapkan jika 3 hal utama di bawah ini dilakukan
yaitu:
1)Memilih objek-objek yang akan dievaluasi
Peneliti harus menggunakan objek-objek yang bisa
dibandingkan dan memiliki hubungan. Jika objek-objek
yang dievaluasi tidak bisa dibandingkan (noncomparable),
peneliti berarti bukan hanya memaksakan untuk menduga
dimensi perseptual yang membedakan objek-objek yang
dapat dibandingkan, tetapi juga menduga dimensi-dimensi
yang membedakan objek-objek yang tidak dapat
dibandingkan. Dengan demikian, pertanyaan penelitian
tidak akan terjawab.
2) Memilih menggunakan data kemiripan atau pilihan
Selanjutnya peneliti harus memilih dasar dari penilaian
yang akan dilakukan yaitu berdasarkan kemiripan atau
pilihan. Dalam data kemiripan, subjek tidak menggunakan
aspek baik-buruk dalam menilai objek-objek sedangkan
data pilihan menggunakan aspek baik-buruk dalam
membandingkan objek-objek. Data kemiripan mewakili
kemiripan-kemiripan atribut dan dimensi perseptual dari
apa yang lebih dipilih individu dari objek-objek yang
dinilai.
3) Memilih menggunakan analisis agregat atau disagregat
Dalam mempertimbangkan apakah akan menggunakan
kemiripan atau pilihan, ada 2 cara analisis yang dapat
dilakukan yaitu analisis agregat dan disagregat. Dalam
analisis disagregat, peneliti menggunakan persepsi subjek
terhadap stimulus dan membuat output dari representasi
kedekatan stimulus dalam ruang multidimensional
sedangkan dalam analisis agregat, peneliti menghitung
rata-rata penilaian dari seluruh subjek dan mendapat satu
penyelesaian untuk satu kelompok yang terdiri dari subjek
– subjek secara keseluruhan.
Pilihan peneliti dalam menggunakan analisis
disagregat atau agregat didasarkan pada studi objektif. Jika
fokus penelitian adalah untuk mencari tahu keseluruhan
penilaian terhadap objek-objek dan dimensi-dimensi yang
mendasari penilaian tersebut, maka analisis agregat adalah
metode yang paling cocok. Tetapi jika fokus penelitian
adalah untuk mengetahui variasi diantara subjek – subjek,
maka pendekatan disagregat adalah pendekatan yang paling
b. Membuat desain penelitian MDS
Hal-hal yang harus dilakukan untuk membuat desain penelitian
MDS yaitu:
1)Memilih akan menggunakan pendekatan
dekomposisional atau komposisional
Dalam pendekatan dekomposisional, pengukuran dilakukan
meliputi semua kesan dan penilaian subjek terhadap
objek-objek kemudian mencoba untuk mendapatkan posisi-posisi
berjarak dalam ruang multidimensional yang merefleksikan
persepsi-persepsi subjek tersebut. Pendekatan
komposisional adalah pendekatan alternatif dengan
menentukan atribut terlebih dahulu kemudian meminta
subjek melakukan penilaian berdasarkan atribut yang telah
ditentukan tersebut.
2) Menggunakan metode metrik atau non metrik
Pada metode metrik, input data yang digunakan adalah data
yang bersifat interval dan ratio sedangkan pada metode non
metrik, input data yang digunakan adalah data yang bersifat
nominal dan ordinal.
3) Menentukan akan menggunakan data kemiripan atau
pilihan
Ketika pengumpulan data dilakukan dengan data
yang paling mirip dan tidak mirip dengan objek-objek
lainnya. Ada 3 cara yang bisa dilakukan untuk
mendapatkan persepsi subjek dalam data kemiripan,
diantaranya yaitu:
a. Perbandingan-perbandingan dari pasangan-pasangan
objek yang sudah ditentukan peneliti
b. Perbandingan-perbandingan dari pasangan-pasangan
objek yang ditentukan sendiri oleh subjek (subjek
bebas membuat pasangan-pasangan)
c. Menggunakan atribut tertentu untuk digunakan
sebagai dasar dalam subjek melakukan penilaian
Pada data pilihan, subjek melakukan penilaian terhadap
kesukaan terhadap pasangan-pasangan objek-objek. Ada 2
cara yang bisa dilakukan, diantaranya yaitu:
1. Subjek membuat tingkatan objek-objek dari objek
yang paling dipilih sampai objek yang paling tidak
dipilih.
2. Subjek diminta menunjukkan kemungkinan pasangan
c. Menentukan posisi objek di dalam peta perceptual
(perceptual map)
Setelah penilaian terhadap kemiripan-kemiripan dari
objek-objek tersebut didapatkan, kemudian data-data tersebut
dimasukkan dalam suatu ruang yang disebut peta perceptual
(perceptual map). Peta perceptual (perceptual map) juga dikenal
dengan peta spasial (spatial map) dan digunakan untuk
menunjukkan posisi hubungan dari semua objek.
d. Menentukan dimensi-dimensi dari peta perceptual
(perceptual map)
Berdasarkan kemiripan-kemiripan objek yang ada dalam peta
perceptual (perceptual map), kemudian hal yang dilakukan
selanjutnya adalah menentukan apa saja kira-kira dimensi yang
mendasari seseorang dalam melakukan penilaian terhadap
kemiripan – kemiripan objek – objek tersebut.
Cara menentukan banyaknya dimensi adalah dengan
melihat titik yang dekat dengan titik – titik yang memiliki
perubahan nilai stress yang tidak banyak (monotonically
increasing line) sehingga grafik yang terbentuk hampir
merupakan garis yang mendatar. Titik yang digunakan untuk
menentukan dimensi dalam scree plot sering disebut sebagai
d. Menginterpretasi hasil dari MDS
Setelah menentukan dimensi-dimensi dari peta perceptual
(perceptual map), hal selanjutnya yang dilakukan adalah
memberikan label / nama terhadap dimensi-dimensi yang sudah
ditemukan tadi. Ada 2 cara yang digunakan dalam memberikan
nama terhadap dimensi-dimensi yaitu dengan prosedur subjektif
atau prosedur objektif.
f. Validasi hasil MDS
Validasi dalam MDS merupakan suatu tahapan yang penting
layaknya teknik multivariat yang lain. Uji validasi MDS dapat
dilakukan dengan dua cara. Pertama adalah dengan
menggunakan split or multisample comparison, yaitu dengan
membagi dua data yang telah ada, atau mencari data baru,
kemudian mencari rerata dari perbandingan tersebut. Cara
kedua yang dapat dilakukan adalah dengan mengaplikasikan
dua metode MDS, yaitu pendekatan dekomposisional dan
komposisional. Pendekatan dekomposisional dilakukan terlebih
dahulu, selanjutnya hasil yang didapat dengan menggunakan
pendekatan ini dicek dengan menggunakan pendekatan
C. KERANGKA PENELITIAN
DAP (Draw-A-Person) memiliki beberapa dimensi yang digunakan
untuk menginterpretasi gambar. Dimensi yang sudah ada antara lain lokasi
gambar, lokasi gambar meliputi penempatan posisi gambar tersebut pada
kertas apakah berada di atas, di tengah, di bawah, di kanan, di kiri atau
kombinasi beberapa posisi tersebut. Dimensi yang kedua adalah kualitas
garis yang meliputi tebal – tipis goresan garis pada kertas. Dimensi bagian
selanjutnya adalah dimensi yang berada pada bagian-bagian tubuh
manusia yaitu kepala, rambut, wajah, alis, mata, hidung, mulut, telinga,
dagu, jakun, badan atau tubuh, dan leher. Dimensi yang berikutnya adalah
dimensi yang berada pada alat gerak yatu lengan, tangan, jari tangan,
pinggang, paha, lutut, dan kaki (“Tes Grafis”, 1996).
Pembuatan kriteria penilaian untuk menginterpretasi gambar dari
tes DAP tersebut bersifat subjektif. Hal ini disebabkan kriteria penilaian
dari tes DAP dibuat berdasarkan penilaian intuitif dan observasi klinis saja
(Gregory, 1996). Oleh karena itu, penelitian ini dilakukan untuk membuat
kriteria tes DAP yang lebih objektif. Usaha tersebut dilakukan dengan
mencari dimensi-dimensi persepsi yang mendasari seseorang dalam
melakukan penilaian terhadap gambar pada tes DAP. Peneliti akan
mengidentifikasi dimensi-dimensi tersebut langsung dari penilaian subjek
terhadap gambar yang dibuat oleh subjek. Teknik yang dapat digunakan
atributnya terlebih dulu ini adalah teknik Multidimensional Scaling
(MDS).
Teknik Multidimensional Scaling (MDS) merupakan teknik untuk
menemukan atribut – atribut atau dimensi – dimensi yang mempengaruhi
subjek dalam mengevaluasi suatu objek (Wickelmaier, 2003). Oleh karena
itu, penelitian ini nantinya akan menghasilkan dimensi – dimensi yang
digunakan subjek dalam memberikan penilaian kemiripan antara satu
gambar dengan gambar lainnya. Selain itu, penggunaan subjek yang awam
terhadap tes DAP memungkinkan dimensi – dimensi yang muncul adalah
dimensi – dimensi yang belum ada dalam kriteria penilaian tes DAP
sebelumnya.
D. PERTANYAAN PENELITIAN
1. Berapa banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar yang
dihasilkan dari tes DAP?
2. Bagaimana deskripsi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar yang
31 BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian ini menggunakan dua pendekatan penelitian, yaitu kuantitatif
dan kualitatif. Pertama, peneliti mencari jumlah dimensi dengan
menggunakan teknik Multidimensional Scaling yang bersifat kuantitatif.
Lalu, untuk memberi label pada dimensi – dimensi yang muncul, peneliti menggunakan penilaian pribadi berdasarkan kedekatan – kedekatan
gambar yang telah diperoleh dari tahap pertama dan melihat kontinum
yang ada. Teknik tersebut merupakan teknik kualitatif.
B. Identifikasi Variabel
Variabel dalam penelitian ini adalah data kemiripan (similarity
data) terhadap gambar DAP.
C. Definisi Operasional
Data kemiripan (similarity data) terhadap gambar DAP adalah
penilaian kedekatan yang diberikan subjek pada figur – figur manusia yang
dibandingkan dengan figur – figur manusia lainnya yang dihasilkan dari pemberian tes DAP. Instruksi tes DAP yang diberikan adalah “buatlah
“gambarlah sesukamu” jika subjek bertanya lebih lanjut setelah mendapat
instruksi pertama (Urban, 1968)
D. Subjek Penelitian
Subjek dalam penelitian ini berjumlah 20 orang mahasiswa dari
beberapa universitas di Yogyakarta, seperti Universitas Sanata Dharma
dan Universitas Atmajaya, dengan rentang usia dari 18 sampai 23 tahun.
16 orang diantaranya adalah wanita dan 4 orang sisanya adalah laki – laki. Pemilihan subjek dalam penelitian ini dilakukan dengan teknik non
random – accidental.
E. Metode Pengambilan Data
Langkah – langkah yang dilakukan peneliti sebelum melakukan pengambilan data adalah sebagai berikut :
1. Penetapan Tujuan MDS
a. Memilih obyek-obyek yang akan dievaluasi
Peneliti menggunakan gambar-gambar tes DAP sebagai obyek
yang akan dievaluasi.
b. Memilih menggunakan data kemiripan atau pilihan
Peneliti menggunakan data kemiripan karena peneliti akan melihat
kemiripan-kemiripan atribut dari perbandingan gambar-gambar
tes DAP.
Penelitian ini menggunakan analisis agregat karena fokus
penelitian adalah untuk mencari tahu keseluruhan penilaian
terhadap gambar-gambar tes DAP dan dimensi-dimensi yang
mendasari penilaian tersebut.
2. Membuat Desain Penelitian MDS
a. Menggunakan Pendekatan Dekomposisional atau Komposisional
Penelitian ini menggunakan pendekatan dekomposisional karena
subjek tidak menggunakan atribut dalam melakukan penilaian
terhadap gambar – gambar tes DAP.
b. Menggunakan Metode Metrik atau Non Metrik
Penelitian ini menggunakan metode non metrik karena data yang
digunakan bersifat ordinal.
c. Menentukan akan Menggunakan Data Kemiripan atau Pilihan
Penelitian ini menggunakan data kemiripan dari perbandingan
pasangan – pasangan gambar tes DAP yang sudah ditentukan peneliti.
Metode pengambilan data dilakukan selama 5 hari. Pada hari
pertama, 20 subjek diminta untuk mengerjakan tes DAP. Pada hari kedua
hingga kelima, 20 subjek diminta untuk pemberikan penilaian kedekatan
antara satu figur dengan figur yang lain yang diperoleh dari tes DAP.
Penilaian kedekatan diberikan dalam bentuk skala (skala 1 – 5, 1 berarti
banyak kemiripannya, sedangkan 5 berarti kedekatan semakin kecil atau
semakin sedikit kemiripannya). Pencatatan hasil perbandingan dilakukan
secara manual pada tabel perbandingan (Lampiran 2).
F. Metode Analisis Data
Respon yang didapatkan akan dianalisis menggunakan teknik MDS
dengan bantuan SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version. Pertama,
respon dimasukkan ke dalam perceptual map. Kedua, menentukan jumlah
dimensi dalam perceptual map, dan ketiga, dilakukan interpretasi hasil
35 BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Pelaksanaan Penelitian
Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15 – 18, 22 Maret 2011. Pada
tanggal 15 Maret 2011, 20 subjek diminta untuk mengerjakan tes DAP,
lalu 4 subjek diminta membandingkan 20 gambar pada hari tersebut.
Pengambilan data dilakukan selama 5 jam. Pada tanggal 16 Maret 2011, 5
subjek diminta untuk membandingkan gambar. Pengambilan data
dilakukan selama 4 jam. Pada tanggal 17 Maret 2011, 4 subjek diminta
untuk membandingkan gambar. Pengambilan data dilakukan selama 3 jam.
Pada tanggal 18 Maret 2011, 4 subjek diminta untuk membandingkan
gambar. Pengambilan data ini dilakukan selama 3 jam. Lalu pada hari
terakhir, 22 Maret 2011, 3 subjek yang tersisa diminta untuk
membandingkan gambar. Pengambilan data ini dilakukan selama 2 jam.
Pengambilan data yang dilakukan menghasilkan 3800 skor
perbandingan dengan masing – masing subjek sebanyak 190 skor
perbandingan. Pencatatan skor tersebut dilakukan secara manual pada
tabel skor (terlampir).
Terdapat beberapa kendala pada saat pengambilan data, kendala
pertama adalah harus mempertahankan para subjek untuk mau kembali
lagi untuk membandingkan gambar, terutama subjek – subjek yang
tes DAP. Untuk mengatasi kesulitan tersebut, peneliti sejak awal telah
menyampaikan jadwal kepada setiap subjek. Apabila terdapat subjek yang
tidak dapat datang pada waktu yang telah dijadwalkan, peneliti akan
menyesuaikan dengan waktu yang dimiliki subjek. Kendala berikutnya
adalah mempertahankan subjek tetap fokus dalam membandingkan 20
gambar tes DAP. Peneliti mengatasi masalah ini dengan menyampaikan
terlebih dahulu perkiraan waktu untuk mengerjakan perbandingan dan
mempersilahkan subjek untuk beristirahat apabila pada saat mengerjakan
subjek merasa lelah.
B. Hasil Penelitian
Pertama, data dikumpulkan dengan mencari 3800 skor
perbandingan dari 20 subjek (masing – masing 190 skor perbandingan).
Lalu, 3800 skor perbandingan tersebut dianalisis menggunakan teknik
MDS dengan bantuan SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version.
1. Banyaknya Dimensi
Pada penelitian ini, dimensi paling banyak yang dapat dihasilkan
dari 20 subjek adalah 19 dimensi, dan dimensi terendah adalah 2
dimensi.
Gambar 1. Scree Plot Dimensi 2 sampai 19
Dari gambar 1 diatas, peneliti memutuskan untuk menentukan
jumlah dimensi sebanyak 4 dimensi. Keputusan tersebut didasarkan
pada asumsi MDS bahwa solusi terbaik pada scree plot adalah dimensi
yang dekat dengan dimensi – dimensi yang memiliki perubahan nilai
stress yang tidak banyak (monotonically increasing line)
(Wickelmaier, 2003). Pada grafik diatas, nilai stress dari dimensi 5
sampai dengan dimensi 19 memiliki perubahan yang tidak banyak
Tabel 1
Stress and Fit Measures dari dimensi 2 – 8
Dimensi Normalized Raw Stress 2 0,14077 3 0,07658 4 0,04940 5 0,03530 6 0,02668 7 0,02062 8 0,01672
2. Interpretasi Dimensi
Data penyebaran skor pada 4 dimensi yang akan dianalisis,
dimasukkan ke dalam perceptual map, sebagai berikut :
Gambar diatas merupakan perceptual map dimensi 1 dan dimensi
2. Pada perceptual map diatas, kedekatan posisi menunjukkan adanya
kemiripan (similarities). Semakin dekat posisi gambar dalam perceptual
map, maka gambar – gambar tersebut semakin mirip.
a. Dimensi Satu
Pada dimensi satu, gambar – gambar nomor 8 dan 18 memiliki
kemiripan antara lain hidung yang digambar bengkok, posisi kaki dan
bentuk mulut. Selanjutnya gambar nomor 2, 6 dan 11 memiliki
kemiripan dalam bentuk mulut, posisi kaki, serta alis yang tebal. Lalu
nomor 13, 15, 16, dan 19 memiliki kemiripan pada posisi kaki. Bentuk
kemiripan yang paling banyak muncul pada dimensi 1 adalah posisi
kaki, sehingga peneliti mengambil kesimpulan bahwa dimensi 1 adalah
posisi kaki. Posisi kaki dalam garis kontinum bergerak dari posisi kaki
yang rapat hingga posisi kaki yang terbuka.
b. Dimensi Dua
Pada dimensi 2, gambar nomor 15 dan 16 memiliki kemiripan
posisi lengan, bentuk tangan, jenis kelamin dan kaki yang digambar
sederhana, sedangkan pada gambar nomor 1, 8, 17, dan 19 memiliki
kemiripan jenis kelamin, posisi lengan, serta sepatu yang digambar
sederhana. Kemiripan yang muncul lainnya adalah bentuk dagu, yaitu
pada gambar nomor 9 dan 11. Pada gambar 9 dan 11, kemiripan
lainnya adalah sepatu yang mendapat penekanan. Pada pasangan –
pasangan gambar yang lain, gambar sepatu menjadi salah satu kriteria
kemiripan yang selalu muncul. Pada garis kontinum, gambar sepatu
bergerak dari gambar sepatu yang sederhana ke gambar sepatu yang
lebih detil. Oleh sebab itu, peneliti memberikan label pada dimensi 2
adalah bentuk sepatu.
Gambar 5. Perceptual Map dimensi 3 dan 4
c. Dimensi Tiga
Pada dimensi 3, gambar nomor 7, 9, dan 20 memiliki kemiripan
letak gambar, pengulangan garis, bentuk hidung, bentuk badan, serta
ketebalan garis. Selanjutnya, pada gambar nomor 1 dan 5, terdapat
kemiripan letak gambar, pengulangan garis, bentuk hidung, bentuk
badan, ketebalan garis, bentuk sepatu, adanya saku, adanya garis
pinggang, dan bentuk mulut. Pada gambar nomor 11 dan 16 terdapat
kemiripan letak gambar dan ketebalan garis. Selanjutnya, pada gambar
nomor 8 dan 19 terdapat kemiripan posisi gambar, bentuk mulut,
map, kualitas garis bergerak dari garis yang tebal hingga garis yang
sedang, sehingga peneliti menyimpulkan bahwa dimensi 3 adalah
kualitas garis.
Gambar 6. Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Kualitas Garis
d. Dimensi Empat
Pada dimensi 4, gambar nomor 3, 10 dan 11 memiliki kemiripan
bentuk mata, bentuk leher, adanya shading, telinga digambar, adanya
garis pinggang, bentuk bahu, adanya pengulangan garis, serta tangan
digambar utuh. Pada gambar nomor 1 dan 18, terdapat kemiripan
bentuk mulut, adanya pengulangan garis, adanya garis pinggang,
bentuk hidung, bentuk bahu, telinga tidak digambar, serta bentuk
rambut. Selanjutnya, pada gambar nomor 4 dan 7 terdapat kemiripan
Kemiripan pada gambar nomor 9 dan 19 pun tidak jauh berbeda, yaitu
bentuk leher, bentuk bahu, adanya garis pinggang, bentuk hidung,
bentuk dagu, telinga digambar, serta pengulangan garis, dan pada
gambar nomor 2 dan 5 terdapat kemiripan bentuk mulut, adanya
pengulangan garis, telinga tidak digambar, serta bentuk bahu. Pada
garis kontinum dalam perceptual map, gambar telinga bergerak dari
gambar telinga yang ditekankan hingga telinga yang tidak digambar.
Oleh sebab itu, peneliti memutuskan label dimensi 4 adalah penekanan
telinga.
Gambar 7. Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Penekanan
C. Pembahasan
1. Banyaknya Dimensi
Dari hasil penelitian, peneliti memutuskan untuk menggunakan 4
dimensi dari 19 dimensi pada gambar tes DAP. Keputusan tersebut
didasarkan pada asumsi MDS bahwa solusi terbaik pada scree plot
adalah dimensi yang dekat dengan dimensi – dimensi yang memiliki
perubahan nilai stress yang tidak banyak (monotonically increasing
line) (Wickelmaier, 2003). Keempat dimensi tersebut adalah posisi
kaki, bentuk sepatu, kualitas garis, dan penekanan telinga.
2. Interpretasi Dimensi
Pembahasan mengenai deskripsi tiap – tiap dimensi akan diuraikan
sebagai berikut :
a. Posisi Kaki
Berdasarkan hasil interpretasi terhadap perceptual map, posisi
kaki yang didapatkan adalah posisi kaki yang terbuka lebar (seperti
pada gambar nomor 2, 3, 5, 6, 9, dan 11, terlampir). Dimensi posisi
kaki telah ada pada kriteria penilaian DAP sebelumnya. Posisi kaki
yang terbuka lebar, termasuk dalam dimensi leg atau paha, yaitu
leg terpentang (Eriany, 1998), sedangkan posisi kaki yang rapat
b. Bentuk Sepatu
Hasil interpretasi perceptual map dimensi dua, menunjukkan
adanya bentuk sepatu yang sederhana (seperti pada gambar 1, 8,
17, dan 19, terlampir) dan bentuk sepatu yang ditekankan atau
digambar detil (seperti pada gambar 3, 4, 9, 10, dan 11, terlampir).
Bentuk sepatu yang sederhana, belum termasuk dalam kriteria
penilaian tes DAP sebelumnya, sedangkan bentuk sepatu yang
ditekankan telah terdapat pada kriteria penilaian tes DAP
sebelumnya. Dalam kriteria penilaian sebelumnya, bentuk sepatu
yang ditekankan masuk dalam dimensi kaki, yaitu kaki yang
ditonjolkan dengan memakai sepatu (Eriany, 1998).
c. Kualitas Garis
Kualitas garis yang muncul pada hasil interpretasi perceptual
map adalah garis yang tebal (seperti pada gambar nomor 1, 5, 7, 9,
11, 16, dan 20, terlampir), dan garis yang sedang (seperti pada
gambar nomor 3, 14, dan 17, terlampir). Kualitas garis telah
menjadi salah satu dimensi pada penilaian tes DAP sebelumnya,
begitu pula dengan garis yang tebal (“Proyeksi Kepribadian Tes
Grafis: Suatu Metode Analisa Kepribadian”), sedangkan garis
d. Penekanan Telinga
Berdasarkan hasil interpretasi pada kontinum garis dalam
perceptual map, terdapat pergerakan penekanan telinga dari yang
ditekankan hingga tidak digambar. Gambar – gambar dengan
penekanan telinga antara lain gambar nomor 6, 9, dan 19
(terlampir), sedangkan gambar – gambar yang terdapat
penghilangan telinga antara lain gambar nomor 2, 5, dan 16.
Telinga yang diberi penekanan dan tidak diberi penekanan telah
menjadi kriteria penilaian tes DAP sebelumnya (“Tes Grafis”,
1996).
D. Keterbatasan Penelitian
1. Subjek dalam penelitian masih tergolong terlalu sedikit, sehingga hasil
yang didapat kurang dapat merepresentasikan gambaran sebenarnya.
2. Hasil penelitian tidak dapat digeralisasikan.
3. Pemilihan subjek kurang proporsional antara laki – laki dan
perempuan.
4. Dimensi – dimensi yang didapatkan merupakan hasil interpretasi dari
peneliti saja.
47 BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Jumlah dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes
DAP adalah 4 dimensi
2. Dimensi – dimensi yang ditemukan adalah posisi kaki, bentuk sepatu,
kualitas garis dan penekanan telinga.
3. Kriteria penilaian yang belum ada dalam kriteria penilaian sebelumnya
adalah posisi kaki yang rapat, bentuk sepatu yang sederhana, dan kualitas
garis yang sedang.
B. Saran
1. Bagi Peneliti Selanjutnya
a. Pada penelitian berikutnya diharapkan ada penambahan jumlah subjek
karena subjek penelitian ini masih tergolong sangat sedikit. Sehingga,
akan menghasilkan jumlah dimensi yang lebih banyak.
b. Pada penelitian berikutnya diharapkan lebih memperhatikan proporsi
jumlah subjek pria dan wanita.
c. Pada penelitian berikutnya diharapkan interpretasi dimensi dilakukan
oleh beberapa orang.
d. Pada penelitian berikutnya diharapkan dapat dilakukan proses validasi
objektif. Dua proses validasi yang dapat dipilih adalah, pertama, split
or multisample comparison, yaitu dengan membagi dua data yang
telah ada, atau mencari data baru, kemudian mencari rerata dari
perbandingan tersebut. Kedua, dengan mengaplikasikan dua metode
MDS, yaitu pendekatan dekomposisional dan komposisional.
e. Pada penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan cara lain
yang dapat menghasilkan data kemiripan dan dapat mengakomodasi
jumlah subjek yang lebih banyak agar memungkinkan munculnya
variasi dan jumlah dimensi yang lebih banyak. Misalnya, subjek
penelitian dapat melakukan perbandingan pasangan – pasangan objek
49
DAFTAR PUSTAKA
Abt, L.E., & Bellak, L. (1959). Projective Psychology: Clinical Approaches to The Total Personality. New York: Grove Press.
Anastasi, A. (1988). Psychological Testing (ed. Ke-6). New York : Macmillan Publishing Company.
Anastasi, A., & Urbina, S. (1997). Psychological Testing (ed. Ke-7). New Jersey: Prentice Hall.
Buja, A., Swayne, D.F., Littman, M.L., Dean, N., & Hofmann, H. (2004). Interactive Data Visualization with Multidimensional Scaling. Diunduh dari http://www-stat.stanford.edu/~tibs/sta306b/buja.pdf
Cohen, R.J., Swerdlik, M.E. (2005). Psychological Testing and Assessment: An Introduction to Tests and Measurement (ed. Ke-6). New York: Mc Graw – Hill.
Eriany, P. (1998). Manual Tes Grafis: Psikodiagnostik IV. Semarang: Universitas Soegijapranata.
Gregory, R.J. (1996). Psychological Testing: History, Principles, and Applications (ed. Ke-2). USA: Allyn and Bacon.
Hair, Jr., Anderson, R.E., Tatham, R.L., Black, W.C. (1998). Multivariate Data Analysis (ed. Ke-5). New Jersey: Prentice Hall.
Kniel, A., & Kniel, C. (2008). The Draw a Person Test for Ghana. Diunduh dari
http://www.ghanaproject.de
Kubierske, Francoise. (2008). The Usefulness of The Draw – A – Person: Screening Procedure for measuring Emotional Disturbance (DAP: SPED) in South African Children (Mini Dissertation, The University of Johannesburg). Diunduh dari http://ujdigispace.uj.ac.za
Lilienfeld, S.O., Wood, J.M., Garb, H.N. (2000). The Scientific Status of Projective Techniques. Psychological Science in The Public Interest, 1, 27 - 66. doi:10.1.1.113.4433
Proyeksi Kepribadian Tes Grafis: Suatu Metode Analisa Kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.
Projective Methods. (1968). International Encyclopedia of the Social Sciences. Diunduh dari Encyclopedia.com: http://www.encyclopedia.com/doc/1G2-3045000995.html
Test Grafis. (1996). Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Gajah Mada.
Thomas, G.V., Jolley, R.P. (1998). Drawing conclusions: A re – examination of empirical and conceptual bases for psychological evaluation of children from their drawings. British Journal of Clinical Psychology, 37, 127 – 139. Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9631202
Urban, W.H. (1968). The Draw – A – Person: Catalogue for Interpretative Analysis. California: Western Psychological Services.
Wickelmaier, F. (2003). An introduction to MDS. Diunduh dari
Gambar seluruh tubuh
gbr 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 L2 13 L4 15 16 L7 18 19 20
1 2
1
34
t
42 4
3
5
5
\
3
j6
3
I
3
')2
7
5
o)
3
L
'?. 98
4
I
?J
A 3 q
I
9
q
4
2
I
Ll?L
2
)
10
4
^l L
3
3
)/.t
I3
3
11 2.
7
4
3
3
q,
2)
,1,
3
'7 JL2
3
z
4
3
/l
4
ll
7 q o13
4
r\a
q
7
? <))q
3
?) .tl 1I
5
L44 4"
4
4
4-r
q,