• Tidak ada hasil yang ditemukan

ENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG DESKRIPSI BERDASARKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 KEDALOMAN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "ENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG DESKRIPSI BERDASARKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 3 KEDALOMAN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012"

Copied!
122
0
0

Teks penuh

(1)

ABSTRAK

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG DESKRIPSI BERDASARKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V

SD NEGERI 3 KEDALOMAN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh MUSTIKAWATI

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan penggunaan media gambar seri dalam peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi dan meningkatkan hasil pembelajaran keterampilan menulis deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.

Penelitian ini menggunakan desain penelitian tindakan kelas yang terdiri atas dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V yang berjumlah 28 orang siswa SD Negeri 3 Kedaloman Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.

(2)
(3)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG DESKRIPSI BERDASARKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA KELAS V

SD NEGERI 3 KEDALOMAN TANGGAMUS TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Oleh

MUSTIKAWATI

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai salah satu syarat untuk mencapai gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(4)

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENGARANG DESKRIPSI

BERDASARKAN MEDIA GAMBAR SERI PADA SISWA

KELAS V SD NEGERI 3 KEDALOMAN TANGGAMUS

TAHUN PELAJARAN 2011/2012

Penelitian Tindakan Kelas

Sebagai Salah Satu Syarat untuk Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan

Oleh

MUSTIKAWATI NPM 1013124006

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)

DAFTAR ISI

1.4 Kegunaan Penelitian... 6

BAB II. KAJIAN PUSTAKA 2.1 Keterampilan Menulis ... 8

2.1.1 Pengertian Menulis... 8

2.1.2 Tujuan Menulis ... 9

2.2 Mengarang... 11

2.2.1 Pengertian Menulis Karangan ... 11

2.2.2 Pengertian Kemampuan Menulis Karangan... 12

2.2.3 Bagian-bagian Karangan ... 13

2.2.4 Fungsi Mengarang ... 14

2.2.5 Tujuan Mengarang ... 14

2.2.6 Jenis-jenis Karangan ... 15

2.2.7 Kriteria Karangan yang Baik ... 16

2.2.8 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Siswa .. dalam Mengarang ... 17

2.3 Karangan Deskripsi ... 17

2.3.1 Ciri-ciri Karangan Deskripsi ... 21

2.3.2 Unsur-unsur Karangan Deskripsi ... 21

2.3.3 Langkah-langkah dalam Mengarang Deskripsi ... 25

2.4 Media Pembelajaran ... 25

2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran ... 26

2.4.2 Ciri-ciri Media Pembelajaran ... 27

(6)

2.4.4 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran ... 29

2.4.5 Klasifikasi Media ... 30

2.5 Media Gambar ... 31

2.5.1 Kelebihan Media Gambar ... 31

2.5.2 Kekurangan Media Gambar ... 32

2.6 Media Gambar Seri sebagai Model Pembelajaran ... 33

2.7 Ciri-ciri Gambar yang Baik dan Peranannya sebagai Media Belajar ... 34

BAB III. METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 35

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Hasil Penelitian ... 48

4.1.1 Prasiklus ... 49

4.1.2 Siklus I ... 49

4.1.2.1 Tahap Perencanaan ... 50

4.1.2.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 51

4.1.2.3 Tahap Pengamatan ... 53

4.1.2.4 Tahap Analisis dan Refleksi ... 63

4.1.3 Siklus II ... 65

4.1.3.1 Tahap Perencanaan ... 65

4.1.3.2 Tahap Pelaksanaan Tindakan ... 67

4.1.3.3 Tahap Pengamatan ... 68

4.1.3.4 Tahap Analisis dan Refleksi ... 78

4.2 Pembahasan ... 80

4.2.1 Kualitas Pembelajaran Keterampilan Menulis Deskripsi .. Meningkat ... 80

4.2.2 Kualitas Hasil Pembelajaran Menulis Deskripsi Meningkat . 83 BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 5.1 Simpulan ... 86

5.2 Saran ... 86

DAFTAR PUSTAKA ... 87

(7)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran Halaman

1. Rencana Pelaksananaan Pembelajaran Siklus I ... 89

2. Rencana Pelaksananaan Pembelajaran Siklus II ... 95

3. Hasil Tes Kemampuan Siswa dalam Mengarang Deskripsi Prasiklus ... 101

4. Analisis Hasil Evaluasi Prasiklus ... 102

5. Hasil Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi pada Siklus I ... 104

6. Hasil Kemampuan Siswa dalam Mengarang Deskripsi Ditinjau dari Indikator Isi Karangan (Perincian Objek) Siklus I ... 105

7. Hasil Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Ditinjau dari Indikator Penyajian Bahasa (Penggunaan Diksi) Siklus I ... 106

8. Hasil Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Ditinjau dari Indikator Penyajian Bahasa (Penggunaan Ejaan) Siklus I ... 107

9. Hasil Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Ditinjau dari Indikator Penyajian Bahasa (Keefektifan Kalimat) Siklus I ... 108

10. Hasil Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Ditinjau dari Indikator Penyajian Bahasa (Kepaduan paragraf) Siklus I ... 109

11. Hasil Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Ditinjau dari Indikator Penataan Gagasan (Keruntutan pendapat/gagasan) Siklus I ... 110

12. Analisis Hasil Evaluasi Siklus I ... 111

13. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus I 113 14. Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran Siklus I ... 114

(8)

16. Hasil Kemampuan Siswa dalam Mengarang Deskripsi Ditinjau dari

Indikator Isi Karangan (Perincian Objek) Siklus II ... 116

17. Hasil Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Ditinjau dari Indikator Penyajian Bahasa (Penggunaan Diksi) Siklus II ... 117

18. Hasil Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Ditinjau dari Indikator Penyajian Bahasa (Penggunaan Ejaan) Siklus II ... 118

19. Hasil Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Ditinjau dari Indikator Penyajian Bahasa (Keefektifan Kalimat) Siklus II. ... 119

20. Hasil Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Ditinjau dari Indikator Penyajian Bahasa (Kepaduan paragraf) Siklus II ... 120

21. Hasil Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Ditinjau dari Indikator Penataan Gagasan (Keruntutan Pendapat/Gagasan) Siklus II ... 121

22. Analisis Hasil Evaluasi Siklus II ... 122

23. Hasil Pengamatan Aktivitas Siswa dalam Proses Pembelajaran Siklus II 124 24. Observasi Aktivitas Guru dalam Proses Pembelajaran Siklus II. ... 125

25. Format Kesediaan Menjadi Teman Sejawat ... 126

26. Surat Pernyataan ... 127

27. Instrumen Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Berdasarkan Media Gambar Seri ... 128

28. Catatan Lapangan Siklus I ... 131

29. Catatan Lapangan Siklus II ... 133

30. Surat Keterangan Melaksanakan Penelitian di Sekolah ... 135

(9)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

3.1. Indikator Tes Kemampuan Mengarang Deskripsi ... 42

3.2. Lembar Observasi Aktivitas Siswa ... 44

3.3. Lembar Observasi Aktivitas Guru ... 45

3.4. Tolok Ukur Penilaian Berdasarkan Standar PAP dan Skor Maksimal 100 ... 47

4.1. Distribusi Frekuensi Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Siklus I ... 54

4.2. Distribusi Frekuensi Indikator Perincian Objek Siklus I ... 54

4.3 Distribusi Frekuensi Indikator Penggunaan Diksi Siklus I... 55

4.4 Distribusi Frekuensi Indikator Penggunaan Ejaan Siklus I ... 56

4.5 Distribusi Frekuensi Indikator Keefektifan Kalimat Siklus I ... 57

4.6 Distribusi Frekuensi Indikator Kepaduan Paragraf Siklus I ... 58

4.7 Distribusi Frekuensi Indikator Keruntutan Pendapat/Gagasan Siklus I ... 59

4.8 Nilai Skor Rata-Rata Kemampuan Siswa Menulis Karangan Deskripsi Siklus I ... 60

4.9 Rekapitulasi Hasil Analisis Data Siklus I ... 61

4.10 Distribusi Frekuensi Kemampuan Siswa Mengarang Deskripsi Siklus II ... 69

4.11. Distribusi Frekuensi Indikator Perincian Objek Siklus II... 70

4.12 Distribusi Frekuensi Indikator Penggunaan Diksi Siklus II ... 71

(10)

4.14. Distribusi Frekuensi Indikator Keefektifan Kalimat Siklus II ... 73 4.15. Distribusi Frekuensi Indikator Kepaduan Paragraf Siklus II ... 74 4.16. Distribusi Frekuensi Indikator Keruntutan Pendapat/Gagasan

Siklus II ... 75 4.17. Nilai Rata-Rata Kemampuan Siswa Menulis Karangan Deskripsi ...

Siklus II ... 76 4.18. Rekapitulasi Hasil Analisis Data Siklus II... 78 4.19. Rekapitulasi Ketuntasan Siswa Menulis Karangan Deskripsi

(11)

MOTO

Keridhoan hati menuntun pada kekuatan bukan kelemahan. Mengakui kesalahan dan melakukan perubahan pada kesalahan adalah bentuk tertinggi dari penghormatan pada diri sendiri.

(Mutiara Amaly)

Doa adalah nyanyian hati yang selalu dapat membuka jalan kepada Singgasana Tuhan, meskipun terhimpit dalam tangisan jiwa.

(12)

MENGESAHKAN

1. Tim Penguji

Ketua : Dr. Wini Tarmini, M.Hum. ……..………..

Sekretaris : Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. ………

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Imam Rejana, M.Si. ………

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. NIP 19600315 198503 1 003

(13)

PERSEMBAHAN

Bismillahirohmannirrohim,

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah Subhanahuwata’ala, Tuhan semesta alam

yang memunyai segala keindahan dan kesempurnaan yang abadi. Allah telah

memberikan cinta dan kasih sayang kepada kita. Dengan kerendahan hati,

kupersembahkan karya ini kepada orang-orang yang kukasihi dan kucintai.

1. Kedua orangtua dan mertuaku yang telah memberi doa restu dan dorongan

dalam menimba ilmu dan berkarya;

2. Suami dan anak-tercinta, atas doa dan dukungannya selama ini;

3. Teman-teman sejawat di SD Negeri 3 Kedaloman Kecamatan Gunung Alip;

4. Teman-teman seperjuangan mahasiswa S-1 dalam Jabatan Angkatan 2010

Misyati, Hartini, Roza Elya, Ernawati, dan Helfitasari.

Semoga Allah Subhanahuwata’ala senantiasa melimpahkan kasih sayang-Nya

kepada kita, sehingga kita selalu dapat menjalankan amanat-Nya dan menjadi

(14)

Judul PTK : Peningkatan Kemampuan Mengarang Deskripsi Berdasarkan Media Gambar Seri pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Kedaloman Tanggamus Tahun Pelajaran 2011/2012

Nama Mahasiswa : Mustikawati

Nomor Pokok Mahasiswa : 1013124006

Program Studi : Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia dan Daerah

Jurusan : Pendidikan Bahasa dan Seni

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan

MENYETUJUI,

Pembimbing 1

Dr. Wini Tarmini, M.Hum. NIP 196410141989032001

Pembimbing 2

Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. NIP 195106141981032001

Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni

(15)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di sebuah Desa Bedegung Sugih Waras, Kecamatan Tanjung

Agung, Kabupaten Muara Enim, pada 10 Nopember 1970. Penulis adalah anak

keempat dari delapan bersaudara pasangan dari M. Bastari dan Husnah.

Jenjang pendidikan penulis dimulai dari SD Negeri 6 Tanjung Enim, lulus 1984,

SMP PGRI Tanjung Enim lulus 1987, Sekolah Pendidikan Guru (SPG)

Talangpadang lulus 1990, dan Diploma III STKIP PGRI Bandar Lampung lulus

1994.

Tahun 1999, penulis mengajar di SD Negeri 2 Labu Kombong Kecamatan Ulu

Belu sampai tahun 2003. Pada Juli 2003 penulis mulai mengajar di SD Negeri 3

Kedaloman Kecamatan Gunung Alip Kabupaten Tanggamus Bidang Studi Bahasa

Indonesia hingga saat ini.

Tahun 2010, penulis mengikuti Program Pendidikan S-1 dalam Jabatan dari Dinas

Pendidikan di FKIP Unila. Penulis sudah melaksanakan Program Pengalaman

Lapangan (PPL) atau Program Pemantapan Mengajar (PKM) dan Penelitian

Tindakan Kelas (PTK) di SD Negeri 3 Kedaloman tempat penulis mengajar yang

beralamatkan di jalan Campangkanan Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip,

(16)

SANWACANA

Puji syukur penulis haturkan kehadirat Allah Subhanahuwata’ala atas limpahan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan PTK dengan

judul Peningkatan Kemampuan Mengarang Deskripsi Berdasarkan Media Gambar

Seri pada Siswa Kelas V SD Negeri 3 Kedaloman Tanggamus Tahun Pelajaran

2011/2012. Salawat serta salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan

kita, Nabi Besar Muhammad Salallahu’alihiwasalam, serta para sahabat, keluarga,

dan pengikutnya yang senantiasa setia sampai akhir zaman. Amin.

Penulis telah banyak menerima bantuan, dukungan, dan bimbingan dari berbagai

pihak dalam menyelesaikan PTK ini. Oleh karena itu, dengan segenap jiwa

sebagai wujud rasa hormat dan terima kasih serta penghargaan atas segala

bantuan, penulis mengucapkan terimakasih kepada pihak-pihak berikut.

1. Dr. Wini Tarmini, M. Hum. selaku Dosen Pembimbing I yang tak

henti-hentinya memberikan dorongan, saran, dan bimbingan demi kesempurnaan

penulisan PTK ini;

2. Dra. Ni Nyoman Wetty S., M.Pd. selaku Dosen Pembimbing 2 yang telah

memberikan bimbingan, arahan, dan saran-saran mulai pembuatan proposal

hingga penyelesaian PTK ini dengan penuh kesabaran;

3. Dr. Edy Suyanto, M.Pd. selaku Ketua Program Studi sekaligus Pembimbing

(17)

dengan penuh ketegasan dan motivasi yang kuat sehingga penulis terpacu

untuk menyelesaikan PTK ini;

4. Drs. Imam Rejana, M.Si. selaku Dosen Pembahas dan sekaligus Ketua

Jurusan Pendidikan Bahasa dan Seni, FKIP Universitas Lampung yang telah

memberikan tuntunan dan masukan sehingga PTK ini menjadi lebih

sempurna;

5. Dr. Hi. Bujang Rahman, M.Si. selaku Dekan FKIP Universitas Lampung;

6. keluarga besar SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten

Tanggamus terutama kepala sekolah, teman sejawat, teman-teman guru dan

staf TU, siswa-siswi atas kerja sama dan kemudahan yang penulis dapatkan

selama melaksanakan PKM dan PTK ini.

Penulis menyadari dalam penulisan PTK ini masih banyak kekurangan dan

kesalahan. Karena itu, penulis mengharap kritik dan saran dari semua pihak demi

kesempurnaan PTK ini. Harapan penulis, semoga karya kecil ini bisa bermanfaat

bagi kita semua, khususnya dalam pengajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

sekolah.

Bandarlampung, Juni 2012

Penulis,

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Belajar bahasa pada hakikatnya adalah belajar berkomunikasi. Belajar bahasa

menekankan pada empat keterampilan, yakni mendengarkan, berbicara, membaca,

dan menulis. Oleh karena itu, pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah diarahkan

untuk meningkatkan kemampuan siswa berkomunikasi dalam bahasa Indonesia

dengan baik dan benar.

Keterampilan berbahasa dapat diperoleh dan dikuasai dengan praktik dan banyak

pelatihan. Melatih keterampilan berbahasa berarti juga melatih keterampilan

berpikir (Dawwon dalam Tarigan, 2008:1). Proses pembelajaran akan berjalan

dengan baik apabila dibuat kondisi yang memungkinkan terjadinya proses

pembelajaran yang diinginkan. Hal ini merupakan tugas seorang guru agar pada

diri siswa dapat tumbuh minat yang kuat untuk mengikuti pelajaran. Dengan

adanya motivasi yang kuat pada diri siswa maka pelajaran dapat diserap dan

diendapkan lebih baik (Soemanto, 1998:193).

Suatu ide atau gagasan dapat dituangkan melalui bahasa tulis. Menuangkan

gagasan berarti memberi bentuk kepada sesuatu yang dirasakan dalam pikiran,

berupa rangkaian kata yang tersusun dengan sebaik-baiknya sehingga gagasan

(19)

pembaca. Menuangkan gagasan secara tertulis disebut mengarang (Widyamartaya,

1990: 31).

Kemampuan menulis dapat mendorong siswa untuk menemukan suatu topik dan

mengembangkan gagasan menjadi suatu karangan. Melalui kegiatan menulis akan

terbentuk proses berpikir dan berkreasi yang berperan dalam mengolah gagasan.

Gagasan yang dituangkan dalam kegiatan menulis harus logis, diekspresikan

secara jelas, dan ditata secara menarik.

Sebagai alat komunikasi, bahasa tersusun atas satuan-satuan yang fungsional,

mulai dari satuan terkecil, setingkat lebih besar, dan seterusnya hingga pada batas

tertentu yang dalam bahasa tulis disebut karangan.

Mengarang berarti menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati atau buah

pikiran secara menarik yang mengena kepada pembaca. Oleh karena itu, siswa

harus memiliki kemampuan membuat karangan deskripsi karena mengarang

selain untuk meningkatkan kemampuan berpikir dan bernalar secara sistematis

juga dapat memperluas wawasan siswa (Heuken, 2008: 10).

Pada pembelajaran menulis karangan deskripsi siswa masih merasa kesulitan

untuk mengemukakan gagasannya secara lisan maupun tulisan. Dalam membuat

karangan tersebut, siswa tampak belum mampu mengekspresikan idenya secara

optimal. Berdasarkan data ulangan harian siswa, untuk pelajaran bahasa

Indonesia pada materi menulis karangan deskripsi, siswa kelas V SD Negeri 3

Kedaloman didefinisikan masih banyak siswa belum tuntas, ini terlihat dari 28

(20)

selebihnya masih di bawah KKM yang ditentukan, yaitu 60,00. Dengan demikian

dari data tersebut hasil pembelajaran bahasa Indonesia khususnnya menulis

karangan deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan

Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012 masih di bawah

standar yang diharapkan.

Proses pembelajaran yang dilaksanakan guru di sekolah tidak menggunakan

media dalam pembelajaran. Oleh karena itu, dalam proses pembelajaran

hendaknya menggunakan pilihan media yang menarik sesuai dengan sasaran yang

ingin dicapai.

Proses pembelajaran pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses

penyampaian pesan dari sumber pesan melalui saluran/media tertentu ke penerima

pesan. Pesan, sumber pesan, saluran/media dan penerima pesan adalah

komponen-komponen proses komunikasi. Pesan yang akan dikomunikasikan adalah isi ajaran

atau didikan yang ada dalam kurikulum (Sadiman, 2005: 11-12).

Dari pendapat tersebut, jelaslah bahwa media pembelajaran merupakan komponen

dan sarana pembelajaran yang mempunyai peranan sangat besar dalam menunjang

keberhasilan kegiatan pembelajaran. Bersama dengan komponen dan sarana

pembelajaran yang lain, media pembelajaran dapat mempertinggi efektivitas dan

efisiensi pencapaian tujuan pembelajaran sehingga pembelajaran dapat lebih

(21)

Banyak sekali macam dan jenis media serta sumber belajar yang dapat digunakan

dalam proses pembelajaran, baik secara sengaja diadakan, disediakan,

diprogramkan, maupun yang secara kebetulan dimanfaatkan dalam pembelajaran

untuk suatu tujuan tertentu. Berdasarkan hal tersebut, dalam pembelajaran

mengarang, guru dapat lebih leluasa untuk menentukan bahan ajar dan sumber

belajar yang sesuai dengan kondisi lingkungan sekolah dan kemampuan siswanya.

Dalam hal ini, guru harus mengetahui seperti apakah media pembelajaran yang

memiliki pengaruh besar terhadap kemampuan mengarang.

Penggunaan media, lebih-lebih media gambar berseri dalam pembelajaran

keterampilan menulis deskripsi, akan dapat memotivasi siswa dalam proses

pembelajaran, walaupun bukan satu-satunya, berkontribusi terhadap konteks

bahasa yang digunakan, menjelaskan secara objektif atau menginterpretasikan,

dan dapat memberikan informasi (Arsyad, 2007).

Berdasarkan hal tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian lebih lanjut.

Penulis memanfaatkan media gambar seri, yaitu gambar yang digunting kemudian

ditempelkan pada papan tulis. Di samping itu, alasan penulis memilih karangan

deskripsi sebagai bahan kajian karena dalam pembelajarannya dapat

menggunakan media gambar seri. Dengan menggunakan media gambar seri

tersebut, siswa dapat dengan mudah mengungkapkan ide/gagasan dan

menuangkannya dalam bentuk tulisan.

Dari berbagai permasalahan tersebut, penulis tertarik untuk meneliti kemampuan

(22)

Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan Gunung Alip,

Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut.

a) Bagaimanakah peningkatan kemampuan mengarang deskripsi berdasarkan

media gambar seri pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan

Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012;

b) Apakah media gambar seri dapat meningkatkan proses dan hasil belajar

mengarang deskripsi pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman, Kecamatan

Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012.

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, penulis uraikan sebagai berikut.

a) Mendeskripsikan peningkatan kemampuan menulis karangan deskripsi

berdasarkan media gambar seri pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman,

Kecamatan Gunung Alip, Kabupaten Tanggamus tahun pelajaran 2011/2012;

b) Mendeskripsikan peningkatan proses dan hasil belajar mengarang deskripsi

berdasarkan media gambar seri pada siswa kelas V SD Negeri 3 Kedaloman,

(23)

1.4 Kegunaan penelitian

Setelah penelitian ini dilakukan, peneliti berharap hasilnya akan berguna sebagai

berikut.

1.4.1 Secara Teoritis

Penelitian ini diharapkan memberikan manfaat secara teoretis, yakni dapat

menambah referensi penelitian dibidang keterampilan berbahasa, khususnya

mengarang deskripsi sehingga penelitian ini dapat memberikan sumbangan bagi

peneliti selanjutnya dalam mengembangkan teori pembelajaran mengarang.

1.4.2 Secara Praktis

Hasil penelitian ini untuk memberikan informasi kepada pembaca, khususnya

siswa, guru dan calon guru bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia, serta

lembaga pendidikan (sekolah).

a) Bagi Siswa

Dapat lebih mudah menemukan dan mengembangkan ide dalam menulis karangan

deskripsi dengan menggunakan media gambar seri.

b)Bagi Guru

Manfaat yang dapat diambil bagi guru dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi guru Bahasa dan Sastra Indonesia adalah menambah wawasan guru

tentang keterampilan menulis karangan deskripsi dengan menggunakan media

gambar seri;

2. Agar guru lebih mudah dalam menyampaikan materi yaitu secara praktis,

(24)

3. Pemilihan alternatif media pembelajaran yang menarik dan variatif bagi guru

bidang studi Bahasa dan Sastra Indonesia dalam meningkatkan pembelajaran

mengarang.

c) Bagi Sekolah

Manfaat bagi sekolah dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Adanya peningkatan kualitas pembelajaran keterampilan berbahasa, terutama

keterampilan menulis karangan dengan menggunakan media gambar seri;

2. Sebagai pemberi informasi tentang hasil dari penggunaan media gambar seri

(25)

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Keterampilan Menulis

Pembelajaran bahasa Indonesia terdiri atas komponen kebahasaan, pemahaman,

dan penggunaan. Komponen kebahasaan berisi materi lafal, ejaan, tanda baca,

kosakata, struktur, paragraf, dan wacana. Komponen pemahaman berisi materi

menyimak/mendengarkan dan membaca, sedangkan komponen penggunaan

berisikan materi berbicara dan menulis (Depdikbud, 1993). Untuk dapat

mengembangkan kemampuan dan menggunakan komponen-komponen tersebut,

siswa dilatih melalui pembelajaran keterampilan-keterampilan berbahasa,

termasuk pembelajaran keterampilan menulis.

2.1.1 Pengertian Menulis

Menulis adalah kegiatan penulisan tunggal jika yang ditulis ialah sebuah

karangan. yang sederhana, pendek, dan bahannya sudah siap. Akan tetapi,

sebenarnya, menulis itu suatu proses, yaitu proses penulisan (Sabarti Akhadiah,

1988 : 2 ), sedangkan menurut Tarigan (2008), menulis adalah suatu keterampilan

berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung tidak

secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang

produktif dan ekspresif. Dalam kegiatan menulis ini, penulis harus terampil

(26)

tidak akan datang secara otomatis melainkan harus melalui latihan dan praktik

yang banyak dan teratur.

Robert (Suriamiaharja, 1996:1), mengatakan bahwa menulis adalah menempatkan

simbol–simbol grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dimengerti oleh

seseorang, kemudian dapat dibaca orang lain yang memahami bahasa tersebut

beserta simbol–simbol grafiknya.

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan, menulis merupakan kegiatan

menuangkan ide atau gagasan dengan menggunakan bahasa sebagai medium yang

telah disepakati bersama untuk diungkapkan secara tertulis. Menulis juga

merupakan suatu kegiatan yang ekspresif dan produktif. Oleh karena itu,

keterampilan menulis harus sering dilatih secara rutin dan berkesinambungan

disertai dengan praktik yang teratur agar keterampilan menulis dapat dicapai

dengan baik.

2.1.2 Tujuan Menulis

Tujuan menulis adalah memproyeksikan sesuatu mengenai diri seseorang.

Tulisan mengandung nada yang serasi dengan maksud dan tujuannya. Menulis

tidak mengharuskan memilih suatu pokok pembicaraan yang cocok dan sesuai,

tetapi harus menentukan siapa yang akan membaca tulisan tersebut dan apa

maksud dan tujuannya.

Tarigan (1994: 23-24) mengemukakan bahwa, tujuan menulis (the writer‘s

(27)

diperoleh dari pembaca. Berdasarkan batasan di atas dapat dikatakan bahwa

tujuan menulis adalah (1) tulisan yang bertujuan untuk memberitahukan atau

mengajar disebut wacana informatif “informative discourse”, (2) tulisan yang

bertujuan untuk meyakinkan atau mendesak disebut wacana persuasif “persuasive

discourse”, (3) tulisan yang bertujuan untuk menghibur atau menyenangkan atau

yang mengandung tujuan estetik “literary discourse”, (4) tulisan yang

mengekspresikan perasaan dan emosi yang kuat atau berapi-api disebut wacana

ekspresif “expressive discourse”.

Hartig (Tarigan 1994:24-25) mengungkapkan, tujuan menulis meliputi (1) tujuan

penugasan “assignment purpose”, yaitu menulis karena ditugaskan, (2) tujuan

altruistik “altruistic purpose”, yaitu menyenangkan pembaca, (3) tujuan persuasif

persuasive purpose”, yaitu meyakinkan pembaca dan kebenaran gagasan yang

diutamakan, (4) tujuan informasional “informational purpose”, yaitu memberi

informasi kepada pembaca, (5) tujuan pernyataan diri “self-expressive purpose”,

yaitu memperkenalkan diri sebagai pengarang kepada pembaca, (6) tujuan kreatif

creative purpose”, yaitu mencapai nilai-nilai artistik dan nilai-nilai kesenian, (7)

tujuan pemecahan masalah “problem-solving purpose”, yaitu mencerminkan serta

menjelajahi pikiran-pikiran agar dimengerti dan diterima oleh pembaca.

Berdasarkan uraian di atas, dapat diketahui bahwa menulis untuk melatih diri

(28)

2.2 Mengarang

Mengarang adalah menggunakan bahasa untuk menyatakan isi hati atau buah

pikiran secara menarik yang mengena kepada pembaca (Heuken, 2008: 10).

Mengarang merupakan kegiatan untuk menyatakan isi hati dan buah pikiran

secara menarik (Natawijaya 1987: 9). Pendapat lain mengatakan mengarang

adalah menyusun atau mengkoordinasikan buah pikiran atau ide ke dalam

rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa tulis (Ambari, 1979: 175).

Dari beberapa pendapat tersebut, penulis mengacu pada pendapat Ambari, yakni

mengarang adalah menyusun atau mengkoordinasikan buah pikiran atau ide ke

dalam rangkaian kalimat yang logis dan terpadu dalam bahasa tulis.

2.2.1 Pengertian Menulis Karangan

Menulis karangan merupakan formulasi beberapa paragraf yang tersusun dengan

sistematis, koheren, uniti, ada bagian utama pengantar, isi, dan penutup, ada

progresi, semua memperbincangankan sesuatu serta hidup dalam tulisan yang

jelas, runtut, ekspresif, enak dibaca dan bisa dipahami orang lain. Tarigan (1987:

20). Pendapat lain menyebutkan bahwa menulis karangan merupakan formulasi

beberapa paragraf yang tersusun secara sistematis, koheren, uniti, ada bagian

utama pengantar, isi, dan penutup yang semuanya memperbincangkan sesuatu

secara tertulis dalam bahasa yang sempurna (Tarigan, 1987:20). Ada juga yang

mengemukakan menulis karangan adalah mengungkapkan sesuatu secara jujur,

tanpa rasa emosional yang berlebihan, realistis, dan tidak menghamburkan

(29)

Dari beberapa pendapai tersebut, penulis mengacu pada pendapat Tarigan yang

mengemukakan bahwa menulis karangan merupakan formulasi beberapa paragraf

yang tersusun dengan sistematis, koheren, uniti, ada bagian utama pengantar, isi,

dan penutup, semua memperbincangkan sesuatu secara tertulis dalam bahasa yang

sempurna.

2.2.2 Pengertian Kemampuan Menulis Karangan

Kemampuan adalah kesiapan, kesanggupan yang dimiliki seseorang untuk

melaksanakan tugas secara baik dan berhasil serta menguasai permasalahan yang

akan disampaikan kepada orang lain dalam situasi yang sesuai (Mukhrin, 1981:

39). Kemampuan berarti kesanggupan, kecakapan, kekuatan untuk melakukan

sesuatu (Depdikbud, 1997: 623).

Kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan unsur-unsur kesatuan

dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan tertentu dalam keadaan

yang sesuai. Hal ini berarti kemampuan memiliki unsur kesanggupan, kecakapan,

dan kekuatan untuk melakukan sesuatu tindakan (Nababan, 1981:39).

Kemampuan adalah kesanggupan, kecakapan, keuletan, dan kekayaan

(Poerwadarminta, 1984: 828)

Dari beberapa pengertian di atas, penulis mengacu pada pendapat Nababan yang

mengatakan bahwa kemampuan adalah kesanggupan seseorang menggunakan

unsur-unsur kesatuan dalam bahasa untuk menyampaikan maksud serta kesan

(30)

Jadi, yang dimaksud kemampuan menulis karangan dalam penelitian ini adalah

keterampilan yang dimiliki seseorang dalam menggunakan bahasa untuk

mengungkapkan ilmu pengetahuan, informasi dan buah pikiran ke dalam bentuk

tulisan yang tersusun secara sistematis dan padu dalam bahasa yang sempurna

sehingga dapat dipahami oleh pembaca. Kemampuan mengarang deskripsi yang

dimaksud dalam penelitian ini adalah skor yang diperoleh siswa dalam

mengarang deskripsi. Dalam hal ini penulis menggunakan media gambar berseri.

2.2.3 Bagian-Bagian Karangan

Bagian-bagian karangan meliputi pendahuluan, isi, dan penutup. Adapun fungsi

dari bagian karangan adalah sebagai berikut.

1. Pendahuluan

Pendahuluan berfungsi sebagai (a) menarik minat pembaca, (b) mengarahkan

perhatian pembaca, (c) menjelaskan secara singkat ide pokok atau tema karangan,

(d) menjelaskan bila dan bagaimana suatu hal diperbincangkan.

2. Isi

Isi berfungsi untuk menghubungkan antara bagian pendahuluan dan bagian

penutup. Pada bagian ini merupakan pembahasan dari ide pokok sebuah karangan.

3. Penutup

Pada bagian penutup berfungsi sebagai (a) simpulan dari sebuah karangan, (b)

penekanan untuk bagian-bagian tertentu, (c) titik klimaks dari suatu karangan, (d)

pelengkap, dan (e) sebagai perangsang bagi pembaca untuk melakukan sesuatu

(31)

2.2.4 Fungsi Mengarang

Ada beberapa fungsi mengarang menurut Marwoto (1987: 19), yaitu sebagai

berikut.

a) Memperdalam suatu ilmu dan penggalian hikmah pengalaman-pengalaman;

b) Membuktikan sekaligus menyadari potensi ilmu pengetahuan, ide, dan

pengalaman hidupnya;

c) Bisa menyumbangkan pengalaman hidupnya dan ilmu pengetahuan serta

ide-idenya yang berguna bagi masyarakat;

d) Untuk meningkatkan prestasi kerja serta memperluas media profesi;

e) Memperlancar mekanisme kerja masyarakat intelektual, dialog ilmu

pengetahuan dan humaniora, pelestarian, pengembangan, dan penyempurnaan

ilmu pengetahuan serta nilai-nilai hayati humaniora tersebut.

2.2.5 Tujuan Mengarang

Mengarang bertujuan mengungkapkan pikiran, gagasan, dan maksud kepada

orang lain secara jelas dan efektif. Menurut Widyamartaya (1991: 130), tujuan

mengarang dapat dibedakan sebagai berikut.

a) Memberi tahu dan memberi informasi;

b) Menggerakkan hati, menggerakkan perasaan, mengharukan; karangan yang

memang ditunjukkan untuk menggugah perasaan atau memengaruhi dan

membangkitkan simpatik;

(32)

2.2.6 Jenis-Jenis Karangan

Dilihat dari bentuk pengembangannya, karangan dapat dibedakan menjadi empat,

yaitu karangan dalam bentuk (1) narasi, (2) eksposisi, (3) argumentasi, dan (4)

deskripsi (Widagdho, 1994: 106). Pendapat lain menyatakan bahwa karangan

dapat dibedakan atas empat jenis, yaitu karangan dalam bentuk narasi, eksposisi,

argumentasi, dan deskripsi (Parera, 1993: 5). Nursisto (1999: 37) berpendapat

bahwa karangan dapat dibedakan atas beberapa jenis, yaitu karangan narasi,

deskripsi, persuasi, argumentasi, dan eksposisi.

Pembagian jenis-jenis karangan tersebut hanya bersifat teoretis karena pada

kenyataannya sulit ditemukan karangan yang sepenuhnya naratif atau ekspositoris.

Deskripsi murni hampir tidak dijumpai lagi dalam praktik menulis. Begitu pula

eksposisi murni, yang ditemui adalah keempat jenis karangan secara bergantian

digunakan dalam suatu karangan atau wacana.

Deskripsi berisi gambaran tentang suatu hal/kejadian. Cara penulisan karangan ini

adalah dengan menggambarkan sesuatu sedemikian rupa sehingga pembaca

seolah-olah dapat melihat, mendengarkan, atau merasakan sebagaimana

dipersepsikan oleh pancaindera. Eksposisi adalah karangan yang berusaha

menguraikan atau memberikan penjelasan tentang suatu topik yang bertujuan

memberikan informasi atau petunjuk pada pembaca. Argumentasi yakni karangan

yang bertujuan membuktikan kebenaran suatu pendapat dengan data atau fakta

sebagai bukti. Dalam karangan ini, pengarang mengharapkan pembenaran

(33)

kejadian dalam urutan waktu tertentu. Narasi juga dapat berupa cerita yang

dipaparkan berdasarkan plot/alur.

2.2.7 Kriteria Karangan yang Baik

Sebuah karangan dapat dikatakan baik, apabila memiliki ciri-ciri sebagai berikut.

a) Tema karangan

Tema dalam sebuah karangan merupakan salah satu faktor yang menentukan

karangan menjadi baik. Berhasil atau tidaknya kegiatan menulis karangan

ditentukan dengan menarik atau tidaknya tema yang dipilih (Caraka, 1996: 9).

Tema yang baik adalah tema yang memiliki kejelasan, kesatuan, keutuhan, dan

keaslian. Sebuah tema akan menjadi jelas apabila memiliki hubungan yang jelas.

Keutuhan yang memiliki satu gagasan sentral berarti adanya kesatuan tema.

Keutuhan pengembangan tema, artinya tema diperinci secara logis, teratur, dan

utuh.

b)Bahasa Karangan

Dalam karangan bahasa yang diutamakan hendaknya tidak hanya memperlihatkan

isi, alur, dan strategi tetapi juga harus memperlihatkan bahasa sebagai media

pengungkapan. Mengenai bahasa karangan, Natia (1983: 3) mengemukakan

bahwa:

a) bahasa karangan hendaknya tepat, hemat, cermat, padat, dan singkat;

b) karangan tersusun oleh kafimat-kahmat efektif;

c) karangan menggunakan bahasa yang sesuai dengan gagasan dan kaidah yang

(34)

c) Keselarasan Antara Isi dengan Judul

Judul sebuah karangan harus dapat mewakili secara singkat isi yang terdapat di

dalam karangan. Judul dikatakan baik apabila memenuhi kriteria yaitu (a)

singkat, (b) provokatif, dan (c) relevan dengan isi karangan (Keraf, 2001: 111).

2.2.8 Faktor-Faktor yang Memengaruhi Kemampuan Siswa dalam Mengarang

Untuk dapat mengarang dengan baik, menurut Keraf (1982: 2) ada beberapa

faktor yang memengaruhi, yaitu:

a) menguasai pengetahuan bahasa yang meliputi penguasaan gaya bahasa;

b) memiliki kemampuan penalaran yang baik;

c) memiliki pengetahuan yang baik dan mantap mengenai objek garapannya.

2.3 Karangan Deskripsi

Deskripsi adalah suatu bentuk karangan yang melukiskan sesuatu sesuai dengan

keadaan sebenarnya sehingga pembaca dapat mencitrai (melihat, mendengar,

mencium, dan merasakan) apa yang dilukiskan itu sesuai dengan citra penulisnya

(Yunus, 2002: 45). Sasaran yang ingin dicapai oleh seorang penulis deskripsi

adalah menciptakan atau memungkinkan terciptanya daya khayal (imajinasi) pada

para pembaca seolah-olah mereka melihat sendiri objek tadi secara keseluruhan

sebagaimana yang dialami secara fisik oleh penulisnya (Keraf, 1982: 93).

Karangan deskripsi adalah salah satu bentuk karangan yang hidup dan

berpengaruh. Karangan deskripsi berhubungan dengan pancaindera. Untuk

menulis karangan deskripsi yang baik, siswa harus dekat dengan objek dan

(35)

Karangan deskripsi selalu berusaha melukiskan dan mengemukakan sifat, tingkah

laku seseorang, suasana, dan keadaan suatu tempat atau sesuatu yang lain

(Widagdho, 1994: 109). Selain itu, Wibowo (2001: 54) berpendapat bahwa

karangan deskripsi merupakan bentuk tulisan yang mengutamakan kemampuan

penulisannya dalam melukiskan atau merinci sesuatu (peristiwa, kejadian, atau

keadaan) secara objektif. Dengan cara ini, seolah-olah pembaca dapat melihat

langsung peristiwa tersebut. Deskripsi adalah karangan yang melukiskan sifat,

tingkah laku, suasana atau keadaan suatu tempat, dan hal-hal lain kesan dari

penglihatan atau pengalaman pancaindera (Natia, 1984: 12).

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan oleh para ahli, penulis mengacu pada

pendapat yang dikemukakan oleh Parera (1993: 3) yang mendefinisikan karangan

deskripsi sebagai salah satu bentuk karangan yang hidup dan berpengaruh.

Karangan deskripsi berhubungan dengan pancaindera. Untuk menulis karangan

deskripsi, siswa harus dekat dengan objek dan merasakannya dengan pancaindera.

Oleh karena itu, agar siswa merasa dekat dengan objeknya, peneliti memilih kartu

gambar dan lingkungan sekolah sebagai media sehingga siswa mampu

menuangkan hasil pengamatan dalam bentuk karangan deskripsi yang baik.

Pada dasarnya deskripsi merupakan eksposisi juga, sehingga ciri umum yang

dimiliki eksposisi juga dimiliki oleh deskripsi (Raharjo, 1990: 20), sedangkan

menurut Maizar (1991: 20), ciri yang membedakan deskripsi dengan eksposisi

antara lain sebagai berikut.

(36)

2. Deskripsi lebih bersifat memberi pengaruh sensitif dan membentuk imajinasi

pembaca;

3. Deskripsi disampaikan dengan gaya memikat dan dengan pilihan kata yang

menggugah;

4. Deskripsi lebih banyak memaparkan tentang sesuatu yang dapat didengar,

dilihat, dan dirasakan sehingga objeknya adalah benda, alam, wacana, dan

manusia.

Karangan deskripsi terbagi menjadi dua, yaitu: deskripsi sugestif dan deskripsi

teknis atau deskripsi ekspositoris. Dalam deskripsi sugestif penulis bermaksud

menciptakan sebuah pengalaman pada diri pembaca, pengalaman karena

perkenalan langsung dengan objeknya. Di pihak lain, deskripsi ekspositoris atau

deskripsi teknis hanya bertujuan untuk memberikan identifikasi atau informasi

mengenai objeknya sehingga pembaca dapat mengenalnya bila bertemu atau

berhadapan dengan objek (Keraf, 1982:94).

Contoh Karangan Deskripsi

Anjingku Brandon

(37)

Tadinya, anjing dikenal di Jerman Timur sekitar 1900 tahun yang lalu. Jika berdiri, tingginya sekitar 55 sampai 70 cm diukur sampai bahunya. Dan beratnya sekitar 34 sampai 41 kg. Rotweiler memiliki bulu yang pendek, yang melekat dengan kulitnya, teksturnya tebal dan warnanya hitam. Seringkali memiliki bayangan warna coklat tua dan coklat muda di sekitar pipi, dada, kaki dan sekitar mata.

Ekornya terletak dekat dengan badannya. Seringkali, ekor ini dipotong sewaktu Rottweiler masih kecil, sehingga hingga dewasa, ekornya tidak akan tumbuh lagi. Dinamakan Rottweiler, sesuai dengan salah satu pusatkota peternakan abad pertengahan di Jerman yang bernama Rottweil, Rottweiler digunakan sebagai penggiring hewan ternak dan pengawal pengiriman barang.

Ketika menggiring hewan ternak menggunakan anjing dilarang di Jerman sekitar abad ke-20, Rottweiler digunakan sebagai anjing pengirim pesan, dan kemudian berkembang menjadi anjing polisi. Kemampuan sebagai anjing polisi, menghindarkan Rottweiler dari kepunahan. Saat ini, keturunan Rottweiler sering digunakan untuk membantu pekerjaan polisi dan juga dibesarkan sebagai anjing peliharaan. Brandon, anjing Rottweilerku, sudah berusia 10 bulan saat ini. Pertama kali diambil, usianya 3 bulan. Saat ini beratnya sudah 38 kg. Bulu di tubuhnya hampir seluruhnya berwarna hitam, nampak mengkilat. Bulu di sekitar kakinya berwarna coklat muda. Ekornya pendek, karena sudah dipotong sejak diambil. Wajahnya terkesan galak. Dan yang paling membuat aku suka, suara gonggongannya sangat berwibawa. Suaranya berat dan keras. Siapa pun orang asing yang mendengarnya akan merasa takut.

Sehari-harinya, Brandon ditempatkan di sebuah kandang yang luasnya cukup untuk dia berjalan-jalan, namun tidak cukup untuk dia meloncat-loncat. Orangtuaku mengajaknya berjalan-jalan hanya di hari libur, karena di hari lain, orangtuaku bekerja. Mungkin karena kurang aktivitas, setiap kali Brandon dikeluarkan dari kandang, dia akan sangat gembira. Kegembiraannya ditunjukkan dengan meloncat ke orang yang mengeluarkannya dari kandang, dengan mulutnya terbuka menunjukkan giginya yang runcing dan besar.

Seringkali, ibuku tergigit, atau ayahku tercakar. Namun kedua orangktuaku tetap menyayangi si Brandon. Aku pun juga kadang-kadang mencoba menarik tali pengikatnya. Namun tenagaku belum cukup kuat untuk menahannya. Biar pun begitu, aku juga tetap menyayangi anjingku, Brandon.

(38)

2.3.1 Ciri-Ciri Karangan Deskripsi

Ciri-ciri karangan deskripsi menurut Keraf (1982:98), diantaranya sebagai berikut.

a) Berisi perincian-perincian sehingga objek seolah-olah terpancang di depan

mata pembaca;

b) Dapat menimbulkan kesan dan daya khayal pembaca;

c) Berisi penjelasan yang menarik minat serta perhatian orang lain atau pembaca;

d) Menyampaikan sifat dan semua perincian wujud yang dapat ditemukan pada

objek;

e) Menggunakan bahasa yang cukup hidup, kuat, dan bersemangat serta konkret.

2.3.2 Unsur-Unsur Karangan Deskripsi

Kualitas karangan dapat dilihat berdasarkan unsur-unsur yang membangun sebuah

karangan. Unsur-unsur kebahasaan tersebut antara lain: isi, aspek kebahasaan, dan

teknik penulisan (Akhadiah, 1999:2).

a) Isi Karangan

Isi karangan merupakan gagasan yang mendasari keseluruhan karangan. Dalam

mengarang deskripsi, isi karangan harus berdasarkan hasil pengamatan. Penulis

berusaha memindah kesan pengamatan dan perasaannya kepada pembaca

sehingga seolah-olah pembaca melihat atau merasakan sendiri tentang objek yang

disampaikan, dan berupaya lebih memperlihatkan perincian tentang objek

(Maizar, 1991:120). Karangan dikembangkan secara maksimal dengan

menggambarkan objek apa adanya. Karangan diungkapkan secara jujur, tidak

dimuati emosi, dan realistis (Nursisto, 1999:50). Pembaca merasa seakan-akan

(39)

antara pembaca dan pengarang. Isi karangan yang baik didukung oleh (a)

pengoperasian gagasan, yaitu kepaduan hubungan antarparagraf, (b) kesesuaian isi

dengan tujuan penulisan, dan (c) kemampuan mengembangkan topik.

Pengembangan topik yang baik adalah pengembangan secara tuntas, rinci, dan

tunggal (Akhadiah, 1999:6).

Untuk menentukan patokan penilaian terhadap isi karangan, penulis mengacu

pada pendapat Maizar. Pendapat tersebut sangat sesuai untuk dijadikan sebagai

patokan penilaian mengingat karangan deskripsi harus melibatkan pancaindera

untuk melakukan pengamatan terhadap objek yang ada.

b)Aspek Penyajian Bahasa

Mengarang tidaklah hanya memperhatikan isi, alur, strategi, tetapi juga harus

memperhatikan bahasa sebagai media pengungkap. Menurut Natia (1984:33)

bahasa karangan harus memenuhi kriteria sebagai berikut.

a. Bahasa karangan harus tepat, hemat, cermat, padat, dan singkat;

b. Karangan tersusun oleh kalimat-kalimat efektif;

c. Karangan menggunakan bahasa yang sesuai dengan suasana dan kaidah yang

berlaku.

Selain hal-hal di atas, pengarang juga harus memperhatikan tata cara penulisan

bahasa Indonesia yang meliputi, isi (kesesuaian isi dengan topik karangan,

kesatuan paragraf dan kepaduan paragraf), bentuk tulisan, dan ejaan yang

disempurnakan (penggalan kata, penulisan kata, penggunaan tanda baca, dan

(40)

Faktor pendukung yang lain adalah pilihan kata (diksi), ketepatan struktur

kalimat, akuratnya pemilihan kata penghubung, pengorganisasian ide yang padu,

kesesuaian menentukan contoh atau ilusi, dan lain-lain. Penggunaan kata-kata dan

istilah harus tepat dan bervariasi. Penyusunan kalimat panjang dan pendek dalam

karangan berselang-seling dan tidak terdapat penggunaan kata-kata yang sama

secara berulang-ulang dengan cara mencari sinonimnya.

Di dalam mengarang deskripsi, ejaan harus diperhatikan. Hal yang tercakup di

dalamnya adalah kesanggupan pengarang untuk memenuhi berbagai kaidah

berbahasa Indonesia secara baik dan benar. Pembentukan kata, penyusunan

kalimat, serta penguasaan ejaan dan tanda baca harus tepat.

Penggunaan ejaan sangat penting dalam kegiatan menulis. Di dalam bahasa tulis,

tanda baca digunakan untuk melambangkan suatu maksud tertentu dan

menggambarkan lagu bahasa. Oleh karena itu, dalam komunikasi masyarakat

pemakai bahasa harus mengetahui dan mematuhi semua aturan yang telah

ditetapkan dalam ejaan. Tanda baca dapat membantu menjelaskan maksud atau

makna kalimat. Dengan tanda baca, penulis dapat menyampaikan maksud kalimat

dengan lebih mudah. Oleh karena itu, penggunaan tanda baca yang salah dapat

mengakibatkan maksud kalimat menjadi berubah. Dalam mengarang tidak boleh

mengabaikan hal-hal kecil, seperti penulisan tanda titik dan koma. Kita harus

(41)

c) Penataan Gagasan

Penataan gagasan karangan dapat dilihat dari kerapian karangan, keterkaitan judul

dengan isi karangan, kesan umum yang menarik bagi pembaca serta karangan

yang kohesif.

Dalam mengarang deskripsi, gagasan juga harus ditata dengan baik, dalam artian

pendapat atau gagasan yang dikemukakan harus runtut. Karangan harus

menjelaskan inti permasalahan dan tidak berbelit-belit. Perpindahan pembahasan

dari satu masalah ke masalah lain berlangsung secara mulus tanpa menimbulkan

kesenjangan.

Pokok-pokok pikiran harus dikemukakan dan dikembangkan dengan jelas

sehingga permasalahan yang dibicarakan dalam karangan dapat dipahami oleh

pembaca secara tepat dan benar (Nursisto, 1999:47). Karangan deskripsi juga

harus kohesif, yaitu karangan memunyai kesatuan. Di dalam pengembangannya

tidak boleh terdapat unsur-unsur yang sama sekali tidak berhubungan dengan

tema atau gagasan pokoknya karena akan menyulitkan pembaca.

Pengembangan tema yang baik adalah pengembangan secara tuntas, rinci, dan

tunggal. Tema dalam sebuah karangan merupakan salah satu faktor yang

menentukan karangan menjadi baik. Berhasil atau tidaknya kegiatan menulis

karangan ditentukan oleh menarik tidaknya tema yang dipilih (Caraka, 1993:9).

Setiap paragraf dalam karangan tidak boleh terlepas dari temanya atau selalu

relevan dengan tema, semua paragraf harus terfokus pada tema dan mencegah

(42)

Berdasarkan teori-teori yang telah dikemukakan di atas, penulis menetapkan

bahwa untuk menata gagasan dalam sebuah karangan deskripsi diharapkan siswa

mampu mengemukakan pendapatnya secara runtut dan jelas. Selain itu, siswa juga

diharapkan mampu menuangkan gagasannya dalam bentuk paragraf yang padu

dan relevan dengan tema karangan.

2.3.3 Langkah-Langkah dalam Mengarang Deskripsi

Untuk menyusun karangan deskripsi secara sistematis, menurut Raharjo (1990:6)

perlu dilakukan dengan langkah-langkah, yaitu:

(1) menentukan tema atau topik karangan;

(2) menentukan tujuan penulisan;

(3) menentukan data-data yang diperlukan;

(4) membuat kerangka karangan;

(5) mengembangkan kerangka karangan menjadi karangan deskripsi.

2.4 Media Pembelajaran

Media merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari proses belajar mengajar

demi tercapainya tujuan pendidikan pada umumnya dan tujuan pembelajaran di

sekolah pada khususnya. Oleh karena itu, untuk mencapai tujuan pembelajaran

tersebut guru dituntut agar dapat mengembangkan keterampilan membuat media

pembelajaran yang akan digunakan (Arsyad, 2007:2). Sejalan dengan hal itu,

berikut akan dikemukakan pengertian media, ciri-ciri media, manfaat media,

(43)

2.4.1 Pengertian Media Pembelajaran

Kata media berasal dari bahasa Latin Medius yang secara harfiah berarti ‘tengah’,

‘perantara’ atau ‘pengantar’. Dalam bahasa Arab, media adalah perantara atau

pengantar pesan dari pengirim kepada penerima pesan (Arsyad, 2007:3). Gerlach

dan Ely (Aryad, 2005: 3) mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis

besar adalah manusia, materi, atau kejadian yang membangun kondisi yang

membuat siswa mampu memeroleh pengetahuan, keterampilan, atau sikap. Dalam

pengertian ini, guru sebagai media yang menyampaikan materi secara langsung ,

buku teks, dan lingkungan sekolah juga merupakan media. Secara lebih khusus,

pengertian media dalam proses belajar mengajar cenderung diartikan sebagai

alat-alat grafis, fotografis, atau elektronis untuk menangkap, memproses, dan

menyusun kembali informasi visual atau verbal. Media adalah segala sesuatu yang

dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima sehingga

merangsang pikiran, perasaan, dan minat serta perhatian siswa sedemikian rupa

sehingga proses belajar mengajar terjadi (Sadiman dkk., 2006:7).

Gagne dan Briggn (Arsyad 2007:4) mengatakan bahwa media pembelajaran

meliputi alat secara fisik digunakan untuk menyampaikan isi materi pengajaran,

yang terdiri atas buku, kaset, film, tape recorder, video camera, video recorder,

slide (gambar bingkai), foto gambar, grafik, televisi, dan komputer. Dengan kata

lain, media adalah komponen sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung

materi instruksional di lingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk

belajar. Dalam pengertian lainnya, media adalah alat, metode, dan teknik yang

(44)

guru dan siswa dalam proses pendidikan dan pengajaran di sekolah (Hamalik,

1994:12). Media adalah suatu alat yang merupakan saluran “channel” yang

berfungsi untuk menyampaikan suatu pesan “massage” atau informasi dari suatu

sumber “resauce” kepada penerima “receiver”(Soeparno: 1980:1).

Dari beberapa pendapat di atas, penulis mengacu pada pendapat Hamalik yang

menyatakan media pembelajaran merupakan alat, metode, dan teknik yang

digunakan untuk mengefektifkan proses interaksi dalam pembelajaran.

2.4.2 Ciri-Ciri Media Pembelajaran

Gerlach dan Ely (Arsyad, 2007: 12) mengemukakan tiga ciri media pembelajaran

yang merupakan petunjuk mengapa media digunakan dan apa-apa saja yang

dilakukan oleh media yang mungkin guru tidak mampu (kurang efisien)

melakukannya.

a. Ciri Fiksatif “Fixative Property”

Ciri ini menggambarkan kemampuan media merekam, menyimpan, melestarikan,

dan merekonstruksi suatu peristiwa atau objek. Ciri ini penting bagi guru karena

kejadian-kejadian atau objek yang telah direkam atau disimpan dengan format

media yang ada dapat digunakan setiap saat. Peristiwa yang kejadiannya hanya

sekali (dalam satu dekade atau satu abad) dapat diabadikan dan disusun kembali

untuk keperluan pembelajaran.

b. Ciri Manipulatif “Manipulative Property”

Transpormasi suatu kejadian atau objek dimungkinkan karena media memiliki

(45)

kepada siswa dalam waktu dua atau tiga menit dengan teknik pengambilan

gambar time-lapse recording. Kemampuan media dari ciri manipulatif

memerlukan perhatian sungguh-sungguh karena apabila terjadi kesalahan dalam

pengaturan kembali urutan kejadian atau pemotongan bagian-bagian yang salah,

maka akan terjadi pula kesalahan penafsiran yang tentu saja akan membingungkan

dan bahkan menyesatkan sehingga dapat mengubah sikap mereka ke arah yang

tidak diinginkan. Manipulasi kejadian atau objek dengan jalan mengedit hasil

rekaman dapat menghemat waktu.

c. Ciri Distributif “Distributive Property”

Ciri distributif dari media memungkinkan suatu objek atau kejadian

ditransportasikan melalui ruang, dan secara bersamaan kejadian tersebut disajikan

kepada sejumlah besar siswa dengan stimulus pengalaman yang relatif sama

mengenai kejadian itu. Sekali informasi direkam dalam format media apa saja, ia

dapat diproduksi seberapa kali pun dan siap digunakan secara bersamaan di

berbagai tempat atau digunakan secara berulang-ulang di suatu tempat.

Konsistensi informasi yang telah direkam akan terjamin sama atau hampir sama

dengan aslinya.

2.4.3 Manfaat Media Pembelajaran

Arsyad (2007:26-27) mengemukakan bahwa manfaat media pembelajaran antara

lain sebagai berikut.

a) Memperjelas penyajian pesan dan informasi sehingga dapat memperlancar dan

(46)

b) Meningkatkan dan mengarahkan perhatian anak sehingga menimbulkan

motivasi belajar, interaksi yang lebih langsung antara siswa dan

lingkungannya, dan kemungkinan siswa untuk belajar sendiri-sendiri sesuai

dengan minat dan pengetahuannya;

c) Mengatasi keterbatasan indera, ruang, dan waktu;

d) Memberikan kesamaan pengalaman kepada siswa tentang peristiwa-peristiwa

di lingkungan mereka, serta memungkinkan terjadinya interaksi langsung

dengan guru, masyarakat, dan lingkungan.

Dari manfaat media pembelajaran yang disebutkan di atas, sangat terasa

peranannya dalam kegiatan pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan

kemampuan menulis karangan deskripsi. Dalam penelitian ini, penulis

menggunakan media gambar seri.

2.4.4 Kriteria Pemilihan Media Pembelajaran

Menurut Arsyad (2007: 75-76), ada beberapa kriteria yang perlu diperhatikan

dalam memilih media, antara lain sebagai berikut.

a) Sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Media dipilih berdasarkan tujuan

instruksional yang telah ditetapkan yang secara umum mengacu kepada salah

satu atau gabungan dari dua atau tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor;

b) Tepat untuk mendukung isi pelajaran yang sifatnya fakta, konsep, prinsip, atau

generalisasi. Agar dapat membantu proses pembelajaran secara aktif, media

harus selaras dan sesuai dengan kebutuhan tugas pembelajaran dan

(47)

c) Praktis, luwes, dan bertahan. Jika tidak tersedia waktu, dana, atau sumber daya

lainnya untuk memproduksi, tidak perlu dipaksakan;

d) Guru terampil menggunakannya. Ini merupakan kriteria utama. Apa pun media

itu, guru harus mampu menggunakannya dalam dalam proses pembelajaran.

Nilai dan manfaat media amat ditentukan oleh guru yang menggunakannya;

e) Pengelompokkan sasaran. Media yang efektif untuk kelompok besar belum

tentu sama efektifnya jika digunakan pada kelompok kecil atau perorangan.

Ada media yang tepat untuk jenis kelompok besar, kelompok sedang,

kelompok kecil, dan perorangan;

f) Mutu teknis. Pengembangan visual baik gambar maupun fotograf harus

memenuhi persyaratan teknis tertentu. Misalnya, visual pada slide harus jelas

dan informasi atau pesan yang ditonjolkan dan ingin disampaikan tidak boleh

terganggu oleh elemen lain yang berupa latar belakang.

2.4.5 Klasifikasi Media

Anderson (Sadiman, 2006: 89) mengklasifikasikan media antara lain (1) media

audio, (2) media cetak, (3) media cetak bersuara, (4) media visual diam, (5) media

visual dengan suara, (6) media visual gerak, (7) objek, (8) sumber manusia dan

lingkungan, dan (9) media komputer.

Berdasarkan klasifikasi di atas, media yang digunakan penulis dalam penelitian ini

adalah media visual diam dalam bentuk gambar seri. Media gambar seri

merupakan media yang didesain dengan cara menempelkan gambar dari

(48)

ditempelkan pada papan tulis secara berseri atau bersambung sehingga siswa

dapat menggunakan daya khayalnya sesuai dengan keadaan yang terdapat pada

gambar.

2.5 Media Gambar

Media gambar adalah gambar yang tidak diproyeksikan, terdapat di mana-mana,

baik di lingkungan anak-anak maupun orang dewasa, mudah diperoleh dan

ditunjukkan kepada anak-anak (Hamalik, 1994: 81). Media gambar adalah salah

satu jenis media visual yang berupa gambar, yang merupakan sarana penyampai

pesan (Sulaeman, 1988:17).

Dari pengertian-pengertian tersebut, penulis mengacu pada pendapat Hamalik

yang mengartikan media gambar sebagai gambar yang tidak diproyeksikan,

terdapat di mana-mana, dan mudah diperoleh dan ditunjukkan kepada anak-anak.

2.5.1 Kelebihan Media Gambar

Menurut Hamalik (1994: 63),media gambar memiliki kelebihan-kelebihan sebagai

berikut.

a) Gambar bersifat konkret. Melalui gambar para siswa dapat melihat dengan

jelas sesuatu yang sedang dibicarakan atau didiskusikan dalam kelas;

b) Gambar mengatasi ruang-ruang dan waktu. maksudnya dengan media gambar

siswa tidak harus mendatangi suatu tempat tertentu untuk melihat dan

menyaksikan keadaannya secara langsung karena hanya akan menghabiskan

banyak waktu dan biaya. Dengan media gambar siswa dapat melihat situasi

(49)

c) Gambar mengatasi kekurangan daya mampu panca indera manusia. Melalui

media gambar dapat menggambarkan objek secara jelas seolah-olah melihat

langsung objek pada gambar;

d) Gambar dapat digunakan untuk menjelaskan suatu masalah. Misalnya gambar

suatu daerah yang sedang dilanda banjir. Dari gambar tersebut dapat dibuat

karangan deskripsi tentang keadaan tersebut;

e) Gambar-gambar mudah didapat dan murah. Dalam penelitian ini, gambar yang

digunakan penulis diperoleh dari buku-buku yang sudah tidak terpakai yang

digunting lalu ditempelkan pada kartu remi sebagai alas dasar;

f) Gambar mudah digunakan untuk perseorangan.

2.5.2 Kekurangan Media Gambar

Selain memiliki kelebihan-kelebihan, menurut Sadiman (2006: 31) media gambar

juga memiliki kekurangan. Kekurangan tersebut antara lain sebagai berikut.

a) Gambar hanya menekankan persepsi mata;

b) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan

pembelajaran;

c) Ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar.

Kekurangan yang pertama adalah gambar hanya menekankan pada persepsi mata.

Maksudnya, siswa hanya dapat memanfaatkan indera penglihatan untuk

menyaksikan apa yang ditampilkan pada gambar tanpa melibatkan indera yang

lain seperti pendengaran dan penciuman. Misalnya, gambar lingkungan pasar

(50)

pembeli atau mencium bau busuk yang ditimbulkan sampah-sampah pasar

tersebut. Kelemahan yang kedua yakni gambar benda yang terlalu kompleks

kurang efektif untuk kegiatan pembelajaran. Maksudnya, gambar yang objeknya

terlampau banyak akan membutuhkan waktu yang tidak sedikit karena siswa

harus melukiskan secara rinci dan tidak sesuai dengan waktu yang ditentukan.

Selanjutnya kekurangan yang ketiga, yaitu ukurannya sangat terbatas untuk

kelompok besar, artinya gambar yang disajikan tidak sesuai dengan ukuran kelas

yang normal.

2.6 Media Gambar Seri sebagai Model Pembelajaran

Media gambar seri sebagai salah satu model pembelajaran, harus memiliki kriteria

tertentu. Kriteria pemilihan media yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran,

harus sesuai dengan taraf berfikir anak didik. Demikian pula dalam pembelajaran

menulis karangan di SD. Penggunaan media gambar seri dirasakan sangat tepat

untuk membantu siswa dalam keterampilan mengarang. Dengan melihat gambar,

siswa dapat menarik isi kesimpulan dari gambar tersebut, kemudian dapat

menguraikan dalam bentuk tulisan (Sadiman, 2006:60).

Berkaitan dengan penggunaan media gambar seri, Soeparno (1980:63),

mengemukakan bahwa penggunaan media gambar seri untuk melatih anak

menentukan pokok pikiran yang mungkin akan menjadi karangan–karangan.

Senada dengan pernyataan tersebut, Tarigan (1997:210) mengemukakan bahwa

mengarang melalui media gambar seri berarti melatih dan mempertajam daya

(51)

Dari uraian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa cerita gambar seri adalah cara

atau daya upaya dalam menyusun atau menulis suatu tulisan atau karangan dengan

menerjemahkan isi pesan visual (gambar seri) ke dalam bentuk tulisan.

2.7 Ciri–ciri Gambar yang Baik dan Peranannya sebagai Media Belajar

Gambar yang baik dan dapat digunakan sebagai sumber belajar adalah yang

memiliki ciri–ciri sebagaimana dikemukakan Sudirman (1991:219) yaitu, (1)

dapat menyampaikan pesan atau ide tertentu, (2) memberi kesan kuat dan menarik

perhatian, (3) merangsang orang yang melihat untuk ingin mengungkapkan

tentang obyek–obyek dalam gambar, (4) berani dan dinamis, dan (5) ilustrasi tidak

terlalu banyak, tetapi menarik dan mudah dipahami. Gambar sebagai media

pengajaran juga memiliki peranan, diantaranya (1) dapat membantu guru dalam

menyampaikan pelajaran dan membantu siswa dalam belajar, (2) menarik

perhatian anak sehinga terdorong untuk lebih giat belajar, (3) dapat membantu

daya ingat siswa (retensi), dan (4) dapat disimpulkan dan digunakan lagi apabila

diperlukan pada saat yang lain (Sudirman 1991 : 220).

Berdasarkan uraian di atas, hendaknya guru mempertimbangkan penggunaan

media gambar seri dalam melaksanakan proses pembelajaran menulis karangan,

karena gambar dapat merangsang imajinasi siswa dalam bercerita tentang gambar

yang dilihatnya, sehingga diharapkan siswa tersebut mampu menulis karangan

(52)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas (PTK), ruang lingkupnya adalah pembelajaran di dalam kelas yang

dilaksanakan oleh guru dan siswa untuk melakukan perbaikan dan berdampak

pada peningkatan hasil belajar peserta didik dengan menggunakan media gambar

seri dalam menulis karangan deskripsi.

Dalam konsep PTK terdiri atas empat tahap yaitu, perencanaan, tindakan,

observasi, dan refieksi. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas

dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 3.1. Model PTK. Kemmis S, and Mc. Taggart. (Dikutip Arikunto, 2010 : 132)

Keterangan : 1 = Perencanaan 2 = Pelaksanaan

3 = Observasi/Pengamatan 4 = Refleksi I

5 = Perencanaan Ulang 6 = Pelaksanaan II

(53)

Penjelasan alur di atas adalah sebagai berikut.

a) Perencanaan, sebelum mengadakan penelitian peneliti menyusun rumusan

masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya

instrumen penelitian dan perangkat pembelajaran;

b) Pelaksanaan tindakan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh peneliti sebagai

upaya membangun pemahaman konsep siswa;

c) Pengamatan (observasi), dengan mengamati hasil atau dampak dari

penggunaan media gambar seri. observasi dibagi dalam dua siklus dimana

masing-masing siklus dikenai perlakuan yang sama (alur kegiatan yang sama)

dan membahas satu sub pokok bahasan yang diakhiri dengan tes formatif di

akhir pembelajaran;

d) Refleksi, peneliti mengkaji, melihat, dan mempertimbangkan hasil atau

dampak dari tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar pengamatan yang

diisi oleh pengamat. Berdasarkan hasil refleksi tersebut kemudian dapat

diputuskan apakah dilanjutkan pada siklus berikutnya ataukah tidak.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek yang terlibat dalam penelitian ini adalah siswa kelas V SD Negeri 3

Kedaloman, Tanggamus dengan jumlah 28 siswa terdiri atas laki-laki 11 orang

dan perempuan 17 orang.

3.3 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 3 Kedaloman, yang beralamat di jalan

(54)

3.4 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada tahun pelajaran 2011/2012. Pelaksanaan PTK

sesuai dengan jadwal pelajaran, dan penelitian akan berlangsung sampai mencapai

indikator yang telah ditentukan.

3.5 Indikator Kerja

Indikator keberhasilan penelitian tindakan kelas ini pada aspek proses dan hasil

pembelajaran. Dari segi proses 75% siswa aktif dalam pembelajaran. Sementara

itu, dari segi hasil dapat berhasil jika siswa mendapat nilai 60 atau lebih, sebanyak

75%.

3.6 Prosedur Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini direncakanan dalam dua siklus. Tiap siklus terdiri

atas dua kali pertemuan, tiap-tiap pertemuan terdiri dari empat tahapan yaitu,

perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan refleksi.

3.6.1 Tahap Perencanaan

Pada tahap perencanaan tindakan apa yang harus dilakukan, untuk pertama kali

kita sebagai peneliti meminta ijin kepada kepala sekolah untuk melakukan

penelitian, untuk melakukan tindakan kelas, kemudian menyiapkan indikator yang

akan di teliti beserta tolak ukur keberhasilan penelitian yang akan dilaksanakan.

Kemudian mencari guru yang akan dijadikan kolaborasi, yang paham tentang

Gambar

Gambar 3.1. Model PTK. Kemmis S, and Mc. Taggart. (Dikutip Arikunto, 2010 : 132)
Tabel 3.1 Indikator Tes Kemampuan Mengarang Deskripsi Berdasarkan Media Gambar Seri
Tabel 3.2 Lembar Observasi Aktivitas Siswa
Tabel 3.3  Lembar Observasi Aktivitas Guru
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui jenis Arthropoda apa saja yang yang terdapat di gua Ngguwo serta mengetahui tingkat keanekaragaman jenis Arthropoda

[r]

Hasil Uji Beda Rata-rata Kemampuan Short Term Memory dan Kemampuan Long Term Memory antara Kelompok Bersepeda dan Kelompok Bermotor (Kontrol) .... Hasil Uji Beda Rata-rata

Terasi memiliki total mikroba yang lebih banyak karena dibuat dari hasil fermentasi, oleh karena itu, ini menjadi salah satu keunggulan terasi dalam produksi serta kaya akan

Agus Mulyana (2010) dalam Tesisnya yang berjudul pengaruh aktivitas fisik terhadap kemampuan short term memory, long term memory dan prestasi belajar yang dilakukan

PENGARUH PENGALIHAN FUNGSI HUTAN TERHADAP TINGKAT KEMISKINAN MASYARAKAT ADAT (Studi Kasus di Desa Pandumaan, kecamatan Pollung, Kabupaten Humbang Hasundutan).. Skripsi

The first chapter is introduction that consists of the background of the study, literature review, the problem statement, and the objectives of study, limitation of study, benefit

Penelitian ini menggunakan metode quasi-experimental dengan desain nonequivalent control group design dengan melibatkan dua kelas (eksperimen dan pembanding masing-masing