• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aplikasi Multidimensional Scaling pada gambar tes Dap bagian kepala

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aplikasi Multidimensional Scaling pada gambar tes Dap bagian kepala"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING PADA GAMBAR TES DAP

BAGIAN KEPALA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Psikologi

Program Studi Psikologi

Oleh :

Adelbertus Apri Dwi Hartanto NIM : 07 9114 054

PROGRAM STUDI PSIKOLOGI FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2013

(2)

ii 

 

ii 

(3)

iii 

(4)

Jika anda ingin menghasilkan LEBIH,

Lakukanlah LEBIH,

Berpikirlah LEBIH,

Dan bertahanlah LEBIH lama.

-Putu Putrayasa-

Menunda pekerjaan itu sama dengan menunda tujuan, menunda impian

dan menunda kehidupan yang lebih baik… KERJAKAN

SEKARANG!!!!

Karya ini kupersembahkan kepada:

• Jesus Christ

• Mami Papi sebagai kado ulang tahun pernikahan yang ke 30

• Debbi dan Icel yang membuat selalu kangen rumah…

u’r my everything

iv 

(5)

(6)

APLIKASI MULTIDIMENSIONAL SCALING PADA GAMBAR TES DAP BAGIAN KEPALA

Adelbertus Apri Dwi Hartanto

ABSTRAK

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui banyaknya dimensi dan identifikasi dari setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar tes DAP bagian kepala. Variable dari penelitian ini adalah data kemiripan (similarity data) terhadap gambar DAP. Subjek penelitian ini terdiri dari 20 orang mahasiswa dari dua universitas di Yogyakarta. Data dikumpulkan melalui proses : pertama, subjek diminta untuk mengerjakan tes DAP lalu kemudian diminta untuk memberikan penilaian kemiripan antara satu gambar dengan 19 gambar lainnya dari hasil tes DAP tersebut. Data kemiripan dicatat secara manual dan diolah menggunakan teknik multidimensional scaling yang dibantu dengan Software Statistical Package for Social Sciences (SPSS) versi 15.0 for Windows Evaluation Version. Hasil analisis menunjukkan terdapat 4 dimensi, yaitu kepenuhan pupil yang tidak penuh hingga penuh, lebarnya dagu yang besar hingga menyempit, ada tidaknya poni rambut, dan rambut yang digambar secara detail (helai) hingga keseluruhan.

Kata kunci: multidimensional scaling, tes DAP, data kemiripan (similarity data)

vi 

(7)

APPLICATION OF MULTIDIMENSIONAL SCALING ON HEAD OF HUMAN FIGURE DRAWING

OF DRAW A PERSON TEST

Adelbertus Apri Dwi Hartanto

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine the number of dimensions and the identification of each dimension are found in the head of the DAP test images. Variable of this study is a similarity data against DAP image. The study subjects consisted of 20 students from two universities in Yogyakarta. Data collected through the process: first, subjects were asked to take tests DAP and then asked to provide an assessment of the similarity between the images with 19 other images of the DAP test results. Similarity of data recorded manually and processed using multidimensional scaling techniques are assisted by the Statistical Software Package for Social Sciences (SPSS) version 15.0 for Windows Evaluation Version. The results show there are 4 dimensions, the fullness of pupils who are not full to the brim, large width to narrow chin, presence or absence of hair bangs, hair and drawn in detail (strands) to the total.

Keywords: multidimensional scaling, DAP test, similarity data

vii 

(8)

viii 

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis haturkan kepada Yesus Kristus, Sahabat Sejati

yang senantiasa membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan

skripsinya dengan judul “Aplikasi Multidimensional Scaling pada Gambar Tes

DAP Bagian Kepala” sebagai salah satu syarat kelulusan di Fakultas Psikologi

Universitas Sanata Dharma.

Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari campur tangan dari berbagai pihak

yang telah membantu penulis. Berbagai bantuan material, moral dan spiritual telah

banyak penulis dapatkan. Maka pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan

terima kasih kepada :

1. Bapak C. Siswa Widyatmoko, M.Psi., selaku Dekan Fakultas

Psikologi.

2. Bapak Agung Santoso, M.A., selaku dosen pembimbing skripsi yang

telah meluangkan waktu dan pikiran dalam membimbing penulis

dalam memperlajari topik skripsi sampai terselesaikannya skripsi ini.

Great Thanks Sir!

3. Bapak Victorius Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si. dan Ibu Ratri

Sunar Astuti, S.Psi., M.Si., selaku dosen penguji yang banyak

memberikan masukan dalam skripsi ini.

4. Bapak Victorius Didik Suryo Hartoko, S.Psi., M.Si. dan Ibu MM

Nimas Eki S., S.Psi., M.Si., selaku dosen pembimbing akademik.

ix 

(10)

5. Dosen-dosen Fakultas Psikologi atas bimbingan selama penulis kuliah

di Fakultas Psikologi.

6. Karyawan Fakultas Psikologi Mas Gandung, Mbak Nanik, Pak Gie,

Mas Muji dan Mas Dony atas segala bantuan dan dukungan selama

proses perkuliahan.

7. Mami dan Papi yang tidak henti memberi doa dan dukungan. Terima

kasih atas segala cintamu.

8. Mbak Lilin atas segala dukungan dan suport dalam menjalani proses

perkuliahan di Fakultas Psikologi.

9. Teman-teman satu payung penelitian : Ina, Wini, Reni bude, dan

Rangga. Terima kasih atas dukungan kalian dalam penyelesaian

skripsi ini.

10. Teman-teman lain : Arya, Dodi, Eek, Ayu, Rico, Tya, Bambang, Tino,

Anton, De-a, David, Lanang, Ve, yang bersama memperjuangkan

kesempatan terakhir kita.

11. Teman-teman bimbingan Pak Agung : Feny, Putrid an Vivin,

terimakasih atas dukungan dalam berproses bersama.

12. Terakhir untuk Debbie dan Icel atas suport dan doa yang terus kalian

berikan. U’re my everything.

13. Pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang secara

langsung maupun tidak langsung telah membantu kelancaran skripsi

ini.

(11)

Penulis menyadari skripsi ini bukanlah karya yang besar, tetapi inilah yang

terbaik yang dapat penulis berikan. Dalam skripsi ini tentunya masih memiliki

banyak kekurangan. Penulis masih harus banyak belajar, maka penulis membuka

diri atas kritik dan saran atas skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

kita semua.

Penulis

xi 

(12)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... v

ABSTRAK ... vi

ABSTRACT ... vii

HALAMAN PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xv

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Rumusan Masalah ... 5

C. Tujuan ... 5

D. Manfaat ... 5

1. Manfaat Teoritis ... 5

2. Manfaat Praktis ... 6

xii 

(13)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

A. DAP (Draw a Person) ... 7

1. Sejarah Tes DAP ... 7

2. Prosedur Administrasi Tes DAP ... 8

3. Cara Interpretasi ... 9

B. MDS (Multidimensional Scaling) ... 11

1. Pengertian MDS ... 11

2. Tahap-tahap MDS ... 12

C. Kerangka Penelitian ... 17

D. Pertanyaan Penelitian ... 18

BAB III. METODE PENELITIAN ... 19

A. Jenis Penelitian ... 19

B. Identifikasi Variabel ... 19

C. Definisi Operasional ... 19

D. Subjek Penelitian ... 20

E. Metode Pengambilan Data ... 20

1. Data untuk Tahap Kuantitatif ... 20

2. Data untuk Tahap Kualitatif ... 20

F. Prosedur Kerja ... 21

G. Analisis Data ... 21

xiii 

(14)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 22

A. Pelaksanaan Penelitian ... 22

B. Hasil Penelitian ... 23

1. Banyaknya Dimensi ... 23

2. Interpretasi Dimensi ... 25

C. Pembahasan ... 30

1. Banyaknya Dimensi ... 30

2. Interpretasi Dimensi ... 31

D. Keterbatasan Penelitian ... 32

BAB V. PENUTUP ... 33

A. Kesimpulan ... 33

B. Saran ... 33

DAFTAR PUSTAKA ... 35

LAMPIRAN ... 37

xiv 

(15)

xv 

 

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Scree Plot Dimensi 2 sampai 19 ... 23

Gambar 2 Perceptual Map Dimensi 1 dan 2 ... 25

Gambar 3 Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Kepenuhan Pupil ... 26

Gambar 4 Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Lebar Dagu ... 27

Gambar 5 Perceptual Map Dimensi 3 dan 4 ... 28

Gambar 6 Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Poni Rambut ... 29

Gambar 7 Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Rambut yang Digambar

(16)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Tes psikologis dikenal oleh sebagian besar orang sebagai alat untuk

mendeteksi masalah kepribadian, tingkat inteligensi dan lain sebagainya

(Gregory, 2007). Hal tersebut disebabkan karena sebagian besar pandangan

terhadap tes psikologi di masyarakat kita memang seperti itu. Seiring

perkembangannya, tes psikologis juga banyak digunakan sebagai syarat untuk

memperoleh sebuah pekerjaan.

Salah satu tes psikologis yang sering dipakai adalah tes grafis. Tes

grafis masih sering digunakan di Indonesia dan banyak negara lain.

(Cummings, 1986; Yama, dalam Laak, Goede, Aleva, & Rijswijk, 2005;

Lubin, Larsen, Matarazzo & Seever, 1985; Watkins, Campbell, Nieberding &

Hallmark, 1995 dalam Lilienfield, Wood, & Garb, 2000; Etikawati,

Wawancara Pribadi, 10 Mei 2010). Alasan utama banyak para ahli tetap

memakai tes grafis adalah kemampuannya mengungkap hal-hal yang tidak

dapat diungkap alat tes lain, misalnya kemampuan tes grafis mengungkap

kepribadian dasar dan keadaan emosi pada anak (Laak et al., 2005). Alasan

lain adalah tes grafis dapat diadministrasikan dan diinterpretasikan relatif

cepat (Lilienfield et al., 2000).

Tes grafis adalah tes yang menggunakan teknik proyektif untuk

melihat kepribadian seseorang dari ekspresi gambar yang dibuat oleh

(17)

seseorang. Tes grafis yang umum digunakan adalah BAUM (Tree Drawing

Test), DAP (Draw-a-Person), dan HTP (House Tree Person). BAUM

merupakan tes grafis yang dapat memberi gambaran mengenai fungsi okupasi

seseorang. HTP memiliki fokus untuk melihat kecenderungan seseorang

dalam keluarga, sedangkan DAP memberi gambaran yang lebih kompleks

mengenai konsep diri, gambaran diri yang ideal, keadaan emosi seseorang

dan ekspresi seseorang dalam menghadapi lingkungan (Abt & Bellak, 1959).

Hal tersebut terlihat bahwa DAP lebih memberikan gambaran tentang

individu dari kedua tes lainnya.

Sejarah DAP bermula dari Cooke dan Ricci yang melihat adanya

hubungan antara perkembangan kognitif pada anak dan perkembangan

kemampuan menggambar pada tahun 1800-an. Kemudian pada tahun 1926

Goodennough mengembangan tes ini untuk melihat perkembangan kognitif

pada anak. Tahun 1963 Harris mengadakan revisi yang kemudian merubah

nama tes tersebut menjadi Goodenough-Harris Drawing Test (Kubierske,

2008). Beberapa waktu kemudian tes ini dikembangkan oleh Machover dan

Koppitz dalam cabang proyektif (Kubierske, 2008).

Machover mengembangkan tes ini dalam teknik proyektif untuk

mengungkap kepribadian melalui gambar (Machover, dalam Kubierske,

2008). Machover menggunakan dasar teori psikoanalisa yang mempercayai

bahwa simbol adalah jalan jembatan antara kesadaran dan ketidaksadaran.

(18)

ada gambar/simbol memiliki makna yang tersembunyi yang nantinya

dijadikan sebagai kriteria penilaian.

Machover meneliti simbol dan membandingkannya dengan gangguan

emosional yang dialami oleh pasien-pasien yang dihadapinya. Hal tersebut

menghasilkan kriteria penilaian yang digunakan sampai sekarang dalam

menginterpretasi tes grafis secara lebih luas (Kubierske, 2008).

Penentuan kriteria penilaian tersebut dilakukan secara intuitif

(Machover, dalam Kubierske, 2008) sehingga menghasilkan kriteria penilaian

yang bersifat subjektif (“Projective Methods”, 1968).

Peneliti tertarik untuk mencoba melakukan penelitian kuantitatif untuk

mencari kriteria penilaian DAP secara objektif. Ketertarikan peneliti

berangkat dari dua hal. Yang pertama, Machover membandingkan simbol

yang muncul di gambar dengan pasien yang mengalami gangguan emosional.

Peneliti ingin mencoba membandingkan simbol pada orang-orang normal.

Peneliti berharap ada kriteria-kriteria baru yang muncul sehingga dapat

memperkaya kriteria-kriteria yang ada. Yang kedua, dalam menentukkan

kriteria tersebut Machover melakukan secara kualitatif. Peneliti ingin

mencoba melakukannya secara kuantitatif. Peneliti berharap kriteria yang

telah dihasilkan tadi memiliki dasar berupa angka sehingga memberikan

pengukuran psikologis yang lebih akurat. Kriteria objektif tersebut memiliki

data berupa angka. Penelitian ini akan dilakukan dengan cara mencari

(19)

yang akan diidentifikasi menggunakan teknik Multidimensional Scaling

(MDS).

Multidimensional Scaling (MDS) adalah sebuah teknik untuk

mengidentifikasi dimensi-dimensi dibalik respon terhadap sekelompok objek.

Respon tersebut berupa penilaian kedekatan antara objek satu dengan objek

lainnya. Hasil dari respon-respon tersebut selanjutnya akan dimasukkan ke

dalam perceptual map. Perceptual map adalah gambaran visual dari

respon-respon individu dalam dua dimensi. Dari perceptual map akan didapatkan

dimensi-dimensi dibalik respon yang diberikan, jumlah dimensi yang muncul,

dan hubungan antar dimensi (Hair, Anderson, Tatham & Black, 1998).

Teknik ini memiliki kelebihan dalam hal tidak mengharuskan peneliti

untuk mencari atribut-atribut yang digunakan subjek untuk melakukan

penilaian (Hair, dkk. 1998). Teknik lain yang memungkinkan adalah teknik

analisis faktor dan analisis kelompok. Namun penggunaan teknik-teknik

tersebut mengharuskan peneliti untuk mencari atribut yang dipakai subjek

untuk melakukan penilaian dari,sehingga peneliti menggunakan sumber yang

ada untuk menentukan atributnya. Dalam hal ini peneliti memiliki pengaruh

yang sangat besar. Harapannya, penilaian yang diberikan benar-benar baru.

Penelitian ini merupakan bagian dari penelitian payung untuk

mendapatkan dimensi-dimensi yang diguanakan subjek untuk membedakan

satu gambar dengan gambar lainnya. Penelitian payung ini terdiri dari tiga

penelitian kecil. Peneliti sendiri mencari dimensi bagian kepala. Sedangkan

(20)

badan (Ubasisa ; 2011). Hal tersebut dilakukan karena banyaknya jumlah

evaluasi yang akan dihasilkan. Hal ini menghindari kelelahan peneliti yang

dapat mengganggu penilaian dan penentuan dimensi. Hasil yang didapat

merupakan langkah awal untuk mendapatkan kriteria tes DAP yang objektif.

B. Rumusan Masalah

1. Berapa banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar kepala yang

dihasilkan dari tes DAP?

2. Bagaimana identifikasi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar

kepala yang dihasilkan dari tes DAP?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar

kepala yang dihasilkan dari tes DAP.

2. Untuk mengetahui identifikasi setiap dimensi yang ditemukan dalam

gambar yang dihasilkan dari tes DAP.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini dapat memperkaya ranah Tes Grafis dengan

(21)

2. Manfaat Praktis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat membantu proses pencarian

(22)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DAP (Draw a Person) 1. Sejarah Tes DAP

Teknik menggambar manusia mulai dikenal pada sekitar tahun

1800. Cooker dan Ricci adalah peneliti yang mengembangkan teknik

menggambar manusia. karena mereka melihat gambar anak – anak

berubah seiring dengan perkembangan mereka (Naglieri, dalam Kubierske,

2008).

Goodenough mempopulerkan DAP pada tahun 1926 karena

menemukan adanya relasi antara perubahan gambar anak – anak dengan

kemampuan kognitif mereka (Goodenough, dalam Kubierske, 2008). Pada

tahun 1963, dilakukan revisi terhadap DAP oleh Harris, sehingga nama tes

tersebut berubah menjadi Goodenough – Harris Drawing Test (GHDT)

(Harris, dalam Kubierske,2008).

Pada perkembangannya, DAP tidak hanya berkembang dalam

cabang kognitif. Machover, Levy, Hammer, Koppitz dan Jolles adalah

peneliti yang mengembangkan DAP dalam cabang proyektif. Asumsi yang

digunakan adalah sikap dan perasaan dikomunikasikan secara non-verbal

(melalui gambar) (Kubierske, 2008).

Machover menggunakan dasar teori psikoanalisa yang

mempercayai bahwa simbol merupakan jembatan penghubung antara

(23)

ketidaksadaran dan kesadaran (Sadock & Sadock, dalam Kubierske, 2008).

Spesifik simbol ini yang disebutkan sebagai indikator emosional.

Machover mengidentifikasi indikator emosional dengan cara

membandingkan gambar manusia yang dibuat oleh pasien-pasiennya

dengan gangguan emosional yang dialami pasien tersebut. Gangguan

emosional yang diteliti meliputi obsesif-kompulsif, kecemasan,

skizofrenia, dan perilaku depresif (Kubierske, 2008).

2. Prosedur Administrasi Tes DAP

Prosedur administrasi tes DAP dengan meminta subjek

menggambarkan manusia pada kertas berukuran 8,5 x 11 inch dengan

menggunakan pensil HB. Instruksi yang diberikan cukup singkat, yaitu

“buatlah gambar manusia”. Dapat juga ditambahkan instruksi, “gambarlah

sesukamu” jika subjek bertanya lebih lanjut setelah mendapat instruksi

pertama.

Selama subjek menggambar, tester melakukan observasi pada

subjek tanpa mengganggu proses menggambar. Tester perlu mencatat

beberapa hal penting dalam observasi tersebut seperti data pribadi,

pertanyaan – pertanyaan subjek sebelum menggambar, waktu

menggambar, urutan bagian tubuh yang digambar, komentar – komentar

spontan subjek selama menggambar, serta jenis kelamin manusia yang

(24)

Pengalaman tester dalam memberikan instruksi dapat

mempengaruhi subjek dalam memahami perintah tester dalam

melaksanakan tes. Tester juga harus memberitahukan kepada subjek

bahwa tugas yang diberikan untuk kepentingan eksperimen dan tidak ada

hubungannya dengan keahlian menggambar.

Jika subjek menghilangkan suatu bagian penting dari tubuh, tester

dapat memberikan dorongan untuk mencoba menggambarkannya setelah

tester mencatat bagian-bagian yang tidak digambar. Hal tersebut bertujuan

untuk melihat alasan subjek menolak menggambar bagian tersebut

(Machover, 1965).

3. Cara Interpretasi

Metode – metode proyektif dari analisis kepribadian dan teori

psikoanalisis dalam konteks klinis mendasari interpretasi tes DAP. Tes ini

sendiri memiliki asumsi dasar bahwa gambar manusia berhubungan erat

dengan impuls – impuls, kecemasan – kecemasan, konflik – konflik, dan

ciri – ciri kompensatoris individu yang bersangkutan. Asumsi dasar

tersebut telah terbukti berulang kali dalam pengalaman klinis.

Gambar manusia dianggap sebagai gambaran akan diri subjek,

sedangkan kertas yang digunakan dianggap sebagai lingkungan. Hal ini

terjadi karena, ketika menggambar manusia, seseorang dihadapkan pada

kemampuannya untuk memproyeksikan diri ke dalam semua arti tubuh

(25)

itu, sebenarnya tidak menjadi masalah untuk melakukan interpretasi secara

bebas terhadap aspek – aspek yang seringkali mencerminkan masalah –

masalah riil dan tingkah laku dari individu yang menggambar. Misalnya,

mata figur mempunyai pandangan termenung, melirik secara sembunyi

maka ini seringkali merupakan ciri khas individu yang sedang proyeksi.

Aspek – aspek yang langsung berhubungan dengan penampilan diri

subjek seperti : ukuran gambar, penempatan di kertas, kecepatan gerakan

menggambar, tekanan, kepadatan dan variasi garis yang digunakan, urutan

bagian – bagian yang digambar, sikap mental, penggunaan latar belakang,

perluasan lengan ke arah tubuh atau menjauhi tubuh, spontanitas ataupun

kekakuan. Hal yang perlu diperhatikan lainnya adalah isi, yang mencakup

detail – detail tubuh dan perlakuan pakaian, diinterpretasi seseuai dengan

arti fungsionalnya. Selanjutnya, proporsi tiap bagian tubuh, kecenderungan

– kecenderungan ketidaklengkapan, jumlah detail dan daerah konsentrasi

detail, jumlah dan fokus penguatan, hapusan – hapusan dan perubahan –

perubahan grafis, taraf simetri, cara membuat garis tengah dan suasana

yang diekspresikan dalam wajah atau sikap gambar tersebut juga

diperhatikan (Machover, 1965).

Kategori-kategori penilaian DAP bagian kepala meliputi : kepala,

alis, rambut, mata, hidung, mulut, telinga, dan dagu (“Tes Grafis”, 1996;

(26)

B. MDS (Multidimensional Scaling) 1. Pengertian MDS

Multidimensional Scaling adalah serangkaian teknik yang

digunakan untuk mengidentifikasi dimensi – dimensi yang ada dibalik

respon individu dalam mengidentifikasi suatu obyek (Hair,dkk, 1998).

Bentuk respon yang diberikan berupa penilaian kesamaan (similarity

judgement) atau penilaian kesukaan (preferences judgement). Data yang

dapat diperoleh dengan menggunakan metode ini adalah dimensi yang

digunakan responden dalam mengevaluasi suatu obyek, jumlah dimensi

yang digunakan dalam suatu situasi tertentu, pentingnya setiap dimensi,

dan hubungan tiap dimensi secara perseptual (Hair,dkk, 1998). Selain itu,

MDS dapat juga memunculkan dimensi – dimensi psikologis dari sebuah

data yang dapat sangat berarti untuk menjelaskan data tersebut (Steyvers,

2001). Dasar asumsi dari MDS bahwa stimulus dapat dideskripsikan

melalui nilai dari serangkaian dimensi yang diletakkan dalam

mutidimensional space, dan nilai kesamaan antar stimulus berbanding

terbalik dengan jarak poin dalam multidimensional space (Steyvers, 2001).

Dengan kata lain, jika nilai kesamaan yang diberikan adalah 1 berarti

kedua stimulus semakin memiliki kedekatan.

Teknik MDS ini biasanya dilakukan dalam bidang marketing untuk

memperoleh feedback tentang suatu produk. Dalam hal ini, akan ada dua

jenis dimensi yang muncul, pertama adalah dimensi - dimensi obyektif

(27)

dimensions atau disebut juga perceived dimensions) (Hair,dkk, 1998).

Misalnya, perusahaan X memproduksi produk hair dryer dalam dua jenis

warna (merah dan biru). Apabila seorang pembeli memilih untuk membeli

hair dryer berwarna merah, ia memberikan penilaian dalam dimensi

obyektif. Sedangkan bila pembeli itu memilih produk dari perusahaan X

tersebut karena produk – produk dari perusahaan X dinilai lebih

berkualitas, lebih tahan lama daripada produk – produk yang dikeluarkan

perusahaan lain, maka pembeli tersebut memberi penilaian dalam dimensi

subjektif. Dengan kata lain, dimensi obyektif adalah penilaian – penilaian

akan bentuk fisik, sedangkan dimensi subjektif adalah penilaian akan

kualitas.

2. Tahap – tahap MDS

a. Mengidentifikasi Tujuan MDS

MDS paling tepat digunakan untuk mencari tahu dimensi –

dimensi yang tak diketahui yang mempengaruhi tingkah laku

seseorang dan mencati tahu penilaian subjek terhadap perbandingan

objek-objek ketika dasar perbandingan tidak diketahui atau tidak

didefinisikan. Untuk mencapai tujuan tersebut, langkah – langkah

yang perlu diambil adalah :

1) Mengidentifikasi semua obyek yang relevan yang ingin dievaluasi. Peneliti harus memastikan bahwa data yang

(28)

dibandingkan. Jika data yang digunakan tidak relevan dan tidak

dapat dibandingkan maka peneliti memaksa menyimpulkan

dimensi, baik pada obyek – obyek yang dapat dibandingkan

maupun yang tidak dapat dibandingkan.

2) Memilih antara similarity atau preferences data. Baik similarity

maupun preferences data dapat digunakan untuk

mengembangkan perceptual map, namun kedua data tersebut

memiliki interpretasi yang berbeda, sehingga peneliti harus

memilih salah satu dari jenis data tersebut. Dalam similarity data,

tidak ada istilah baik – buruk karena similarity data

menggambarkan kemiripan – kemiripan suatu obyek. Istilah baik

– buruk digunakan dalam preferences data karena preferences

data menggambarkan obyek – obyek mana yang lebih dipilih

subjek

3) Memilih akan menggunakan aggregate atau disaggregate

analysis. Terdapat dua jenis analisis yang dapat dipertimbangkan,

yaitu aggregate atau disaggregate analysis. Disaggregate

analysis dilakukan dengan mengumpulkan persepsi subjek

terhadap stimulus dan membuat output dari representasi

kedekatan stimulus dalam t-dimensional space, sedangkan

aggregate analysis dilakukan dengan menghitung rata-rata

penilaian dari seluruh subjek dan mendapat satu penyelesaian

(29)

keseluruhan. Untuk memilih analisis aggregate atau

disaggregate, harus didasarkan pada studi objektif. Aggregate

analysis digunakan bila fokus penelitian adalah untuk mengetahui

keseluruhan evaluasi obyek dan dimensi – dimensi dalam evaluasi

– evaluasi tersebut. Dissagregate analysis digunakan apabila

tujuan penelitian adalah untuk mengatahui variasi antara individu

– individu.

b. Menentukan Desain MDS

Sebelum melakukan penelitian, peneliti harus memilih

pendekatan dan obyek – obyek atau stimulus – stimulus untuk

penelitian, memilih metric atau nonmetric dan menentukan metode

pengumpulan data.

1) Memilih Pendekatan Decompositional (Attribute – Free) atau

Compositional (Attribute – Based). Dalam decompositional

approach, pengukuran dilakukan meliputi semua kesan dan

penilaian subjek terhadap objek-objek kemudian mencoba untuk

mendapatkan posisi-posisi berjarak dalam ruang

multidimensional yang merefleksikan persepsi-persepsi subjek

tersebut. Compositional approach adalah pendekatan alternatif

dengan menentukan atribut terlebih dahulu kemudian meminta

subjek melakukan penilaian berdasarkan atribut yang telah

(30)

2) Memilih Metric atau Nonmetric methods. Metric methods

digunakan pada data – data input berupa data interval atau rasio,

sedangkan nonmetric digunakan apabila data input berupa data

ordinal atau nominal.

3) Mengumpulkan similarity atau preferences data. Dalam

mengumpulkan data similarity, peneliti mengumpulkan data yang

paling mirip sampai data yang paling tidak mirip. Ada tiga cara

yang dapat dilakukan, yaitu

a) Melalui perbandingan-perbandingan dari pasangan-pasangan

objek yang sudah ditentukan peneliti

b) Melalui perbandingan-perbandingan dari pasangan-pasangan

objek yang ditentukan sendiri oleh subjek (subjek bebas

membuat pasangan-pasangan)

c) Menggunakan atribut tertentu untuk digunakan sebagai dasar

dalam subjek melakukan penilaian

Data preferences dikumpulkan dengan meminta subjek untuk

menentukan mana yang lebih dipilih. Ada dua cara yang dapat

dilakukan, pertama, dengan direct ranking yang meminta subjek

membuat tingkatan dari obyek yang paling dipilih hingga yang

paling tidak dipilih. Cara kedua adalah dengan paired

comparisons. Dalam paired comparisons, subjek diberi pilihan

kemungkinan pasangan – pasangan kemudian diminta untuk

(31)

c. Memasukkan respon pada perceptual map

Setelah mendapatkan semua penilaian subjek terhadap obyek –

obyek, selanjutnya penilaian subjek tersebut dimasukkan dalam

perceptual map. Perceptual map juga dikenal sebagai spatial map.

d. Menentukan dimensi

Setelah semua data tentang penilaian subjek dimasukkan ke

dalam perceptual map, selanjutnya peneliti menentukan dimensi –

dimensi yang kiranya digunakan para subjek untuk menilai kemiripan

obyek – obyek yang ada.

e. Interpretasi hasil MDS

Dimensi – dimensi yang telah ditemukan pada tahap

sebelumnya, selanjutnya diberi label atau nama. Untuk

mengidentifikasi dimensi – dimensi tersebut dapat digunakan

subjective procedure atau objective procedure.

f. Validasi MDS

Validasi dalam MDS merupakan suatu tahapan yang penting

layaknya teknik multivariate yang lain. Proses validasi dalam MDS

sangat problematik. Data output MDS yang dapat dibandingkan

meliputi posisi relatif obyek, namun meski posisi relatif obyek dapat

(32)

untuk dapat dibandingkan. Jika posisi relatif obyek sangat bervariasi,

tidak mudah bagi peneliti untuk memutuskan apakah obyek tersebut

dilihat dari sudut pandang yang berbeda, atau dimensi di balik posisi

tersebut bervariasi, atau bahkan keduanya. Program – program

statistik pun tidak dapat memfasilitasi teknik pembandingan tersebut,

sehingga untuk uji validasi MDS dapat dilakukan dengan dua cara.

Pertama adalah dengan menggunakan split or multisample

comparison, yaitu dengan membagi dua data yang telah ada, atau

mencari data baru, kemudian mencari rerata dari perbandingan

tersebut. Cara kedua yang dapat dilakukan adalah dengan

mengaplikasikan dua metode MDS, yaitu decompositional method dan

compositional method. Decompositional method dilakukan terlebih

dahulu, selanjutnya hasil yang didapat dengan menggunakan

decompositional method dicek dengan menggunakan compositional

method.

C. Kerangka Penelitian

DAP (Draw-A-Person) memiliki beberapa dimensi yang digunakan

untuk menginterpretasi gambar pada bagian kepala. Kriteria yang sudah ada

dalam penilaian tes DAP sebelumnya antara lain kualitas garis dan kriteria

yang berada dari bagian-bagian kepala manusia seperti rambut, alis, mata

(33)

Pembuatan kriteria penilaian untuk menginterpretasi gambar dari tes

DAP tersebut bersifat subjektif dan dibandingkan dengan pasien yang

mengalami gangguan emosional (Kubierske, 2008). Oleh karena itu,

penelitian ini dilakukan untuk membuat kriteria tes DAP yang lebih objektif.

Usaha tersebut dilakukan dengan mencari dimensi-dimensi yang mendasari

seseorang dalam melakukan penilaian terhadap gambar kepala tes DAP.

Peneliti akan mengidentifikasi dimensi-dimensi tersebut dari penilaian

kedekatan yang diberikan subjek terhadap gambar yang dibuat subjek. Teknik

yang digunakan untuk membantu mengidentifikasi dimensi tanpa mengetahui

atributnya terlebih dahulu adalah teknik Multidimensional Scaling (MDS).

Teknik Multidimensional Scaling merupakan teknik untuk

menemukan atribut-atribut atau dimensi-dimensi yang mempengaruhi subjek

dalam mengevaluasi suatu objek (Wickelmaier, 2003). Oleh karena itu,

penelitian ini nantinya akan menghasilkan dimensi-dimensi yang digunakan

subjek dalam memberikan penilaian kemiripan antara satu gambar dengan

gambar lainnya. Selain itu, penggunaan subjek yang awam terhadap tes DAP

memungkinkan dimensi-dimensi yang muncul adalah dimensi-dimensi baru.

D. Pertanyaan Penelitian

1. Berapa banyak dimensi yang bisa ditemukan dalam gambar bagian kepala

yang dihasilkan dari tes DAP?

2. Bagaimana identifikasi setiap dimensi yang ditemukan dalam gambar

(34)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Peneliti menggunakan dua pendekatan penelitian, yaitu kuantitatif dan

kualitatif. Peneliti pertama melakukan identifikasi jumlah dimensi yang

didapat dari respon tes DAP melalui teknik Multidimensional Scaling. Hal

tersebut bersifat kuantitatif karena data yang didapat berupa angka.

Kemudian, peneliti melakukan pemberian label dimensi yang didasarkan pada

kemiripan / kedekatan gambar yang diperoleh dari tahap sebelumnya dan

melihat kontinumnya. Teknik ini bersifat kualitatif karena data yang didapat

dari hasil pengamatan peneliti.

B. Identifikasi Variabel

Variabel dalam penelitian ini adalah data kemiripan terhadap gambar

DAP.

C. Definisi Operasional

Data kemiripan terhadap gambar DAP adalah penilaian kemiripan 20

gambar kepala antara satu gambar yang dibandingkan dengan 19 figur

manusia yang diperoleh dari hasil tes DAP. Respon tersebut didapat dari 20

subjek. Subjek diberikan tes DAP terlebih dahulu dengan instruksi

“Gambarlah manusia lengkap”. (Urban, 1968)

19

(35)

D. Subjek Penelitian

Pemilihan subjek dilakukan secara non random-accidental. Subjek

penelitian berjumlah 20 orang yang diperoleh dari 2 universitas di

Yogyakarta yaitu Universitas Sanata Dharma dan Atmajaya. Subjek

memiliki rentang usia antara 18-23 tahun. 16 orang subjek diantaranya adalah

wanita dan 4 lainnya laki-laki.

Subjek diminta untuk menggambar sekaligus melakukan penilaian

kemiripan gambar. Hal tersebut dilakukan dengan harapan bahwa ketika

subjek melakukan penilaian, subjek memproyeksikan dirinya melalui

penilaiannya.

E. Metode Pengambilan Data

1. Data untuk Tahap Kuantitatif

Metode pengambilan data yang dilakukan adalah dengan

memberikan tes DAP kepada 20 subyek. Selanjutnya 20 subyek diminta

untuk pemberikan penilaian kemiripan antara satu figur dengan figur yang

lain yang diperoleh dari tes DAP mereka.

Data ini kemudian dianalisis menggunakan Multidimensional

Scaling untuk mendapatkan jumlah dimensi dari perceptual map.

2. Data untuk Tahap Kualitatif

Data diperoleh melalui proses pengamatan secara rinci mengenai

(36)

F. Prosedur Kerja

Metode pengambilan data akan dilakukan selama 5 hari. Hari pertama,

subjek akan diberikan tes DAP secara bersamaan. Hari kedua sampai kelima,

subjek diminta untuk memberikan penilaian kedekatan antara gambar satu

dengan gambar lainnya. Penilaian kemiripan diberikan dalam bentuk skala

1-5. Angka 1 berarti objek yang dibandingkan sangat mirip sedangkan angka 5

berarti objek yang dibandingkan sangat tidak mirip.

Hasil dari penilaian kemiripan / respon tersebut dicatat secara tertulis

dalam tabel yang sudah dipersiapkan. Respon tersebut kemudian dimasukkan

ke dalam perceptual map sehingga didapat kemungkinan jumlah dimensi

yang dibutuhkan. Langkah berikutnya adalah melakukan interpretasi hasil

dimensi yang muncul.

G. Analisis Data

Data penelitian akan dianalisis menggunakan teknik MDS dengan

bantuan SPSS for windows versi 15.

(37)

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 15-18, 22 Maret 2011. Pada

tanggal 15 Maret 2011, 20 subjek diminta untuk mengerjakan tes DAP secara

klasikal, lalu 4 subjek diminta membandingkan 20 gambar pada hari tersebut.

Pengambilan data dilakukan selama 5 jam. Pada tanggal 16 Maret 2011, 5

subjek diminta untuk membandingkan gambar. Pengambilan data dilakukan

selama 4 jam. Pada tanggal 17 Maret 2011, 4 subjek diminta untuk

membandingkan gambar yang memakan waktu selama 3 jam. Pada tanggal

18 Maret 2011, 4 subjek diminta untuk membandingkan gambar yang

dilakukan selama 3 jam. Kemudian pada hari terakhir, 22 Maret 2011, 3

subjek sisanya membandingkan gambar selama 2 jam.

Proses pengambilan data tersebut menghasilkan sebanyak 3800 skor

perbandingan dengan masing-masing subjek sebanyak 190 skor. Pencatatan

skor tersebut dilakukan secara manual pada tabel skor (terlampir). Skor

tersebut kemudian dimasukkan ke dalam SPSS 15.0 for Windows Evaluation

Version dan diolah menggunakan teknik MDS. Hasil yang muncul berupa

perceptual map. Dari perceptual map tersebut peneliti menentukan jumlah

dimensi dan menginterpretasi kemungkinan dimensi yang muncul.

Penelitian ini memiliki beberapa kendala. Pertama, peneliti harus

mempertahankan motivasi subjek untuk datang di hari yang berlainan untuk

22 

(38)

melakukan proses membandingkan gambar. Hal tersebut diatasi dengan cara

mengkomunikasikannya terlebih dahulu mengenai kesiapan subjek dalam

melaksanakan tugas ini. Kedua, mempertahankan konsentrasi subjek dalam

membandingkan 20 gambar tes DAP. Hal tersebut diatasi dengan cara

menawarkan atau mempersilakan subjek untuk beristirahat sejenak ketika

lelah dalam menjalankan tugas tersebut.

B. Hasil Penelitian

Data dikumpulkan dengan mencari 3800 skor perbandingan dari 20

subjek (masing-masing 190 skor perbandingan). Kemudian, 3800 skor

perbandingan tersebut dianalisis menggunakan teknik MDS dengan bantuan

SPSS 15.0 for Windows Evaluation Version.

Dimensionality

1. Banyaknya Dimensi

Penelitian ini dapat menghasilkan dimensi paling banyak 19

dimensi dan paling sedikit 2 dimensi dari 20 subjek. Analisis data yang

dihasilkan :

(39)

Dari gambar 1 di atas, peneliti menentukan jumlah dimensi

sebanyak 4 dimensi. Hal tersebut berdasarkan kriteria MDS bahwa solusi

terbaik pada scree plot adalah dimensi yang dekat dengan

dimensi-dimensi yang memiliki perubahan nilai stress yang tidak banyak

(monotonically increasing line) (Wickelmaier, 2003). Sesuai dengan

grafik di atas, nilai stress dimensi 5 sampai 19 memiliki perubahan nilai

stress yang tidak banyak.

Tabel 1

Stress and Fit Measures dari dimensi 2-7

Dimensi Normalized

Raw Stress

(40)

DIM_2

2. Interpretasi Dimensi

Data penyebaran skor pada 4 dimensi yang akan dianalisis,

dimasukkan ke dalam perceptual map, sebagai berikut :

Gambar 2. Perceptual Map Dimensi 1 dan 2

Gambar di atas adalah gambar perceptual map dari dimensi 1 dan

2. Dimensi satu dilihat dari sumbu X dan dimensi 2 dilihat dari sumbu Y.

Kedekatan dari dimesi satu mengartikan bahwa adanya kemiripan

(similarities). Semakin dekat posisinya dalam perceptual map, maka

gambar-gambar tersebut semakin mirip. Untuk melihat pola atau

kontinumnya, dimensi satu dilihat dari atas ke bawah atau sebaliknya,

(41)

a. Dimensi Satu

Pada dimensi satu, peneliti menyusun gambar sesuai dengan

urutan kontinumnya. Peneliti coba melihat dimensi yang muncul dari

kedekatan-kedekatan gambar yang ada di perceptual map. Namun,

peneliti menemukan kesamaan yang berbeda pada gambar yang

berdekatan. Contohnya, kedekatan gambar 10 dan 6 menghasilkan

kesamaan bentuk mata. Namun, pada kedekatan gambar 8, 5 dan 17

tidak menghasilkan kesamaan meskipun posisi mereka dalam

perceptual map berdekatan. Jika dilihat dari gambar yang saling

berjauhan, ditemukan adanya perbedaan bentuk dagu, bentuk mata,

bentuk mulut, bentuk rambut dan telinga. Melihat dari kontinum

keseluruhan gambar, peneliti menemukan adanya beberapa

kemungkinan yaitu pergerakan mata dan pupil. Namun, jika dilihat

lebih mendetail, pergerakan pupil yang lebih kontinum, yaitu dari

pupil yang tidak penuh sampai pupil yang penuh.

Gambar 4 Gambar 17 Gambar 15 Jauh Dekat

(42)

b. Dimensi Dua

Hal yang sama terjadi di dimensi 2. Kedekatan gambar 19, 12

yang menghasilkan kesamaan bentuk dagu dan ekspresi berbeda

dengan kedekatan gambar 14, 5 dan 10 yang tidak menghasilkan

kesamaan apapun meskipun posisi mereka berdekatan. Perbedaan

antara gambar 20 dan 3 menghasilkan perbedaan bentuk dagu, mata,

rambut, hidung dan mulut. Jika dilihat dari kontinum seluruh

gambar, ada pergerakan dari lebar dagu yang bergerak dari melebar

kemudian menyempit. Kemungkinan lainnya adalah pada pergerakan

pada bagian hidung, namun tidak kontinum.

Gambar 20 Gambar 12 Gambar 3

Jauh Dekat

(43)

DIM_4

Gambar 5. Perceptual Map Dimensi 3 dan 4

c. Dimensi Tiga

Kesamaan dari kedekatan antara gambar 10,6 dan 14, 17

adalah bentuk dagu. Kesamaan di kedekatan gambar 1,8,9 dan

4,15,12 adalah poni dan ekspresi. Kesamaan itu juga muncul di

kedekatan gambar 7 dan 2. Perbedaan antara gambar 16 dan 2 adalah

bentuk rambut, mata, hidung dan dagu. Dilihat dari kontinumnya,

ada pergerakan dari rambut dan dagu. Namun, dagu pergerakannya

tidak kontinum sedangkan rambut memiliki kontinum. Pergerakan

(44)

Gambar 16 Gambar 17 Gambar 2 Jauh Dekat

Gambar 6. Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Poni Rambut

d. Dimensi Empat

Kedekatan gambar 14 dan 12 menunjukkan kesamaan dari

rambut yang digambar detail dan bentuk dagu. Kesamaan yang

dihasilkan dari kedekatan gambar 17 dan 11 adalah rambut yang

digambar detail dan poni. Kesamaan gambar 18,19 dan 6 adalah

rambut yang digambar detail, ekspresi dan bentuk hidung.

Sedangkan perbedaan dari gambar 2 dan 20 adalah bentuk rambut,

mata, hidung, mulut, dan dagu. Melihat dari kontinumnya, ada

pergerakan dari detail rambut yang bergerak dari rambut yang

digambar detail (helai rambut kelihatan) sampai rambut yang

digambar secara kesatuan sebagai bentuk rambut. Kemungkinan

(45)

Gambar 2 Gambar 17 Gambar 20 Dekat Jauh

Gambar 7. Contoh KontinumGambar pada Dimensi Rambut yang Digambar Secara Detail

C. Pembahasan

1. Banyaknya Dimensi

Dari hasil penelitian di atas, peneliti memutuskan untuk

menentukan 4 dimensi dari 19 dimensi yang ada pada gambar tes DAP.

Keputusan tersebut berdasarkan pada kriteria MDS bahwa solusi terbaik

pada scree plot adalah dimensi yang dekat dengan dimensi-dimensi yang

memiliki perubahan nilai stress yang tidak banyak (monotonically

increasing line) (Wickelmaier, 2003). Keempat dimensi tersebut adalah

kepenuhan pupil, lebar dagu, poni rambut, dan rambut yang digambar

(46)

2. Interpretasi Dimensi

Pembahasan mengenai deskripsi tiap-tiap dimensi yang dihasilkan

akan diuraikan sebagai berikut :

a. Kepenuhan pupil

Berdasarkan dari interpretasi terhadap perceptual map,

kepenuhan pupil yang didapatkan adalah pupil yang penuh (seperti

gambar 10, 17, 5, 9, 19, 12, 313, 20, 16, 11 dan 15, terlampir).

Dimensi pupil sudah ada pada kriteria penilaian DAP sebelumnya

yaitu pupil yang tidak digambar dan pupil kecil (Eriany, 1998),

sedangkan pupil yang penuh belum ada dalam kriteria penilaian

sebelumnya.

b. Lebar dagu

Lebar dagu yang muncul pada hasil interpretasi adalah dagu

yang lebar (seperti pada gambar 20, 1, 16, 4 dan 2, terlampir) dan

dagu yang menyempit (seperti gambar 8, 12, 19, 18, 14, 17, 7, 6, 15,

11, 13, 9, dan 3, terlampir). Dagu yang lebar sudah ada di kriteria

penilaian sebelumnya (Eriany, 1998), sedangkan dagu yang

menyempit belum ada di kriteria penilaian DAP.

c. Poni rambut

Poni rambut yang muncul dari hasil interpretasi adalah

(47)

11, 7 dan 2, terlampir). Poni rambut sudah ada di kriteria penilaian

DAP (Eriany, 1998).

d. Rambut yang digambar secara detail (helai)

Hasil interpretasi dimensi 4 menemukan dimensi rambut

yang digambar secara detail (helai) (seperti pada gambar 2, 12, 14,

16, 10, 11, 17, 15, 18, 19, 6 dan 9, terlampir). Rambut yang

digambar detail sudah ada di penilaian DAP (Eriany, 1998).

D. Keterbatasan Penelitian

1. Subjek penelitian masih tergolong sedikit, sehingga hasil yang didapatkan

dianggap belum bisa merepresentasikan gambaran sebenarnya.

2. Tidak adanya diferensiasi subjek, misalnya antara subjek normal dan

tidak normal atau antara subjek dengan kepribadian yang berbeda.

3. Hasilnya belum bisa digeneralisasikan.

4. Pemilihan subjek kurang proporsional antara laki-laki dan perempuan.

5. Dimensi-dimensi yang dihasilkan berdasarkan interpretasi peneliti saja

sehingga hasil interpretasi masih dapat ditingkatkan objektifitasnya

dengan menggunakan pendapat orang lain.

6. Tidak ada proses validasi pada penelitian ini.

(48)

BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Jumlah dimensi yang ditemukan dalam gambar yang dihasilkan dari tes

DAP adalah 4 dimensi.

2. Dimensi-dimensi yang ditemukan adalah kepenuhan pupil, lebar dagu,

poni rambut dan rambut yang digambar detail (helai).

3. Kriteria penilaian yang belum ada dalam kriteria penilaian sebelumnya

adalah pupil yang penuh dan dagu yang menyempit.

B. Saran

1. Bagi peneliti selanjutnya

a. Pada penelitian berikutnya diharapkan ada penambahan subjek dalam

menggambar sehingga menghasilkan jumlah dimensi yang banyak.

b. Penelirian berikutnya diharapkan mempertimbangkan untuk

melakukan diferensiasi subjek.

c. Penelitian berikutnya diharapkan lebih memperhatikan proporsi

jumlah subjek laki-laki dan perempuan.

d. Penelitian berikutnya diharapkan melakukan interpretasi dimensi

dengan beberapa orang bahkan melibatkan mahasiswa dari jurusan

menggambar sehingga dimensi yang ditemukan lebih akurat.

33 

(49)

e. Penelitian berikutnya diharapkan melakukan proses validasi dari

dimensi yang didapatkan sehingga hasil tersebut menjadi lebih

objektif.

f. Penelitian berikutnya diharapkan dapat menggunakan cara lain yang

dapat menghasilkan data kemiripan dan dapat mengakomodasi jumlah

subjek yang lebih banyak agar memungkinkan munculnya variasi dan

jumlah dimensi yang lebih banyak. Misalnya, dalam proses

mengumpulkan data, dapat menggunakan cara lain seperti : subjek

penelitian melakukan pengelompokkan gambar yang diduga mirip

(50)

DAFTAR PUSTAKA

Abt, L.E., & Bellak, L. (1959). Projective psychology: Clinical approaches to the

total personality. New York: Grove Press.

Atalya, W.K. (2011). Aplikasi multidimensional scaling pada gambar tes DAP bagian torso (Skripsi tidak diterbitkan), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

Buja, A., Swayne, D.F., Littman, M.L., Dean, N., & Hofmann, H. (2004).

Interactive data visualization with multidimensional scaling. Diunduh dari

http://www-sat.stanford.edu/~tibs/sta306b/buja.pdf

Eriany, P. (1998). Manual tes grafis: Psikodiagnostik IV. Semarang: Universitas Soegijapranata.

Hair, Jr., Anderson, R.E., Tatham, R.L., Black, W.C., (1998). Multivariate data

analysis (ed. Ke-5). New Jersey: Prentince Hall.

Kneel, A., & Kniel, C. (2008). The Draw a Person Test for Ghana. Diunduh dari http://www.ghanaproject.de

Kubierske, Francoise. (2008). The Usefulness of The Draw – A – Person:

Screening procedure for measuring emotional disturbance (DAP: SPED) in South African children (Mini Disertation, The University of

Johannesburg). Diunduh dari http://ujdigispace.uj.ac.za

Laak, J., Goede, M., Aleva. A., Rijswijk, P. (2005). The Draw-A-Person Test: An

indicator of children’s cognitive and socioemotional adaptation? Diunduh

dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/15782679

Lilienfeld, S.O., Wood, J.M., Garb, H.N. (2000). The scientific status of projective

techniques. Psychological science in the public interest, 1, 27-66.

doi:10.1.1.113.4433

Machover, K. (1987). Personality projection in the drawing of the human figure:

A method of personality investigation (ed. Ke-6). (Alih Bahasa, Hanna

Widjaja). Bandung: Universitas Padjajaran.

Projective Methods. (1968). International encyclopedia of the social science.

Diunduh dari Encyclopedia.com: http://wwwencyclopedia.com/doc/1G2-3045000995.html

35 

(51)

Thomas, G.V., Jolley, R.P. (1998). Drawing conclusion: A re-examination of

empirical and conceptual bases for psychological evaluation of children from their drawings. British Journal of Clinical Psuchology, 37, 127-139.

Diunduh dari http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/9631202

Ubasisa, V. (2011). Aplikasi multidimensional scaling pada gambar tes DAP (Skripsi tidak diterbitkan), Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta, Indonesia.

UGM. (1996). Tes Grafis. Yogyakarta: Fakultas Psikologi, Universitas Gadjah Mada.

UMM (tanpa tahun). Proyeksi kepribadian Tes Grafis: Suatu metode analisa

kepribadian. Malang: Universitas Muhammadiyah Malang.

Urban, W.H. (1968). The Draw-a-Person: Catalogue for interpretative analysis. California: Western Psycological Services.

Wickelmaier, F. (2003). An introduction to MDS. Diunduh dari

(52)
(53)

LAMPIRAN

(54)
(55)
(56)
(57)
(58)
(59)
(60)
(61)
(62)
(63)
(64)
(65)
(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)

LAMPIRAN

DAFTAR TABEL SKOR

 

(75)
(76)
(77)
(78)
(79)
(80)
(81)
(82)
(83)
(84)
(85)
(86)
(87)
(88)
(89)
(90)
(91)
(92)
(93)
(94)

Gambar

Gambar 3  Contoh Kontinum Gambar pada Dimensi Kepenuhan Pupil  ... 26
gambar yang dihasilkan dari tes DAP.
Gambar manusia dianggap sebagai gambaran akan diri subjek,
gambar lainnya. Selain itu, penggunaan subjek yang awam terhadap tes DAP
+7

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil penelitian Efek Massage Bagian Kepala, Leher dan Bahu Terhadap Perubahan Koordinasi Mata Pada Atlet PPLP Tenis Meja Jawa Tengah yaitu dapat

Cara kerja pada penelitian ini yaitu Data dikumpulkan secara retrospektif dari lembaran permintaan CT scan kepala penderita dengan dugaan klinis stroke non hemoragik di

Setelah dilakukan penelitian dapat diketahui hasil identifikasi bahaya yang ditemukan dengan jumlah total 71 risiko yang terdiri dari 23 risiko pada stasiun pemotongan

Jadi dari hasil penelitian mengenai gambaran korban meninggal dengan cedera kepala pada kecelakaan lalu lintas di bagian Forensik BLU RSUP Prof.Dr.R.D.Kandou Manado periode

Hasil penelitian dari identifikasi ditemukan larva Anisakis simplex stadium tiga yang menginfeksi di bagian mukosa dan bagian lumen usus ikan kembung, di wilayah Pelabuhan

Hasil penelitian dari identifikasi ditemukan larva stadium tiga Anisakis simplex yang menginfeksi di bagian mukosa dan bagian lumen usus ikan salem, di.. Pangkalan

Berdasarkan keadaan yang telah dipaparkan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang gambaran hasil CT Scan pada penderita nyeri kepala di bagian

Dalam hal ini, hasil penelitian menunjukan bahwa submissive sebagai bagian dari salah satu dimensi right wing authoritarian ditemukan berpengaruh secara signifikan terhadap