• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOCRPIJM 1479105291BAB 7 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kab Selayar

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOCRPIJM 1479105291BAB 7 Keterpaduan Strategi Pengembangan Kab Selayar"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

7.1 ARAHAN RENCANA TATA RUANG WILAYAH KAB KEPULAUAN SELAYAR

7.1.1 Rencana Sitem Perkotaan

Pusat kegiatan di wilayah kabupaten merupakan simpul pelayanan sosial,

budaya, ekonomi, dan / atau administrasi di wilayah kabupaten yang terdiri atas:

a. PKL yang telah ditetapkan untuk wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar sesuai

dengan Perda No.9 Tahun 2009 tentang RTRW Provinsi Sulsel;

b. Pusat-pusat yang dianggap perlu untuk diusulkan sebagai PKL Promosi.

c. Pusat-pusat lain di dalam wilayah kabupaten yang wewenang penentuannya ada

pada pemerintah daerah kabupaten, yaitu:

 Pusat Pelayanan Kawasan (PPK) merupakan kawasan perkotaan yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala kecamatan atau beberapa desa; dan

 Pusat Pelayanan Lingkungan (PPL) merupakan pusat permukiman yang

berfungsi untuk melayani kegiatan skala antardesa.

Di Kabupaten Kepulauan Selayar, berdasarkan RTRW Provinsi Sulawesi Selatan

(Perda No. 9 Tahun 2009), telah ditetapkan dua kota PKL, yaitu masing-masing adalah

Benteng dan Pamatata. berdasarkan hasil analisis, kedua kota ini belum efektif dalam

melayani seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar yang terdiri atas pulau-pulau.

Sebagai upaya untuk mengintegrasikan wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar ke

dalam satu satuan wilayah, diperlukan pengembangan pusat kegiatan yang setara

PKL di pulau-pulau yang letaknya terpisah dari daratan Pulau Selayar. Untuk itu,

diusulkan dua kota lagi sebagai PKL Promosi (PKLp) yaitu Bonerate dan Kayuadi.

Kedua kota ini masing-masing merupakan ibu kota kecamatan yang peningkatan

fungsinya dapat didorong untuk menjadi pusat kegiatan baru. Dengan adanya

(2)

dapat lebih efektif. Skala pelayanan PKL dan PKLp masing-masing meliputi beberapa

kecamatan sehingga dengan adanya keempat pusat kegiatan ini, jangkauan

pelayanannya dapat mencakup seluruh wilayah Kabupaten Kepulauan Selayar.

Untuk mendukung fungsi PKL, di Kabupaten Kepulauan Selayar dikembangkan

sejumlah PPK yang skala pelayanannya mencakup satu kecamatan atau beberapa

desa. PPK yang dimaksud adalah Matalalang, Polebungin, Pariangan, Batangmata,

Buki, Ujung Jampea dan Latokdok. Ketujuh PPK ini adalah ibukota kecamatan yang

ada dalam wilayah pelayanan PKL Benteng dan Pamatata serta PKLp Bonerate dan

Kayuadi.

Pusat kegiatan dalam hirarki terendah yang dikembangkan di Kabupaten

Kepulauan Selayar adalah PPL yang memiliki skala pelayanan desa atau beberapa

beberapa kegiatan antardesa. PPL yang dimaksud adalah Padang, Barugaiya,

Appatanah, Pattumbukang, Jammeng, Onto di P. Selayar, Jinato, Tambuna, Rajuni,

Karumpa, dan Pulo Madu di Kecamantan Takabonerate dan Pasilambena.

Setiap PKL dan PKLp merupakan pusat dari wilayah pengembangan (WP).

Dengan demikan, PKL Benteng merupakan pusat pelayanan bagi Wilayah

Pengembangan Selayar Bagian Selatan yang mencakup Kecamatan Benteng,

Bontoharu , Bontosikuyu dan Botomanai. Pamatata merupakan pusat pelayanan bagi

Wilayah Pengembangan Selayar Bagian Utara yang mencakup Kecamatan

Bontomatene dan Buki. PKLp Kayuadi diusulkan untuk menjadi pusat pelayanan bagi

wilayah Pengembangan Jampea-Takabonerate yang mencakup Kecamatan

Pasimasunggu, Pasimasunggu Timur dan Takabonerate. PKLp Bonerate diusulkan

(3)

Tabel 7.1

Matriks rencana sistem permukiman (hierarki pusat-pusat pelayanan) Kabupaten kepulauan selayar 2011 – 2031

(4)

RTRWP/RTRWK RTRWK

(5)

7.1.2 Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan

Kawasan perdesaan merupakan wilayah yang mempunyai kegiatan utama

pertanian, termasuk pengelolaan sumber daya alam dengan susunan fungsi kawasan

sebagai tempat permukiman perdesaan, pelayanan jasa pemerintahan, pelayanan

sosial dan kegiatan ekonomi.

Kegiatan dalam pusat kegiatan perdesaan juga memiliki skala bermacam-macam,

dan secara umum dapat digambarkan sebagai berikut :

1. Setiap dusun memiliki pusat dusun;

2. Setiap desa memiliki satu pusat kegiatan yang berfungsi sebagai pusat desa;

3. Beberapa desa dalam satu kecamatan memiliki pusat kegiatan yang hirarkinya di

bawah perkotaan kecamatan yakni sebagai Desa Pusat Pertumbuhan (DPP);

4. Perdesaan yang lokasinya strategis langsung berhubungan dengan

masing-masing ibukota kecamatan dan atau pusat sistem perwilayahan.

.

Penetapan desa yang terindentifikasi sebagai pusat pertumbuhan yaitu

merupakan kawasan perdesaan yang paling tinggi peran dan fungsinya bagi

desa-desa sekitarnya. Dengan demikian desa-desa ini dapat berfungsi sebagai pendorong

pengembangan desa-desa sekitarnya dan sekaligus menciptakan kawasan

pengembangan baru di wilayah kabupaten.

1 3

2 4

5

Dusun

Desa

DPP

Kaw. Perkotaan

(6)

Rencana Pengembangan Sistem Perdesaan diarahkan untuk mendapatkan

kawasan perdesaan yang terintegrasi dalam kesatuan sistem perdesaan untuk :

a. Optimalisasi usaha – usaha pemberdayaan masyarakat;

b. Pertahanan kualitas lingkungan setempat dan wilayah yang didukungnya;

c. Konservasi sumber daya alam;

d. Pelestarian warisan budaya lokal;

e. Perlindungan lahan pertanian pangan berkelanjutan untuk ketahanan pangan;

f. Menjaga keseimbangan pembangunan perdesaan perkotaan

Penataan ruang kawasan perdesaan dapat berbentuk kawasan agropolitan dan

minapolitan. Penataan ruang kawasan perdesaan dalam wilayah kabupaten dilakukan

pada tingkat wialyah kecamatan atau beberapa wilayah desa yang bentuknya

merupakan bentuk detail dari wilayah kabupaten. Rencana penataan ruang

perdesaan merupakan alat koordinasi dalam pelakasanan pembangunan yang

bersifat lintaswilayah. Rencana tata ruang kawasan perdesaan berisi struktur ruang

dan pola ruang wilayah perdesaan, sedangkan rencana tata ruang kawasan

agropolitan dan minapolitan merupakan rencana rinci tata ruang satu atau beberapa

wilayah perdesaan. Pada Kabupaten Kepulauan Selayar pengembangan lokasi

Minapolitan di Kecamatan Bontoharu

7.2 ARAHAN RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

7.2.1 Visi KAB KEPULAUAN SELAYAR Tahun 2014-2019

Visi pembangunan daerah dalam RPJMD adalah visi Kepala daerah dan wakil

kepala daerah terpilih yang disampaikan pada waktu pemilihan kepala daerah

(pilkada). Visi Kepala daerah dan wakil kepala daerah terpilih seharusnya

menggambarkan arah pembangunan atau kondisi masa depan daerah yang ingin

dicapai (desired future) dalam masa jabatan selama 5 (lima) tahun sesuai misi yang

diemban. Pedoman utama penyusunan visi kepala daerah (saat mencalonkan) adalah

bagaimana menyesuaikannya dengan sasaran pokok sesuai dengan arah kebijakan

pembangunan lima tahun periode berkenaan. Untuk mencapai indikator dan target

dari sasaran pokok yang sama, kepemimpinan yang berbeda dapat menghasilkan visi

(7)

masing-masing. Dengan demikian maka kedudukan RPJMD sangat penting untuk dapat

menerjemahkan berbagai kemungkinan perbedaan visi dan misi calon kepala daerah

lainnya dengan kepala daerah yang terpilih sehingga menjadi landasan penyusunan

dokumen RPJMD yang dapat dioperasionalkan secara efektif dan efisien untuk

mencapai tujuan dan sasaran pembangunan daerah selama 5 (lima) tahun kedepan.

Mengacu pada uraian di atas serta memperhatikan Visi RPJPD Kabupaten

Kepulauan Selayar Tahun 2005-2025 Selayar, RPJPD dan RPJM Propinsi Sulawesi

Selatan, substansi RPJM Nasional 2010-2014, dinamika lingkungan strategis, aspirasi

masyarakat dan pemerintah Kepulauan Selayar, serta visi misi Bupati/Wakil Bupati,

maka ditetapkan Visi Pembangunan Kabupaten Kepulauan Selayar dalam RPJMD

2010-2015 sebagai gambaran realitas masa depan yang ingin dituju dalam kurun

waktu 5 tahun ke depan adalah : “Selayar Sebagai Kabupaten Kepulauan Yang Maju,

Sejahtera dan Religius”.

Visi ini memiliki makna sebagai berikut:

7.2.2 Maju dimaksudkan sebagai suatu kondisi dimana infrastruktur telah

memadai, sumberdaya alam telah terkelola secara optimal, aksesibilitas

dan interkoneksitas antar daerah dan antar wilayah kepulauan telah

terbangun sehingga menempatkan Selayar sebagai Kabupaten Kepulauan

yang terdepan, baik dalam konteks regional maupun nasional.

7.2.3 Sejahtera dimaksudkan sebagai suatu kondisi dimana masyarakat

mampu memenuhi kebutuhan dasarnya (sandang, pangan dan papan),

kualitas SDM masyarakat sudah baik yang ditandai kualitas pendidikan dan

kesehatan, berdaya beli tinggi, serta memiliki kesempatan yang sama dan

nyata untuk mendukung upaya kemandirian lokal.

7.2.4Religius berarti internalisasi nilai-nilai agama dalam setiap aspek kehidupan.

Ajaran Agama Islam maupun ajaran Agama lainnya, harus mampu dilaksanakan

dalam tatanan kehidupan bermasyarakat. Untuk itu seluruh kebijakan

pembangunan harus berorientasi pada upaya memantapkan kehidupan yang

religius, terutama kepemimpinan daerah dan aparatur agar senantiasa

mencerminkan sikap dan perilaku dengan dasar keimanan, ketaqwaan dan

(8)

7.2.5 Misi KAB KEPULAUAN SELAYAR Tahun 2014-2019

Misi adalah rumusan umum mengenai upaya-upaya yang akan dilaksanakan

untuk mewujudkan visi. Rumusan misi yang baik membantu lebih jelas

penggambaran visi yang ingin dicapai dan menguraikan upaya-upaya apa yang harus

dilakukan. Dalam suatu dokumen perencanaan, rumusan misi menjadi penting untuk

memberikan kerangka bagi tujuan dan sasaran serta arah kebijakan yang ingin dicapai

dan menentukan jalan yang akan ditempuh untuk mencapai visi. Secara teknokratis,

misi dapat dirumuskan menjadi alasan mengapa organisasi ada. Suatu alasan

menjelaskan jati diri yang sesungguhnya dari Pemerintah Daerah. Disini, misi juga

dapat didefinisikan sebagai komitmen terbaik terhadap stakeholder. Ada banyak

stakeholder pembangunan daerah, utamanya adalah masyarakat sebagai objek

(tujuan) sekaligus subjek (pelaku) pembangunan. Rumusan misi dalam dokumen

RPJMD dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis,

baik eksternal dan internal yang mempengaruhi serta kekuatan, kelemahan, peluang

dan tantangan yang ada dalam pembangunan daerah.

Misi disusun untuk memperjelas jalan atau langkah yang akan dilakukan dalam

rangka mencapai perwujudan visi. Oleh karena itu, pernyataan misi sebaiknya

menggunakan bahasa yang sederhana, ringkas dan mudah dipahami tanpa

mengurangi maksud yang ingin dijelaskan.

Mengacu pada uraian-uraian tersebut di atas, maka dirumuskan Misi

Pembangunan Daerah Kabupaten Kepulauan Selayar dalam periode 5 (lima) Tahun

RPJMD 2010-2015, adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia

Kualitas sumber daya manusia menjadi indikator yang sangat penting dalam

proses maupun pencapaian tujuan pembangunan. Tidak ada Negara di dunia ini

mampu menjadi Negara maju jika tidak berangkat pada titik pijak pembangunan

kualitas Sumber Daya Manusia, diantaranya melalui capaian target-target Millenium

Development Goals (MDGs). Manusia adalah subjek dan objek pembangunan.

Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia berarti pemenuhan kebutuhan

pendidikan secara memadai, kesehatan secara utuh yang berkeadilan untuk seluruh

(9)

2. Meningkatkan infrastruktur

Membangun, meningkatkan dan memeratakan infrastruktur agar bisa hidup

layak, tidak terisolasi, memperlancar mobilitas masyarakat, barang dan jasa,

mengurangi kesenjangan antar wilayah, meningkatkan keterkaitan antar wilayah,

meningkatkan aktivitas sosial lainnya sehingga masyarakat dapat menikmati

hasil-hasil pembangunan. Infrastruktur yang dimaksudkan yaitu jalan, jembatan, sarana air

bersih dan sanitasi, energy, dan prasarana wilayah.

Dan yang tidak kalah pentingnya adalah pembangunan infrastruktur untuk dapat

membuka akses ke berbagai kantong produksi dan dapat mempermudah pemasaran

hasil-hasil produksi yang kemudian dapat mendorong pergerakan perekonomian

daerah.

3. Memberdayakan ekonomi kerakyatan

Membangun fondasi ekonomi masyarakat dari sektor riil dan berbasis kerakyatan

yang tangguh dan berproduksi tinggi dengan menfasilitasi berkembangnya unit-unit

usaha mikro, kecil dan menengah, koperasi yang sehat, yang akan memperluas

kesempatan kerja dengan intervensi pada aksesibilitas modal lunak dari perbankan

pemerintah maupun lembaga keuangan non bank, manajemen usaha dan ekspansi

skala usaha.

Memberdayakan ekonomi kerakyatan melalui kebijakan ekonomi yang berpihak

kepada masyarakat, terutama dalam hal pengentasan kemiskinan. Hal ini dilakukan

agar masyarakat dapat menikmati pembangunan ekonomi secara lebih baik dan

mereka juga dapat lebih jauh terlibat dalam aktivitas ekonomi. Kebijakan ini dilakukan

dengan pendekatan yang tidak saja mengutamakan pertumbuhan tetapi juga

distribusi, atau dikenal dengan “pertumbuhan dengan pemerataan” (growth with

equity) dalam mewujudkan “pertumbuhan dengan basis yang luas” (broad-based

growth).

Pendekatan ekonomi kerakyatan ini berfokus kepada 3 (tiga) hal, yaitu:

a. Mengedepankan kebijakan pada penciptaan keadaan yang mendorong dan

mendukung usaha – usaha masyarakat untuk memenuhi kebutuhan mereka

sendiri dan memecahkan permasalahan mereka sendiri pada tingkat

(10)

b. mengembangkan kelembagaan ekonomi yang berfungsi dan sesuai

kaidah-kaidah organisasi yang mandiri.

c. mengembangkan sistem produksi berdasarkan sumberdaya di setiap kawasan

dan wilayah.

4. Mengoptimalkan pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan.

Sumber daya alam yang melimpah dalam bidang pertanian, perkebunan,

peternakan, kelautan, perikanan, pertambangan, dan energy, perlu dikelola secara

optimal sehingga sumber daya alam itu tidak hanya diekploitasi oleh segelintir orang

tetapi dinikmati dan mampu memenuhi kebutuhan bahkan mendatangkan

kesejahteraan bagi seluruh masyarakat tanpa melupakan pelestarian lingkungan.

5. Meningkatkan tata kelola pemerintahan dan penegakan hukum

Penerapan prinsip-prinsip tata kelola pemerintahan yang baik dan penegakan

hukum memegang peranan yang sangat penting dalam rangka terwujudnya

pelayanan publik yang prima kepada masyarakat.

6. Mengembangkan pembinaan kehidupan beragama.

Paham keagamaan selalu menjadi landasan dalam setiap gerak pembangunan

bangsa sebagai pondasi dan benteng bagi kita terhadap pengaruh buruk dari

globalisasi

7.2.6 Arah Kebijakan Dan Program Prioritas

Penyusunan RPJMD dilakukan berdasarkan Undang-Undang No. 25 Tahun

2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Dalam undang-

undang tersebut, RPJM Daerah dinyatakan sebagai penjabaran dari visi, misi,

dan program Kepala Daerah yang penyusunannya berpedoman pada RPJP

Daerah dan memperhatikan RPJM Nasional, memuat arah kebijakan keuangan

Daerah, strategi pembangunan Daerah, kebijakan umum, dan program Satuan

Kerja Perangkat Daerah, lintas Satuan Kerja Perangkat Daerah, dan program

kewilayahan disertai dengan rencana-rencana kerja dalam kerangka regulasi dan

kerangka pendanaan yang bersifat indikatif.

Strategi dan arah kebijakan merupakan rumusan perencanaan komperhensif

(11)

efektif dan efisien. Dengan pendekatan yang komprehensif, strategi juga dapat

digunakan sebagai sarana untuk melakukan tranformasi, reformasi, dan perbaikan

kinerja birokrasi. Perencanaan strategik tidak saja mengagendakan aktivitas

pembangunan, tetapi juga segala program yang mendukung dan menciptakan

layanan masyarakat tersebut dapat dilakukan dengan baik, termasuk di dalamnya

upaya memberbaiki kinerja dan kapasitas birokrasi, sistem manajemen, dan

pemanfaatan teknologi informasi.

Strategi merupakan langkah-langkah yang berisikan program-program

indikatif untuk mewujudkan visi dan misi. Strategi harus dijadikan salah satu rujukan

penting dalam perencanaan pembangunan daerah (strategy focussed-management).

Rumusan strategi berupa pernyataan yang menjelaskan bagaimana tujuan dan

sasaran akan dicapai yang selanjutnya diperjelas dengan serangkaian arah kebijakan.

Rumusan strategi juga harus menunjukkan keinginan yang kuat bagaimana

Pemerintah Daerah menciptakan nilai tambah (value added) bagi stakeholder

pembangunan daerah. Di sini penting untuk mendapatkan parameter utama yang

menunjukkan bagaimana strategis tersebut menciptakan nilai (strategic objective).

Melalui parameter tersebut, dapat dikenali indikasi keberhasilan atau kegagalan

suatu strategi sekaligus untuk menciptakan budaya “berpikir strategik” dalam

menjamin bahwa transformasi menuju pengelolaan keuangan pemerintah daerah

yang lebih baik, transparan, akuntabel dan berkomitmen terhadap kinerja, strategi

harus dikendalikan dan dievaluasi (learning process).

Mengacu pada teori tersebut diatas serta berdasar pada hasil analisis mendalam

terhadap permasalahan pembangunan, isu-isu strategis, serta potensi/kekuatan dan

kelemahan yang ada maka disusunlah strategi dan arah kebijakan dalam rangka

mewujudkan tujuan dan sasaran pembangunan Kabupaten Kepulauan Selayar Lima

(12)

Tabel 7.2

Strategi dan Program Prioritas RPJMD Kabupaten Kepulauan Selayar.

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan

Meningkatnya akses,

Memberikan kesempatan yang

seluas-luasnya kepada masyarakat untuk

menempuh pendidikan, dan terlebih khususnya pada kelompok kelompok usia sekolah.

Perluasan akses pendidikan melalui peningkatan kualitas pendidikan gratis dan bantuan pendidikan / beasiswa bagi keluarga kurang mampu dan atau berprestasi

Meningkatnya kompetensi peserta didik dan lulusan pada semua jenjang pendidikan

Mendorong pendidikan yang bermutu dan berkualitas sehingga mempunyai

dayasaing yang tinggi

Pengembangan kurikulum berbasis kompetensi, bahan ajar, metode pembelajaran dan sistem penilaian yang berstandar nasional dan internasional.

Meningkatnya manajemen kependidikan

Penguatan tata kelola, akuntabilitas dan transparansi pendidikan

Peningkatan manajemen pengelolaan pendidikan melalui pelatihan dan pendidikan Formal serta peningkatan sarana dan prasarana aparatur Meningkatnya Profesionalisme

pendidik dan tenaga kependidikan

Melakukan perbaikan secara bertahap dan diawali dengan menggunakan SDM eksternal untuk meningkatkan kompetensi Pendidik yang Profesional

Peningkatan kualifikasi dan kompotensi pendidik dan tenaga kependidikan melalui Pelatihan dan sertifikasi

Meningkatkan kuantitas dan kualitas sarana dan prasarana pendidikan

meningkatkan sarana dan prasarana pendidikan serta fasilitas sekolah di daerah terpencil

Peningkatan sarana dan sarana pendidikan yang layak sesuai Standar Nasional Pendidikan (SNP)

Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan

Penguatan pemberdayaan masyarakat terhadap pendidikan

Pengembangan dan peningkatan Dewan Pendidikan dan Komite Sekolah serta Pelibatan partisipasi masyarakat dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan penyelenggaraan pendidikan. Meningkatnya minat baca

masyarakat

Meningkatkan cakupan dan mutu layanan perpustakaan

Meningkatkan akses masyarakat terhadap bahan bacaan di Perpustakaan dan di masyarakat

Meningkatkan

(13)

Tujuan Sasaran Strategi Arah Kebijakan hidup sehat

masyarakat

penekanan pada upaya promotif dab preventif Meningkatnya partisipasi dan masyarakat dalam memelihara kesehatan secara mandiri

Peningkatan kuantitas dan kualitas tenaga kesehatan, pembiayaan kesehatan, sarana dan prasarana kesehatan dan manajemen kesehatan termasuk termasuk akreditasi RSUD

Meningkatkan Keluarga Kecil Berkualitas,

Meningkatnya kualitas pelayanan KB Memberdayakan dan menggerakan

masyarakat untuk membangun keluarga kecil berkualitas

Memperluas akses masyarakat terhadap layanan keluarga berencana (KB) serta meningkatkan koordinasi dan kemitraan dalam pelayanan KB Meningkatnya peran serta

masyarakat dalam peningkatan keluarga kecil berkualitas

Menfasilitasi pembentukan masyarakat peduli KB

Meningkatkan jumlah kelompok masyarakat peduli KB yang berperan aktif dalam pelayanan KB

Meningkatkan

Penigkatan kuantitas dan kualitas pendidikan dan pelatihan bagi kaum perempuan, di segala bidang pembangunan

Meningkatnya kualitas pemuda Meningkatkan pengetahuan, skill dan jiwa

kewirausahaan pemuda

Meningkatkan pembinaan, pelatihan dan bantuan modal usaha pemuda

Meningkatnya prestasi olah raga Memasyarakatkan olah raga dan

mengolahragakan masyarakat dan siswa

Meningkatkan sarana prasana olah raga dan apresiasi kepada atlit berprestasi

(14)

7.3 ARAHAN PERATURAN DAERAH TENTANG BANGUNAN GEDUNG

Arahan peraturan daerah tentang bangunan dan gedung diatur dalam NOMOR

05 TAHUN 2007 TENTANG TATA BANGUNAN dalam perda ini nantinya tidak hanya

mengatur tentang aspek bangunan, tata ruang dan lingkungan saja, namun juga

berpotensi menghasilkan PAD baru. Misalnya setiap gedung yang akan dibangun

harus sesuai dengan standar bangunan dalam perda. Standar itu akan dikenakan

pajak termasuk ketinggian gedung. Hal ini hampir sama dengan mekanisme

pengaturan gedung di Jakarta. Lebar dan tinggi gedung dihitung untuk menghasilkan

pajak atau retribusi baru.

7.4 ARAHAN RENCANA INDUK (SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM) PAM KAB KEPULAUAN

SELAYAR (RISPAM)

Berdasarkan Permen PU No. 18 Tahun 2007, Rencana Induk Pengembangan

Sistem Penyediaan Air Minum adalah suatu rencana jangka panjang (15-20

tahun) yang merupakan bagian atau tahap awal dari perencanaan air

minum jaringan perpipaan dan bukan jaringan perpipaan berdasarkan proyeksi

kebutuhan air minum pada satu periode yang dibagi dalam beberapa tahapan dan

memuat komponen utama sistem beserta dimensi- dimensinya. RI-SPAM dapat

berupa RI-SPAM dalam satu wilayah administrasi maupun lintas

kabupaten/kota/provinsi.

Penyusunan rencana induk pengembangan SPAM memperhatikan aspek

keterpaduan dengan prasarana dan sarana sanitasi sejak dari sumber air hingga

unit pelayanan dalam rangka perlindungan dan pelestarian air.

Di dalam RI-SPAM, hal yang perlu dikutip pada bagian ini untuk dijadikan

arahan pengembangan kebijakan dan strategi pengembangan SPAM adalah

bagian Rencana Pengembangan SPAM yang terdiri dari:

a. Kebijakan, Struktur dan Pola Pemanfaatan Ruang Wilayah;

b. Rencana Sistem Pelayanan;

c. Rencana Pengembangan SPAM; dan

(15)

7.5 ARAHAN STRATEGI SANITASI KOTA (SSK)

Strategi Sanitasi Kota adalah dokumen rencana strategis berjangka

menengah yang disusun untuk percepatan pembangunan sektor sanitasi

Kabupaten yang berisi potret kondisi sanitasi kota saat ini, rencana strategi dan

rencana tindak pembangunan sanitasi jangka menengah. SSK disusun oleh

Pokja Sanitasi KAB KEPULAUAN SELAYAR didukung fasilitasi dari pemerintah pusat

dan pemerintah provinsi. Dalam menyusun SSK, Pokja Sanitasi KAB KEPULAUAN

SELAYAR berpedoman pada prinsip:

a. Berdasarkan data aktual (Buku Putih Sanitasi);

b. Berskala kota dan lintas sektor (air limbah, drainase, persampahan);

c. Disusun sendiri oleh kota dan untuk kota; dan

d. Menggabungkan pendekatan ‘top down’ dengan ‘bottom up’.

Beberapa isu pokok yang mengemuka terkait sistem sanitasi pengelolaan air

limbah domestik di Kabupaten Kepulauan Selayar, adalah :

1. Bahwa sesungguhnya pertumbuhan penduduk akan terus bertambah, tambahan

penduduk sudah tentu akan membawa dampak dalam segala lini kehidupan

masyarakat. Dampak positif adalah dengan pertumbuhan penduduk proses

produksi diharapkan akan semakin meningkat guna memenuhi kebutuhan

penduduk itu sendiri, pola prilaku akan semakin berkembang dan beragam.

Dampak negatifnya bahwa dengan pertumbuhan penduduk akan membawa

konsekwensi terhadap munculnya beranekaragam pola prilaku individu atau

kelompok yang tidak menguntungkan baik secara ekonomi maupun

sosial-budaya dan lebih-lebih dari aspek kesehatan lingkungan, termasuk dalam PHBS.

2. Bahwa sebagian besar pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Kepulauan

Selayar menggunakan on site system, meskipun juga belum memenuhi harapan.

Sistem kelembagaan sanitasi masih lemah, baik di lingkungan masyarakat itu

sendiri, pemerintah maupun swasta. Kondisi ini menuntut adanya peningkatan

kapasitas layanan pengelolaan air limbah persil khususnya dari Pemerintah

(16)

masyarakat untuk hidup bersih dan sehat, sehingga tatanan pengelolaan air

limbah domestik memenuhi harapan.

3. Bahwa untuk meningkatkan layanan dan pengelolaan air limbah terpusat (off

site system) memerlukan kerja keras dari pemerintah khususnya pemerintah

kabupaten, sistem layanan air limbah terpusat (off site system) di daerah ini belum

berkembang yaitu mulai dari hulu (rumah tangga) hingga ke hilir

(pembuangan/pengolahan akhir), sehingga diperlukan perencanaan pengelolaan air

limbah yang komprehensif dan terpadu agar Kabupaten Kepulauan Selayar memiliki

acuan yang jelas dalam meningkatkan layanan pengelolaan air limbah.

Disadari bahwa kualitas hidup lingkungan permukiman atau hunian dapat

tercermin dari tingkat kepemilikan jamban, sistem pengelolaan sanitasi air limbah,

belum lagi memperhitungkan kepemilikan dan atau pemeliharaan jamban. Diperlukan

perencanaan dan program yang bersifat jangka panjang dan terpadu sebagai

landasan pokok dalam pengelolaan air limbah atau sistem sanitasi, sehingga

kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat semakin meningkat.

4. Mendorong peningkatan kesadaran masyarakat untuk hidup bersih dan sehat

maka dukungan pemerintah, dunia usaha, masyarakat, media komunikasi menempati

posisi strategis baik sebagai obyek maupun subyek pembangunan sanitasi. Untuk itu

diperlukan sistem kelembagaan yang kuat di bawah koordinasi Dinas Teknis

Pemerintah Kabupaten yang melibatkan semua komponen masyarakat, dunia usaha,

lembaga pendidikan, LSM, media, dll.

Dari pembahasan terdahulu, dapat diperoleh beberapa permasalahan mendesak

tentang sistem pengelolaan air limbah domestik di kabupaten Kepulauan Selayar,

sebagai berikut:

1. Bahwa tatanan pola hidup bersih dan sehat belum berkembang secara merata

pada hampir semua lini kehidupan bermasyarakat, dukungan kelembagaan

sanitasi dalam semua tatanan kehidupan bermasyarakat dan bernegara belum

tertata dengan baik. Sistem kelembagaan yang lemah ini membawa konsekwensi

(17)

2. Bahwa hampir semua pengelolaan air limbah domestik di Kabupaten Kepulauan

Selayar baik di daerah-daerah perdesaan maupun perkotaan adalah

menggunakan on site system dengan tingkat teknologi sederhana, sementara

pengelolaan dengan off site system (terpusat) masih belum berkembang, sistem

jaringan belum terstruktur dengan baik, di antaranya pembuangan akhir

dialirkan ke sungai atau saluran drainase terdekat. Sarana IPAL atau IPLT belum

tersedia.

3. Kondisi di atas tentunya membawa pengaruh besar di dalam menempatkan

pengelolaan air limbah tidak memenuhi standar/pedoman sistem pengelolaan air

limbah baik melalui on site system, lebih-lebih pada off site system.

4. Tingkat kepemilikan jamban masih rendah, kondisi fisik jamban umumnya masih

dibawah standar, ini terutama terjadi pada tatanan rumah tangga miskin bahkan

pada tatanan masyarakat menengah. Tingkat pendidikan penduduk tidak

menjamin bahwa suatu rumah tangga memiliki kualitas jamban sehat atau

memiliki sistem sanitasi pengelolaan air limbah yang baik, sehingga yang paling

menentukan adalah tingkat kepedulian.

5. Belum ada kelembagaan yang kuat di dalam mengatur tatanan sistem

pengelolaan air limbah atau sistem sanitasi, baik di lingkungan pemerintah,

masyarakat, maupun swasta.

6. Keterlibatan pihak swasta sejauh ini hampir tidak kelihatan guna mendukung

peningkatan kepedulian dan kesadaran masyarakat dan layanan pengelolaan

limbah.

7. Kerjasama dengan dunia usaha, unsur-unsur media sejauh ini belum berkembang,

belum ada upaya-upaya promosi, publikasi dan sosialisasi yang betul-betul

menyentuh pada peningkatan kepedulian masyarakat.

8. Sistem kelembagaan yang lemah, kepedulian masyarakat, dunia usaha dan

pemerintah yang lemah maka dukungan pendanaan dan pembiayaan dalam

(18)

7.6.1 Arahan Peenetapan Pencapaian Sektor Sanitasi

Di dalam SSK ini telah dilakukan penentuan wilayah prioritas pengembangan

sistem pengelolaan air limbah (apakah on site maupun off site) secara umum.

Beberapa kriteria telah digunakan dalam penentuan prioritas tersebut, yaitu:

kepadatan penduduk, klasifikasi wilayah (perkotaan atau perdesaan), karakteristik

tata guna lahan/Center of Business Development (CBD) (komersial atau rumah

tangga), serta resiko kesehatan lingkungan.

Berdasarkan kriteria tersebut dihasilkan suatu peta yang menggambarkan

kebutuhan sistem pengelolaan air limbah untuk perencanaan pengembangan sistem.

Peta tersebut terbagi dalam beberapa zonasi, dimana zona tersebut sekaligus

merupakan dasar bagi kota dalam merencanakan pengembangan jangka panjang

pengelolaan air limbah Kabupaten Kepulauan Selayar, yang ujungnya adalah

pengelolaan air limbah terpusat (off site system).

Rencana pengembangan tersebut diilustrasikan sebagai berikut:

 Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang dapat

diatasi dalam jangka pendek dengan pilihan system setempat (on site) dengan skala

rumah tangga (household based). Tahapan penanganannya dengan kegiatan utama

untuk perubahan perilaku dan pemicuan. Zona ini mencakup 4 Desa/Kelurahan yang

tersebar hampir diseluruh Kecataman daratan di kabupaten Kepulauan Selayar

(Kelurahan Benteng, Kelurahan Benteng Selatan, Kelurahan Benteng Selatan dan

Desa Bontolebang). Dalam peta diberi warna hijau tua.

 Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi

dalam jangka pendek dengan perubahan perilaku dan oleh karena merupakan daerah

padat penduduk maka pemilihan systemnya adalah system setempat dengan

pendekatan on site individual (tidak berbasis rumah tangga). Zona ini mencakup 71

desa/kelurahan;. Dalam peta diberi warna hijau muda (Mama Desa/Kel terlampir

dalam penentuan zona dan sistem sanitasi kabupaten kepulauan selayar sub-sektor

(19)

 Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan

kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus diatasi

dengan pilihan sistem terpusat (off site) dalam jangka menengah. Zona ini mencakup

4 desa/kelurahan; Kelurahan Benteng, Kelurahan Benteng Selatan, dan Kelurahan

Benteng Utara dan Desa Barugaiya. Dalam peta diberi warna coklat tua.

 Zona 4, merupakan area dengan tingkat resiko sangat tinggi karena

merupakan kawasan padat, CBD serta kondisi topografi kurang menguntungkan.

Dalam jangka panjang harus diatasi dengan pilihan system terpusat (off site). Zona ini

mencakup 7 Desa/Kelurahan, yaitu Kelurahan Benteng. Kelurahan Benteng Selatan,

dan Kelurahan Benteng Utara, Desa Bontosunggu, Desa Bontoborusu, Kelurahan

Batangmata, Desa Barugaiya dan Dalam peta diberi warna merah hati.

7.6.2 Arahan Penetapan Pencapaian Sektor Persampahan

Berdasarkan kriteria yang ada dalam Standar Pelayanan Minimun (SPM), wilayah

pengembangan pelayanan persampahan dapat diidentifikasi. Terdapat 2 (dua)

kriteria utama dalam penetapan prioritas penanganan persampahan saat ini yaitu

tata guna lahan/klasifikasi wilayah (komersial/CBD, permukiman, fasilitas umum,

terminal, dsb) dan kepadatan penduduk. Hasil dari penentuan wilayah dan kebutuhan

pelayanan persampahan Kabupaten Kepulauan Selayar terdapat 3 (tiga) zona yang

dapat diilustrasikan sebagai berikut:

 Zona 1, merupakan area yang harus terlayani dengan system tidak langsung yakni

dari rumah tangga ke Tempat Pengumpulan Sementara (TPS) baru ke Tempat

Pengolahan Akhir (TPA). Minimal 70% cakupan layanan harus diatasi dalam jangka

menengah (5 tahun) ke depan. Terdapat 81 desa / kelurahan dalam zona ini.

Dalam peta diberi warna hijau tua.

 Zona 2, merupakan area yang harus terlayani penuh 100% (full coverage) dalam

jangka waktu menengah dengan system layanan langsung dari sumber ke TPA.

Terdapat 5 (lima) desa / kelurahan dalam zona ini; Kelurahan Benteng, Kelurahan

Benteng Selatan, Kelurahan Benteng Utara, Desa Bontolebang dan Desa Balang

(20)

 Zona 3, merupakan area padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD)

yang harus diatasi dengan pilihan system langsung ke TPA dalam jangka waktu

pendek. Zona ini mencakup 7 desa/kelurahan; Kelurahan Benteng, Kelurahan

Benteng Selatan, Kelurahan Benteng Utara, Desa Bontosunggu, Desa

Bontoborusu, Kelurahan Batangmata, dan Desa Barugaiya. Dalam peta diberi

warna putih.

7.6.3 Arahan Penetapan Pencapaian Sektor Drainase

Dalam menentukan wilayah pengembangan saluran drainase yang sesuai dengan

kebutuhan masing-masing wilayah di tingkat kelurahan, maka disusun prioritas

pengembangan sistem drainase. Penentuan daerah prioritas ini disusun berdasarkan

5 (lima) kriteria seleksi yang mengacu ke SPM, yaitu kepadatan penduduk, tata guna

lahan (perdagangan, jasa, maupun permukiman), daerah genangan air hujan, serta

tingkat resiko kesehatan. Perencanaan penanganan ke depan dapat diilustrasikan

sebagai berikut:

 Zona 1, merupakan area dengan tingkat resiko yang relative kecil yang dapat

diatasi dalam jangka panjang mencakup 52 desa/kel. yang tersebar hampir

diseluruh Kecataman di Kabupaten Kepulauan Selayar. Dalam peta diberi warna

hijau muda.

 Zona 2, merupakan area dengan tingkat resiko menengah yang dapat diatasi

dalam jangka menengah dan panjang mencakup 18 desa/kelurahan;. Dalam peta

diberi warna biru tua.

 Zona 3, merupakan area dengan tingkat resiko relatif tinggi karena merupakan

kawasan padat dan kawasan bisnis (Central Business District/CBD) yang harus

diatasi dalam jangka menengah, mencakup 4 kelurahan; Kelurahan Benteng,

Kelurahan Benteng Selatan, Kelurahan Benteng Utara dan Kelurahan

Batangmata. Dalam peta diberi warna merah.

7.6 ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN & LINGKUNGAN (RTBL)

Berdasarkan Permen PU No. 6 Tahun 2007 tentang Pedoman Umum

Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan, RTBL didefinisikan sebagai panduan

(21)

mengendalikan pemanfaatan ruang, penataan bangunan dan lingkungan, serta

memuat materi pokok ketentuan program bangunan dan lingkungan, rencana

umum dan panduan rancangan, rencana investasi, ketentuan pengendalian

rencana, dan pedoman pengendalian pelaksanaan pengembangan

lingkungan/kawasan. Materi pokok dalam Rencana Tata Bangunan dan

Lingkungan meliputi:

a. Program Bangunan dan Lingkungan;

b. Rencana Umum dan Panduan Rancangan;

c. Rencana Investasi;

d. Ketentuan Pengendalian Rencana; dan

e. Pedoman Pengendalian Pelaksanaan.

Agar Rencana Tata Bangunan dan Lingkungan Kawasan Benteng–Bontoharu

Kabupaten Kepulauan Selayar dapat dijadikan pedoman dan acuan pembangunan

secara nyata, pertu dijabarkan dalam aspek implementasi terkait penyusunan indikasi

program. Syarat indikasi program yang baik adalah sebagai berkut :

1. Merupakan penjabaran upaya implementasi yang konsisten terhadap visi, misi,

tujuan yang telah dirumuskan

2. Mengakomodasikan langkah yang mendukung strategi penataan dalam upaya

pencapaian tujuan

3. Dapat dijabarkan Iebih lanjut dalam program dan satuan proyek-proyek

pendukungnya yang memungkinkan mengidentifikasi input sumber dayanya

(waktu, dana, lokasi, pelaku)

Dalam merumuskan indikasi program akan dijabarkan secara runtun berdasarkan

visi, misi, tujuan dan agar menjamin konsistensi setiap perumusan program terhadap

pencapaian misi dan tujuan perencanaan yang telah dicanangkan.

Pengembangan Kawasan Fungsional Perkotaan Wilayah Perkotaan (WP) Selayar

disusun untuk mewujudkan tujuan penataan ruang sesuai amanat UUTR No. 26/2007,

visi dan misi Kota Benteng dan tujuan RTRW Kabupaten Kepulauan Selayar 2012-2032

yang hendak mewujudkan penataan ruang wilayah kabupaten bermatra darat dan

(22)

dan kearifan lokal yang didukung kondisi geostrategis wilayah yang memiliki kawasan

pesisir berbasis kegiatan pertanian, perikanan, industri dan pariwisata. Melalui

pertimbangan tersebut, maka tujuan pengembangan WP. Kota Benteng yaitu :

1. Memperkuat fungsi WP Benteng sebagai kawasan perdagangan, perumahan dan

perkantoran.

2. Mendistribusikan penduduk secara merata sesuai dengan daya tampung dan

daya dukung lingkungan.

3. Menciptakan hirarki pelayanan sarana dan prasarana kota yang berkualitas,

efektif, efisien, merata dan terpadu.

4. Menciptakan sistem pergerakan yang aman, nyaman dan lancar.

5. Menciptakan kualitas lingkungan, visual, dan fungsional kota secara

berkelanjutan (sustainable city).

6. Menciptakan pola pemanfaatan ruang kawasan lindung dan budidaya yang

selaras, serasi dan seimbang sesuai dengan daya dukung lingkungan dan arah

kebijaksanaan penataan kota.

7. Menciptakan ketertiban antar kegiatan dan konsistensi perwujudan ruang

dengan kebijakan-kebijakan yang ada.

Untuk mencapai tujuan tersebut, maka diperlukan rencana-rencana yang tepat,

sesuai dengan arah kebijakan pengembangan serta hasil analisis sebelumnya pada

kawasan perencanaan. Rencana-rencana tersebut antara lain:

1. Struktur Peruntukan Lahan

2. Intensitas Pemanfaatan Lahan

3. Tata Bangunan

4. Sistem Sirkulasi dan Jalur Penghubung

5. Sistem Ruang Terbuka dan Tata Hijau

6. Tata Kualitas Lingkungan

7. Sistem Prasarana dan Utilitas Lingkungan

Semua rencana tersebut disusun berlandaskan pada konsep rencana kerangka

rancang kota. Kawasan Benteng direncanakan untuk dikembangkan secara

(23)

simpul tersebut berada pada lokasi-lokasi antara lain simpul utama di Kawasan Pasar

Sentral, simpul ruang terbuka hijau di kawasan Kelurahan Benteng dan kawasan

PerikananKelurahan Benteng Selatan.

7.7 ARAHAN STRATEGI PENGEMBANGAN PERMUKIMAN DAN INFRASTRUKTUR

PERKOTAAN (SPPIP) KABUPATEN KEPULAUAN SELAYAR.

SPPIP merupakan strategi yang digunakan sebagai pedoman dalam

pembangunan kawasan permukiman dan infrastruktur permukiman di perkotaan

yang penyusunannya menyelaraskan dan mengintegrasikan kebijakan pembangunan

dan pengembangan kota secara komprehensif.

Lingkup SPPIP bidang permukiman dan infrastruktur perkotaan di wilayah

perkotaan. Dengan ruang lingkup penyusunan sbb: Indikasi arah pengembangan kota

serta pembangunan permukiman dan infrastruktur perkotaan, Rumusan kriteria dan

indikator penentuan kawasan permukiman prioritas, Identifikasi Kawasan

Permukiman prioritas, Rumusan tujuan dan kebijakan, Rumusan strategi, Analisis

keterkaitan antar strategi dalam skema manajemen, pembangunan perkotaan,

Analisis konsekuensi penerapan strategi, Rumusan program, Analisis dampak

penerapan program, Dokumen spasial (PETA).

7.8 ARAHAN RENCANA PENGEMBANGAN KAWASAN PERMUKIMAN PERKOTAAN

(RPKPP)

RPKPP merupakan tindak lanjut dari SPPIP berupa rencana aksi program untuk

penanganan permasalahan permukiman dan pembangunan infrastruktur

permukiman pada kawasan permukiman prioritas. RPKPP merupakan perencanaan

infrastruktur di kawasan permukiman prioritas sebagai bagian dari kawasan

perkotaan dalam lingkup kota ataupun kabupaten serta mengacu pada arahan yang

terdapat dalam dokumen SPPIP.

Lingkup Wilayah RPKPP pada jenjang kawasan permukiman prioritas dipetakan

(24)

1:1.000. Lingkup RPKPP penanganan permasalahan/potensi bidang permukiman dan

infrastruktur perkotaan di wilayah permukiman prioritas.

Kawasan permukiman prioritas adalah kawasan permukiman yang disepakati

oleh POKJANIS sebagai kawasan yang memiliki nilai strategis dalam konteks

pembangunan kota dan merupakan prioritas dalam pembangunan dan

pengembangannya.

7.9 ARAHAN RENCANA TATA BANGUNAN DAN LINGKUNGAN DI KAWASAN

STRATEGIS KAB KEPULAUAN SELAYAR (RTBL KSK)

(1) KSK dengan sudut kepentingan pertumbuhan ekonomi terdiri atas :

a. kawasan industri Pamatata di Kecamatan Bontomatene;

b. kawasan sentra pertanian tanaman pangan di Kecamatan Pasimasunggu

dan Kecamatan Pasimasunggu Timur;

c. kawasan budidaya ikan karang, di Kecamatan Bontoharu dan Kecamatan

Takabonerate;

d. kawasan pariwisata terpadu, di Kecamatan Benteng dan Kecamatan

Bontoharu yang akan ditetapkan sebagai Kawasan Strategis Cepat

Tumbuh;

e. kawasan perkotaan Kayuadi di Kecamatan Takabonerate; dan

f. kawasan perkotaan Bonerate di Kecamatan Pasimarannu.

(2) KSK dengan sudut kepentingan lingkungan hidup merupakan Kawasan

Konservasi Perairan Daerah (KKPD) ditetapkan di Kecamatan Bontomanai,

Kecamatan Bontomatene, Kecamatan Bontoharu, Kecamatan Takabonerate,

Kecamatan Pasimasunggu, Kecamatan Pasimasunggu Timur, Kecamatan

Pasimarannu, dan Kecamatan Pasilambena.

7.10 INTEGRASI STRATEGI PEMBANGUNAN KAB KEPULAUAN SELAYAR DAN

SEKTOR

Strategi dan arah kebijakan pengembangan di tiap wilayah mengacu pada

(25)

Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional dan berbasiskan perencanaan wilayah laut

melalui Arah Pengembangan Wilayah Laut.

Selain itu, sesuai dengan arahan Presiden RI, strategi pembangunan juga

mengacu pada paradigma Pembangunan untuk Semua (Development for All).

Paradigma ini bertumpu pada 6 (enam) strategi dan arah kebijakan, yaitu:

Pertama, strategi pembangunan inklusif yang mengutamakan keadilan,

keseimbangan dan pemerataan. Semua pihak harus dan ikut berpartisipasi dalam

proses pembangunan melalui penciptaan iklim kerja untuk meningkatkan harkat

hidup keluar dari kemiskinan. Seluruh kelompok masyarakat harus dapat merasakan

dan menikmati hasil-hasil pembangunan terutama masyarakat yang tinggal di

kawasan perbatasan, kawasan perdesaan, daerah pedalaman, daerah tertinggal dan

daerah pulau terdepan. Selain itu, pertumbuhan ekonomi harus dapat mengurangi

pengangguran dan kemiskinan. Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat

(PNPM) Mandiri; serta Percepatan Pembangunan Daerah Tertinggal, Kawasan

Perbatasan, Pulau Terdepan dan daerah pasca konflik dan pasca bencana merupakan

program yang diarahkan langsung untuk mendorong pembangunan yang lebih

inklusif.

Kedua, strategi pembangunan berdimensi kewilayahan. Strategi pembangunan

wilayah mempertimbangkan kondisi geografis, ketersediaan sumber daya alam,

jaringan infrastruktur, kekuatan sosial budaya dan kapasitas sumber daya manusia

menyebabkan perbedaan antara wilayah. Strategi pembangunan wilayah juga

memperhitungkan basis daratan dan basis kepulauan atau maritim sebagai satu

kesatuan ruang yang tidak terpisahkan. Oleh sebab itu, strategi pembangunan

berdimesni kewilayahan memperhatikan tata ruang wilayah Pulau Sumatera, Pulau

Jawa-Bali, Pulau Kalimantan, Pulau Sulawesi, Kepulauan Nusa Tenggara, Kepulauan

Maluku dan Pulau Papua. Dengan strategi ini, kebijakan pembangunan diarahkan

untuk mengoptimalkan potensi dan keunggulan daerah dan membangun keterkaitan

antarwilayah yang solid termasuk mempercepat pembangunan pembangkit dan

(26)

(darat, laut dan udara) dan jaringan komunikasi untuk memperlancar arus barang dan

jasa, penduduk, modal dan informasi antar wilayah.

Ketiga, strategi pembangunan yang mendorong integrasi sosial dan ekonomi

antarwilayah secara baik. Dalam hal ini perhatian terhadap pengembangan

pulau-pulau besar, kecil dan terdepan harus dilakukan dengan memperhatikan poteni

daerah sebagai modal dasar yang dikelola secara terintegrasi dalam kerangka

geoekonomi nasional yang solid dan kuat. Dengan kesatuan ekonomi nasional yang

kuat untuk lima tahun mendatang, maka posisi tawar Indonesia dalam globalisasi

percaturan perekonomian dunia, secara geo-ekonomi berada pada posisi yang lebih

kuat, dan lebih berdaya saing. Kebijakan untuk memperkuat integrasi sosial dan

ekonomi antarwilayah diarahkan pada pengembangan pusat-pusat produksi dan

pusat-pusat perdagangan di seluruh wilayah terutama di Kalimantan, Sulawesi, Nusa

Tenggara, Maluku dan Papua.

Keempat, strategi pengembangan ekonomi lokal. Pengembangan ekonomi lokal

menjadi penting dan mendesak sebagai upaya memperkuat daya saing

perekonomian nasional. Para gubernur, bupati dan walikota mempunyai kewenangan

yang luas dan peran dominan dalam pengembangan ekonomi lokal. Peran

pemerintah dan pemerintah daerah dalam mendorong pembangunan daerah pada

intinya mempunyai arah sebagai berikut: (1) menciptakan suasana atau iklim usaha

yang memungkinkan potensi masyarakat berkembang; (2) meningkatkan akses

masyarakat terhadap sumber-sumber kemajuan ekonomi seperti modal, teknologi,

informasi, lapangan kerja dan pasar; (3) mencegah terjadinya persaingan yang tidak

seimbang, dan menciptakan kebersamaan dan kemitraan antara yang sudah maju

dengan yang belum berkembang; (4) memperkuat kerjasama antardaerah; dan (5)

membentuk jaring ekonomi yang berbasis pada kapasitas lokal dengan mengkaitkan

peluang pasar yang ada di tingkat lokal, regional dan internasional; (6) mendorong

kegiatan ekonomi bertumpu pada kelompok, termasuk pembangunan prasarana

berbasis komunitas; dan (7) memperkuat keterkaitan produksi-pemasaran dan

jaringan kerja usaha kecil-menengah dan besar yang mengutamakan keunggulan

(27)

Kelima, strategi pembangunan disertai pemerataan (growth with equity) yang

bertumpu pada keserasaian pertumbuhan ekonomi (pro-growth) dalam menciptakan

kesempatan kerja (pro-jobs) dan mengurangi kemiskinan (pro-poor) yang tetap

berdasarkan kelestarian alam (pro-environment). Kebijakan pembangunan diarahkan

untuk memperkuat keterkaitan antarwilayah (domestic interconnectivity),

membangun dan memperkuat rantai industri hulu hilir produk unggulan berbasis

sumber daya lokal, mengembangkan pusat-pusat produksi dan perdagangan baik di

Jawa-Bali maupun di luar wilayah Jawa Bali yang didukung dengan penyediaan

prasarana dan sarana, peningkatan SDM, pusat-pusat penelitian, pembangkit listrik

dan penyediaan air bersih; serta perbaikan pelayanan sesuai standar pelayanan

minimal. Sejalan dengan arah kebijakan ini, pengembangan Kawasan Ekonomi Khusus

(KEK) merupakan salah satu dorong untuk menciptakan dan membangun

pusat-pusat pertumbuhan dan perdagangan di seluruh wilayah.

Keenam, strategi pengembangan kualitas manusia. Orientasi pembangunan

adalah peningkatan kualitas manusia (the quality life of the people) sebagai bagian

dari penghormatan, perlindungan dan pemenuhan hak-hak dasar rakyat terutama

pangan, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sanitasi dan air bersih,

perumahan, sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan. Oleh sebab

itu, kebijakan pembangunan akan diarahkan pada peningkatan akses dan mutu

layanan dasar termasuk pangan, pendidikan, kesehatan, kesempatan kerja, sanitasi

dan air bersih, perumahan, sumber daya alam dan lingkungan, dan jaminan keamanan

terutama bagi masyarakat yang berada di daerah perdesaan, kawasan perbatasan,

pulau-pula terluar dan daerah pasca konflik dan pasca bencana. Dengan

meningkatnya kualitas manusia, kesejahteraan masyarakat juga akan meningkat dan

Gambar

Tabel 7.1
Tabel 7.2 Strategi dan Program Prioritas RPJMD Kabupaten Kepulauan Selayar.

Referensi

Dokumen terkait

Pengembangan materi dan fungsi ini dimaksudkan untuk mengikuti laju kebutuhan masyarakat dalam berkesenian, (3) pelestarian juga dilakukan oleh pihak Pura di antaranya

Inkarnasi Yesus Kristus menjadi daging sebagai puncak kontekstualisasi Allah di dalam dunia, keabsahan inkarnasi Allah melalui Firman - Nya ke dalam konteks

Tokoh dapat diartikan sebagai pembawa cerita. Tokoh yang ditampilkan dalam sebuah novel membawa perannya masing-masing. Seperti pada novel Pasar ini, setiap

Quraish Shihab tentang penfasiran ayat-ayat Sumpah dalam juz‟amma, yang mana penulis meneliti-melihat dari model penafsiran yang digunakan dari masing-masing tokoh

Penguatan Tata Kelola Perguruan Tinggi 18/02/2008 18/02/2010 Memudahkan pengawasan keuangan dan pengawasan serta pengelolaaan tata kelola perguruan tinggi 2

Perencanaan kinerja merupakan proses penyusunan rencana kinerja sebagai penjabaran dari sasaran dan program yang telah ditetapkan dalam rencana strategis

Peserta Alih Jenis Semester Genap Tahun Akademik 2017/2018 yang diterima/lulus seleksi di Universitas Jember diwajibkan melakukan pengisian data secara online

Penelitian ini bertujuan untuk: (1) mengembangkan media pembelajaran modul elektronik animasi interaktif yang memenuhi kriteria baik dari aspek materi, bahasa Indonesia dan