BAB II
PROFIL KABUPATEN LEMBATA
2.1.
Wilayah Administrasi
Kabupaten Lembata merupakan salah satu Kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Timur yang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 52 Tahun 1999. Saat ini Kabupaten Lembata terdiri dari 9 Kecamatan meliputi 144 desa dan 7 kelurahan memiliki luas wilayah 4.620,375 km2 yang terdiri dari wilayah daratan seluas 1.266,39 km2 atau 126.639 ha dan wilayah laut seluas 3.353,995 km2. Adapun Luas wilayah daratan untuk masing-masing kecamatan adalah sebagai berikut: Kecamatan Nubatukan 16.564 ha, Kecamatan Ile Ape 9.686 ha, Kecamatan Ile Ape Timur 3.826 ha, Kecamatan Lebatukan 24.189 ha, Kecamatan Omesuri 16.193 ha, Kecamatan Buyasuri 10.426 ha, Kecamatan Atadei 15.042 ha, Kecamatan Nagawutung 18.569 ha dan Kecamatan Wulandoni 12.144 ha. Secara astronomis Kabupaten Lembata terletak pada posisi : 8°10'12’’- 8°35’24’’ LS dan 123°12'1’’ - 123°55’48’’ BT. Secara geografis Kabupaten Lembata mempunyai batas-batas sebagai berikut:
1. Sebelah Utara : Laut Flores 2. Sebelah Selatan : Laut Sawu 3. Sebelah Timur : Selat Merica
4. Sebelah Barat : Selat Boleng dan Selat Lamakera
Adapun rincian kecamatan dan jumlah desa di Kabupaten Lembata, adalah:
1. Kecamatan Nagawutung sebanyak 18 desa 2. Kecamatan Atadei sebanyak 15 desa 3. Kecamatan Ile Ape sebanyak 17 desa 4. Kecamatan Lebatukan sebanyak 17 desa
5. Kecamatan Nubatukan sebanyak 11 desa dan 7 Kelurahan 6. Kecamatan Omesuri sebanyak 22 desa
Dari 9 Kecamatan itu kecamatan yang paling luas wilayahnya adalah kecamatan Lebatukan dengan luas wilayah 241,89 km² sedangkan kecamatan yang memiliki luas wilayah paling kecil adalah Kecamatan Ile ape Timur dengan luas 38.26 km².
2.2.
Potensi Wilayah Kabupaten/Kota
2.2.1. Pertanian
Luas lahan pertanian di Kabupaten Lembata sebesar 31.430,33 ha atau 24.82 % dari luas wilayah kabupaten Lembata. Luas lahan pertanian ini terdiri dari pertanian lahan basah (sawah irigasi maupun non irigasi) sebesar 90 ha dan pertanian lahan kering 20.290,86 ha. Dari keseluruhan luas lahan pertanian terdapat 35.14 % lahan yang sementara tidak diusahakan.
Tabel 2. 1
Luas Sawah dan Pertanian Lahan Kering Kabupaten Lembata Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2015
No Kecamatan
Luas Lahan (ha)
Sawah Irigasi Sawah Non
Irigasi Tegal/Kebun Ladang/Huma
Sementara tidak diusahakan
1 Nagawutung - 4 2.063 1.360 1.793
2 Wulandoni - - 1.352 652 3.212
3 Atadei - - 2.549 191 1.412
4 Ile Ape - - 1.084 58 194
5 Ile Ape Timur - - 825 145 370
6 Lebatukan - - 1.120 856 352
7 Nubatukan 50 - 2.095 1.312 1.731
8 Omesuri 20 20 1.884,25 1.601,61 1.838,47
9 Buyasuri - - 1.027 116 143
Lembata 70 20 13.999,25 6.291,61 11.045,47
Sumber : Kabupaten Lembata Dalam Angka 2016
2.2.2. Perkebunan
Tabel 2. 2
Luas Tanaman Perkebunan Kabupaten Lembata Dirinci Menurut Kecamatan dan Jenis Komoditi Tahun 2015
No Kecamatan
Lembata 4.777,00 674,00 1.082,00 9.271,00
Sumber : Kabupaten Lembata Dalam Angka 2016
Grafik 2. 1
Persentase Luas Tanaman Perkebunan Dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2015
2.2.3. Peternakan
Populasi peternakan di kabupaten Lembata terdiri dari ternak besar dan unggs. Dalam tahun 2015 populasi ternak besar (sapi, kuda, kambing, domba dan babi) sebesar 89.034 ekor jumlah ini mengalami penurunan sebesar 10.549 atau 10,59 % jika dibandingkan dengan populasi ternak
pada tahun 2014 sebesar 99.583 ekor. Penurunan populasi ini terjadi pada ternak kuda, kambing
Tabel 2. 3
Populasi Ternak Kabupaten Lembata
Dirinci Menurut Kecamatan dan Jenis Ternak Tahun 2015
No Kecamatan
Sumber : Kabupaten Lembata Dalam Angka 2016
Populasi ternak unggas di kabupaten Lembata terdiri dari ayam kampung, ayam petelur
ayam pedaging dan itik manila. Potensi ternak ungags terbesar adalah ayam kampung sebesar
128.210 ekor.
Tabel 2. 4
Polpulasi Unggas di Kabupaten Lembata
Dirinci Menurut Kecamatan dan Jenis Unggas Tahun 2015
No Kecamatan
2.2.3. Perikanan
Jumlah rumah tangga yang bergerak di bidang perikanan kabupaten Lembata tahun 2015 sebanyak 1.692 rumah tangga pada subsektor perikanan laut dengan produksi perikanan sebesar 5.839 ton. Jenis ikan dengan produksi terbesar adalah tuna mata besar dengan jumlah produksi 757,20 ton atau 12,97 % dari jumlah produksi perikanan secara keseluruhan.
Tabel 2. 5
Jumlah Rumah Tangga Perikanan Kabupaten Lembata Dirinci Menurut Kecamatan dan Subsektor Tahun 2014 dan 2015
No Kecamatan
Perikanan Laut Perairan Umum Jumlah
2014 2015 2014 2015 2014 2015
Sumber : Kabupaten Lembata Dalam Angka 2016
Grafik 2. 2
2.2.4. Pariwisata
Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPMD) Kabupaten Lembata
2011-2016 menetapkan sektor pariwisata sebagai Leading Sector Pembangunan. Dari sisi potensi wisata,
Lembata memiliki banyak tempat yang menarik dan budaya yang unik yang tersebar hampir di
seluruh wilayah. Budaya Penangkapan Paus secara tradisional di Lamalera, Tradisi Makan Kacang
di Kampung Lama Lewohala, Desa Jontona, keindahan Pantai Bean di Desa Bean, Pantai Mingar
di Desa Pasir Putih, Pesona Bukit Wolor Pas di Desa Bour merupakan beberapa gambaran
kekayaan potensi wisata yang dimiliki Kabupaten Lembata. Di samping itu, peningggalan sejarah
purbakala berupa benda-benda cagar budaya (BCB) masih banyak yang tersimpan secara baik dan
terawat. Namun potensi-potensi dimaksud tidak bernilai apabila tidak dapat dikemas / dikelola
secara baik menjadi obyek wisata yang menarik, bernilai jual dan layak dikunjungi.
Beberapa obyek wisata yang menjadi andalan sektor pariwisata di kabupaten Lembata:
1. Desa nelayan Lamalera
2. Tanjung Nuhanera
3. Bukit Doa dan Bukit Cinta
4. Puncak Ile Lewotolok
5. Pantai Bean
2.2.5. Pertambangan
1.
Panas Bumi
Panas Bumi di wilayah Desa Atakore dan Nubahaeraka Kecamatan Atadei. Potensi Bahan
Tambang Panas Bumi sampai saat ini sedang dalam penyelidikan/ eksplorasi oleh Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral Subdit Panas Bumi Bandung di mana telah dilakukan
pengeboran pada lokasi Kneping Desa Nubahaeraka pada kedalaman 830 M dengan temperatur
1580 C dan pada lokasi Watuwawer desa Atakore di kedalaman 750 M dengan temperatur 1350 C. Dari kegiatan eksplorasi tersebut diperoleh potensi cadangan terduga (POSSIBLE) 30 MWe
dengan temperatur maksimum di kedalaman 830 m sebesar 1500 C menunjukan adanya
peningkatan temperatur sebesar 30,8 C per seratus meter kedalaman, ditunjang dengan
munculnya mineral lllite dan Seolit pada inti bor interval kedalaman akhir (220,91-250,80 mKU).
2.
Mineral Logam
Mineral logam di Kabupaten Lembata terdapat di beberapa kecamatan yaitu :
a. Emas di wilayah Kecamatan Buyasuri, Omesuri dan Lebatukan;
b. Timah Hitam di wilayah Kecamatan Buyasuri, Omesuri dan Lebatukan; c. Tembaga di wilayah Kecamatan Atadei, Omesuri dan Buyasuri;
d. Sumberdaya hipotesis sebesar 2.130.000.000,- ton biji kandungan; e. Barit di wilyah Kecamatan Buyasuri, Omesuri dan Lebatukan;
f. Pasir Besi terdapat di Pantai Waiteba desa Atakore Kecamatan Atadei, Pantai Penikene
kecamatan Nagawutun, Pantai Baka (Teluk Lebala) desa Leworaja, Pantai Luki Desa
Pantai Harapan Kecamatan Wulandoni.
3.
Mineral Non Logam dan Batuan
Mineral non logam dan batuan yang berpotensi di Kabupaten Lembata terdapat pada
beberapa kecamatan yaitu :
a. Perlit terdapat pada daerah antara Dusun Belang Desa Watukobu dengan dusun Belame Desa Ileboli;
b. Toseki ada di bukit Liangbuya Hadingmanuk Desa Kalikur WL, Bukit Mudehuri Desa Atulaleng, Bukit Wailawun Desa Benihading;
c. Batu Apung (Pumice) di desa Merdeka Kecamatan Lebatukan.
2.3.
Demografi dan Urbanisasi
2.3.1. Kondisi Penduduk
Jumlah penduduk Kabupaten Lembata tahun 2015 sebanyak 132.171 jiwa atau 32.942
kepala keluarga (KK). Kecamatan dengan jumlah penduduk terbesar adalah kecamatan Nubatukan
diikuti oleh kecamatan Buyasuri sebesar 19.523 jiwa (14,77 %). Dengan luas wilayah 1.266,40 km2
Tabel 2. 6
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk Kabupaten Lembata Dirinci Menurut Kecamatan tahun 2015
No Kecamatan
Sumber : Kabupaten Lembata Dalam Angka 2016
Jika dilihat dari sebaran penduduk terlihat bahwa konsentrasi penduduk pada
kecamatan-kecamatan di kawasan perkotaan Lewoleba seperti Kecamatan Nubatukan, Buyasuri dan Omesuri.
Grafik 2. 3
Persentase Sebaran Penduduk Kabupaten Lembata dirinci Menurut Kecamatan Tahun 2015
Jumlah penduduk miskin kabupaten Lembata tahun 2014 sebesar 29.068 jiwa atau 22,45 %
dari jumlah penduduk kabupaten Lembata. Jumlah keluarga pra sejahtera sebesar 15.938 kepala
keluarga (48,38 %). Kondisi ini tentunya membutuhkan perhatian serius dari pemerintah untuk
7.09
0.00 5.00 10.00 15.00 20.00 25.00 30.00 35.00 40.00
Ke
camat
an
merencanakan program-program priorias dalam mengatasi jumlah keluarga pra sejahtera serta
jumlah penduduk miskin.
Tabel 2. 7
Jumlah Kepala Keluarga Kabupaten Lembata Dirinci Menurut Kecamatan dan Klasifikasi Keluarga tahun 2014
No Kecamatan Pra
Sejahtera
Keluarga Sejahtera Jumlah
Total I II III III+
1 Nagawutung 1.352 944 115 3 - 2.414
2 Wulandoni 2.192 203 - - - 2.395
3 Atadei 650 1.083 1.607 6 - 3.346
4 Ile Ape 1.505 739 84 88 - 2.416
5 Ile Ape Timur 2.550 3.688 1.637 598 3 8.476
6 Lebatukan 2.626 1.895 344 23 - 4.888
7 Nubatukan 3.450 1.696 9 1 - 5.156
8 Omesuri 1.190 963 177 94 - 2.424
9 Buyasuri 423 466 536 2 - 1.427
Lembata 15.938 11.677 4.509 815 3 32.942
Sumber : Kabupaten Lembata Dalam Angka 2016
2.3.2. Penduduk Miskin
Jumlah penduduk miskin Kabupaten Lembata tahun 2014 sebesar 29.068 jiwa atau 22.45 %
dari jumlah penduduk kabupaten Lembata. Jika dilihat dari tren terlihat bahwa terjadi penurunan
sebesar 0.79 % jika dibandingkan terhadap tahun 2013.
Grafik 2. 4
Persentase Jumlah Penduduk Miskin Kabupaten Lembata 31.500
30.510 30.900
29.300 29.068
26.73
25.39 24.74
23.12 22.45
2010 2011 2012 2013 2014
2.3.3. Proyeksi Pertumbuhan Penduduk
Laju pertumbuhan penduduk kabupaten Lembata tahun 2015 sesuai BPS-Lembata dalam
angka 2016 sebesar 2.08%. Proyeksi jumlah penduduk 5 (lima) tahun ke depan Kabupaten Lembata
sebagai berikut :
Tabel 2. 8
Proyeksi Penduduk Kabupaten Lembata di Rinci Menurut Kecamatan Tahun 2016-2020
Lembata 132.171 134.920 137.726 140.591 143.516 146.501
Sumber : Kabupaten Lembata Dalam Angka 2016
2.4.
Isu Strategis Sosial Ekonomi dan Lingkungan.
2.4.1. Perkembangan PDRB dan Potensi Ekonomi
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) Kabupaten Lembata tahun 2015 berdasarkan
harga berlaku sebesar Rp 1.333.081.030.000,- sedangkan berdasarkan harga konstan tahun 2010
PDRB kabupaten Lembata sebesar Rp. 961.104.680.000,-. Sektor yang dominan dalam
pembentukan PDRB Kabupaten Lembata adalah sektor Pertanian, Kehutanan dan Perikanan.
Tabel 2. 9
Gambaran PDRB dan Distribusi Persentase PDRB Kabupaten Lembata Atas Dasar Harga Konstan 2010 Menurut Lapangan Usahan Tahun 2012-2015
No. Lapangan Usaha
Tahun
2012 2013 2014 2015
1 Pertanian, Kehutanan dan Perikanan 300,683.89 308,974.85 317,667.52 328,892.96
2 Pertambangan dan Penggalian 3,798.37 3,998.72 4,192.77 4,445.53
3 Industri Pengolahan 1,805.91 1,886.80 1,949.01 2,044.28
4 Pengadaan Listrik dan Gas 581.45 618.59 670.42 734.85
5 Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah
No. Lapangan Usaha
Tahun
2012 2013 2014 2015
7 Perdagangan Besar dan Eceran, Reparasi
Mobil 52,718.70 55,944.58 58,889.67 63,141.71
8 Transportasi dan Pergudangan 24,234.73 25,244.48 27,276.91 29,190.20
9 Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 1,770.70 1,936.55 2,037.44 2,185.83
10 Informasi dan Komunikasi 66,375.66 69,659.44 74,730.28 79,297.63
11 Jasa Keuangan dan Asuransi 3,192.53 3,448.38 3,712.54 3,962.03
12 Real Estate 13,313.00 14,222.15 15,191.46 16,023.19
13 Jasa Perusahaan 604.33 624.36 641.82 674.65
14 Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan
Jaminan Sosial 230,863.33 246,208.13 260,746.85 275,879.77
15 Jasa Pendidikan 54,658.83 59,472.65 65,110.66 68,162.68
16 Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 13,082.69 13,382.70 13,650.36 14,194.91
17 Jasa Lainnya 10,092.69 10,209.04 10,427.85 10,828.27
PDRB Lembata 829,785.29 870,917.17 915,275.14 961,104.68
Sumber : Kabupaten Lembata Dalam Angka 2016
2.4.2. Kondisi Lingkungan Strategis
1. Kondisi Topografi
Wilayah Kabupaten Lembata didominasi oleh wilayah berbukit hingga bergunung dengan
topografi curam dan sangat curam (lereng lebih dari 25%) dengan sedikit dataran berupa Topografi
lereng datar (0-2% dan 2-8%), lereng landai (8-15%) hanya seluas 18,01%. Ketinggian dari
permukaan laut hingga 1.319 meter. Sebagian besar desa di Kabupaten Lembata merupakan desa
pesisir yang jumlahnya mencapai 86 (delapan puluh enam) desa/kelurahan dan 65 (enam puluh
lima) desa berada di dataran tinggi.
Sebaran ketinggian wilayah Kabupaten Lembata dari permukaan laut sebagai berikut 0-50
mdpl (25,248 ha/ 19,94%),50-100 mdpl (17.664 ha/ 13,95%),100-500 mdpl (53,325 ha/
42,04%),500-1.000 mdpl (28.833 ha/ 22,77%), serta ketinggian lebih dari 1.000 mdpl (1.659 ha/
1,31%). Sebaran Kelas lereng wilayah Kabupaten Lembata sebagai berikut 0-2% ( 16,044 ha /
12.67%), 2-8% ( 6.883 ha / 5,44%),8-15% ( 9.310 ha / 7,35%),15-20% ( 4.690 ha / 3,70%),20-25% (
5.201 ha / 4,11%), 25-30% ( 16.187 ha / 12.78%),30-40% ( 12.342 ha / 9.75%),dan lebih dari 40% (
55.992 ha/ 44.21%).
2. Gambaran Geohidrologi
Di Kabupaten Lembata terdapat beberapa gunung berapi yaitu yaitu ile Batutara, Ile
terhadap potensi geologi di wilayah Kabupaten Lembata terdapat potensi pertambangan Panas
Bumi, Mineral Logam dan Mineral non Logam dan Batuan sebagai berikut:
Panas Bumi
Panas Bumi di wilayah Desa Atakore dan Nubahaeraka Kecamatan Atadei. Potensi Bahan
Tambang Panas Bumi sampai saat ini sedang dalam penyelidikan/ eksplorasi oleh Direktorat
Inventarisasi Sumber Daya Mineral Subdit Panas Bumi Bandung di mana telah dilakukan
pengeboran pada lokasi Kneping Desa Nubahaeraka pada kedalaman 830 M dengan
temperatur 1580 C dan pada lokasi Watuwawer desa Atakore di kedalaman 750 M dengan
temperatur 1350 C.
Dari kegiatan eksplorasi tersebut diperoleh potensi cadangan terduga (POSSIBLE) 30 MWe
dengan temperatur maksimum di kedalaman 830 m sebesar 1500 C menunjukan adanya
peningkatan temperatur sebesar 30,8 C per seratus meter kedalaman, ditunjang dengan
munculnya mineral lllite dan Seolit pada inti bor interval kedalaman akhir (220,91-250,80
mKU). Oleh karena itu, potensi Panas Bumi di kecamatan Atadei ini sangat baik untuk
dikembangkan.
Mineral Logam
Mineral logam di Kabupaten Lembata terdapat di beberapa kecamatan yaitu :
a. Emas di wilayah Kecamatan Buyasuri, Omesuri dan Lebatukan;
b. Timah Hitam di wilayah Kecamatan Buyasuri, Omesuri dan Lebatukan;
c. Tembaga di wilayah Kecamatan Atadei, Omesuri dan Buyasuri;
d. Sumberdaya hipotesis sebesar 2.130.000.000,- ton biji kandungan;
e. Barit di wilyah Kecamatan Buyasuri, Omesuri dan Lebatukan;
f. Pasir Besi terdapat di Pantai Waiteba desa Atakore Kecamatan Atadei, Pantai Penikene
kecamatan Nagawutun, Pantai Baka (Teluk Lebala) desa Leworaja, Pantai Luki Desa
Pantai Harapan Kecamatan Wulandoni.
Mineral Non Logam dan Batuan
Mineral non logam dan batuan yang berpotensi di Kabupaten Lembata terdapat pada
beberapa kecamatan yaitu :
a. Perlit terdapat pada daerah antara Dusun Belang Desa Watukobu dengan dusun Belame Desa Ileboli;
b. Toseki ada di bukit Liangbuya Hadingmanuk Desa Kalikur WL, Bukit Mudehuri Desa Atulaleng, Bukit Wailawun Desa Benihading;
3. Aspek Hidrologi
Dilihat dari aspek hidrologi ketersediaan air baik air permukaan maupun air tanah di
Kabupaten Lembata umumnya sangat terbatas akibat rendahnya curah hujan dan hari hujan yang
mempengaruhi air tanah dan debit air sungai. Di wilayah Kabupaten Lembata, air permukaan
sebagian besar berasal dari sungai-sungai tersebut dalam skala sedang dan kecil. Daerah Aliran
Sungai (DAS) yang diharapkan menampung air pada musim penghujan tidak mampu
mempertahankan air karena penutup tanah (land cover) yang semakin tipis dan terbuka akibat
pembukaan lahan pertanian pada daerah kemiringan oleh masyarakat yang berada didalam kawasan
hutan terutama pada daerah sekitar mata air. Oleh karena itu diperlukan regulasi tentang
pengamanan daerah sekitar mata air, termasuk penetapan Zona lindung yang berbasis Daaerah Aliran Sungai. Menurut data dari Balai Pengelolaan Daerah Aliran Sungai Benanain – Noelmina Kupang terdapat 113 Daerah Aliran Sungai yang terdapat di Kabupaten Lembata. Dari jumlah
tersebut terdapat beberapa DAS yang sangat berpengaruh terhadap tata air di Kabupaten Lembata
sebagai berikut :
1. DAS Waikomo – Waipukang luas 14.884 Ha meliputi Desa Belobatang, Desa Baolangu,
Desa Desa Paubokol, Desa Bakalerek, Desa Nubamado, Desa Watukobu, Desa Pada,
semua Kelurahan Lewoleba, Desa Muruona, Desa Laranwutun dan Desa Kolontobo.
2. DAS Teba (Waiteba) luas 7.476 Ha meliputi Desa Tubuk Rajan, Desa Katakeja, Desa
Ilekimok dan desa Banitobo.
3. DAS Maa – Waibajar – Waijarang luas 7.512 Ha meliputi Desa Liwulaga, Desa Ileboli,
Desa Labalimut, Desa Bilibean, Desa Watukobu, Bour dan Desa Waijarang.
4. DAS Kima luas 6.347 Ha meliputi Desa Lewoeleng, Desa Lodoblolong, Desa Atakowa,
Desa Seranggoran dan Desa Lamalela.
5. DAS Keratawuwur luaas 5.411 Ha meliputi Desa Ilekerbau, Desa Nogodoni, Desa
Doripewut, Desa Nubahaeraka, Desa Lebaata, Desa Lusilame, Desa Atakera, Desa Desa
Leworaja dan Desa Alapatadei.
6. DAS Kimakamak – Waibelen luas 5.256 Ha meliputi Desa Baulangu, Desa Nubaboli, Desa
Merdeka, Desa Baopana, Desa Lamatuka dan Desa Watudiri.
7. DAS Mea Belalarang luas 5,060 Ha meliputi Desa Lamadale, Desa Lodoblolong, Desa
Serangorang, Desa Balurebong dan Desa Nilanapo.
8. DAS Wailolong luas 4.908 Ha meliputi Desa Wailolong, Lebewala dan Dikesare.
9. DAS Atawuwur luas 3.562 Ha meliputi Desa Labalimut, Desa Atawai, Desa Penikenek dan
Desa Idalolong.
12. DAS Suarlaleng luas 2.298 Ha meliputi Desa Balauring, Desa Lebewala.
13. DAS Tapobaran – Nuhanera luas 1.974 Ha meliputi Desa Tapobaran dan Waienga.
14. DAS Loang – Belate luas 1.865 Ha meliputi Desa Duawutun dan Desa Wuakerong.
15. DAS Woilema,DAS Woimehe dan DAS Nepabelen luas 1,824 Ha meliputi Desa Hadakewa,
Desa Lerahinga dan Desa Waienga.
16. DAS Baobolak luas 1.521 Ha meliputi Desa Baobolak dan Desa Babokerong.
17. DAS Riang luas 1.491 Ha meliputi Desa Leuburi, Desa Loyobohor, Desa Tubungwalang
dan Desa Rumang.
18. DAS Tebukloyo – Lewotukan luas 1.457 Ha meliputi Desa Lamaau, Desa Aulesa dan Desa
Lamatokan.
19. DAS Wutuq luas 1.256 Ha meliputi Desa Aramengi, Desa Meluwiting, Desa Walangsawa,
Desa Leubatang dan Desa Wowong.
20. DAS Wolomua luas 762 Ha meliputi Desa Lamadale dan Desa Tapolangu.
DAS yang memerlukan penanganan segera adalah DAS Waikomo –Waipukang karena
tingkat okupasi masyarakat sudah sangat tinggi termasuk DAS –DAS yang outletnya bermuara pada Ibu Kota Kecamatan.
4. Klimatologi
Kabupaten Lembata merupakan daerah yang beriklim Tropis, namun secara umum
tergolong kering hingga sedang (tipe F) dengan memiliki 2 (dua) musim yaitu musim hujan dan
musim kemarau. Musim hujan berlangsung rata-rata antara bulan Desember sampai dengan bulan
Maret, sedangkan musim kemarau terjadi antara bulan April sampai dengan bulan Nopember setiap
tahunnya. Rata-rata curah hujan per tahun adalah 500 - 1200 mm. Suhu udara rata-rata 270C
dengan suhu minimum mencapai 200C dan suhu maksimum mencapai 330C. Sedangkan
kelembaban udara berkisar antara 72% sampai 84% sedangkan kecepatan angin tergolong rendah
rata-rata 8,4 knot/jam.
2.4.3. Gambaran Risiko Bencana Alam
Gempa - Tsunami
Menurut Peta Zona Seismik untuk Konstruksi Bangunan dari Beca Carter Holling dan Ferner
Ltd (1976), wilayah Kabupaten Lembata termasuk dalam Zona 5 (percepatan gempa antara
0,25 – 0,33 g) dan Zona 4 (percepatan gempa antara 0,20 – 0,25 g) , yaitu percepatan gempa
untuk periode ulang setiap 20 tahun.
Besarnya intensitas atau tingginya tingkat kerusakan akibat gempa bumi (dinyatakan dalam
Wilayah Rawan Bencana Gempa Bumi, tempat-tempat atau daerah-daerah yang memiliki nilai intensitas atau tingkat kerusakan yang sama dihubungkan oleh suatu garis isoseismal. Berdasarkan pembagian zona tersebut, wilayah Kupang dan sekitarnya termasuk dalam zona gempa dengan intensitas V - VI skala MMI (wilayah Kupang bagian selatan) dan VI – VII skala MMI (wilayah Kupang bagian utara).
Kabupaten Lembata paling tidak telah terjadi gempa sebanyak empat kali yang mengakibatkan kerusakan, yaitu pada tahun 1908, 1938, 1963 dan 1975. Gempa bumi yang terjadi Tahun 1975, pusat gempa berada di utara Kabupaten Lembata (Laut Sawu), pada kedalaman 0 – 99 km, dengan magnitud 6,1 skala Richter, telah mengakibatkan retakan tanah dan retak-retak pada bangunan.
Jalur zona tumbukan lempeng Sumatra-Jawa ini menerus ke wilayah NTT. Di wilayah Timor, batas lempeng tektonik ini berubah sifatnya dari jalur zona subduksi (dimana lempeng lautan menunjam di bawah lempeng benua) menjadi zona tabrakan lempeng benua dengan benua (= "collision zone"). Di wilayah busur belakang pulau ("back-arc") di bagian ujung barat zona tabrakan lempeng ini pernah terjadi gempa tsunami pada tahun 1992, yaitu di utara Pulau Flores yang memakan korban lebih dari 2000 jiwa. Gempa tahun 1992 ini terjadi pada segmen "Sula back thrust". Di segmen megathrust di Selatan Sumba, gempa terakhir terjadi tahun 1977 (M8.0).
Dari gambaran di atas maka wilayah NTT termasuk Kabupaten Lembata pun menjadi daerah yang rawan dan rentan terkena imbas dari gelombang tsunami ketika gempa bumi baik tektonik maupun vulkanik terjadi di lautan. Bahkan Menurut Kertapati (2007), pada Tahun 1953, di wilayah pantai sebelah Barat Kupang pernah terjadi tsunami, tetapi tidak diperoleh informasi yang lengkap mengenai daerah yang terlanda maupun jumlah korban akibat tsunami.
Banjir
Wilayah Kabupaten Lembata memiliki beberapa wilayah yang merupakan wilayah rawan banjir, yaitu di sekitar wilayah perkotaan Lewoleba. Berdasarkan frekuensi kejadiannya, banjir di daerah tersebut adalah merupakan banjir rutin, yaitu banjir yang selalu terjadi hampir setiap tahun terutama pada saat musim hujan.
tidak menimbulkan dampak yang berarti, karena daerah sekitar muara sungai-sungai tersebut
masih kurang berpenghuni.
2.4.4. Isu-Isu Strategis
Isu-isu strategis terkait pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya di Kabupaten
Lembata meliputi :
Urbanisasi penduduk
Desentralisasi
Pencemaran lingkungan dan perubahan iklim
Strandar Pelayanan Minimal
Salah satu Kota yang masuk Keterpaduan Tol Laut
Capaian Akses Air Minum Layak masih rendah
Capaian Akses Sanitasi Layak masih rendah