• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang bidang keahlian bisnis dan manajemen, kompetensi guru dan kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa : studi kasus siswa-siswi kelas II jurusan penjualan SMK Negeri 1 Jl. Kemetiran Kidul no. 35 Y

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Pengaruh pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang bidang keahlian bisnis dan manajemen, kompetensi guru dan kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa : studi kasus siswa-siswi kelas II jurusan penjualan SMK Negeri 1 Jl. Kemetiran Kidul no. 35 Y"

Copied!
177
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM SMK EDISI 2004

BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN, KOMPETENSI

GURU DAN KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA

KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus: Siswa -Siswi Kelas II Jurusan Penjualan SMK Negeri 1 J l. Kemetiran Kidul no. 35 Yogyakarta dan SMK Negeri 7 Jl. Gowon gan Kidul Jt-3/416

Yogyakarta.

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh:

THOMAS WAHYU SANTOSO

NIM : 011334130

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM SMK EDISI 2004

BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN, KOMPETENSI

GURU DAN KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA

KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus: Siswa-Siswi Kelas II Jurusan Penjualan SMK Negeri 1 J l. Kemetiran Kidul no. 35 Yogyakarta dan SMK Negeri 7 Jl. Gowon gan Kidul Jt-3/416

Yogyakarta.

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Akuntansi

Disusun Oleh:

THOMAS WAHYU SANTOSO

NIM : 011334130

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

MOT T O

D unia ini adalah sebuah tempat yang berbahaya untuk didiami: bukan

karena orangnya yang jahat tapi karena orang-orangnya yang tidak

peduli

-

EI NS T EI N-

S elagi ada cinta maka tida perlu lagi ada pertanyaan

-EI NS T EI N-

T idak ada hal lain didunia ini yang lebih aku banggakan dari pada

kemampuan untuk merasa bertahan hidup dan untuk memegang teguh

apa yang kucintai dan kuyakini

-J OD I E

F OS T ER -

T ujuan tidak tercapai bukan merupakan tragedi kehidupan, yang

menjadi tragedi adalah tidak mempunyai tujuan untuk dicapai

(6)

KUP ER S EMB AH KAN KAR Y A I NI KEP AD A

:

(7)

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak

memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam

kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 3 April 2007

Penulis

(8)

ABSTRAK

PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM SMK EDISI 2004 BIDANG

KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN, KOMPETENSI GURU DAN

KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA KEWIRAUSAHAAN SISWA

Studi Kasus: Siswa-siswi SMK Negeri 1 Jalan Kemetiran Kidul No 35 Yogyakarta

dan SMK Negeri 7 Jalan Gowongan Kidul Jt – 3/416 Yogyakarta

THOMAS WAHYU SANTOSO

Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta

2007

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah: (1) pelaksanaan kurikulum

edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen berpengaruh positif terhadap jiwa

kewirausahaan siswa; (2) kompetensi guru berpengaruh positif terhadap jiwa

kewirausahaan siswa; (3) kultur keluarga berpengaruh positif terhadap jiwa

kewirausahaan siswa; (4) Pelaksanaan kulikulum 2004 bidang studi ekonomi,

kompetensi guru dan kultur keluarga berpengaruh positif terhadap jiwa

kewirausahaan siswa.

Penelitian ini dilaksanakan di SMK Negeri 1 dan SMK Negeri 7 Yogyakarta

pada bulan Februari 2006. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas II Jurusan

Penjualan. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara,

dan dokumentasi. Teknik analisis data dilakukan dengan analisa regresi sederhana

untuk menjawab masalah pertama, kedua dan ketiga, sedangkan untuk menjawab

masalah keempat digunakan analisa regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) pelaksanaan kurikulum 2004 bidang

keahlian bisnis da n manajemen berpengaruh positif terhadap jiwa kewirausahaan

siswa (t

hitung

4,367 > t

tabel

1,989); (2) kompetensi guru berpengaruh positif terhadap

jiwa kewirausahaan siswa (t

hitung

4,127 > t

tabel

1,989); (3) kultur keluarga berpengaruh

positif terhadap jiwa kewirausahaan siswa (t

hitung

3,928 > t

tabel

1,989); (4) pelaksanaan

kurikulum edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen, kompetensi guru dan

kultur keluarga berpengaruh positif terhadap jiwa kewirausahaan siswa (F

hitung

(9)

ABSTRACT

THE INFLUENCE OF THE IMPLEMENTATION OF 2004 SMK

CURRICULUM MANJORING IN BUSINESS AND MANAGEMENT

COMPETENCE, TEACHER’S COMPETENCE AND FAMILY CULTURE

TOWARD STUDENT’S ENTREPRENEURSHIP

A Case Study on SMK N 1 Kemetiran Kidul Street No. 35 Yogyakarta and SMK

N 7 Gowongan Kidul Street Jt-3/416 Yogyakarta

THOMAS WAHYU SANTOSO

Sanata Dharma University

Yogyakarta

2007

The aims of this study are to know whether: (1) the implementation of 2004

curriculum manjoring in business and management competence has positive effect

toward student ’s entrepreneurship ; (2) teacher’s competence has positive effect

toward student’s entrepreneurship; (3) family’s culture has positive effect toward

student ’s entrepreneurship; (4) the implementation of 2004 curriculum manjoring

in business and management competence, teacher’s competence, and family’s

culture has positive effect toward student’s entrepreneurship.

This study was done at SMK N 1 and SMK N 7 Yogyakarta in February

2006. The subjects of population are the students of the second grade of marketing

department. The techniques of collecting the data are questionnaire, interview, and

documentation. The analysis data was done by analysis

simple regression

to

answer the first, second, and third problem, besides that double linear analyze was

done to answer the fourth problem.

The result of the study showed that: (1) the implementation of 2004

curriculum majoring in business and management competence absolutely has

positive influence toward student ’s entrepreneurship (t

count

4,367 > t

tabel

1,989); (2)

teacher’s competence has positive influence toward student’s entrepreneurship

(t

count

4,127 > t

tabel

1,989); (3) family’s culture has positive influence toward

student ’s entrepreneurship (t

count

3,928 > t

tabel

1,989); (4) the implementation of

(10)

KATA PENGANTAR

Puji syukur Allah Bapa di surga atas segala berkat-nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul Pengaruh Pelaksanaan

Kurikulum SMK edisi 2004 Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen, Kompetensi

Guru, dan Kultur Keluarga Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperolaeh banyak bantuan,

semangat dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian skripsi ini.

Pada kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1.

Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

2.

Bapak Drs. Sutarjo Adisusilo J.R selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu

Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3.

Bapak S. Widanarto Prijowuntato, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Program

Studi Pendidikan Akuntansi Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang

telah banyak memberikan dukungan dan pe ngarahan-pengarahan serta nasehat

kepada penulis selama penulis belajar di

USD

.

4.

Bapak L. Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing I yang telah

menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan dan

(11)

5.

Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

menyediakan waktunya, memberikan saran, masukan dan

pengarahan-pengarahan kepada penulis dalam penyusunan skripsi ini sampai selesai.

6.

Bapak A. Heri Nugroho, S.Pd selaku dosen tamu dan penguji, terima kasih

atas partisipasinya dalam penyusunan skripsi ini.

7.

Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si. selaku dosen penguji, terima kasih

atas partisipasinya dalam penyusunan skripsi ini.

8.

Seluruh Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Pendidikan Akuntansi

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yang telah memberikan dukungan dan

bimbingan selama penulis belajar di

USD

.

9.

Seluruh Guru, Karyawan dan Siswa-Siswi SMK Negeri 1 Kota Madya

Yogyakarta serta seluruh Guru, Karyawan dan Siswa-Siswi SMK Negeri 7

Kota Madya Yogyakarta yang telah banyak membantu memberikan informasi,

bantuan serta kerjasama yang telah diberikan kepada penulis.

10.

Kedua orangtuaku Bapak Valentinus Djumali dan Ibuku Yosephine Sukaryati

(terimakasih atas doa, kasih sayang, dukungan, dan perhatian yang telah

diberikan. Akhinya anakmu yang super badung dan bandel ini bisa

mewujudkan impian dan harapanmu, semoga ini menjadi awal yang lebih

(12)

11.

Keluarga Mbaku Irene dan Mas Widi, Mbaku Lucia, Masku Koko

terimakasih atas dukungan, semangat serta segala fasilitas yang telah

diberikan sehingga adekmu yang ganteng ini dapat menyelesaikan skripsi dan

lulus……..”

12.

Keluarga Besar Jogja

(Simbok dan Pak Tuo Ali, Om Sriono dan Bulek Wati,

Om Margito dan Bulek Mah, Om Narto, Mbak Pur (yang selalu menjadi

tempatku bercerita), Ali, Dewi, Wawan, Wikan saudaraku jogja)

terima kasih

atas doa, perhatian, dukungan dan kasih sayang selama kuliah di Jogja

sehingga aku bisa lulus.

13.

Wawan dan Indah makasih banyak ya kalian juga udah rela jauh-jauh buat

nungguin aku ujian penda daran, semua kenangan bersama kalian tak akan

pernah terlupakan, akhirnya aku juga lulus oiiiii……”

14.

Ipung, Kicrut , Siska, Koco dan Junot, Nata, dewi “ndut”, kiki “tegal”, sulis

‘B’:

terima kasih atas kebersamaan kal ian sel ama ini , ayo semangat maj u terus

pantang mundur, kamu pasti bisa, j angan l upa kita wisuda bareng kan….!!!!

15.

Erni dan Hari

(terima kasih kal ian memang teman yang pal ing dan super baik

dah….. dan sel al u aku repotin btw j angan kapok ya….)

16.

Anak-anak Sangkuriang: (

Teklek, Bendot, Suthur, Dyar, Satya, Raimond,

Sigit, Wawan, Gudhel, Burket, Anry, Dweek, Kompos, dan masih banyak

(13)

17.

Buat anak Palembang yang kuliah di Jogja:

( P oel oeng “ toal -toel ”, Adung

ceprot, Eko “ gerandong” , Wisnu “ aken” , Empi, makasih atas doa dan

motivasi nya, kal ian memang teman baik suka maupun duka sel ama diJ ogj a).

18.

Alm. Wahyu Meita (Idok) terima kasih banyak atas kebersamaannya selama

kuliah serta doamu, dan motivasimu sehingga aku bisa lulus…. Semoga

arwahmu tenang di sisi Yang Maha Kuasa, semua senyum, tawa dan candamu

akan menjadi kenangan yang tak pernah terlupakan bagi kita semua.

19.

Temen-temen PAK C, PAK B, PAK A angakatan 2001

(terima kasih banyak

atas tawa dan semuanya yang kal ian berikan sel ama di bangku kul iah)

20.

Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu dan yang telah

memberikan dukungan, perhatian dan saran yang berguna bagi penulis.

Penulis menyadarisepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari

sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan secara lebih lanjut.

Oleh karena itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

konstruktif. Akhir kata penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi

semua pihak yang berkepentingan.

(14)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ………... i

HALAMAN PERSETUJUAN………..……….. ii

HALAMAN PENGESAHAN………. iii

MOTTO………... iv

PERSEMBAHAN……….... v

PERNYATAAN KEASLIAN……….. vi

ABSTRAK……… vii

ABSTRACT………. viii

KATA PENGANTAR………. ix

DAFTAR ISI……… xiii

DAFTAR TABEL……… xvi

DAFTAR LAMPIRAN……… xvii

BAB I PENDAHULUAN

A.

Latar Belakang Masalah……… 1

B.

Batasan Masalah……… 5

C.

Rumusan Masalah……….. 6

D.

Tujuan Penelitian……… 6

E.

Manfaat Penelitian……… 7

(15)

A.

Kurikulum………. 9

1. Pengertian Kurikulum………... 9

B. Kompetensi Guru……….. 13

1.

Pengertian Kompetensi……… 13

2.

Kompetensi Guru………. 14

C. Kultur Keluarga………. 18

1.

Pengertian Kultur………. 21

D. Kewirausahaan………... 24

1.

Pengertian Kewirausahaan……… 24

2.

Karakteristik Kewirausahaan……… 26

F.

Kerangka Teoretik……….. 30

G.

Rumusan Hipotesis………. 34

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

A.

Jenis Penelitian………... 36

B.

Tempat dan Waktu Penelitian……… 36

C.

Populasi dan Sampel Penelitian……….. 36

D.

Variabel Penelitian dan Pengukurannya………. 38

E.

Teknik Pengumpulan Data………. 46

F. Pengujian Validitas dan Reliabilitas……….. 47

(16)

BAB IV GAMBARAN UMUM SEKOLAH

A.

SMK N 1 Yogyakarta

1.

Sejarah Sekolah ……….. 60

2.

Lokasi, Keadaan Fisik dan Lingkungan Sekolah……… 60

3.

Visi dan Misi Sekolah………. 61

a.

Visi……… 61

b.

Misi………... 61

c.

Pengembangan Sekolah Seutuhnya……….. 61

d.

Profil Tamatan……….. 62

4.

Sarana, Prasarana dan Fasilitas……….. 63

a.

Gedung……… 63

b.

Usaha kesehatan Sekolah ……… 64

c.

Perpustakaan Sekolah………. 64

d.

Bimbingan dan Konseling……….. 65

e.

Kantin………. 65

f.

Kantor ………. 66

g.

Ruang Kelas………. 66

h.

Keuangan Sekolah………... 66

i.

Kurikulum Sekolah……….. 66

j.

Jenis-jenis Program Ekstrakurikuler Yang Tersedia…….. 67

(17)

1.

Sejarah Sekolah ………... 67

2.

Lokasi, Keadaan Fisik dan Lingkungan Sekolah………. 67

3.

Visi dan Misi Sekolah……….. 68

a.

Visi………. 68

b.

Misi……… 68

c.

Pengembangan Sekolah Seutuhnya………... 69

d.

Profil Tamatan………... 69

4.

Sarana, Prasarana dan Fasilitas……… 70

a.

Gedung……….. 70

b.

Usaha kesehatan Sekolah……….. 71

c.

Perpustakaan Sekolah……… 71

d.

Bimbingan dan Konseling………. 72

e.

Kantin ……….. 72

f.

Kantor ……….. 73

g.

Ruang Kelas………. 73

h.

Keuangan Sekolah……… 73

i.

Kurikulum Sekolah………. 73

j.

Jenis-jenis Program Ekstrakurikuler Yang Tersedia…... 74

BAB V ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN

A.

Deskripsi Data………. 75

(18)

D.

Pembahasan……… 87

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan……… 99

B.

Saran……….. 100

DAFTAR PUSTAKA

(19)

DAFTAR TABEL

Tabel 1

Tabel Operasionalisasi Pelaksanaan Kurikulum SMK 2004 Bidang

Keahlian Bis nis dan Manajemen………. 39

Tabel 2

Tabel Operasionalisasi Kompetensi Guru………... 42

Tabel 3

Tabel Operasionalisasi Kultur Keluarga……….. 43

Tabel 4

Tabel Operasionalisasi Jiwa Kewirausahaan Siswa………. 45

Tabel 5

Tabel Rangkuman Deskripsi Pelaksanaan Kurikulum SMK 2004

Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen……….. 76

Tabel 6

Tabel Rangkuman Deskripsi Kompetensi Guru………... 77

Tabel 7

Tabel Rangkuman Deskripsi Kultur Keluarga………. 77

Tabel 8

Tabel Rangkuman Deskripsi Jiwa Kewirausahaan Siswa……… 78

Tabel 9

Tabel Rangkuman Pengujian Normalitas………. 79

Tabel 10 Tabel Rangkuman Pengujian Linieritas……… 80

Tabel 11 Tabel Rangkuman Hasil Pengujian Hipotesis 1,2,3………. 82

Tabel 12 Tabel Rangkuman Hasil Pengujian Multikolinearitas……….. 82

Tabel 13 Tabel Rangkuman Hasil Pengujian Heteroskedastisitas………... 84

(20)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1

Kuesioner

Lampiran 2

Data Induk Penelitian

Lampiran 3

Pengujian Kuesioner

Lampiran 4

Normalitas dan Linieritas

Lampiran 5

Pengujian Hipotesis

Lampiran 6

Distribusi Frekuensi

Lampiran 7

Kategori Kecenderungan Variabel

(21)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan salah satu jenjang

pendidikan formal, selain Sekolah Menengah Atas (SMA) yang memiliki

tujuan dalam pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 yang berbasis

kompetensi bidang keahlian bisnis dan manajemen antara lain; siswa

memiliki jiwa, sikap, prilaku wirausaha dalam bekerja serta mampu dan

berani berwirausaha dalam bidangnya . Tujuan tersebut selanjutnya

dijabarkan dalam tujuan-tujuan mata pelajaran yang ditawarkan terutama

mata pelajaran kewirausahaan dan mata pelajaran yang harus ditempuh

oleh siswa, contohnya: merencanakan pengelolaan usaha kecil dan

mengelola usaha kecil. Dengan demikian diharapkan pencapaian

kompetensi siswa dalam ha l jiwa kewiusahaan pada mata pelajaran tersebut

dapat sebagai gambaran pencapaian kompetensi siswa pada jenjang

pendidikan SMK, karena dengan penetapan standar kompetensi maka

diharapkan mutu lulusan lebih terjamin sebab, tidak semua orang ingin

melanjutkan ke perguruan tinggi.

Salah satu tujuan utama pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004

pada bidang keahlian bisnis dan manajemen adalah siswa memiliki jiwa,

sikap, perilaku wirausaha dalam bekerja dan siswa mampu serta berani

(22)

lowongan pekerjaan di dunia usaha maupun dunia industri sebagai tenaga

kerja tingkat menengah sesuai dengan kompetensinya dalam program

keahlian yang dipilih dan mampu bekerja secara mandiri atau mampu

menciptakan lapangan pekerjaan sendiri. (Kurikulum SMK edisi 2004

Bidang Keahlian Bisnis dan Manajemen: 1).

Sejalan dengan tujuan dan fungsi pembelajaran tersebut diharapkan

lulusan SMK memiliki pengetahuan yang cukup tentang wirausaha dan

memiliki jiwa kewirausahaan. Usaha-usaha yang telah dilakukan oleh

sekolah dalam mewujudkan tujuan kurikulum tersebut adalah

menyelenggarakan sistem pendidikan yang tersusun secara sistematis.

Setiap guru mata pelajaran diwajibkan menyusun silabus, untuk mengatur

jalannya pembelajaran selama satu semester, menentukan standar

kompetensi lintas kurikulum, menetapkan standar kompetensi mata

pelajaran, dan menetapkan rambu-rambu proses pembelajaran guna

mencapai tujuan kurikulum.

Pencapaian tujuan kurikulum edisi 2004 bidang keahlian bisnis da n

manajemen penting bagi setiap pengelola SMK. Hal ini dikarenakan pada

saat ini banyak lulusan SMK atau sederajat yang menganggur.

Penyebabnya adalah mereka tidak memiliki kemampuan dan keterampilan

yang cukup. Data terakhir mengenai lulusan SMK yang menganggur

menurut Disnakertrans (Dinas Tenaga Kerja dan Transmigran) dan BPS

(Badan Pusat Statistik) berdasarkan asumsi pertumbuhan ekonomi sebesar

(23)

sebesar 1,4 juta. Jumlah ini lebih kecil dari ju mlah kerja angkatan baru

yang mencapai 2,1 juta (Harian Surya, 15/01/2004). Depnakertrans

memperkirakan lebih buruk dari BPS bahwa dengan tingkat pengangguran

sebesar 2,5 juta per tahun (Kompas, 29/09/2004). Masalah pengangguran

merupakan pekerjaan rumah yang berat bagi pemerintah. Mesikipun

pemerintah telah berusaha untuk menciptakan lowongan kerja, tetapi tetap

saja jumlah penawaran tenaga kerja tidak pernah seimbang dengan jumlah

permintaan. Oleh sebab itu, sehebat apapun pemerintah, jika persoalan

pengangguran sudah sedemikian parah (mengalami peningkatan jumlah

pengangguran dari tahun ke tahun), penyelesaiannya memerlukan waktu

yang panjang. Belum lagi persoalan pengangguran selalu berkaitan dengan

rendahnya tingkat kualitas para pencari kerja meskipun mereka telah

menyelesaikan jenjang pendidikan tertentu. Karenanya, tanggung jawab

untuk mengatasi permasalahan pengangguran seharusnya tidak hanya

dipikul pemerintah tetapi menjadi tanggung jawab bersama termasuk di

dalam dunia pendidikan.

Sebagai salah satui bagian dari penyelenggara pendidikan pada

tingkat menengah, sekolah menengah kejuruan (SMK) bertujuan secara

umum untuk mempersiapkan peserta didik untuk bekerja dalam bidang

tertentu (Kurikulum SMK edisi 2004 Bidang Keahlian Bisnis dan

Manajemen: 1). Istilah bekerja, sebagaimana dijabarkan dalam tujuan

khusus pendidikan SMK, memiliki 2 (dua) arah yaitu: (1) dapat mengisi

(24)

tingkat menengah sesuai dengan kompetensinya dalam program keahlian

yang dipilih; (2) mampu bekerja secara mandiri.

Mengingat bahwa jumlah pengangguran terus mengalami

peningkatan dari tahu ke tahun, maka pihak sekolah sebagai pihak

penyelenggara pendidikan perlu mengadakan peningkatan mutu

pendidikan. Kehadiran kurik ulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis

dan manajemen sebenarnya dimaksudkan agar siswa lebih mampu

mengembangkan diri dan cara berpikir (inovatif dan kreatif). Disamping

itu, siswa juga dituntut untuk bisa bereksplorasi dan memperoleh informasi

untuk bisa memecahkan masalah yang sedang dihadapi baik secara mandiri

ataupun kelompok. Dengan demikian siswa diharapkan dapat memecahkan

masalah persoalan-persoalan yang dihadapinya sendiri.

Ada beberapa faktor yang diduga kuat berpengaruh terhadap jiwa

kewirausahaan pada diri siswa SMK. Faktor tersebut diantaranya:

pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan

manajemen, kompetensi guru, dan kultur keluarga. Pelaksanaan kurikulum

SMK 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen di sekolah yang sesuai

dengan tujuan dari kurikulum itu sendiri, yaitu dapat menumbuhkan jiwa

kewirausahaan pada diri siswa. Maka dari itu pelaksanaan kurikulum SMK

edisi 2004 diharapkan dapat memberikan pengaruh yang besar terhadap

jiwa kewirausahaan siswa dan kemandirian yang ada dalam diri siswa-siswi

SMK. Guru merupakan fasilitator untuk menyampaikan pembelajaran di

(25)

dan manajemen. Guru yang berkompeten adalah guru yang dapat

menyampaikan materi, dapat mencapai tujuan dari kurikulum yang salah

satunya adalah memiliki jiwa kewirausahaan serta menguasai sepuluh

kompetensi yang harus dimiliki oleh guru. Selain itu, faktor lainnya adalah

kultur keluarga. Kultur keluarga merupakan lingkungan yang bnyak

menanamkan nilai-nilai dan norma-norma pada diri siswa. Penanaman

nilai-nilai dan norma-norma dalam keluarga menyebabkan terbentuknya

karakter pada diri siswa. Di samping itu, perlakuan dan contoh orang tua

mengenai kewirausahaan dalam keluarga dapat mempengaruhi jiwa

kewirausahaan pada diri siswa.

Berdasarkan uraian tersebut, penulis, melakukan penelitian

mengenai “PENGARUH PELAKSANAAN KURIKULUM SMK 2004

BIDANG KEAHLIAN BISNIS DAN MANAJEMEN, KOMPETENSI

GURU DAN KULTUR KELUARGA TERHADAP JIWA

KEWIRAUSAHAAN SISWA ”. Penelitian ini merupakan studi kasus

siswa-siswi pada dua SMK di Daerah Kota Madya Yogyakarta.

B. Batasan Masalah

Ada berbagai faktor yang kemungkinan berpengaruh dengan jiwa

kewirausahaan siswa. Penelitian ini lebih me nitikberatkan pada faktor

pelaksana an kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan

manajemen, kompetensi guru, dan kultur keluarga. Hal ini disebabkan

(26)

pembelajaran bidang bisnis dan manajemen yang salah satunya adalah

siswa memiliki jiwa, sikap, perilaku wirausaha dalam bekerja serta mampu

bekerja dan berani berwiraswasta dalam bidangnya.

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah

penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Apakah ada pengaruh positif sikap siswa terhadap pelaksanaan

kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen

terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan.

2. Apakah ada pengaruh positif kompetensi guru terhadap pembentukan

jiwa kewirausahaan siswa.

3. Apakah ada pengaruh positif kultur keluarga siswa terhadap

pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

4. Apakah ada pengaruh positif sikap siswa terhadap pelaksanaan

kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen,

kompetensi guru, dan kultur keluarga terhadap pembentukan jiwa

kewirausahaan siswa.

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah di atas, penelitian ini dimaksudkan

(27)

1. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif sikap siswa terhadap

pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan

manajemen terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan.

2. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif kompetensi guru

terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

3. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif kultur keluarga siswa

terhadap pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

4. Untuk mengetahui apakah ada pengaruh positif sikap siswa terhadap

pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan

manajemen, kompetensi guru, dan kultur keluarga terhadap

pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

E. Manfaat Penelitian

Penelitian yang akan dilaksanakan ini diharapkan dapat memberikan

manfaat bagi pihak-pihak yang berkepentingan:

1. Bagi Guru dan Kepala Sekolah

Hasil penelitian ini dapat menjadi masukan bagi kepala sekolah dan

guru yang mengevaluasi hasil pendidikan dan memberikan arah bagi

peningkatan efektivitas pendidikan terutama dalam pelaksanaan

(28)

2. Bagi Universitas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sumber referensi bagi

peneliti selanjutnya dan dapat menjadi bahan referensi di bidang

pendidikan yang relevan.

3. Bagi Penulis

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai tambahan pengetahuan

dalam bidang pendidikan terutama dalam pelaksanaan kurikulum SMK

(29)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kurikulum

1. Pengertian Kurikulum

Istilah “kurikulum” memiliki berbagai tafsiran yang dirumuskan

oleh pakar-pakar dalam bidang pengembangan kurikulum sejak dahulu

sampai sekarang ini. Kurikulum berasal dari bahasa latin:“curriculae”,

artinya jarak yang ditempuh oleh seorang pelari. Pada waktu itu,

pengertian kurikulum ialah jangka waktu pendidikan yang harus ditempuh

oleh seorang siswa yang bertujuan untuk memperoleh ijazah. Dalam hal

ini, ijazah pada hakekatnya merupakan suatu bukti, bahwa siswa telah

menempuh kurikulum yang berupa rencana pelajaran, sebagaimana

seorang pelari yang telah menempuh suatu jarak yang antara satu tempat

ke tempat yang lainnya dan akhirnya mencapai finish. Dengan kata lain,

suatu kurikulum dianggap sebagai suatu jembatan yang sangat penting

untuk mencapai titik akhir dari suatu perjalanan dan ditandai dengan

memperoleh ijazah.

Menurut Oemar Hamalik (2003: 65) menyatakan bahwa kurikulum

adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan

(sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut, siswa

melakukan berbagai kegiatan belajar, sehingga mendorong perkembangan

(30)

ditetapkan. Dengan kata lain, program kurikuler tersebut sekolah atau

lembaga pendidikan yang menyediakan lingkungan pendidikan untuk

berkembang. Ini sebabnya kurikulum disusun sedemikian rupa yang

memungkinkan siswa melakukan beraneka ragam kegiatan belajar.

Kurikulum tidak terbatas pada sejumlah mata pelajaran, namun segala

sesuatu yang dapat mempengaruhi perkembangan siswa, seperti: bangunan

sekolah, alat pelajaran, perlengkapan sekolah, perpustakaan, karyawan tata

usaha, gambar-gambar, halaman sekolah, dan lain-lain.

Mehl Mil-Douglass dalam Oemar Hamalik (2003: 65)

mengemukakan bahwa:

The curriculum is as broad and varied as the child’s environment, broadly conceived the curriculum embraces not only subject matter but also various aspects of the physical and social environment. The school bring the child with his impelling flow of experiences into environment consisting of school facilities, subject matter, other children, and teacher. From the interaction or the child wild these element learning result. Not only is the learner and ever changing personality resulting from continous series of a new experiences, but the constituent element of his environmentare constanly evolving and unfolding.

Ungkapan di atas menggambarkan, bahwa segala sesuatu dan

semua orang yang terlibat dalam upaya memberikan bantuan kepada siswa

termasuk dalam kurikulum, rumusan tersebut diperkuat oleh pendapat

Romine dalam Oemar Hamalik (2003: 68) yang menyatakan bahwa:

(31)

Berdasarkan rumusan ini, kegiatan-kegiatan kurikulum tidak terbatas

dalam ruangan kelas saja, melainkan mencakup juga kegiatan-kegiatan di

luar kelas. Pandangan modern menjelaskan, bahwa antara kegiatan

intrakurikuler dan kegiatan ekstrakurikuler tidak ada pemisah yang tegas.

Semua kegiatan ini bertujuan untuk memberikan pengalaman belajar

kepada siswa yang tercakup dalam kurikulum.

Dalam Sistem Pendidikan Nasional, dinyatakan bahwa kurikulum

adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai isi dan bahan

pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan

kegitan belajar mengajar. Rumusan ini lebih spesifik mengandung

pokok-pokok pikiran sebagai berikut (Oemar Hamalik, 2003: 66):

1. Kurikulum merupakan suatu rencana atau perencanaan.

2. Kurikulum merupakan pengaturan, berarti memiliki sistematika dan struktur tertentu.

3. Kurikulum memuat atau berisikan isi dan bahan pelajaran, menunjuk pada perangkat mata pelajaran atau bidang pengajaran tertentu.

4. Kurikulum mengandung cara, metode atau strategi penyampaian pengajaran.

5. Kurikulum merupakan pedoman penyelenggaraan kegiatan belajar mengajar.

6. Kendatipun tidak tert ulis, namun telah tersirat dalam kurikulum yakni kurikulum dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan.

7. Berdasarkan butir ke-6 maka kurikulum sebenarnya adalah alat pendidikan.

Rumusan tersebut menjadi lebih jelas dan lengkap, karena suatu

(32)

Dalam Undang-Undang tekah dinyatakan, bahwa:

Kurikulum disusun untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional dengan memperhatikan tahap perkembangan peserta didik dan kesesuaian dengan lingkungan, kebutuhan perkembangan nasional, perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian, sesuai dengan jenis dan jenjang masing-masing satuan pendidikan.

Rumusan di atas menunjukkan, faktor -faktor yang harus diperhatikan

dalam penyusunan suatu kurikulum, ialah (Oemar Hamalik, 2003: 67):

1. Tujuan pendidikan nasional. 2. Tahap perkembangan peserta didik. 3. Kesesuaian dengan lingkungan. 4. Kebutuhan pembangunan nasional.

5. Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian. 6. Kesesuaian dengan jenis dan jenjang satun pendidikan.

Dalam hal ini tujuan kurikulum 2004 bidang keahlian bisnis dan

manajemen mata diklat kewirausahaan adalah memiliki jiwa, sikap dan

perilaku dalam bekerja, mampu dan berani berwiraswasta di bidangnya.

Sedangkan kompetensi mata diklat kewirausahaan adalah

mengaktualisasikan sikap dan perilaku wirausaha anatara lain:

1. Mengidentifikasikan sikap dan perilaku wirausahawan.

2. Menerapkan sikap dan perilku kerja prestatif (selalu ingin maju). 3. Merumuskan solusi.

4. Membuat keputusan.

Tujuan program keahlian secara umum mengacu pada isi

undang-undang Sistem Pendidikan Nasional (UU SPN) pasal 3 mengenai Tujuan

Pendidikan Nasional dan penjelasan pasal 15 yang menyebutkan bahwa

pendidikan kejuruan merupakan pendidikan menengah yang

mempersiapkan peserta didik terutama untuk bekerja dalam bidang

(33)

program keahlian ada lah membekali peserta didik dengan ketrampilan,

pengetahuan dan sikap agar kompeten: mendidik peserta didik dengan

kurikulum SMK 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen agar dapat

bekerja baik secara mandiri maupun mengisi lowongan pekerjaan yang

ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat

menengah.

B. Kompetensi Guru

1. Pengertian Kompetensi

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia kompetensi adalah

“wewenang kekuasaan untuk menentukan suatu hal”. Wewenang dalam

hal ini dikaitkan dengan ruang lingkup jabatan atau posisi sebagai guru

yang menuntut tanggung jawab besar.

Piet Sahertian dan Ida Alaida merngemukakan, “Komptensi

sebagai kemampuan untuk melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui

pendidikan dan latihan yang bersifat kognitif, afektif, dan performence”.

Kompetensi merupakan suatu kemampuan yang dimiliki seseorang setelah

mengikuti pendidikan dan latihan tertentu untuk jabatan tertentu dalam

waktu tertentu.

Seorang guru harus mempunyai kemampuan untuk mengembangkan potensi pribadi anak didik secara keseluruhan maupun potensi perkembangannya kognisi, sikap, tingkah laku ataupun ketrampilan anak didiknya.

Kemudian W. Robert Housten mendefinisikan kompetensi guru

(34)

Competency ordinarily is derfined as a dequacy for a tast or a possession of require knowledge, skill and abilities”.

Dari definisi di atas dapat diartikan bahwa kompetensi sebagai

suatu tugas yang memadai atau pemikiran pengetahuan, ketrampilan dan

kemampuan yang dituntut oleh jabatan seseorang. Dalam pengertian ini

kompetensi lebih dititikberatkan pada tugas guru dalam mengajar.

2. Kompetensi Guru

Kompetensi guru merupakan kemampuan guru atau penguasaan

pengetahuan, ketrampilan, dan kemampuan menjalankan tugas sebagai

pengajar dan pendidik. Sebagai pengajar guru dituntut memiliki

seperangkat pengetahuan dan keterampilan teknis mengajar. Sedangkan

guru sebagai pendidik yang dituntut dapat menanamkan nilai-nilai yang

terkandung pada berbagai pengetahuan yang dibarengi dengan

contoh-contoh teladan dan tingkah laku gurunya. Jadi tugas guru selain

mentransfer ilmu pengetahuan kepada siswa juga mendidik siswa menjadi

warga Negara yang baik dan utuh.

Mengingat peran dan tanggung jawab gur u sangat besar dalam

dunia pendidikan, seorang guru harus memiliki kompetensi sebagai modal

dalam melaksanakan tugasnya.

Kompetensi guru dapat dibedakan menjadi 4 bagian yaitu

kompetensi personal, kompetensi sosial atau kemasyarakatan, kompetensi

(35)

Persiapan untuk membentuk guru yang berkompeten harus mampu

mengembangkan keempat aspek seperti yang telah dikemukakan di atas,

maka akan dijabarkan sebagai berikut:

1. Kompetensi Personal atau Pribadi

Sikap pribadi guru yang berjiwa pancasila yang mengagungkan budaya

bangsa Indonesia, yang rela berkorban bagi kelestarian bangsa dan

negaranya.

2. Kompetensi Profesional

Kemampuan dalam penguasaan akademik (mata pelajaran) yang

diajarkan dan terpadu dengan kemampuan mengajarnya sehingga guru

itu memiliki wibawa akademis.

3. Kompetensi Sosial

Kemampuan yang berhubungan dengan bentuk partisipasi sosial

seorang guru dalam kehidupan sehari-hari di masyarakat tempat ia

bekerja, baik secara formal maupun informal.

4. Kompetensi Pedagogik

Kompetensi pedagogik adalah kemampuan pembelajaran yang

meliputi; memahami peserta didik, merancang dan melaksanakan

pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar dan mengembangkan diri

secara profesional.

Dalam dunia pendidikan dikenal sepuluh kompetensi guru yang

telah dikembangkan oleh proyek pengembangan lembaga pendidikan.

(36)

1. Kemampuan menguasai bahan pelajaran.

Guru menguasai bahan pelajaran sehingga memungkinkan untuk

menyampaikan materi pelajaran dengan jelas, tepat dan dinamis

sehingga siswa dapat menerima dan mengerti pelajaran yang diberikan

guru.

2. Kemampuan mengelola PBM (proses belajar mengajar).

Kemampuan guru dalam merencanakan dan melaks anakan program

pengajaran dengan baik, mudah diikuti siswa sehingga menghasilkan

hasil belajar yang optimal.

3. Kemampuan mengelola kelas.

Kemapuan guru dalam mengatur, menata kelas dengan serasi dan

mengarahkan tingkah la ku di kelas sehingga menimbulkan minat

belajar.

4. Kemampuan menggunakan media.

Kemampuan memilih dan menggunakan media yang tepat sesuai

dengan materi pelajaran sehingga tujuan belajar dapat dicapai.

5. Kemampuan mengelola interaksi PBM (Proses Belajar Mengajar).

Kemampuan guru dalam proses belajar mengajar dalam hal

memberikan tugas-tugas untuk membuat siswa aktif dan lebih maju

dalam mengajar.

6. Kemampuan menguasai landasan kependidikan.

Kemampuan guru untuk menguasai dan memiliki wawasan yang luas

(37)

7. Kemampuan menilai prestasi peserta didik untuk kepentingan

pengajaran.

Merupakan kemampuan guru untuk mengetahui perkembangan dan

kemajuan siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar siswa untuk

kepentingan pengajaran.

8. Kemampuan mengenal fungsi bimbingan dan konseling.

Merupakan kemampuan guru dalam memberikan bimbingan kepada

siswa untuk mengetahui perkembangan dan kemajuan siswa serta

membantu siswa memecahkan masalah-masalah yang dihadapi siswa.

9. Kemampuan menyelenggarakan administrasi sekolah.

Kemampuan guru dalam mengumpulkan data, informasi tentang siswa

sehingga terkumpul, teroganisir dengan baik untuk dapat dipakai

secara segera dan tepat untuk kepentingan pengambilan keputusan

dalam langkah-langkah pembinaan dan pengembangan siswa

selanjutnya.

10. Kemampuan memahami dan menguasai prinsip serta menafsirkan hasil

penelitian.

Dalam uraian di atas telah dijelaskan, bahwa jabatan guru adalah

suatu jabatan profesi. Guru dalam tulisan ini adalah guru yang melakukan

fungsinya di sekolah. Dalam pengertian tersebut, telah terkandung suatu

konsep bahwa guru profesional yang bekerja melaksanakan fungsi dan

tujuan sekolah harus memiliki kompetensi-kompetensi yang dituntut agar

(38)

kemungkinan adanya perbedaan tuntutan kompetensi profesional yang

disebabkan oleh adanya perbedaan lingkungan sosial kultural dari setiap

institusi sekolah, maka guru yang dinilai kompeten secara profesional,

apabila (Oemar Hamalik, 2003: 38):

1. Guru mampu mengembangkan tanggung jawab dengan baik. 2. Guru mampu melaksanakan peranan-peranannya secara berhasil. 3. Guru mampu bekerja dalam usaha mencapai tujuan pendidikan (tujuan

instruksional) sekolah.

4. Guru mampu melaksanakan peranannya dalam proses mengajar dan belajar di dalam kelas

Dalam hal ini tidak mudah untuk menjadi seorang guru yang baik,

dikagumi dan dihormati oleh anak didik, masyarakat sekitar dan rekan

sesama guru. Ada beberapa hal yang dilakukan oleh seorang guru untuk

mendapat pengakuan sebagai seorang guru yang baik dan berhasil dengan

kata lain kompetensi guru adalah sebagai berikut (Sura J. Kitti: Artikel

Guru SMU BPK Penabur KPS Jakarta):

1. Berusahalah tampil di muka kelas dengan prima. 2. Berlakulah bijaksana.

3. Berusaha selalu ceria di depan kelas. 4. Kendalikan emosi.

5. Berusaha menjawab pertanyaan yang diajukan oleh siswa. 6. Memiliki rasa malu dan rasa takut.

7. Harus dapat menerima hidup ini sebagaimana adanya. 8. Tidak sombong.

9. Berlaku adil.

C. Kultur Keluarga

1. Pengertian Kultur

Istilah kultur atau budaya berasal dari disiplin ilmu antropologi.

(39)

untuk menjelaskan; (1) keunikan sekelompok masyarakat dibandingkan

dengan kelompok masyarakat lainnya; (2) mengapa perilaku sekelompok

masyarakat dapat bertahan dari satu generasi ke generasi lainnya.

Meskipun istilah budaya dimaksudkan untuk menjelaskan kedua hal

tersebut, hingga saat ini muncul berbagai definisi dari para teoritikus dan

peneliti.

Kultur merupakan asumsi dasar yang ditemukan, dipahami, dan

dipahami oleh anggota kelompok, karena asumsi tersebut ternyata terbukti

benar saat digunakan untuk menyelesaikan persoalan yang dihadapi oleh

kelompok, baik masalah adaptasi dengan lingkungan eksternal organisasi

maupun intergrasi dalam tubuh kelompok tersebut, maka asumsi tersebut

diajarkan kepada anggota baru sebagai cara pandang, pola pikir, dan

perasaan yang benar ketika menghadapi masalah di masa mendatang.

Clayde Kluckhon, sebagaimana dikutip Erez dan Early (1993: 41),

menyatakan bahwa:

Culture consists of patterned ways of thinking, feeling, and reacting, required and transmitted mainly by symbols, constituting the distinctive achievement of human group, including their embodiment in artifact; the essential, core of culture consists of traditional (i.e.historycally derived and selected)ideas and their attached values)

Esensi kultur adalah nilai-nilai, nilai-nilai diderivasi dan diseleksi

berdasarkan pengalaman sejarah masa lalu. Nilai merupakan hasil dari

sebuah proses yang panjang. Mengingat nilai-nilai telah terinternalisir

(40)

untuk berubah. Perwujudan nilai tampak dalam wujud artifak-artifak,

misalnya: pola pikir, rasa, reaksi anggota kelompok. Pada umumnya

pola-pola ini diartikulasikan ke dalam bentuk simbol-simbol.

Kultur merupakan bentuk pemrograma n mental secara kolektif.

Kultur membedakan anggota kelompok antara satu dengan yang lain

dalam pola pikir, perasaan, dan tindakan anggota suatu kelompok. Sebagai

bentuk pemrograman mental secara kolektif, kultur cenderung sulit

berubah. Jikalau pun berubah, maka perubahan akan berlangsung secara

perlahan-lahan (evolutif). Hal ini disebabkan bukan semata-mata karena

kultur tersebut telah menjadi bagian dari diri para anggota kelompok,

tetapi kultur telah terkristalisasi ke dalam lembaga yang mereka bangun.

Menurut Hofstede (1994:181-182), perbedaan kultur dapat

dianalisis pada tingkatan unit ataupun sub-sub unit dalam satu organisasi.

La Midjan (1995: 7) menyebutkan bahwa tingkatan dalam organisasi

tersebut antara lain: struktur keluarga, struktur pendidikan, organisasi,

keagamaan, asosiasi-asosiasi, bentuk organisasi kerja, lembaga hukum

kepustakaan, pola tata ruang, bentuk bangunan gedung, dan juga

teori-teori ilmiah.

Berdasarkan hasil pengkajiannya, Schein (1991: 6-7) menyatakan

bahwa tidak ada satupun definisi kultur mengungkapkan tentang

esensinya. Menurutnya kultur harusnya memuat kedalaman akan

asumsi-asumsi dasar (basic assumptions) dan kenyakinan (belief) yang dianut oleh

(41)

sebagai sesua tu yang benar (taken for granted) oleh organisasi sendiri dan

lingkungannya.

2. Dimensi Kultur Keluarga

Kultur merupakan fenomena kolektif yang membedakan kelompok

satu dengan kelompok lain. Subtansi perbedaan lebih tampak pada praktik

kultur daripada nilai-nilai. Hofstede (1994:181-182) menyatakan bahwa

perbedaan kultur tersebut selanjutnya dapat dianalisis pada tingkatan unit

atau bukan sub-sub unit dalam suatu organisasi. Sebagai bentuk

pemrograman mental secara kolektif, kultur suatu kelompok cenderung

sulit berubah. Jikalau pun berubah, maka perubahan akan berlangsung

secara evolutif (perlahan-lahan). Hal ini disebabkan bukan semata-mata

karena kultur tersebut telah menjadi bagian dari para anggota kelompok.

Hofstede (1994: 10) mengklasifikasikan kultur ke dalam 6 (enam)

tingkatan atau lapisan (layer) yaitu: (1) a national level, (2) a regional

level etc, (3) an organization level, (4) a generation level, (5) a social

class level, dan (6) an organization or corporate level. Pada tingkatan

nasional tersebut kultur diukur berdasarkan dimensi-dimensi yang

mencakup: power distance (from small large), collectivism versus

individualism, femininity versus masculinity dan uncertainty avoidance

(from week to strong).

Power distance (jarak kekuasaan) diartikan sebagai tingkat dimana

(42)

sama. Individualism (individualisme) menggambarkan suatu masyarakat

dalam mana pertalian dalam individu hilang (setiap orang memikirkan diri

sendiri baru orang lain). Sedangkan lawannya adalah collectivism

(kolektifisme) menunjukkan bahwa dalam mana orang-orang sejak lahir

diintergrasikan secara kuat kedalam kelompok yang akhirnya mereka

menjadi sangat loyal terhadap kelompok tersebut. Masculinity

(maskulinitas) menunjukkan masyarakat dalam mana peran sosial gender

ada perbedaan yang sangat jelas. Sementara itu femininity menunjukkan

masyarakat dalam mana peran sosial gender tumpang tindih (overlap)

sebagai contoh: baik laki-laki maupun perempuan sederhana, sabar, lemah

lembut, dan memberikan perhatian terhadap kualitas hidup. Dimensi

terakhir adalah uncertainty avoidance yang menunjukkan masyarakat

untuk anggota akan merasa terancam dalam ketidakpastian maupun

ketidaktahuan situasi.

Pada tingkat keluarga, power distance mencakup beberapa

indikator antara lain: kepatuhan atau rasa hormat terhadap orang tua atau

terhadap anggota keluarga lain yang lebih tua ataupun ketergantungan

pada orang tua. Dimensi individualitas mencakup indikator antara lain:

kebebasan menyatakan pendapat, loyalitas kepada anggota keluarga lain,

keleluasaan untuk mandiri, keterikatan satu sama lain dalam keluarga,

kebutuhan untuk berkomunikasi, perasaan yang muncul atas pelanggaran

terhadap suatu aturan atau norma -norma tertentu. Dimensi maskulinitas

(43)

keluarga, perhatian anggota keluarga yang lebih kuat. Sedangkan dimensi

pengindraan atas ketidakpastian mencakup indikator antara lain: tingkat

kecemasan menghadapi kondisi ketidakpastian, perasaan terhadap

ketidakpastian, serta ketat atau tidaknya pengaturan atas hal yang baik atau

tidak baik.

Koentaraningrat (1987: 25-26) mengemukakan bahwa para

individu-individu sejak kecil dekat dengan nilai-nilai yang hidup

dimasyarakatnya, sehingga konsep-konsep nilai telah mengakar dalam

jiwa mereka. Dampaknya, nilai-nilai budaya tersebut sukar untuk berubah

dalam waktu yang singkat. Sikap dan perilaku manajemen sangat

dipengaruhi oleh latar belakang mereka, baik dala m lingkungan keluarga

maupun lingkungan sekitar. Nilai-nilai pribadi dan kebutuhan akan

mempengaruhi sikap dan kenyakinan yang pada gilirannya akan

mempengaruhi perilaku seseorang. Nilai memiliki pengertian: (1) sesuatu

yang dimiliki seseorang; dan (2) sesuatu yang berkaitan dengan objek.

Dalam pandangan yang pertama, nilai adalah sesuatu yang ada pada

manusia yaitu sesuatu yang diberikan atau dijadikan ukuran baku dalam

persepsi seseorang terhadap dunia luar. Sedangkan pada pandangan kedua,

(44)

D. Kewirausahaan

1. Pengertian Kewirausahaan

Dalam kehidupan sehari-hari masih banyak orang yang

menafsirkan atau memandang bahwa kewirausahaan identik dengan apa

yang dimiliki baru dilakukan “usahawan” atau “wiraswasta”. Pandangan

tersebut tidak tepat karena jiwa dan sikap kewirausahaan

(entrepreneurship) tidak hanya dimiliki oleh seorang usahawan tetapi

dimiliki oleh setiap orang yang berpikir kreatif serta bertindak inovatif

baik kalangan us ahawan maupun kalangan masyarakat umum seperti:

petani, karyawan, pegawai pemerintah, mahasiswa, para pelajar, dan

pimpinan organisasi lainnya.

Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang

dijadikan dasar, kiat, dan sumber daya untuk mencari pe luang sesuatu

yang baru dan berbeda (create new and different) melalui berpikir kreatif

dan bertindak inovatif untuk menciptakan peluang.

Kewirausahaan (entrepreneurship) secara definitif telah

memunculkan debat di antara mahasiswa, pengajar, peneliti, dan

penyusunan kebijakan sejak di kembangkan di awal tahun 1700-an

(Anderson, 2002), kewirausahaan sendiri merupakan mainstream dari

bisnis yang berkembang di Amerika. Tetapi hingga kini kewirausahaan

telah berkembang ke mana-mana dan terdapat beberapa definisi dari para

(45)

Dalam konteks bisnis, menurut Thomas W. Zimmerer (1996)

menyatakan bahwa:

Entrepreneurship is the result of a disciplined systematic proses of applying creativity and innov ation too need and opportunities in the market place.

Yang artinya, kewirausahaan adalah hasil dari suatu disiplin,

proses sistematik penerapan kreativitas dan inovasi dalam memenuhi

kebutuhan peluang di pasar.

Dahulu kewirausahaan dianggap dan hanya dapa t dilakukan

melalui pengalaman langsung di lapangan dan merupakan bakat yang

dibawa sejak lahir (entrepreneurship are born not made), sehingga

kewirausahaan tidak dapat dipelajari dan diajarkan. Entrepreneurship are

born not made artinya, tidak hanya bakat bawaan sejak lahir atau urusan

pengalaman lapangan, tetapi juga dapat dipelajari dan diajarkan.

Secara epistemology, kewirausahaan merupakan hal yang

diperlukan untuk memulai usaha (start-up phase) atau suatu proses dalam

mengerjakan suatu hal yang baru (creative) dan suatu yang berbeda

(innovative). Dua hal tersebut tampak dalam definisi kewirausahaan yang

dikemukakan oleh Zimmermer (1996):

applying creativity and innovation to solve the problem to exploit opportunity that people face everyday.

Kreatifitas tersebut diartikan sebagai kemampuan mengembangkan

ide-ide baru dan untuk menemukan cara-cara baru dalam memecahkan

(46)

inovasi diartikan sebagai kemampuan untuk mengembangkan kreativitas

dalam rangka memecahkan persoalan dan menghadapi peluang (doing new

think). Dengan demikian, kewirausahaan dapat didefinisikan sebagai

kemampuan untuk berpikir kreatif dan berperilaku yang dijadikan dasar,

sumber daya, tenaga penggerak, tujuan siasat, dan proses dalam

menghadapi tantangan hidup.

Menurut Drucker (1996), kewirausahaan adalah kemampuan untuk

menciptakan sesuatu yang berbeda (ability to create the new and different

thing). Dengan demikian esensi kewirausahaan dalam konteks ini adalah

menciptakan nilai tambah di pasar melalui proses kombinasi antar sumber

daya yang ada dengan cara-cara baru dan berbeda agar dapat bersaing.

Cara-cara tersebut mencakup teknologi, pengetahuan baru, produk dan

jasa yang sudah ada, penemuan cara yang berbeda untuk menghasilkan

barang dan jasa yang lebih banyak dengan sumber daya yang efektif.

2. Karakteristik Kewirausahaan

Sama halnya dengan definisi kewirausahaan, Meredith (1996)

menyatakan bahwa berwirausaha berarti memadukan watak pribadi,

keuangan, dan sumber daya. O leh sebab itu berwirausaha adalah

merupakan suatu pekerjaan atau karier dimana seseorang dalam

menjalankannya memiliki ciri-ciri: (1) kepribadian, ketidaktergantungan,

(47)

Masing-masing karakteristik kewirausahaa n memiliki makna yang

disebut dengan nilai-nilai. Konsep nilai dibedakan sebagai berikut; (1)

person has a value dan, (2) an object has value. Konsep yang pertama

menyatakan bahwa nilai yang dianut seseorang akan dijadikan sebagai

ukuran baku bagi persepsinya terhadap dunia luar. Oleh sebab itu, watak

yang melekat pada seseorang wirausahaa akan menjadi ciri-ciri

kewirausahaan yang dapat dipandang sebagai sistem nilai kewirausahaan.

Dalam kewirausahaan, ada dua sistem nilai yang menonjol yaitu

sistem nilai primer pragmetik dan sistem nilai moralistik. Sistem nilai

primer pragmetrik dapat dilihat dari watak, jiwa dan perilakunya, misalnya

kerja keras, tegas, mengutamakan prestasi, dan lain-lain. Sementara ,

sistem nilai moralistik mencakup keyakinan atau percaya diri,

kehormatan, kepercayaan, kerjasama, keteladanan, dan keutamaan.

Arthur kuriloff dan John. Mempil (1998: 20), mengemukakan

karakteristik kewirausahaan dalam bentuk nilai-nilai dan perilaku

kewirausahaan. Wirausaha selalu berkomitmen dalam mela kukan tugasnya

sampai berhasil. Seorang wirausaha tidak pernah setengah-tengah dalam

melakukan tugasnya atau pekerjaannya, karena itu seorang wirausaha

selalu ulet, tekun, pantang, menyerah sebelum melakukan pekerjaannya

berhasil. Tindakan seorang wirausaha tidak didasari oleh spekulasi

melainkan dengan perhitungan yang matang, oleh sebab itu selalu berani

mengambil resiko yang moderat, artinya resiko yang diambil terlalu tinggi

(48)

oleh komitmen yang kuat akan mendorong wirausaha untuk terus mencari

peluang sampai berhasil. Hasil-hasil itu harus nyata atau jelas, objektif dan

merupakan umpan balik (feed back) bagi kelancaran kegiatannya. Dengan

semangat optimisme yang tinggi karena hasil yang diperoleh maka uang

yang dikelola secara proaktif dipandang sebagai sumber daya yang bukan

tujuan akhir.

Beberapa ciri-ciri kewirausahaan yang dikemukakan oleh Vernon

A. Musselum (1998: 50); Wasty Sumanto(1989: 5); Geoffey Meredith

(1989: 5) dalam bentuk c iri-ciri sebagai berikut:

1. Keinginan yang kuat untuk berdiri sendiri. 2. Kemauan dan berani mengambil resiko. 3. Kemampuan untuk belajar dari pengalaman. 4. Memotivasi diri sendiri.

5. Semangat untuk bersaing. 6. Orientasi pada kerja keras. 7. Percaya diri sendiri.

8. Dorongan untuk berprestasi. 9. Tingkat energi yang tinggi. 10. Tegas.

11. Yakin dan percaya pada kemampuan diri sendiri.

Wasty Sumanto (1989: 5) menambah ciri yang 12 dan yang

ke-13 sebagai berikut:

12. Tidak suka uluran tangan dari pemerintah atau pihak lain di masyarakat.

13. Tidak bergantung pada alam dan berusaha untuk tidak menyerah pada alam.

Geoffey Meredith (1989: 5) menambah cirri yang ke -14 sampai

ke-16 sebagai berikut:

14. Kepemimpinan. 15. Keorisinilan.

(49)

Dalam mencapai keberhasilannya, seorang wirausaha memiliki

ciri-ciri tertentu pula. Dalam “Entrepreneurship and Small Enterprise

Development Report” (1989) yang dikutip oleh M. Scarborough dan

Thomas Zimmerer (1935: 5) dikemukakan beberapa karakteristik

kewirausahaan yang berhasil diantaranya memiliki ciri-ciri sebagai

berikut:

1. Proaktif, yaitu berinisatif dan tegas (assetive).

2. Berorientasi pada prestasi yang tercermin dalam pandangan dan bertindak (sees and act) terhadap peluang, orientasi, efisiensi, mengutamakan kualitas kerja, berencana, dan mengutamakan monitoring.

3. Komitmen kepada orang lain, misalnya: dalam mengadakan kontrak dan hubungan bisnis.

Secara eksplisit, Dan Steinhoff dan John Burgess (1993: 38)

mengemukakan beberapa karakteristik yang diperlukan untuk menjadi

wirausaha yang berhaasil meliputi:

1. Memiliki tujuan dan visi usaha yang jelas. 2. Bersedia menanggung resiko uang dan waktu. 3. Berencana, mengorganisasi.

4. Kerja keras sesuai dengan tingkat kepentingan.

5. Mengembangkan hubungan dengan pelanggan, pemasok, pekerja, dan lain-lain.

Dengan kata lain keberhasilan maupun kegagalan seseorang

wirausaha yang akan dicapai sangat dipengaruhi oleh sifat dan kepribadian

(50)

E. Kerangka Teoretik

1. Pengaruh Pelaksanaan Kurikulum SMK edisi 2004 Bidang Keahlian

Bisnis dan Manajemen Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Sikap atau mental wirausaha berhubungan dengan berbagai faktor.

Meskipun belum banyak penelitian ilmiah mengenai mental atau

kepribadian wirausahawan, namun ada beberapa fakta maupun asumsi

menerangkan bahwa memang ada perbedaan karakter antara

wirausahawan dengan non-wirausahawan. Perbedaan tumbuh karena

kebiasaan atau pengaruh lingkungan sehingga menjadi karakter yang

melekat dalam kepribadian seseorang.

Sekolah memiliki perbedaan karakter dalam sumber dayanya.

Masing-masing sekolah memiliki cara yang berbeda dalam melaksanakan

tujuan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen

yang berbasis kompetensi. Hal tersebut akan berdampak pada pencapaian

tujuan pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan

manajemen.

Pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan

manajemen yang baik dan benar akan direspon oleh para siswa secara

positif. Respon siswa yang positif akan memudahkan para guru untuk

menyelenggarakan proses belajar dan pembelajaran, dan begitu juga

sebaliknya. Dengan demikian pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004

bidang keahlian bisnis dan mana jemen akan tercapai jika ada respon

(51)

2. Pengaruh Kompetensi Guru Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa

Guru merupakan faktor utama dalam pelaksanaan pendidikan

terutama dalam pencapaian pelaksanaan tujuan kurikulum SMK edisi 2004

bidang keahlian bisnis dan manajemen. Dalam hal ini guru merupakan

fasilitator belajar bagi siswa yang diharapkan guru memiliki kemampuan

untuk berpikir kreatif dan inovtif yang dapat dijadikan dasar yang kuat dan

sumber daya untuk mencari peluang menuju sukses dengan cara

menciptakan ssuatu kesempatan yang baru dan berbeda (create and

different).

Ketekunan seorang guru dalam mengajar dan melaksanakan

pembelajaran di kelas, kedisiplinan guru yang baik, dan kemampuan serta

kegigihan seorang guru dalam menyampaikan materi pembelajaran yang

dapat diterima semua siswa dan disukai adalah contoh sekaligus

perangsang yang baik bagi siswa dalam jiwa kewirausahaan.

Guru yang memiliki kompetensi dalam mengajar adalah guru yang

dapat menyampaikan materi pelajaran dengan jelas dan tepat sasaran serta

sesuai dengan tujuan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis

dan manajemen yang ada. Kompetensi seorang guru dapat dilihat dan

dinilai dari cara-cara mengajar dan menyampaikan materi, dan materi yang

disampaikan kepada sisw a dapat dimengerti dan dipahami dengan jelas

(52)

dan manajemen yang salah satunya adalah membekali siswa dengan

nilai-nilai dan jiwa kewirausahaan dalam diri siswa setelah lulus SMK nantinya.

3. Pengaruh Kultur Keluarga Terhadap Jiwa Kewirausahaan Siswa.

Anak dibesarkan dalam sebuah keluarga yang memiliki peranan

penting bagi anak-anak, keluarga memberikan dukungan dan motivasi

kepada anak dengan mencukupi kebutuhan keluarga; pendidikan,

kesehatan, sandang, dan lain-lain. Keluarga membekali anak-anaknya

dalam nilai-nilai dan norma-norma sehingga akan tumbuh kemandirian

dalam diri siswa, kemandirian dalam diri siswa sangatlah diperlukan

apalagi untuk berwirausaha, sebab dalam berwirausaha salah satu

karakteristiknya dibutuhkan kemandirian. Sehingga siswa tidak terlalu

tergantung pada orang tua dan mampu mencari kerja sendiri serta mampu

menciptakan peluang kerja dalam dunia usaha dengan berwirausaha.

Nilai yang ditanamkan masing-masing keluarga memiliki beberapa

faktor ataupun karakter yang berbeda -beda antara keluarga yang satu

dengan yang lain, misalnya: dalam hal penetapan aturan keluarga,

kebebasan mengemukakan pendapat dalam keluarga, rasa hormat terhadap

orang yang lebih tua dari segi umur dalam keluarga, rasa tanggung jawab,

percaya diri, selalu belajar dari pengalaman, dan lain-lain. Dari beberapa

karakter yang ada, beberapa diantaranya merupakan karakteristik dari

kewirausahaan, karena nilai-nilai budaya maupun keluarga akan

(53)

pribadi dan kebutuhan akan mempengaruhi sikap dan kenyakinan yang

pada gilirannya akan mempenagaruhi perilaku.

Oleh karena itu, anak berasal dari sebuah lingkungan keluarga,

maka secara otomatis keluargalah yang banyak mempengaruhi sikap dan

kenyakinan terhadap jiwa kewirausahaan dalam diri siswa. Dengan kata

lain keluarga membawa pengaruh yang paling dominan bagi diri siswa.

4. Pengaruh Pelaksanaan Kurikulum SMK edisi 2004 Bidang keahlian bisnis

dan manajemen, kompetensi Guru, Kultur Keluarga Terhadap Jiwa

Kewirausahaan siswa.

Pendidikan menengah kejuruan (SMK) akan terus berusaha

menyiapkan peserta didik menjadi manusia yang selalu siap menghadapi

tantangan dan persaingan dalam dunia kerja. Sekolah karenanya berusaha

memberikan pendidikan yang terarah pada pencapaian kurikulum SMK

edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen. Pelaksanaan kurikulum

SMK edisi 2004 terarah pada siswa yang diharapkan memiliki jiwa, sikap,

perilaku wirausaha dalam bekerja dan siswa mampu serta berani untuk

berwiraswasta dalam bidangnya.

Di samping pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang

keahlian bisnis dan manajemen, kultur keluarga juga menentukan

bagaimana arah pendidikan selanjutnya. Jika situasi keluarga mendukung

siswa untuk mengembangkan jiwa wirausaha maka dengan sendirinya jiwa

wirausaha dalam diri siswa akan tertanam dan terbentuk. Inspirasi siswa

(54)

orang tuanya di rumah dalam bekerja atau berusaha mendapatkan uang

atau dapat juga melalui pemahaman dalam praktik pelaksanaan kurikulum

di sekolah, serta kompetensi seorang guru dalam menyampaikan materi

(pembelajaran) di kelas.

Faktor lain yang dapat mempengaruhi jiwa wirausaha dalam diri

siswa adalah kompetensi guru, guru secara tidak langsung dapat

mempengaruhi baik buruknya pencapaian tujuan pelaksanaan kurikulum

SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen. Seorang guru

yang memiliki kompetensi adalah guru yang dapat mengajar dan

menyampaikan materi dengan tepat sasaran pada diri siswa, serta sesuai

dengan tujuan kurikulum edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan

manajemen yang salah satunya ada lah siswa memiliki jiwa, sikap, perilaku

wirausaha dalam bekerja dan siswa mampu serta berani untuk

berwiraswasta dalam bidangnya setelah lulus SMK nantinya.

Berdasarkan uraian di atas dapat kita ketahui bahwa sikap siswa

terhadap pelaksanaan kurikulum SMK 2004 bidang keahlian bisnis dan

manajemen, kompetensi guru dan kultur keluarga bisa mempengaruhi

pembentukan jiwa kewirausahaan siswa.

F. Rumusan Hipotesis

1. Ada pengaruh positif pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang

keahlian bisnis dan manajemen terhadap jiwa kewirausahaan.

(55)

3. Ada pengaruh positif kultur keluarga terhadap jiwa kewirausahaan siswa.

4. Ada pengaruh positif pelaksanaan kurikulum SMK 2004 bidang keahlian

bisnis dan manajemen, kompetensi guru, dan kultur keluarga terhadap jiwa

(56)

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini adalah studi kasus yaitu pe nelitian yang mendalam

tentang sesuatu objek atau subjek pada area yang terbatas. Dengan demikian

hasilnya hanyalah berlaku pada kasus dimana objek atau subjek yang diteliti

dan tidak dapat digeneralisasikan.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

1. Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di SMK Negeri 1 Jalan Kemetiran Kidul no. 35

dan SMK Negeri 7 Jalan Gowongan Kidul Jt -3/416 Yogyakarta di Daerah

Kodya Madya Yogyakarta.

2. Waktu Penelitian

Pengumpulan data dilaksanakan pada bulan Febuari 2006

C. Populasi dan Sampel Penelitian

1. Populasi Penelitian

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau

subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sugiyono, 1999: 72) . Dalam penelitian ini yang menjadi

(57)

Yogyakarta yang menerapkan kurikulum SMK 2004 dengan jumlah 240

siswa.

2. Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel

Sampel adalah kelompok kecil yang kita amati atau beberapa

kecil/cuplikan yang ditarik dari populasi atau porsi dari suatu populasi.

Untuk menentukan besarnya sampel dari populasi digunakan rumus Slovin

sebagai berikut (Consuelo, 1993: 160):

2

1 Ne N n

+ =

Keterangan:

n = Ukuran sampel N = Ukuran populasi

e = Nilai kritis (batas ketelitian) yang diinginkan (perse n kelonggaran ketidaktelitian karena pengambilan sampel populasi)

Jadi jumlah sampel yang akan diambil (n), dengan nilai kritis/batas

kesalahan (e) 5% dari populasi tersebut adalah:

2

) 05 , 0 ( 240 1

240

+ =

n

= 150 siswa yang akan menjadi sampel

3. Teknik Pengambilan Sampel

Sampel penelitian ini berjumlah 82 siswa, teknik pengambilan

sampel dalam penelitian ini adalah purposive sampling, yaitu suatu teknik

pengambilan sampel random yang didasarkan pada pertimbangan yang

ditetapkan. Dalam penelitian ini ditetapkan bahwa yang menjadi sampel

(58)

Pertimbangan sampel siswa-siswi kelas II SMK jurusan penjualan adalah

para siswa yang telah menempuh mata pelajaran kewirausahaan dalam

waktu yang cukup sehingga siswa benar-benar mengerti dan memahami

arti penting wirausaha.

D. Variabel Penelitian dan Pengukurannya

1. Variabel Pelaksanaan Kurikulum SMK edisi 2004 Bidang Keahlian Bisnis

dan Manajemen

Yang dimaksud dengan pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004

bidang keahlian bisnis dan manajemen adalah keadaan mental dan sikap

merupakan kesiapan yang diatur melalui pengalaman dan memberikan

pengaruh dinamik atau terarah terhadap respons individu pada semua

objek dan situasi yang saling berkaitan, dengan demikian pada prinsipnya

sikap dapat dianggap suatu kecenderungan siswa untuk bertindak dengan

cara-cara tertentu. Pengaruh pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004

bidang keahlian bisnis dan manajemen memiliki 4 (empat) dimensi antara

lain: (1) pengelolaan kurikulum berbasis sekolah, (2) kegiatan belajar

mengajar, (3) penilaian berbasis kelas, (4) kurikulum dan hasil belajar

(Pusat Kurikulum, Balitbang Depdiknas: 2002), dan selanjutnya variabel

pelaksanaan kurikulum SMK edisi 2004 bidang keahlian bisnis dan

(59)

Tabel 1

Operasionalisasi Variabel Pelaksanaan Kurikulum SMK 2004 Bidang Kealian Bisnis dan Manajemen

Variabel Dimensi Indikator Pertanyaan

No 1. Pengelolaan

kurikulum berbasis kompetensi

1. Mengembangkan silabus.

2. Menetapkan dan mengembangkan materi. 3. Melaksanakan kurikulum. 4. Mengembangkan sistem pemantauan.

1, 2, 3

4 5,6 7 Pelaksanaan kurikulum SMK 2004 bidang keahlian bisnis dan manajemen

2. Kegiatan belajar mengajar.

1. Berpusat pada siswa. 2. Belajar dari

(60)

Gambar

Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3 Operasionalisasi Variabel Kultur Keluarga
 Tabel  4   Operasionalisasi Variabel Jiwa Kewirausahaan
+7

Referensi

Dokumen terkait

[r]

[r]

Through this game, I have learnt more about “how to make and accept apologies”.. (Tick any box that corresponds to

PERSEPSI PETANI DAN EVALUASI PROGRAM KEMITRAAN ANTARA PT.. PAGILARAN DENGAN PETANI

Hang Nadim Batam dapat menjadi Bandar Udara Transit Internasional yang. menghubungkan ke berbagai negara seperti Bandar Udara Changi yang di

Panjang alat pemukul tidak boleh lebih dari 87 cm (34 inci) dan diameter atau garis tengah pada bagian yang besar tidak boleh lebih dari 6 cm (2½ inci).. Berat pemukul tidak

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini, yang berjudul “ Organizational

Sumber air pabrik Ekosemen ini berasal dari Sungai Alur Panjupian, Desa Batu Itam, Kabupaten Aceh Selatan, Provinsi Aceh dan untuk memenuhi kebutuhan listrik diperoleh dari