• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Penguasaan Materi Bidang Hukum Pada Mata Pelajaran pendidikan Kewarganegaraan dengan Sikap Disiplin Berlalu Lintas Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Depok.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Hubungan Penguasaan Materi Bidang Hukum Pada Mata Pelajaran pendidikan Kewarganegaraan dengan Sikap Disiplin Berlalu Lintas Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Depok."

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

i

HUBUNGAN PENGUASAAN MATERI BIDANG HUKUM PADA MATA PELAJARAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN SIKAP

DISIPLIN BERLALU LINTAS SISWA KELAS VII SMP NEGERI 4 DEPOK

SKRIPSI

Diajukan Kepada Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Yogyakarta

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Disusun Oleh : FATWA ARDI WIBOWO

NIM 12401241044

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN JURUSAN PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DAN HUKUM

FAKULTAS ILMU SOSIAL

(2)

ii

(3)
(4)

iv

SURAT PERNYATAAN

Yang bertandatangan di bawah ini saya :

Nama : Fatwa Ardi Wibowo

Jurusan/Prodi : PKnH / Pendidikan Kewarganegaraan

Fakultas : Fakultas Ilmu Sosial

Judul Skripsi : “Hubungan Penguasaan Materi Bidang Hukum dengan Sikap Disiplin Berlalu Lintas Siswa Kelas VII SMP

Negeri 4 Depok”

Menyatakan bahwa skripsi ini adalah benar-benar karya saya sendiri dan

sepanjang sepengetahuan saya, tidak terdapat materi yang dipublikasikan atau

ditulis orang lain atau telah digunakan sebagai persyaratan penyelesaian studi di

perguruan tinggi lain kecuali pada bagian-bagian tertentu yang saya ambil sebagai

acuan atau kutipan dengan mengikuti tata penulisan karya ilmiah yang telah

lazim.

Yogyakarta, 3 Juni 2016

(5)

v MOTO

“Idealisme adalah Kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda”

Tan Malala

“Hidup adalah ketidak pastian yang harus kita perjuangkan”

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

hidayah, dan karunia-Nya, sehingga skripsi ini dapat terselesaikan. Shalawat serta

salam senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad SAW.

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

 Kedua orang tuaku, Ayahanda Catur Triwibowo dan Ibunda Titik

Wardayanti.

 Adik Tercinta, Tegar Wibowo Putra dan Faris Abqori Wibowo.

 Keluarga dan sahabat.

(7)

vii

HUBUNGAN PENGUASAAN MATERI BIDANG HUKUM DENGAN SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS SISWA KELAS VII SMP

NEGERI 4 DEPOK Oleh

Fatwa Ardi Wibowo NIM. 12401241044

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan penguasaan materi bidang hukum dengan sikap disiplin berlalu lintas siswa kelas VII SMP Negeri 4 Depok.

Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian korelasi dengan pendekatan kuantitatif. Variabel dalam penelitian ini adalah penguasaan materi bidang hukum yang diberi simbol X dan sikap disiplin berlalu lintas yang diberi simbol Y. Populasi dalam penelitian ini adalah siswa kelas VII SMP Negeri 4 Depok yang berjumlah 127 siswa yang terdiri dari 4 kelas. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik simple random sampling. Sampel yang digunakan sebanyak 75% atau 95 siswa. Teknik pengumpulan data menggunakan studi dokumentasi yaitu mengambil dari nilai ujian dari mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada Kompetensi Dasar 1.2 dan 1.3 dalam materi hukum untuk variabel penguasaan materi bidang hukum, dan menggunakan angket untuk variabel sikap disiplin berlalu lintas. Uji validitas terhadap kedua instrumen tersebut menggunakan rumus korelasi product moment. Uji reliabilitas instrumen angket menggunakan rumus Alpha Cronbach. Uji prasyarat analisis, yaitu uji normalitas sampel menggunakan uji Kolmogrov-Smirnov dan uji linieritas. Teknik analisis data menggunakan teknik korelasi Pearson Product Moment.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara penguasaan materi bidang hukum dengan sikap disiplin berlalu lintas pada siswa kelas VII SMP Negeri 4 depok. Nilai r hitung sebesar 0,229 dengan probabilitas sebesar 0,026 dan koefisien determinasi 5,24%. Dari 95 siswa yang diteliti, tingkat penguasaan materi hukum siswa dalam kategori sangat tinggi ada 30 siswa (31,58%), kategori tinggi ada 49 siswa (51,57%), kategori sedang ada 16 siswa (16,85%), kategori rendah ada 0 siswa (0%), dan pada kategori sangat rendah ada 0 siswa (0 %). Sedangkan tingkat disiplin berlalu lintas siswa dalam kategori sangat tinggi ada 4 siswa (4,21%), kategori tinggi ada 51 siswa (53,68%), kategori sedang ada 39 siswa (41,05 %), kategori rendah ada 1 siswa (1,06%), dan pada kategori sangat rendah ada 0 siswa (0%).

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang senantiasa

melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan penguasaan materi bidang hukum dalam mata

pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan dengan sikap disiplin berlalu lintas siswa

kelas VII SMP Negeri 4 Depok”. Skripsi ini disusun sebagai tugas akhir untuk persyaratan memperoleh gelar sarjana pendidikan pada Program Studi Pendidikan

Kewarganegaraan, Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum, Fakultas

Ilmu Sosial, Universitas Negeri Yogyakarta.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam penulisan skripsi ini tidak

akan terlaksana tanpa dukungan, bimbingan, dan bantuan dari berbagai pihak.

Untuk itu perkenankanlah penulis memberikan ucapan terimakasih kepada yang

terhormat :

1. Prof. Dr. Rochmat Wahab, M.Pd.,M.A. selaku Rektor Universitas Negeri

Yogyakarta

2. Prof. Dr. Ajat Sudrajat, M.Ag. selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial

Universitas Negeri Yogyakarta

3. Dr. Mukhamad Murdiono, M.Pd. selaku Ketua Jurusan Pendidikan

Kewarganegaraan dan Hukum yang telah memberikan izin dan

mempermudah dalam penelitian ini.

4. Iffah Nurhayati, M.Hum selaku Pembimbing Akademik sekaligus

(9)

ix

telah membimbing, membantu, mengarahkan dan memberikan motivasi

kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terwujud.

5. Anang Priyanto, M.Hum selaku narasumber dan Penguji Utama dalam

penelitian ini yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, masukan

dengan penuh kesabaran sehingga penyusunan skripsi ini dapat terwujud.

6. Suyato, M.Pd selaku ketua penguji dalam penelitian ini yang telah

memberikan bimbingan serta arahan daam penyusunan skripsi ini.

7. Chandra Dewi Puspitasari, LLM. Sekalu sekertaris penguji yang telah

memberikan arahan serta bimbingan sehinggaskripsi ini dapat terwujud.

8. Bapak dan Ibu Dosen Jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum

yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu, terima kasih atas bimbingan,

ilmu dan semua yang telah diberikan kepada penulis.

9. Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta

yang telah memberikan izin dan mempermudah dalam penelitian ini.

10.Bappeda Kabupaten Sleman yang telah memberikan izin dan

mempermudah dalam penelitian ini.

11.Sri Adjar, M.Pd. selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 4 Depok yang telah

memberikan izin dan mempermudah dalam penelitian ini.

12.Suharja, S.Pd. selaku Guru Pendidikan Kewarganegaraan SMP Negeri 4

Depok yang telah membantu, membimbing dan mempermudah selama

(10)

x

13.Siswa-siswi SMP Negeri 4 Depok, khususnya kelas VII yang telah

sukarela bersedia menjadi responden, membantu, memperlancar dan

mempermudah dalam penelitian ini.

14.Guru dan Staf SMP Negeri 4 Depok yang telah mempermudah dalam

penelitian ini.

15.Bapak Catur Triwibowo, Ibu Titik Wardayanti, Tegar Wibowo Putra, dan

seluruh keluarga yang selalu memberikan doa, kasih sayang, bantuan,

motivasi sehingga skripsi ini dapat terwujud.

16.Teman-teman jurusan Pendidikan Kewarganegaraan dan Hukum yang

selalu ada dan membantu dalam penyusunan skripsi ini.

17.Semua pihak yang telah membantu dalam penelitian ini sehingga skripsi

ini dapat terwujud.

Semoga bantuan yang telah diberikan menjadi amal yang baik dan

mendapatkan balasan yang baik juga dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa

penyusunan skripsi ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, saran dan kritik

yang membangun selalu penulis harapkan demi kesempurnaan skripsi ini.

Akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.

Yogyakarta, 3 Juni 2016 Penulis

(11)

xi

B. Identifikasi Masalah... 8

C. Batasan Masalah... 9

D. Rumusan Masalah... 9

E. Tujuan Penelitian... 9

F. Manfaat Penelitian... 9

BAB II KAJIAN TEORI A. Sikap Disiplin Berlalu Lintas 1. Pengetian Sikap... 11

2. Pengertian Disiplin... 16

3. Disiplin Berlalu Lintas... 17

(12)

xii

2. Fungsi... 21

3. Tujuan... 21

4. Ruang Lingkup... 23

C. Materi Hukum dalam pendidikan Kewarganegaraan... 26

D. Penelitian Yang Relevan ... 29

E. Kerangka Pikir... 30

F. Hipotesis... 32

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis dan Desain Penelitian... 33

B. Tempat dan Waktu Penelitian... 34

C. Populasi dan Sampel Penelitian... 35

D. Definisi Operasional... 38

E. Variabel penelitian... 39

F. Teknik Pengumpulan Data... 39

G. Instrumen Pengumpulan Data... 42

H. Uji Coba Instrumen... 43

I. Pelaksanaan Pengambilan Data... 48

J. Teknik Analisis Data... 49

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian... 55

1. Penguasaan Materi hukum... 55

2. Sikap Disiplin Berlalu Lintas... 64

3. Hasil Uji Hipotesis... 72

D. Keterbatasan Penelitian... 85

DAFTAR PUSTAKA... 87

(13)

xiii

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas VII

Semester 1... 28

Tabel 2. Perincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Depok... 35

Tabel 3. Penentuan sampel dari populasi... 38

Tabel 4. Skor alternatif Jawaban... 43

Tabel 5. Kisi-kisi Instrumen Penelitian... 43

Tabel 6.Hasil Uji Validitas Sikap Disiplin Berlalu Lintas Siswa... 45

Tabel 7.Hasil Uji Reliabilitas Instrumen... 48

Tabel 8. Uji Normalitas Data... 50

Tabel 9. Uji Linearitas Data... 52

Tabel 10. Uji Hipotesis Penelitian... 55

Tabel 11.Deskripsi Statistik Penguasaan Materi Hukum... 56

Tabel 12.Distribusi Frekuensi Penguasaan Materi Hukum... 57

Tabel 13.Tingkat Penguasaan Materi Hukum... 59

Tabel 14.Tingkat Penguasaan Materi Hukum Siswa Laki Laki... 61

Tabel 15.Tingkat Penguasaan Materi Hukum Siswa Perempuan... 62

Tabel 16.Tingkat PerbandinganPenguasaan Materi Hukum Siswa... 63

Tabel 17. Statistik Sikap Disiplin Berlalu Lintas Siswa... 64

Tabel 18.Distribusi Frekuensi Tingkat Disiplin Berlalu Lintas Siswa... 66

Tabel 19. Sikap Disiplin Berlalu Lintas Siswa... 67

Tabel 20. Sikap Disiplin Berlalu Lintas Siswa Laki Laki... 69

Tabel 21. Sikap Disiplin Berlalu Lintas Siswa Perempuan... 70

(14)

xiv

DAFTAR BAGAN

(15)

xv

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 1. Frekuensi tingkat penguasaan materi hukum... 58

Diagram 2. Tingkat penguasaan hukum... 60

Diagram 3. Tingkat penguasaan hukum siswa laki laki... 62

Diagram 4. Tingkat penguasaan hukum siswa perempuan... 63

Diagram 5. Frekuensi sikap disiplin berlalu lintas siswa... 66

Diagram 6. Tingkat disiplin berlalu lintas siswa... 68

Diagram 7. Tingkat disiplin berlalu lintas siswa laki laki... 70

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1.Uji Coba Instrumen... 90

Lampiran 2.Skor Uji Coba Instrumen... 94

Lampiran 3.Uji Validitas Instrumen... 100

Lampiran 4.Uji Reliabilitas Instrumen... 107

Lampiran 5.Angket Penelitian... 113

Lampiran 6.Skor Penelitian Kelas B... 117

Lampiran 7.Skor Penelitian Kelas C... 122

Lampiran 8.Skor Penelitian Kelas D... 127

Lampiran 9.Daftar Nilai Kelas B... 132

Lampiran 10.Daftar Nilai Kelas C... 134

Lampiran 11.Daftar Nilai Kelas D... 136

Lampiran 12.Uji Normalitas... 138

Lampiran 13.Uji Linearitas... 141

Lampiran 14.Uji Hipotesis... 145

Lampiran 15.Surat Perizinan Penelitian... 148

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Sikap disiplin merupakan salah satu aspek penting dalam mewujudkan

tujuan pembelajaran di sekolah. Dengan sikap disiplin, maka akan tercipta

suasana yang nyaman sarta aman bagi dirinya sendiri sekaligus siswa lain yang

lain dalam menjalankan segala aktifitas di lingkungan sekolah. Disiplin

merupakan kunci utama sekaligus sebagai kewajiban yang harus dilakukan siswa

demi mencapai Tujuan Pendidikan Nasional Indonesia yang tertuang dalam Pasal

3 Undang Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional

yang menyatakan bahwa:

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Disiplin yang dikehendaki dalam hal ini merupakan disiplin yang muncul

akibat kesadaran, bukan karena paksaan. Penerapan disiplin yang mantap dalam

kehidupan sehari-hari berawal dari disiplin pribadi. Disiplin pribadi menurut

Soemarmo (1998:32) dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor dari dalam dan

faktor dari luar. Faktor dari dalam diri manusia yang mendorong manusia untuk

menerapkan disiplin, sedangkan faktor dari luar adalah faktor lingkungan dan

faktor keluarga.

Disiplin adalah suatu kondisi yang tercipta dan terbentuk melalui proses

(18)

2

kesetiaan, keteraturan dan ketertiban. Disiplin akan membuat seseorang tahu dan

dapat membedakan hal-hal yang seharusnya dilakukan, yang wajib dilakukan,

yang boleh dilakukan, yang sepatutnya dilakukan atau tidak dilakukan (karena

merupakan hal-hal yang dilarang). Bagi seseorang yang berdisiplin, karena

disiplin sudah menyatu ke dalam dirinya, maka sikap atau perbuatan yang

dilakukan bukan lagi dirasakan sebagai beban, namun sebaliknya akan

membebani dirinya, apabila ia tidak berbuat disiplin. (Soemarno 1998:20)

Sikap disiplin seharusnya diaplikasikan dalam kehidupan sehari- hari. Baik

disiplin dalam lingkungan sekolah, dalam lingkungan masyarakat, di rumah

maupun berdisiplin dalam berlalu lintas. Penerapan sikap disiplin tersebut

tentunya sejalan dengan penanaman pendidikan karakter dalam pendidikan

kewarganegaraan sebagai wujud pembiasaan diri yang bisa juga disebut dengan

revolusi mental. Namun hal tersebut belum sepenuhnya dilakukan oleh semua

siswa. Masalah kedisiplinan siswa menjadi sangat berarti bagi kemajuan sekolah.

Di sekolah yang tertib akan selalu menciptakan proses pembelajaran yang baik.

Sebaliknya, pada sekolah yang tidak tertib kondisinya akan jauh berbeda.

Pelanggaran-pelanggaran yang terjadi sudah dianggap barang biasa dan untuk

memperbaiki keadaan yang demikian tidaklah mudah. Hal ini diperlukan kerja

keras dari berbagai pihak untuk mengubahnya, sehingga berbagai jenis

pelanggaran terhadap disiplin dan tata tertib sekolah tersebut perlu dicegah dan

ditangkal.

Berdasarkan penelitian mengenai teori sikap dalam kaitan pembelajaran

(19)

3

terjadi adalah hasil dari asosiasi atau penyamaan dari stimulus pembelajaran

(conditioned stimuli). Paradigma dasar dari teori ini menekankan pada classical

conditioning dan operant. Teori pembelajaran menjelaskan sikap adalah hasil dari

belajar dan berupa respon yang tidak tampak (implicit). Apabila individu telah

mengalami ketertarikan dari stimulus yang diberikan dengan sikap yang

ditunjukkan maka berberapa perilaku selanjutnya akan berkecenderungan dengan

sikap yang sama meskipun pada situasi yang lain stimulus tersebut tidak tampak.

Melalui teori pembelajaran ini mengemuka pertanyaan apabila terdapat berbagai

stimuli yang kompleks maka dengan teori ini hanya dapat mengutarakan bahwa

respon yang didapat akan bersifat variatif dan kurang dapat diprediksi. Prinsip

kesesuaian atau Congruity theory berupaya menjawab situasi yang terjadi apabila

terdapat stimulus kompleks tersebut. Menurut teori ini apabila dua stimulus

diberikan secara bersamaan maka reaksi yang diberikan berdasarkan bobot

kesesuaian dari tiap-tiap stimulus dan pengaruh sesuai proporsi dari stimulus yang

diberikan.

Meskipun masih berstatus Pelajar, di Kabupaten Sleman banyak dijumpai

siswa SMP yang bersikap tidak disiplin dalam berlalu lintas. Menurut Purwadi

dan Saebani (2008:106) pengertian disiplin berlalu lintas merupakan bilamana

seseorang mematuhi apa yang tidak boleh pada saat berlalu lintas di jalan, baik

dalam rambu maupun tidak, dimana larangan tersebut termut didalam Undang

Undang Nomor 22 Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Pelajar

SMP di Kabupaten Sleman sudah biasa mengendarai sepeda motor. Walaupun

(20)

4

mengendarai sepeda motor jika berada di luar sekolah. Hal tersebut dapat terlihat

saat pengumuman kelulusan misalnya, banyak siswa SMP yang berkonvoi dengan

menggunakan sepeda motor. Namun biasanya siswa SMP yang membawa sepeda

motor saat berangkat sekolah cenderung menitipkan kendaraannya pada lokasi

penitipan yang berada di dekat sekolahnya. Polda DIY pun dalam berita harian

jogja ( http://www.harianjogja.com/baca/2014/01/05/operasi-penertiban-polda-diy-akan-razia-rumah-parkir-motor-siswa-smp-479401 ) pernah melakukan razia

pada penitipan penitipan sepeda motor siswa SMP di Kabupaten Sleman. Dalam

razia tersebut sedikitnya 100 unit sepeda motor milik siswa SMP disita Ditlantas

Polda DIY.

Sikap tidak disiplin juga terlihat pada siswa SMP Negeri 4 Depok, Sikap

tidak disiplin tersebut juga terlihat dalam berlalu lintas, dapat dicontohkan dengan

masih adanya siswa yang tidak memakai helm pada saat diantar orang tua mereka

saat pergi ke sekolah. Juga pada siswa yang pulang atau berangkat sekolah dengan

membawa sepeda, mereka masih berjalan beriringan atau bergerombol. Terlihat

pula pada saat pulang sekolah yang menyeberang dengan sembarangan. Trotoar

depan sekolahpun beralih fungsi saat jam masuk sekolah, istirahat ataupun pada

saat pulang sekolah. Trotoar menjadi ramai oleh siswa dan orang tua yang

menunggu jemputan untuk pulang sekolah. Saat istirahat juga terlihat ramai

pedagang yang berjualan memenuhi trotoar dan para siswa yang ramai membeli

jajan, sehingga trotoar menjadi tidak bisa dilewati oleh pejalan kaki. Ancok

(2004), menyatakan bahwa aspek disiplin berlalu lintas adalah salah satunya

(21)

5

kualitas dan kuantitas petugas keamanan lalu lintas di jalan raya. Untuk itu,

penanaman disiplin berlalu lintas perlu didukung dengan kerja sama baik dari

pihak sekolah, dan kepolisian khususnya satuan lalu lintas juga dari orang tua

siswa.

Dari paparan tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa

belum mencerminkan sikap disiplin dalam berlalu lintas. Dapat digaris bawahi

disini bahwa konsep disiplin dalam berlalu lintas meliputi segala aspek yang

tertuang dalam Undang- Undang Nomor 22 tahun 2009 tentang Lalu lintas dan

Angkutan Jalan yang substansi didalamnya memuat cakupan yang sangat luas

terutama etika dalam berlalu lintas yang meliputi seluruh pengguna jalan mulai

dari pengemudi baik kendaraan bermotor dan tidak, penumpang dan pejalan kaki.

Padahal di SMP Negeri 4 Depok merupakan salah satu sekolah favorit yang

berdasarkan data dari Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Dikpora) DIY

menempati rangking 7 dari 526 sekolah SMP/MTs/SMPT tahun 2015 se- DIY

(www.pendidikan-diy.go.id) mempunyai misi yaitu : 1) Senantiasa melaksanakan pembelajaran yang efektif, partisipatif, dan mendalam; 2) Senantiasa mendorong,

dan memotivasi siswa untuk selalu mengembangkan diri sesuai potensi

masing-masing; 3) Senantiasa meningkatkan mutu sumber daya manusia (SDM) warga

Sekolah; 4) Senantiasa meningkatkan keimanan dan ketaqwaan warga sekolah;

5) Senantiasa mengembangkan sikap dan perilaku berbudi pekerti luhur; 6)

Senantiasa menumbuhkan semangat berdisiplin yang tinggi; 7) Senantiasa

menjaga kualitas kesehatan jasmani maupun rohani warga sekolah; 8) Senantiasa

(22)

6

Menurut Riyanto (2010: 53) menyatakan bahwa proses pendidikan formal,

nonformal, dan informal serta proses komunikasi persona, kelompok, serta massa

dan nonmassa dapat membentuk kesadaran hukum (legal awareness/legal

consciousness) masyarakat yang meliputi unsur pengetahuan hukum, pemahaman

hukum, sikap hukum, dan perilaku hukum. SMP Negeri 4 Depok sebagai tempat

berlangsungnya proses pendidikan fomal menggunakan Kurikulum Tingkat

Satuan Pendidikan 2006 dalam pembelajarannya. Berkaitan dengan sikap warga

negara yang patuh terhadap hukum dan peraturan yang berlaku, salah satu mata

pelajaran yang bertujuan membentuk siswa menjadi warga negara yang patuh

terhadap hukum dan peraturan yang berlaku adalah mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan. Lampiran Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 22

Tahun 2006 tentang standar isi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

menyebutkan bahwa salah satu ruang lingkup yang terdapat dalam mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan yaitu meliputi aspek norma, hukum dan peraturan

yang di dalamnya memuat tertib dalam kehidupan keluarga, tata tertib di sekolah,

norma yang berlaku di masyarakat, peraturan-peraturan daerah, norma-norma

dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan nasional

serta hukum dan peradilan internasional.

Ruang lingkup aspek norma, hukum dan peraturan dalam materi

Pendidikan Kewarganegaraan direalisasikan dengan pokok bahasan mengenai

norma hukum pada jenjang sekolah menengah pertama atau sederajat. Melalui

proses pendidikan tentang hukum, maka siswa akan mendapatkan pengetahuan

(23)

7

lingkup Pendidikan Kewarganegaraan tersebut kemudian direalisasikan ke dalam

standar kompetensi mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada sekolah

menengah pertama kelas VII semester 1 yaitu menunjukkan sikap positif terhadap

norma-norma yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara. Serta dituangkan lagi dalam kompetensi dasar 1.2 Menjelaskan hakikat

dan arti penting hukum bagi warga negara dan 1.3 Menerapkan norma-norma,

kebiasaan, adat istiadat dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

Pendidikan Kewarganegaraan memuat materi mengenai hukum yang di

dalamnya berisi mengenai nilai, norma, dan peraturan yang ada di masyarakat

hingga dalam kehidupan bernegara. Seperti pendapat Soerjono Soekanto (1993 :

172) mengungkapkan bahwa pengetahuan tentang hukum tertentu dalam wujud

peraturan mengenai bidang-bidang kehidupan tertentu merupakan salah satu

petunjuk akan adanya kesadaran hukum yang minimal. Dengan demikian jika

seseorang telah memiliki pengetahuan tentang hukum tertentu maka diharapkan

akan timbul kesadaran dalam dirinya untuk mematuhi hukum tersebut. Dengan

adanya materi mengenai hukum tersebut dalam mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan siswa diharapkaan mengetahui norma hukum yang ada di

lingkungannya, mematuhinya dan dapat menerapkan dalam kehidupan sehari-hari,

termasuk berdisiplin dalam berlalu lintas. Aturan berlalu lintas merupakan salah

satu wujud dari norma hukum, sehingga setiap siswa dituntut untuk dapat

berperilaku sesuai dengan aturan dan tata tertib yang berlaku. Kepatuhan dan

(24)

8

berlalu lintas itu biasa disebut disiplin siswa. Walaupun tata tertib atau aturan

berlalu lintas sudah diberlakukan, materi mengenai hukum juga sudah diterima

siswa, kenyataannya masih tetap saja ada siswa yang melakukan pelanggaraan

terhadap tata tertib dalam berlalu lintas.

Dari beberapa misi SMP Negeri 4 Depok, terdapat misi yang menunjukan

semangat berdisiplin yang tinggi. Selain itu, Dalam mata pelajaran Pendidikan

kewarganegaraan (PKn) yang cakupan materinya tentunya berkaitan dengan

upaya menumbuhkan sikap disiplin siswa dalam berbagai aspek dapat menunjang

visi - misi di SMP Negeri 4 Depok tersebut. Selain hal tersebut SMP Negeri 4

depok merupakan lokasi strategis yang masuk dalam Kawasan Tertib Lalu lintas

di Kabupaten Sleman. Berdasarkan paparan di atas, penulis tertarik untuk

melakukan penelitian lebih lanjut tentang hubungan pengetahuan hukum dengan

sikap disiplin berlalu lintas siswa kelas VII di SMP Negeri 4 Depok.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah diuraikan, dapat di

identifikasi berbagai masalah sebagai berikut:

1. Banyaknya siswa SMP di Kabupaten Sleman yang sudah mulai

mengendarai sepeda motor.

2. Siswa SMP di Kecamatan Depok sudah berani mengendarai sepeda

motor jika pergi ke sekolah.

3. Banyaknya perilaku tidak disiplin dalam berlalu lintas siswa SMP

Negeri 4 Depok.

(25)

9

pembelajaran tentang norma hukum dalam kehidupan sehari- hari.

C. Batasan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan

diatas, maka dalam penelitian ini perlu diadakan pembatasan masalah, agar

pengkajian masalah dalam penelitian ini dapat lebih terfokus dan terarah.

Penelitian ini hanya terbatas pada Siswa SMP Negeri 4 Depok belum sepenuhnya

mengaplikasikan pembelajaran tentang norma hukum dalam kehidupan sehari-

hari pada Tahun Pelajaran 2015/2016.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan pembatasan masalah, maka dapat

dirumukan rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu, adakah hubungan

penguasaan materi bidang hukum dengan sikap disiplin berlalu lintas siswa kelas

VII di SMP Negeri 4 Depok?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah yang dikemukakan di atas, tujuan penelitian

ini adalah untuk mengetahui hubungan penguasaan materi bidang hukum yang

dimiliki oleh siswa dengan sikap disiplin berlalu lintas siswa di SMP Negeri 4

Depok.

F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan ilmu

pengetahuan dan pengembangan pengetahuan di bidang pendidikan

(26)

10

hukum serta etika warga negara dalam berlalu lintas.

Penelitian ini dapat dijadikan sebagai salah satu acuan dalam

penelitian berikutnya yang sesuai dengan bidang penelitian terutama untuk

pengembangan bidang hukum pada Pendidikan Kewarganegaraan.

2. Manfaat Praktis

Secara praktis hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi

peneliti, guru, dan sekolah.

a. Manfaat bagi peneliti

Penelitian ini merupakan salah satu penerapan dari cara berfikir

ilmiah dan keilmuwan untuk dapat mengembangkan wawasan ilmu

pengetahuan dan pengalaman.

b. Manfaat bagi guru

Bagi guru, khususnya guru PKn, penelitian ini diharapkan dapat

memberikan masukan yang berharga dalam menyampaikan materi

pembelajaran khususnya materi hukum kepada siswa dan membentuk

sikap disiplin terutama disiplin dalam berlalu lintas.

c. Manfaat bagi Sekolah

Bagi sekolah, penelitian ini berguna sebagai masukan untuk

menerapkan kebijakan-kebijakan sekolah dalam menumbuhkan

kesadaran siswa di sekolah terhadap tata tertib sekolah agar tercipta

(27)

11 BAB II KAJIAN TEORI A. Sikap Disiplin Berlalu lintas

1. Pengertian Sikap

Sikap merupakan konsep paling penting dalam psikologis sosial.

Konsep tentang sikap diri telah melahirkan berbagai macam pengertian

diantara para ahli psikologi. Pembahasan berkaitan dengan psikologis sosial

hamper selalu menyertakan unsur sikap baik setiap individu atau kelompok

sebagai salah satu bagian pembahasannya. Sikap pada awalnya diartikan

sebagai unsur untuk munculnya suatu tindakan dan cenderung merupakan

tingkah laku.

Mengenai definisi sikap, banyak ahli yang mengemukakannya sesuai

dengan sudut pandang masing-masing. Definisi sikap menurut Triandis

dalam Slameto (2003:88) bahwa yang dimaksud dengan sikap merupakan

keadaan bertingkah laku, atau respon yang diberikan atas apa yang terjadi,

serta reaksi dengan cara tertentu yang dipengaruhi oleh keadaan emosional

terhadap objek, baik berupa orang, lembaga atau persoalan tertentu yang

didalamnya terdapat tiga komponen, yaitu komponen kognitif, komponen

afektif, serta komponen tingkah laku. Sikap juga dapat mempengaruhi

keadaan seseorang untuk memilih sesuatu yang dianggapnya benar, disaat ia

dihadapkan di pilihan yang benar dan salah, karena sikap merupakan

keadaan emosional seseorang.

(28)

12

pendapatnya mengenai batasan sikap sebagai berikut:

“An attitude as the degree of positive or negative affect associated with

some psychological objects. By psychological object Thurstone means any

symbol, phrase, slogan, person, institution, ideal, or idea, toward wich

people can differ with respect to positive or negative affect”.

Dari hal tersebut Thurstone juga memandang sikap sebagai suatu

tingkatan afeksi baik itu bersifat positif maupun negatif dalam

hubungannya dengan objek-objek psikologis. Afeksi yang positif yaitu

afeksi yang senang, dengan demikian sikap menerima atau setuju,

sedangkan afeksi negatif adalah sebaliknya, yaitu adanya sikap menolak

atau tidak senang dengan demikian maka objek itu dapat menimbulkan

berbagai-bagai tanggapan pada individu, dapat menimbulkan perbedaan,

tingkatan afeksi seseorang baik positif negatif. Jadi disini Thurstone hanya

melihat dari segi afeksi atau perasaan dari seseorang, sedangkan

faktor-faktor yang lain tidak mendapatkan peninjauan dalam menanggapi sesuatu

objek. Di dalam menanggapi objek-objek psikologis orang dapat

mempunyai tingkatan-tingkatan afeksi tertentu, hal ini akan timbul sejauh

objek tersebut menyangkut afeksi atau perasaan seseorang, dan hal ini

berhubungan dengan perhatian serta kepentingan orang tersebut terhdap

masalah atau objek yang dihadapinya.

Teori- teori tentang sikap :

Dibawah ini dikemukakan beberapa teori tentang sikap oleh para

(29)

13

a. Teori pembelajaran; berdasarkan penelitian mengenai keyakinan dan

sikap, teori ini mengutarakan sikap yang terjadi adalah hasil dari

asosiasi atau penyamaan dari stimulus pembelajaran (conditioned

stimuli). Paradigma dasar dari teori ini menekankan pada classical

conditioning dan operant. Teori pembelajaran menjelaskan sikap adalah

hasil dari belajar dan berupa respon yang tidak tampak (implicit).

Apabila individu telah mengalami ketertarikan dari stimulus yang

diberikan dengan sikap yang ditunjukkan maka berberapa perilaku

selanjutnya akan berkecenderungan dengan sikap yang sama meskipun

pada situasi yang lain stimulus tersebut tidak tampak. Melalui teori

pembelajaran ini mengemuka pertanyaan apabila terdapat berbagai

stimuli yang kompleks maka dengan teori ini hanya dapat

mengutarakan bahwa respon yang didapat akan bersifat variatif dan

kurang dapat diprediksi. Prinsip kesesuaian atau Congruity theory

berupaya menjawab situasi yang terjadi apabila terdapat stimulus

kompleks tersebut. Menurut teori ini apabila dua stimulus diberikan

secara bersamaan maka reaksi yang diberikan berdasarkan bobot

kesesuaian dari tiap-tiap stimulus dan pengaruh sesuai proporsi dari

stimulus yang diberikan.

b. Teori konsep formasi; berupaya menjelaskan prinsip kesuaian dengan

model pembelajaran. Teori ini berupaya menjelaskan bahwa respon

yang diberikan berkembang sesuai dengan kompleksitas stimulus dan

(30)

14

stimulus yang ada dan dengan pengalman yang didapat) dan bersifat

implicit. Pada akhirnya respon yang diberikan belum tentu sama seperti

pertama kali berbagai stimulus diberikan namun dapat menghasilkan

tahapan respon selanjutnya dengan lebih berkembang. Model

pembelajaran seperti diterangkan di atas belum dapat menyajikan

keterlibatan prinsip kepastian penggabungan (exact combinatorial) dari

stimulus yang ada. Fishbein (1975) mengusulkan model bagaimana

menentukan proses evaluatif respon tergabung dan menghasilkan

keseluruhan sikap. Model ini diistilahkan sebagai Beliefs and Attitudes

Model. Dengan model ini stimulus yang diberikan bereaksi secara

beragam sesuai dengan karakteristik, atribut dan kualitas dari stimulus.

Hal ini menjadikan asosiasi stimulus-respon adalah hasil pembelajaran

melalui proses terkondisi (conditioning).

c. Teori nilai harapan; atau Expectancy value theory didasarkan dari

model SEU atau subjective expected utility berupa teori pengambilan

keputusan seperti diterangkan di atas pada sub bab pengambilan

keputusan. Teori ini memaparkan bahwa individu akan menentukan

pilihan (secara perilaku) berdasarkan nilai tertinggi dari SEU semisal

alternatif yang paling menarik bagi individu. Rosenberg (dalam

Fishbein, 1975) mendefinisikan sikap sebagai sesuatu yang cenderung

stabil mempengaruhi respon terhadap objek (stimulus). Sikap tersebut

(31)

15

mengenai potensi dari objek; menguatkan atau melemahkan sikap

sesuai dengan nilai yang dihasilkan.

d. Teori keseimbangan; Heider (dalam Fishbein, 1975) memiliki perhatian

terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi sebab akibat dari atribusi

terhadap individu. Heider mengutarakan bahwa keseimbangan akan

muncul jika sikap terhadap bagian dari unit yang saling berhubungan

adalah mirip. Keseimbangan akan muncul jika dua entitas atau unit

memiliki karakter dinamis yang sama. Misalkan terdapat entitas terdiri

dari unit A dan B (A dan B saling berhubungan) dimana individu

tertarik dengan unit A dan unit B. Pada kondisi ini maka terjadi

keseimbangan individu tertahap entitas (A dan B). Sebaliknya individu

tidak tertarik dengan unit A dan B maka juga akan terjadi

keseimbangan. Ketidakseimbangan akan muncul jika individu tertarik

dengan unit A tapi tidak tertarik dengan unit B atau sebaliknya.

Keseimbangan juga akan muncul jika entitas A dan B tidak saling

berhubungan dimana individu tertarik atau tidak tertarik terhadap salah

satu unitnya.

e. Teori Cognitive Dissonance; Festinger (dalam Fishbein, 1975)

mengawali teori ini dengan menyajikan pertimbangan terhadap dua unit

kognitif yang saling berhubungan. Sikap atau keyakinan individu dapat

berupa kesesuaian (consonant), bertentangan (dissonance) atau tidak

berhubungan satu sama lain. Jika terjadi ketidaksesuaian atau

(32)

16

psikologis. Adanya dissonance memicu individu untuk mengubah sikap

menjadi keadaan yang sesuai atau consonant. Perubahan sikap bisa

didasari dari perubahan keyakinan atau perubahan perilaku terhadap

objek atau stimulusnya. Empat situasi dasar yang dapat memunculkan

cognitive dissonance adalah: (1). pengambilan keputusan, (2). aturan

atau persetujuan yang dipaksakan, (3). sengaja atau tidak sengaja

munculnya informasi yang tidak berkenan dan (4). Ketidak setujuan

dengan orang lain.

2. Pengertian Disiplin

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata disiplin sedikitnya

mengandung tiga pengertian, yaitu :

a. Tata tertib

b. Ketaatan (kepatuhan) pada peraturan (tata tertib, dan sebagainya)

c. Bidang studi yang memiliki objek, system dan metode tertentu.

Selanjutnya, Suharsimi Arikunto (2013:114) mengemukakan

bahwa disiplin merupakan sesuatu yang berkenaan dengan pengendalian

diri seseorang terhadap bentuk - bentuk aturan. peraturan dimaksud dapat

ditetapkan oleh orang yang bersangkutan maupun berasal dari luar.

Disiplin merujuk kepada kepatuhan seseorang dalam mengikuti peraturan

atau tata tertib karena didorong oleh adanya kesadaran yang ada pada

hatinya.

Menurut Soegeng Prijodarminto (1994:23) Disiplin adalah suatu

(33)

17

prilaku yang menunjukkan nilai-nilai ketaatan, kepatuhan, kesetiaan,

keteraturan dan atau ketertiban

Jadi dapat disimpulkan bahwa disiplin adalah suatu kondisi yang

tercipta melalui proses latihan yang dikembangkan menjadi serangkaian

prilaku yang di dalamnya terdapat unsur-unsurketaatan, kepatuhan,

kesetiaan, ketertiban dan semua itu dilakukan sebagai tanggung jawab

yang bertujuan untuk mawas diri.

3. Disiplin Berlalu Lintas

Sikap disiplin sudah selayaknya diaplikasikan dalam kehidupan

sehari hari. Baik dalam lingkungan keluarga, sekolah dan masyarakat

termasuk disiplin siswa dalam berlalu lintas. Menurut Undang Undang

Nomor 22 tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan pengertian

lalu lintas adalah gerak kendaraan dan orang di ruang jalan, dimana

definisi kendaraan itu sendiri berarti suatu sarana angkut yang terdiri

atas kendaraan bermotor dan tidak bermotor.

Menurut Purwadi dan Sabaehani (2008:106) pengertian disiplin

berlalu lintas adalah bila mana seseorang mematuhi apa yang tidak

boleh pada saat berlalu lintas di jalan. Baik dalam rambu ataupun tidak,

dimana larangan tersebut termuat dalam Undang Undang Nomor 22

Tahun 2009 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Dalam undang

undang tersebut, dengan tegas mencantumkan aspek dan tujuan, yaitu

untuk menciptakan lalu lintas dan angkutan jalan yang aman, selamat,

(34)

18

penting dalam Undang undang tersebut dengan tujuan menekankan

terwujudnya etika dan budaya berlalu lintas melalui pembinaan,

pemberian bimbingan, dan pendidikan berlalu lintas sejak usia dini

serta dilaksanakan melalui program yang berkesinambungan.

Menurut Ancok (2004) disiplin berlalu lintas mempunyai aspek

aspek sebagai berikut :

a. Kualitas Individu

Dimana kualitas individu tersebut meliputi kualitas

pemakai jalan yang akan menentukan ketertiban lalu lintas,

kualitas dan kuantitas petugas keamanan lalu lintas di jalan raya.

b. Penataan kendaraan

Penataan kendaraan meliputi kelengkapan berkendara yang

merupakan persyaratan dan bagian penting bagi keamanan

pengendara

c. Penataan Rambu lalu Lintas

Penataan jalan merupakan awal dari penataan ketertiban

lalu lintas. Selain itu, penataan dan rambu lalu lintas jalan

memerlukan keterlibatan individu yang menyangkut presepsi,

ekspektasi, ilusi, Self-hipnotic, yang terjadi karena kondisi jalan

(www.ancok.staff.ugm.ac.id.com).

Sikap disiplin dalam berlalu lintas merupakan bentuk perilaku

bertanggung jawab seseorang terhadap peraturan atau norma yang berlaku

(35)

19

yang telah diterimanya di sekolah melalui pendidikan Kewarganegaraan.

Sikap disiplin dalam berlalu lintas memuat beberapa indikator.

Indikator sikap disiplin berlalu lintas menurut Soerjono Soekanto (1982

:119-121) meliputi :

a. Ketentuan untuk semua pemakai jalan,

b. Ketentuan ketentuan bagi orang yang berjaan kaki :

c. Ketentuan untuk pengemudi

Dengan demikian jelaslah bahwa semua pemakai jalan di

Indonesia harus mengetahui dan mematuhi ketentuan ketentuan

umum tentang lalu lintas yang sering mereka gunakan dalam

berlalu lintas di jalan.

B. Pendidikan Kewarganegaraan

1. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

Pendidikan di Indonesia merupakan upaya menciptakan sumber daya

manusia yang berkualitas dan berdasarkan falsafah bangsa dan pandangan

hidup bangsa yaitu Pancasila. Selain itu, fungsi pendidikan di Indonesia

adalah mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban

bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia

yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,

sehat, berilmu, cakap kreatif,mandiri, dan menjadi warga negara yang

demokratis serta bertanggung jawab. Dalam rumusan pasal 1 Undang

(36)

20 pendidikan diartikan sebagai:

Usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

Pendidikan bertujuan bukan hanya membentuk manusia yang cerdas

otaknya dan trampil dalam melaksanakan tugas, namun diharapkan

menghasilkan manusia yang memiliki moral. Oleh karena itu pendidikan

tidak semata-mata mentransfer ilmu pengetahuan kepada peserta didik, tetapi

juga mentransfer nilai- nilai moral dan nilai-nilai kemanusiaan yang bersifat

universal. Sesuai dengan hal tersebut Pendidikan Kewarganegaraan

merupakan sarana vital dalam pembentukan warga negara yang memahami

dan mampu melaksanakan hak-hak dan kewajibannya untuk menjadi warga

negara Indonesia yang cerdas, terampil, dan berkarakter yang diamanatkan

oleh Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Hakekat Pendidikan Kewarganegaraan merupakan Civic Education

atau Citizenship Education versi Indonesia. Menurut Aziz Wahab (Cholisin,

2004:10) Pendidikan Kewarganegaraan adalah media pengajaran yang akan

meng- Indonesiakan para siswa secara sadar, cerdas dan penuh tanggung

jawab. Kemudian definisi Pendidikan Kewarganegaraan menurut Cholisin

(2004 :10) adalah aspek pendidikan politik yang fokus materimya peranan

warga negara dalam kehidupan bernegara yang kesemuanya itu diproses

dalam rangka untuk membina peranan tersebut sesuai dengan ketentuan

(37)

21

Berdasarkan beberapa pendapat, maka dapat disimpulkan bahwa

Pendidikan Kewarganegaran adalah mata pelajaran yang materinya berisi

tentang peranan warga negara dalam melaksanakan kewajibannya sebagai

warga negara yang baik berdasarkan Pancasila dan Undang- Undang Dasar

1945.

2. Fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam Permendiknas Nomor 22 tahun 2006, mata pelajaran

Pendidikan Kewarganegaraan berfungsi sebagai wahana untuk membentuk

warga negara yang cerdas, terampil dan berkarakter yang setia pada bangsa

Indonesia dalam kebiasaan berfikir dan bertindak sesuai dengan amanat

Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945.

Berdasarkan pada pemaparan fungsi Pendidikan Kewarganegaraan

dalam Permendiknas maka dapat disimpulkan bahwa fungsi Pendidikan

Kewarganegaraan adalah sebagai mata pelajaran yang mengarah pada

terbentuknya warganegara yang baik dan bertanggung jawab berdasarkan

nilai- nilai Pancasila.

3. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

Secara sederhana tujuan Pendidikan Kewarganegaraan adalah

membentuk warga negara yang baik (a good citizen) dan mempersiapkannya

untuk masa depan. Rumussan itu bersifat abstrak dan untuk menjabarkannya

secara konkrit, banyak cara yang dapat dilakukan. Antara lain dengan cara

mengidentifikasi kuaalitas individu yang diharapkan dapat berprestasi. Atau

(38)

22

ukuran warga negara yang baik untuk setiap bangsa/ negara akan ditentukan

oleh ukuran normatif yaitu idiologi dan konstitusi negara yang bersangkutan.

(cholisin, 2004 :12)

Tujuan dari Pendidikan Kewarganegaraan yang termuat dalam

Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi untuk Satuan

Pendidikan Dasar dan Menengah. Tujuannya adalah agar peserta didik

memiliki kemampuan sebagai berikut :

a. Berpikir secara kritis, rasional dan kreatif dalam menanggapiisu

kewarganegaraan.

b. Berpartisipasi secara aktif dan bertanggung jawab, dan bertindak

secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, serta anti-korupsi.

c. Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri

berdasarkan karakter - karakter masyarakat Indonesia agar

dapathidup bersama dengan bangsa-bangsa lain

d. Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatka

teknologi informasi dan komunikasi.

Ahmad Sanusi (Cholisin 2004:15) menyebutkan bahwa konsep-

konsep pokok yang lazimnya merupakan tujuan Civic Education pada

umumnya adalah sebagai berikut:

a. Kehidupan kita di dalam jaminan-jaminan konstitusi.

(39)

23

c. Kesadaran warga negara melalui pendidikan dan komunikasi

politik.

d. Pendidikan untuk (ke arah) warga negara yang bertanggung jawab

e. Latihan-latihan berdemokrasi.

f. Turut serta secara aktif dalam urusan-urusan publik.

g. Sekolah sebagai laboratoriun demokrasi.

h. Prosedur dalam pengambilan keputusan.

i. Latihan-latihan kepemimpinan.

j. Pengawasan demokrasi terhadap lembaga-lembaga eksekutif

k. Menumbuhkan pengertian dan kerjasama Internasional.

Dari tujuan yang dikemukakan oleh beberapa ahli di atas, diketahui

bahwa tujuan Pendidikan Kewarganegaraan memuat beberapa hal yang

memuat nilai-nilai karakter. Untuk mencapai tujuan tersebut Pendidikan

Kewarganegaraan memiliki komponen-komponen yaitu pengetahuan

kewarganegaraan (civic knowledge), keterampilan kewarganegaraan (civic

skill), dan karakter kewarganegaraan (civic disposition) yang masing-masing

memiliki unsur.

4. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan

menurut Permendiknas Nomor 22 tahun 2006 meliputi sebagai berukut :

a. Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi hidup rukun dalam

perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa

(40)

24

Indonesia, partisipasi dalam pembelaan negara, sikap positif

terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan

jaminan keadilan.

b. Norma, hukum dan peraturan, meliputi tertib dalam kehidupan

keluarga, tata tertib di sekolah, norma yang berlaku di

masyarakat, peraturan- peraturan daerah, norma-norma dalam

kehidupan berbangsa dan bernegara, sistem hukum dan peradilan

nasional, hukum dan peradilan internasional.

c. Hak Asasi Manusia (HAM), meliputi hak dan kewajiban anak,

hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrumen nasional dan

internasional HAM, pemajuan penghormatan dan perlindungan

HAM.

d. Kebutuhan warga negara, meliputi hidup gotong royong, harga

diri sebagai masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan

mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi

diri, persamaan kedudukan warga negara.

e. Konstitusi negara, meliputi proklamasi kemerdekaan dan

konstitusi yang pertama, konstitusi- konstitusi yang pernah

digunakan di Indonesia, hubungan dasar negara dengan

konstitusi.

f. Kekuasaan dan politik, meliputi pemerintahan desa dan

kecamatan, pemerintahan daerah dan otonomi, pemerintah

(41)

25

demokrasi menuju masyarakat madani, sistem pemerintahan, pers

dalam masyarakat demokrasi.

g. Pancasila, meliputi kedudukan pancasila sebagai dasar negara dan

ideologi negara, proses perumusan pancasila sebagai dasar

negara, pengamalan nilainilai pancasila dalam kehidupan sehari-

hari, pancasila sebagai ideologi terbuka.

h. Globalisasi, meliputi: globalisasi di lingkungannya, politik luar

negeri Indonesia di era globalisasi, dampak globalisasi, hubungan

Internasional dan organisasi Internasional, dan mengevaluasi

globalisasi.

Materi yang digambarkan dalam lampiran Permendiknas Nomor 22

Tahun 2006 di atas dapat dikatakan sangat kompleks dan memiliki akar

keilmuan yang jelas dengan beberapa cakupan ilmu politik, ilmu hukum,

maupun filsafat moral yang menjadi landasan utamanya. Uraian materi yang

telah digambarkan di atas, telah dirinci lagi ke dalam standar kompetensi

dan kompetensi dasar. Ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan pada dasarnya tidak terlepas dari rumpun keilmuan yang

mencakup pada ilmu politik, ilmu hukum dan filsafat moral yang

diharapkan mampu membentuk karakter warga negara yang baik.

C. Materi Hukum Dalam Pendidikan Kewarganegaraan

Dalam Undang Undang Nomor 20 tahun 2003 Pasal 1 ayat 2 tentang

Sistem Pendidikan Nasional dijelaskan bahwa pembelajaran adalah proses

(42)

26

lingkungan belajar. Menurut Mulyasa (2006:69) Pembelajaran merupakan suatu

proses yang kompleks dan melibatkan berbagai aspek yang saling berkaitan. Jadi

pembelajaran merupakan perkembangan dari istilah pengajaran dan istilah

belajar- mengajar. Pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraann adalah suatu

upaya yang dilakukan oleh seorang guru untuk memberikan pengajaran kepada

siswa tentang mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan untuk mencapai

tujuan pembelajaran.

Konsekuensi Pendidikan Kewarganegaraan sebagai pendidikan politik,

hukum dan moral/karakter, maka kemampuan berpartisipasi secara bertanggung

jawab bagi warga negara harus sejalan dengan peraturan hukum dan norma moral

yang berlaku dalam masyarakatnya. Tanggung jawab warga negara (citizen

responsibility/ civic responsibilities ). Antara lain dapat dicontohkan Cholisin

yang Disampaikan dalam Seminar Nasional adalah Peran civil society terhadap

pendidikan hukum dan penegakan hukum di Indonesia yakni :

1. Melaksanakan aturan hukum

2. Menghargai hak orang lain

3. Memiliki informasi dan perhatian terhadap kebutuhan-kebutuhan

masyarakatnya

4. Melakukan kontrol terhadap para pemimpin yang dipilihnya dalam

melaksanakan tugas tugasnya

5. Melakukan komunikasi dengan para wakil di sekolah, pemerintah

lokal, pemerintah nasional

(43)

27 7. Membayar pajak

8. Menjadi saksi di pengadilan

9. Bersedia untuk mengikuti wajib militer, dsb.

Pendidikan Kewarganegaraan sebagai salah satu wahana dalam pendidikan

hukum mengupayakan internalisasi hukum bagi generasi muda, diharapkan

menjadi salah satu solusi semakin tingginya tingkat pelanggaran aturan-aturan dan

hukum-hukum yang berlaku, baik dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa

maupun bernegara. Ruang lingkup Pendidikan Kewarganegaraan tersebut

kemudian direalisasikan ke dalam Standar Kompetensi Dan Kompetensi Dasar

Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Sekolah Menengah Pertama

(SMP)/ Madrasah Tsanawiyah (Mts) Berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan

(44)

28

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas VII Semester 1 Standar Kompetensi Kompetensi Dasar

1. Menunjukkan sikap

1.2 Menjelaskan hakikat dan arti penting hukum bagi warganegara

1.3 Menerapkan norma-norma, kebiasaan, adat istiadat dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

2.3 Menganalisis hubungan antara proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945

2.3 Menganalisis hubungan antara proklamasi kemerdekaan dan UUD 1945

2.4 Menunjukkan sikap positif terhadap makna proklamasi kemerdekaan dan suasana kebatinan konstitusi pertama

(Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 22 Tahun 2006) D. Penelitian yang Relevan

Adapun penelitian terdahulu yang dijadikan sebagai pengembangan

(45)

29

1. Penelitian yang dilakukan oleh Sidiq Setyana jurusan Pendidikan Guru

Sekolah Dasar, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta

dengan Judul Pengaruh Peraturan Kelas Tertulis Terhadap Kedisiplinan

Siswa Kelas II SD Muhammadiah Tegalrejo Yogyakarta pada tahun 2013.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kelas yang menggunakan

peraturan secara tertulis memiliki kedisiplinan belajar lebih tinggi dari

kelas yang menggunakan peraturan yang tidak tertulis pada siswa kelas II

SD Muhammadiah Tegalrejo Yogyakarta. Hasil perhitungan mean pada

observasi kelas eksperimen memperoleh skor 27,8 dan kelas control

memperoleh skor 26,7. Disimpulkan bahwa pada kelas eksperimen terjadi

peningkatan disiplin belajar siswa karena ketaatan terhadap peraturan

kelas lebih tinggi dari pada kelas kontrol.

Relevansi dengan penelitian ini adalah pada aspek kedisiplinan

siswa, namun perbedaanya terletak pada metode penelitian yang

digunakan yakni menggunakan metode kuasi eksperimen.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Puspandari Anindita dengan judul

Hubungan penguasaan materi hukum dalam mata pelajaran pendidikan

kewarganegaraan dengan disiplin siswa dalam mematuhi tata tertib

sekolah di SMP Negeri 3 Malang pada tahun 2009.

Hasil penelitian adalah sebagai berikut Analisis prosentase dari 7

siswa menunjukkan sebesar 65,71% dengan jumlah siswa sebanyak 46

siswa mempunyai penguasaan yang baik terhadap materi hukum. Disiplin

(46)

30

korelasi dengan taraf signifikansi 5% menunjukkan r-hitung > r-tabel (067

> 0,2356) Kesimpulannya terjadi hubungan yang positif dan signifikan

antara penguasaan materi hukum dan disiplin siswa dalam mematuhi tata

tertib sekolah.

Relevansi dengan penelitian ini adalah pada aspek penguasaan

materi hukum siswa, namun perbedaanya terletak pada aspek kedisiplinan

yang terkait dengan sikap disiplin dalam berlalu lintas.

E. Kerangka Pikir

Sikap disiplin siswa, termasuk disiplin dalam berlalu lintas merupakan

tujuan dari sistem pendidikan nasional yaitu Pendidikan Nasional berfungsi

mengembangkan kemampuan dan membentuk watak disiplin diantaranya.

dalam pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan yang dituangkan dalam

Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar dalam Kurikulum Tingkat Satuan

Pendidikan (KTSP) Pendidikan Kewarganegaraan Sekolah Menengah

Pertama.

Penguasaan materi hukum dalam mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan merupakan penguasaan seorang siswa terhadap materi

hukum yang sudah dipelajarinya dalam mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan yang tertuang dalam Standar Kompetensi dan Kompetensi

Dasar yaitu menunjukkan sikap positif terhadap norma-norma yang berlaku

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dan dituangkan

lagi dalam kompetensi dasar 1.2 Menjelaskan hakikat dan arti penting hukum

(47)

31

dan peraturan yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara.

Salah satu penerapan sikap disiplin berlalu lintas siswa adalah

perbuatan atau tingkah laku terhadap suatu kondisi yang tercipta melalui

proses latihan yang dikembangkan menjadi serangkaian prilaku yang di

dalamnya terdapat unsur-unsur ketaatan, kepatuhan, kesetiaan, ketertiban

dalam segala aspek berlalu lintas dan semua itu dilakukan sebagai tanggung

jawab yang bertujuan untuk mawas diri.

Berdasar hal tersebut, dapat digambarkan dalam bagan penelitian

berikut. Dimana penguasaan materi bidang hukum siswa, sebanding dengan

sikap disiplin berlalu lintas. Dapat diartikan bahwa penguasaan materi bidang

hukum berhubungan dengan sikap disiplin berlalu lintas siwa. :

Bagan 1.Bagan Penelitian

F. Hipotesis

Hipotesis penelitian dapat diartikan sebagai jawaban yang bersifat

sementara terhadap permasalahan penelitian sampai terbukti kebenarannya

dari data yang terkumpul. Dari kajian teori dan kerangka berfikir di atas

maka, hipotesis penelitian ini adalah : PENGUASAAN MATERI

BIDANG HUKUM

SIKAP DISIPLIN BERLALU LINTAS

(48)

32

Ho (Hipotesis Nol) : Tidak ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan hukum dengan sikap disiplin berlalu

lintas siswa kelas VII di SMP Negeri 4 Depok.

Ha (Hipotesis Alternatif) : Ada hubungan yang signifikan antara

pengetahuan hukum dengan sikap disiplin berlalu

(49)

33 BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Dan Desain Penelitian

Berpijak pada masalah dan tujuan yang telah dirumuskan, maka dalam

penelitian ini menggunakan jenis penelitian Analisis Korelasi dengan metode

penelitian Kuantitatif. Analisis korelasi yaitu studi yang membahas tentang

derajat hubungan antara variabel-variabel. Ukuran yang dipakai untuk

mengetahui derajat hubungan, terutama untuk data kuantitatif dinamakan

koefisien korelasi.

Metode Analisis Korelasi dipilih karena akan mempelajari hubungan

dua variabel atau lebih, yakni hubungan variasi dalam satu variabel dengan

variasi dengan variabel lain (Zaenal Arifin, 2011:48). Dalam hal ini akan

melihat tingkat penguasaan materi bidang hukum yang dikaitkan dengan

sikap disiplin berlalu lintas siswa.

Hal ini didukung juga oleh pernyataan Sukardi (2010:166) Penelitian

korelasi adalah suatu penelitian yang melibatkan tindakan pengumpulan data

guna menentukan apakah ada hubungan dan tingkat hubungan antara dua

variabel atau lebih.

Menurut Sukardi (2010:166) penelitian korelasi mempunyai tiga

karateristik penting, diantaranya adalah :

1. Penelitian korelasi tepat jika variabel kompleks dan peneliti tidak mungkin

(50)

34 penelitian eksperimen.

2. Memungkinkan variabel diukur secara intensif dalam setting (lingkungan)

nyata, dan

3. Memungkinkan peneliti mendapat derajat asosiasi yang signifikan.

Desain dalam penelitian ini adalah korelasional yang pada dasarnya

adalah terdapat dua variabel yakni variabel bebas dan variabel terikat.

Variabel bebas (X) dalam penelitian ini adalah penguasaan materi bidang

hukum, sedangkan variabel terikat (Y) adalah sikap disiplin berlalu lintas

siswa. Koefisien korelasi yang dihasilkan mengindikasikan tingkatan atau

derajat hubungan antara penguasaan materi bidang hukum dengan sikap

disiplin berlalu lintas siswa.

Bagan 2. Desain Penelitian Analisis Korelasi

Y

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 4 Depok. Siswa yang

diambil menjadi objek penelitian adalah siswa kelas VII. Adapun

(51)

35 C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Suharsimi Arikunto (2013:173) menyebutkan bahwa populasi

adalah keseluruhan subjek penelitian. Menurut Sukardi (2010:53),

populasi pada prinsipnya adalah semua anggota kelompok manusia,

binatang, peristiwa, atau benda yang tinggal bersama dalam satu tempat

dan secara terencana menjadi target kesimpulan dari hasil akhir suatu

penelitian. Sukardi menambahkan, populasi dapat berupa guru, siswa,

kurikulum, fasilitas, lembaga sekolah, hubungan sekolah dan masyarakat,

karyawan perusahaan, jenis tanaman hutan, jenis padi, kegiatan marketing,

hasil produksi dan sebagainya. Populasi yang digunakan adalah semua

siswa kelas VII SMP Negeri 4 Depok. Populasi ini terdiri dari 4 kelas yang

masing- masing kelas jumlahnya sebagai berikut :

Tabel 2. Perincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Depok

Kelas Jumlah

VII A 32

VII B 32

VII C 32

VII D 31

Total 127

(52)

36 2. Sampel

Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki

oleh populasi. Bila populasi besar, dan peneliti tidak mungkin mempelajari

semua yang ada pada populasi. Maka peneliti dapat menggunakan sampel

yang diambil dari populasi itu. Kesimpulannya akan dapat diberlakukan

untuk populasi. Untuk itu sampel yang diambil dari polpulasi harus betul – betul representatif (mewakili). (Sugiyono, 2013 :118)

Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah

probability sampling. Menurut Sugiyono (2013:118) teknik probability

sampling meliputi simple random sampling, proportionate stratifield

random sampling, proportionate stratifield random sampling,

disproportionate stratified random, sampling area (cluster) sampling

(sampling menurut daerah). Dalam penelitian ini Sampel yang diambil

adalah simple random sampling menurut Sugiyono (2013 :120). Teknik ini

simpel (sederhana) karena penggambilan sampel dari populasi dari

populasi dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata dalam populasi

itu. Cara demikian dilakukan bila anggota populasi dianggap homogen.

Hal tersebut sesuai dengan populasi yang sudah ditentukan yaitu kelas VII

yang terdiri dari 4 kelas ( A, B, C dan D) dimana keempat kelas tersebut

dianggap sama (homogen), dikarenakan dalam pembagian kelas tidak

berdasarkan atas tinggi rendahnya nilai awal masuk,atau kecerdasan siswa.

Pembagian dilakukan secara acak.

(53)

37

sebanyak 75% dari populasi. Rasionalisasi pengambilan sampel penelitian

sebanyak 75% adalah menurut Gay dan Diehl (1992) dalam Bambang aviv

yang dimuat pada jurnal ilmiah volume.VI 2014 bahwa sampel haruslah

sebesar-besarnya. Pendapat Gay dan Diehl ini mengasumsikan bahwa

semakin banyak sampel diambil maka akan semakin representatif dan

hasilnya dapat digeneralisir. Ukuran sampel yang diterima akan sangat

bergantung pada jenis penelitiannya

a. Jika penelitian diskriptif, maka sampel minimumnya adalah

10% dari populasi.

b. Jika penelitiannya korelasional, sampel minimumnya adalah 30

subjek.

c. Jika penelitian kausal perbandingan, sampel minimumnya

sebanyak 30 subjek per grup.

d. Apabila penelitian eksperimental, sampel minimumnya adalah

15 subjek per grup.

Slovin (1960) menentukan ukuran sampel suatu populasi dengan

formula : N = n/N(d)²+1 N = Populasi

n = Sampel

d = Nilai presisi 95% atau Sig.=0,05

(54)

38 Tabel 3. Penentuan sampel dari populasi

D. Definisi Operasional

Berdasarkan judul penelitian ini, ada beberapa istilah yang perlu

diberikan batasan dan pengertian. Hal ini dimaksudkan untuk memperjelas

pengertian yang akan dikaji. Berikut mengenai definisi operasional :

1. Penguasaan materi bidang hukum adalah penguasaan seorang siswa

terhadap materi yang sudah dipelajarinya dalam mata pelajaran Pendidikan

Kewarganegaraan kelas VII SMP dan dituangkan lagi dalam kompetensi

dasar 1.2 Menjelaskan hakikat dan arti penting hukum bagi warganegara

(55)

39

yang berlaku dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.

2. Sikap disiplin berlalu lintas siswa adalah keadaan dalam diri manusia yang

berhubungan dengan proses motif, emosi, persepsi dan kognisi serta

tanggung jawab siswa kelas VII SMP Negeri 4 Depok dalam memenuhi

norma- norma atau aturan- aturan yang berlaku dalam berlalu lintas.

E. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari dua variabel,

yaitu variabel X dan Y. dalam penelitian ini tidak terdapat variabel sang

selalu mempengaruhi ataupun selalu dipengaruhi karena merupakan

penelitian korelasi atau hubungan. Jadi kedua variabel disini bisa saling

berpengaruh. Variabel yang diberi symbol X Pada penelitian ini yaitu

penguasaan materi bidang hukum. Sedangkan variabel yang diberi symbol Y

yaitu sikap disiplin berlalu lintas siswa.

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data merupakan cara untuk mengumpulkan data

yang digunakan dalam penelitian. Tujuan dari penggunaan teknik

pengumpulan data ini adalah mendapatkan data yang tepat. Menurut

Sugiyono (2013:194), dilihat dari segi teknik pengumpulan data dapat

dilakukan dengan (1) wawancara, (2) kuisioner (angket), (3) observasi, dan

gabungan dari ketigannya. Untuk penelitian ini, peneliti menggunakan teknik

Gambar

Tabel 1. Standar Kompetensi dan Kompetensi Dasar kelas VII Semester 1
Tabel 2. Perincian Jumlah Siswa Kelas VII SMP Negeri 4 Depok
Tabel 3. Penentuan sampel dari populasi
Tabel 4. Skor alternatif Jawaban
+7

Referensi

Dokumen terkait

SD Ta‟mirul Islam Surakarta. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah peragaan keamanan berkendara meningkatkan sikap disiplin berlalu lintas pada. siswa kelas V

Struktur pesan, format pesan, dan juga imbauan pesan kampanye “Save Kids Live” memiliki hubungan yang signifikan dengan sikap peserta terhadap keselamatan berlalu

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada perbedaan sikap disiplin berlalu lintas ditinjau dari tingkat pendidikan dimana orang yang berpendidikan

didapatkan hasil bahwa sikap disiplin berlalu lintas pada remaja yang bertempat.. tinggal di Banyuanyar

Hasil penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan gambaran kepada orang tua tentang konsep diri pada remaja dalam kaitannya dengan sikap disiplin berlalu lintas sehingga orang

(2012).Karakter Disiplin Berlalu Lintas dalam Islam.prosiding Seminar Nasional Psikologi Islami Universitas Muhammadiyah Surakarta.

usia, tingkat pendidikan, pekerjaan dan jenis kelamin. Dalam kaitan antara sikap disiplin berlalu lintas dengan jenis kelamin, sikap dibentuk dari pengetahuan, proses

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah peragaan keamanan berkendara (safety riding) meningkatkan sikap disiplin berlalu lintas pada siswa kelas V SD Ta’mirul