• Tidak ada hasil yang ditemukan

MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI KONSEP DIRI PADA SISWA SMP H. ISRIATI SEMARANG - Unika Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI KONSEP DIRI PADA SISWA SMP H. ISRIATI SEMARANG - Unika Repository"

Copied!
120
0
0

Teks penuh

(1)

MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI KONSEP

DIRI PADA SISWA SMP H. ISRIATI SEMARANG

SKRIPSI

YASMIN YAHYA

13.40.0281

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2017

(2)

MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI KONSEP DIRI

PADA SISWA SMP H. ISRIATI SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan kepada Fakultas Psikologi Universitas Katolik

Soegijapranata Semarang untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Psikologi

YASMIN YAHYA

13.40.0281

FAKULTAS PSIKOLOGI

UNIVERSITAS KATOLIK SOEGIJAPRANATA

SEMARANG

2017

(3)
(4)

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya tulis ini saya persembahkan untuk kedua orang tua,

kakak dan adik saya, untuk keluarga dan juga

sahabat-sahabat saya yang selalu mendukung saya. Serta terimakasih

kepada

seluruh

dosen

Fakultas

Psikologi

UNIKA

Soegijapranata yang telah membimbing dan memberikan

banyak ilmu untuk saya.

(5)

MOTTO

Sufficient is ALLAH for us and he is the best

disposer of affairs.” (QS. 3:173)

“Bila kau cemas dan gelisah akan sesuatu,

masuklah kedalamnya sebab ketakutan

menghadapinya lebih mengganggu daripada

sesuatu yang kau takuti sendiri.” ( Imam Ali

Bin Abi Talib)

(6)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan berkah dan karunia-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Motivasi Berprestasi ditinjau dari Konsep Diri Pada Siswa SMP H. Isriati Semarang”. Penulis menyadari bahwa keberhasilan penyusunan skripsi ini

tidak lepas dari bantuan berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung. Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Ibu Dr. M. Sih Setija Utami, M. Kes selaku Dekan Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata Semarang.

2. Ibu Dr. Endang Widyorini, MS selaku dosen wali kelas 02 angkatan 2013, yang telah memberikan bimbingan dan arahan selama penulis dalam masa perkuliahan.

3. Ibu Dra. R.A. Praharesti Eriany, M. Si selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan waktu, tenaga, dan pikiran kepada penulis juga secara penuh kesabaran membimbing dalam penyusunan skripsi ini.

4. Ibu Damasia Linggarjati Novi, S.Psi., MA selaku dosen penguji proposal skripsi yang telah berkenan memberikan saran dan kritik tentang penyusunan skripsi ini.

5. Bapak Dr. Y. Bagus Wismanto, MS dan Ibu Lucia Trisni Widianingtanti, S. Psi., M.Si selaku dosen penguji yang telah berkenan memberikan saran dan kritik tentang penyusunan skripsi ini.

6. Segenap dosen Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata yang sudah membagi ilmunya dari awal semester hingga saat ini.

Seluruh Staf Tata Usaha Fakultas Psikologi Univeristas Katolik Soegijapranata Semarang (Mba Deo, Mba Rini, Mas Gandhi) yang telah

(7)

banyak membantu dalam segala urusan administrasi dan perijinan. 7. Pihak perpustakaan Universitas Katolik Soegijapranata Semarang terima

kasih atas bantuannya guna kelancaran penulisan skripsi ini.

8. Kepala Sekolah dan Para Guru SMP H. Isriati Semarang yang telah memberikan ijin dan bantuan peneliti untuk melakukan penelitian dan kepada Siswa Kelas VIII reguler SMP H. Isriati Semarang yang telah bersedia memberikan waktu dan tenaga menjadi subjek penelitian.

9. Babah, Mama, Kak Has, Oby dan keluarga besar terimakasih atas dukungan, doa , kasih sayang, dan semangat. Semoga skripsi ini dapat membuat Babah, Mama, Kak Has , dan Oby bangga.

10. Saudara-saudaraku Fatimah dan Sarah (Trio Sawo), yang selalu memberikan doa, dukungan, semangat, informasi dan bantuan untuk penulis.

11.Untuk sahabat-sahabatku Nisa, Sella, Lisa, Fera, Ima, Donni, Uli, Diandra, Inez, Ressa, Savira, Farra, Amel, Zsazsa, Nina dan Puspa yang telah menghibur, yang bersedia membantu dan selalu memberikan dukungannya untuk penulis.

12.Mahasiswa yang mengambil skripsi tentang psikologi pendidikan angkatan 2013 dengan dosen pembimbing yang sama Nini, Vena, Glory, Frida, Lita, Kiky dan Lena, terimakasih atas kerja sama dan bantuan informasi dalam pengerjaan skripsi.

13. Teman-teman Kelas 02 angkatan 2013 yang telah berjuang bersama-sama selama masa perkuliahan, kalian teman-teman terbaik.

14.Asisten PPT 2017/2018 yang memberikan dukungan dan juga semangatnya untuk penulis dalam menyusun skripsi dan juga bekerja di PPT.

15.Semua Pihak yang tidak dapat disebutkan satupersatu atas perhatian dan

(8)

dukungan sehingga skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

Semoga Allah SWT selalu melimpahkan berkah pada semua pihak yang penulis sayangi, serta membalas segala kebaikan yang diberikan. Penulis menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kesempurnaan. Semoga Skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.

Semarang, Juli 2017

Penulis

(9)

MOTIVASI BERPRESTASI DITINJAU DARI KONSEP DIRI

PADA SISWA SMP H. ISRIATI SEMARANG

Yasmin Yahya 13.40.0281

Fakultas Psikologi Universitas Katolik Soegijapranata

ABSTRAKSI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMP H. Isriati Semarang. Hipotesis penelitian ini adalah ada hubungan positif antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMP H. Isriati Semarang. Penelitian ini menggunakan studi kuantitatif dengan teknik studi populasi dengan 46 subjek siswa kelas VIII reguler SMP H. Isriati Semarang. Metode pengumpulan data menggunakan dua skala, yaitu : skala konsep diri dan skala motivasi berprestasi. Analisis data menggunakan teknik korelasi

Product Moment. Hasil analisis data menunjukan nilai korelasi rxy= 0,775 dengan (p<0,01), berarti hipotesis yang diajukan diterima yakni ada hubungan positif antara konsep diri dan motivasi berprestasi.

Kata Kunci : Konsep Diri, Motivasi Berprestasi

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL LUAR ... i

HALAMAN JUDUL DALAM ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ...iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ...iv

HALAMAN MOTTO ... v

UCAPAN TERIMA KASIH ...vi

ABSTRAKSI ...ix

DAFTAR ISI ... x

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Tujuan Penelitian ... 10

C. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II LANDASAN TEORI ... 12

A. Motivasi Berprestasi ... 12

1. Pengertian Motivasi Berpretasi ... 12

2. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi ... 14

3. Faktor-faktor yang memengaruhi Motivasi Berprestasi ... 15

B. Konsep Diri ... 18

1. Pengertian Konsep Diri ... 18

2. Dimensi-dimensi Konsep Diri ... 20

C. Hubungan Antara Konsep Diri dan Motivasi Berprestasi ... 23

(11)

D. Hipotesis ... 27

BAB III METODE PENELITIAN ... 28

A. Metode Penelitian... 28

B. Identifikasi Variabel Penelitian ... 28

C. Definisi Operasional Variabel ... 28

D. Subjek Penelitian ... 30

E. Metode Pengumpulan Data ... 31

1. Skala Motivasi Berprestasi ... 31

2. Skala Konsep Diri ... 32

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur ... 33

1. Validitas Alat Ukur ... 34

2. Reliabilitas Alat Ukur ... 34

G. Metode Analisis Data ... 35

BAB IV PERSIAPAN DAN PELAKSANAAN PENELITIAN ... 36

A. Orientasi Kancah Penelitian ... 36

B. Persiapan Penelitian... 38

1. Pemohonan Ijin Penelitian ... 38

2. Penyusunan Alat Ukur ... 38

3. Pelaksanaan Uji Preliminer Alat Ukur ... 40

C. Uji Validitas dan Reliabilitas ... 41

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi Berprestasi ... 41

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Konsep Diri... 42

D. Pelaksanaan Penelitian ... 43

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

A. Hasil Penelitian ... 44

(12)

1. Uji Asumsi ... 44

a. Uji Normalitas 44 b. Uji Linieritas45 2. Uji Hipotesis ... 45

B. Pembahasan ... 46

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 51

A. Kesimpulan ... 51

B. Saran ... 51

1. Bagi Siswa ... 51

2. Bagi Peneliti Selanjutnya ... 51

DAFTAR PUSTAKA ... 53

LAMPIRAN ... 56

(13)

DAFTAR TABEL

Tabel. 1 Blue Print Skala Motivasi Berprestasi... 32

Tabel. 2 Blue Print Skala Konsep Diri ... 33

Tabel. 3 Distribusi Item Skala Motivasi Berprestasi ... 39

Tabel. 4 Distribusi Item Skala Konsep Diri ... 40

Tabel. 5 Sebaran Item Valid Skala Motivasi Berprestasi ... 41

Tabel. 6 Sebaran Item Valid Skala Konsep Diri ... 42

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran A Alat Ukur... 57

A1 Skala Penelitian ... 58

Lampiran B Data Penelitian ... 63

B1-1 Data Penelitian Skala Konsep Diri ... 64

B1-2 Data Penelitian Skala Motivasi Berprestasi ... 68

Lampiran C Uji Validitas dan Reliabilitas ... 70

C1 Validitas dan Reliabilitas Skala Konsep Diri... 71

C2 Validitas dan Reliabilitas Skala Motivasi Berprestasi ... 78

Lampiran D Jumlah Total Data Valid ... 86

Lampiran E Uji Asumsi ... 89

E1 Uji Normalitas ... 90

E2 Uji Linieritas ... 94

Lampiran F Hasil Penelitian ... 97

Lampiran G Surat Penelitian ... 99

G1 Surat Ijin Penelitian... 100

G2 Surat Bukti Penelitian ... 101

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan merupakan hal yang sangat penting, bahkan mungkin pendidikan merupakan hal yang dibutuhkan bagi setiap manusia, sebab tanpa adanya pendidikan manusia akan sulit berkembang untuk menjadi pribadi yang berwawasan, memiliki moral yang baik dan mampu untuk bersaing. Pendidikan merupakan upaya-upaya yang diberikan kepada peserta didik melalui pengajar agar peserta didik dapat mencapai kemampuan yang optimal. Pendidikan bertujuan untuk menumbuhkan dan mengembangkan potensi-potensi yang merupakan bawaan yang ada didalam diri masing-masing peserta didik (Supardi, 2012, h. 114).

Lebih lanjut dijelaskan bahwa potensi–potensi yang dimaksud diharapkan agar tumbuh dan berkembang selaras dengan nilai-nilai yang sudah ada di dalam masyarakat dan kebudayaan bangsa. Oleh karena itu pendidikan bagi manusia merupakan suatu kebutuhan pasti yang harus terpenuhi sepanjang hidup. Tanpa adanya pendidikan, mustahil manusia dapat hidup berkembang sesuai dengan aspirasi untuk bahagia, maju dan sejahtera. Ki Hajar Dewantara “Bapak Pendidikan Nasional” menyatakan bahwa “.... pendidikan adalah usaha untuk memajukan dan menumbuhkan budi pekerti (kekuatan batin, karakter), pikiran dan tubuh anak.” Oleh karena itu, pendidikan harus benar-benar terarah untuk menghasilkan manusia yang berkualitas (Supardi, 2012, h. 114).

Bersekolah adalah salah satu cara yang bisa dilakukan agar anak

(16)

mendapatkan pendidikan. Sekolah adalah tempat berkumpulnya anak-anak yang berasal dari berbagai macam lapisan masyarakat dan beragam latar belakang keadaan keluarganya. Sebagaimana Desmita (Setiawati dan Suparno, 2010, h. 56) menyebutkan bahwa sekolah mempunyai peranan penting bagi perkembangan anak terutama dalam perkembangan sosialnya, melalui sekolah anak memperoleh pengalaman dari interaksi dengan orang lain seperti guru, teman sebaya dan juga lingkungan sekitar. Di sekolah anak belajar berbagai macam mata pelajaran, bagi seorang anak belajar sangat dibutuhkan karena melalui belajar, anak akan mendapatkan ilmu tentang apa yang sedang dipelajari dan mengembangkan kemampuan kognitif anak. Ilmu yang didapat sang anak sangat bermanfaat karena anak dapat menerapkan hasil belajarnya di sekolah maupun di dalam kehidupannya.

(17)

Dalam proses belajarnya mereka juga hanya sekedar tahu tanpa memahami benar-benar pelajaran yang diajarkan. Tanda-tanda yang sering terlihat dari para pendidik adalah tidak benar-benar mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran di sekolah, malas untuk mengikuti pembelajaran yang berlangsung, dan menunda-nunda atau bahkan tidak ingin belajar. Hal itu bertambah sulit ketika siswa beranjak remaja, banyak yang beranggapan bahwa masa remaja adalah masa yang sulit. Adanya perubahan yang terjadi pada diri remaja sekarang ini baik fisik maupun psikisnya mempengaruhi semua pola perilakunya (Hawadi, 2001, h. 42-43). Seiring dengan berkembangnya masa remaja timbul beberapa minat remaja, minat yang timbul diantaranya yaitu minat pada prestasi dan juga minat pada pendidikan. Minat pada prestasi menjadi hal yang kuat sepajang masa remaja karena dapat memberikan kepuasan pribadi dan dapat menimbulkan harga diri dalam diri remaja dan membuat remaja itu dikenal di kalangan teman sebaya. Sedangkan minat pada pendidikan sangat dipengaruhi oleh minat pada pekerjaan, apabila remaja berharap pada pekerjaan dengan latar belakang pendidikan yang tinggi maka pendidikan akan dianggap sebagai salah satu cara untuk dapat mencapai pekerjaan tersebut (Hurlock, 2003, h.220-221).

(18)

Menurut Masfufatun (Arifin dan Ratnasari, 2017, h.81) minat merupakan faktor psikologis yang dapat mempengaruhi tindakan individu. Pada semua usia, minat memerankan peranan yang penting dalam kehidupan individu dan mempunyai dampak yang sangat besar terhadap perilaku dan sikap. Seseorang akan menjadi malas, enggan mengerjakan sesuatu ketika ia tidak berminat terhadap kegiatan tersebut. Pentingnya keberadaan minat pada diri manusia adalah karena minat merupakan sumber motivasi yang kuat, dan menjadi faktor pendorong untuk melakukan sesuatu.

Namun masih banyak siswa remaja yang tidak memperlihatkan minatnya dibidang pendidikan maupun minat pada prestasi, kegiatan lain di luar sekolah dan di luar belajar lebih menarik perhatian mereka. Mereka lebih senang untuk bermain dengan teman-teman sebaya dibanding harus mengerjakan tugas atau belajar mengulang mata pelajaran yang diajarkan di sekolah (Hawadi, 2001, h. 42). Para remaja yang memiliki minat pendidikan yang kurang biasanya akan menunjukkan hal-hal yang memperlihatkan ketidaksenangannya dalam pendidikan dengan cara mereka menjadi siswa berprestasi rendah, bekerja dan berusaha di bawah kemampuannya di dalam setiap mata pelajaran yang ada atau didalam mata pelajaran tertentu yang tidak ia sukai (Hurlock, 2003, h. 221).

(19)

berlangsung, malas untuk belajar lagi di rumah. Saat diberikan PR atau tugas mereka kadang menunda bahkan lupa untuk mengerjakannya.

Saat peneliti menanyakan apakah mereka punya target atau keinginan untuk masuk dalam ranking kelas mereka menjawab menjalani pembelajaran semampu mereka dan tidak menetapkan target untuk prestasi mereka, mereka mengatakan untuk mendapatkan ranking mereka merasa kesulitan karena melihat teman-teman yang lain lebih unggul dan sulit untuk dikalahkan. Saat ditanya apakah mereka ingin mengikuti lomba-lomba akademik yang ada atau mengungguli prestasi teman yang lainnya mereka ragu-ragu dan takut untuk mengikuti lomba-lomba akademik yang ada mereka memberi alasan karena takut jika nantinya tidak bisa mengerjakan dengan benar, ada juga yang mengatakan bahwa mereka belum menguasai pembelajaran yang diberikan, dan tidak yakin bisa mengikuti lomba-lomba akademik.

Rata-rata dari mereka juga mengatakan bahwa belum bisa untuk mengungguli teman-teman yang lebih baik prestasinya dibandingkan dengan mereka, karena keyakinan diri terhadap diri mereka kurang, dan belum melakukan usaha yang maksimal dalam belajar. Dalam hal ini para orang tua sudah memberikan nasihat kepada mereka agar mengikuti proses pembelajaran dengan baik, rajin dalam belajar, dan juga memberikan dukungan kepada mereka agar dapat meraih prestasi yang baik disekolah.

(20)

siswa kelas reguler. Pada siswa kelas regular berdasarkan hasil wawancara, para guru menjelaskan bahwa siswa-siswa kelas reguler mudah mengeluh pada materi yang susah, dan mudah menyerah dalam mengerjakan tugas yang diberikan. Beberapa siswa tidak mempersiapkan diri untuk mengikuti pembelajaran yang berlangsung. Siswa-siswa kurang memperhatikan guru mereka saat menjelaskan materi di kelas, banyak yang mengobrol di kelas.

Saat diberikan PR atau tugas kadang siswa-siswa tidak mengerjakannya. Saat ada lomba-lomba di sekolah maupun di luar sekolah siswa-siswa hanya bereaksi biasa saja, kurang adanya keinginan atau inisiatif dari dalam diri mereka untuk mengikuti lomba yang ada. Siswa-siswa kurang termotivasi untuk berusaha dengan bersungguh-sungguh, sekalipun model pembelajaran sudah disesuaikan, dan para orang tua dirumah juga sudah memberikan dukungan serta nasihatnya kepada siswa-siswa dirumah. Mereka kurang peduli tentang kompetisi dan bagaimana jika prestasi mereka tidak baik.

(21)

sehingga masih terlihat dalam usaha untuk mendapatkan nilai yang baik dan lebih bijak dalam mengambil sikap, dan berbeda dengan siswa-siswa kelas VII reguler yang dalam masa peralihan dari SD ke SMP sehingga berusaha untuk beradaptasi dengan mata pelajaran yang ada di SMP.

Kendala-kendala di atas secara tidak langsung dapat berpengaruh terhadap prestasi siswa di bidang akademiknya. Oleh karena itu, untuk dapat meraih prestasi di bidang akademiknya, seorang siswa perlu untuk memiliki motivasi yang kuat dalam dirinya agar dapat meraih prestasi yang diinginkan, dengan adanya motivasi tidak dipungkiri bahwa siswa dapat meraih prestasi atau bahkan dapat tetap mempertahankan prestasinya.

Motivasi memainkan peranan penting dalam menentukan hal-hal yang dianggap dapat menguatkan para siswa. Salah satu motivasi yang berperan penting dalam hal ini adalah motivasi berprestasi. Menurut McClelland dan Atkinson (Fatwati dan Fakhruddian, 2014, h. 10), motivasi yang paling penting dalam hal pendidikan adalah motivasi berprestasi, yaitu ketika seseorang berusaha dan berjuang agar mencapai sukses atau memilih suatu kegiatan yang mengarah untuk menuju kesuksesan.

(22)

giat dalam melaksanakan suatu tugas, mempunyai keinginan untuk dapat menyelesaikan tugasnya dengan baik.

Selanjutnya dijelaskan, Siswa di sekolah yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan menyadari kewajiban yang sebenarnya sehingga datang kesekolah tidak sekedar untuk sekolah tetapi bisa belajar dan bisa berprestasi. Bila motivasi berprestasi seorang siswa tinggi tentunya siswa tersebut akan memiliki dorongan agar dapat melampaui proses dengan melakukan upaya-upaya yang sesuai tujuannya sehingga dapat meraih kesuksesan. Sedangkan untuk siswa yang memiliki motivasi berprestasi yang rendah, maka siswa tersebut akan kurang memiliki ketertarikan, kurang ada daya penggerak untuk melakukan upaya-upaya serta kurang ada keinginan untuk berkompetisi dengan siswa yang lain sehingga kemungkinan untuk mencapai kesuksesan pun kecil (Fatwati dan Fakhruddiana, 2014, h.10).

Menurut McClelland (Sahidin dan Jamil, 2013, h. 212) motivasi berprestasi sebagai suatu upaya untuk mencapai kesuksesan, yang bertujuan agar berhasil dalam suatu kompetisi dengan suatu ukuran keunggulan. Dengan adanya motivasi berprestasi yang dimiliki siswa, diharapkan siswa tersebut bisa mempertahankan prestasi di bidang akademiknya. Salah satu hal yang bisa terlihat pada diri individu yang mempunyai motivasi berprestasi, adalah pada konsep diri yang ada dalam diri mereka. Fernald dan Fernald (Prabadewi dan Widiasavitri, 2014, h. 263-264) mengatakan dalam menumbuhkan motivasi seseorang untuk berprestasi dapat dipengaruhi oleh banyak hal, salah satunya adalah konsep diri.

(23)

pandang individu terhadap dirinya sebagai pribadi. Menurut Fitts (Agustiani, 2006, h.138-139) konsep diri merupakan aspek penting yang ada di dalam diri seseorang, karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) bagi seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Keseluruhan persepsi, pemberian arti dan penilaian seseorang tentang dirinya sendiri merupakan suatu gambaran tentang diri atau konsep diri.

(24)

umum bahwa individu merasakan tentang diri mereka sendiri dan tingkat dari konsep diri individu memprediksi apakah atau sejauh mana dia mampu menyelesaikan tugas-tugas akademik dengan berhasil atau tidak berhasil.

Secara garis besar ada dua faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi yaitu faktor eksternal dan faktor internal. Faktor eksternal adalah yang berasal dari luar diri individu seperti orang tua dan guru, lalu Faktor internal adalah yang berasal dari dalam diri individu seperti faktor inteligensi dan faktor penilaian seseorang tentang dirinya sendiri. Melalui wawancara dan observasi yang dilakukan, para guru dan orang tua sebagai faktor eskternal sudah cukup baik dalam memotivasi siswa di sekolah, namun faktor internal yaitu faktor penilaian siswa tentang dirinya sendiri atau konsep diri siswa dirasa kurang. Hal inilah yang menarik peneliti untuk meneliti lebih jauh mengenai “Motivasi Berprestasi Dintinjau Dari Konsep Diri pada Siswa SMP H. Isriati Semarang”.

B. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui secara empiris hubungan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMP H. Isriati Semarang.

C. Manfaat Penelitian 1. Manfaat teoritis

(25)

2. Manfaat Praktis

(26)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Motivasi Berprestasi

1. Pengertian Motivasi Berprestasi

Menurut Woodworth dan Marques motif merupakan suatu tujuan jiwa yang mendorong seseorang untuk aktivitas-aktivitas tertentu dan tujuan-tujuan tertentu terhadap situasi di sekitarnya (Mustaqim dan Wahib, 2010, h.72).

Motif merupakan kekuatan atau dorongan dari dalam diri individu yang mendorong untuk berbuat atau merupakan driving force. Sedangkan motivasi merupakan keadaan dalam diri individu yang mendorong atau mengarahkan motif untuk perilaku ke arah tujuan (Walgito, 2004, h. 220).

Motivasi adalah sesuatu yang menghidupkan (energize), mengarahkan, dan mempertahankan perilaku, motivasi membuat siswa bergerak, menempatkan siswa ke dalam suatu arah tertentu, dan menjaga mereka agar terus bergerak. Sering terlihat motivasi siswa tercermin dalam investasi pribadi dan dalam keterlibatan kognitif, emosional, dan perilaku diberbagai aktivitas sekolah (Ormrod, 2008, h. 58) .

Dengan demikian, motif dan motivasi merupakan hal yang berbeda, motif dapat diibaratkan sebagai pemicu yang melatarbelakangi seseorang berperilaku, sedangkan motivasi sebagai pengarah yang mendorong agar seseorang berperilaku ke arah tujuanya.

(27)

Motivasi berprestasi menurut McClelland (Hawadi, 2001, h. 43- 44) adalah motif yang mengarahkan tingkah laku individu dengan menitik beratkan pada bagaimana sebuah prestasi itu dicapai. Motif inilah yang mendorong individu untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam bersaing dengan memiliki suatu ukuran standar keunggulan tertentu.

Motivasi berprestasi adalah daya penggerak dari dalam diri siswa untuk mencapai taraf prestasi yang setinggi mungkin, sesuai dengan apa yang ditetapkan oleh siswa itu sendiri. Oleh karena itu siswa dituntut untuk bisa bertanggung jawab tentang taraf keberhasilan yang akan ia peroleh (Hawadi, 2001, h. 87).

Menurut Heckhausen (Fernald & Fernald, 2004, h. 315), motivasi berprestasi melibatkan keinginan untuk sukses. Hal ini hadir setiap kali seseorang berkaitan dengan mencapai semacam standar, ditetapkan oleh dirinya sendiri atau orang lain. Standar ini menyiratkan tingkat keunggulan tertentu, sehingga individu senang dengan kompetensi dan kecewa dengan ketidakmampuan.

Atkinson (Singh, 2011, h. 163) mendefinisikan motivasi berprestasi sebagai perbandingan kinerja dengan orang lain dan

terhadap standar kegiatan tertentu. Atkinson dan Feather

mengemukakan bahwa motivasi berprestasi adalah kombinasi dari dua variabel kepribadian: kecenderungan untuk mendekati keberhasilan dan kecenderungan untuk menghindari kegagalan.

(28)

bekerja keras demi meraih suatu pencapaian keberhasilan dan keunggulan.

Gesinde (Khan dan Alam, 2015, h. 65) menyatakan bahwa motivasi berpresrasi adalah penentu diri untuk keberhasilan akademis. Oleh karena itu motivasi berprestasi didasarkan pada pencapaian keberhasilan dan mencapai semua cita-cita dalam kehidupan.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi adalah dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang mengarahkan individu berperilaku untuk mencapai keberhasilan dengan suatu ukuran standar keunggulan tertentu.

2. Ciri-ciri Motivasi Berprestasi

Ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi menurut McClelland (Hawadi, 2001, h. 87) yaitu;

a. Tanggung jawab. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan merasa bahwa dirinya dapat bertanggung jawab terhadap tugas yang diberikan. Ia akan menyelesaikan tugas-tugas yang ia kerjakan dan tidak akan meninggalkan tugasnya sebelum tugas itu selesai.

b. Mempertimbangkan risiko. Seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi akan memilih tugas dengan tingkat kesulitan yang sedang, yang dapat menantang kemampuannya, tetapi masih memungkinkan untuk dapat menyelesaikannya dengan baik.

(29)

d. Kreatif-inovatif. Individu dengan motivasi berprestasi akan memiliki kecenderungan bertindak kreatif, melauli pencarian cara yang baru agar dapat menyelesaikan tugas-tugasnya dengan seefisien dan seefektif mungkin.

Menurut Smith, et al. (Bosse, 2015, h. 2 - 3), seseorang yang memiliki motivasi yang tinggi mempunyai ciri-ciri yaitu;

a. Orang dengan motivasi berprestasi yang tinggi cenderung memiliki keinginan untuk sukses dengan standar yang melampaui keunggulan dan ambisius dengan tugas-tugas yang mereka mencari.

b. Orang dengan motivasi berprestasi yang tinggi akan mencari tugas yang cukup sulit, karena mereka ingin memperbaiki diri.

c. Orang dengan motivasi yang tinggi tertarik pada perkerjaan yang bergengsi, yang melibatkan peningkatan mobilitas dan keuangan. Dari ciri-ciri yang disebutkan di atas dapat disimpulkan bahwa ciri-ciri seseorang yang memiliki motivasi berprestasi yang tinggi

adalah bertanggung jawab, mempertimbangkan risiko, memepertimbangkan umpan balik, dan kreatif-inovatif. Dalam penelitian yang akan dilakukan motivasi berprestasi akan diukur sesuai dengan teori McClelland karena sesuai dengan teori yang menjadi acuan dalam penelitian ini.

3. Faktor-faktor yang Memengaruhi Motivasi Berprestasi

(30)

a. Faktor Individual (Internal)

Faktor individual yang dimaksud dalam hal ini yaitu faktor inteligensi dan faktor penilaian seseorang tentang dirinya sendiri. b. Faktor Lingkungan (Eksternal).

Faktor lingkungan meupakan segala hal yang berada diluar diri seseorang, yang dapat mempengaruhi motivasi berprestasinya.

Faktor lingkungan digolongkan menjadi tiga, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sosial, dan lingkungan akademik.

Ada 4 faktor yang dapat memengaruhi motivasi berprestasi menurut Fernald & Fernald (2004, h. 315-317) yaitu;

a. Keluarga dan kebudayaan

(31)

b. Konsep Diri

Banyak motif yang dapat dipengaruhi oleh kemampuan berpikir. Seseorang bisa membayangkan dan menafsirkan dunia dan faktor penting di sini adalah konsep diri, yang merupakan cara seseorang memikirkan dirinya sendiri secara global. Ini mencakup perasaan diri dan sikap diri seseorang. Dalam budaya, terutama bagi laki-laki, konsep diri ditingkatkan melalui pencapaian, namun orang juga berusaha untuk menganggap dirinya baik dengan amal, sosial, kreatif, cantik, atau berbeda dari orang lain. Keyakinan seseorang tentang dirinya dapat memotivasi, dan karenanya memiliki pengaruh penting terhadap tingkah laku individu. Dalam keseharian dalam mencapai tujuan beberapa orang akan menetapkan tingkat pencapaian yang tinggi dan yang lainnya akan berharap bisa mencapai tujuan yang lebih rendah. Pengamatan umum dan studi laboratorium menunjukkan bahwa tingkat aspirasi seseorang dimodifikasi oleh keberhasilan dan kegagalan masa lalu yaitu, oleh konsep diri.

c. Peran Seks

(32)

dan perempuan.

d. Pengakuan dan Prestasi

Seseorang akan lebih meningkatkan motivasinya apabila pekerjaan atau tugas yang dia kerjakan mendapatkan pengakuan yang baik dan dipedulikan oleh orang lain. Hal ini sesuai dengan penelitian Hawthorne, peningkatan kerja karyawan dengan perubahan jam istirahat, pengaturan ruangan, dan sebagainya tidak sesignifikan dibandingkan dengan melibatkan perasaan karyawan dengan memberikan pengakuan atas pekerjaannya.

Berdasarkan faktor-faktor di atas, dapat disimpulkan faktor yang memengaruhi motivasi berprestasi adalah keluarga dan kebudayan, konsep diri, peran seks, dan pengakuan dan prestasi.

B. Konsep Diri

1. Pengertian Konsep Diri

Menurut Fitts (Agustiani, 2006, h.138-139) konsep diri merupakan aspek penting yang ada di dalam diri seseorang, karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) bagi seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Keseluruhan persepsi, pemberian arti dan penilaian seseorang tentang dirinya sendiri merupakan suatu gambaran tentang diri atau konsep diri.

(33)

minat, kemampuan, penampilan fisik, dan lain sebagainya. Kemudian seseorangpun mempunyai perasaan terhadap kepercayaan tentang dirinya tersebut, apakah dia merasa dirinya positif atau negatif, bangga atau tidak bangga, dan senang atau tidak senang dengan dirinya sendiri.

Berzonsky (Rahmaningsih dan Martani, 2014, h. 180) mendefinisikan konsep diri adalah sebuah teori pribadi yang mencakup keseluruhan konsep, asumsi, dan prinsip yang dipercayai oleh seseorang mengenai dirinya sepanjang kehidupannya.

Erikson (Rahmaningsih dan Martani, 2014, h. 179-180) menyatakan bahwa konsep diri merupakan penelitian pada masa remaja tentang identitas, yang khususnya lebih memperhatikan pada cara pandang seseorang dalam mempersepsikan dirinya.

(34)

Menurut Brooks (Muhith, 2015, h. 66) menyebutkan konsep diri sebagai persepsi-persepsi fisik, sosial, psikologis tentang diri sendiri yang berasal dari pengalaman-pengalaman dan interaksi yang dilakukan dengan orang lain.

Dari berbagai definisi di atas dapat disimpulkan bahwa konsep diri adalah keseluruhan pemikiran, persepsi atau cara pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang dipercayai dan digunakan sebagai acuan oleh seseorang.

2. Dimensi-Dimensi Konsep Diri

Fitts (1971, h. 14-20) mengelompokkan aspek-aspek konsep diri individu menjadi dua dimensi besar, yaitu;

a. Dimensi Internal 1)Diri identitas

Yaitu label atau simbol yang digunakan oleh seseorang untuk menjelaskan tentang dirinya dan membentuk identitas seseorang. Label- label ini akan terus bertambah dengan seiring bertumbuh dan meluasnnya kemampuan seseorang didalam segala bidang. 2)Diri pelaku

(35)

3)Diri penilai

Lebih berfungsi sebagai pengamat, penentu standar, penghayal, pembanding, dan juga terutama sebagai penilai. Disamping sebagai penghubung kedua diri sebelumnya.

b. Dimensi Eksternal

1)Konsep diri fisik, yaitu suatu cara individu dalam memandang dirinya sendiri melalui beberapa sudut pandang seperti fisik, kesehatan, penampilan keluar, dan gerak motoriknya.

2)Konsep diri pribadi, yaitu cara individu dalam memberikan penilaian tentang kemampuannya yang ada pada dirinya dan menggambarkan tentang identitas yang dimilikinya.

3)Konsep diri sosial, yaitu pandangan, pemikiran, perasaan, dan evaluasi individu tentang kecenderungan sosial yang dimilikinya sendiri, berkaitan dengan kapasitas dalam berinteraksi dengan dunia diluar dirinya, perasaan mampu dan berharga dalam lingkungan interaksi sosialnya.

4)Konsep diri moral etik, berhubungan dengan pandangan, pemikiran, perasaan, dan juga penilaian individu tentang moralitas dirinya yang terkait dengan hubungan personalnya dengan Tuhan, dan segala sesuatu yang memiliki sifat normatif, baik nilai-nilai ataupun prinsip-prinsip yang dapat memberikan arti dan arah bagi kehidupan seseorang.

(36)

6)Dalam edisi kedua Tennesse Self Concept Scale milik Fitts dimensi konsep diri akademik ditambahkan. Konsep diri akademik, berhubungan dengan pandangan, pemikiran, perasaan, dan penilaian individu tentang kompetensi akademiknya (Muhith, 2015, h. 75).

Sementara itu, Berzonsky (Rahmaningsih dan Martani, 2014, h. 180-181) menjelaskan bahwa konsep diri memiliki empat dimensi, di antaranya:

a. Diri fisik (physical self), yaitu mencakup keseluruhan kepemilikan seseorag yang berwujud benda-benda, seperti tubuh, busana, benda material dan lain sebagainya.

b. Diri sosial (social self), yaitu mencakup peran sosial yang dilakukan oleh seseorang dan penilaian seseorang mengenai peran tersebut.

c. Diri moral (moral self), yaitu meliputi keseluruhan nilai-nilai dan prinsip yang diyakini seseorang dalam kehidupannya, dan

d. Diri psikis (psycholo-gical self) yaitu meliputi pikiran, perasaan, serta sikap seseorang terhadap dirinya sendiri.

(37)

fitts lebih beragam dan sudah mewakili dimensi-dimensi dari teori yang lain.

C. Hubungan antara Konsep Diri dengan Motivasi Berprestasi

Seorang siswa dalam menjalani kegiatan belajar mengajar dibutuhkan motivasi yang kuat untuk dapat tetap mempertahankan prestasi di bidang akademiknya. Salah satu motivasi yang berperan penting dalam hal ini adalah motivasi berprestasi. Motivasi berprestasi menurut McClelland (Hawadi, 2001, h. 43-44) adalah motif yang mengarahkan tingkah laku individu dengan menitik beratkan pada bagaimana sebuah prestasi itu dicapai. Motif inilah yang mendorong individu untuk mencapai sebuah keberhasilan dalam bersaing dengan memiliki suatu ukuran standar keunggulan tertentu. Ciri-ciri seseorang yang mempunyai motivasi berprestasi yang tinggi menurut McClelland (Hawadi, 2001, h. 87) adalah bertanggung jawab, mempertimbangkan risiko, memepertimbangkan umpan balik, dan kreatif-inovatif. Salah satu faktor yang mempengaruhi motivasi berprestasi seseorang adalah konsep diri.

Menurut Fitts (1971, h. 3) konsep diri merupakan diri yang terlihat, dirasakan, dan dialami oleh diri itu sendiri dan konsep diri juga merupakan aspek penting yang ada di dalam diri seseorang, karena konsep diri merupakan kerangka acuan (frame of reference) bagi seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya. Keseluruhan persepsi, pemberian arti dan penilaian seseorang tentang dirinya sendiri merupakan suatu gambaran tentang diri atau konsep diri.

(38)

konsep diri identitas, konsep diri pelaku, konsep diri penilai, konsep diri fisik, konsep diri pribadi, konsep diri sosial, konsep diri moral etik, konsep diri keluarga, dan dalam edisi kedua Tennesse Self Concept Scale milik Fitts dimensi konsep diri akademik ditambahkan (Muhith, 2015, h.71-75). Konsep diri sebagai gagasan tentang diri sendiri yang berisikan cara pandang individu terhadap dirinya sebagai pribadi, termasuk cara pandang seseorang tentang kemampuan di dalam bidang akademisnya.

Cara pandang dan anggapan siswa tentang dirinya khususnya kemampuan di bidang akademiknya adalah salah satu dimensi dari konsep diri yaitu konsep diri akademik, dan konsep diri akademik akan berpengaruh pada perilaku dan motivasi berprestasi siswa dalam proses belajar mengajar di sekolah. Pandangan ini dapat berupa pandangan positif atau negatif tentang dirinya sendiri. Jika siswa mempunyai pandangan yang baik tentang dirinya maka siswa tersebut akan merasa bisa untuk termotivasi mencapai prestasi. Seperti hasil penelitian yang dilakukan oleh Prabadewi dan Widiasavitri (2014, h.267) menunjukkan bahwa semakin positif konsep diri akademik, maka semakin tinggi motivasi berprestasi yang dimiliki remaja awal panti asuhan di Denpasar, dan sebaliknya, semakin negatif konsep diri akademik, semakin rendah motivasi berprestasi yang dimiliki remaja awal panti asuhan di Denpasar.

(39)

akan keinginan untuk melakukan sesuatu sesuai dengan yang inginkan ini adalah salah satu dimensi dari konsep diri yaitu diri pelaku dan diri pelaku ini menentukan lanjut atau tidaknya seseorang melanjutkan usahanya. Konsep diri pelaku yang positif dapat berkontribusi dalam memotivasi seseorang agar dapat meraih kesuksesan atau prestasi yang baik oleh harapan pribadi yang optimis dari siswa tentang dirinya. Konsep diri yang positif dapat berkontribusi untuk motivasi berprestasi yang baik melalui harapan optimis pribadi siswa tentang dirinya sendiri. Seperti yang dikatakan Franken (Khan dan Alam, 2015, h. 63) menyatakan bahwa ada banyak penelitian yang menunjukkan bahwa konsep diri, mungkin dasar untuk semua perilaku termotivasi. Konsep diri yang menimbulkan kemungkinan diri, dan kemungkinan diri yang menciptakan motivasi untuk perilaku.

(40)

motivasi intrinsik yang tinggi dalam diri mereka yang memotivasi mereka untuk mencapai yang lebih baik. Mereka menyadari kekuatan mereka, bakat dan kelemahan. Hal ini membuat mereka mampu memperbaiki kelemahan mereka dan mengembangkan kekuatan mereka untuk mencapai yang lebih tinggi didalam kompetisi.

Siswa dengan motivasi beprestasi yang tinggi terlihat lebih baik dalam proses belajar mengajar di sekolah. Hal itu juga tidak terlepas dari peran konsep diri. Menurut Tella (dalam Awan et al, 2011, h. 73) siswa yang termotivasi tampil lebih baik secara akademis dari siswa yang bermotivasi rendah oleh karena itu variabel kepribadian siswa pada umumnya dan konsep diri dan motivasi berprestasi khususnya, memiliki pengaruh besar pada pendekatan mereka untuk belajar.

Hasil penelitian Awan et al (2011) menunjukkan bahwa konsep diri dari siswa dan motivasi berprestasi (sosial, penguasaan, kinerja) secara signifikan berkorelasi dengan satu sama lain. Hasil penelitian ini cukup mirip dengan penelitian yang dilakukan oleh psikolog lain dan peneliti seperti Barker, McInerney, dan Dowson yang menemukan hubungan yang positif dan signifikan secara statistik antara dua variabel yaitu konsep diri dan motivasi berprestasi (Awan et al, 2011, h. 74).

(41)

tinggi lebih percaya pada dirinya, mampu mengontrol dan mengembangkan diri dengan baik dan berusaha sebaik mungkin untuk hasil prestasi yang baik, sedangkan siswa yang memiliki motivasi berprestasi rendah akan melihat bahwa dirinya kurang memiliki kemampuan dan tidak dapat bersaing dengan siswa yang lainnya. Konsep diri atau pandangan tentang dirinya sendiri yang berbeda diantara siswa-siswa tersebut mengenai dirinya membuat adanya perbedaan dalam motivasi berprestasi dalam diri mereka.

D. Hipotesis

(42)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif. Pendekatan kuantitaif menegaskan analisisnya pada data-data yang bersifat numerikal (angka) yang dapat diolah dengan menggunakan metode statistika. Pada umumnya, pendekatan kuantitaif dilakukan untuk penelitian inferensial atau digunakan untuk pengujian hipotesis. Dengan metode kuantitatif nantinya akan diperoleh signifikansi perbedaan kelompok atau signifikansi hubungan antar variabel penelitian yang diteliti (Azwar, 2013, h. 5).

B. Identifikasi Variabel Penelitian

Identifikasi variabel penelitian menjadi langkah awal sebelum metode pengumpulan data dan analisis data. Pengidentifikasian variabel penelitian membantu dalam menentukan alat pengumpulan data dan teknik analisis data yang akan digunakan. Variabel penelitian yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Variabel tergantung : Motivasi Berprestasi 2. Variabel Bebas : Konsep Diri

C. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Definisi operasional merupakan suatu definisi tentang variabel penelitian yang dirumuskan berdasarkan karakteristik-karakteristik yang

(43)

dimiliki variabel penelitian tersebut yang dapat diamati (Azwar, 2013, h. 74). Variabel- variabel penelitian yang digunakan adalah :

1. Motivasi Berprestasi

Motivasi berprestasi adalah dorongan atau daya penggerak dari dalam diri individu yang mengarahkan individu berperilaku untuk mencapai keberhasilan dengan suatu ukuran standar keunggulan tertentu.

Motivasi berprestasi diungkapkan dengan menggunakan alat ukur berupa skala yang disusun peneliti berdasarkan ciri-ciri motivasi berprestasi yaitu bertanggung jawab, mempertimbangkan risiko, memepertimbangkan umpan balik, dan kreatif-inovatif. Diukur menggunakan skala dengan skor 1-4 semakin tinggi skor yang didapat dari skala motivasi berprestasi maka semakin tinggi pula motivasi berprestasi yang ada pada diri subyek. Sebaliknya, jika semakin rendah skor yang didapat dari skala motivasi berprestasi maka semakin rendah pula motivasi berprestasi yang ada pada diri subyek.

2. Konsep Diri

Konsep diri adalah keseluruhan pemikiran, persepsi atau cara pandangan seseorang tentang dirinya sendiri yang dipercayai dan digunakan sebagai acuan oleh seseorang.

(44)

menggunakan skala dengan skor 1-4 semakin tinggi skor yang didapatkan dari skala konsep diri maka semakin tinggi pula konsep diri pada subyek. Sebaliknya, jika semakin rendah skor yang didapat dari skala konsep diri maka semakin rendah pula konsep diri pada subyek.

D. Subjek Penelitian

Subjek penelitian merupakan sumber utama data penelitian yang akan dilakukan, yaitu yang memiliki data mengenai variabel-variabel penelitian yang akan diteliti. Subjek penelitian, pada umumnya, adalah yang akan dikenai kesimpulan oleh hasil penelitian (Azwar, 2013, h. 34-35).

(45)

E. Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini menggunakan skala sebagai alat pengumpul data. Skala yang digunakan untuk mengumpulkan data pada penelitian ini sebanyak dua skala yaitu skala motivasi berprestasi dan skala konsep diri.

1. Skala Motivasi Berprestasi

Skala ini digunakan untuk mengukur motivasi berprestasi siswa yang disusun sesuai dengan ciri-ciri motivasi berprestasi menurut McClelland (Hawadi, 2001, h. 43-44) yaitu :

a. Bertanggung jawab.

b. Mempertimbangkan resiko. c. Mempertimbangkan umpan balik. d. Kreatif-inovatif.

(46)

Tabel 1

Blue Print : Motivasi Beprestasi

Ciri-ciri motivasi Pernyataan berprestasi Jumlah

Favorable Unfavorable

Bertanggung jawab. 4 4 8 Mempertimbangkan 4 4 8 resiko.

Mempertimbangkan 4 4 8 umpan balik.

Kreatif-inovatif 4 4 8

Jumlah 16 16 32

2. Skala Konsep Diri

Skala ini digunakan untuk mengukur konsep diri yang disusun sesuai dengan dimensi-dimensi konsep diri menurut Fitts (1971, h. 14-20) yaitu :

a. Konsep diri identitas b. Konsep diri pelaku c. Konsep diri penilai d. Konsep diri fisik e. Konsep diri pribadi f. Konsep diri sosial g. Konsep diri moral etik h. Konsep diri keluarga

(47)

Skala direncanakan terdiri dari 36 item bentuk favorable. Penilaian pada item favorable subyek akan memperoleh skor empat (4) untuk jawaban Sangat Sesuai; skor tiga (3) untuk jawaban Sesuai; skor dua (2) untuk jawaban Tidak Sesuai; skor satu (1) untuk jawaban Sangat Tidak Sesuai. Blue print skala konsep diri dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2

Blue Print : Konsep diri

Dimensi-dimensi Jumlah Konsep Diri

Konsep diri identitas 4 Konsep diri pelaku 4 Konsep diri penilai 4 Konsep diri fisik 4 Konsep diri pribadi 4 Konsep diri sosial 4 Konsep diri moral etik 4 Konsep diri keluarga 4 Konsep diri akademik 4

Jumlah 36

F. Validitas dan Reliabilitas Alat Ukur

(48)

karena itu didalam setiap penelitian diperlukan suatu alat yaitu uji validitas dan reliabilitas alat ukur.

1. Validitas

Validitas adalah ukuran yang sesungguhnya mengukur apa yang akan diukur. Dapat juga dikatakan jika semakin tinggi validitas alat ukur tes, maka tes tersebut semakin mengenai sasarannya, atau menunjukkan apa yang seharusnya diukur. Jadi validitas merujuk kepada ketepatan tes dalam pengukurannya. Suatu tes yang dapat dikatakan mempunyai validitas yang tinggi apabila tes tersebut memberikan hasil ukur sesuai dengan tujuan tes tersebut (Agustiani, 2006, h. 168).

Uji validitas dalam penelitian ini menggunakan tenik korelasi Product Moment dari Karl Pearson. Angka korelasi yang di dapatkan akan dikoreksi untuk menghindari adanya over estimate atau kelebihan bobot. Teknik yang digunakan untuk mengoreksi adalah teknik korelasi part whole.

2. Reliabilitas

(49)

menggunakan teknik koefisien Alpha Cronbach yang dikembangkan oleh Cronbach.

G. Metode Analisis Data

(50)

BAB IV

PERSIAPAN PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Orientasi Kancah Penelitian

Penelitian dilakukan di SMP H. Isriati Semarang yang beralamat di Jl. Abdul Rahman Saleh No.285, Kalipancur, Ngaliyan, Kota Semarang, Jawa Tengah. Awal mula SMP H. Isriati masih menempati di Jl. Pandanaran No.126 atau di kawasan simpang 5 Semarang, satu lokasi dengan TK & SD HJ. Isriati Semarang. Lalu Pada tahun 2000 SMP H. Isriati Semarang mulai berpindah di kawasan Islamic centre di Jl. Abdul Rahman Saleh No.285 dan mulai beroperasi, dimulai dengan 2 kelas disetiap angkatannya lalu berkembang sampai sekarang terdapat 11 kelas dan pada tahun 2013 mendapatkan “AKREDITASI A”.

Jumlah kesuluruhan siswa SMP H. Isriati Semarang berjumlah 254 siswa yang terdiri dari kelas VII: 4 kelas, kelas VIII: 3 kelas dan kelas IX: 4 kelas. Selain itu juga ada Ruang kepala sekolah, ruang tata usaha, ruang BP/BK, ruang guru, ruang UKS, ruang OSIS, Lab. IPA, laboratorium komputer, laboraturium bahasa da multimedia, gedung perpustakaan berlantai 2, toilet/ kamar mandi siswa dan beberapa toilet/ kamar mandi yang menyatu, lapangan basket/ tennis, lapangan voley, lapangan upacara, dan masjid Islamic Centre.

Visi dari SMP H. Isriati adalah cerdas, terampil, berdasarkan iman dan taqwa. Sedangkan Misi SMP H. Isriati Semarang adalah:

a. Mempelajari dan mengkaji ilmu pengetahuan yang selalu didasari Keimanan dan Ketaqwaan kepada Allah serta taat kepada Rosul-Nya.

(51)

b. Melaksanakan pembelajaran dan bimbingan yang efektif dan efisien. c. Meiaksanakan pembelajaran yang penuh keseimbangan antara aspek

moral dan intelektual.

d. Melaksanakan pembelajaran yang berbasis penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi modern.

e. Mengembangkan sikap dan perilaku religiusitas di lingkungan dalam dan luar sekolah.

f. Mengembangkan budaya gemar membaca, rasa ingin tahu, bertoleransi, bekerja sama, saling menghargai, disiplin, jujur, kerja keras, kreatif, dan mandiri.

g. Menciptakan lingkungan sekolah yang aman, rapi, bersih, dan nyaman. h. Menciptakan suasana pembelajaran yang menantang, menyenangkan,

komunikatif, tanpa takut salah, dan demokratis.

Penentuan kancah penelitian tersebut didasarkan pada pertimbangan yang ada sebagai berikut:

a. Jumlah dan ciri-ciri subjek yang diteliti memenuhi syarat guna tercapainya tujuan dalam penelitian ini.

b. Pada hasil wawancara ditemui adanya masalah dalam motivasi berprestasi siswa pada kelas VIII reguler.

c. Di tempat penelitian khususnya di kelas VIII reguler belum pernah dilakukan penelitian dengan topik “ Motivasi Berprestasi Ditinjau Dari

Konsep Diri”.

d. Pihak sekolah bersedia dan mengijinkan peneliti untuk mengadakan penelitian di SMP H. Isriati Semarang.

(52)

memutuskan untuk mengadakan penelitian di SMP H. Isriati Semarang.

B. Persiapan Penelitian

Persiapan penelitian ini diawali dengan melakukan persiapan administrasi atau perijinan penelitian, penyusunan alat ukur (skala) dan uji preliminer alat ukur.

1. Permohonan Ijin Penelitian

Sebelum pelaksanaan penelitian, terlebih dahulu penulis meminta informasi dan kesediaan dari SMP H. Isriati Semarang, selanjutnya sesuai prosedur peneliti mengajukan surat permohonan ijin peneliti dari Dekan Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata yang dikeluarkan pada tanggal 11 April 2017 dengan nomor surat 2874/B.7.3/FP/IV/2017 yang ditujukan kepada Kepala Sekolah SMP H.Isriati Semarang. Surat ijin penelitian tersebut selanjutnya diserahkan kepada Kepala Sekolah SMP H. Isriati Semarang.

2. Penyusunan Alat Ukur

Alat ukur yang digunakan alam penelitian ini berupa skala yang terdiri dari skala morivasi berprestasi dan skala konsep diri. Uraian lebih lanjut dari kedua skala tersebut adalah sebagai berikut:

a. Skala Motivasi Berprestasi

(53)

Distribusi item skala motivasi berprestasi dapat dilihat pada tabel 3 berikut ini:

Tabel 3

Distribusi Item Skala Motivasi Berprestasi

Ciri-ciri motivasi

berprestasi Jumlah Pernyataan

Jumlah Favorable Unfavorable

Bertanggung jawab. 1,9,17,25 5,13,21,29 8 Mempertimbangkan 2,10,18,26 6,14,22,30 8 resiko.

Mempertimbangkan 3,11,19,27 7,15,23,31 8 umpan balik.

Kreatif-inovatif 4,12,20,28 8,16,24,32 8

Jumlah 16 16 32

b. Konsep Diri

Skala konsep diri disusun berdasarkan dimensi-dimensi konsep diri, yaitu diri identitas, diri pelaku, diri penilai, diri fisik, diri pribadi, diri sosial, diri moral etik, diri keluarga, dan diri akademik. Jumlah item skala konsep diri adalah 36 item yang terdiri dari 36 item favorable. Sebaran item skala konsep diri dapat dilihat pada tabel 4

(54)

Tabel 4

Distribusi Item Skala Konsep Diri

Dimensi-dimensi Jumlah Pernyataan Konsep Diri

Jumlah Favorable

Konsep diri identitas 1,4,7,10 4 Konsep diri pelaku 3,6,9,12 4 Konsep diri penilai 2,5,8,11 4 Konsep diri fisik 13,16,19,22 4 Konsep diri pribadi 15,18,21,24 4 Konsep diri sosial 14,17,20,23 4 Konsep diri moral etik 25,28,31,34 4 Konsep diri keluarga 27,30,33,36 4 Konsep diri akademik 26,29,32,35 4

Jumlah Item 36 36

3. Pelaksanaan Uji Preliminer Alat Ukur

(55)

C. Uji Validitas dan Reliabilitas

Pengujian terhadap validitas dan reliabilitas kedua alat ukur dilakukan melalui bantuan program komputer Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) versi 16. Perhitungan validitas alat ukur dilakukan dengan menggunakan teknik korelasi Product Moment oleh Pearson, sedangkan untuk uji reliabilitas dilakukan melalui teknik Alpha Cronbach.

1. Uji Validitas dan Reliabilitas Motivasi Berprestasi

Hasil uji validitas skala motivasi berprestasi yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa dari 32 item pernyataan terdapat 4 item yang gugur (tidak valid) dan terdapat 28 yang valid. Koefisien korelasi untuk item yang valid antara 0,288-0,816. Untuk uji reliabilitas ditemukan Alpha Cronbach sebesar 0,926 yang berarti skala tersebut layak digunakan dalam penelitian. Rincian item yang valid dan gugur pada skala motivasi berprestasi dapat dilihat tabel 5, sedangkan hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran C2.

Tabel 5

Sebaran Item Valid Skala Motivasi Berprestasi Ciri-ciri motivasi

Jumlah Pernyataan

berprestasi Jumlah

Favorable Unfavorable Item Valid

Bertanggung jawab. 1,9,17,25 *5,13,*21,29 6 Mempertimbangkan 2,10,18,26 6,14,22,30 8 resiko.

Memepertimbangkan 3,11,19,27 7,*15,23,31 7 umpan balik.

Kreatif-inovatif 4,12,20,28 *8,16,24,32 7

(56)

2. Uji Validitas dan Reliabilitas Konsep Diri

Hasil uji validitas skala konsep diri yang dilakukan oleh peneliti menunjukan bahwa dari 36 item pernyataan terdapat 2 item yang gugur (tidak valid) dan terdapat 34 yang valid. Koefisien korelasi untuk item yang valid antara 0,252-0,726. Untuk uji reliabilitas ditemukan Alpha Cronbach sebesar 0,937 yang berarti skala tersebut layak digunakan dalam penelitian. Rincian item yang valid dan gugur pada skala motivasi berprestasi dapat dilihat tabel 6, sedangkan hasil perhitungan uji validitas dan reliabilitas dapat dilihat pada lampiran C1.

Tabel 6

Sebaran Item Valid Skala Konsep Diri Dimensi-dimensi Pernyataan

Konsep Diri Jumlah

Favorable

Konsep diri identitas 1,4,7,10 4 Konsep diri pelaku 3,6,9,12 4 Konsep diri penilai *2,5,8,11 3 Konsep diri fisik 13,16,19,22 4 Konsep diri pribadi 15,18,21,24 4 Konsep diri sosial 14,17,*20,23 3 Konsep diri moral etik 25,28,31,34 4 Konsep diri keluarga 27,30,33,36 4 Konsep diri akademik 26,29,32,35 4

Jumlah Item 34 34

Keterangan: (*) item gugur

(57)

D. Pelaksanaan Penelitian

Pengambilan subjek penelitian diakukan dengan menggunakan teknik studi populasi. Teknik studi populasi adalah dimana seluruh populasi digunakan sebagai subyek penelitian. Oleh karena itu, tidak perlu melakukan penarikan sampel atau teknik sampling tertentu. Peneliti mengambil subjek kelas VIII reguler SMP H. Isrtiati Seamarang. Penelitian dilakukan pada hari Selasa, 16 Mei 2017, jam 8:40 pagi. Peneliti meminta izin kepada guru BK kelas VIII untuk menyebarkan angket kepada siswa kelas VIII reguler. Sebelum menyebarkan angket peneliti mengenalkan diri lalu memberitahukan cara pengisian angket dan membagikan angket kepada masing-masing siswa. Penelitian dilakukan pada kelas VIII B dan VIII C dengan jumlah keseluruhan siswanya 46, yang hadir pada hari itu berjumlah 46 siswa, sehingga semua angket dapat dibagikan.

(58)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil Penelitian 1. Uji Asumsi

Sebelum melakukan uji hipotesis, peneliti akan melakukan uji asumsi dan uji linieritas terlebih dahulu. Uji asumsi yang dilakukan dalam penenlitian ini adalah uji normalitas sebaran variabel penelitian, dan selanjutnya uji linieritas hubungan variabel bebas dengan variabel tergantung.

a. Uji Normalitas

Uji normalitas dilakukan agar dapat membuktikan apakah sebaran data berdistribusi normal atau tidak. Uji normalitas dalam penelitian ini menggunakan teknik Kolmogorov-Smirnov Z (K-S-Z). Pengujian normalitas terhadap alat ukur yang dilakukan ini dengan menggunakan program komputer Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) versi 16.

1) Motivasi Berprestasi

Berdasarkan uji normalitas terhadap data motivasi berprestasi diperoleh nilai data K-S-Z = 0,546 dengan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,927. Hasil tersebut diketahui bahwa sebaran data motivasi berprestasi memiliki distibusi normal. Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat dilampiran E1.

(59)

2) Konsep Diri

Berdasarkan uji normalitas terhadap data konsep diri diperoleh nilai data K-S-Z = 0,794 dengan nilai Asymp.Sig. (2-tailed) sebesar 0,554. Hasil tersebut diketahui bahwa sebaran data konsep diri memiliki distibusi normal. Hasil uji normalitas selengkapnya dapat dilihat dilampiran E1.

b. Uji Linieritas

Uji linieritas dilakukan untuk melihat hubungan antara kedua variabel. Perhitungan uji linieritas dilakukan dengan menggunakan program komputer Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) versi 16.

Kedua variabel memiliki hubungan dengan nilai F hitung sebesar 66,384 dengan p < 0,05 yang berarti bahwa hubungan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi adalah linier. Hasil uji linieritas selengkapnya dapat dilihat dilampiran E2.

2. Uji Hipotesis

Setelah dilakukan uji asumsi, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis ini dilakukan untuk mengetahui hubungan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi. Pengujian hipotesis ini menggunakan teknik Product Moment dengan menggunakan Statistical Packages for Social Sciences (SPSS) versi 16. Hasil uji analisis data Product Moment yang menguji hubungan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi menghasilkan rxy = 0,775 dengan p < 0,01, artinya

(60)

“Ada hubungan positif antara konsep diri dengan motivasi berprestasi”

diterima. Hasil dari uji hipotesis selengkapnya dapat dilihat pada pada lampiran F.

B. Pembahasan

Melalui hasil analisis data diketahui adanya hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMP H. Isriati Semarang sehingga hipotesis yang telah dibuat diterima. Hal ini dapat dilihat melalui nilai rxy= 0,775 dengan p < 0,01, sehingga semakin

positif konsep diri maka akan semakin tinggi motivai berprestasi, begitu juga sebaliknya.

Hasil dari penelitian ini didukung oleh penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Pan & Guha (2015, h. 7) pada subyek siswa SMP di India yang menyatakan bahwa konsep diri dan motivasi berprestasi berkorelasi secara signifikan satu sama lain. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

konsep diri dan motivasi berprestasi memiliki hubungan positif yang

signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa siswa dengan konsep diri yang baik

memiliki motivasi berprestasi yang baik. Jika Konsep diri siswa

berangsung-angsur meningkat, maka motivasi berprestasi mereka sekaligus

meningkat.

(61)

Konsep diri memiliki andil yang penting dalam meraih sebuah prestasi dimana siswa yang memandang positif dirinya dengan mengetahui kemampuannya secara baik, merasa setara dengan orang lain, mampu memperbaiki diri dan dapat menyelesaikan masalah dengan baik, serta bagaimana individu memandang atau menilai dirinya.

Penelitian yang dilakukan oleh Putri dkk (2016, h. 94) menunjukkan adanya hubungan konsep diri dengan motivasi berprestasi pada siswa SMA akselerasi dan siswa reguler. Hal ini menunjukkan semakin positif konsep diri yang ada pada diri siswa maka semakin tinggi motivasi berprestasinya, begitu juga sebaliknya jika siswa memandang negatif dirinya maka semakin rendah motivasi berprestasinya.

(62)

lomba yang diadakan.

Besarnya sumbangan efektif variabel konsep diri terhadap motivasi berprestasi adalah sebesar 60,06%. Hal itu mengindikasikan bahwa variabel konsep diri mempengaruhi motivasi berprestasi sebesar 60,06% dan 39,94% yang lainnya dipengaruhi oleh variabel lain diluar variabel penelitian ini, seperti pengaruh keluarga dan kebudayaan, peran seks, dan pengakuan dan prestasi.

Dari hasil perhitungan data variabel motivasi berprestasi diperoleh Mean Empirik (Me) = 84, 76 dengan standar deviasi empirik (SDe) 12,297.

Dalam Penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat 13 siswa yang memiliki motivasi berprestasi dalam kategori tinggi, 26 siswa dalam kategori sedang, dan 7 siswa dalam kategori rendah. Melalui hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa motivasi berprestasi siswa SMP H. Isriati Semarang dalam kategori sedang.

(63)

mengerjakan soal-soal yang diberikan dan berusaha untuk mengerjakan dan mengumpulkan tugas dan PR tepat waktu. Menurut Purwanto (Musfiroh, 2012, h. 34) pemberian hadiah (Reward) merupakan salah satu cara untuk dapat meningkatkan motivasi berprestasi siswa, dengan motivasi berprestasi yang sudah ada itulah prestasi belajar siswa akan meningkat, sebab motivasi merupakan syarat mutlak untuk belajar.

Sementara hasil perhitungan data variabel konsep diri diperoleh Mean Empirik (Me) = 105,8 dengan standar deviasi empirik (SDe) 13,005.

Dalam Penelitian ini dapat diketahui bahwa terdapat 7 siswa yang memiliki konsep diri dalam kategori tinggi, 28 siswa dalam kategori sedang, dan 11 siswa dalam kategori rendah. Hasil tersebut diketahui bahwa konsep diri subyek pada kategori sedang.

Hal ini disebabkan oleh, dalam perkembangan siswa disekolah pastilah tidak luput dari peran orang-orang yang ada disekitar mereka, seperti guru dan juga orang tua dirumah. Guru disekolah dapat memberikan arahan dan bimbingan untuk siswa ditambah lagi dengan adanya bimbingan konseling yang diarahkan oleh guru BK, dan orang tua yang tidak ada hentinya memberikan dukungan dan juga nasihatnya kepada sang anak sehingga dapat memberikan pengaruh yang baik bagi diri siswa, siswa dapat mengembangkan konsep diri mereka yang selanjutnya akan mengarah pada pemahaman tentang kelebihan, kekurangan, minat dan bakat, sikap, emosi, dan pengetahuan, sehingga siswa dapat memiliki pemikiran yang lebih baik dan positif mengenai dirinya.

(64)

salah satu faktor yang mempengaruhi konsep diri. Pengaruh orang dekat atau orang penting sepanjang kehidupan kita akan mempengaruhi konsep diri kita. Pertama-tama orang yang mempengaruhi konsep diri kita adalah orang tua kita. Semua manusia memandang penting orang tua sehingga orang tua dapat dikatakan sebagai pemberi pengaruh yang utama dan pertama bagi pembentukan konsep diri kita. Lalu saat masuk dalam lingkungan sekolah kita mengenal significant others lain , yaitu guru.

Pada pelaksanaan penelitian ini, secara keseluruhan penelitian ini dapat berjalan dengan lancar dan sesuai dengan harapan dari peneliti. Namun penelitian ini tentunya juga tidak luput dari kelemahan-kelemahan yang mungkin dapat mempengaruhi hasil dalam penelitian ini, antara lain:

1. Jarak waktu pengambilan data di kedua kelas berdekatan, sehingga kemampuan peneliti dalam mengelola kelas kurang.

2. Pada penelitian ini tidak menggunakan try out terlebih dahulu, tetapi langsung menggunakan try out terpakai, sehingga item yang kurang tepat tidak dapat dihilangkan dalam skala penelitian.

(65)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN

A.

Kesimpulan

Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan di SMP H. Isriati Semarang, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Terdapat hubungan positif yang sangat signifikan antara konsep diri dengan motivasi berprestasi. Semakin positif konsep diri siswa SMP. H Isriati Semarang maka semakin tinggi motivasi berprestasi dan begitu juga sebaliknya.

2. Konsep diri tergolong sedang dan motivasi berprestasi tergolong sedang pada siswa SMP H. Isriati Semarang.

3. Sumbangan efektif konsep diri terhadap motivasi berprestasi yaitu sebesar 60,06% .

B.

Saran

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, maka peneliti memberikan beberapa saran yaitu:

1. Bagi siswa SMP H. Isriati Semarang

Siswa SMP H. Isriati Semarang khususnya kelas VIII reguler hendaknya tetap mengembangkan konsep diri yang positif dan tetap berusaha untuk meningkatkan motivasi berprestasi yang lebih baik lagi.

2. Bagi peneliti selanjutnya

Bagi peneliti selanjutnya disarankan dapat mengamati dan mengontrol secara langsung jalannya proses pengisian skala agar

(66)

subyek dapat mengisi skala dengan lebih baik. Dan juga perlu diperhatikan untuk jumlah item yang ada pada tiap skalanya hendaknya dirasa cukup untuk dapat menggali setiap variabelnya.

(67)

DAFTAR PUSTAKA

Agustiani, H. (2006). Psikologi Perkembangan: Pendekatan Ekologi Kaitannya dengan Konsep Diri dan Penyesuaian Diri Pada Remaja. Bandung: PT Refika Aditama

Arifin,A. A., & Ratnasari,S. (2017). Hubungan Minat Melanjutkan Pendidikan ke Perguruan Tinggi dengan Motivasi Belajar Siswa. Jurnal Konseling Andi Matappa, 1(1), 77-82

Awan, R.U., Noureen, G., & Naz, A. (2011). A Study of Relationship between Achievement Motivation, Self Concept and Achievement in English and Mathematics at Secondary Level. International Education Studies, 4(3), 72-79

Azwar, S. (2013). Metode Penelitian. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Bosse, A. (2015). Need for Achievement (n Ach) and Occupation. The Huron University College Journal of Learning and Motivation, 53 (1), 1-16

Dhohiri, T.R., Wartono,T., & Wiraatmadja, D. (2007). Sosiologi 3. Jakarta: Yudhistira

Fatwati, A.M., & Fakhruddiana, F. (2014). Kecenderungan Polas Asuh Permisif dan Kepercayaan Diri Dengan Motivasi Berprestasi Pada Siswa. Humanitas, 11(1), 9-18

Fernald, D.L., & Fernald P.S. (2004). Munn’s Introduction to Psychology Fifth Edition. Delhi: A. I. T. B. S. Publishers and Distributors

Fitts, W.H. (1971). The Self Concept and Self Actualization. California: Western Psychological Services

Hadi, S. (1990). Metodologi Research. Yogyakarta: Andi Ofset

Hawadi, R.A. (2001). Psikologi Perkembangan Anak Mengenal Sifat,Bakat, dan Kemampuan Anak. Jakarta: PT Gramedia Widiasarana Indonesia

(68)

Hurlock, E.B. (2003). Psikologi Perkembangan. Alih Bahasa: Istiwidayanti dan Soedjarwo. Jakarta: Erlangga

Khan, A., & Alam, S. (2015). Self-Concept in Relation to Achievement Motivation of High School Students. The International Journal of Indian Psychology, 2(4), 63-71

Muhith, A. (2015). Pendidikan Keperawatan Jiwa: Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Andi Offset

Musfiroh, K. (2012). Pengaruh pemberian Reward dan Punishment terhadap Minat Belajar Siswa (Studi pada SMP Negeri 03 Kota Salatiga Kelas VII Tahun Ajaran 2011/2012) (Skripsi tidak dipublikasi). Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri, Salatiga.

Muslimah, A.I., & Wahdah, N. (2013). Hubungan Antara Attachment dan Self Esteem dengan Need for Achievement pada Siswa Madrasah Aliyah Negeri 8 Cakung Jakarta Timur. Jurnal Soul. Jakarta, 6(1), 44-56

Mustaqim, & Wahib, A. (2010). Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Ormrod, J.E. (2008). Psikologi Pendidikan: Membantu Siswa Tumbuh dan Berkembang. Jakarta: Erlangga

Pan, A., & Guha, A. (2015). A Study on Self Concept and Achievement Motivation of English Medium School Student of Hooghly District. International Journal of Teacher Educational Research, 4(3), 1-9

Prabadewi, K.D.L., & Widiasavitri, P.N. (2014). Hubungan Konsep Diri Akademik dengan Motivasi Berprestasi pada Remaja Awal yang Tinggal di Panti Asuhan di Denpasar. Jurnal Psikologi Udayana, 1(2), 261-270

Putri, F. A, Monika, S., & Ninawati. (2016). Hubungan Konsep diri dengan Motivasi Berprestasi Pada Siswa Akselerasi dan Siswa Reguler. Provitae Jurnal Psikologi Pendidikan, 7(1), 78-98

Rahmaningsih, N.D., & Martani, W. (2014). Dinamika Konsep Diri pada Remaja Perempuan Pembaca Teenlit. Jurnal Psikologi, 41(2), 179-189

(69)

Sarwono, S.W., & Meinarno, E.A. (2009). Psikologi Sosial. Jakarta:

Salemba Humanika

Setiawati, E., & Suparno. (2010). Interaksi Sosial dengan Teman Sebaya pada Anak Homeschooling dan Anak Sekolah Reguler. Jurnal Ilmiah Berskala Psikologi, 12(1), 55-65

Singh, K. (2011). Study of Achievement Motivation in Relation to Academic Achievement of Students. International Journal of Educational Planning & Administration, 1(2), 161-171

Supardi. (2012). Arah Pendidikan Di Indonesia Dalam Tataran Kebijakan dan Implementasi. Jurnal Formatif, 2(2), 111-121

Walgito, B. (2004). Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset Wardana, D. S. (2013). Motivasi Berprestasi dengan Kinerja Guru yang

Gambar

Tabel. 4 Distribusi Item Skala Konsep Diri .............................................................
Tabel 1
Tabel 2
Tabel 3
+4

Referensi

Dokumen terkait

viride dan FMA belum menunjukkan hasil yang lebih tinggi dari pada pemberian pupuk anorganik, namun berpotensi menyokong pertumbuhan dan perkembangan tanaman

Berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan sebelumnya yakni penelitian Arief (2013) yang meneliti tentang Pengaruh Risiko Kredit,Risiko Likuiditas,Risiko Tingkat Bunga terhadap

1) Variabel seluruh dimensii dari servqual yaitu, bukti fisik, Keandalan, responsfi, garansi dan pedulian ber-pengaruh positif secara bersamaan terhadap kepuasan

Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (1) mempunyai tugas membantu Bupati melaksanakan Urusan Pemerintahan bidang

Armada penangkapan ikan di wilayah Perairan Kabupaten Sukabumi dapat dibedakan menjadi perahu tanpa motor, perahu motor tempel dan kapal motor. Sejalan dengan

Pada penelitian yang dilakukan oleh Christi (2016) yang mengukur intensitas bising di dua pemukiman berbeda, dapat diketahui bahwa pemukiman yang tidak terpapar

Madrasah Tsanawiyah yang selanjutnya disingkat MTs adalah salah satu bentuk satuan pendidikan formal dalam binaan Kementerian Agama yang menyelenggarakan Pendidikan Umum

Setiap elemen kapasitor dilengkapi fuse, apabila terjadi kegagalan elemen kapasitor maka fuse yang berfungsi sebagai pembatas arus akan memutuskan secara efektif