• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP BETA SAHAM SYARIAH ABSTRACT

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI TERHADAP BETA SAHAM SYARIAH ABSTRACT"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH FAKTOR FUNDAMENTAL DAN VARIABEL MAKRO EKONOMI

TERHADAP BETA SAHAM SYARIAH

Anggi Mashita Ratna Anggie_mashita@ymail.com

Maswar Patuh Priyadi

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Indonesia (STIESIA) Surabaya

ABSTRACT

The purpose of this research is to find out the impact on the fundamental factor which is proxy by earning per share (EPS), total asset growth (TAG), leverage (LG) and accounting beta (ACB), and economy macro which is proxy by the inflation rate (TI) and Rupiah exchange rate to the Dollar at the manufacturing companies which are listed in a group of Jakarta Islamic Index (JII). The research result shows that: (1) The earning per share variable (EPS) has significant impact on the sharia stock beta (BS). (2) The total asset growth variable has significant impact on the sharia stock beta (BS). (3) The leverage which is independent variable has no significant impact on the sharia stock beta. (4) The accounting beta variable (ACB) has significant impact on the sharia stock beta. (5) The inflation rate variable (TI) has no significant impact on the sharia stock beta. (6) The Rupiah exchange rate to the Dollar has no significant impact on the sharia stock beta.

Keywords: Stock Beta, Earning Per share, Total Asset Growth, Leverage, Accounting Beta, Inflation Level, and Rupiah Exchange Rate to the Dollar.

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor fundamental yang di proksikan dengan earning pershare (EPS), total asset growth (TAG), leverage (LG) dan accounting beta (ACB) dan makro ekonomi yang di proksikan dengan tingkat inflasi (TI) dan kurs rupiah terhadap dollar pada perusahaan manufaktur yang terdaftar didalam kelompok Jakarta Islamic Index (JII).

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa: (1) variabel earning pershare berpengaruh terhadap beta saham syariah; (2) total asset growth berpengaruh terhadap beta saham syariah; (3) leverage berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap beta saham syariah; dan (4) accounting beta berpengaruh terhadap beta saham syariah; (5) tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah; (6) kurs rupiah terhadap dollar tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah.

Kata kunci:

beta saham, e

arning pershare, total asset growth, leverage, accounting beta,

tingkat inflasi, dan kurs rupiah terhadap dollar.

PENDAHULUAN

Pada masa sekarang ini pasar modal merupakan salah satu sarana informasi yang banyak diminati oleh para investor. Pasar modal sebagai sarana investasi, dapat digunakan oleh investor untuk ikut serta dalam kepemilikan saham suatu perusahaan, dan dapat digunakan untuk pemerataan pendapatan. Pasar modal sebagai salah satu instrumentasi sistem keuangan merupakan salah satu tolak ukur perkembangan ekonomi suatu negara. Perkembangan pasar modal di indonesia telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekononomi Indonesia. Seiring perkembangan pasar modal, maka dikembangkan pula pasar modal syariah.

Perkembangan pasar modal syariah menunjukan kemajuan seiring dengan

meningkatnya indeks yang ditunjukan dalam Jakarta Islamic Index (JII). Peningkatan pada JII

(2)

kenaikan secara prosentase indeks pada JII lebih besar dari IHSG. Hal ini dikarenakan adanya konsep halal, berkah dan bertambah pada pasar modal syariah yang memperdagangkan saham syariah. Pasar modal syariah menggunakan prinsip, prosedur, asumsi, instrumentasi, dan aplikasi bersumber dari nilai epistemologi Islam. Pasar modal memperdagangkan beberapa jenis sekuritas yang mempunyai tingkat resiko berbeda-beda. Saham merupakan salah satu sekuritas yang mempunyai tingkat risiko cukup tinggi. Hal ini disebabkan risiko saham berhubungan dengan keadaan-keadaan yang terjadi, seperti keadaan perekonomian, politik, industri, dan keadaan perusahaan atau emiten.

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return suatu sekuritas atau return

portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur volatilitas return sekuritas ke-i dengan return pasar. Dengan demikian beta merupakan pengukur risiko sitematik (systematic risk) dari suatu sekuritas atau portofolio relatif terhadap risiko pasar. Volatilitas dapat didefinisikan sebagai fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu (Jogiyanto, 1998:193-194)

Resiko investasi dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, diantaranya faktor yang terjadi dari perusahaan dan faktor yang bersal dari makro ekonomi suatu negara. Data keuangan fundamental perusahaan merupakan cerminan dari kondisi perusahaan, karena dengan mengetahui aspek fundamental perusahaan melalui rasio rasio yang ada, investor dapat menentukan perusahaan mana yang layak menjadi tempat berinvestasi, sedangkan kondisi suatu negara meliputi kondisi perekonomian yang terjadi pada suatu negara, yang juga memiliki pengaruh terhadap resiko berinvestasi.

Untuk mengukur risiko digunakan koefisien beta. Mengetahui beta suatu sekuritas merupakan hal yang penting untuk menganalisis sekuritas atau portofolio. Beta suatu sekuritas menunjukan kepekaan tingkat keuntungan suatu sekuritas terhadap perubahan-perubahan pasar (Aruzzi dan Bandi (2003). Saat ini telah banyak dilakukan penelitian mengenai beta saham syariah dengan hasil yang beragam. Variabel fundamental tidak terbukti berpengaruh terhadap beta saham syariah (Aruzzi dan Bandi (2003), Hamzah (2005), Auliyah dan Hamzah (2006))

Hingga sampai saat ini, telah banyak dilakukan berbagai penelitian mengenai beta saham syariah. Aruzzi dan Bandi (2003) meneliti tentang pengaruh tingkat suku bunga, rasio profitbilitas, dan beta akuntansi terhadap beta saham syariah di Bursa Efek Jakarta tahun

2001-2002 yang dipilih secara purposive sampling. Variabel independen yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi tingkat suku bunga, rasio profitabilitas, dan beta akuntansi. Pengukuran suku bunga dihitung berdasarkan suku bunga yang ditentukan oleh Bank Indonesia. Untuk faktor fundamental terdiri dari rasio profitabilitas diukur menggunakan

rata-rata return on total asset (ROA), dan return on equity (ROE). Hasil penelitian Aruzzi dan

Bandi (2003) bahwa rasio profitabilitas dan beta akuntansi secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Sedangkan secara parsial pengaruh masing-masing variabel independen tidak ada yang berpengaruh signifikan terhadap beta saham.

Hamzah (2005) meneliti tentang Analisa Ekonomi Makro, Industri, dan Karakteristik Perusahaan Terhadap Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta tahun 2001-2004 yang

dipilih secara purposive sampling. Hasil penelitian Ardi (2005) menunjukan bahwa kurs

rupiah terhadap dollar dan Produk Domestik Bruto signifikan. Leverage dan profitabiltas

signifikan. Sedangkan jenis industri devidend payout ratio, variabilitas laba, beta akuntansi,

cyclicality dan price book ratio tidak signifikan terhadap beta saham syariah.

Auliyah dan Hamzah (2006) meneliti tentang Analisa Karakteristik Perusahaan,

Industri dan Ekonomi Makro terhadap Return dan Beta Saham Syariah di Bursa Efek Jakarta

tahun 2001-2005 yang dipilih secara purposive sampling. Hasil penelitian Auliyah dan

(3)

ekonomi makro secara simultan tidak berpengaruh signifikan terhadap return saham syariah tetapi berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham syariah. Pengujian secara parsial menunjukan bahwa variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro tidak signifikan pada return saham syariah, sedangkan variabel-variabel karakteristik perusahaan, industri, dan ekonomi makro terhadap beta saham mempunyai pengaruh signifikan adalah

cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan produk Domestik Bruto.

Fidiana (2010) meneliti tentang Pengaruh tingkat suku bunga, tingkat inflasi, dan rasio

keuangan terhadap beta saham di JII tahun 2001-2005 yang dipilih secara purposive sampling.

Hasil penelitian pengujian simultan membuktikan bahwa variabel fundamental berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Pengujian secara parsial hipotesis nol tidak

dapat ditolak untuk tingkat inflsi, suku bunga, beta akuntansi, dividen yield. Pengujian secara

parsial menghasilkan tiga variabel yang signifikan yaitu leverage, earnins variability, dan price

book value. Dengan demikian dapat disimpukan bahwa , earning variability, dan price book value berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah.

Yulianto (2010) meneliti tentang Analisis pengaruh asset growth, earning pershare, debt

to total asset, return on investment, dan dividend yield terhadap beta saham ( Studi pada

perusahaan perbankan yang tercatat di BEI periode 2005-2007) yang dipilih secara purposive

sampling. Hasil penelitian pengujian membuktikan bahwa variabel asset growth, debt to total asset, dan return on investment, berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Sementara

variabel earning pershare dan dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap beta

saham.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan tersebut masih memiliki hasil yang relatif berbeda satu sama lain, hal ini dapat terjadi karena perbedaan dalam pengukuran variabel dan populasi penelitian. Oleh sebab itu penelitian ini akan menguji kembali dan mengembangkan penelitian sebelumnya mengenai pengaruh faktor fundamental yang

diukur dengan earning pershare, asset growth, leverage dan beta akuntansi, variabel makro

ekonomi yang diukur dengan inflasi, suku bunga, dan kurs rupiah terhadap dollar terhadap

beta saham syariah pada perusahaan yang terdaftar didalam Jakarta Islamic Index di Bursa

Efek Indonesia.

TINJAUAN TEORETIS DAN HIPOTESIS Pasar Modal

Perkembangan pasar modal syariah di Indonesia secara umum ditandai oleh berbagai indikator diantaranya adalah semakin maraknya para pelaku pasar modal syariah yang mengeluarkan efek-efek syariah selain saham. Pasar modal syariah adalah pasar modal yang dijalankan dengan konsep syariah, dimana setiap perdagangan surat berharga mentaati ketentuan transaksi sesuai dengan basis syariah. Pasar modal syariah tidak hanya ada dan berkembang di Indonesia tetapi juga di negara-negara lain. Lembaga keuangan yang pertama kali menaruh perhatian di dalam mengoperasikan portofolionya dengan

manajemen portofolio syariah di pasar modal adalah Amanah Income Fund yang didirikan

bulan Juni 1986. Oleh para anggota the North American Islamic Trust yang bermarkas di

Indiana, Amerika Serikat. Wacana mengenai pasar modal syariah ini disambut dengan antusias di seluruh belahan bumi ini mulai kawasan Timur Tengah, Eropa, Asia dan Amerika. Beberapa negara yang proaktif dalam mengembangkan pasar modal yang berprinsipkan syariah dan konsisten dalam menerapkan syariah islam dalam sendi

kehidupanya adalah Bahrain Stok di Bahrain, Amman Financial Market di Amman, Muscat

(4)

Perkembangan pasar modal di Indonesia juga mengikuti perkembangan di negara-negara lain dengan membentuk pasar modal syariah. Hadirnya pasar modal syariah yang

diluncurkan pada bulan Juli 2000 di tandai dengan berdirinya Jakarta Islamic Index. Tidak

terlepas dari nilai-nilai kemanusiaan untuk mendapatkan keuntungan dengan cara yang syariah.

Instrumen Pasar Modal Syariah

Investasi keuangan syariah harus disertai dengan kegiatan sektor riil atau transaksi

yang mendasari (Underlying transaction). Untuk itu, penciptaan instrumen investasi syariah

dalam pasar modal adalah dari sekuritas asset/proyek (asset securitation) yang merupakan

bukti penyertaa, sekuritas utang (debt securitation) atas penerbitan surat utang yang timbul

atas transaksi jual beli (al dayn) atau merupakan sumber pendanaan bagi perusahaan,

sekuritas modal (equity securitisation), merupakan emisi surat berharga oleh perusahaan yang

terdaftar dalam pasar modal syariah dalam bentuk saham.

Adapun instrumen pasar modal yang sesuai dengan syariah dalam pasar perdana

adalah muqaradah/mudharabah funds, saham biasa (common stock), muqaradah/mudharabah

bonds. Karena instrumen pasar modal tersebut diperdagangkan di pasar perdana, maka prinsip dasar perdana adalah semua efek harus berbasis pada harta atau transaksi riil, tidak

boleh menerbitkan efek utang untuk membayar kembali utang (bay al dayn bi al dayn), dana

atau hasil penjualan efek akan diterima pemodal (shohibul maal), tidak boleh memberikan

jaminan hasil yang semata-mata merupakan fungsi dari waktu (Harahap,2001).

Sedangkan untuk pasar sekunder ada beberapa tambahan dari prinsip dasar pasar

perdana, yaitu tidak boleh membeli efek berbasis trend (indeks), suatu efek dapat diperjual

belikan namun hasil (manfaat) yang diperoleh dari efek tersebut berupa kupon atau deviden

tidak boleh diperjual belikan, tidak boleh melakukan suatu transaksi murabahah dengan

menjadikan objek transaksi sebagai jaminan. Adapun jenis instrumen pasar modal yang jelas

diharamkan syariah adalah preferred stock (saham istimewa), forward contract, option.

Risiko Saham

Pasar modal merupakan pasar untuk berbagai instrument keuangan (sekuritas) yang diperdagangkan baik dalam bentuk hutang maupun perusahaan swasta. Investor selalu menghadapi dua masalah didalam berinvestasi yaitu return dan risiko mempunyai dua komponen yang tidak dapat dihindari dari investasi. Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif (Jogiyanto, 2003:130). Semakin tinggi risiko, maka semakin tinggi pula ecpected returnnya, begitu pula sebaliknya. Oleh sebab itu dalam membuat investasi, investor akan selalu mencariportofolio optimum yang menawarkan expected return maximal pada tingkat risiko tertentudengan risiko yang maximum.

Risiko sering kali disinonimkan dengan ketidakpastian karena risiko sering mengacu pada adanya variasi nilai antara yang diperkirakan dengan nilai yang di observasi. Menurut Husnan (1998) risiko dapat dikelompokan menjadi 2 yaitu :

1. Risiko sistematis (Systematic Risk)

Adalah risiko selalu ada dan tidak bias dihilangkan dengan diversivikasi systematic risk

sering disebut dengan market risk karena fluktuasi risiko ini disebabkan oleh karena

faktor kondisi perekonomian, kebijakan pajak dan kondisi sosial politik.

2. Risiko tidak sitematis (Unsystematic Risk)

Adalah risiko yang dapat dihilangkan oleh faktor mikro spesifik perusahaan seperti

market share, jajaran managemen dan laba tahunan. Unsystematic risk dapat dihindari dengan cara melakukan diversifikasi atas portofolio yang dimiliki oleh investor.

(5)

Saham Syariah

Saham syariah merupakan salah satu bentuk dari saham biasa yang memiliki karakteristik khusus berupa kontrol yang ketat dalam hal kehalalan ruang lingkup kegiatan

usaha. Saham syariah dimasukan dalam perhitungan Jakarta Islamic Index (JII) merupakan

indeks yang dikeluarkan oleh PT. Bursa Efek Indonesia yang merupakan subset dari Indeks

Harga Saham Gabungan (IHSG). JII diluncurkan pada tanggal 3 juli 2000 dan

menggunakantahun 1 Januari 1995 sebagai base date dengan nilai 100. Bagi perusahaan yang

terdaftar di Jakarta Islamic Indeks paling tidak mereka dinilai telah memenuhi penyaringan

syariah dan kriteria untuk indeks.

Penyaringan secara syariah yang difatwakan oleh Dewan Syariah Nasional No. 20 tentang Pedoman Pelaksanaan Investasi untu Reksa Dana Syariah. Kriteria untuk indeks adalah kapitalisasi pasar harian rata-rata selama satu tahun. Dari kedua penilaian tersebut,

untuk perusahaan emiten dapat digolongkan dalam daftar JII melalui prosedur teknis, yaitu

saham dari emiten dipilih yang tidak bertentangan dengan syariah yang telah listing minimum 3 bulan, kecuali saham-saham tersebut termasuk 10 besar kapitalisasi pasar. Saham dipilih dengan nilai transaksi rata-rata tertinggi harian sejumlah 30 saham. Evaluasi terhadap komponen indeks dilakukan setiap 6 bulan sekali.

Earning pershare

Earning pershare adalah rasio yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earning pershare yang tinggi dibandingkan saham yang memiliki earning pershare rendah. Earnings pershare yang rendah cenderung membuat harga saham turun (Tandelilin,

2001;241-242). Earning pershare (EPS) merupakan indikator dari apa yang dipikirkan investor

tentang kinerja perusahaan pada masa lalu dan di masa yang akan datang.

Total Asset Growth

Total Asset Growth adalah rata-rata pertumbuhan kekayaan perusahaan. Bila kekayaan perusahaan adalah tetap jumlahnya, maka pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi berarti besarnya kekayaan akhir perusahaan tersebut semakin besar. Demikian pula sebaiknya, pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi, bila besarnya kekayaan akhir tinggi berarti kekayaan akhir tinggi berati kekayaan awalnya rendah. Variabel pertumbuhan

aktiva (asset growth) juga dapat didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan)

tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan dengan beta.

Leverage

Struktur modal yang optimal akan memaksimalkan shareholder’s wealth. Sehingga penggunaan leverage financial dapat meningkatkan return kepada pemegang saham. Penggunaan leverage akan mempengaruhi laba bersih yang akhirnya akan mempengaruhi return saham perusahaan (Fidiana, 2010).

Accounting Beta

Accounting beta merupakan beta yang timbul dari regresi time series laba perusahaan terhadap rata-rata keuntungan semua perusahaan sampel (Husnan, 1994). Dengan kata lain, beta menunjukan koefisien regresi atas keuntungan suatu perusahaan. Menurut, Jogiyanto (1998:247), beta akuntansi ini dapat dihitung secara bersama dengan laba pasar (yang menggunakan data return).

(6)

Makin tinggi accounting beta perusahaan, makin tinggi pula beta saham. Karena beta merupakan pencerminan risiko, maka semakin tinggi nilai beta saham suatu perusahaan maka akan semakin besar risiko yang harus ditanggung oleh investor. Kondisi demikian akan mengakibatkan risiko yang akan ditanggung oleh pemegang saham juga semakin

besar. Acounting beta diharapkan mempunyai hubungan yang positif dengan beta saham.

Tingkat Inflasi

Tingkat Inflasi adalah ukuran aktivitas ekonomi yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakatmenurun. Sebagian besar perusahaan akan mengalami penurunan harga saham bila tingkat inflasi naik lebih besar dari yang diharapkan. Sehingga dapat dikatakan inflasi berkorelasi negatif dengan harga saham (Fidiana, 2010).

Kurs Rupiah Terhadap Dollar

Banyak hal yang mempengaruhi naik turunya kinerja saham, diantaranya faktor makro ekonomi seperti inflasi , nilai tukar kurs rupiah terhadap dollar, dan suku bunga. Nilai tukar suatu mata uang adalah harga mata uang suatu negara terhadap negara asing lainya. Harga pada umunya terkait dengan sejumlah uang dan nilai tukar mata uang ini bersifat stabil dan labil atau terlalu bergerak naik atau turun.

Beta saham syariah

Menurut Jogiyanto (1998): “Beta merupakan suatu pengukur volatilitas dari return suatu sekuritas atau return portofolio terhadap return pasar. Beta sekuritas ke-i mengukur

volatilitas return portofolio denan return pasar. Accounting beta merupakan beta yang timbul

dari regresi time series PER perusahaan dengan rata-rata PER perusahaan sampel (Fidiana, 2010).

Pengembangan Hipotesis

Pengaruh earning pershare terhadap beta saham syariah.

Earning pershare adalah rasio yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earning pershare tinggi dibandingkan saham yang memiliki earning pershare rendah. Earning pershare yang rendah cenderung membuat harga saham turun (Tandelilin, 2001;241-242).

Penelitian menurut hasil pengujian Auliyah dan Hamzah (2006) hasil pengujian ini

menunjukan bahwa variabel karakteristik perusahaan (earning pershare, dividend payout,

current ratio, return on investmen dan cyclicality), Industri dan Ekonomi Makro (kurs rupiah terhadap dollar dan PDB) terhadap return saham syariah tidak signifikan pada level 5% syariah. Tetapi berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5% terhadap beta saham syariah

sementara dengan beta saham syariah menunjukan bahwa cyclicality, kurs rupiah terhadap

dollar dan GDP pada level 5% signifikan terhadap beta saham syariah. Berdasarkan uaraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:

H1 : Earning pershare berpengaruh positif terhadap beta saham syariah.

Pengaruh total asset growth terhadap beta saham syariah.

Perusahaan yang mengalami laba akan dapat dikatakan telah melakukan kinerja keuangan dengan baik dan akan memengaruhi ekspektasi para investor untuk memperoleh

(7)

pembagian laba dalam bentuk dividen. Selanjutnya ekspektasi tersebut akan memengaruhi perilaku investor dalam melakukan transaksi di bursa. Secara teori jika perusahaan memperoleh laba yang semakin besar, maka perusahaan akan mampu membagikan dividen yang semakin besar dan akan berpengaruh secara positif terhadap return saham yang akan

diharapkan investor sehingga berdampak pada abnormal return. Hasil penelitian terdahulu

yang dilakukan oleh Djam’an (2011) membuktikan bahwa adanya hubungan positif antara

laba akuntansi terhadap abnormal return. Hal ini mengindikasikan bahwa informasi

mengenai laba perusahaan masih banyak dipakai oleh investor dalam menilai kinerja perusahaan walaupun terdapat informasi yang lain. Hal tersebut juga menunjukkan bahwa profitabilitas yang tinggi memberikan sinyal positif mengenai pertumbuhan nilai perusahaan di masa yang akan datang.

Pengaruh total asset growth terhadap beta saham syariah.

Total Asset Growth adalah rata-rata pertumbuhan kekayaan perusahaan. Bila kekayaan perusahaan adalah tetap jumlahnya, maka pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi berarti besarnya kekayaan akhir perusahaan tersebut semakin besar. Demikian pula sebaiknya, pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi, bila besarnya kekayaan akhir tinggi berarti kekayaan akhir tinggi berati kekayaan awalnya rendah. Variabel pertumbuhan

aktiva (asset growth) juga dapat didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan)

tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hungan dengan beta. Yulianto (2010) telah meneliti hubungan total asset growth dengan beta saham syariah.

Hasil penelitian pengujian membuktikan bahwa variabel asset growth, debt to total asset, dan

return on investment, berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Sementara variabel

earning pershare dan dividend yield tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham. Berdasarkan uaraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:

H2 : total asset growth berpengaruh positif terhadap beta saham syariah.

Pengaruh leverage terhadap beta saham syariah.

Rasio Leverage, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai berapa

jauh aktiva yang dibiayai dengan hutang (Husnan, 1994:217). Apabila perusahaan mempunyai hutang semakin banyak maka semakin besar beban bunga dan angsuran pokok

pinjaman yang harus dibayar. Pada dasarnya perusahaan yang menggunakan leverage

tujuannya agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari biaya tetapnya. Jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan lebih rendah dari biaya tetapnya, maka akibatnya dividen yang akan diterima pemegang saham akan semakin kecil.

Penelitian Hamzah (2005) menyatakan bahwa pengujian ini dengan menggunakan F test atau anova variabel ekonomi makro, industri dan karakteristik perusahaan signifikan

pada level 5% terhadap beta saham syariah. Pengujian regresi secara parsial dengan t test

menunjukan bahwa kurs rupiah terhadap dollar dan PDB signifikan pada tingkat 5%,

leverage dan profitabilitas signifikan pada tingkat 5%. Karakteristik perusahaan, dividend payout, variabilitas laba, beta akuntansi, cyclicality dan Price Book Ratio tidak signifikan terhadap beta saham syariah.

Berdasarkan uaraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:

(8)

Pengaruh accounting beta terhadap beta saham syariah.

Accounting beta merupakan beta yang timbul dari regresi time series PER perusahaandengan rata-rata PER perusahaan sampel (Fidiana, 2010). Beta akuntansi diprediksikan memiliki hubungan positif dengan beta saham (Jogiyanto, 1998)

Penelitian Suseno (2009) menyatakan bahwa financial leverage, asset growth, earning

variability dan accounting beta secara parsial mempengaruhi risiko sistematik (beta) saham. Berdasarkan uaraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:

H4 : accounting beta berpengaruh positif terhadap beta saham syariah.

Pengaruh tingkat inflasi terhadap beta saham syariah.

Tingkat inflasi adalah ukuran aktifitas ekonomi yang sering digunakan untuk menggambarkan kondisi ekonomi nasional. Inflasi yang tinggi akan mengakibatkan daya beli masyarakat menurun. Sebagian besar perusahaan akan mengalami penurunan harga saham bila tingkat naik lebih besar dari apa yang diharapkan. Sehingga dapat dikatakan inflasi berkorelasi negatif dengan harga saham. Fidiana (2010) menyatakan bahwa pengujian ini tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap beta saham syariah menghasilkan nilai signifikansi 0,575 berati tingkat inflasi tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah. Berdasarkan uaraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:

H5 : Tingkat inflasi berpengaruh negatif terhadap beta saham syariah.

Pengaruh kurs rupiah terhadap dollar terhadap beta saham syariah.

Menurut hasil pengujian Auliyah dan Hamzah (2006) hasil pengujian ini menunjukan

bahwa variabel karakteristik perusahaan (earning pershare, dividend payout, current ratio, return

on investmen dan cyclicality), Industri dan Ekonomi Makro (kurs rupiah terhadap dollar dan PDB) terhadap return saham syariah tidak signifikan pada level 5% syariah. Tetapi berpengaruh secara signifikan pada tingkat 5% terhadap beta saham syariah sementara

dengan beta saham syariah menunjukan bahwa cyclicality, kurs rupiah terhadap dollar dan

GDP pada level 5% signifikan terhadap beta saham syariah. Berdasarkan uaraian diatas hipotesis yang diajukan adalah:

H6 : Kurs rupiah terhadap dollar berpengaruh positif terhadap beta saham syariah.

METODE PENELITIAN

Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar

dalam kelompok Jakarta Islamic Index di BEI pada periode 2008-2010. Teknik pengambilan

sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Kriteria yang digunakan untuk memilih

sampel adalah sebagai berikut: (1) Perusahaan masuk dalam kelompok Jakarta Islamic

Index minimal 3 kali selama tahun 2008-2010 secara berturut-turut, (2) Perusahaan

dalam

kelompok

Jakarta islamic Index

yang menerbitkan laporan keuangan tahunan dan yang tidak

mengalami kerugian selama tahun 2008-2010 secara berturut – turut.

(9)

Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel Variabel Dependen

Beta merupakan suatu pengukur volatilitas return dari suatu sekuritas atau return portofolio relatif terhadap return pasar. Volatilitas adalah fluktuasi dari return-return suatu sekuritas atau portofolio dalam suatu periode waktu tertentu. Beta bernilai positif menunjukkan pergerakan harganya selaras dengan pasar. Beta bernilai negatif menunjukkan pergerakan harganya berlawanan dengan pasar. Beta bernilai 1 menunjukkan pergerakan harganya sama dengan pasar. Beta bernilai negatif tidak ada di dalam teori tetapi dalam realitas beta negatif ini terjadi karena adanya anomali pasar.

Pengukuran Beta ini diukur dengan menggunakan persamaan sebagai berikut : Ri = αi + βiRm + ei

Keterangan :

Ri = Return saham i

αi = Konstansa

βi = Beta saham i

ei = tingkat kesalahan/residual

Sedangkan untuk menghitung tingkat keuntungan pasar (Rm) dapat dihitung dengan menggunakan data indeks harga saham gabungan (IHSG) yang terdapat di bursa selama periode waktu tertentu. Persamaan yang dapat digunakan dalam menghitung return pasar adalah sebagai berikut :

(JIIt – JIIt-1)

JII =

JIIt-1

Keterangan :

Rm = Return pasar

JIIt = JII pada tahun t

JIIt-1 = JII pada tahun t-1

Menghitung return saham individual dihitung dengan rumus :

(Pt – Pt-1)

Rit=

Pt-1

Keterangan :

Rit = return saham i perioda t

Pt = harga penutunpan saham tahun ke t

Pt-1 = harga penutupan saham tahun ke t-

Variabel Independen

a. Earning pershare (EPS)

Earning pershare adalah rasio yang menunjukan pendapatan yang diperoleh setiap lembar saham. Salah satu alasan investor membeli saham adalah untuk mendapatkan deviden, jika nilai laba per saham kecil maka kecil pula kemungkinan perusahaan untuk membagikan deviden. Maka dapat dikatakan investor akan lebih meminati saham yang memiliki earnings per share tinggi dibandingkan saham yang memiliki earnings per share rendah. Earnings per share yang rendah cenderung membuat harga saham turun (Tandelilin, 2001;241-242)

(10)

Earning pershare (EPS) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

EPS = EAT

Jumlah saham beredar Keterangan:

EPS = Earning pershare perusahaan i pada tahun yang bersangkutan.

EAT = Laba setelah pajak pada perusahaan i

b. Total Asset Growth (TAG)

Total Asset Growth adalah rata-rata pertumbuhan kekayaan perusahaan. Bila kekayaan perusahaan adalah tetap jumlahnya, maka pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi berarti besarnya kekayaan akhir perusahaan tersebut semakin besar. Demikian pula sebaiknya, pada tingkat pertumbuhan aktiva yang tinggi, bila besarnya kekayaan akhir tinggi berarti kekayaan akhir tinggi berati kekayaan awalnya rendah. Variabel pertumbuhan

aktiva (asset growth) juga dapat didefinisikan sebagai perubahan (tingkat pertumbuhan)

tahunan dari aktiva total. Variabel ini diprediksi mempunyai hubungan dengan beta.

Total Asset Growth (TAG) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: TAG =

Total Asset t – Total asset t-1

Total Asset t-1

c. Leverage (LG)

Rasio Leverage, merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur sampai berapa

jauh aktiva yang dibiayai dengan hutang (Husnan, 1994:217). Apabila perusahaan mempunyai hutang semakin banyak maka semakin besar beban bunga dan angsuran pokok

pinjaman yang harus dibayar. Pada dasarnya perusahaan yang menggunakan leverage

tujuannya agar keuntungan yang diperoleh lebih besar dari biaya tetapnya. Jika perusahaan ternyata mendapatkan keuntungan lebih rendah dari biaya tetapnya, maka akibatnya dividen yang akan diterima pemegang saham akan semakin kecil.

Dari uraian diatas, dapat dikatakan bahwa semakin besar tingkat leverage perusahaan,

makin tinggi risiko financialnya. Hal ini dapat mengakibatkan prospek perusahaan menurun. Prospek perusahaan mempengaruhi harga saham, prospek perusahaan diperkirakan meningkat atau menurun maka harga saham akan naik atau turun. (Husnan, 1994:388). Perubahan harga saham berarti juga, makin besar variasi perubahan return maka makin besar beta saham perusahaan, yang berarti makin besar pula risiko yang ditanggung oleh investor.

Apabila leverage semakin tinggi sementara proporsi total aktiva tidak berubah berarti

risiko financial atau resiko kegagalan perusahaan untuk mengembalikan pinjaman semakin

tinggi dan sebaliknya. Oleh karena itu leverage diprediksi mempunyai hubungan positif

dengan beta saham.

Leverage (LG) dapat dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Leverage = Total Hutang

Total aktiva

Dimana :

Leverage (LG) = Leverage untuk perusahaan i pada tahun yang bersangkutan Total hutang = Total hutangperusahaan i pada tahun yang bersangkutan.

(11)

d. Accounting Beta (ACB)

Accounting beta merupakan beta yang timbul dari regresi time series PER

perusahaandengan rata-rata PER perusahaan sampel (Fidiana, 2010). Accounting beta dapat

dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut: PERi = αi + βiPERsampel rata-rata + ei

Keterangan :

PERi = Price Earning Ratio perusahaan ke i

αi = Konstanta

βi = Beta saham i

ei = tingkat kesalahan/residual

Menghitung PER individual dapat dihitung dengan rumus : Dimana :

PER = Closing Price

EPS

PER = Price earning ratio i pada tahun tertentu.

EPS = Earning pershare ratio (laba setelah pajak dibagi dengan jumlah saham). Closing Price = Harga penutupan perusahaan i pada tahun tertentu.

e. Tingkat Inflasi (TI)

Pendekatan yang paling banyak digunakan untuk menghitung inflasi adalah Indeks Harga Konsumen (IHK).Untuk Indonesia data IHK dapat diperoleh dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) atau Bank Indonesia. Laju inflasi dapat dihitung dengan rumus:

TIn – TIn-1

TIn = x 100 %

IHKn-1

Dimana:

TIn : Laju Inflasi pada bulan n

TIn : Indeks Harga Konsumen bulan n

IHKn-1 : Indeks Harga Konsumen bulan n-1.

f. Kurs rupiah terhadap dollar (KRTD)

Nilai tukar ini dinyatakan dalam rupiah/dollar amerika (Rp/USD). Data yang diambil adalah data nilai tukar rupiah/USD mulai tahun 2008-2010.(Noerirawan, 2012).

Menghitung nilai kurs :

(kurs jualt + kurs belit)

nt = x 100 % 2

Pengujian Hipotesis

Hipotesis penelitian akan diuji dengan satu persamaan regresi, yaitu : BSS = α + β1EPS + β2 TAG+ β3 LG+ β4 ACB+ β5 TI+β6KRTD + e

(12)

Keterangan :

BS =Beta saham

a = Konstanta

β1,2,3,4,5,6 = Koefisien variabel bebas

EPS = Earning pershare

TAG = Total Asset growth

LG = Leverage

ACB = Accounting beta

TI = Tingkat Inflasi

KRTD = Kurs rupiah terhadap dollar

e = Kesalahan pengganggu

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Uji Asumsi Klasik

a. Uji Normalitas. Hasil uji normal plot pola data menyebar di sekitar garis diagonal dan

mengikuti arah garis diagonal, sehingga dapat dikatakan bahwa variabel dalam penelitian ini memenuhi uji normalitas. Di samping menggunakan uji grafik dilengkapi dengan uji statistik, salah satunya dengan menggunakan uji statistik non-parametrik

kolmogorov-smirnov. Nilai kolmogorov-smirnov Z sebesar 1,153 dengan tingkat signifikan 0,240 berarti hal itu menunjukkan bahwa variabel penelitian terdistribusi normal karena tingkat signifikasinya 0,240 ≥ 0,05.

b. Uji Multikolinearitas.Nilai tolerancesemua variabel bebas lebih besar dari 0,10, demikian

pula nilai VIF semuanya kurang dari 10. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa model regresi bebas adanya multikolinieritas.

c. Uji Autokorelasi.Hasil uji autokorelasi menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 1,983

terletak Antara -2 sampai +2, yang berarti tidak ada masalah autokorelasi.

d. Uji Heteroskedastisitas. Untuk mendeteksi ada tidaknya heteroskedastisitas dapat

dilakukan dengan melihat grafik plot antara ZEPRED dengan SRESID. Hasil uji heteroskedastisitas menunjukkan bahwa titik-titik menyebar secara acak, tidak membentuk pola tertentu yang jelas. Titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0 pada sumbu Y. Jadi dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi masalah heteroskedastisitas dalam model regresi.

Uji Hipotesis

Hasil nilai koefisien determinasi (adjusted R square) sebesar 0,369 yangberarti sebanyak

36,9% variabel independen (EPS, TAG, LG, ACB, TI, KRTD) dapat menjelaskan variabel

dependen beta saham syariah dan sisanya 63,1% dipengaruhi oleh faktor yang lain di luar

penelitian.

Pengujian Hipotesis 1,2,3,4,5 dan 6

Persamaan regresi ini digunakan untuk menjawab hipotesis 1,2, 3, 4, 5 dan 6.Hasil uji hipotesis dapat diuraikan sebagai berikut:

(13)

Tabel 1 Coefficients Model Unstandardized Coefficients Standardized Coefficients

T Sig. Collinearity Statistics

B Std. Error Beta Tolerance VIF

1 (Constant) 1.133 2.019 .561 .578 EPS .000 .000 .447 2.489 .018 .965 1.036 TAG .337 .164 .336 2.056 .048 .848 1.179 LG -.645 .439 -.220 -1.469 .151 .856 1.168 ACB .308 .094 .484 3.270 .003 .872 1.146 TI -1.754 4.999 -.147 -.351 .728 .808 9.230 KRTD -.079 .282 -.119 -.281 .780 .906 9.395 a. Dependent Variable: BS Sumber: Output SPSS 20

Berdasarkan hasil tabel 1 diatas menunjukkan bahwa pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh earning pershare (EPS) terhadap beta saham syariah.

Berdasarkan pada tabel 1, Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel earning

pershare berpengaruh signifikan terhadap variabel nilai perusahaan yang dilihat dari tingkat signifikansi 0,018 (sig < 5%) dengan nilai koefisien sebesar 0,000. Tanda koefisien positif

menunjukkan variabel earning pershare dan beta saham syariah searah sehingga dapat

disimpulkan bahwa earning pershare berpengaruh secara signifikan terhadap beta saham

syariah dan H1 diterima.

Kondisi ini terjadi karena earning pershare berpengaruh positif terhadap beta saham

syariah artinya semakin tinggi earning pershare semakin tinggi risiko sistematis perusahaan.

Alasan earning pershare berpengaruh positif terhadap beta saham syariah yaitu, earning

pershare merupakan laba bersih yang dibagi dengan jumlah saham yang beredar, sehingga

rasio tersebut dapat menunjukan kinerja perusahaan dalam mencetak laba. Maka earning

pershare merupakan indikator dari apa yang dipikirkan investor tentang kinerja perusahaan

pada masa lalu dan dimasa yang akan dating. Sehingga dengan melihat earning pershare

investor dapat melihat risiko yang akan diterima di masa yang akan dating dan investor dapat mengambil keputusan apakah akan membeli, menjual atau mempertahankan saham

tersebut. Semakin besar nilai earning pershare menunjukan perusahaan mampu memberikan

laba yang lebih tinggi bagi investor.

Hasil ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hamzah (2005) menyatakan bahwa perusahaan yang memiliki jumlah saham yang beredar yang sedikit dibandingkan perusahaan lain, maka laba bersih yang akan dibagikan kepada pemegang saham akan bertambah banyak.

b. Pengaruh total asset growth terhadap beta saham syariah.

Berdasarkan pada tabel 1, Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel total asset

growth berpengaruh signifikan terhadap variabel beta saham syariah yang dilihat dari

tingkat signifikansi 0,048 (sig < 5%) dan H2 diterima tetapi dilihat dari nilai koefisien regresi

variabel total asset growth menunjukkan sebesar 0,337 Tanda koefisien negatif menunjukkan

(14)

Beberapa hal yang dapat menjadi alasan mengapa total asset growth berpengaruh positif terhadap beta saham. Pertama, suatu perusahaan yang sedang berada pada tahap pertumbuhan akan membutuhkan dana yang besar. Kebutuhan akan dana yang semakin besar, menyebabkan meningkatnya pengeluaran perusahaan dalam memperoleh asset. Semakin besar pengeluaran perusahaan dalam memperoleh asset maka akan menambah beban perusahaan dan mengurangi laba perusahaan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Chairiyah (2013) yang memproksikan faktor fundamental dengan pertumbuhan asset mengatakan bahwa

pertumbuhan asset memiliki hubungan positif dengan beta saham syariah. Tingkat total asset

growth yang nantinya akan semakin cepat akan mempengaruhi harapan dan minat investor. Investor akan cenderung melepas (menjual) sahamnya. Semakin banyak saham dijual maka harganya akan cenderung melemah.

Parmono (2001), yang memproksikan faktor fundamental yaitu total asset growth yang

menyatakan total asset growth berpengaruh positif signifikan terhadap beta saham dan

menolak penelitian yang dilakukan oleh Yulius (2010) yang menyatakan total asset growth

tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah.

c. Pengaruh leverage (LG) terhadap beta saham syariah.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel leverage tidak berpengaruh

signifikan terhadap variabel beta saham syariah yang dilihat dari tingkat signifikansi 0,151

(sig < 5%) dan H3 ditolak tetapi dilihat dari nilai koefisien regresi variabel leverage

menunjukkan sebesar – 0,645. Tanda koefisien negatif menunjukkan variable leverage dan

beta saham syariah tidak searah.

Hal ini disebabkan karena hutang merupakan salah satu sumber pembiayaan yang memiliki tingkat risiko yang tinggi. Risiko tersebut berhubungan dengan risiko pembayaran bunga yang umumnya tidak dapat ditutupi perusahaan. Dengan asumsi apabila perusahaan menghasilkan laba, prioritas utama adalah membayar hutang dari pada mensejahterakan kemakmuran pemegang saham, sehingga beta saham akan menurun.

d. Pengaruh accounting beta terhadap beta saham syariah.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel accounting beta berpengaruh

signifikan terhadap variabel beta saham syariah yang dilihat dari tingkat signifikansi 0,003

(sig < 5%) dan H4 diterima tetapi dilihat dari nilai koefisien regresi variabel accounting beta

menunjukkan sebesar 0,308 Tanda koefisien negatif menunjukkan variabel accounting beta

dan beta saham syariah searah.

Dalam hal ini, apabila rata-rata tingkat keuntungan semua perusahaan meningkat, maka keuntungan atas perusahaan juga akan meningkat, sebesar koefisien regresinya. Sebaliknya, apabila rata-rata tingkat keuntungan semua perusahaan menurun, maka keuntungan perusahaan juga akan mengikutinya. Sehingga semakin besar pengaruhnya terhadap laba suatu perusahaan.

Perusahaan dengan beta akuntansi yang tinggi cenderung mudah terpengaruh kondisi pasar sehingga apabila kondisi pasar sedang menurun maka potensi pailit akan tinggi. Hal ini akan menyebabkan resiko atas perusahaan akan meningkat.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Parmono (2001) dan

Suseno (2009) yang memproksikan faktor fundamental dengan variabel accounting beta yang

menyatakan accounting beta secara parsial mempengaruhi beta saham syariah dan menolak

penelitian yang dilakukan oleh Fidiana (2010) yang menyatakan accounting beta tidak

(15)

e. Pengaruh Tingkat Inflasi (TI) terhadap beta saham syariah.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel beta saham syariah yang dilihat dari tingkat signifikansi 0,728 (sig < 5%) dan H5 ditolak tetapi dilihat dari nilai koefisien regresi variabel tingkat inflasi

menunjukkan sebesar -1,754 Tanda koefisien negatif menunjukkan variabel tingkat inflasi dan beta saham syariah tidak searah

Tandelilin (2001) menyatakan bahwa tingkat inflasi yang tinggi akan mengakibatkan kenaikan harga barang dan jasa pada suatu periode, sehingga kesempatan investasi yang ada tidak akan menarik lagi. Hal ini akan membuat investor tidak tertarik lagi untuk berinvestasi yang mengakibatkan harga saham mengalami penurunan.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Fidiana (2010) yang menyatakan bahwa tingkat inflasi tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah.

f. Pengaruh kurs rupiah terhadap dollar (KRTD) terhadap beta saham syariah.

Hasil uji hipotesis menunjukkan bahwa variabel kurs rupiah terhadap dollar tidak berpengaruh signifikan terhadap variabel beta saham syariah yang dilihat dari tingkat

signifikansi 0,780 (sig < 5%) dan H6 ditolak tetapi dilihat dari nilai koefisien regresi variabel

kurs rupiah terhadap dollar menunjukkan sebesar -0,079 Tanda koefisien negatif menunjukkan variabel kurs rupiah terhadap dollar dan beta saham syariah tidak searah. Hal ini terjadi apabila nilai mata uang asing naik perdagangan di BEJ akan semakin menurun, karena tingginya harga mata uang asing mendorong investor berinvestasi di pasar uang.

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Haryanto (2007) yang menyatakan bahwa kurs rupiah terhadap dollar tidak berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah dan menolak penelitian Auliyah dan Hamzah (2006) yang menyatakan bahwa kurs rupiah terhadap dollar berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah.

SIMPULAN DAN KETERBATASAN Simpulan

Simpulan hasil penelitian ini dapat dikemukakan sebagai berikut : (1) earning pershare

berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah. (2) total asset growth berpengaruh

signifikan terhadap beta saham syariah. (3) leverage tidak berpengaruh terhadap beta saham

syariah. (4) accounting beta berpengaruh signifikan terhadap beta saham syariah. (5) tingkat

inflasi tidak berpengaruh terhadap beta saham syariah. (6) kurs rupiah terhadap dollar berpengaruh terhadap beta saham syariah.

Keterbatasan

Keterbatasan dalam penelitian ini terutama adalah:

1. Bagi peneliti selanjutnya hendaknya mempertimbangkan untuk menggunakan populasi

pengamatan Jakarta Islamic Index karena munculnya Jakarta Islamic Index yang masih

relatif baru, sehingga dapat menyebabkan parameter prediksi yang bias. Sehingga

peneliti selanjutnya bisa menggunakan populasi pengamatan lain misalnya , Index

Saham Syariah (ISSI) dan LQ45 yang mungkin lebih sesuai untuk menjelaskan Beta Saham Syariah.

2. Bagi peneliti selanjutnya yang hendak mengkaji beta saham syariah (BS) secara lebih

mendalam dapat menambah objek penelitian pada jenis industri agar hasilnya lebih

akurat dan diyakini beta saham untuk masing-masing industri tersebut berbeda. Karena dalam penelitian ini hanya menggunakan sampel dari perusahaan manufaktur yang

(16)

terdaftar didalam kelompok JII sebanyak 15 perusahaan sesuai dengan kriteria selama periode 2008 sampai dengan 2010. Sehingga hasil yang diperoleh kurang maksimal dan menyebabkan tidak konsistennya hasil penelitian.

3. Penelitian ini hanya mengukur pengaruh faktor fundamental terhadap beta saham

syariah dengan menggunakan earning pershare, total asset growth, leverage, dan accounting

beta serta variabel ekonomi makro dengan menggunakan kurs rupiah terhadap dollar

dan tingkat inflasi sebagai variabel dependen, namun peneliti selanjutnya bisa

menggunakan proksi lain. Misalnya Deviden yield , Firm Size, dan Earning Variablility

sebagai indikator untuk mengukur beta saham syariah.

DAFTAR PUSTAKA

Aruzzi, M.I dan Bandi. 2003. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Rasio Profitabilitas, dan

Beta Akuntansi Terhadap Beta Saham Syariah. Simposium Nasional Akuntansi VI Surabaya.

16-17 Oktober 3003.647-658.

Auliyah, R. dan Hamzah. A. 2006. Analisa Karakteristik Perusahaan, Industri dan

Ekonomi Makro Terhadap Return dan Beta Saham Syariah. Simposium Nasional Akuntansi IX

Padang. 23-26 Agustus: 1-16

Boediono. 1995. Pengantar Ilmu Ekonomi Makro. Jogjakarta: BPFE.

Fidiana. 2010. Pengaruh Tingkat Suku Bunga, Tingkat Inflasi dan Rasi Keuangan terhadap Beta Saham. Jurnal Investasi vol.6.1. 1 Juni: 31-46.

Ghozali, Imam. 2007. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro.

Haryanto, Riyanto. 2007. “Pengaruh Suku Bunga Sertifikat Bank Indonesia dam Nilai Kurs terhadap Risiko Sistematik Saham Perusahaan di BEJ”. Jurnal Keuangan dan Bisnis. Vol.5. No1. Hlm.24-40.

Harahap, Sofyan S., 2001. Menuju Perumusan Teori Akuntansi Islam, Cetakan Pertama, Pasar Quantum.

Husnan, Suad. 1994. Dasar-dasar Teori Portofolio : Edisi 2. Yogyakarta : AMPYKPN.

____________. 1998. Manajemen Keuangan Teori dan Penerapan (Keputusan Jangka Pendek), Buku I, Yogyakarta : BPFE

Indriantoro dan Supomo. 2002. Metodologi Penelitian Bisnis Untuk Akuntansi dan

Manajamen, BPFE. Yogyakarta.

Jogiyanto, Hartono. 1998. Teori Portofolio dan Analisis Investasi. Edisi Pertama. BPFE. Yogyakarta.

_______________. 2003. Teori Portofolio dan Analisis Investasi, Edisi Kedua, Yogyakarta:BPFE

Koetin, E.A. 2002. Analisis Pasar Modal. Pustaka Sinar Harapan. Jakarta.

Mir’atul,Chairiyah. 2013. Pengaruh Asset Growth, Return On Equity, Total Asset

Turnover, dan Earning pershare terhadap Beta Saham. 2013. Skripsi Program Study

(17)

Noerirawan, M.R. Pengaruh Faktor Internal dan Eksternal Terhadap Nilai Perusahaan

periode 2007-2010, Skripsi, Program Sarjana Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas

Diponegoro. Semarang.

Parmono, Agung. 2001. “ Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Risiko Sistematis (Beta Saham) Perusahaaan Industri Manufaktur Periode 1994-2000 di Bursa Efek Jakarta”.

Tesis. Universitas Diponegoro.

Prastowo, dwi dan Julianty, Rifka. 2002. Analisis Laporan Keuangan Konsep dan Aplikasi. Edisi revisi, Yogyakarta: UPP AMP YKPN.

Santoso, S. 2001. Buku Latihan SPSS Statistik Parametik. PT Alex Media Komputindo.

Jakarta.

Sekaran, U. 2006. Metodologi Penelitian Untuk Bisnis. Buku 1. Perebit erlangga. Jakarta.

Sugiyono. D. 2011. Analisis Regresi dan Uji Hipotesis. CAPS. Yogyakarta.

Suryafinanti, R.A. 2010. Pengaruh Rasio Profitabilitas dan Rasio Leverage Terhadap

Beta Saham Syariah. Skripsi. Sekolah Tinggi Ilmu Perbanas.

Suseno. B.Y, 2009. “Analisis Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Beta Saham (Studi Kasus Perbandingan Perusahaan Finance dan Manufaktur Yang Listing di BEI pada Tahun

2005-2007)”. Tesis. Universitas Diponegoro.

Tandelilin, Eduardus. 2001. Analisis Investasi dan Manajemen Portofolio. Edisi pertama. BPFE. Yogyakarta.

Yulianto, Yulius. 2001. “Analisis Pengaruh Asset Growth, Earning Pershare, Debt to Total Asset, Return On Investment dan Dividen Yield terhadap Beta Saham (Studi Empiris

pada Perusahaan Perbankan yang Terdaftar di BEI Perode 2005-2007)”. Skripsi. Universitas

Diponegoro.

Gambar

Tabel 1  Coefficients  Model  Unstandardized  Coefficients  Standardized Coefficients

Referensi

Dokumen terkait

Peningkatan Pengelolaan Integrated Farming untuk Meningkatkan Pendapatan Petani (ternak dan ikan) Desa Kutasari Kecamatan Baturaden Kabupaten Banyumas.. 19600505 198601

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa, atas berkat dan rahmatNya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan judul “ Politik Pembangunan Daerah

(2) proses penggunaan media di SMAN 1 Pangkajene tidak serta merta menghasilkan hasil yang memuaskan di tiap kelas karena hal-hal seperti gaya belajar, perbedaan

Berdasarkan hasil penelitian tersebut dapat disimpulkan bahwa penggunaan model pembelajaran cooperative script dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi

Uraian di atas, menandakan bahwa permainan mempunyai banyak manfaat bagi perkembangan bagi anak baik aspek fisik, sosial, dan juga kepribadian atau karakter anak. Dari

Pada hari Senin, 22 Mei 2017, dilakukan wawancara dengan ibu Wulan Utoyo selaku produsen dan pemilik Batik Bulan Pekalongan sekaligus anggota ASEPHI kota

Judul Skripsi : Politik Media : Analisis Perbandingan Pemberitaan Berita Yudha, Suara Karya, dan Kompas Dalam Peristiwa 15 Januari 1974.. Dengan ini menyatakan

Tentunya dari arena perebutan kekuasaan tersebut, antara MUI dan pihak lain mempunyai kepentingan- kepentingan tertentu terkait dengan adanya sertifikasi halal, seperti yang