• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB III PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT HULU BANYU KALIMANTAN SELATAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB III

PAKAIAN ADAT TRADISIONAL DAERAH BUKIT

HULU BANYU

KALIMANTAN SELATAN

3.1 Pengertian Pakaian Adat

Pakaian adat yaitu semua kelengkapan yang dipakai oleh seseorang yang menunjukkan kebudayaan suatu masyarakat. Dengan melihat pakaian seseorang, orang akan mengatakan bahwa orang tersebut dari suatu daerah, jadi pakaian adat mewakili masyarakat suatu daerah membedakannya dengan adat daerah lain. Busana yang dipakai untuk menutup tubuh manusia dikenakan secara turun-temurun. Pakaian tersebut mempunyai suatu lambang dan menjadi bagian pada upacara tertentu.

Pakaian tradisional di setiap suku daerah masing-masing dapat kita lihat jelas pada waktu upacara pernikahan atau upacara keagamaan. Pakaian tradisional setiap daerah memiliki ciri khas tersendiri dan sekaligus menunjukkan ciri khas dari masyarakat yang bersangkutan.

3.2 Bahan dan Pembuatan Pakaian Adat

Pada awalnya, manusia memanfaatkan kulit pepohonan dan kulit hewan sebagai bahan pakaian, kemudian memanfaatkan benang yang dipintal dari kapas, bulu domba serta sutera yang kemudian dijadikan kain sebagai bahan pakaian. Kini dikenal berbagai macam jenis kain diantaranya. Kain sutera, wol,

(2)

dan mori, bahan ini yang sering digunakan oleh masyarakat Suku Bukit Hulu Banyu.

Pembuatan kain sutera merupakan serat protein alami yang dapat ditenun menjadi tekstil. Jenis sutera yang paling umum adalah sutera dari kepompong yang dihasilkan. Sutera bertekstur mulus, lembut, namun tidak licin. Pemintalan benang sutera dari kepompong ulat sutera, sehingga seluruh kepompong dapat diurai menjadi sehelai benang yang tak terputus. Ini membolehkan sutera ditenun menjadi kain yang lebih kuat. Sutera juga dihasilkan oleh beberapa jenis serangga lain, namun hanya jenis sutera dari ulat sutera yang digunakan untuk pembuatan tekstil. Pernah juga dijalankan kajian terhadap sutera-sutera lain yang menampakkan perbedaan dari aspek molekul. Sutera dihasilkan terutama oleh larva serangga yang lengkap, tetapi juga dihasilkan oleh beberapa serangga dewasa Produksi sutera juga kerap dijumpai khususnya pada serangga, dan kadang kala digunakan untuk membuat sarang. Jenis yang lain juga menghasilankan sutera, seperti laba-laba. Proses pembuatannya ialah , Mula-mula kain dijadikan bahan dijahit jelujur dengan jarum tangan. Jahit itu harus menuruti motif yang sudah dibuat sebelumnya pada kain. Setelah selesai disaring kain langsung dicelup perlahan-lahan kedalam zat pewarna. Kalau sudah kering barulah kain tersebut diberi motif-motif tambahan. Bagian pinggirannya menurut kebiasaan diberi motif bunga. Motif-motif ini dilukis pada bagian tengah kain, kalau dahulu dipakai rotan sebagai kuasnya tetapi sekarang sudah menggunakan spidol.

(3)

3.3 Pakaian Adat Dalam Upacara Keagamaan

Agama yang dianut orang Bukit Hulu Banyu adalah pemimpin upacara dalam kepercayaan lama. Agama ini sebenarnya bukan agama dalam pengertian mempunyai Nabi dan Kitab Suci. Demikian pula dalam tata upacara ritual yang tercermin dalam aruh bawanang, lebih tepat disebut upacara adat leluhur sebagai warisan nenek moyang.

Setidaknya hal demikian ditinjau dari pakaian yang dikenakan menunjukkan satu jenis yaitu upacara keagamaan adalah juga upacara adat. Pelaksanaan ketentuan-ketentuan agama kepercayaan lama. Kegiatan kehidupan sehari-hari, antara orang Bukit yang telah masuk Islam tetapi tidak melaksanakan ajaran agama yang baru dipeluknya itu dengan orang Bukit yang masih memeluk agama (kepercayaan) tidak ada hal perbedaan kecuali dalam hal makanan. Adat yang bersumber dari kebiasaan yang turun-temurun tetap

dilakukan bersama.

Upacara adat leluhur dilaksanakan dalam waktu yang tidak seragam. Ada yang tiga malam, ada pula yang tujuh hari tujuh malam, walaupun alur komunikasi sulit, tetapi kesepakatan pergantian disatu balai dari dengan balai yang lain tetap dirundingkan. Biasanya baju yang dikenakan berupa baju kemeja atau baju tangan panjang yang bentuknya antara kameja dan kebaya panjang tangan. Panjang tangan baju sampai mencapai buku tangan dan bentuknya agak lebar. Kantong bawah lebih besar dari pada kantong atas. Bagian atas kantong memakai les dari bahan yang tidak sewarna. Bentuknya menyerupai segitiga.

(4)

Biasanya baju dan celana terbuat dari kain tapung, kain kipar atau kain drill. Kain tapung yang digunakan adalah kain tapung glondongan bukan kain tapung bekas.

Selain memakai baju, celana, pakaian upacara bagi balian dilengkapi dengan sehelai kain segi empat yang ukurannya lebih besar dari saputangan. Warna dasarnya putih, sedangkan seluruh tepinya berhiaskan bermacam-macam motif bunga-bungaan. Mereka menyebutnya kain bawatan, kain demikian tidak lain dari saputangan bagian batik yang bagian tengahnya masih tersisa warna putih bahan dasar. Kain segiempat tersebut mula-mula dilipat dua membentuk segitiga sama kaki, kemudian diikat di kepala sejajar dengan setengah bagian dahi, kemudian diikat ujung-ujungnya. Agar kelihatan lebih rapi dan bisa terus digunakan oleh mereka.

3.4 Pengguna Pakaian Adat

3.4.1 Pakaian Bayi Dan Anak-anak

Bayi yang dilahirkan dilingkungan Suku Bangsa Bukit Hulu Banyu tidak mendapatkan perawatan dari tenaga yang mempunyai profesi seperti dukun atau bidan. Ia lahir hanya ditangani oleh ayah dan ibunya. Setelah bayi lahir ia dimandikan oleh ayahnya, kemudian dibungkus dengan lampin. Lampin terbuat dari kain tapih batik atau kain sarung untuk laki-laki bekas pakai. Kain itu dipotong segi empat panjang dengan ukuran sesuai dengan tubuh bayi, kain bekas seadanya itulah yang digunakan sebagai lampin. Dengan hanya menggunakan lampin dari kain bekas mereka beranggapan cukup dapat berfungsi memberikan perlindungan kepada bayi dari dinginnya udara pengunungan. Orang

(5)

tidak tidur. Salawar caping adalah celana bayi berbentuk segi tiga memakai karet pinggangnya sehingga mudah mengenakan pada anak. Bentuk salawar caping bagi anak putra berbeda dengan salawar caping bagi anak putri. Salawar caping bagi anak putra tidak tepat membentuk segitiga, karena kaki celananya agak panjang.

Setelah anak berusia sekitar 6 - 10 tahun, maka akan jelas perbedaannya antara pakaian bayi dan anak-anak, pakaian untuk anak putra dan pakaian untuk anak putri. Biasanya pakaian untuk anak laki-laki pada hakikatanya sama dengan pakaian sehari-hari yaitu celana pendek bertali silang dengan baju lengan pendek. Namun ada juga pebedaan antara baju bepergian dan pakaian rumah untuk anak laki-laki, pakaian bepergian mereka hanya terletak pada bahan pakaian. Bahan pakaian untuk bepergian terbuat dari kain yang lebih baik dan lebih mahal dari pada untuk dirumah. Anak laki-laki biasanya mengenakan celana panjang. Celana panjang tersebut memakai tali pengikat pada pinggang, jenis pakaian ini kebanyakan dibuat sendiri oleh ibu-ibu untuk anaknya, jarang jarang yang mau mengupah kepada tukang jahit. Anak-anak yang bercelana panjang dan berbaju taluk belangga memakai alas kaki berupa sandal dan tutup kepala kupiah beludru hitam.

Pakaian untuk anak putri yang sudah berusia antara 10 – 15 tahun hanya menggunakan rok dan baju tangan pendek saja. Dan pakaian untuk bepergian menggunakan baju kebaya yang khusus dibuat mereka. Bahan kebaya untuk bepergian ini lebih baik dari pada untuk dirumah. Misalnya kain cita polos, cita berkembang dan kadang-kadang juga kain shantung (jenis sutera tipis). Kebaya

(6)

ini dilengkapi dengan tutup kepala, alas kaki, dan perhiasaan. Bagi anak-anak pakaian kebaya mereka lebih baik dan mahal, bagi mareka yang memakai tutup kepala (selendang) biasanya mengenakan baju kebaya. Namun bagi anak-anak pada umumnya tidak terbiasa diberi perhiasan yang menyolok, kepala mereka hanya dipakaikan anting dan kalung rantai yang terbuat dari emas medalion.

3.4.2 Pakaian Remaja

Setelah mereka sudah remaja maka akan jelas perbedaan pada saat mereka bayi dan anak-anak sangat jauh saat mereka sudah beranjak remaja. Hal ini berlaku untuk remaja dan seterusnya hingga mereka dewasa, usia remaja bagi suku bangsa Bukit Hulu Banyu relative pendek karena mereka segera memasuki jenjang rumah tangga. Biasanya cara berpakaian remaja putra adalah kemeja tangan pendek, kemeja ini terbuat dari kain kaci atau kain belacu,yang agak baik terbuat dari kain king warnanya pun bermacam-macam, putih, hijau, biru, atau merah merupakan warna yang disuka. Sedangkan bagi remaja putri memakai baju kebaya para remaja untuk pakaian sehari-hari terbuat dari kain belacu polos tanpa kembang .Warna kesukaan adalah warna hitam, disamping warna hijau, merah. kuning, dan biru. Bisa pula memakai baju berkembang dari kain koplin dengan kembang yang besar-besar dan menyolok, potongan kebaya seperti kartini. Panjang badan bagian kebaya hanya pada bagian atas punggung. Potongannya rata dan tanpa hiasan atau renda, lengan baju agak sempit, baik bagian pangkal lengan, maupun bagian bawah. Jadi bentuknya seperti sebuah garis lurus, ujung lengan baju rata tanpa haiasan renda. Sebagai pasangan baju kebaya remaja putri memakai tapih kurung untuk pakaian sehari-hari di rumah.

(7)

Perbedaan pakaian yang mereka gunakan saat mereka masih, bayi, anak-anak, dan remaja memang terlihat jauh berbeda sekali.

3.4.3 Pakaian Orang Dewasa Dan Orang Tua

Pakaian laki-laki dewasa tidak jauh berbeda dengan pakaian remaja. Mereka juga menggunakan celana pendek terbuat dari kain belacu polos dalam pilihan warna ada kecendrungan orang dewasa untuk memilih warna yang tidak terlampau menyolok. Warna merah merupakan warna kegemaran misalnya, biru mudah, hijau mudah, kuning dan lain-lain. Perbedaan antara salawar handap remaja dengan salawar pada orang dewasa hanya pada pilihan warna saja, tetapi bagi orang dewasa yang sudah mendekati usia sudah tua ada kecendrungan memakai celana culuk seperti pakaian orang tua.

Pakaian perempuan dewasa warna baju kebaya yang menyolok tidak begitu di senangi lagi mereka lebih sering memilih baju agak mudah atau bermotif kembang di pilih kembang yang kecil-kecil. Baju yang ini kalau di lihat dari jauh tidak ubahnya seperti warna dasar baju itu sendiri, kebaya polos terbuat dari kain belacu, sedang yang berkembang dari kain kuplin. Tapih yang dikenakan di samping tapih kurung,juga kain panjang, untuk pakaian sehari-hari jarang sekali digunakan.

Namun semua berbeda ketika mereka sudah tua, semua cara berpakaian mereka berubah. Lelaki yang sudah berumur mengenakan sejenis pakaian yang dinamakan celana culuk dan baju kipar. Bahan yang digunakan adalah kain tapung yaitu kain katun tebal yang agak kasar. Kain ini biasanya digunakan pula

(8)

untuk membuat kasur. Celana culuk sebagai pasangan baju kipar merupakan bentuk perpanjangan dari celana, karena selain perbedaan pada panjangnya potongan dan cara membuatnya tidak berbeda. Celana ini juga mempunyai uluh-uluh untuk tempat memasukkan tali panjang kaki celana sampai antara lutut dan mata kaki, baik baju maupun celana tidak diberi pewarna dan tidak ada hiasan apa-apa. Dan biasanya orang yang sudah berumur selalu memakai kupiah hitam.

Pakaian perempuan yang sudah berumur tidak jauh berbeda dengan pakaian wanita dewasa. Mereka memakai pakaian kebaya tanpa kota baru yang terbuat dari kain belacu atau kuplin. Warna yang dipilih cendrung tidak menyolok kalau yang berkembang juga demikian. Tapih dipakai juga tapih bakurung, perempuan lanjut usia kecendrungan memakai tapih kamumu, yaitu kain hitam dari kain kamumu. Sebenarnya tapih kamumu adalah tapih untuk bekerja, tetapi untuk dipakai sehari-hari di rumah dipilih tapih kamumu yang masih baru dan belum pernah dipakai untuk bekerja. Namun bagi orang tua harus memakai penutup kepala dipakai serudung yang dibuat dari kain sutera atau jenis kain lainnya yang transparan. Kaum perempuan di daerah Bukit Hulu Banyu ini, di samping memakai serudung juga rambut disanggul, pakaian orang tua pada umunya sangat sederhana dibandingkan, anak-anak, remaja. Inilah pakaian yang sehari-hari mereka pakai untuk menutupi anggota tubuh mereka.

(9)

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Kesimpulan dari kertas karya ini adalah sebagai berikut :

1. Pakaian adat Tradisional Daerah Bukit Hulu Banyu tidak hanya dikenakan untuk berpergian tetapi juga dikenakan dalam kehidupan sehari-hari.

2. Pakaian adat biasanya memiliki suatu lambang untuk sebuah daerah. 3. Pakaian Tradisional suku bangsa Bukit Hulu Banyu terdiri dari beberapa

jenis, yaitu ;

a. Pakaian keagamaan b. Pakaian anak-anak c. Pakaian orang dewasa d. Pakaian orang tua

4.2 Saran

1. Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengenal salah satu pakaian tradisional yang ada di Indonesia.

2. Penulis mengharapkan agar kita bisa melestarikan dan menjaga kebudayaan kita, khususnya pakaian tradisional dari suku masing-masing.

3. Penulis mengharapkan agar para pembaca dapat lebih mengetahui fungsi dari pakaian adat tradisional daerah.

Referensi

Dokumen terkait

Telah dilakukan penelitian pemanfaatan mikrokristal selulosa (MCC) dari limbah tandan kelapa muda ( Cocos nucifera ) sebagai bahan pengisi dalam film layak makan pati tapioka

Ini dikarenakan beberapa alasan yang mendasar diantaranya topografi pada suatu daerah beragam dan terdapat lahan yang tidak bisa dijadikan hunian, kemudahan aksesibilitas

Metode pengujian yang digunakan penulis adalah metode pengujian black box. Pengujian black box merupakan teknik yang digunakan untuk menguji fungsi-fungsi khusus dari perangkat

Management of Directorate of Food Safety Surveillance and Extention. Proof has been furnished that the requirements according

[r]

- Terapi timolol maleat dapat menurunkan tekanan intraokuler sebesar.. 20,24

Rencana Kerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (Renja – SKPD) pada Dinas Komunikasi dan Informatika, Statistik dan Persandian Kabupaten Pulang Pisau Tahun 2020 adalah

Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar kejadian kematian ibu di Kabupaten Cilacap terjadi pada umur dengan risiko rendah sebanyak (60%), dari segi pendidikan