• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN STRATEGIS DI JAWA TENGAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN STRATEGIS DI JAWA TENGAH"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KEBIJAKAN PENGEMBANGAN KOMODITAS PERTANIAN STRATEGIS DI JAWA TENGAH

Bambang Sudaryanto, Teguh Prasetyo, Bambang Prayudi, Cahyati Setiani, Subiharta, Ekaningtyas Kushartanti, dan Munir Eti Wulanjari

Tujuan kegiatan analisis kebijakan pengembangan komoditas pertanian strategis di Jawa Tengah adalah untuk menganalisis program/kebijakan Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Jawa Tengah, Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS) Jawa Tengah, dan Program Pengembangan Kawasan Horikultura (PKH) Jawa Tengah, serta pengembangan kawasan agropolitan dan keterpaduan pengelolaan pembangunan pertanian dalam rangka otonomi daerah. Metode pengkajiannya menelaah sumber – sumber pustaka mutakhir yang tersedia dan relevan dengan pokok masalah, kemudian dikaitkan dengan pengetahuan, pengalaman dan wawasan tim pengkaji. Hasil telaahan selanjutnya digunakan untuk bahan diskusi dengan subyek yang kompeten utamanya adalah pejabat pengambil keputusan. Kegiatan dilakukan di tingkat provinsi dan kabupaten terpilih yang relevan dengan topik kajian. Lokasi kabupaten yang dipilih untuk masing – masing kegiatan adalah Program Peningkatan Produksi Beras Nasional (P2BN) di Kabupaten Boyolali, Sukoharjo, Sragen dan Purworejo. Program Percepatan Pencapaian Swasembada Daging Sapi (P2SDS), di Kabupaten Kebumen. Klaten dan Grobogan. Program Pengembangan Kawasan Horikultura (PKH) di Kabupaten Karanganyar, Sragen, Semarang dan Purworejo. Pengembangan Kawasan Agropolitan di Kabupaten Purworejo. Hasil pengkajian sebagai berikut. 1) informasi tentang kebutuhan pangan di Jawa Tengah yang terus meningkat sejalan dengan pertumbuhan penduduk yaitu sekitar 33.402. juta jiwa. Berarti akan membutuhkan beras sebanyak 2.803.429 ton beras. Berdasarkan angka ramalan III tahun 2009 produksi padi di Jawa Tengah 9.504.207 ton GKG atau setara sekitar 5.702.524 ton beras, artinya akan surplus sebanyak 2.899.095 ton; 2) untuk memenuhi kebutuhan daging sapi, pemerintah mencanangkan kebijakan dan program yang terkait dengan percepatan pencapaian swasembada daging sapi (P2SDS). Produksi daging sapi di Jawa Tengah saat ini sekitar 44,3 ribu t/tahun, atau mempunyai kontribusi sebesar 37% dari produksi daging sapi nasional; 3) komoditas utama sayuran, bunga, dan buah adalah bawang merah dan bawang putih (kawasan Pantura), kentang (kawasan Dieng), kubis, wortel, tomat cabai merah, dan buncis (Kawasan Tawangmangu, Magelang, Gunung Slamet), bunga krisan ( Kabupaten Semarang. Buah – buahan utama yang dikembangkan adalah belimbing Demak), durian (dataran sedang), rambutan, salak ( kawasan Magelang dan Banjarnegara) Semangka, Melon (Grobogan, Demak, Sragen, Karanganyar) ; 4) konsep pembangunan kawasan agropolitan di 10 kabupaten yaitu Pemalang, Semarang, Magelang, Karanganyar, Boyolali, Brebes, Batang, Banjarnegara, Purbalingga, dan Wonosobo; 5) inovasi teknologi pertanian dan kelembagaan untuk mendukung program P2BN, P2SDS, PKH, dan pengembangan kawasan Agropolitan menjadi salah satu faktor penting untuk keberhasilan program.

(2)

PENDAMPINGAN PENERAPAN INOVASI TEKNOLOGI

Syamsul Bahri, Subiharta, Ulin Nuschati, Budi Utomo, Yuni Ermawati, Abdul Choliq, Jon Purmianto, Samijan, Tri Reni Prastuti, Sutrisno, Slamet, Yuni Kamal,Tota Suhendrata, Ekaningtyas Kushartanti,

Ngadimin, Bambang Prayudi, Retno Pangestuti, dan Hairil Anwar

Penerapan teknologi mampu mendorong produksi dan produktivitas, dan dalam skala tertentu mampu menunjukkan efisiensi ekonomi tinggi. Kelemahannya adalah sistem alih teknologi kurang berfungsi karena lambatnya diseminasi teknologi baru (invention) dan pengembangan teknologi yang sudah ada (innovation) di tingkat petani. Kondisi demikian memerlukan strategi dalam alih teknologi, sehingga kegiatan " Pendampingan Penerapan Inovasi Teknologi" dilakukan untuk memberikan muatan inovasi teknologi pada kegiatan-kegiatan yang berada pada lokasi program PUAP, P2SDS dan SL PTT, dan sebagai ajang alih teknologi langsung kepada pengguna. Pendampingan dilakukan pada kegiatan usaha tani padi, sayuran/bawang merah, sapi, dan kambing/domba. Tujuan kegiatan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan penyuluh dan petani tentang inovasi pengelolaan tanaman terpadu pada padi, pengelolaan pakan pada kambing dan domba, budidaya bawang merah minimum pestisida kimia, pengelolaan pakan, reproduksi sapi potong, dan limbah kandang. Pendampingan penerapan inovasi teknologi PTT padi sawah dilaksanakan di Desa Karanganyar, Kecamatan Plupuh, Kabupaten Sragen dan Desa Wonoharjo Kecamatan/Kabupaten Wonogiri. Pendampingan penerapan inovasi teknologi pengelolaan kambing/domba dilaksanakan di Gapoktan “Mardi Bumi” Desa Kayugiyang (Desa PUAP), Kecamatan Garung, Kabupaten Wonosobo. Pendampingan penerapan inovasi teknologi pengelolaan perbibitan dan reproduksi sapi potong dilaksanakan oleh Kelompok Tani Ternak (KTT) “Sido Ayem” Desa Pucangan, Kecamatan Ambal, Kabupaten Kebumen. Pendampingan penerapan inovasi teknologi budidaya bawang merah minimum pestisida kimia dilaksanakan di Desa Banjaratma, Kecamatan Bulakamba, Kabupaten Brebes. Pendampingan penerapan inovasi teknologi PTT padi sawah di Kabupaten Sragen dan Wonogiri dilaksanakan pada musim tanam I 2009/2010, di lahan sawah seluas 1,5 ha di 2 lokasi. Hasil keragaan percontohan tanaman padi di kedua lokasi sangat baik. Pendampingan penerapan inovasi pengelolaan pakan dan perkandangan kambing dan domba, dilaksanakan dengan metode pertemuan, percontohan pengelolaan kandang dan pakan, studi lapang ke lokasi pengkajian P4MI di Temanggung, dan melakukan temu lapang. Pendampingan penerapan inovasi pengelolaan pakan dan reproduksi sapi potong, serta pengeloaan limbah kandang dilakukan di Kabupaten Kebumen di lokasi program P2SDS. Hasil penerapan penggunaan pakan komplit pertambahan bobot badan tertinggi dicapai pedet yang mendapat pakan lengkap fermentasi (0,171 kg), diikuti pedet yang mendapat pakan model petani (0,112 kg), dan pertambahan terkecil pada pedet yang mendapat pakan lengkap tanpa fermentasi (0,018 kg). Peternak juga diberi pelatihan dengan materi complette feed untuk mendukung pengembangan perbibitan sapi potong, penanganan permasalahan reproduksi (kawin berulang dan deteksi dini kebuntingan), dan pemanfaatan pupuk organik. Pendampingan penerapan inovasi budidaya bawang merah minimum pestisida dilakukan dengan metode percontohan dan pertemuan.

(3)

EKSPOSE HASIL-HASIL PENGKAJIAN

Dian Maharso Yuwono, Wahyudi Haryanto, Eko Budi Prayitno, Pujo Hasapto, Ari Sugiarto, dan Yuni Wulandari

Kegiatan pendayagunaan teknologi pertanian dalam bentuk Ekspose Hasil-Hasil Pengkajian yang dilaksanakan pada 2009 bertujuan untuk menyebarluaskan inovasi hasil pengkajian BPTP Jawa Tengah, dan mengetahui umpan balik serta persepsi pengunjung terhadap inovasi yang dieksposekan. Ekspose dilaksanakan 7 kali, yakni 1) Jambore SL-PTT di Kabupaten Boyolali, 2) Soropadan Agro Expo (SAE) IV di STA Soropadan Kabupaten Temanggung, 3) Jambore Teknologi di PRPP Semarang, 4) Pameran RPPK pada Jateng Fair 2009, 5) Pameran Hari Pangan Sedunia (HPS) ke 29 Tingkat Nasional di Prambanan, 6) Pameran HPS ke 29 tingkat provinsi di Kabupaten Brebes, 7) Pameran Hari Jadi Perkebunan ke 52 di Instiper Yogyakarta. Dasar yang digunakan untuk menentukan ekspose yang diikuti adalah waktu dan lokasi pelaksanaan, materi ekspose, dan tema dari penyelenggaraan ekspose. Pada ketujuh ekspose yang diikuti, keikutsertaan ekspose pada SAE IV lebih diutamakan dengan pertimbangan bahwa SAE IV merupakan wahana pameran tahunan yang berskala nasional. Keikutsertaan BPTP Jawa Tengah pada SAE IV dinilai strategis untuk menyebarluaskan hasil-hasil pengkajian. Ekspose disajikan dalam bentuk poster, brosur, leaflet, realia (contoh produk, bahan/alat peraga), VCD, poster, demo teknologi, display padi dan sayuran, baik yang ditampilkan pada lahan, pot, maupun vertikultur, biogas, berbagai padi VUB, dan konsultasi pertanian. Untuk melihat keberhasilan kegiatan dilaksanakan evaluasi persepsi pengunjung terhadap materi yang dieksposekan, dengan cara mengadakan pengamatan dan wawancara langsung dengan pengunjung dan atau membagikan angket terstuktur untuk diisi pengunjung. Latar belakang pengunjung stand BPTP Jawa Tengah pada SAE IV yang dominan adalah dari kalangan petugas pertanian, swasta, dan petani. Berdasar pendidikan, pengunjung yang berpendidikan perguruan tinggi cukup menonjol. Secara umum, pengunjung memberikan persepsi yang tinggi terhadap seluruh materi pameran yang ditampilkan.

(4)

KAJIAN PENERAPAN EFISIENSI PEMAKAIAN AIR

PADA BUDIDAYA TANAMAN SEMUSIM DI LAHAN IRIGASI SEMI INTENSIF DAN LAHAN KERING BERBASIS DATA IKLIM

Meinarti Norma Setiapermas, Retno Pangestuti, Sodiq Jauhari, Abadi, dan Eman Supratman

Sistem pertanian tanpa memperhatikan kesesuaian dan potensi sumber daya air cenderung sulit beradaptasi terhadap perubahan iklim. Kajian dilakukan bertujuan untuk mendapatkan informasi data iklim dan waktu tanam yang tepat, serta untuk mendapatkan alternatif teknologi irigasi mikro yang mudah diterapkan petani pada waktu bera untuk mengurangi persentase kehilangan hasil pertanian dengan memanfaatkan sumber air yang tersedia. Salah satu alternatif teknologi yang diharapkan dapat diterapkan petani adalah dengan memanfaatkan sumber air yang tersedia, misal menampung air dari sumber mata air dan jaringan irigasi tetes. Teknologi ini dapat diterapkan pada tanaman hortikultura semusim. Metode pengkajian pengambilan data cuaca adalah secara otomatis didapatkan di sembilan lokasi, data yang terekam pada kaset dibaca oleh program dalam komputer sehingga menghasilkan data yang dapat dicetak dalam bentuk exel. Analisis data cuaca harian dan data agronomi menggunakan program simulasi (program Crop Water Balance – Evapotranspiration = CWB-Eto). Kegiatan lain adalah kajian penerapan efiesiensi pemakaian air pada budidaya padi dengan introduksi varietas padi yang toleran wereng coklat, pengairan berselang, dan introduksi sistem tanam jajar legowo di lahan irigasi semi intensif. Pada kajian penerapan efisiensi pemakaian air pada budidaya melon dengan introduksi varietas melon glamour, pengairan mikro (irigasi tetes termodifikasi) di lahan kering. Pengambilan data agronomi meliputi tinggi tanaman, kedalaman akar, fase vegeratif, dan fase generatif sebagai input dalam program CWB-Eto. Hasil kegiatan menunjukkan bahwa penetapan waktu tanam dengan program CBW-Eto dapat dijadikan salah satu alternatif teknologi dalam penerapan introduksi pengairan mikro pada tanaman melon di lahan kering tadah hujan. Pengairan berselang pada pengelolaan tanaman terpadu padi di lapangan tidak menurunkan produksi. Hasil produksi ubinan padi di petak pengairan biasa dan berselang tidak berbeda yaitu 9 ton/ha. Pemberian air menggunakan jaringan irigasi tetes pada tanaman melon di Gunung Pati Kota Semarang pada musim kemarau mampu menghasilkan buah dengan kehilangan hasil 55%.

(5)

PENGKAJIAN INDUSTRIALISASI PEDESAAN DI KABUPATEN BLORA Suprapto, Agus Sutanto, Sodiq Jauhari, Eman Supratman, dan Intan Gilang Cempaka

Upaya peningkatan pendapatan petani dan pelestarian lingkungan untuk mendukung pertanian berkelanjutan dapat dilakukan melalui industrialisasi pedesaan. Kegiatan Industrialisasi Pedesaan bertujuan untuk mendapatkan model Agribisnis Industrial Pedesaan (AIP) dan meningkatkan pendapatan petani dengan menciptakan sumber pertumbuhan ekonomi baru. Tanaman pangan merupakan tanaman utama di Kabupaten Blora, sehingga untuk meningkatkan pendapatan petani dilakukan terobosan usaha tani perbenihan padi, cabai merah keriting, pembibitan kambing, dan penggemukan domba. Kegiatan dilakukan di Desa Sambeng Kecamatan Todanan dan Desa Klagen Kecamatan Kedung Tuban Kabupaten Blora. Inovasi yang diterapkan di Desa Sambeng: a). Usaha perbenihan padi bersertifikat varietas Cibogo dan Ciherang, b). Budidaya tanaman cabai varietas unggul, c). Manajemen perbibitan kambing secara intensif dan Introduksi budidaya tanaman semangka, melon, kacang tanah, dan bawang merah varietas unggul. Inovasi yang diterapkan di Desa Klagen: a). Perbenihan padi bersertifikat varietas Cibogo dan Ciherang, b). Intensifikasi tanaman pekarangan, c). Pengenalan budidaya tanaman cabai merah keriting dengan varietas unggul, dan d) Usaha penggemukan domba.. Kegiatan dilakukan dengan pendekatan on farm adaptif research (OFAR) di lahan petani kooperator dengan partisipatif penuh. Luas lahan usaha perbenihan padi di Desa Sambeng = 2 ha dan 2 ha di Desa Klagen. Lahan tanaman cabai seluas 2 ha. Komponen teknologi untuk perbenihan padi mengacu pada rekomendasi konsep PTT, dengan sistem jajar legowo 2 : 1 dan mengikuti aturan main prosedur perbenihan dari Balai Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB). Tanaman cabai, dibudidayakan menggunakan mulsa plastik. Budidaya perbibitan ternak kambing dengan sistem kandang panggung skala usaha 1 : 8 dengan cara perkawinan “all-in all-out”. Penggemukan domba menggunakan kandang panggung sistem batery ukuran 40 cm x 50 cm x 120 cm/ekor. Tanaman pekarangan yang diusahakan adalah cabai rawit, kacang panjang, sawi, dan kangkung. Introduksi tanaman melon, semangka, dan bawang merah dicoba di Desa Sambeng dengan luas masing-masing 1000 m². Hasil pengkajian di Desa Sambeng sebgai berikut: a. Perbenihan padi bersertifikat menghasilkan masing-masing varietas Ciherang 1700 kg dan varietas Cibogo 3400 kg; b. Budidaya tanaman cabai merah cukup menguntungkan, rata-rata per 1000 m² sebesar Rp.7.816.000,-; c. Perbibitan kambing model 1 : 8 dalam waktu 5 bulan telah beranak 6 ekor rata-rata 2 anak/induk, ternak bertambah 12 ekor dengan jumlah keseluruhan menjadi 20 ekor; d. Introduksi tanaman semangka, melon, dan bawang merah. Tanaman semangka dan melon pada luasan 1000 m² berturut-turut menghasilkan 33,5 t/ha, dan 39,11 t/ha. Tanaman bawang merah yang diintroduksikan adalah varietas Bima dari Kabupaten Brebes, rata-rata hasil ubinan 6,22 kg/ha; e. Temu lapang diadakan untuk mendapatkan umpan balik dari petani. Hasil pengkajian dari Desa Klagen sebagai berikut. a. Perbenihan padi bersertifikat untuk Desa Klagen menghasilkan benih padi varietas Cibogo sebanyak 9.000 kg dan varietas Ciherang 2.000 kg; b. Penggemukan domba, pemeliharaan 6 bulan pada 10 ekor domba hasilnya Rp. 2.500.000,- dan Rp. 1.800.000,-, karena baru terjual 8 ekor; c. Intensifikasi pekarangan memberikan hasil berkisar Rp. 422.000,-/musim tanam.

(6)

PENGKAJIAN INDUSTRIALISASI PEDESAAN DI KABUPATEN TEMANGGUNG Ulin Nuschati, Indrie Ambarsari, Sarjana, Rini Nur Hayati, Sodiq Jauhari,

Puji Lestari, dan Yuni Kamal Widayat

Upaya peningkatan pendapatan rumah tangga tani miskin di Kabupaten Temanggung dapat melalui pengembangan budidaya pertanian dan pengembangan sumber-sumber pendapatan non usaha tani, antara lain usaha agroindustri melalui inovasi agribisnis. Kegiatan Industrialisasi Pedesaan di Kabupaten Temanggung dimaksudkan untuk membangun model desa agribisnis berbasis sistem usaha tani terpadu tanaman (pangan dan sayuran), dan ternak, disertai dengan pemasyarakatan penerapan inovasi pertanian, baik inovasi teknologi maupun kelembagaan. Kegiatan Industrialisasi Pedesaan dilakukan di dua lokasi yaitu Desa Ngaditirto, Kecamatan Selopampang dan Desa Tlogowero, Kecamatan Bansari pada 2009. Intensifikasi usaha tani dilakukan melalui introduksi inovasi budidaya tanaman dan ternak. Diversifikasi usaha dilakukan secara horizontal (pengembangan sistem usahatani terpadu tanaman-ternak), dan secara vertikal (pengembangan usaha-usaha agroindustri pedesaan). Walaupun demikian inovasi skala usaha 9 ekor per KK masih belum diterima oleh petani. Penyakit kembung dan diare masih menjadi kendala utama pengembangan ternak domba. Inovasi budidaya jagung komposit dan ubi kayu telah dapat memperbaiki produktivitas, tetapi belum mencapai potensi optimal. Inovasi pengolahan ubi kayu dan jagung efektif meningkatkan kinerja usaha agroindustri yang dikelola KUB Condong Raos yang secara mandiri telah merintis usaha olahan sejenis, dan memiliki basis bahan baku lokal. Inovasi kelembagaan belum efektif memperbaiki kinerja kelembagaan agribisnis pedesaan. Pembinaan dan pendampingan secara intensif masih diperlukan untuk meningkatkan kinerja usaha ternak domba dan pemberdayaan kelembagaan agribisnis pedesaan. Kajian inovasi budidaya jagung komposit, ubi kayu dan paprika perlu dilanjutkan sampai mendapatkan paket teknologi yang layak untuk direkomendasikan. Dinas teknis terkait melakukan pembinaan dan pendampingan secara intensif untuk meningkatkan kinerja usaha ternak domba dan pemberdayaan kelembagaan agribisnis pedesaan. BPTP melanjutkan kajian inovasi budidaya jagung komposit dan ubi kayu sampai mendapatkan paket teknologi yang layak untuk direkomendasikan.

(7)

PENGEMBANGAN INOVASI TEKNOLOGI INISIASI LOKAL Parluhutan Sirait, Subiharta, Tri Joko Setyo M., Sularno, Hartono, dan Dwi Nugraheni

Inisiasi Lokal adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengembangkan inovasi yang diperlukan oleh petani miskin di Kabupaten Blora dan Temanggung. Inisiasi lokal dilakukan menggunakan pendekatan partisipatif dan diharapkan potensi sumber daya alam dan sumber daya manusia dapat dimanfaatkan secara optimal untuk meningkatkan pendapatan petani. Di Kabupaten Blora, kegiatan yang dilaksanakan meliputi a) Usaha penggemukan itik di lahan kering, b). Pengolahan klobot jagung menjadi bungkus rokok kretek, c). Pengolahan klobot jagung rasa manis menjadi bungkus rokok kretek. Kegiatan yang dilaksanakan di Kabupaten Temanggung meliputi a) Pengolahan dan pemasaran kopi robusta dan b). Pengolahan dan pemasaran kopi herbal. Hasil kegiatan yang diperoleh sebagai berikut. 1) Kegiatan penggemukan itik yang dilaksanakan di Desa Kalangan, Kecamatan Tunjungan, Kabupaten Blora dianggap kurang berhasil disebabkan oleh berjangkitnya penyakit Tetelo (Radang) pada anakan itik; 2). Kegiatan pengolahan klobot jagung menjadi bungkus rokok yang dilaksanakan di Desa Tambaksari, Kecamatan Blora, Kabupaten Blora memberikan BC ratio sebesar 1,30 dan penghasilan tambahan pada kegiatan sampingan Rp. 15.000,-/hari selama produksi klobot (± 3 bulan); 3). Kegiatan pengolahan klobot jagung rasa manis memberikan BC ratio 1,29 dan memberikan tambahan penghasilan Rp. 20.000,-/hari selama kegiatan pengolahan klobot (± 3 bulan); 4) Kegiatan pengolahan dan produksi kopi herbal yang dilaksanakan di Desa Tlahap, Kecamatan Kledung adalah meningkatnya kualitas produk kopi herbal melalui peningkatan kemasan dan proses olahan, peningkatan produktivitas melalui pengadaan alat dan mesin pengolah kopi, yaitu a) alat pemroses bubuk kopi, b). 1 unit alat mesin penyangrai kopi, c) 1 unit alat mesin pengaduk kopi instant (kopi herbal), d) 1 unit alat mesin pengemas (sealer). Dari kegiatan ini telah berhasil meningkatkan kualitas produk kopi herbal melalui penggunaan kemasan kertas dengan menggunakan plastik di dalamnya dan penggunaan alumunium foil, peningkatan produktivitas dari 10 kg kopi herbal/minggu diharapkan menjadi 50 kg kopi herbal/minggu, peningkatan rasa dan aroma kopi herbal. Pada kegiatan ini juga dilakukan promosi maupun perluasan jaringan pemasaran dengan Assosiasi Pengusaha Kopi Kabupaten Temanggung yang memberikan masukan tentang kualitas kopi yang dibutuhkan pasar dan kerjasama pemasaran produk kopi herbal di tingkat lokal maupun pasar ekspor; 5) Kegiatan Pengolahan dan Produksi kopi Robusta yang dilaksanakan di Desa Kemiriombo, Kecamatan Gemawang, Kabupaten Temanggung adalah peningkatan kualitas kopi melalui pengolahan dan peningkatan kemasan melalui pengadaan alat mesin pengolah kopi, yaitu a). 1 unit alat mesin pengupas kulit ari biji kopi (huller), b). 1 unit alat mesin penyangrai biji kopi, c). 1 unit alat penggiling kopi/pemroses bubuk kopi, d). 2 unit alat mesin pengemas (sealer). Kegiatan ini telah menghasilkan kopi bubuk robusta dengan kemasan kardus yang dilapisi plastik didalamnya dan juga dengan menggunakan kemasan aluminium foil yang siap dipasarkan.

(8)

PENDAMPINGAN DAN PENGAWALAN TEKNOLOGI PERTANIAN Endang Iriani, Munir Eti Wulanjari, Samijan, Parluhutan Sirait,

Joko Handoyo, Amrih Prasetyo, dan Eman Supratman

Teknologi tepat guna di bidang pertanian sudah banyak tersedia di BPTP yang terkait dengan budidaya, pascapanen, dan sumber daya. Promosi dan sosialisasi teknologi hasil penelitian melalui demplot sangat diperlukan untuk mempercepat proses adopsi. Tujuan kegiatan untuk mendampingi dan mengawal penerapan inovasi teknologi pertanian di tingkat pengguna. Kegiatan dilaksanakan di Kabupaten Temanggung dan Kabupaten Blora pada 2009. Pendampingan di Kabupaten Temanggung meliputi, 1) pendampingan pengolahan hasil bawang goreng, dan 2) pendampingan rekayasa teknologi irigasi melalui pompa hidraulik ram (Hidram). Pendampingan di Kabupaten Blora meliputi, 1) pendampingan pengembangan demplot jagung komposit dan hibrida, 2) pendampingan pengembangan usaha tani padi dan cabai merah, 3) pendampingan pengembangan usaha tani padi dan cabai merah di lokasi sekitar embung. Pendekatan pendampingan inovasi teknologi dilakukan melalui sosialisasi dan media diseminasi (media cetak, media elektronik). Hasil kegiatan menunjukkan, 1) keragaan demplot jagung komposit dan hibrida di Desa Giyanti dan Sidomulyo hasilnya lebih tinggi dibandingkan dengan jagung lokal (Arjuna, Lamuru, Sukmaraga dan Gumarang), Bisma dan jagung hibrida produksinya masih di bawah varietas hibrida swasta, 2) 75% responden mempunyai persepsi tinggi terhadap varietas Arjuna dan Sukmaraga, 37,5% mempunyai persepsi tinggi terhadap varietas Lamuru, dan 12,5% petani mempunyai persepsi tinggi terhadap varietas Gumarang, 3) usaha tani cabai musim kemarau di Jepon, rata-rata produksinya masih di bawah potensi hasil, tetapi secara finansial masih memberikan keuntungan karena harga cukup tinggi, 4) pemberdayaan usaha pengolahan bawang goreng memberikan keuntungan dari segi fisik (produk yang dihasilkan) dan jasa bagi tenaga pengolah, 5) hasil uji organoleptik (warna, aroma, rasa, dan kerenyahan) dipilih bawang merah goreng bertepung kasava-tapioka, 6) bawang merah goreng tanpa tepung dari pasar mempunyai masa simpan pendek, dan bawang merah goreng yang bertepung masa simpannya relatif panjang, 7) pompa hydram beroperasi secara otomatis dan terus-menerus tanpa ada sumber energi dari luar (bahan bakar, listrik, atau hidrokarbon). Dari kekuatan 6 dim mampu menaikkan air setinggi 125 m rata-rata 18-20 liter per menit sehingga sangat sesuai untuk alat irigasi lereng bukit dimana pada lembah terdapat sumber mata air yang kontinyu meskipun musim kemarau.

(9)

MAGANG TEKNOLOGI PERTANIAN BAGI PETUGAS DAN PETANI Sri Karyaningsih, Trie Joko Paryono, Joko Susilo, dan Kusnandar

Kegiatan magang merupakan salah satu bentuk pemberdayaan masyarakat dalam bentuk tranformasi ilmu pengetahuan dan ketrampilan, dianggap memiliki peranan dalam menentukan kualitas sumber daya manusia serta erat hubunganya dengan usaha peningkatan taraf hidup. Pengguna akhir teknologi pertanian adalah petani, tetapi sebagian petani masih mendapatkan kesulitan untuk mengakses informasi dan teknologi. Tujuan dilaksanakannya magang teknologi pertanian bagi petugas dan petani adalah 1) untuk meningkatkan pengetahuan, wawasan, kreativitas dan ketrampilan terhadap inovasi teknologi usaha tani yang dapat dikembangkan di perdesaan, 2) menumbuhkan motivasi, rasa percaya diri dan jiwa kewiraswastaan petani terhadap penerapan teknologi usaha tani yang dapat dikembangkan di perdesaan sebagai sumber mata pencaharian, 3) menumbuhkan dan mengembangkan hubungan sosial dan interaksi positip antara petani, petugas dan induk semang (tempat magang). Peserta adalah petani dan petugas lapangan. Penetapan peserta oleh dinas di daerah dan disampaikan ke BPTP Jawa Tengah. Evaluasi kegiatan dilakukan sebelum magang (pre test) untuk mengetahui gambaran kondisi peserta terhadap teknologi yang akan djadikan materi magang, evaluasi penyelenggaraan untuk mengetahui gambaran yang berkaitan dengan pencapaian tujuan magang, manfaat dan rencana tindak lanjut, dan evaluasi akhir (post test) untuk mengetahui perubahan taraf pengetahuan dan ketrampilan. Analisis data dilakukan secara deskriptif (persentase, nilai/skor, kategori dll) sesuai jenis data dan tujuan yang diharapkan. Skala likert digunakan sebagai dasar untuk pemberian nilai skor. Topik kegiatan magang pada 2009 meliputi 1) Magang teknologi budidaya domba dan pengelolaan limbah di peternakan H. Akas di Desa Tulungrejo, Kecamatan Pare, Kabupaten Kediri, 2) Magang teknologi pascapanen dan pengolahan hasil ternak di TPHP Fakultas Teknologi Pertanian UGM Yogyakarta, 3) Magang teknologi budidaya itik Mojosari sistem kering di Desa Modopuro Kecamatan Mojosari, 4) Magang teknolagi pascapanen dan pengolahan kulit sapi menjadi rambak di Desa Jumeneng, Kecamatan Mojoanyar, Kabupaten Mojokerto, 5) Magang teknologi budidaya, pengelolaan pascapanen dan pemasaran sayuran dan hortikulura di Yayasan Al Ittifaq Desa Alamendah, Kecamatan Rancabali, Kabupaten Bandung. Materi disampaikan secara teori dan praktek yang berkaitan dengan topik magang yang dapat menambah pengetahuan, wawasan, kreativitas, ketrampilan, dan menumbuhkan motivasi, percaya diri bagi petani dan petugas untuk penerapan teknologi dan pengembangan agribisnis. Hasil pelaksanaan magang disimpulkan bahwa 1. Kegiatan magang teknologi pertanian dapat merealisasikan 5 topik kegiatan yaitu magang teknologi budidaya ternak domba, magang pascapanen dan pengolahan hasil ternak, magang budidaya itik Mojosari, magang pengolahan kulit menjadi rambak, dan magang budidaya, pengelolaan pascapanen, dan pemasaran sayuran dan hortikultura, 2. Kelima topik kegiatan mampu meningkatkan pengetahuan, ketrampilan, menumbuhkan memotivasi, rasa percaya diri dan jiwa kewirausahaan peserta pada penerapan teknologi untuk usaha agribisnis di desa masing-masing, 3. Peserta magang sebanyak 93,3% dari ke lima topik yang dimagangkan merasakan memperoleh manfaat yang dapat digunakan sebagai bekal untuk merintis usaha dalam pengembangan agribisnis. Kata kunci: teknologi pertanian, magang petani.

(10)

KAJIAN PENERAPAN MODEL SISTEM USAHA PERTANIAN TERPADU BERWAWASAN LINGKUNGAN

Bambang Prayudi, Teguh Prasetyo, Subiharta, Yulianto, Tri Joko Paryono, dan Susanti

Sistem usaha pertanian (SUP) di Desa Tarubasan, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten didominasi oleh usaha pertanian lahan sawah. Menurut kecukupan air irigasi, di desa tersebut terdapat tiga jenis sawah yaitu sawah intensif (70,6 ha), semi intensif (40,8 ha), dan tadah hujan (5,4 ha). Berdasar ketersediaan air, maka pola tanam pada lahan sawah intensif disesuaikan menjadi Padi – Padi – Jagung – Kacang Hijau; pada lahan sawah semi intensif menjadi Padi – Jagung – Kacang Hijau; dan pada sawah tadah hujan menjadi Padi – Jagung – Kacang Hijau. Untuk menciptakan SUP yang berkelanjutan, meningkatkan pendapatan petani, dan berwawasan lingkungan, perlu dikembangkan system integrasi tanaman – ternak. Ternak yang potensial digunakan untuk usaha adalah sapi potong/bibit. Kelembagaan petani perlu revitalisasi untuk meningkatkan kinerja pengelola tata guna air. Produktivitas padi, jagung, dan kacang hijau dilakukan dengan pendekatan PTT, namun untuk kacang hijau kurang berhasil karena produktivitasnya 0,8 t/ha, padahal potensinya 1,5 t/ha. Peternak sapi masih perlu pembinaan agar menguasai teknologi dan kelembagaannya.

(11)

PELATIHAN TEKNOLOGI PERTANIAN BAGI PETUGAS DAN PETANI Munir Eti Wulanjari, Amrih Prasetyo, Suharno, Bambang Supriyanto,

Kuscahyo Budi Prayogo, dan Danang Heru Sucipto

Pelatihan adalah suatu kegiatan di dalam kelas atau di lapangan yang dilakukan oleh sekelompok orang dengan tingkat pendidikan peserta relatif seragam. Maksud pelatihan adalah untuk mengajarkan kepada peserta agar mampu mengadopsi dan mendiseminasikan materi pelatihan yang telah diperoleh. Kegiatan Pelatihan Teknologi Pertanian Bagi Petugas dan Petani dilakukan bertujuan untuk 1) Meningkatkan pengetahuan peserta latihan tentang teknologi yang dibutuhkan untuk mengembangkan usaha taninya; 2) Meningkatkan wawasan, keterampilan, dan kapasitas peserta latihan. Macam-macam pelatihan yang dipilih antara lain 1) Pengembangan Agribisnis Peternakan, 2) Pelatihan SUT Integrasi Tanaman Sayuran-Ternak dan Konservasi Lahan, 3) Sistem Integrasi Tanaman-Ternak, Hasil dari pelatihan ini adalah; Setelah mengikuti pelatihan “Pengembangan Agribisnis Peternakan”, peserta pelatihan/petani Kabupaten Temanggung meningkat dengan rerata 22,5 point. Peningkatan pengetahuan peserta Pelatihan SUT Integrasi Tanaman Sayuran-Ternak dan Konservasi Lahan Kabupaten Blora meningkat dengan rerata sebesar 9,79 point. Peningkatan pengetahuan untuk peserta pelatihan Sistem Integrasi tanaman-Ternak Kabupaten Blora meningkat dengan rerata sebesar 17 point. Peserta mempunyai persepsi positif terhadap materi pelatihan dan manfaat mengikuti pelatihan. Persepsi positif terhadap materi pelatihan peserta petani Temanggung pada kategori tinggi (91,18%), dan persepsi terhadap manfaat mengikuti pelatihan juga pada kategori tinggi (96,7%). Pelatihan pada petugas Temanggung juga mempunyai persepsi positif terhadap materi pelatihan pada kategori tinggi (58,82%) dan persepsi terhadap manafaat mengikuti pelatihan juga pada kategori tinggi (100%). Sedangkan untuk pelatihan petugas Blora persepsi terhadap materi pelatihan juga pada kategori tinggi (94,34%) dan persepsi peserta terhadap manfaat mengikuti pelatihan juga tinggi (100%). Peserta pelatihan “Pengembangan Agribisnis Peternakan” bagi petani Kabupaten Temanggung sebagian besar menyatakan sebagian teknologi yang dibahas dapat diterapkan di wilayah masing-masing (83,33%) dan yakin dapat menerapkan teknologi tersebut (86,87%). Dan untuk pelatihan “SUT Integrasi Tanaman Sayuran-Ternak dan Konservasi Lahan” bagi petugas Kabupaten Temanggung sebagian besar menyatakan sebagian teknologi yang dibahas dapat diterapkan di wilayah masing-masing (91,2%) dan yakin dapat menerapkan teknologi tersebut (85,3%). Sedangkan untuk pelatihan “Sistem Integrasi Tanaman-Ternak” bagi petugas Kabupaten Blora sebagian besar peserta juga menyatakan teknologi yang dibahas sebagian dapat diterapkan di wilayah masing-masing (86,79%) dan yakin dapat menerapkan teknologi tersebut (96,22%). Setelah mengikuti pelatihan, peserta pelatihan “Pengembangan Agribisnis Petenakan” bagi petani kabupaten Temanggung yang akan dilakukan peserta, sebagian besar akan melaksanakan dalam kegiatan kelompok (86,67%), kemudian mendiskusikan lebih lanjut dalam pertemuan kelompok (76,67%) dan memberitahukan/menularkan pada pengguna lain (60%). Dan untuk pelatihan”SUT Integrasi Tanaman Sayuran-Ternak rencana mereka setelah pelatihan adalah sebagian besar akan memberitahukan/emnularkan pada pengguna lain (88,2%), kemudian mendiskusiakan lebih lanjut dalam pertemuan kelompok (80,2%) dan selanjutnya sebagai acuan kegiatan (73,5%). Sedangkan untuk pelatihan “Sistem Integrasi Tanaman-Ternak” bagi petugas Kabupaten Blora, rencana mereka setelah pelatihan sebagian besar adalah mendiskusikan lebih lanjut dalam pertemuan kelompok (79,24%) , sebagai acauan kegiatan (77,36%) dan dilaksanakan dalam kegiatan kelompok (67,9%). Umpan balik peserta terhadap pelaksanaan kegiatan untuk pelatihan “Pengebangan Agribisnis Peternakan” bagi petani kabupaten Temanggung, sebagian peserta menyatakaan waktu yang pelatihan cukup

(12)

(76,67%), tempat pelatihan/kunjungan lapang/praktek lapang baik (63,33%), dan metode pelaksanaan pelatihan baik (63,33%). Dan untuk pelatihan “SUT Integrasi Tanaman Sayuran-Ternak dan Konservasi Lahan” bagi petugas Kabupaten Temanggung sebagian besar peserta menyatakan waktu yang pelatihan cukup (70,60%), tempat pelatihan/kunjungan lapang/praktek lapang baik (73,5%), dan metode pelaksanaan pelatihan baik (91,20%). Sedangkan untuk pelatihan “Sistem Integrasi Tanaman-Ternak” bagi petugas Kabupaten Blora sebagian besar peserta juga menyatakan waktu pelatihan cukup (79,24%), tempat pelatihan/kunjungan lapang/praktek lapang baik (79,24%), dan metode pelaksanaan pelatihan baik (84,92%).

(13)

PEMASYARAKATAN INOVASI TEKNOLOGI PERTANIAN Kuscahyo Budi Prayogo, Ariarti Tyasdjaja, Wahyudi Hariyanto, Eko Budi Prayitno,

Bekti Setyani, dan Dadang Suhendar

Produk Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Tengah tidak akan berarti apabila pengguna tidak mendapatkan, memahami, dan menerapkannya. Untuk mencapainya, BPTP menyelenggarakan berbagai program dan proyek. Satu diantaranya adalah Rencana Diseminasi Hasil Pengkajian (RDHP) "Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian". Berbagai kegiatan diseminasi inovasi pada RDHP dirancang dan dilaksanakan secara sistematis dengan multi metode dan multi media agar keluarannya secara cepat dapat dirasakan pengguna. Masing-masing media ataupun metode yang digunakan pada Pemasyarakatan Inovasi Teknologi Pertanian (PITP) dirancang untuk target dan keluaran tertentu. Masing-masing mempunyai karakteristik khas dilihat dari segi fisik, metode penyampaian, kemasan, bobot penyajian materi dan, efek yang diharapkan. Kegiatan yang diusulkan pada tahun 2009 adalah Pemasyarakatan Teknologi Pertanian meliputi Temu Lapang dan Penyebaran Teknologi Pertanian melalui (1) media cetak (Warta Inovasi, Brosur, dan Leaflet) dan media elektonik (VCD). Tujuan Pemasyarakatan Teknologi Pertanian adalah (1) mempercepat penyebaran teknologi hasil pengkajian, (2) menyediakan bahan/alat bantu penyuluhan berupa media cetak dan VCD bagi penyuluh, (3) mengetahui persepsi, respon dan umpan balik pengguna terhadap inovasi teknologi hasil pengkajian yang di-diseminasikan. Kegiatan Temu Lapang di Temanggung dan Blora memberikan manfaat bagi petani, petugas, penyuluh, dan petani. Manfaat timbal balik tersebut antara lain; (1) meningkatnya keinginan petani non-kooperator untuk meniru cara dan teknik budidaya introduksi, (2) meningkatnya pemahaman terhadap tugas dan fungsi BPTP dalam mendorong percepatan pembangunan pertanian di Jawa Tengah, (3) terjalinnya hubungan yang lebih erat antara BPTP, pemerintah daerah, Penyuluh, Petani dalam kerangka meningkatkan produktivitas dan produksi pertanian. Keterlibatan berbagai unsur dalam kegiatan ini memberikan implikasi teknis dan non-teknis. Dalam Temu Lapang di Blora, Gubernur Jawa Tengah memberikan bentuan sumur kepada masyarakat Blora. Sedangkan di Temanggung, Bupati menindaklajuti pengembangan pompa hydran pada skala yang lebih luas. Sedangkan melalui Majalah Inovasi, sasaran mendapatkan pemahaman lebih dari kegiatan-kegiatan yang sudah, sedang, dan akan dilaksanakan BPTP. Informasi-informasi yang termuat dalam majalah tersebut menjadi media komunikasi antara BPTP dan pelaku pembangunan pertanian lainnya.

(14)

PENGKAJIAN PERBENIHAN PADI DAN KEDELAI Yulianto, Ekaningtyas Kushartanti, Widarto, Joko Handoyo, Martono,

Kuswantono, Warsito, dan Priyanto Antonius

Pengkajian perbenihan dilakukan bertujuan untuk a) membantu penyediaan benih bermutu (klas FS, SS, atau ES) untuk padi dan benih sebar kedelai, b) sosialisasi budidaya perbenihan padi dan kedelai, c) sosialisasi varietas unggul baru (VUB) padi Mekongga, Cigeulis, Conde, Cibogo, Situ Patenggang, Situ Bagendit, Ciherang, Gilirang, Inpari 1, Inpari 6 Jete, dan varietas kedelai Anjasmoro, Gepak Kuning, dan Grobogan. Inovasi teknologi produksi padi dan kedelai diterapkan dalam model pendekatan Pengelolaan Tanaman dan Sumberdaya Terpadu (PTT). Pengkajian perbenihan padi dilaksanakan di Kebun Percobaan (KP) Batang, dan perbenihan kedelai dilakukan di Kabupaten Boyolali dan Sragen. Proses sertifikasi dilaksanakan bekerjasama dengan BPSB Wilayah Jawa Tengah. Pengenalan varietas unggul kedelai (Tanggamus, Anjasmoro, Ijen, Kedelai Hitam 2, Sinabung, dan Grobogan) kepada petani melalui Demplot. Produksi benih kedelai Varietas Grobogan dilaksanakan April-Juli 2009, di Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali, pada lahan seluas 1 ha. Pada musim kemarau (Juli-Oktober 2009) dilakukan penanaman tiga varietas (Grobogan, Gepak Kuning, Anjasmoro) di Desa Kroyo, Kecamatan Karang Malang, Kabupaten Sragen dengan luas tanaman masing-masing varietas kedelai 1 ha. Pada awal musim hujan dilakukan penanaman Varietas Anjasmoro dan Gepak Kuning di Desa Banyudono, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Luas tanaman masing-masing varietas kedelai 1 ha. Guna sosialisasi beberapa VUB kedelai, dilakukan Demplot (2 ha) bekerjasama dengan Balitkabi, Bapelluh Sragen, dan petani. Kegiatan pengkajian perbenihan padi yang dilaksanakan di KP. Batang memperoleh benih padi bersertifikat FS (BD), yaitu Ciherang, Cigeulis, Conde, Mekongga, Cibogo, dan Situ Bagendit. Benih kelas SS (BP), yaitu Inpari-1 dan Gilirang. Varietas Inpari-6 lulus sebagai benih kelas ES (BR). Varietas Situ Patenggang tidak lulus menjadi benih bersertifikat karena terserang wereng coklat. Kedelai Varietas Grobogan yang ditanam untuk perbenihan di Desa Ngargorejo, Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali menghasilkan benih bersertifikat kelas SS (BP) sebanyak 150 kg. Pertanaman kedelai Varietas Gepak Kuning dan Anjasmoro yang dibudidayakan untuk benih bersertifikat di Desa Banyudono memiliki daya tumbuh melebihi 90 %, dan dinyatakan lulus. Hasil benih kedelai Varietas Anjasmoro sebanyak 150 kg yang diuji di laboratorium BPSB lulus sebagai benih klas ES (BR). Varietas Gepak Kuning dinyatakan tidak lulus karena tidak murni. Kedelai Varietas Grobogan menghasilkan benih 561 kg dan paling disukai petani, selanjutnya berturut-turut Varietas Sinabung, Anjasmoro, Tanggamus, Kedelai Hitam 2, dan Ijen.

(15)

VISITOR PLOT DI KEBUN TEGALEPEK DAN KLEPU Sodiq Jauhari, Kendriyanto, Meinarti Norma Setiapermas,

Pujo Hasapto Waluyo, Soepadi, dan Sartono

Optimalisasi pemanfaatan Kebun Percobaan Tegalepek untuk memperagakan teknologi sistem usahatani konservasi di lahan kering dan Laboratorium Ternak Klepu untuk memperagakan rakitan teknologi perbibitan kambing/domba melalui kegiatan visitor plot teknologi pertanian, diharapkan dapat mempercepat penyebaran dan memromosikan inovasi hasil pengkajian kepada pengguna serta mendapatkan umpan balik. Tujuan kegiatan antara lain (a) merakit teknologi sistem usahatani terpadu di lahan kering, dan teknologi perbibitan kambing/domba; (b). mendapatkan umpan balik dan mengetahui persepsi serta respon pengunjung terhadap inovasi teknologi yang digunakan di visitor plot. Kegiatan dilaksanakan pada Januari – Desember 2009. Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder data primer dari aspek teknis maupun diseminasi, data primer dikumpulkan dengan wawancara terstruktur. Responden ditentukan secara sengaja yaitu para peserta temu lapang/pengunjung di lapangan. Data dianalisis secara deskriptif untuk mengukur tingkat persepsi dan respon responden terhadap teknologi yang diintroduksikan. Pengunjung dan peserta temu lapang yang datang terdiri petani, penyuluh pertanian, dan pengguna lainnya antara lain mahasiswa, swasta, tokoh masyarakat dan dinas terkait sejumlah 42 orang. Sedangkan jumlah pengunjung pada kegiatan pengelolaan tanaman terpadu di lahan kering berwawasan konservasi sampai dengan Desember 2009 sebanyak 222 orang, tanggapan terhadap teknologi pengelolaan usahatani terpadu dan perbibitan kambing dan domba unggul, lebih dari 75% beranggapan teknologi ini bisa meningkatkan pendapatan.

Referensi

Dokumen terkait

Nyamuk Aedes aegypti pada semua wilayah penelitian telah resisten terhadap malathion 0,8%, hampir semua resisten cypermethrin 0,05% hanya sampel dari Kabupaten

Polymorphism analysis of the Coagulase Gene in Isolates of Methicillin- Resistant Staphylococcus aureus with AluI Restriction Sites..

Sebuah balok yang dihubungkan ke ujung sebuah pegas ketika bergerak akan melakukan gerak harmonik sederhana.. Tentukan dahulu sudut fase awal .0 kemudian

Oleh karena itu, peneliti merasa tertarik untuk mengangkat tema ini dalam penelitian dengan judul: “EFEKTIVITAS PELAKSANAAN PROGRAM PENGALAMAN LAPANGAN DALAM MEMBERIKAN BEKAL

Dobson & Dobson (2009: 117) menyatakan teknik restrukturisasi kognitif baik digunakan untuk klien yang mengalami distress, distorsi kognitif, dan untuk klien yang

Permasalahan puzzle yang diberikan haruslah memiliki jawaban yang unik (one solution). Metodologi Penelitian 2.1.. Puzzle hitori adalah puzzle logika yang diterbitkan tahun 1990

Dari hasil penelitian didapatkan bah- wa jumlah operator di puskesmas percon- tohan e-Puskesmas dikategorikan kurang, hal ini disebabkan di salah satu unit pelaya- nannya

Sehingga, hasil penelitian ini yang dilakukan ini diharapkan dapat menjadi rekomendasi bagi para guru PAUD/RA untuk memilih bercerita sebagai metode yang paling tepat digunakan