• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

9 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

2.1.1 Struktur Modal

Struktur modal merupakan bagian dari struktur keuangan. Struktur keuangan merupakan kombinasi atau bauran dari segenap pos yang termasuk dalam sisi kanan neraca keuangan perusahaan, sedangkan struktur modal merupakan bauran dari segenap sumber pembelanjaan jangka panjang (utang jangka panjang, saham preferen, dan ekuitas saham biasa) yang digunakan perusahaan (Warsono, 2003).

Penentuan struktur modal bagi suatu perusahaan merupakan salah satu bentuk keputusan keuangan yang penting, karena keputusan ini dapat berpengaruh terhadap pencapaian tujuan manajemen keuangan perusahaan. Tujuan pokok manajemen struktur modal adalah menciptakan suatu bauran atau kombinasi sumber pembelanjaan permanen sedemikian rupa, sehingga mampu memaksimumkan harga saham perusahaan, meminimumkan biaya modal dan akhirnya memaksimumkan nilai perusahaan.

Manajer keuangan akan melakukan berbagai keputusan untuk meningkatkan nilai perusahaan, diantaranya adalah keputusan investasi dan keputusan pendanaan. Setelah melakukan keputusan investasi manajer keuangan akan berpikir bahwa keputusan investasi tersebut akan dibiayai/didanai dari modal apa, apakah seluruhnya dengan hutang atau

(2)

10 dengan modal sendiri atau malah kombinasinya, sehingga diperlukan teori struktur modal untuk menetapkan keputusan yang tepat.

Beberapa teori struktur modal yang dapat memudahkan perumusan suatu kebijakan struktur keuangan yang lebih baik dan mencapai struktur modal yang optimal sebagai berikut:

1. Teori Pendekatan Tradisional

Penganut pendekatan ini berpendapat bahwa dalam keadaan pasar modal sempurna dan tidak ada pajak, struktur modal berpengaruh terhadap nilai perusahaan. Biaya modal sendiri dengan menggunakan utang tentunya lebih besar daripada tidak menggunakan utang, karena risikonya lebih besar. Biaya modal sendiri makin besar yang akan meningkatkan harga saham dan akan mempengaruhi nilai perusahaan (Sawir, 2004). Pendekatan tradisional berasumsi bahwa terdapat struktur modal optimal dan pihak manajemen dapat meningkatkan nilai total perusahaan melalui penggunaan leverage keuangan secara hati-hati. Pendekatan ini menyarankan bahwa perusahaan awalnya dapat menurunkan biaya modal dan meningkatkan nilai totalnya melalui kenaikan leverage. Jadi pendekatan tradisional mengandung arti bahwa biaya modal tergantung pada struktur modal perusahaan, dan terdapat struktur modal yang optimal (Wachowicz, 2007).

2. Teori Pendekatan Modigliani dan Miller

Pada tahun 1958, Franco Modigliani dan Merton Miller (dikenal dengan MM) berpendapat bahwa nilai suatu perusahaan tidak

(3)

11 terpengaruh oleh struktur modal dengan asumsi bahwa tidak ada pajak, biaya kebangkrutan, individu dan perusahaan dapat meminjam atau meminjamkan pada tingkat bunga pasar yang sama, tidak ada biaya transaksi atau hambatan untuk memperoleh informasi. Kenaikan utang pada struktur modal akan menaikkan ROE (return on equity) sekaligus menaikkan pula risiko investor. Dengan kata lain, nilai perusahaan yang menggunakan utang sama dengan nilai perusahaan tanpa utang (Mardiyanto, 2009).

3. Teori Trade-Off

Myers (2001) mengungkapkan bahwa perusahaan akan berhutang sampai pada tingkat utang tertentu, dimana penghematan pajak (tax shields) dari tambahan hutang sama dengan biaya kesulitan keuangan (financial distress). Biaya kesulitan keuangan (financial distress) adalah biaya kebangkrutan (bankruptcy costs) atau reorganization, dan biaya keagenan (agency costs) yang meningkat akibat dari turunnya kredibilitas suatu perusahaan. Trade-off theory dalam menentukan struktur modal yang optimal memasukkan beberapa faktor antara lain pajak, biaya keagenan (agency costs) dan biaya kesulitan keuangan (financial distress) tetapi tetap mempertahankan asumsi efisiensi pasar dan symmetric information sebagai imbangan dan manfaat penggunaan utang. Sejauh manfaat lebih besar, penambahan hutang masih diperkenankan. Apabila pengorbanan karena penggunaan hutang sudah lebih besar, maka tambahan hutang sudah tidak diperbolehkan.

(4)

12 Adapun faktor-faktor yang dapat mempengaruhi struktur modal adalah sebagai berikut (Warsono, 2003):

1. Laju pertumbuhan dan kemantapan penjualan di masa yang akan datang, yaitu semakin tinggi pertumbuhan dan semakin stabil penjualan di masa yang akan datang, kecenderungan meleverage semakin besar. 2. Struktur kompetitif dalam industri, yaitu semakin kompetitif persaingan

dalam industrinya, semakin kecil kecenderungan untuk menggunakan utang jangka panjang dalam struktur modalnya.

3. Susunan asset dari perusahaan sendiri, yaitu perusahaan yang sebagian besar asetnya berupa asset tetap biasanya lebih banyak menggunakan modal sendiri dalam struktur modalnya.

4. Risiko bisnis yang dihadapi perusahaan, yaitu semakin tinggi risiko bisnis yang dihadapi perusahaan, semakin rendah kecenderungan untuk mengadakan leverage.

5. Status kendali dari para pemilik dan manajemen, yaitu bertambahnya saham biasa yang beredar maka kendali para pemilik semakin berkurang.

6. Sikap para kreditor modal terhadap industri dan perusahaan, yaitu semakin baik persepsi para kreditor terhadap industry dan perusahaan, maka semakin mudah perusahaan untuk mendapatkan utang.

7. Posisi pajak perusahaan, yaitu bunga mengurangi pengeluaran pajak, sehingga semakin besar tariff pajak yang diberlakukan terhadap perusahaan, maka biaya utang efektif menjadi semakin rendah.

(5)

13 8. Fleksibilitas keuangan atau kemampuan untuk menerbitkan modal

dalam kondisi yang tidak baik, yaitu dalam kondisi uang ketat dalam perekonomian, atau jika perusahaan mengalami kesulitan operasi, pemasok modal lebih menyukai untuk memnyediakan dana bagi perusahaan dengan kondisi baik.

9. Konservatisme atau agresivisme manajerial, yaitu manajer perusahaan yang agresif cenderung untuk menggunakan utang dalam usaha untuk mendorong laba sehingga hal ini dapat mempengaruhi manajer dalam menentukan struktur modal sasaran.

Struktur modal dalam penelitian ini diproksikan dengan DER (debt to equity ratio). Debt to Equity Ratio adalah rasio yang menunjukkan kemampuan modal sendiri perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya (Sawir, 2004). DER merupakan perbandingan antara hutang dan ekuitas. Secara matematis, DER dapat diformulakan sebagai berikut:

𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷= 𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐷𝐷𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝑇𝑇𝐸𝐸𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝐷𝑇𝑇 × 100%

Semakin tinggi DER mengindikasikan bahwa dengan struktur modal tersebut, risiko keuangan yang ditanggung oleh para pemegang saham biasa semakin tinggi (Warsono, 2003).

2.1.2 Profitabilitas

Profitabilitas bertujuan untuk mengukur efektivitas manajemen yang tercermin pada imbalan atas hasil investasi melalui kegiatan perusahaan atau

(6)

14 dengan kata lain mengukur kinerja perusahaan secara keseluruhan dan efisiensi dalam pengelolaan kewajiban dan modal (Sugiono, 2009).

Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan return on equity (ROE). Return on Equity adalah rasio laba bersih setelah pajak terhadap modal sendiri. Return on Equity dihitung dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

𝐷𝐷𝐷𝐷𝑇𝑇𝐸𝐸𝑅𝑅𝑅𝑅𝑇𝑇𝑅𝑅𝐷𝐷𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝐸𝑇𝑇𝐸𝐸 = 𝐿𝐿𝑇𝑇𝐷𝐷𝑇𝑇𝐵𝐵𝐷𝐷𝑅𝑅𝐵𝐵𝐸𝐸ℎ𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝑇𝐷𝐷𝑃𝑃𝐸𝐸𝐸𝐸𝑇𝑇𝑇𝑇𝐵𝐵𝑆𝑆𝐷𝐷𝑇𝑇𝐷𝐷𝑇𝑇𝑇𝑇ℎ𝑃𝑃𝑇𝑇𝑃𝑃𝑇𝑇𝑃𝑃× 100%

ROE sebagai salah satu rasio profitabilitas merupakan indikator yang sangat penting bagi para investor. ROE dibutuhkan investor untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam memperoleh laba bersih yang berkaitan dengan dividen. Pemilihan ROE sebagai proksi dari profitabilitas adalah karena dalam ROE ditunjukkan, semakin tinggi ROE menunjukkan semakin efisien perusahaan dalam menggunakan modal sendiri untuk menghasilkan laba investor yang ditanam pada perusahaan (Wachowicz, 2007).

Naiknya rasio ROE dari tahun ke tahun pada perusahaan berarti terjadi adanya kenaikan laba bersih dari perusahaan yang bersangkutan. Naiknya laba bersih dapat dijadikan salah satu indikasi bahwa nilai perusahaan juga naik karena naiknya laba bersih sebuah perusahaan yang bersangkutan akan menyebabkan harga saham yang berarti juga kenaikan dalam nilai perusahaan (Wachowicz, 2007).

(7)

15 2.1.3 Pertumbuhan Perusahaan

Perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang tinggi, dalam hubungannya dengan leverage, sebaiknya menggunakan ekuitas sebagai sumber pembiayaannya agar tidak terjadi biaya keagenan antara pemegang saham dengan manajemen perusahaan, sebaliknya perusahaan dengan tingkat pertumbuhan yang rendah sebaiknya menggunakan hutang sebagai sumber pembiayaannya karena penggunaan hutang akan mengharuskan perusahaan tersebut membayar bunga secara teratur. Pertumbuhan perusahaan yang cepat maka semakin besar kebutuhan dana untuk ekspansi. Semakin besar kebutuhan untuk pembiayaan mendatang maka semakin besar keinginan perusahaan untuk menahan laba. Jadi perusahaan yang sedang tumbuh sebaiknya tidak membagikan laba sebagai deviden tetapi lebih baik digunakan untuk ekspansi. Potensi pertumbuhan ini dapat diukur dari besarnya biaya penelitian dan pengembangan. Semakin besar R&D cost-nya maka berarti ada prospek perusahaan untuk tumbuh (Sartono, 2001).

2.1.4 Nilai Perusahaan

Nilai perusahaan adalah nilai atau jumlah uang yang akan diterima apabila perusahaan tersebut dijual (Sadalia, 2010). Nilai perusahaan merupakan persepsi investor terhadap perusahaan, yang sering dikaitkan dengan harga saham. Harga saham yang tinggi membuat nilai perusahaan meningkat sehingga memaksimumkan kekayaan atau nilai perusahaan. Nilai

(8)

16 perusahaan merupakan nilai pasar atas surat berharga utang dan ekuitas perusahaan yang beredar (Keown, 2004).

Beberapa variabel kuantitatif yang sering digunakan untuk memperkirakan nilai perusahaan sebagai (Keown, 2004) berikut:

1. Nilai Buku

Nilai buku per lembar saham (BVS) digunakan untuk mengukur nilai shareholders equity atas setiap saham, dan besarnya nilai BVS dihitung dengan cara membagi total shareholders equity dengan jumlah saham yang beredar. Adapun komponen dari shareholders equity, yaitu agio saham (paid-up capital in excess of par value) dan laba ditahan (retained earning).

2. Nilai Appraisal

Nilai appraisal suatu perusahaan dapat diperoleh dari perusahaan appraisal independent. Teknik yang digunakan oleh perusahaan appraisal sangat beragam, bagaimanapun nilai ini sering dihubungkan dengan biaya penempatan. Metode analisis ini sering tidak mencukupi dengan sendirinya karena nilai aktiva individual mempunyai hubungan yang kecil dengan kemampuan perusahaan secara keseluruhan dalam kegunaan dalam menghasilkan earnings dan kemudian nilai going concern dari suatu perusahaan.

Bagaimanapun nilai appraisal dari suatu perusahaan akan bermanfaat sewaktu digunakan dalam penghubungan dengan metode penilaian yang lain. Nilai appraisal juga akan berguna dalam situasi

(9)

17 tertentu seperti dalam perusahaan keuangan, perusahaan sumber daya alam atau bagi suatu organisasi yang beroperasi dalam keadaan rugi. Kegunaan dari nilai appraisal akan menghasilkan beberapa keuntungan. Nilai perusahaan yang berdasarkan penilaian independen (appraiser independent) juga akan menghasilkan pengurangan goodwill dengan meningkatkan harga aktiva perusahaan yang telah dikenal.

3. Nilai Pasar Saham

Nilai pasar saham sebagaimana dinyatakan dalam kuotasi pasar modal adalah pendekatan lain untuk memperkirakan nilai bersih dari suatu bisnis. Apabila saham didaftarkan dalam bursa sekuritas utama dan secara luas diperdagangkan, sebuah nilai pendekatan dapat dibangun berdasarkan nilai pasar. Pendekatan nilai pasar adalah salah satu yang paling sering dipergunakan dalam menilai perusahaan besar. Bagaimanapun nilai ini dapat berubah secara cepat. Faktor analisis berkompetisi dengan pengaruh spekulatif murni dan berhubungan dengan sentimen masyarakat dan keputusan pribadi.

4. Nilai “Chop-Shop

Pendekatan “Chop-Shop” mengkonseptualisasikan praktik penekanan untuk membeli aktiva di bawah harga penempatan. Pendekatan ini menekankan nilai perusahaan dengan berbagai segmen bisnis. Pendekatan “chop-shop” secara aktual adalah proses mengidentifikasikan berbagai segmen bisnis perusahaan dan mengkalkulasikan rasio kapitalisasi rata-rata untuk perusahaan dalam

(10)

18 industri tersebut, kemudian mengkalkulasikan nilai pasar “teoritis” setiap rasio kapitalisasi, dan terakhir merata-ratakan nilai pasar teoritis untuk menentukan nilai “chop-shop” perusahaan.

5. Nilai Arus Kas

Pendekatan arus kas untuk penilaian dimaksudkan agar dapat mengestimasi arus kas bersih yang tersedia untuk perusahaan yang menawarkan sebagai hasil merger atau akuisisi. Nilai sekarang dari arus kas ini kemudian akan ditentukan dan akan menjadi jumlah maksimum yang harus dibayar oleh perusahaan yang ditargetkan. Pembayaran awal kemudian dapat dikurangi untuk menghitung nilai bersih sekarang dari merger. Terdapat tiga jenis penilaian yang berhubungan dengan saham, yaitu nilai buku (book value), nilai pasar (market value) dan nilai intrinsik (intrinsic value). Nilai buku merupakan nilai saham menurut pembukuan emiten. Nilai pasar merupakan pembukuan nilai saham di pasar saham dan nilai intrinsik merupakan nilai sebenarnya dari saham.

Nilai perusahaan dalam penelitian ini diukur dengan price book value (PBV). Rasio harga saham terhadap nilai buku perusahaan atau PBV, menunjukkan tingkat kemampuan perusahaan menciptakan nilai relatif terhadap jumlah modal yang diinvestasikan. PBV yang tinggi mencerminkan harga saham yang tinggi dibandingkan nilai buku perlembar saham. Semakin tinggi harga saham, semakin berhasil perusahaan menciptakan nilai bagi pemegang saham. Keberhasilan perusahaan menciptakan nilai tersebut tentunya memberikan harapan kepada pemegang

(11)

19 saham berupa keuntungan yang lebih besar pula (Sartono, 2001), secara sederhana menyatakan bahwa price to book value (PBV) merupakan rasio pasar (market ratio) yang digunakan untuk mengukur kinerja harga pasar saham terhadap nilai bukunya. Semakin tinggi PBV berarti pasar percaya akan prospek perusahaan tersebut. PBV dirumuskan dalam bentuk sebagai berikut:

𝑃𝑃𝐵𝐵𝑃𝑃 = 𝐻𝐻𝑇𝑇𝑅𝑅𝐻𝐻𝑇𝑇𝑁𝑁𝐸𝐸𝑇𝑇𝑇𝑇𝐸𝐸𝐵𝐵𝐸𝐸𝑃𝑃𝐸𝐸𝑃𝑃𝑇𝑇𝐵𝐵𝑇𝑇𝑅𝑅𝑝𝑝𝐷𝐷𝑅𝑅𝑝𝑝𝐷𝐷𝑅𝑅𝐿𝐿𝐷𝐷𝐿𝐿𝐷𝐷𝑇𝑇𝑅𝑅𝐿𝐿𝐷𝐷𝐿𝐿𝐷𝐷𝑇𝑇𝑅𝑅𝑆𝑆𝑇𝑇ℎ𝑇𝑇𝐿𝐿 𝑥𝑥𝑆𝑆𝑇𝑇ℎ𝑇𝑇𝐿𝐿 100%

PBV mempunyai beberapa keunggulan sebagai berikut :

a. Nilai buku mempunyai ukuran intutif yang relatif stabil yang dapat diperbandingkan dengan harga pasar. Investor yang kurang percaya dengan metode discounted cash flow dapat menggunakan price book value sebagai perbandingan.

b. Nilai buku memberikan standar akuntansi yang konsisten untuk semua perusahaan. PBV dapat diperbandingkan antara perusahaan-perusahaan yang sama sebagai petunjuk adanya under atau overvaluation.

c. Perusahaan-perusahaan dengan earning negatif, yang tidak bisa dinilai dengan menggunakan price earning ratio (PER) dapat dievaluasi menggunakan PBV.

(12)

20 2.2 Tinjauan Penelitian Terdahulu

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian yang telah dilakukan oleh Meythi (2012) dengan judul “Pengaruh Struktur Modal Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pertumbuhan Perusahaan sebagai Variabel Moderating”.

Berikut adalah penelitian terdahulu yang berkaitan dengan nilai perusahaan yang ditunjukkan dalam tabel berikut ini:

Tabel 2.1

Tinjauan Penelitian Terdahulu

Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian Safrida (2008) Dependen: Nilai

Perusahaan

Independen: Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan

Secara parsial struktur modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap nilai perusahaan.

Secara simultan struktur modal dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan. Apriada (2013) Dependen: Nilai Perusahaan Independen: Struktur Kepemilikan Saham, Struktur Modal, dan Profitabilitas

Kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan, sedangkan kepemilikan manajerial, struktur modal, dan profitabilitas berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

(13)

21 Azwir (2014) Dependen: Nilai

Perusahaan Independen: Strktur Modal Moderating: Pertumbuhan Perusahaan

Struktur modal tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan.

Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap nilai perusahaan.

Struktur Modal berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan

pertumbuhan perusahaan sebagai variabel

moderating.

Peneliti Variabel Penelitian Hasil Penelitian Meythi (2012) Dependen: Nilai

Perusahaan Independen: Struktur Modal Moderating: Pertumbuhan Perusahaan

Struktur modal dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan, sedangkan variabel pertumbuhan perusahaan tidak dapat mempengaruhi struktur modal terhadap nilai perusahaan.

Kusumajaya (2011)

Dependen: Profitabilitas dan Nilai Perusahaan

Independen: Struktur Modal dan Pertumbuhan Perusahaan

Struktur modal dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan.

Profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Hermuningsih (2013) Dependen: Nilai Perusahaan Independen: Profitabilitas, Growth Opportunity, dan Struktur Modal

Profitabilitas, growth opportunity, dan struktur modal memiliki pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

(14)

22 Sumber: Berbagai Jurnal

Safrida (2008) melakukan pengujian untuk melihat pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan diproksikan dengan Market to Book Ratio (MBR), struktur modal diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan perubahan total aktiva (PTA). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan perioda penelitian tahun 2004 sampai dengan tahun 2006, berjumlah 151 perusahaan. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling berjumlah 45 perusahaan. Teknik pengujian data adalah dengan menggunakan regresi linier sederhana untuk menguji secara parsial dan regresi linier berganda untuk menguji secara simultan, dengan tingkat signifikansi alpha 5%. Hasil penelitian membuktikan bahwa secara parsial struktur modal berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara negatif namun tidak signifikan terhadap nilai perusahaan. Secara simultan membuktikan bahwa struktur modal dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh secara negatif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Apriada (2013) meneliti dengan judul pengaruh struktur kepemilikan saham, struktur modal, dan profitabilitas pada nilai perusahaan. Nilai perusahaan diproksikan dengan Price to Book Ratio (PBV), struktur modal diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan profitabilitas diproksikan dengan Return on Equity (ROE). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan

(15)

23 manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2011-2012. Teknik sampling yang digunakan adalah purposive sampling dengan kriteria yang telah ditentukan dan diperoleh jumlah sempel sebanyak 82 perusahaan. Teknik analisis yang digunakan adalah analisis regresi berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh positif terhadap nilai perusahaan. Kepemilikan manejerial berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Struktur modal mempunyai pengaruh negatif terhadap nilai perusahaan. Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap nilai perusahaan.

Meythi (2012) meneliti dengan judul pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan dengan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderating. Nilai perusahaan diproksikan dengan Market to Book Ratio (MBR), struktur modal diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan perubahan total aktiva (PTA). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia dengan periode penelitian 2008-2012. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling dan diperoleh sampel sebesar 19 perusahaan. Analisis data dengan menggunakan moderated regression analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel struktur modal dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh terhadap nilai perusahaan sedangkan variabel pertumbuhan perusahaan tidak dapat mempengaruhi struktur modal terhadap nilai perusahaan.

Kusumajaya (2011) meneliti dengan judul pengaruh struktur modal dan pertumbuhan perusahaan terhadap profitabilitas dan nilai perusahaan. Nilai perusahaan diproksikan dengan Price to Book Ratio (PBV), struktur modal

(16)

24 diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), profitabilitas diproksikan dengan Return on Equity (ROE), dan pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan perubahan total aktiva (PTA). Populasi penelitian ini adalah industri manufaktur yang tercatat pada Bursa Efek Indonesia pada tahun penelitian 2006 sampai dengan 2009. Metode penentuan sampel dengan metode purposive sampling, sebanyak 27 perusahaan manufaktur. Analisi data menggunakan analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap profitabilitas, struktur modal berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan, pertumbuhan perusahaan berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan dan profitabilitas berpengaruh positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan.

Azwir (2014) meneliti dengan judul pengaruh struktur modal terhadap nilai perusahaan dengan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderating. Nilai perusahaan diproksikan dengan Market to Book Ratio (MBR), struktur modal diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan pertumbuhan perusahaan diproksikan dengan perubahan total aktiva (PTA). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Consumer Goods Industry yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia periode 2010-2012 sebanyak 29 perusahaan. Sampel dipilih dengan metode purposive sampling dan diperoleh sampel sebesar 22 perusahaan. Analisis data dengan menggunakan moderated regression analysis (MRA). Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal tidak berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan. Pertumbuhan perusahaan berpengaruh terhadap nilai

(17)

25 perusahaan. Struktur Modal berpengaruh signifikan terhadap nilai perusahaan dengan pertumbuhan perusahaan sebagai variabel moderating.

Hermuningsih (2013) melakukan penelitian dengan judul pengaruh profitabilitas, growth opportunity, dan struktur modal terhadap nilai perusahaan. Nilai perusahaan diproksikan dengan Tobin’s Q, struktur modal diproksikan dengan Debt to Equity Ratio (DER), dan profitabilitas diproksikan dengan Return on Equity (ROE). Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perusahaan publik di Indonesia dengan periode penelitian 2006-2010. Sampel dipilih dengan menggunakan metoda purposive sampling dan diperoleh 150 perusahaan. Teknik pengujian data adalah dengan menggunakan pendekatan Structural Equation Model (SEM) untuk menganalisis pengaruh langsung atau tidak langsung variabel independen terhadap variabel dependen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa profitabilitas memiliki pengaruh langsung yang positif dan signifikan terhadap nilai perusahaan (t-hitung = 2,945 dan p = 0,001). Struktur modal juga memiliki pengaruh langsung yang positif dan siginifikan terhadap nilai perusahaan (t-hitung = 4,138 dan nilai p = 0,000).

2.3 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual menjelaskan bagaimana hubungan teori dengan faktor-faktor penting yang telah diketahui dalam masalah masalah tersebut. Kerangka konseptual penelitian ini dapat dilihat pada gambar dibawah ini.

H2

Struktur Modal (X1) Nilai

Perusahaan (Y) Pertumbuhan

(18)

26 H1 H3 Gambar 2.1

Kerangka Konseptual Pengaruh Struktur Modal dan Profitabilitas Terhadap Nilai Perusahaan dengan Pertumbuhan Perusahaan sebagai Variabel Moderating

Trade-off theory menjelaskan bahwa jika posisi struktur modal berada di bawah titik optimal maka penggunaan hutang dapat meningkatkan nilai perusahaan, sebaliknya jika posisi struktur modal berada diatas titik optimal maka penggunaan hutang dapat menurunkan nilai perusahaan. Oleh karena itu, diasumsikan bahwa posisi struktur modal masih berada dibawah titik optimal, maka ada hubungan struktur modal terhadap nilai perusahaan.

Profitabilitas menunjukkan tingkat keuntungan bersih yang mampu diraih oleh perusahaan saat menjalankan operasinya. Para pemegang saham selalu menginginkan keuntungan dari investasi yang mereka tanamkan pada perusahaan. Semakin besar keuntungan yang diperoleh perusahaan, maka semakin besar kemampuan perusahaan dalam membayarkan dividen kepada pemegang saham sehingga berdampak pada peningkatan .permintaan sahaam. Permintaan saham yang meningkat dapat meningkatkan harga saham sehingga dapat meningkatkan nilai perusahaan.

Tingkat pertumbuhan mencerminkan produktivitas perusahaan. Tingkat pertumbuhan yang tinggi lebih dinikmati investor dibandingkan tingkat pertumbuhan

Profitabilitas (X2)

Pertumbuhan Perusahaan (Z)

(19)

27 yang stagnan apalagi rendah, karena tingkat pertumbuhan yang tinggi memiliki prospek yang cerah dalam kelangsungan hidup perusahaan sehingga investor beranggapan bahwa perusahaan memiliki kecenderungan untuk menghasilkan arus kas yang tinggi di masa yang akan datang dan kapitalisasi pasar yang tinggi sehingga akan menarik minat investor untuk menanamkan modal, hal ini akan berpengaruh terhadap peningkatan nilai perusahaan.

2.4 Hipotesis Penelitian

Hipotesis merupakan penjelasan sementara tentang perilaku, fenomena, atau keadaan tertentu yang telah terjadi atau akan terjadi. Dikatakan sementara karena, jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian, belum jawaban yang empiris.

H1: Struktur modal dan profitabilitas berpengaruh terhadap nilai perusahaan

baik secara simultan maupun secara parsial.

H2: Interaksi pertumbuhan perusahaan dengan struktur modal berpengaruh

terhadap nilai perusahaan.

H3: Interaksi pertumbuhan perusahaan dengan profitabilitas berpengaruh

Referensi

Dokumen terkait

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberdayaan kader terhadap pengetahuan dan sikap ibu hamil tentang Program Perencanaan Persalinan

Aktivitas Belajar Siswa merupakan Rangkaian kegiatan yang dilakukan siswa dalam proses pembelajaran untuk mencapai tujuan pembelajaran yang berupa pemahaman dan

Proses pengendapan bentonit secara kimiawi dapat terjadi sebagai endapan sedimen dalam suasana basa (alkali), dan terbentuk pada cekungan sedimen yang bersifat basa, dimana

a) Melakukan penelitian seperlunya terhadap semua obat dan bahan obat secara kualitatif/kuantitatif yang dibeli. b) Mengadakan pengontrolan terhadap bagian pembuatan. c)

Total biaya produksi yang harus dikeluarkan petani cabai merah untuk satu kali musim tanam per hamulai dari kegiatan penyiapan lahan, pembelian pupuk, biaya tenaga kerja,

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa air buah jeruk nipis ( Citrus aurantifolia ) pada konsentrasi 20%, 40%, 60%, 80% dan 100% tidak

Kepuasan responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Tugurejo Semarang kategori tinggi adalah 38 responden ( 38 % ) dan kategori sedang 62 responden ( 62 % ), dengan

Berdasarkan hasil wawancara dengan guru pamong/informan tentang persepsi guru pamong terhadap keterampilan mengajar maka dapat di simpulkan bahwa mahasiswa PPL khususnya program