ANALISIS BIAYA DAN USAHATANI CABAI MERAH
(Capsicum Annum L)DI KECAMATAN KEPUNG
KABUPATEN KEDIRI
Desy Cahyaning UtamiFakultas Pertanian Universitas Yudharta Pasuruan
Abstract
The objective of research is to analyze the cost and farming of horticulture commodity, red pepper. Kediri Regency is the red pepper planting center. Several locations are selected from various districts in Kediri to be used as the planting site. The districts include Gampangrejo, Grogol, Mojo, Semen, Tarokan, Ngadiluwih, Kras, Kandat, Wates, Ngancar, Pare, Kandangan, Kepung, Puncu, Gurah, Plosoklaten, Papar, Plemahan, Pagu, Purwoasri, Kunjang, Banyakan, Ringinrejo, Kayenkidul, Badas, and Ngasem. Planting total reaches 854 plants (ha) per month. Kepung District has the widest plot for red pepper planting, respectively 269 plants (ha) per month in 2010. This research is focused upon Siman Village because this village has given the greatest production of red pepper compared to all villages in Kepung District, and second rank is Kebonrejo Village, followed by Besowo Village and Kampung Baru Village. Respondents are derived from Farmer Group of Tani Mulyo, and it counts to 37 persons. Result of research indicates that (a) Production cost total that must be expended by red pepper farmers for one planting season/ha, which includes the costs of land preparation, fertilizer purchase, worker wage, planting activity, maintenance and harvest, can reach for Rp. 70,960,000; (b) The revenue obtained by red pepper farmers from once time production is Rp. 133,000,000. The productivity per harvest is 13,300 kg and the sale price is Rp. 10,000/kg; and (c) R/C Ratio is 1.87, meaning that red pepper farming is profitable; (d) Break Event Price is Rp. 5,548. It means that red pepper farmers do not suffer the loss because the marketable price of red pepper is still above Break Event Price, precisely Rp. 10,000/kg.
Keywords: farming, revenue, income, production cost total
Pendahuluan
Komoditas hortikultura utamanya sayuran merupakan komoditi pertanian yang memiliki harga cukup tinggi di pasaran. Salah satu komoditi sayur yang sangat dibutuhkan oleh hampir semua orang dari berbagai lapisan masyarakat adalah cabai merah sehingga tidak mengherankan bila volume peredaran di pasaran dalam skala besar (Agung,et.
al.1999).
Cabai merupakan salah satu komoditas hortikultura unggulan di
Kabupaten Kediri, terdapat beberapa kecamatan yang menjadi sentra penanaman cabaimerah antara lain: Kecamatan Gampangrejo, Grogol, Mojo, Semen, Tarokan, Ngadiluwih, Kras, Kandat, Wates, Ngancar, Pare, Kandangan, Kepung, Puncu, Gurah, Plosoklaten, Papar, Plemahan, Pagu, Purwoasri, Kunjang, Banyakan, Ringinrejo, Kayenkidul, Badas, danNgasem dengan total tanam 854 ha/bulan. Dari keseluruhan total kecamatan tersebut, Kecamatan Kepung
memiliki luas tanam cabai terbesar yaitu 269 tanam ha/bulan pada tahun 2010.
Kondisi petani cabai merah di Kabupaten Kediri ini sudah bisa dikatakan mandiri karena hampir sebagian petani sudah bisa mengatasi sendiri kendala yang terjadi baik dalam proses budidaya maupun saat pemasaran, bahkan ada sebagian petani yang tidak memerlukan adanya penyuluh pertanian. Rata-rata umur petani di Kabupaten Kediri ini adalah 40 tahun keatas, dengan pengalaman bertani cabai merah sekitar 20 tahun. Tingkat pendidikan petani cabai merah bervariasi mulai dari SD, SMP, SMA hingga S1, tetapi sebagaian besar hanya mengenyam pendidikan hingga SD.
Dari tahun 2008 hingga tahun 2010 harga cabaimerah di Kabupaten Kediriselalu mengalami peningkatanbaik ditingkat petani, pedagang pengumpul, grosir hingga ke konsumen. Rata-rata peningkatan dari tahun 2008 ke 2009 ditingkat petani sebesar 46%, tahun 2009 ke 2010 mencapai 60%. Tahun 2010 saja rata-rata harga ditingkat petani sebesar Rp 11.525/kg, ditingkat pedagang pengumpul Rp 12.000/kg, ditingkat grosir Rp 12.600/kg dan ditingkat konsumen Rp 14.675/kg dengan luas panen 132,5ha dan produksi mencapai 10.219,08 kwintal/tahun.Harga cabai di Kabupaten Kediri digunakan sebagai patokan atau penentu harga di daerah lain. Saat harga cabai melonjak naik pada akhir tahun 2010 kemarin, harga cabai merah di Kabupaten Kediri mencapai Rp 70.000/kg. Bahkan saat itu petani berani menjual cabai yang masih mentah dengan harga Rp 54.000/kg dan cabai yang sudah matang Rp 57.000/kg (Anonymous, 2010).
Dari sisi kelembagaan baik itu dinas terkait maupun organisasi masyarakat seperti IPPH (Ikatan PersaudaraanPetani Hortikultura) dan AACI (Asosiasi
Agribisnis Cabai Merah Indonesia) membawa dampak positifbagi perkembangan cabai di Kabupaten Kediri. Hal ini dikarenakan, ajang tersebut dimanfaatkan petani untuk saling bertukar informasi sampai memecahkan solusi bila ada kendala yang dihadapi. Untuk petani yang tergabung dalam keanggotaan IPPH dan AACI sendiri, hampir sebagian besar petani sudah mandiri, bahkanmereka sudah mampu menganalisis pasar.
Dari sisi perbankan, adanya bantuan modal untuk petani dirasa menguntungkan. Hal ini dikarenakan minimnya bantuan sarana produksi yang diberikan oleh pemerintah. Ada dua program bantuan modal yang sudah dilaksanakan oleh Bank BRI dan Bank Jatim yaitu KUR (Kredit Usaha Rakyat) dan KKPE (Kredit Ketahanan Pangan dan Energi).Untuk KUR pemerintah mensubsidi jaminannya dan KKPE pemerintah mensubsidi bunganya.
Dari sisi pengembangan industri yang terkait dalam proses produksi cabai sendiri belum nampak adanya kerjasama dengan industri terkait. Walaupun beberapa pabrikan sudah melirik potensi cabai merah yang ada di Kabupaten Kediri, tetapi belum ada kesepakatan adanya kerjasama dengan industri terkait (industri pengolah cabai). Hal ini dikarenakan akses pasar yang sulit ditembus langsung oleh petani, dalam hal ini gabungan kelompok tani dan masih didominasi oleh supplier atau grosir besar.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya biaya yang dikeluarkan, penerimaan, R/C ratio, modal usaha hingga perhitungan Break
Event Price dalam usahatani cabai merah
di Desa Siman Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri.
Beberapa penelitian terdahulu yang serupa sebagai pembanding dalam penelitian ini. Penelitian I Dewa Gede
Agungbeserta tim pada 1999, tentang Analisis Usahatani Cabai Merah
(Capsicum Annum L) di Desa Perean
Tengah, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Hasil penelitiannya menunjukkan dari luas pemilikan sawah 0,60 ha dan luas garapan 0,49 ha, luas tanaman cabaimerah di Desa Perean Tengah 0,14 ha atau 23% dari lahan sawah yang dimilikiditanami cabai merah. Rata-rata besarnya pendapatan yang diterima petanidalam berusahatani cabai
merah adalah sebesar
Rp12.141.229/usahatani/musim atau Rp 86.723.064/ha/musim
dengankeuntungan Rp
11.703.260/usahatani/musim atau Rp83.594.714/ha/musim.Usahatani cabai merah sangat layak diusahakan ditunjukkan oleh R/C ratio yanglebih besar dari satu (6,10).
Nurliah (2002), denganjudulAnalisisPendapatanUsahatan idanPemasaranCabaiMerahKeriting di DesaSindangmekar, KecamatanWanaraja, KabupatenGarut. Hasilpenelitiandiperolehbahwahasilprodu ksicabaimerahkeritingpetanidalamsatumu simtanamuntukluasansatuhektarsebesar 10.714,3 kg, hargajual rata-rata yang terjadi di tingkatpetanisebesarRp.
3.000/kgsehingga total
penerimaansebesarRp. 32.142.900. Biayatunaiterbesar yang dikeluarkan adalah untuk tenaga kerja luar keluarga sebesar Rp. 4.032.480 atau sebesar 26,86%. Biaya tunai terbesar kedua adalah pestisida sebesar Rp. 3.375.710 atau sebesar 22,49%. Selain biaya tunai, dihitung pula biaya yang diperhitungkan yang terdiri dari tenaga kerja dalam keluarga, penyusutan alat dan sewa tanah. Petani memperoleh pendapatan atas biaya total sebesar Rp. 17.131.413/ha dengan R/C yang diperoleh sebesar 2,14.
Khairina (2006), juga melakukan penelitian mengenai Analisis Pendapatan
Usahatani dan Pemasaran Wortel dengan Budidaya Organik (Studi Kasus: Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Bogor), dengan hasil bahwa analisis pendapatan terbesar, baik atas biaya tunai maupun atas biaya total diterima oleh petani
wortel organik sebesar
Rp.8.577.806,08/ha dan
Rp.6.715.338,37/ha. Besarnya nilai perbandingan R/C petani wortel organik atas biaya total dan biaya tunai adalah 2,28 dan 3,53. Artinya setiap Rp 1 biaya yang dikeluarkan oleh petani wortel organik menghasilkan penerimaan sebesar Rp 2,28 untuk biaya total yang dikeluarkan dan Rp 3,53 untuk biaya tunai yang dikeluarkan. Nilai perbandingan R/C atas biaya total dan R/C atas biaya tunai petani wortel konvensional adalah 1,70 dan 2,48. Dari nilai perbandingan R/C atas biaya tunai dan biaya total petani responden wortel organik memiliki nilai perbandingan yang lebih tinggi dibandingkan petani wortel konvensional. Hal ini menunjukkan bahwa usahatani wortel organik lebih menguntungkan dibandingkan usahatani wortel konvensional.
Berdasarkan penelitian terdahulu, maka dapat dilihat bahwa terdapat persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian ini. Persamaannya adalah sama-sama menganalisis tentang pendapatan yang dihasilkan oleh petani, baik pada komoditas cabai ataupun komoditas lainnya seperti wortel. Untuk perbedaanya yaitu lokasi penelitian yang berbeda, responden/petani yang digunakan juga berbeda, selain itu juga terdapat penambahan analisis dalam penelitian ini yaitu mencari Break Event
Price dan modal usaha sehingga hasil yang
diharapkan juga berbeda dengan penelitian sebelumnya.
Metode Penelitian
Metode Penentuan Lokasi dan Waktu
Penelitian ini dilakukan pada bulan September sampai Oktober 2011. Penelitian dilakukan di Desa Siman,Kecamatan Kepung, Kabupaten Kediri. Penentuan lokasi dilakukan secara sengaja (purposive sampling) dengan pertimbangan, daerah tersebut merupakan penghasil cabai merah terbesar yang ada di Kecamatan Kepung.
Metode Penentuan Responden
Responden dalam penelitian ini diambil dari kelompok “Tani Mulyo” yang tergabung dalam kelompok tani tanaman hortikultura. Kelompok tani ini beranggotakan 50 orang, pada waktu penelitian petani yang menanam cabai merah hanya 37 orang, sisanya mengusahakan tanaman tomat dan kacang panjang. Sehingga hanya37 petani yang dijadikan responden dalam penelitian ini.
Metode Pengambilan Data
Data yang dikumpulkan mencakup data kualitatif dan kuantitatif yang bersumber dari data primer dan sekunder. Data primer diperoleh dengan metode survai yakni dengan mewawancarai responden secara langsung dengan bantuan daftar pertanyaan yang telah disiapkan. Data primer meliputi (Santoso, et. al., 2005): a. Identitas umum petani sampel: nama,
umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah anggota keluarga, luas pemilikan, dan luas garapan. b. Aspek produksi dan biaya produksi:
luas tanam, luas panen, besarnya produksi, penggunaan sarana produksi (bibit, pupuk, obat-obatan, mulsa), penggunaan tenaga kerja (luar dan dalam keluarga), upah biaya untuk irigasi, pajak tanah, dan penyusutan alat-alat pertanian.
Data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data
Untuk mengetahui besarnya biaya, pandapatan dan R/C ratio digunakan rumus, menurut Hermanto (1993): a. Biaya Produksi : TC=TFC+TVC Keterangan:
TC = Total Cost/Biaya Total (Rp/Kg)
TFC = Total Fixed Cost/Total Biaya Tetap (Rp) TVC = Total Variabel b. Pendapatan : Л = TR – TC TR = Y . Hy Keterangan: Л = Pendapatan (Rp) TR = Total Revenue/Total Penerimaan (Rp)
TC = Total Cost/Biaya Total (Rp) Hy = Harga jual (Rp)
c. RC Ratio : R/C= (்ோ)௬ ்௧(்) Kriteria: (Soekartawi, 1994)
R/C > 1 maka usahatani menguntungkan R/C < 1 maka usahatani tidak
menguntungkan R/C = 1 maka usahatani dikatakan
impas Hasil dan Pembahasan
Dalam melakukan usahatani cabai merah analisis mengenai biaya dan penerimaan merupakan awal terpenting dalam melakukan budidaya cabai.Analisis perhitungan dilakukan untuk memberikan gambaran mengenai produksi danharga jual yang pada akhirnya akan berpengaruh terhadap pendapatan petani sendiri. Komponen analisis usahatani cabai merah ini terdiri dari biaya operasional, produksi dan penerimaan, modal usaha, hingga
perhitungan Break Even Pointatau titik
impas dan R/C ratio. 1. Biaya OperasionalBiaya operasional usahatani cabai ini adalah biaya yang dikeluarkan untuk proses produksi.
Tabel 1. Kegiatan Penyiapan Lahan
No Uraian Biaya (Rp)
1 Sewa tanah satu musim tanam 10.000.000 2 Pupuk kandang kotoran ayam 4 truk/±5 t (@Rp 450.000x4) 1.800.000 3 Pengolahan tanah (Bajak 1 dan 2) 400.000 4 Biaya penyebar pupuk kandang sistem borongan 4 x Rp 100.000 400.000 5 Pembentukan bedengan/guludan Rp500.000 x 7 3.500.000 6 Mulsa perak murni 140 x Rp 23.000 3.220.000 7 Bambu penjepit dan ongkos pembuatan Rp 25.000 x 8 200.000 8 Pemasangan mulsa Rp 15.000 x 35 525.000 9 Membuat lubang mulsa Rp 17.500 x 7 122.500 Total Biaya 20.167.500 Tabel 2. Pupuk Kimiauntuk Dasaran
No Uraian Biaya (Rp)
1 Ferthipos 640.000
2 Phonska 390.000
3 Borate 390.000
Total Biaya 1.420.000 Tabel 3. Pupuk Kimia untuk Pupuk Susulan 1 Umur ± 28 hari
No Uraian Biaya (Rp)
1 NPK Phonska (400 kg x Rp 2.300) 920.000 2 NPK Mutiara 16 16 16 (200 kg x Rp 7.000) 1.400.000 3 2 K Plus (200 kg x Rp 2.800) 560.000 Total Biaya 2.880.000 Tabel 4. Pupuk Kimia untuk Pupuk Susulan 2 Umur ± 45-50 hari
No Uraian Biaya (Rp)
1 NPK Phonska (500kg x Rp 2.300) 1.150.000 2 NPK Mutiara 16 16 16 (200 kg x Rp 7.000) 1.400.000 3 2 K Plus (200 kg x Rp 2.800) 560.000 Total Biaya 3.110.000 Tabel 5. Tenaga Kerja Memupuk
No Uraian Biaya (Rp)
1 Untuk pupuk dasar (5 x Rp 17.500) 87.500 2 Untuk pupuk susulan 1 (14 x Rp 15.000) 210.000 3 Untuk pupuk susulan 2 (14 x Rp 15.000) 210.000
Tabel 6. Kegiatan Penanaman
No Uraian Biaya (Rp)
1 Beli bibit siap tanam Rp 20.000 x Rp 170 3.400.000 2 Ongkos angkutan bibit
Bibit untuk sulaman 100.000170.000 3 Tenaga tanam perempuan Rp 15.000 x 30 orang
Tenaga tanam pria Rp 17.500 x 10 orang 450.000175.000 Total Biaya 4.295.000 Tabel 7. Beli Lanjaran dan Tali
No Uraian Biaya (Rp)
1 Beliu lanjaran bambu panjang 150 cm, 20.000 x Rp 300 6.000.000 2 Rafia 5 kg x Rp 17.000 85.000 3 Seler/tali penghubung antar lanjaran 5 kg x Rp 20.000 100.000 4 Tenaga Parang
- Pasang panjaran Rp 17.500 x 40 orang - Biaya menali Rp 15.000 x 35 orang - Biaya seler Rp 15.000 x 20 orang
700.000 525.000 300.000 Total Biaya 7.710.000 Tabel 8. Biaya Perawatan
No Uraian Biaya (Rp)
1 Tenaga wiwil (menghilangkan cabang air) (1) Rp 15.000 x 20 orang 300.000 2 Tenaga wiwil (menghilangkan cabang air) (1) Rp 15.000 x 20 orang 300.000 3 Tenaga membersihkan rumput di lubang tanam Rp 15.000x10 orang 150.000 4 Tenaga membersihkan rumput di selokan Rp 17.500 x 20 orang x 2 700.000 Total Biaya 1.450.000 Tabel 9. Pestisida dan Alat
No Uraian Biaya (Rp)
1 Fungisida kontak (Mankozeb) 25 kg x Rp 83.000 2.075.000 2 Fungisida systemic cair (Amistratop) 3 L 300.000 3 Fungisida kontak (Clorotalonil) 15 kg x Rp 136.000 2.040.000 4 Nematisida (Furadan) 20 kg 1.980.000 5 Insektisida - Prevaton 2 L Rp 125.000 x 4 x 2 - Demolis 3 L Rp 150.000 x 5 x 3 - Confidor 3 L Rp 32.000 x 50 1.000.000 2.250.000 1.600.000 6 Perekat/perata ± 5 L Rp 2.500 x 340 850.000 7 Sarung tangan masker 150.000
8 Timba air 4 buah 75.000
Total Biaya 12.320.000 Tabel 10. Biaya Aplikasi Pestisida
No Uraian Biaya (Rp)
1 Tenaga penyemprotan Rp 25.000 x 4 x 30 3.000.000 2 Tenaga pemberian furadan 150.000 Total Biaya 3.150.000
Tabel 11. Panen
No Uraian Biaya (Rp)
1 Ongkos petik Rp 600 x 13.000 kg 7.800.000 2 Ongkos transport ke Pasar + karung Rp 150 x 13.000 kg 1.950.000 3 Biaya keamanan kebun malam 30 hari x Rp 40.000 1.200.000 4 Biaya operasional mandor 120 hari x Rp 25.000 3.000.000 Total Biaya 13.950.000 Jumlah keseluruhan biaya produksi cabai
merah dari kegiatan penyiapan lahan sampai panen adalah Rp 70.960.000/ha. Biaya operasional yang paling banyak dikeluarkan untuk usahatani cabai adalah biaya untuk kegiatan penyiapan lahan. Hal ini dikarenakan,pengeluaran sewa tanah untuk satu musim tanamnya mencapai kisaran Rp10.000.000. Tetapi biaya penyiapan lahan dapat ditekan apabila kita memiliki lahan sendiri.
2. Produksi dan Penerimaan
Panen merupakan output atau perolehan hasil produksi. Dalam satu kali musim
tanamcabai, panen bisa dilakukan 18 hingga 22 kali petik. Rata-rata besarnya produksi per satu kali petik adalah 250 kg. Produksi paling tinggi biasanya pada pemetikan ketujuh dan kedelapan mencapai 300 kg per petik. Sementara harga cabai di tingkat petani adalah Rp 10.000. Untuk lahan 1 ha, setiap batang produksinya adalah 0,7 kg dengan jumlah pohon produktif 19.000 batang (kegagalan panen 5%) maka total produksi tiap hektar mencapai 13.300 kg. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 12.
Tabel 12. Penerimaan Usahatani Cabai Merah
No Uraian Rincian Jumlah
1 Produksi 0,7 kg per batang yang layak dijual: Jumlah kematian tidak sehat 5%
Jumlah pohon produktif 20.000 –1.0005% x 20.000 19.000 batang1.000 batang 2 Total produksi 0,7 kg x 19.000 13.300 kg
3 Jumlah produksi/ha 13,3 t
4 Total penerimaan: 13.300 kgxRp 10.000 Rp 133.000.000
3. Modal Usaha
Modal yang diperlukan dalam usahatani cabai bila melakukan pinjaman di bank biasanya menggunakan bunga 1%/bulan.
Modal ini diasumsikan dengan menghitung jumlah biaya tiap batang cabai yang akan ditanam.
Tabel 13. Perhitungan Modal
No Uraian Rincian Jumlah
1. Modal usaha yang digunakan adalah pinjaman bank dengan bunga 1%/bulan:
Beban bunga dihitung 4 bulan Total (Rp 70.960.000/100)x1 x4 bulan Rp 70.960.000+Rp 2.838.400 Rp 2.838.400 Rp 73.798.400 2. Biaya tiap batang bila menggunakan pinjaman
4. BEP (Break Event Price)
BEP adalah suatu keadaan dimana seluruh penerimaan total dapat menutupi biaya yang dikeluarkan atau sering disebut impas. Dalam usahatani cabai ini juga perlu diperhitungkan BEP agar petani dapat memperhitungkan laba dan ruginya, sehingga dapat membuat estimasi atau menentukan jumlah produksi yang harus dicapai agar tidak mengalami kerugian.
BEP = (biaya produksi + bunga bank) : produksi
= (Rp 70.960.000 + Rp 2.838.400) : 13.300
= Rp 5.548
Jadi dalam hal ini petani agar tidak mengalami kerugian harus mampu menjual harga cabai per kg-nya diatas harga Rp 5.548.
5. Perhitungan R/C Ratio
Dari besarnya penerimaan dan biaya yang dikeluarkan petani dapat dihitung besarnya R/C ratio yang menunjukkan efisiensi usahatani cabai merah.R/C ratio = penerimaan (Rp/ha) dibagi biaya produksi (Rp/ha)
R/C ratio=ଵଷଷ...ଽ. = 1,87
Hasil perhitungan menunjukkan R/C ratio sebesar 1,87. Hal ini menyatakan bahwa usahatani cabai merah di Desa Siman Kecamatan Kepung Kabupaten Kediri dikatakan sudah efisien dan layak untuk diusahakan.
Ucapan Terima Kasih
Terima kasih disampaikan kepada para petani kelompok “Tani Mulyo” yang telah mendukung kegiatan penelitian ini. Selanjutnya ucapan terima kasih juga disampaikan kepada dinas terkait untuk
mendukung kelengkapan data yang diperlukan.
Kesimpulan
Penelitin ini dapat disimpulkan:
1. Total biaya produksi yang harus dikeluarkan petani cabai merah untuk satu kali musim tanam per hamulai dari kegiatan penyiapan lahan, pembelian pupuk, biaya tenaga kerja, kegitan penanaman, biaya perawatan hingga kegiatan panenadalah sebesarRp 70.960.000 dan biaya terbesar adalah untuk sewa lahan bagi mereka yang tidak mempunyai lahan sendiri yaitu sebesar Rp. 10.000.000/musim tanam.
2. Penerimaan yang diperoleh petani cabai merah dalam satu kali produksi sebesar Rp 133.000.000 dengan hasil produksi tiap panennya 13.300 kg dengan hargaRp 10.000/kg.
3. Perhitungan R/C ratio diperoleh sebesar 1,87, hal ini menunjukkan bahwa usahatani cabai merah menguntungkan dan layak untuk di usahakan.
4. Perhitungan BEP sebesar Rp 5.548, maka petani harus bisa menjual hasil panen cabainya sebesar Rp5.548/kg atau lebih tinggi dari harga tersebut. Daftar Pustaka
Anonymous. 2010. Meroket Cabai Tembus 70.000/kg. Harian Seputar Indonesia. Diakses pada tanggal 29 Desember 2010. Hermanto, F. 1993. Ilmu Usaha Tani.
Swadaya. Jakarta.
Agung, I.D.G., Artini,N.W.P.dan Ratna Dewi, N. 1999. Analisis Usahatani Cabai Merah (Capsicum Annum L) di Desa Perean Tengah, Kecamatan Baturiti, Kabupaten Tabanan. Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian. Fakultas Pertanian Universitas Udayana. Denpasar.
Khairina, Y. 2006. Analisis Pendapatan Usahatani dan Pemasaran Wortel dengan
Budidaya Organik (Studi Kasus: Desa Citeko, Kecamatan Cisarua, Bogor). [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Nurliah, E. 2002. Analisis Pendapatan Usahatani dan Saluran Pemasaran Cabai Merah Keriting (Studi Kasus di Desa Sindangmekar Kecamatan Wanaraja Kabupaten Garut Jawa Barat). [Skripsi]. Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Bogor.
Santoso, Alfandi, dan Dukat. 2005. Analisis Usaha Tani Padi Sawah (Oryza sativa L.) dengan Benih Sertifikasi dan Non Sertifikasi (Studi Kasus di Desa Karangsari, Kecamatan Weru, Kabupaten Cirebon). Jurnal Agrijati Vol.1 No.1 tahun 2005.
Soekartawi. 1994. Analisis Usaha Tani. Penerbit Universitas Indonesia. Jakarta.