• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL DAN PEMBAHASAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "HASIL DAN PEMBAHASAN"

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

HASIL DAN PEM

MBAHAS

SAN

Keadaan UUmum Se baik dalam putih Pseu merah T menyebab menyebab keperakan Gambar 4 Pe larutan A konsentras seminggu pemupuka menyempo Pemupuka daun kons dari selur cara umum m green ho udococcus s Tenuipalpus bkan daun bkan daun n yang berlik 4. Planlet An (a); Planlet Tungau Me nanggulang grept deng si 1 g/L. La sekali. Ke an. Frekuen otkan air ke an dilakuka sentrasi 1 g ruh perlak m planlet an ouse, walau spp pada um pacificus menjadi seperti be ku-liku (San nggrek Den upun terdap mur 4 MSP s (Gambar menguning ergambar p ndra, 2010) ndrobium l pat planlet (minggu se r 4). Sera g, sedangk eta dengan . asianthera yang terse telah perlak angan ham kan hama n adanya g tumbuh de erang hama kuan) dan tu ma kutu tungau m garis-garis engan kutu ungau putih merah putih nggrek Den t Anggrek D erah (b). gan hama d an konsent arutan terse egiatan pem nsi penyira e seluruh pe an satu ming g/L. Persent kuan lebih ndrobium la Dendrobium dan penyak trasi 1 g/L ebut disemp meliharaan y aman dilak ermukaan p ggu sekali d tase tanama dari 70% a asianthera T m lasianther kit dilakuka dan fungis protkan ke s yang dilaku kukan satu planlet dan dengan men an yang hid %. Tanama Terserang H ra Akibat Te an dengan sida Dithan seluruh per ukan yaitu u kali setia media tana nyemprotka dup hingga an yang d Hama Kutu P b erserang Ha Putih b ama menyempr ne M-45 de rmukaaan p penyiraman ap hari de am hingga b an larutan p akhir pene diberi perla otkan engan lanlet n dan engan basah. pupuk elitian akuan

(2)

paclobutrazol umumnya memiliki penampilan yang lebih baik dibandingkan dengan tanaman control (tanpa aplikasi paclobutrazol)

.

Hasil

Berdasarkan hasil rekpitulasi sidik ragam (Tabel Lampiran 1), diketahui bahwa pemberian paclobutrazol berpengaruh nyata terhadap peubah jumlah daun total dan lebar daun tanaman anggrek Dendrobium lasianthera . Pada peubah jumlah daun total dan lebar daun berpengaruh nyata pada 6 MSP dan berpengaruh sangat nyata pada 7 dan 8 MSP.

Paclobutrazol tidak memberikan respon yang nyata pada peubah persen tumbuh, panjang daun, pertambahan jumlah tunas, jumlah akar, panjang akar, diameter akar, diameter sel palisade, warna daun, tinggi tanaman, dan bobot segar tanaman. Jumlah stomata berkisar antara 50.96 hingga 86.64 per mm2, jumlah sel palisade berkisar antara 229.35 hingga 346.58 per mm2 dan jumlah klorofil (a+b) berkisar antara 0.4296 hingga 0.8477 mg/g.

Persentase Tumbuh Planlet

Persen tumbuh pada data hasil analisis (Tabel 1) menunjukkan bahwa persentase tumbuh planlet tidak berbeda nyata antar perlakuan. Perlakuan dengan aplikasi paclobutrazol tidak meningkatkan persen tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera.

Planlet anggrek Dendrobium lasianthera cenderung mengalami penurunan daya tumbuh selama delapan minggu selama pengamatan. Persen tumbuh planlet yang diberi aplikasi paclobutrazol masih tinggi (mencapai 90%) sampai 3 MSP.

(3)

Tabel 1. Rata-Rata Persentase Tumbuh Planlet Anggrek Dendrobium lasianthera Paclobutrazol (ppm) Waktu pengamatan (MSP) 1 2 3 4 5 6 7 8 ...%... 0 92 92 90 84 80 76 74 72 5 96 96 96 94 88 80 78 78 10 94 94 94 90 86 82 80 78 15 98 98 98 94 94 83 78 78 20 98 98 98 98 88 88 84 84 Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn KK 6.93 6.93 8.13 8.55 10.87 10.82 14.46 14.72

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

KK = Koefisien Keragaman

Jumlah Daun Total

Jumlah daun total diamati setiap minggu hingga 8 MSP, jumlah daun yang dihitung adalah daun yang telah membuka sempurna. Aplikasi paclobutrazol terhadap jumlah daun total tidak berpengaruh nyata pada 1 hingga 5 MSP (Tabel 2). Hasil analisis statistik pada 8 MSP menunjukkan bahwa pemberian paclobutrazol pada konsentrasi 10 ppm berbeda nyata dengan semua perlakuan dengan jumlah daun total tanaman 6 helai.

Tabel 2. Rata-Rata Jumlah Daun Total Anggrek Dendrobium lasinathera Paclobutrazol (ppm) Waktu pengamatan (MSP) 1 2 3 4 5 6 7 8 ……….helai……… 0 3.32 3.32 3.32 3.32 4.32 4.56b 5b 5.16b 5 3.48 3.48 3.48 3.48 4.52 4.92ab 5.28b 5.52b 10 3.76 3.76 3.76 3.76 4.76 5.20a 5.8a 6a 15 3.36 3.36 3.36 3.36 4.04 4.48b 5.04b 5.36b 20 3.6 3.6 3.6 3.6 4.2 4.84ab 5.2b 5.52b Uji F tn tn tn tn tn * ** ** KK 9.71 9.71 9.71 9.71 9.38 7.90 6.79 5.96

Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5%

** = berbeda sangat nyata pada taraf 1%

tn = tidak berbeda nyata

MSP = Minggu Setelah Perlakuan

(4)

Panjang Daun

Hasil uji statistik menunjukkan bahwa konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata menghambat panjang daun (Tabel 3). Sejak minggu awal setelah perlakuan, rata-rata panjang daun tanaman cenderung meningkat hingga akhir pengamatan.

Tabel 3. Rata-Rata Panjang Daun Anggrek Dendrobium lasianthera Paclobutrazol (ppm) Waktu pengamatan (MSP) 1 2 3 4 5 6 7 8 ………cm………. 0 4.28 4.3 4.36 4.39 4.49 4.6 4.67 4.7 5 4.9 5.02 5.05 5.06 5.24 5.2 5.34 5.41 10 5.39 5.40 5.44 5.44 5.46 5.54 5.60 5.66 15 5.24 5.24 5.24 5.25 5.27 5.32 5.36 5.41 20 4.75 4.76 4.76 4.77 4.78 4.82 4.86 4.89 Uji F tn tn tn tn tn tn tn tn KK 11.29 11.37 11.38 11.27 11.11 11.24 11.14 10.94

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

KK = Koefisien Keragaman

Lebar Daun

Lebar daun tidak dihambat oleh pemberian paclobutrazol pada 1 hingga 5 MSP (Tabel 4). Konsentrasi paclobutrazol 15 ppm berbeda nyata dengan perlakuan 0 ppm, dan 5 ppm. Perlakuan paclobutrazol 15 ppm menghasilkan lebar daun terkecil pada 8 MSP, dibandingkan dengan perlakuan lainnya. Pemberian paclobutrazol menunjukkan respon linier pada 6 dan 7 MSP, serta respon kuadratik pada 8 MSP. Respon linier pada 7 MSP memiliki persamaan y = 0.7344 - 0.01072x, dengan R2 = 0.46 (Gambar 6). Respon kuadratik pada 8 MSP memiliki persamaan y = 0.8037 – 0.02730x + 0.000857x2, dengan R2 = 0.54 (Gambar 7). Pemberian paclobutrazol menurunkan lebar daun anggrek Dendrobium lasianthera pada 6 dan 7 MSP.

(5)

Tabel 4. Rata-Rata Lebar Daun Anggrek Dendrobium lasianthera Paclobutrazol

(ppm) Waktu pengamatan (MSP)

1 2 3 4 5 6 7 8

………..cm………

0 0.46 0.49 0.53 0.58 0.62 0.71a 0.76a 0.79a 5 0.44 0.49 0.50 0.51 0.56 0.6ab 0.67ab 0.70ab 10 0.48 0.49 0.52 0.52 0.52 0.57bc 0.60bc 0.62bc 15 0.44 0.45 0.45 0.45 0.46 0.49c 0.52c 0.56c 20 0.48 0.48 0.48 0.48 0.48 0.52bc 0.57bc 0.61bc

Uji F tn tn tn tn tn * ** **

KK 20.35 19.54 17.13 16.22 17.01 13.84 12.96 12.15

Keterangan : * = berbeda nyata pada taraf 5%

** = berbeda sangat nyata pada taraf 1%

tn = tidak berbeda nyata

MSP = Minggu Setelah Perlakuan

KK = Koefisien Keragaman

y = 0.7344 – 0.01072x

Gambar 5. Respon Lebar Daun terhadap Pemberian Paclobutrazol pada 7 MSP.

y = 0.8037-0.02730X + 0.000857x2

Gambar 6. Respon Lebar Daun terhadap Pemberian Paclobutrazol pada 8 MSP

(6)

Pertambahan Jumlah Tunas Baru

Tunas baru pada planlet anggrek Dendrobium lasianthera mulai muncul pada 5 MSP (Tabel 5). Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa konsentrasi paclobutrazol tidak nyata meningkatkan pertambahan jumlah tunas baru pada 5 hingga 8 MSP. Jumlah tunas baru yang dihasilkan tanaman rata-rata tertinggi terdapat pada 5 MSP.

Tabel 5. Rata-Rata Pertambahan Jumlah Tunas Baru Anggrek D. lasianthera Paclobutrazol (ppm) Waktu pengamatan (MSP) 5 6 7 8 0 0.56 0.08 0.12 0.04 5 0.64 0.24 0.08 0.04 10 0.60 0.20 0.24 0.04 15 0.48 0.36 0.40 0.04 20 0.52 0.40 0.20 0.12 Uji F tn tn tn tn KK 1.73 2.93 2.42 1.13

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

KK = Koefisien Keragaman

Jumlah Akar, Panjang Akar, dan Diameter Akar

Konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata terhadap jumlah, panjang, dan diameter akar tanaman anggrek Dendrobium lasianthera (Tabel 6). Panjang akar tanaman tertinggi terdapat pada perlakuan 0 ppm yaitu sebesar 3.85 cm. Pada perlakuan 20 ppm memiliki rata-rata panjang akar terkecil yaitu 3.03 cm. Diameter akar terbesar terdapat pada tanaman kontrol yaitu sebesar 0.17 cm dan terkecil pada perlakuan 5 ppm yaitu sebsar 0.11 cm. Pada penelitian ini pemberian paclobutrazol menginduksi terbentuknya akar lateral tanaman. Akar lateral terdapat pada seluruh perlakuan dengan paclobutrazol, 5, 10, 15, dan 20 ppm. Tanaman kontrol menunjukkan tidak terdapat akar lateral (Gambar 8).

(7)

Tabel 6. R D Rata-Rata Ju Paclobut (ppm 0 5 10 15 20 Uji F KK Keterangan G Warna D Wa pengamata Developm 0 ppm endrobium umlah Akar trazol m) J F : tn KK Gambar 7. P aun arna daun an 8 MSP ment). Penga 15 pp lasianthera , Panjang A Jumlah aka 7.26 7.13 9.79 9.79 7.6 tn 8.50 = tidak berb = Koefisien Penampilan anggrek P, dengan m amatan wa 5 p pm a pada 8 MS

Akar, dan Diiameter Akaar Anggrek SP

ar Panjaang akar pri (cm) 3.85 3.45 3.69 3.72 3.03 tn 5.68 beda nyata Keragaman n Akar Angg Dendrobiu menggunak rna daun b ppm grek Dendro um lasianth kan alat SP bertujuan u 20 ppm

imer DDiameter aka (cm) 0.17 0.11 0.16 0.13 0.12 tn 0.73 ar obium lasia hera diam PAD (Soil untuk melih 10 ppm anthera mati pada Plant Ana hat tingkat akhir alysis hijau

(8)

daun pada planlet anggrek Dendrobium lasianthera setelah diberikan aplikasi paclobutrazol. Rata-rata warna daun tertinggi terdapat pada perlakuan 20 ppm yaitu sebesar 25.33 (Tabel 7).

Tabel 7. Rata-Rata Warna Daun Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) Warna daun

0 20.99 5 20.87 10 23.05 15 22.44 20 25.33 Uji F tn KK 20.92

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

KK = Koefisien Keragaman

Jumlah Klorofil

Hasil uji klorofil anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP menunjukkan jumlah klorofil a, b, dan jumlah klorofil (a+b) pada semua perlakuan paclobutrazol memiliki jumlah klorofil yang lebih tinggi dibandingkan perlakuan tanpa paclobutrazol (Tabel 8).

Tabel 8. Nilai Uji Klorofil a dan b Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) Klorofil a Klorofil b Klorofil (a+b)

………mg/g……… 0 0.2698 0.1598 0.4296 5 0.2680 0.2366 0.5046 10 0.2761 0.1669 0.4430 15 0.4741 0.3736 0.8477 20 0.3064 0.2198 0.5262 Kerapatan Stomata

Kerapatan stomata anggrek Dendrobium lasianthera diamati pada 8 MSP. menunjukkan bahwa kerapatan stomata daun anggrek Dendrobium lasianthera berkisar antara 50 hingga 86 stomata, dengan perbesaran 40x di bawah mikroskop (Gambar 9).

(9)

Tabel 9. Kerapatan Stomata Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) Kerapatan stomata

(per mm2) 0 66.25 5 50.96 10 56.06 15 66.25 20 86.64 0 ppm 5 ppm 10 ppm 15 ppm

Gambar 8. Stomata dun anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP. 20 ppm

(10)

Kerapatan Sel Palisade dan Diameter Sel Palisade

Kerapatan sel palisade diamati pada 8 MSP, dengan pengamatan dibawah mikroskop pada perbesaran 40x (Gambar 10). Kerapatan sel palisade berkisar antara 229.35 hingga 346.58 (Tabel 11). Pada perlakuan kontrol kerapatan sel palisade dan diameter sel palisade menunjukkan nilai terkecil dibandingkan dengan perlakuan lainnya.

Tabel 10. Kerapatan Sel Palisade dan Diameter Sel Palisade Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP

Paclobutrazol

(ppm) Kerapatan sel palisade (per mm

2) Diameter sel palisade (nm)

0 229.35 32264 5 285.42 34365 10 305.81 35956 15 346.58 36645 20 326.19 41540 Uji F tn KK 8.46

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

KK = Koefisien Keragaman

5 ppm 0 ppm

(11)

10 ppm 15 ppm

20 ppm

Gambar 9. Sel palisade daun anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP. Tinggi Tanaman

Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa perlakuan tanpa aplikasi paclobutrazol (0 ppm) dan seluruh konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh nyata dalam menghambat tinggi tanaman anggrek Dendrobium lasianthera, pada 4 MSP dan 8 MSP.

(12)

Tabel 11. Rata-Rata Tinggi Tanaman Anggrek Dendrobium lasianthera Paclobutrazol (ppm) Waktu pengamatan (MSP)

4 8 0 1.40 1.47 5 1.56 1.61 10 1.36 1.46 15 1.33 1.38 20 1.40 1.45 Uji F tn tn KK 19.26 19.05

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

KK = Koefisien Keragaman

Bobot Segar Tanaman

Bobot segar tanaman anggrek Dendrobium lasianthera diamati pada 8 MSP. Hasil analisis menunjukkan bahwa bobot segar tanaman tidak berpengaruh nyata terhadap konsentrasi paclobutrazol yang diberikan (Tabel 12). Bobot segar tanaman anggrek Dendrobium lasianthera berkisar antara 0.60 hingga 0.86 g.

Tabel 12. Rata-Rata Bobot Segar Tanaman Anggrek D. lasianthera pada 8 MSP Paclobutrazol (ppm) Bobot (g) 0 0.67 5 0.60 10 0.86 15 0.76 20 0.60 Uji F tn KK 4.04

Keterangan : tn = tidak berbeda nyata

KK = Koefisien Keragaman

Pembahasan

Aklimatisasi adalah suatu proses dari suatu organisme untuk beradaptasi terhadap perubahan lingkungan (Dinarti et al., 2007). Keberhasilan aklimatisasi akan menentukan persentase tumbuh bibit di lapangan. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa persentase tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera selama 4 MSP dengan pemberian paclobutrazol 5-20 ppm, menunjukkan persentase tumbuh yang tinggi yaitu diatas 90%, sedangkan pada tanaman kontrol penurunan persen tumbuh mulai terlihat sejak 3 MSP.

(13)

Persentase tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera terus mengalami penurunan pada seluruh perlakuan dari 5 hingga 8 MSP, dan rata-rata mencapai 78 % pada 8 MSP. Penurunan persentase tumbuh diduga karena suhu di dalam green house yang berkisar antara 25 - 40oC dan kelembaban berkisar 52-75%. Tingginya suhu dan rendahnya kelembaban udara di green house menyebabkan tanaman anggrek Dendrobium lasianthera layu, sehingga mengalami kematian.

Anatomi daun anggrek dari perbanyakan in vitro yang memiliki lapisan kutikula kurang berkembang menyebabkan laju transpirasi tanaman tinggi, dan tidak adaptif terhadap kondisi in vivo, sehingga efektivitas paclobutrazol masih rendah. Efektivitas paclobutrazol ditentukan oleh cara aplikasi dan konsentrasi yang diberikan. Cara aplikasi melalui perendaman yang diduga kurang efektif dan konsentrasi paclobutrazol yang masih rendah, membuat persen tumbuh planlet anggrek Dendrobium lasianthera belum maksimal. Planlet anggrek Dendrobium lasianthera setelah aklimatisasi diharapkan memiliki persentase tumbuh yang tinggi, hijau daun meningkat, dan memiliki jumlah akar hidup yang optimal.

Hasil penelitian Syahid (2007) menunjukkan pengaruh retardan paclobutrazol terhadap pertumbuhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) selama konservasi in vitro, pada tahap aklimatisasi di rumah kaca pada umur 2 bulan cukup tinggi karena bibit dapat tumbuh dan hidup dengan baik, serta berkembang dengan sempurna secara morfologi baik dalam bentuk batang dan daun tanpa menunjukkan adanya penyimpangan dalam penampilannya secara visual di rumah kaca.

Jumlah daun total anggrek Dendrobium lasianthera pada akhir pengamatan menunjukkan bahwa tanaman kontrol (0 ppm) memiliki jumlah daun paling sedikit dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan 10 ppm yang memberikan jumlah daun terbanyak sebesar 6 helai. Hal yang berbeda ditemukan pada penelitian Syahid (2007) konservasi in vitro temulawak, jumlah daun temulawak yang dihasilkan tidak berbeda pada berbagai konsentrasi paclobutrazol. Perbedaan hasil penelitian ini diduga karena jumlah daun dihitung dari jumlah tunas awal dan tunas baru yangg muncul, berdasarkan jumlah tunas yang diberi aplikasi paclobutrazol cenderung mempunyai jumlah daun lebih

(14)

banyak dibandingkan dengan kontrol. Krishnamoorthy (1981) menyatakan bahwa retardan merupakan senyawa kimia yang mempunyai efek fisiologis menghambat pemanjangan sel di meristem apikal, sedangkan jumlah daun tidak dipengaruhinya. Pemberian paclobutrazol dalam penelitian ini tidak mempengaruhi jumlah daun anggrek Dendrobium lasianthera.

Pemberian paclobutrazol yang semakin tinggi menurunkan lebar daun tanaman anggrek Dendrobium lasianthera. Tanaman kontrol memiliki ukuran lebar daun lebih besar dibandingkan dengan tanaman yang diberi perlakuan paclobutrazol. Sesuai dengan pernyataan Wattimena (1988) bahwa pengaruh pemberian retardan dapat menghambat proses sintesis giberelin, atau biasa disebut anti giberelin. Paclobutrazol menghambat sintesis giberelin dengan cara menghambat oksidasi kaurene menjadi asam kaurenat. Terhambatnya sintesis giberelin mengakibatkan pemanjangan sel pada meristem sub apikal berjalan lambat (Khrisnamoorthy, 1981). Pada 8 MSP terdapat respon kuadratik yang diduga efektivitas paclobutrazol mulai menurun, dengan ditunjukkan oleh lebar daun tanaman yang mengalami peningkatan.

Panjang daun dalam penelitian ini tidak dihambat oleh paclobutrazol. Hal tersebut menunjukkan bahwa aplikasi paclobutrazol tidak menghambat pemanjangan sel daun tanaman anggrek Dendrobium lasianthera. Panjang daun yang tidak terhambat akan memberikan respon baik terhadap tanaman, sehingga tanaman tetap dapat hidup dan tumbuh normal tanpa adanya penghambatan.

Pertumbuhan tunas yang terdapat pada meristem apikal tidak dipengaruhi oleh pemberian paclobutrazol. Pada penelitia ini aplikasi paclobutrazol tidak menekan pertambahan jumlah tunas baru anggrek Dendrobium lasianthera. Hal berbeda ditemukan pada hasil penelitian Syahid (2007) pengaruh retardan paclobutrazol terhadap pertumbuhan temulawak (Curcuma xanthorrhiza) selama konservasi in vitro, konsentrasi tinggi paclobutrazol 5.0 mg/L mampu menekan jumlah tunas yang berbeda nyata dengan perlakuan tanpa paclobutrazol. Pada semua perlakuan paclobutrazol, tunas-tunas baru masih bertambah sampai kultur berumur tujuh bulan walaupun dalam jumlah sedikit.

Menurut Syahid (2007) bertambahnya jumlah tunas diduga kandungan sitokinin endogen di dalam jaringan cukup tinggi sehingga pada perlakuan

(15)

tersebut tunas baru masih terbentuk. Hasil yang sama pada penelitian ini diduga sitokinin endogen cukup tinggi, sehingga petambahan jumlah tunas masih terlihat.

Akar pada tanaman merupakan bagian terpenting dalam penyerapan hara. Jumlah akar yang semakin banyak memungkinkan penyerapan hara dan pertumbuhan tanaman lebih baik. Akar merupakan jaringan tanaman yang berasal dari meristem apikal, sedangkan paclobutrazol bekerja pada meristem sub apikal. Pada hasil penelitian ini pemberian paclobutrazol tidak menurunkan jumlah, panjang, dan diameter akar anggrek Dendrobium lasianthera.

Hasil penelitian ini didukung oleh hasil penelitian Syahid (2007) pada tanaman temu lawak dan Rosita et al. (2008) pada tanaman nilam bahwa pemberian beberapa konsentrasi paclobutrazol tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan akar dan tiga varietas nilam memberikan pengaruh yang tidak berbeda. Pada penelitian ini pengaruh paclobutrazol menginduksi terbentuknya akar lateral anggrek Dendrobium lasianthera.

Akar lateral terdapat pada seluruh perlakuan konsentrasi paclobutrazol 5, 10, 15, dan 20 ppm. Tanaman kontrol tidak menghasilkan akar lateral (Gambar 8). Menurut Early dan Martin (1988) pemberian paclobutrazol meningkatkan ketebalan akar dan menyebabkan munculnya akar lateral pada daerah dekat ujung akar. Terbentuknya akar lateral akan meningkatkan ketegaran tanaman, sehingga potensi tumbuh akan lebih baik. Munculnya akar lateral diduga karena efektivitas fotosintesis yang meningkat, secara tidak langsung akan meningkatkan sinsetis auksin endogen. Auksin disintesis pada apeks tajuk dan ujung akar dan salah satu peran fisiologis auksin adalah inisiasi akar lareral. Hasil penelitian menunjukkan bahwa akar lateral, kerapatan stomata, dan warna daun tertinggi terdapat pada aplikasi paclobutrazol 20 ppm. Akar lateral, kerapatan stomata, dan warna daun yang meningkat diduga akan meningkatkan asimilat yang dihasilkan dan secara tidak langsung akan meningkatkan potensi hidup lebih baik bagi tanaman.

Warna daun tanaman berkisar antara 20.87-25.33 dan warna daun terendah ditunjukkan pada tanaman kontrol. Warna daun mencerminkan kandungan klorofil pada daun. Mattjik et al., (1994) menyatakan bahwa retardan merupakan zat pengatur tumbuh yang telah dibuktikan dapat mempengaruhi ketegaran planlet dan menambah butir-butir klorofil. Harjadi (2009) menyatakan bahwa

(16)

tanaman yang diberi zat penghambat tumbuh (retardan) menunjukkan daun yang lebih hijau.

Jumlah klorofil a, klorofil b, dan klorofil (a+b) cenderung lebih tinggi pada tanaman yang diberi paclobutrazol dibandingkan dengan tanaman kontrol. Jumlah klorofil yang tinggi diharapkan dapat meningkatkan efektivitas proses fotosintesis pada daun, yang kemudian akan meningkatkan pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera.

Jumlah sel palisade berkisar 229.35 hingga 346.58. Semakin besar jumlah sel palisade dalam sel tanaman, diduga tebal daun, kandungan klorofil dan ketegaran daun akan semakin meningkat. Menurut pendapat Wattimena (1988) pemberian paclobutrazol dapat menyebabkan perubahan karakteristik daun seperti penurunan ukuran sel, ruang interseluler, meningkatkan kandungan klorofil, jumlah sel parenkim palisade dan menahan pembukaan stomata.

Sel palisade berbentuk seperti tiang atau berbentuk seperti pagar yang terdiri dari satu atau beberapa lapis sel yang mengandung kloroplas. Fungsi dari sel palisade terspesialisasi untuk meningkatkan efisiensi fotosintesis. Bentuk dan susunan sel palisade memungkinkan kloroplas terlokalisasi pada posisi strategis untuk menyerap cahaya matahari secara maksimal. Area permukaan sel yang bebas dari kontak dengan sel lain merupakan faktor yang menentukan tingginya efisiensi fotosintesis (Iriawati, 2009). Besarnya diameter sel palisade berhubungan dengan kandungan klorofil pada daun tanaman. Diameter sel palisade yang semakin besar diduga akan meningkatkan kandungan klorofil dalam sel.

Jumlah stomata tanaman anggrek Dendrobium lasianthera berkisar antara 50.96 - 86.64 per mm2. Fungsi dari stomata adalah (1) sebagai jalan masuk dan keluarnya CO2 maupun O2 dari udara pada waktu proses fotosintesis dan respirasi, (2) sebagai jalan penguapan (transpirasi), (3) serta sebagai jalan masuk unsur hara yang diberikan melalui daun. Semakin banyak dan besar ukuran stomata daun semakin tinggi laju transpirasi pada daun sehingga akan mempengaruhi laju transportasi zat hara dari akar ke daun (Pandey dan Sinha, 1972).

Aplikasi paclobutrazol tidak menurunkan tinggi dan bobot segar tanaman anggrek Dendrobium lasianthera. Hal ini sejalan dengan penelitian Rosita et al. (2008) pemberian paclobutrazol pada tiga varietas nilam memberikan pengaruh

(17)

yang tidak berbeda terhadap karakter tinggi tunas dan bobot basah planlet nilam dan Satjapradja (2006) pada Agathis loranthifolia. Tanaman anggrek tergolong tanaman yang cukup lambat dalam pertumbuhannya, sehingga pemberian paclobutrazol tidak menghambat pertumbuhan tanaman.

Aplikasi paclobutrazol memberikan respon positf terhadap pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera. Respon positif dari aplikasi paclobutrazol ditunjukkan dengan munculnya akar lateral, meningkatnya warna hijau daun, meningkatnya kerapatan stomata dan diameter sel palisade, tidak menghambat panjang daun dan tinggi tanaman. Pengaruh positif tersebut diduga membuat kondisi tanaman menjadi lebih tegar dan kokoh, sehingga potensi hidup dan pertumbuhan planlet anggrek Dendrobium lasianthera setelah aklimatisasi akan lebih baik.

Gambar

Tabel 4. Rata-Rata Lebar Daun Anggrek Dendrobium lasianthera  Paclobutrazol
Tabel 6. R              D Rata-Rata Ju Paclobut (ppm 0  5  10  15  20  Uji F KK  Keterangan                  G Warna D Wa pengamata Developm0 ppm  endrobium  umlah Akartrazol m) JF : tn      KK   Gambar 7
Tabel 9. Kerapatan Stomata Anggrek Dendrobium lasianthera pada 8 MSP  Paclobutrazol (ppm)  Kerapatan stomata
Tabel 10. Kerapatan Sel Palisade dan Diameter Sel Palisade Anggrek                 Dendrobium lasianthera pada 8 MSP
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk itu masih perlu dilakukan dalam penelitian pengawetan dengan metode yang lebih mutahir Menurut analisa sidik ragam (Tabel 3), variasi konsentrasi kedua bahan pengawet

Látjuk azonban azt, hogy egy szabad nép milyen gyorsan tünteti el a sebeket, és ha az egymásután épül ő futballpályákat, uszodákat, teniszpályákat nézzük, látjuk azt,

Jika pendapatan asli daerah berkurang maka pengalokasian belanja daerah pun harus berkurang akan tetapi daerah pun menjadi dilema dikarenakan bahwa setiap tahun

Pelaksanaan Acara Puncak Peringatan Hari Habitat Tahun 2007 yang akan diselenggarakan di Kota Surakarta dilakukan bersama- sama oleh Departemen Pekerjaan Umum, Kementerian Negara

Regio kepala merupakan regio dengan jumlah landing site yang paling sedikit, hal ini mungkin dikarenakan sapi menggerakan atau menggosokan kepalanya pada kayu

Negosiasi kebijakan dan program rekonstruksi Pasar Inpres I, II, III dan IV Kota Padang berlangsung lama karena alotnya perdebatan antara Pemerintah Kota Padang dan pedagang. Tulisan

KB/KR Yang Mandiri, dengan kegiatan Fasilitasi Pembentukan Kelompok Masyarakat Peduli KB. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pengendalian

Berdasarkan hasil simulasi dan analisis yang telah dilakukan dapat diambil beberapa kesimpulan sebagai berikut, kontingensi N-1 dan N-2 pada pembangkit dapat menyebabkan