• Tidak ada hasil yang ditemukan

KATA PENGANTAR. penyusunan Laporan Kinerja Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Salatiga Tahun 2019.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "KATA PENGANTAR. penyusunan Laporan Kinerja Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Salatiga Tahun 2019."

Copied!
44
0
0

Teks penuh

(1)

i Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang tidak hanya menyangkut masalah pendapatan. Masalah lain, seperti kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, kondisi geografis, gender, dan kondisi lingkungan merupakan dimensi-dimensi kemiskinan yang juga mempengaruhi kondisi seseorang atau rumah tangga dalam status kemiskinan. Dalam rangka meningkatkan efektifitas upaya penanggulangan kemiskinan, Pemerintah Kota Salatiga telah menerbitkan Keputusan Walikota Salatiga Nomor 054-05/146/2019 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), Sekretariat TKPK, Kelompok Kerja (Pokja) TKPK, dan Kelompok Program (Pokgram) TKPK. Berdasarkan Keputusan Walikota tersebut, Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) Kota Salatiga telah melaksanakan kegiatan koordinasi dalam rangka percepatan program penanggulangan kemiskinan yang hasilnya dapat dimanifestasikan dalam penyusunan Laporan Kinerja Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Kota Salatiga Tahun 2019.

Laporan ini memberikan informasi mengenai Kondisi Umum Kemiskinan di Kota Salatiga termasuk didalamnya adalah perkembangan tingkat kemiskinan di Kota Salatiga, Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan, Program Penanggulangan Kemiskinan dan Pelaksanaan Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan. Disamping itu, dalam laporan ini juga memuat permasalahan yang muncul berkaitan dengan pelaksanaan program penanggulanan kemiskinan dan rekomendasi dalam rangka menyelesaikan permasalahan yang ada.

Dengan tersusunnya laporan ini diharapkan dapat bermanfaat bagi seluruh pemangku kepentingan dan menjadi acuan dalam perumusan kebijakan dan program-program yang dapat menjamin percepatan penanggulangan kemiskinan di Kota Salatiga.

Salatiga, Desember 2019 WAKIL WALIKOTA SALATIGA

Selaku

Ketua TKPK Kota Salatiga,

(2)

iii

Halaman Judul ... i

Kata Pengantar ... ii

Daftar Isi ... iii

Daftar Tabel ... iv

Daftar Grafik ... v

Bab I Pendahuluan ... 1

A. Latar Belakang ... B. Maksud dan Tujuan ... C. Landasan Hukum ... D. Sistematika Laporan ... 1 3 4 5 Bab II Gambaran Umum ... 6

A. Kondisi Umum Kota Salatiga ... B. Kondisi Umum Kemiskinan Kota Salatiga ... 6 7 Bab III Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan ... 16

A. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Kota Salatiga ... 16

B. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah ... C. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan ... 22 23 Bab IV Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan ... 35

(3)

iv Tabel 2.1 Perbandingan Tingkat Kemiskinan Kota Salatiga dengan Provinsi

Jawa Tengah Tahun 2014 s.d. 2018 ... 9 Tabel 2.2 Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Hasil verval BDT 2019 14 Tabel 2.3 Jumlah Individu Hasil verval 2019... 15 Tabel 5.1 Jumlah penduduk Miskin, Angka Kemiskinan dan Garis Kemiskinan

Kota Salatiga Tahun 2014-2018...

39

(4)

v Grafik 2.1 Perkembangan Angka Kemiskinan Kota Salatiga Tahun 2013 – 2018 10 Grafik 2.2 Perkembangan Garis Kemiskinan Kota Salatiga Tahun 2013 – 2018.. 11 Grafik 2.3 Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Kota Salatiga Tahun

2013 - 2018 ... 12 Grafik 2.4 Perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan Kota Salatiga Tahun

(5)

1

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kemiskinan adalah kondisi ketidakmampuan sosial dan ekonomi seseorang atau sekelompok orang untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang layak bagi kemanusiaan. Kemiskinan juga dipahami sebagai ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar dan perbedaan perlakuan bagi seseorang atau sekelompok orang dalam menjalani kehidupan secara bermartabat. Disamping kebutuhan-kebutuhan dasar yang belum terpenuhi, kondisi kemiskinan juga didukung oleh ketidakmampuan untuk memperoleh kebebasan dalam memilih dan berpartisipasi.

Kemiskinan merupakan masalah multidimensi yang tidak hanya menyangkut masalah pendapatan. Masalah lain, seperti kesehatan, pendidikan, akses terhadap barang dan jasa, lokasi, kondisi geografis, gender, dan kondisi lingkungan merupakan dimensi-dimensi kemiskinan yang juga memengaruhi kondisi seseorang atau rumah tangga dalam status kemiskinan.

Salah satu dimensi penting yang menjadi perhatian banyak pihak adalah dimensi pengeluaran atau konsumsi. Pendekatan tersebut sering juga disebut dengan kemiskinan absolut, dimana seseorang atau satu rumah tangga dikatakan miskin jika ia tidak mampu memenuhi satu tingkat konsumsi minimum yang terdiri dari konsumsi makanan dan non makanan yang dianggap esensial dan diperlukan selama jangka waktu tertentu. Tingkat konsumsi minimum menjadi batas (tresshold) yang menentukan seseorang tergolong miskin atau tidak, atau yang sering disebut dengan garis kemiskinan. Dalam dimensi yang lain dapat dikemukakan bahwa seseorang yang tergolong miskin juga tidak memiliki kapabilitas untuk hidup dengan kondisi kesehatan dan pendidikan yang layak serta menjalankan fungsinya dengan baik.

Perubahan paradigma dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah membawa implikasi terhadap semakin mendesaknya upaya-upaya untuk mengatasi kemiskinan. Selain itu, peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat miskin menjadi tanggung jawab yang lebih besar bagi pemerintah daerah. Sehingga pada akhirnya permasalahan-permasalahan kemiskinan yang muncul akan banyak direspon, diputuskan, dan dilaksanakan secara cepat dan

(6)

2

efektif oleh pemerintah daerah tanpa harus menunggu dan banyak tergantung pada instruksi dari pemerintah pusat. Dengan kewenangan daerah yang semakin besar tersebut, Pemerintah daerah dan DPRD memiliki tanggung jawab yang cukup besar untuk mengambil keputusan-keputusan penting dan strategis bagi upaya menanggulangi kemiskinan dan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat.

Pada tahun 2010, Pemerintah menerbitkan regulasi yang mengatur tentang upaya percepatan penanggulangan kemiskinan, yaitu Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan. Sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Presiden nomor 96 Tahun 2015. Peraturan presiden tersebut kemudian ditindaklanjuti dengan terbitnya Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi dan Kabupaten/Kota.

Berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang percepatan penanggulangan kemiskinan sebagai telah diubah dengan Peraturan presiden Nomor Nomor 96 Tahun 2015, terdapat beberapa hal baru yang menjadi perhatian, yaitu:

1. Berdasarkan ketentuan kedua regulasi tersebut, TKPK dipimpin oleh Wakil Kepala Daerah. Hal tersebut bertujuan agar upaya percepatan penanggulangan kemiskinan dapat berjalan dengan lebih efektif.

2. Program penanggulangan kemiskinan dititikberatkan pada beberapa hal sebagai berikut:

a. Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga yang bertujuan untuk melakukan pemenuhan hak dasar, pengurangan beban hidup, dan perbaikan kualitas hidup masyarakat miskin.

b. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Masyarakat yang bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas kelompok masyarakat miskin untuk terlibat dalam pembangunan yang didasarkan pada prinsip-prinsip pemberdayaan masyarakat.

c. Program Penanggulangan Kemiskinan Berbasis Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil yang bertujuan untuk memberikan akses dan penguatan ekonomi bagi pelaku usaha berskala mikro dan kecil.

d. Program-program lainnya baik yang secara langsung maupun tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan

(7)

3

masyarakat miskin.

3. Dalam implementasi program-program tersebut, strategi yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

a. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin.

b. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin.

c. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha ekonomi mikro dan kecil.

d. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan.

Menindaklanjuti amanat yang tertuang dalam Perpres Nomor 15 Tahun 2010 dan Permendagri Nomor 42 Tahun 2010, Pemerintah Kota Salatiga telah menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Tahun 2011-2015 dan telah direview pada tahun 2013. SPKD tersebut telah ditetapkan dengan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 18 Tahun 2013. Disamping SPKD, juga telah ditetapkan Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 5 Tahun 2013 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan di Kota Salatiga.

Berkaitan dengan hal tersebut, guna optimalisasi pelaksanaan program dan kegiatan yang tercantum dalam SPKD, telah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), Sekretariat TKPK, Kelompok Kerja (Pokja) TKPK dan Kelompok Program (Pokgram) TKPK yang ditetapkan dengan Keputusan Walikota Salatiga Nomor 054-05/146/2019.

B. Maksud dan Tujuan 1. Maksud

Maksud penyusunan laporan kinerja TKPK ini adalah memberikan informasi berkaitan dengan kegiatan koordinasi yang telah dilaksanakan oleh TKPK Kota Salatiga dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan di Kota Salatiga Tahun 2019.

2. Tujuan

a. Memberikan gambaran tentang kondisi kemiskinan di Kota Salatiga dan pelaksanaan koordinasi dalam implementasi program penanggulangan kemiskinan di Kota Salatiga.

(8)

4

b. Memberikan gambaran tentang perkembangan dan permasalahan yang terjadi dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan di Kota Salatiga.

c. Merumuskan saran tindak dalam rangka peningkatan efektivitas kinerja organisasi TKPK Kota Salatiga dalam melaksanaan tugas koordinasi penanggulangan kemiskinan.

C. Landasan Hukum

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional.

2. Undang-Undang Nomor 32 tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015.

3. Peraturan Presiden Nomor 2 tahun 2015 tentang perencana pembangunan jangka menengah Nasional Tahun 2015-2019

4. Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota.

5. Peraturan Presiden Nomor 15 Tahun 2010 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

6. Peraturan Presiden Nomor 166 Tahun 2014 tentang Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan.

7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 42 Tahun 2010 tentang Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Provinsi Dan Kabupaten/Kota.

8. Instruksi Presiden Nomor 7 Tahun 2014 tentang Pelaksanaan Program Simpanan Keluarga Sejahtera, Program Indonesia Pintar, Dan Program Indonesia Sehat Untuk Membangun Keluarga Produktif.

9. Peraturan gubernur jawa Tengah Nomor 67 Tahun 2015 tentang Tata Perubahan atas peratuan gubernur jawa tengah nomor 49 Tahun 2015 tentang Tata cara pemberian dan pertanggungjawaban belanja keuangan kepada Kabupaten/Kota yang bersumber dari anggaran pendapat dan belanja daerah provisi jawa tengah.

10.Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 6 Tahun 2010 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang daerah Kota Salatiga tahun 2005-2025.

(9)

5

11.Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan di Kota Salatiga.

12.Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 1 Tahun 2018 Tentang Rencana Pembangunan Jangka Menengah daerah Kota Salatiga tahun 2017-2022. 13.Keputusan Walikota Salatiga Nomor 054-05/146/2019 tentang Tim

Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), dan Sekretariat TKPK, Kelompok Kerja (Pokja) TKPK, dan Kelompok Program TKPK.

D. Sistematika Laporan

Laporan kinerja TKPK tahun 2019 disusun dengan sistematika sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, menguraikan tentang latar belakang, maksud dan tujuan,

landasan hukum dan sistematika laporan.

Bab II Gambaran Umum, berisi tentang Kondisi Umum Kota Salatiga dan Kondisi Umum Kemiskinan Kota Salatiga.

Bab III Kebijakan dan Program Penanggulangan Kemiskinan, menguraikan tentang kebijakan penanggulangan kemiskinan Kota Salatiga, strategi penanggulangan kemiskinan daerah, kelompok program penanggulangan kemiskinan, jenis dan sumber dana program penanggulangan kemiskinan.

Bab IV Pelaksanaan Program Penanggulangan Kemiskinan, menguraikan tentang koordinasi dan pengendalian program penanggulangan kemiskinan Kota Salatiga tahun 2019.

(10)

6 BAB II

GAMBARAN UMUM

A. Kondisi Umum Kota Salatiga

1. Aspek Geografi dan Demografi

Kota Salatiga terletak antara 007.17’ dan 007.17’.23” Lintang Selatan dan antara 110.27’.56,81” dan 110.32’.4,64” Bujur Timur. Kota Salatiga berada di daerah cekungan kaki gunung Merbabu di antara gunung-gunung kecil, yaitu Gunung Gajah Mungkur, Telomoyo, dan Payung Rong. Berdasarkan topografi, wilayah Kota Salatiga terdiri dari 3 topografi, yaitu bergelombang (65%), miring (25%), dan datar (10%). Secara administratif, Kota Salatiga memiliki 4 kecamatan dan 23 kelurahan.

Adapun batas wilayah administrasi Kota Salatiga adalah sebagai berikut. a. Sebelah utara berbatasan dengan:

 Kecamatan Pabelan : Desa Pabelan, Desa Pejanten.  Kecamatan Tuntang : Desa Kesongo, Desa Watu Agung. b. Sebelah timur berbatasan dengan:

 Kecamatan Pabelan : Desa Ujung-ujung, Desa Sukoharjo, Desa Glawan.

 Kecamatan Tengaran : Desa Bener, Desa Tegal Waton, Desa Nyamat.

c. Sebelah selatan berbatasan dengan:

 Kecamatan Getasan : Desa Sumogawe, Desa Samirono, Desa Jetak.

 Kecamatan Tengaran : Desa Patemon, Desa Karang Duren. d. Sebelah barat berbatasan dengan:

 Kecamatan Tuntang : Desa Candirejo, Desa Jombor, Desa Sraten, Desa Gedangan.

 Kecamatan Getasan : Desa Polobogo Kecamatan Getasan.

Kota Salatiga memiliki luas wilayah mencapai 5.678,110 hektar, terdiri dari 798,932 hektar (14,07%) untuk lahan persawahan, 4.680,195 hektar (82,43%) berupa lahan kering, dan 198,983 hektar (3,50%) adalah lahan lain-lain. Berdasarkan penggunaan lahannya, rata-rata banyak didominasi untuk penggunaan lahan persawahan dengan sistem irigasi teknis (44,26%),

(11)

7 sedangkan lahan persawahan lainnya mempergunakan sistem irigasi setengah teknis, sebagian dipergunakan untuk persawahan dengan sistem pengairan sederhana, dan sawah tadah hujan. Adapun lahan kering sebagian besar berupa pekarangan (65,85%) dan sisanya berupa tegalan (34,15%). Kecamatan yang paling luas adalah Kecamatan Argomulyo, yaitu 1.852,69 Ha (32,62%).

Dalam kurun waktu lima tahun terakhir, jumlah penduduk miskin di Kota Salatiga mengalami penurunan dari tahun ke tahun apabila dibandingkan dengan data tahun 2014. Pada tahun 2014 jumlah penduduk miskin sebanyak 10.786. Berdasarkan data BPS Kota Salatiga, sampai dengan bulan Maret 2019 jumlah penduduk Kota Salatiga pada tahun 2018 sebesar 9.240 jiwa.

B. Kondisi Umum Kemiskinan Kota Salatiga

1. Dimensi Kemiskinan Kota Salatiga

Dimensi kemiskinan merupakan faktor-faktor yang saling berhubungan dan saling mempengaruhi. Hubungan sebab akibat dan saling mempengaruhi inilah yang menyebabkan masyarakat terjebak dalam perangkap kemiskinan. Dimensi kemiskinan di Kota Salatiga dapat diuraikan sebagai berikut:

a. Dimensi Ekonomi

1) Keterbatasan dalam memperoleh akses terhadap peluang kerja. Keterbatasan dalam hal pekerjaan ditandai dengan tidak mempunyai pekerjaan tetap/penganggur, sebagai pekerja musiman, korban PHK massal, sebagai buruh serabutan, seperti buruh tani, kuli batu dan buruh bangunan, tukang becak, pembuat bata, pembantu rumah tangga, dan pedagang kecil.

2) Pendapatan yang tidak menentu.

3) Beban tanggungan besar, yaitu lebih dari 4 (empat) orang.

4) Tingkat pendidikannya rendah, tidak mempunyai ketrampilan yang memadai, hanya mampu menyekolahkan anak sampai SD dan SLTP karena tidak ada biaya.

5) Kompetensi penduduk miskin kurang, ketrampilan kerja rendah, tidak memiliki jiwa wiraswasta, sebagai korban PHK, dan terdidik namun tidak ada lapangan kerja.

(12)

8 6) Akses yang ditandai terbatasnya lapangan kerja, akses informasi kurang, serta tidak mempunyai posisi tawar pada pemerintah dan swasta.

7) Modal/aset yang ditunjukkan dengan tidak memiliki lahan, tidak memiliki modal kerja, serta modal kecil / pas–pasan.

b. Dimensi Sosial

1) Kesehatan, indikatornya adalah sakit menahun, jompo, gizi makan kurang, dan kesehatan kurang diperhatikan.

2) Sikap hidup, indikatornya adalah perasaan minder, mudah putus-asa, gali lubang tutup lubang, malas, dan boros.

3) Lingkungan sosial, indikatornya adalah terjebak pada rentenir atau bank harian serta adanya budaya "nyumbang" dan “orang miskin sama dengan orang – orang yang berhak menerima zakat”.

c. Dimensi Lingkungan

1) Rumah, indikatornya adalah rumah kurang sehat, tidak mempunyai MCK (mandi, cuci, dan kakus), lantai rumahnya terbuat dari tanah, dinding rumah dari papan jawa, atau dindingnya gedhek (dinding dari anyaman bambu), lingkungan kumuh, serta tidak mempunyai rumah.

2) Pakaian, indikatornya adalah hanya mampu membeli pakaian bekas dan membeli pakaian setahun sekali satu stel.

d. Dimensi Politis

1) Tingkat partisipasi dalam pengambilan keputusan, indikatornya adalah penduduk miskin tidak pernah dilibatkan secara langsung dalam pengambilan keputusan untuk program penanggulangan kemiskinan, kontrol sosial masyarakat lemah, serta tidak ada wadah yang memperjuangkan kepentingan penduduk miskin. 2) Harapan dan aspirasi masyarakat miskin terhadap program

penganggulangan kemiskinan, indikatornya adalah masyarakat dilibatkan secara langsung dalam pengambilan keputusan di tingkat bawah (kelurahan), diadakan pelatihan kerja sesuai potensi masyarakat, diadakan program kemitraan dengan pihak luar,

(13)

9 dibuka lapangan kerja baru, diberi modal, serta kebijakan pemerintah Kota Salatiga berpihak pada masyarakat miskin.

2. Data Jumlah Penduduk Miskin dan Perkembangan Angka Kemiskinan

Berdasarkan publikasi BPS tahun 2018, tingkat kemiskinan di Kota Salatiga lebih rendah bila dibandingkan Provinsi Jawa Tengah secara keseluruhan. Hal tersebut menunjukkan upaya percepatan penanggulangan kemiskinan yang dilakukan oleh Pemerintah Kota Salatiga, baik oleh Pemerintah Kota Salatiga sendiri maupun beserta stakeholdernya telah membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Hal tersebut dapat dilihat pada tabel di bawah ini.

Tabel 2.1

Perbandingan Tingkat Kemiskinan Kota Salatiga dengan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 s.d. 2018

N

o Uraian

Kota Salatiga Provinsi Jawa Tengah

2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018 1 Jumlah Penduduk Miskin (jiwa) 10,620 9,730 9,550 9,240 4,577,038 4,450,890 5,450,720 3,872,000 2 Angka Kemiskina n (Prosenta se) 5,80 5,24 5,07 4,84 13,58 13,27 13,01 11,32 3 Garis Kemiskina n (Rp.) 337,511 345,146 359,944 380,856 297,851 317,348 333,224 350,875

Dari tabel 2.2 diatas nampak bahwa dalam 5 (lima) tahun terakhir, tingkat kemiskinan di Kota Salatiga terus mengalami penurunan dari tahun ke tahun. Tahun 2014 sebesar 5,93% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 10.786 jiwa, di tahun 2018 turun menjadi 4,84% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 9.240 jiwa.

(14)

10 Grafik 2.1

Prosentase Penduduk Miskin Kota Salatiga Tahun 2013 s.d. 2018

6.4 5.93 5.8 5.24 5.07 4.84 0 1 2 3 4 5 6 7 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Angka Kemiskinan

Angka Kemiskinan

Sumber : BPS, 2018 (data diolah)

3. Garis Kemiskinan

Untuk mengukur kemiskinan, BPS menggunakan konsep kemampuan memenuhi kebutuhan dasar (basic needs approach), di mana kemiskinan dipandang sebagai ketidakmampuan dari sisi ekonomi untuk memenuhi kebutuhan dasar makanan dan bukan makanan yang diukur dari sisi pengeluaran. Metode yang digunakan adalah menghitung Garis Kemiskinan (GK) yang terdiri dari 2 komponen, yaitu Garis Kemiskinan Makanan dan Garis Kemiskinan Bukan Makanan (GKBM). Garis Kemiskinan Kota Salatiga tahun 2018 yaitu sebesar Rp. 380.586 per kapita perbulan. Dengan demikian, penduduk miskin di Kota Salatiga tahun 2018 adalah penduduk yang memiliki rata-rata pengeluaran per kapita perbulan di bawah Garis Kemiskinan tersebut.

(15)

11 Grafik 2.2

Perkembangan Garis Kemiskinan Kota Salatiga Tahun 2013 s.d. 2018

303,884 320,204 337,511 345,146 359,944 380,856 0 50 100 150 200 250 300 350 400 2013 2014 2015 2016 2017 2018

Garis Kemiskinan

Sumber : BPS, 2018 (Data Diolah)

4. Indeks Kedalaman Kemiskinan dan Keparahan Kemiskinan

Selain prosentase penduduk miskin, pengukuran indikator capaian dalam percepatan penanggulangan kemiskinan adalah dengan Indeks Kedalaman Kemiskinan (Poverty Gap Index – P1). Indeks Kedalaman Kemiskinan merupakan ukuran rata-rata kesenjangan pengeluaran tiap-tiap penduduk miskin terhadap garis kemiskinan. Semakin tinggi nilai indeks berarti semakin jauh rata-rata pengeluaran penduduk dari garis kemiskinan. Berdasarkan penghitungan dari BPS, Indeks Kedalaman Kemiskinan menurun dari 0,85 di tahun 2017 menjadi 0,69 di tahun 2018, dengan demikian terjadi penurunan 0,16. Artinya, rata-rata pengeluaran penduduk miskin di Kota Salatiga mengalami penurunan. Adapun perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Kota Salatiga tahun 2013 sampai dengan tahun 2018 sebagaimana nampak dalam grafik di bawah ini.

(16)

12 Grafik 2.3

Perkembangan Indeks Kedalaman Kemiskinan Kota Salatiga Tahun 2013 s.d. 2018

Sumber : Publikasi BPS 2018, diolah

Sedangkan Indeks Keparahan Kemiskinan (Proverty Severity Index - P2) memberikan gambaran mengenai penyebaran pengeluaran diantara penduduk miskin. Semakin tinggi nilai indeks, semakin tinggi ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin. Berdasarkan penghitungan dari BPS, Indeks Keparahan Kemiskinan menurun dari 0,63 di tahun 2017 menjadi 0,13 di tahun 2018. Hal tersebut menunjukkan bahwa ketimpangan pengeluaran diantara penduduk miskin telah menurun.

Untuk mengetahui tingkat perkembangan Indeks Keparahan Kemiskinan Kota Salatiga tahun 2013 s.d. 2018 sebagaimana nampak dalam grafik di bawah ini.

Grafik 2.4

Indeks Keparahan Kemiskinan Kota Salatiga dengan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013 s.d. 2018

(17)

13 5. BASIS DATA TERPADU

Basis Data Terpadu adalah sebuah sistem yang dapat digunakan untuk perencanaan program dan mengidentifikasi nama dan alamat calon penerima bantuan sosial, baik rumah tangga maupun individu berdasarkan pada kriteria-kriteria sosial-ekonomi yang ditetapkan oleh pelaksana program.

Basis Data Terpadu berisi informasi sosial-ekonomi dan demografi dari sekitar 40% jumlah penduduk yang paling rendah status kesejahteraannya. Rumah Tangga yang ada dalam Basis Data Terpadu ini diurutkan menurut peringkat kesejahteraannya.

Basis Data Terpadu dapat digunakan untuk melakukan analisis atau perencanaan program/kegiatan penanggulangan kemiskinan serta untuk menetapkan sasaran penerima manfaat program-program perlindungan sosial. Basis Data Terpadu di update melalui verifikasi dan validasi yang dilakukan oleh Kementrian Sosial menggunakan aplikasi SIKS-NG. Adapun di daerah, verifikasi dan validasi Basis Data Terpadu dilakukan oleh Dinas Sosial.

SIKS-NG adalah suatu sistem informasi yang terdiri dari beberapa komponen yaitu pengumpulan, pengolahan, penyajian dan penyimpanan data Kesos dengan memanfaatkan teknologi informasi komunikasi dilaksanakan berjenjang dan berkesinambungan. Siklus Pengelolaan Data BDT pada SIKS-NG adalah sebagai berikut:

a. Daerah melakukan verivali data BDT (termasuk pengusulan baru b. Daerah melakukan pemeriksaan dan Finalisasi Data

c. Pusdatin melakukan perangkingan BDT d. PFM Mereview BDT baru

e. Menteri mengesahkan BDT 6. Hasil Validasi SIKS-NG

Hasil Validasi SIKS-NG 2019 diterima oleh TKPK Kota Salatiga pada bulan Juni 2019. Adapun hasil BDT 2019 secara garis besar adalah sebagai berikut :

a. Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) RTS menurut status kesejahteraan sebanyak 13.310 RTS dengan rician sebagai berikut:

(18)

14 Tabel 2.2

Jumlah Rumah Tangga Sasaran (RTS) Hasil Verval BDT 2019

Kecamatan/Kelurahan Grand Total ARGOMULYO 3556 CEBONGAN 367 KUMPULREJO 797 LEDOK 573 NOBOREJO 673 RANDUACIR 556 TEGALREJO 590 SIDOMUKTI 3047 DUKUH 975 KALICACING 322 KECANDRAN 637 MANGUNSARI 1113 SIDOREJO 3473 BLOTONGAN 683 BUGEL 326 KAUMAN KIDUL 338 PULUTAN 400 SALATIGA 818 SIDOREJO LOR 908 TINGKIR 3234 GENDONGAN 299 KALIBENING 207 KUTO KIDUL 533 KUTO LOR 835 SIDUL 553 TINGKIR LOR 497 TINGKIR TENGAH 310 13310

(19)

15 b. Jumlah individu menurut menurut hasil verifikasi dan validasi

sebanyak 47.464 jiwa dengan rincian sebagai berikut : Tabel 2.3

Jumlah Individu Hasil Verval BDT 2019

KECAMATAN/KELURAHAN JUMLAH ARGOMULYO 12804 CEBONGAN 1401 KUMPULREJO 2963 LEDOK 1917 NOBOREJO 2479 RANDUACIR 1978 TEGALREJO 2066 SIDOMUKTI 11397 DUKUH 3685 KALICACING 1116 KECANDRAN 2297 MANGUNSARI 4299 SIDOREJO 12181 BLOTONGAN 2421 BUGEL 1238 KAUMAN KIDUL 1207 PULUTAN 1531 SALATIGA 2691 SIDOREJO LOR 3093 TINGKIR 11082 GENDONGAN 911 KALIBENING 766 KUTOWINANGUN KIDUL 1844 KUTOWINANGUN LOR 3000 SIDOREJO KIDUL 1944 TINGKIR LOR 1623 TINGKIR TENGAH 994 Grand Total 47464

(20)

16 KEBIJAKAN DAN PROGRAM

PENANGGULANGAN KEMISKINAN A. Kebijakan Penanggulangan Kemiskinan Kota Salatiga

Arah kebijakan penanggulangan kemiskinan Kota Salatiga berpedoman pada RPJPD Kota Salatiga tahun 2005-2025 dan RPJMD Kota Salatiga 2017-2022, dengan kebijakan sebagai berikut:

1. Kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan

Dalam penanggulangan kemiskinan di Kota Salatiga kebijakan untuk meningkatkan kesejahteraan diarahkan pada meningkatkan keterjangkauan warga miskin terhadap kebutuhan dasar manusia, baik itu kebutuhan pangan, pendidikan, kesehatan, tempat tinggal, air bersih dan sanitasi, rasa aman dan goncangan sosial serta bencana. Kemudian mendorong peningkatan pendapatan warga miskin dengan memberikan peluang

kesempatan kerja, dan usaha. Kebijakan untuk meningkatkan

kesejahteraan masyarakat meliputi:

a.Pemenuhan bidang pangan yang difokuskan pada tersedianya

kebutuhan bahan pangan bagi masyarakat miskin melalui:

1) Peningkatan ketersediaan dan kualitas bahan pangan;

2) Peningkatan kelancaran distribusi bahan pangan;

3) Peningkatan dan stabilitas ketahanan pangan lokal;

4) Peningkatan pendapatan petani;

5) Peningkatan pengelolaan potensi perikanan, peternakan dan

perkebunan;

6) Peningkatan sistem kewaspadaan dini dalam gizi dan rawan pangan.

b.Pemenuhan hak bidang kesehatan yang difokuskan pada pemberian

pelayanan kesehatan dan meningkatkan derajat kesehatan masyarakat miskin melalui:

1) Memberikan subsidi pembiayaan kesehatan bagi masyarakat miskin

dan rentan;

2) Mendorong peningkatan cakupan pelayanan kesehatan ibu, bayi,

balita kesehatan sekolah, kesehatan kerja dan asusila;

3) Meningkatkan pelayanan kesehatan masyarakat miskin;

4) Meningkatkan kualitas dan kuantitas sarana prasarana kesehatan;

5) Meningkatkan perilaku dan kemandirian masyarakat pada upaya

(21)

17 institusi melalui kemitraan, peningkatan mutu pengelolaan dan pelayanan gizi;

7) Membina keluarga berencana dan pelayanan kontrasepsi bagi

keluarga kurang mampu.

c. Pemenuhan bidang pendidikan yang difokuskan pada pemerataan dan

perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi warga miskin melalui:

1) Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendidikan Non Formal Dan Informal Untuk Menggapaikan Layanan Pendidikan Kepada Peserta Didik Yang Tidak Terjangkau Pendidikan Formal;

2) Peningkatan, pemerataan dan perluasan kesempatan memperoleh

pendidikan yang bermutu dan terjangkau di semua jenis, jalur dan jenjang pendidikan;

3) Penuntasan buta huruf dan wajib belajar melalui program Paket A, B

dan C;

4) Pemberian kesempatan bagi anak berprestasi dari keluarga miskin

untuk melanjutkan jenjang pendidikan yang lebih tinggi;

5) Mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan

pendidikan.

d.Pemenuhan layanan infrastruktur dasar, khususnya perumahan yang

diarahkan pada pemenuhan tempat tinggal yang layak bagi warga miskin, melalui :

1) Penyediaan rumah layak dan sehat yang terjangkau bagi warga

miskin;

2) Peningkatan pengetahuan dan kesadaran masyarakat terhadap

konsep rumah sehat;

3) Meningkatkan keswadayaan masyarakat dalam memenuhi kebutuhan

perumahan yang sehat; dan

4) Mendorong investasi swasta dalam pengadaan rumah sehat

sederhana dan terjangkau.

e.Pemenuhan kebutuhan air bersih dan sanitasi bagi warga miskin yang diarahkan pada upaya-upaya meningkatkan akses masyarakat miskin

(22)

18 melalui:

1) Penyediaan sarana air minum yang bersih dan aman;

2) Penyediaan dan peningkatan sanitasi dasar yang layak dan sehat

(pengembangan lingkungan sehat).

f. Pemenuhan lingkungan hidup yang lebih sehat diarahkan pada

penanganan permasalahan infrastruktur dan penataan lingkungan permukiman dan ruang publik yang lebih sehat bagi warga miskin, melalui:

3) Pengendalian dan pengelolaan sampah dan limbah industri maupun

rumah tangga;

4) Penataan lingkungan permukiman yang sehat diantaranya

pembangunan saluran, jalan penghubung antar kelurahan dan jalan penghubung yang meningkatkan produktifitas warga miskin dan ruang terbuka hijau;

5) Pengurangan dampak polusi perkotaan;

6) Pengelolaan dan konservasi sumber daya alam secara berkelanjutan.

g.Pemenuhan peluang kesempatan kerja dan usaha diarahkan pada upaya

pengurangan pengangguran melalui penciptaan dan perluasan

kesempatan kerja dan peningkatan kesejahteran tenaga kerja, peluang berusaha, meningkatkan produktifitas usaha dan meningkatkan produktifitas tenaga kerja dan berusaha serta mendorong usaha ekonomi kreatif. Hal tersebut dilakukan melalui:

1) Menciptakan lapangan kerja antara lain dengan :

a. Peningkatan akses permodalan bagi warga miskin;

b. Pelaksanaan kegiatan padat karya;

c. Peningkatan kesempatan kerja warga miskin.

2) Meningkatan produktifitas tenaga kerja antara lain dengan:

a. Pengembangan kewirausahaan dan pelatihan manajeman bagi

warga miskin;

b. Peningkatan kapasitas kerja warga miskin;

c. Peningkatan akses sumberdaya produktif masyarakat miskin.

h.Pemenuhan hak atas tanah lebih diarahkan pada terlindunginya hak

(23)

19 tersebut dilakukan dengan:

1) Melindungi hak atas tanah bagi warga miskin;

2) memberikan akses kepemilikan tanah sebagai usaha untuk

meningkatkan produktifitas;

3) Optimalisasi pemanfaatan tanah secara terencana dan sesuai

peruntukannya dengan mengacu pada tata ruang daerah.

i. Perwujudan rasa aman dari gangguan keamanan, tindakan kekerasan

goncangan sosial dan bencana diarahkan dengan peningkatan keamanan dan kenyamanan lingkungan, peningkatan iklim politik yang kondusif serta antisipasi atau mitigasi bencana yang memadahi dan responsif. Hal tersebut dilakukan melalui:

1) Peningkatan partisipasi masyarakat dalam pengamanan swakarsa;

2) Penegakan peraturan yang adil dan tidak memihak atau berat sebelah

bagi warga miskin;

3) Penguatan lembaga sosial politik kemasyarakatan;

4) Peningkatan bantuan dan rehabilitasi sosial korban bencana;

5) Peningkatan dan pengembangan sarana mitigasi bencana.

2. Kebijakan untuk mengembangkan kemandirian

Upaya pengembangan kemandirian warga miskin dilakukan melalui berbagai kebijakan yang sifatnya memberdayakan masyarakat, meningkatkan produktifitas dan pengetahuan serta mendorong sinergi dan membangun kemitraan dengan berbagai pihak untuk mempercepat penanggulangan kemiskinan di Kota Salatiga. Penjabaran dari kebijakan ini antara lain:

a. Meningkatkan peran serta kelembagaan di masyarakat untuk terlibat

dalam penanggulangan kemiskinan dan agar mampu mengidentifikasi permasalahan dan potensi masyarakat yang ada dan mampu mempengaruhi proses pengambilan keputusan, baik dalam perencanaan, pelaksanaan dan pengawasan kebijakan publik, serta mampu menjawab permasalahan yang berkembang dalam lingkungannya. Hal tersebut dilakukan melalui:

1)Penguatan kelembagaan masyarakat;

2)Peningkatan partisipasi masyarakat dalam setiap tahapan

(24)

20 prasarana wilayah, proses kelurahan dan institusi kemasyarakatan lainnya.

b. Menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha-usah produktif warga miskin

diarahkan pada peningkatan investasi dalam rangka peningkatan ekonomi daerah, dan pembinaan usaha kecil menengah yang baru memulai maupun yang potensial dan berkembang, dengan memberikan stimulan yang mendukung.

c. Pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak diarahkan pada

peningkatan peran perempuan dalam berbagai strata kehidupan dan peningkatan perlindungan terhadap anak melalui :

1)Peningkatan keterampilan dan pengetahuan perempuan;

2)Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam pembangunan;

3)Perlindungan kekerasan terhadap perempuan dan anak;

4)Peningkatan kelembagaan perempuan dan perlindungan anak

d. Meningkatkan peran Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

dilakukan dengan:

1)Penguatan dasar hukum terbentuknya TKPKD;

2)Penyusunan regulasi percepatan penanggulangan kemiskinan Kota

Salatiga;

3)Peningkatan komitmen anggota TKPKD dan pemangku kepentingan

yang terlibat dalam penanggulangan kemiskinan;

4)Penguatan kelembagaan, melalui konsistensi rencana kerja,

pelaksanaan dan monitoring evaluasi TKPKD;

5)Peningkatan sarana prasarana penunjang kegiatan TKPKD.

e. Membangun kemitraan dalam penanggulangan kemiskinan untuk

meningkatkan keterpaduan pelaksanaan penanggulangan kemiskinan sebagai gerakan moral dan mendorong tanggungjawab bersama dalam melakukan penanggulangan kemiskinan. Hal tersebut ditempuh dengan :

1)Membangun sistem jaringan informasi perencanaan dan pengendalian

pembangunan daerah, mencakup didalamnya informasi dan data kemiskinan yang lebih akurat, resmi, updating dan mudah diakses serta mudah digunakan.

(25)

21 memfasilitasi para pemangku kepentingan untuk melakukan sinergitas penanggulangan kemiskinan.

3)Mendorong terwujudnya partisipasi, transparansi dan akuntabilitas

sebagai dasar pelaksanaan kemitraan sinergis.

3. Kebijakan mewujudkan masyarakat yang bermartabat

Upaya untuk mewujudkan masyarakat yang bermartabat dilakukan dengan berbagai langkah kebijakan dengan mendorong perilaku, budaya masyarakat menjunjung tinggi moral, religiusitas, memiliki akhlak mulia dan menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan, prinsip kemasyarakatan dan menghormati kearifan lokal sehingga mempunyai jati diri dan mampu sejajar dan bersaing dengan daerah lain, langkah-langkah kebijakan yang dilakukan untuk mewujudkan masyarakat yang bermartabat antara lain:

a. Meningkatkan pengamalan kepedulian sosial yang didasari oleh nilai-nilai

kemanusiaan, religiusitas dan kesetiakawanan sosial serta prinsip kemasyarakatan;

b. Pembenahan sistem kemasyarakatan yang bersih dari budaya Korupsi,

Kolusi dan Nepotisme dalam pelaksanaan program penanggulangan kemiskinan;

c. Meningkatkan kesadaran dan kepedulian serta tanggungjawab bersama

para pemangku kepentingan untuk melakukan gerakan moral penanggulangan kemiskinan dengan upaya:

1) Mengkonsolidasikan modal sosial dan modal budaya (kearifan lokal)

yang mampu menjadi nilai tambah ekonomi dan sosial bagi percepatan penanggulangan kemiskinan;

2) Memberikan kesempatan kepada para pemangku kepentingan untuk

lebih berperan aktif dalam penanggulangan kemiskinan;

3) Mendukung upaya tanggungjawab sosial yang dilaksanakan oleh

swasta, perguruan tinggi dan masyarakat.

4) Memberikan penyadaran dan kepedulian akan pentingnya

penanggulangan kemiskinan bagi peningkatan hasil pembangunan serta menciptakan iklim yang kondusif untuk melakukan usaha dan aktifitas masyarakat.

(26)

22 kemiskinan di Kota Salatiga telah mengacu pada RPJPD Kota Salatiga dengan arah pembangunan sebagai berikut:

1. Mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas melalui peningkatan

penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi agar mampu menghadapi perkembangan global dengan tetap berlandaskan pada norma dan nilai - nilai luhur masyarakat;

2. Mewujudkan peningkatan perekonomian daerah yang berbasis pada potensi

lokal yang berorientasi pada ekonomi kerakyatan;

3. Mewujudkan tata kelola pemerintahan yang baik. Terwujudnya tata kelola

Pemerintahan yang baik diarahkan pada aparatur yang semakin berkualitas, profesional, bersih dan bermartabat, serta semakin meningkatnya peran dan fungsi pemerintah dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat didukung oleh infrastruktur dan teknologi maju;

4. Mewujudkan demokrasi yang berdasarkan hukum, bermartabat,

bertanggungjawab dan berkeadilan;

5. Mewujudkan penataan pembangunan yang berwawasan lingkungan;

6. Mewujudkan fasilitas dan utilitas kota.

B. Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah

Dalam rangka percepatan penanggulangan kemiskinan, pada tahun 2011 Pemerintah Kota Salatiga telah menyusun Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) Kota Salatiga dan direview pada tahun 2013. Kemudian pada tahun 2014 ditetapkan dengan Peraturan Walikota Salatiga Nomor 18 Tahun 2014.

Selanjutnya pada tahun 2017, kembali dilakukan review sekaligus penyusunan Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD). Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 14 Peraturan Daerah Kota Salatiga Nomor 5 Tahun 2013 yang menyatakan bahwa Strategi Penanggulangan Kemiskinan Daerah (SPKD) adalah dokumen strategi penanggulangan kemiskinan daerah yang selanjutnya digunakan sebagai rancangan kebijakan pembangunan daerah di bidang penanggulangan kemiskinan dalam proses penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah, sehingga rancangan kebijakan program dan kegiatan yang ada dalam SPKD dapat terakomodir didalam RPJMD Kota Salatiga.

(27)

23 SPKD memuat hal-hal sebagai berikut:

1. Strategi utama Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

2. Target-target peningkatan kesejahteraan yang dirumuskan dalam

RPJMD;

3. Analisis kondisi dimensi-dimensi kemiskinan untuk menentukan prioritas perencanaan Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan;

4. Analisis penganggaran Program Percepatan Penanggulangan Kemiskinan

agar menghasilkan anggaran yang efektif untuk penanggulangan kemiskinan; dan

5. Analisa dan mekanisme pengendalian Program Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan.

Adapun Strategi utama Percepatan Penanggulangan Kemiskinan di Kota Salatiga adalah sebagai berikut:

1. Mengurangi beban pengeluaran masyarakat miskin, yaitu upaya

bantuan sosial berbasis keluarga dan individu, meliputi: memenuhi hak dasar, pengurangan beban hidup, perbaikan kualitas hidup keluarga miskin dan penduduk miskin.

2. Meningkatkan kemampuan dan pendapatan masyarakat miskin, yaitu

upaya pemberdayaan masyarakat, yaitu mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas keluarga miskin dan penduduk miskin.

3. Mengembangkan dan menjamin keberlanjutan usaha mikro dan kecil,

yaitu pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil, yaitu

mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat dengan

memanfaatkan sumberdaya lokal.

4. Mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan,

yaitu program-program lainnya dan sinergitas program penanggulangan kemiskinan, meliputi baik secara langsung baik tidak langsung dapat meningkatkan kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat miskin dan mensinergikan kebijakan dan program penanggulangan kemiskinan pusat, provinsi dan kota.

C. Program dan Kegiatan Penanggulangan Kemiskinan

Kelompok program penanggulangan kemiskinan diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2013 tentang Percepatan Penanggulangan Kemiskinan di Kota Salatiga. Berdasarkan perda tersebut terdapat 3 (tiga) Kelompok Program, yaitu Kelompok Program Bantuan dan Perlindungan Sosial Berbasis

(28)

24 Program Pemberdayaan Usaha Ekonomi Mikro dan Kecil.

1. Kelompok Program Bantuan Sosial Terpadu Berbasis Keluarga

a. Tujuan Program

Kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga bertujuan

untuk memenuhi hak dasar, pengurangan beban hidup, dan

perbaikan kualitas hidup penduduk miskin. Bantuan sosial terpadu berbasis keluarga memiliki karakteristik bantuan langsung tunai bersyarat bagi keluarga miskin, keluarga hampir miskin, dan keluarga rentan miskin.

b. Cakupan Program

Cakupan program pada kelompok program bantuan sosial terpadu berbasis keluarga, antara lain meliputi:

1) Bantuan sosial langsung kepada keluarga sasaran, bantuan

langsung dapat berupa bantuan tunai bersyarat (Program Keluarga Harapan/PKH), Bantuan Langsung Bersyarat (conditional cash transfer), bantuan langsung dalam bentuk barang, misalnya pemberian beras bagi masyarakat miskin (raskin), serta bantuan bagi kelompok masyarakat rentan, seperti mereka yang cacat, lansia, yatim/piatu dan sebagainya;

2) Bantuan pendidikan berupa beasiswa dan pendidikan anak usia dini;

3) Bantuan kesehatan termasuk penyuluhan bagi orang tua berkaitan

dengan kesehatan dan gizi (parenting education) melalui pemberian pelayanan kesehatan yang ditunjuk.

c. Sasaran Program

Keluarga miskin, keluarga hampir miskin, dan keluarga rentan miskin.

d. Jenis Program/Kegiatan

1) Program Pemberdayaan Fakir Miskin, Komunitas Adat Terpencil

(KAT) dan PMKS lainnya, dengan kegiatan Pelatihan Ketrampilan Berusaha Bagi Keluarga Miskin. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Sosial.

2) Program Pelayanan dan Rehabilitasi Kesejahteraan Daerah, dengan

kegiatan sebagai berikut:

a) Fasilitasi Pemberian Bantuan Pangan

b) Pelaksanaan KIE Konseling dan Kampanye Sosial Bagi PMKS

c) Pendayagunaan Para Penyandang Cacat Dan Eks Trauma

(29)

25 Sosial.

3) Program Perlindungan Dan Jaminan Sosial, dengan kegiatan

sebagai berikut:

a) Fasilitasi Pelaksanaan Program Keluarga Harapan

b) Jaminan Sosial Keluarga

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Sosial.

4) Program Penanganan Fakir Miskin, dengan kegiatan Penangan Fakir

Miskin Perkotaan. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Sosial.

5) Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, dengan kegiatan

Pemberian beasiswa kurang mampu. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pendidikan.

6) Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan),

dengan kegiatan Pengembangan Cadangan Pangan Daerah. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pangan.

7) Program Kemitraan Peningkatan Pelayanan Kesehatan, dengan

kegiatan Kemitraan Asuransi Kesehatan Masyarakat. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Kesehatan.

8) Program Peningkatan Keselamatan Ibu Melahirkan Anak, dengan

kegiatan Penyelenggaraan Jaminan Persalinan. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Kesehatan.

2. Kelompok Program Pemberdayaan Masyarakat

a. Tujuan Program

Kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat bertujuan untuk mengembangkan potensi dan memperkuat kapasitas keluarga miskin dan penduduk miskin.

Program pada kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat memiliki ciri sebagai berikut:

1) Masyarakat terlibat langsung dalam kegiatan pembangunan, dari

mulai tahap perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, serta pemeliharaan dan pelestariannya;

(30)

26 masyarakat di tingkat desa/kelurahan secara transparan dan akuntabilitas; dan

3) Pemerintah menyediakan tenaga pendampingan (technical

assistance) secara berjenjang dari mulai tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, dan tingkat pusat.

b. Cakupan Program

Cakupan bidang kegiatan program pada kelompok program penanggulangan kemiskinan berbasis pemberdayaan masyarakat meliputi:

1) Peningkatan peran serta masyarakat dalam pembangunan

infrastruktur pendukung sosial ekonomi di tingkat kelurahan;

2) Peningkatan kapasitas bagi keluarga miskin dan penduduk

miskin yaitu upaya untuk mengembangkan kemampuan dasar dan kemampuan berusaha keluarga miskin dan penduduk miskin antara lain melalui pelatihan ketrampilan dan bantuan permodalan melalui kelompok usaha bersama (KUBE).

c. Sasaran Program

Penerima manfaat adalah kelompok masyarakat yang dikategorikan miskin, hampir miskin, dan rentan miskin.

d. Jenis Program/Kegiatan

1) Program Peningkatan Kemampuan Teknologi Industri, dengan

kegiatan Pembinaan Kemampuan Teknologi Industri. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja.

2) Program Peningkatan Kualitas dan Produktivitas Tenaga Kerja,

dengan kegiatan Pelatihan Ketrampilan Kerja Masyarakat. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Perindustrian dan Tenaga Kerja.

3) Program Pengembangan dan Budaya Baca dan Pembinaan

Perpustakaan, dengan kegiatan sebagai berikut:

a) Pemasyarakatan minat dan kebiasaan membaca untuk

mendorong terwujudnya masyarakat pembelajar

b) Supervisi, Pembinaan dan Stimulasi pada Perpus Umum, Khusus,

Sekolah, Masyarakat

c) Penyediaan Bantuan Pengembangan Perpustakaan dan Minat

(31)

27

e) Penyediaan Bahan Pustaka Perpustakaan Umum Daerah

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Perpustakaan dan Kearsipan.

4) Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat, dengan kegiatan

Penyelenggaraan Diklat Teknis Masyarakat/Pelatihan Merajut. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Kecamatan Sidomukti.

5) Pembinaan Kelompok Masyarakat Pembangunan Desa. Program

dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Kecamatan Argomulyo.

6) Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat, dengan kegiatan

sebagai berikut:

a) Penyelenggaraan Diseminasi Informasi bagi Masyarakat Desa

b) Kelurahan Gendongan

-Pelatihan Baki Lamaran

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Kecamatan Tingkir.

7) Program Pembinaan Kelompok Masyarakat Pembangunan Desa,

dengan kegiatan sebagai berikut:

a) Pelatihan Pengelolaan Sampah

b) Pelatihan Pengelolaan Limbah Plastik

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Kecamatan Sidorejo.

3. Kelompok Program Pemberdayaan UMKM

a. Tujuan Program

Kelompok program pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil bertujuan untuk mempercepat pembangunan ekonomi masyarakat dengan memanfaatkan sumber daya lokal.

b. Cakupan Program

Cakupan kelompok program penanggulangan kemisikinan berbasis pemberdayaan usaha kecil dan mikro antara lain dalam bentuk:

1) Penguatan kelembagaan ekonomi mikro dan kecil yaitu penguatan

kelembagaan yang dilakukan melalui:

a)Pendataan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) dan Kecil bukan bank dan bukan koperasi;

(32)

28 belum berbadan hukum; dan

c)Pembinaan dan pengawasan terhadap Lembaga Keuangan Mikro

(LKM).

2) Perluasan akses permodalan bagi keluarga miskin dan penduduk

miskin pelaku usaha mikro dan kecil melalui upaya meningkatkan jumlah kredit dan debitur usaha mikro dan kecil.

c. Sasaran Program

Usaha Kecil Menengah (UKM), koperasi, dan Pedagang Kaki Lima yang ada di Kota Salatiga.

d. Jenis Program/Kegiatan

PD pengampu Kelompok Program Pemberdayaan UMKM sesuai dengan tugas pokok dan fungsi adalah Disperindgkop dan UMKM karena membidangi pemberdayaan industri dan koperasi, termasuk usaha mikro, kecil dan menengah.

Adapun program dan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai

berikut:

1) Program Pembinaan Pedagang Kaki Lima dan Asongan, dengan

kegiatan sebagai berikut:

a) Penyuluhan Peningkatan Disiplin Pedagang Kaki Lima dan

asongan

b) Pembinaan Pedagang Rakyat/Tradisional

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Perdagangan.

2) Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif

UKM, dengan kegiatan Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.

3) Program Penciptaan Iklim Usaha UKM yang Kondusif, dengan

kegiatan Penguatan Ekonomi Masyarakat di Lingkungan Industri Hasil Tembakau dalam rangka Pengentasan Kemiskinan. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.

4) Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi, dengan

kegiatan Peningkatan dan pengembangan jaringan kerjasama usaha koperasi. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.

(33)

29

4. Kelompok Program Pendukung Lainnya

a. Tujuan Program

Kelompok Program Lainnya brtujuan untuk meningkatkan akses

masyarakat marginal terhadap keteresediaan elayanan dasar perkotaan yang tidak termasuk dalam ketiga kelompok program lainnya. Dalam konteks penanggulangan kemiskinan di Kota Salatiga Kelompok Program Lainnya memilik karakteristik berupa ketersediaan sarana dan prasarana pendukung berupa infrastruktur perkotaan yang dapat mendukung akses masyarakat marginal maupun keluarga penerima manfaat terhadap sarana dan prasaranan pelayanan dasar perkotaan.

b. Cakupan Program

Cakupan program pada Kelompok Program lainnya meliputi

berbagai programm yang berkaitan dengan infrastuktur perkotaan, antara lain meliputi:

1)Pembangunan jalan dan pemeliharaan jalan

2)Pembengunan dan pemeliharaan irigasi/saluran drainase

3)Pembangunan Rumah Tidak Layak huni

4)Penyediaan sanitasi

c. Sasaran Program

Dalam implementasi Kelompok Program Lainnya, yang menjadi sasaran adalah masyarakat/komunitas ataupun wilayah. Hal tersebut

disebabkan karena aspek infrastruktur perkotaan yang

menunjangpelayanan dasar perkotaan tidak hanya berkaitan dengan individu ataupun masyarakat akan tetapi juga dengan aksesibilitas suatu wilayah. Hal tersebut disebabkan karena kemiskinan juga mempunyai relasi yang cukup erat dengan keterisoliran dan degradasi kualitas lingkungan dimana masyarakat tersebut berada, sehingga salah satu upaya menanggulangi kemiskinan dapatdilakukandengan mengurangi disparitas antar wilayah dengan meningkatkanketersediaan infrastuktur perkotaan yang layak.

d. Jenis Program/Kegiatan

OPD pengampu Kelompok Program Pendukung lainnya

Adapun program dan kegiatan yang dilaksanakan adalah sebagai berikut:

1) Program Peningkatan peran serta dan kesetaraan gender dalam

(34)

30 kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

2) Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat, dengan kegiatan

sebagai berikut:

a) Pemberdayaan Lembaga dan Organisasi Masyarakat Perdesaan

b) Pelaksanaan TMMD

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

3) Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat,

dengan kegiatan Peningkatan Pemanfaatan Sarana Kesehatan. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak.

4) Program Peningkatan Produksi Pertanian/Perkebunan, dengan

kegiatan Penyuluhan Peningkatan Produksi Pertanian / Perkebunan. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pertanian.

5) Program Penciptaan Iklim Usaha Kecil Menengah Yang Kondusif,

dengan kegiatan Penguatan Ekonomi Masyarakat di Lingkunagn Industri Hasil Tembakau Dalam Rangka Pengentasan Kemiskinan. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pertanian.

6) Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar Sembilan Tahun, dengan

kegiatan sebagai berikut:

a) Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS)

b) Penyediaan Bantuan Operasional Sekolah (BOS) jenjang

SD/MI/SDLB dan SMP/MTs

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pendidikan.

7) Program Pendidikan Non Formal, dengan kegiatan sebagai berikut:

a) Pengembangan Pendidikan Kecakapan Hidup

b) Penyelenggaran Paket A setara SD

c) Penyelenggaraan Paket B setara SMP

d) Penyelenggaraan Paket C setara SMU

e) Pengembangan Pendidikan Keaksaraan

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pendidikan.

(35)

31 sebagai berikut: a) Pembangunan Jalan b) Pembangunan Jembatan c) Peningkatan Jalan d) Pembangunan Trotoar

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

9) Program Pembangunan Saluran Drainase/ Gorong-gorong, dengan

kegiatan Pembangunan Saluran Drainase/ Gorong-gorong. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

10)Program Pembangunan Turap/ Talud/ Bronjong, dengan kegiatan

Pembangunan Turap/ Talud/ Bronjong. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

11)Program Pengembangan dan Pengelolaan Jaringan Irigasi, Rawa

dan Jaringan Lainnya, dengan kegiatan Rehabilitasi / pemeliharaan jaringan irigasi. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

12)Program Penyediaan dan Pengelolaan Air Baku, dengan kegiatan

Peningkatan distribusi penyedia air baku. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

13)Program Pengembangan Kinerja Pengelolaan Air Minum dan Air

Limbah, dengan kegiatan Penyediaan prasarana dan sarana air limbah. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

14)Program Rehabilitasi/ Pemeliharaan Saluran Drainase/

Gorong-gorong, dengan kegiatan Rehabilitasi/ Pemeliharaan Saluran Drainase/ Gorong-gorong. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang.

15)Progran Penataan Administrasi Kependudukan, dengan kegiatan

Pengembangan Sistem Administrasi Kependudukan (SAK) terpadu. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

(36)

32

a) Pelayanan KIE

b) Peningkatan kualitas Pelayanan KB

c) Penyediaan Biaya Operasional KB

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.

17)Program Kesehatan Reproduksi Remaja, dengan kegiatan

Memperkuat Dukungan dan Partisipasi Masyarakat. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.

18)Program Pembinaan Peran Serta Masyarakat dalam Pelayanan

KB/KR Yang Mandiri, dengan kegiatan Fasilitasi Pembentukan Kelompok Masyarakat Peduli KB. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.

19)Program Promosi Kesehatan Ibu bayi dan Anak melalui Kelompok

Kegiatan Di masyarakat, dengan kegiatan Penyuluhan Kesehatan Ibu bayi dan Anak Melalui Kelompok kegiatan di Masyarakat. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.

20)Program Penyiapan Tenaga Pendamping Kelompok Bina Keluarga,

dengan kegiatan Pelatihan Tenaga pendamping Kelompok Bina Keluarga Di Kecamatan. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.

21)Program Pengembangan Bahan Informasi Tentang Pengasuhan

dan Pembinaan Tumbuh Kembang Anak, dengan kegiatan

Pengumpulan Bahan Informasi tentang Pengasuhan dan

pembinaan Tumbuh Kembang Anak. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.

22)Program Pengembangan Pusat Pelayanan dan Informasi dan

Konseling KRR, dengan kegiatan Fasilitasi Forum Perlayanan KRR Bagi kelompok Sebaya di Luar Sekolah. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.

(37)

33 Pemasangan Kontrasepsi. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana.

24)Program Pengembangan Kinerja Pengolahan Sampah, dengan

kegiatan Bimtek Persampahan. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Lingkungan Hidup.

25)Program Lingkungan Sehat Perumahan, dengan kegiatan Penataan

Lingkungan Permukiman Penduduk Perkotaan. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman.

26)Program Pemberdayaan Komunitas Perumahan, dengan kegiatan

Fasilitas Pembangunan Prasarana dan Sarana Dasar Pemukiman Berbasis Masyarakat. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Perumahan dan Kawasan Permukiman.

27)Program Peningkatan Diversifikasi dan Ketahanan Pangan

Masyarakat, dengan kegiatan sebagai berikut:

a) Pengembangan Penganekaragaman Konsumsi dan Keamanan

Pangan

b) Dukungan manajemen dan Teknis Lainnya Badan Ketahanan

Pangan

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Pangan.

28)Program Peningkatan Ketahanan Pangan (Pertanian/Perkebunan),

dengan kegiatan sebagai berikut:

a) Penanganan Daerah Rawan Pangan

b) Analisis dan Penyusunan Pola Konsumsi dan Suplai Pangan

c) Pemanfaatan Pekarangan untuk Pengembangan Pangan

d) Pemantauan dan Analisis Akses Pangan Masyarakat

e) Pemantauan dan analisis harga pangan pokok

f) Pengembangan Cadangan Pangan Daerah

g) Pengembangan Desa mandiri Pangan

h) Pengembangan lumbung pangan desa

i) Peningkatan Mutu dan Keamanan Pangan

j) Penyuluhan Sumber Pangan Alternatif

(38)

34 Pangan.

29)Program Peningkatan Keberdayaan Masyarakat, dengan kegiatan

Penyelenggaraan Diklat Teknis Masyarakat/Pelatihan Merajut. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Kecamatan Sidomukti.

30)Program Kemitraan Pengobatan Bagi Masyarakat, dengan kegiatan

Kemitraan Pengobatan Bagi Masyarakat. Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Kesehatan.

31)Program Upaya Kesehatan Masyarakat, dengan kegiatan sebagai

berikut:

a) Perbaikan Gizi Masyarakat

b) Penyelenggaraan pencegahan dan pemberantasan penyakit

menular dan wabah

c) Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan BKOM

d) Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan BKPM

e) Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan Puskesmas Sidorejo Lor

f) Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan Puskesmas Sidorejo

Kidul

g) Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan Puskesmas Cebongan

h) Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan Puskesmas Tegalrejo

i) Penyediaan biaya operasional Kesehatan Puskesmas Kalicacing

j) Penyediaan Biaya Operasional Kesehatan Puskesmas Mangunsari

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Kesehatan.

32)Program Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan masyarakat,

dengan kegiatan sebagai berikut:

a) Pengembangan media promosi dan informasi sadar hidup sehat

b) Penyuluhan masyarakat Pola Hidup Sehat

c) Penyelenggaraan Pemberdayaan Upaya Kesehatan Berbasis

Masyarakat

Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Kesehatan.

33)Program Pengembangan Sistem Pendukung Bagi UMKM, dengan

kegiatan Penyelenggaraan Promosi Produk Usaha Mikro Kecil Menengah, Program dan kegiatan ini dilaksanakan dan diampu oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah.

(39)

35

BAB IV

PELAKSANAAN PROGRAM PENANGGULANGAN KEMISKINAN

Dalam rangka meningkatkan sinkronisasi, harmonisasi dan integrasi pelaksanaan strategi dan program penanggulangan kemiskinan di Kota Salatiga, telah dibentuk Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK), Sekretariat TKPK, Kelompok Kerja (Pokja) TKPK dan Kelompok Program TKPK dengan Keputusan Walikota Salatiga Nomor 054-05/146/2019. Hasil kegiatan TKPK pada tahun 2019 adalah sebagai berikut :

A.Berdasarkan publikasi BPS Kota Salatiga bulan November 2018, angka

kemiskinan Kota Salatiga tahun 2018 sebesar 4,84% dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 9.240 jiwa.Hal ini menunjukkan bahwa angka kemiskinan dan jumlah penduduk miskin mengalami penurunan, dimana pada tahun 2017 sebesar 5,07% dan dengan jumlah penduduk miskin sebanyak 9.550 jiwa.

B.Optimalisasi Kelembagaan TKPK

1. Koordinasi TKPK

a. Koordinasi TKPK dilaksanakan pada tanggal 26 November 2019

bertempat di Ruang Perencanaan Bapelitbangda.

b. Koordinasi dipimpin oleh Kepala Bapelitbangda selaku Sekretaris TKPK.

c. Hasil Koordinasi TKPK pada tanggal 26 November 2019 sebagai berikut:

(1)Pembentukan TKPK di tingkat basis dengan 1 kelurahan sebagai uji

coba dalam rangka penguatan potensi kelurahan sebagai pengungkit upaya penanggulangan kemiskinan.

(2)Melakukan integrasi program pada tahap pelaksanaan dan sinergi

antar pelaku (pemerintah daerah, dunia usaha dan masyarakat) melalui multi stakeholder partnership dengan dunia usaha dan perguruan tinggi sebagai salah satu prinsip dalam pembangunan berkelanjutan.

(3)Mengoptimalkan koordinasi antar program-program penanggulangan

kemiskinan pada organisasi perangkat daerah.

2. Kelompok Program Pemberdayaan UMKM

a. Koordinasi Pokgram Pemberdayaan UMKM dilaksanakan pada tanggal 17

Juli dan 17 September 2019 bertempat di Ruang Perencanaan Bapelitbangda.

(40)

36

b. Koordinasi dipimpin Asisten Perekonomian dan Pembangunan selaku

Ketua Pokgram Pemberdayaan UMKM.

c. Hasil Koordinasi Pokgram Pemberdayaan UMKM sebagai berikut:

(1)Bahwa masih terdapat beberapa permasalahanyang dihadapi dalam

upaya pemberdayaan UMKM, antara lain masih rendahnya akses permodalan dan belum optimalnya penguatan kapasitas kelembagaan koperasi dan UMKM.

(2)Perlu untu menggali lebih dalam potensi dan kebutuhan masyarakat

melalui FGD ataupun ketika pelaksanaan verifikasi dan validasi data kemiskinan.

(3)Menjalin kerjasama dengan perguruan tinggi melalui program KKN

mahasiswa dalam upaya menggali informasi dan potensi di wilayah.

3. Koordinasi Kelompok Kerja (Pokja) Data TKPK

a. Koordinasi dilaksanakan pada tanggal 26 Februari dan 5 November 2019.

b. Koordinasi dipimpin oleh Kabid Perencanaan Kesra Bapelitbangda selaku

Ketua Pokja.

c. Hasil/Rekomendasi

(1)Melaksanakan verifikasi dan validasi Basis Data Terpadu 2019 oleh

Dinas Sosial selaku leading sector.

(2)Mekanisme verifikasi dan validasi data terpadu menggunakan aplikasi

SIKS-NG. Adapun pelaksanaan verifikasi dan validasi tersebut menggunakan android sehingga diperoleh hasil secara realtime.

(3)Adanya sinergi antara Dinas Sosial dengan Dinas Perumahan dan

Kawasan Permukiman terkait penyediaan data Rumah Tidak Layak Huni (RTLH).

4. Koordinasi Pokja Kemitraan TKPK

a. Rapat Koordinasi Pokja Kemitraan TKPK dilaksanakan pada tanggal 11

Juli dan 17 September 2019

b. Hasil/Rekomendasi :

(1)Bahwa selama ini penyaluran dana CSR kurang terkoordinasi

sehingga kurang mengarah pada sasaran dalam upaya

penanggulangan kemiskinan.

(2)Menindaklanjuti hal tersbut, perlunya inventarisasi data kemiskinan

(41)

37

adanya database perusahaan/BUMN/BUMD yang menyalurkan dana CSR ke Kota Salatiga.

5. Koordinasi Sekretariat TKPK

a. Koordinasi Sekretariat TKPK tanggal 15 Mei 2019

b. Tujuan rapat

(1)Menyusun program kerja tim koordinasi penanggulangan kemiskinan.

(2)Menyajikan informasi tentang pelaksanaan program.

c. Hasil/rekomendasi:

(1)Sekretariat TKPK agar lebih intensif dlam koordinasi mendukung

kinerja TKPK.

(2)Monev pronangkis dilakukan secara simultan dengan kelompok kerja

maupun kelompok program.

(3)Hasil monev disinkronkan dengan koordinasi kelompok kerja dan

kelompok program.

C.Terlaksananya Focus Group Discussion penanggulangan kemiskinan. Fokus

Group Discussion penanggulangan kemiskinan diselenggarakan pada: Hari/tanggal :

Jam : 09.00 WIB - selesai

Tempat : 2 (Dua) Kelurahan: Randuacir dan Kauman Kidul

Fasilitator : Dr. Royke R. Siahaenenia

Hasil/Rekomendasi:

1. Isu Strategis dalam FGD Randuacir

a. Optimal potensi sektor peternakan

b. Potensi Susu di RW I, II, V

c. Akses terhadap modal

d. Akses jejaring

e. Lembaga lokal yang berperan utama

f. Pemberdayaan Masyarakat

g. Lokasi bekas pasar yang tidak berfungsi

2. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian hasil FGD Randuacir:

a. Penetuan aktor utama/lembaga yang jadi trigger dalam pegembangan

potensi kampung susu

(42)

38

c. Akses terhadap aktor lain, seperti Perguruan Tinggi untuk branding dan

advokasi

d. Penguatan kelembagaan Pendamping melalui forum koordinasi antar

pendamping/fasilitator

e. Keberlanjutan Program.

3. Isu Strategis dalam FGD Kauman Kidul

a. Optimal potensi sektor pertanian, ukm, dan pariwisata

b. Potensi wisata tubing

c. Potensi UKM mendukung wisata tubing

d. Agrowisata dan Potensi Pangan

e. Zonasi Potensi Kelurahan

f. Akses terhadap modal dan jejaring

g. Lembaga lokal yang berperan utama

h. Pemberdayaan Masyarakat

4. Beberapa hal yang perlu menjadi perhatian hasil FGD Kauman Kidul:

a. Penguatan kelambagaan kunci (Kelembagan Kunci oleh Pokdarwis

Sitalang)

b. Pembentukan dan intensifkan forum yang ada yaitu Forum Sitalang

c. Penguatan peran pendamping antara lain dari perguruan tinggi (kaitkan

dengan PLT Fiskom UKSW)

d. Branding terhadap potensi sektor wisata alternatif (dilakukan oleh

Fiskom UKSW)

5. Dari hasil FGD selama 2 (dua) hari di Kelurahan Randuacir dan Kauman

Kidul terdapat benang merah antara hasil di 2 kelurahan tersebut, antara lain:

a. Perlu adanya penguatan relasi antara Pendamping, Masyarakat dan

Pemerintah Daerah melalui sebuah forum lokal (Forum Pembangunan di Randuacir dan Forum Sitalang di Kauman Kidul)

b. Penguatan kelembagaan Utama yang jadi triger bagi penguatan potensi

masyarakat dan wilayah

c. Pembagian peran dengan non state actor, terutama dikaitkan dengan

peran perguruan tinggi

d. Keberlanjutan Program, orientasi pada jangka panjang

e. Perubahan mindset dan culture-set (agar tidak tergantung pada

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

syeikh Ahmad bin Yusuf bin Muhammad al Ahdal dalam kitab al Ahlak. az Zakiyyah fi Adabit Tholib

Anggaran 2017 yang saat ini telah sampai pada tahap pembuktian kualifikasi dokumen, maka dengan ini kami mengundang saudara selaku Calon Penyedia yang memasukan dokumen

Menanggapi hal itu kami Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi Menanggapi hal itu kami Himpunan Mahasiswa Sistem Informasi UNIKOM mengadakan Penyuluhan Pendidikan dan

Dapat kami tarik kesimpulan bahwa tabayyun dalam tafsir tersebut merupakan kegiatan penerimaan informasi dengan tidak tergesa-gesa percaya pada sebuah berita,

Hal yang dilakukan dalam penelitian ini adalah melakukan text mining pada postingan mengenai sistem e-Tilang pada media sosial Twitter menggunakan algoritma

Berdasarkan latar belakang dan pertanyaan penelitian maka dapat dirumuskan bahwa tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan bukti empiris melalui penelitian eksperimen

Berdasarkan dari hasil analisis korelasi kendal tau didapatkan bahwa = .288 dan p = .000 (p < .001) artinya terdapat hubungan negatif yang signifikan antara

Suatu proyek pembangunan akan sangat memperhatikan aspek waktu dan biaya pelaksanaan pekerjaan, karena hal ini sangat erat hubungannya dengan tujuan pencapaian kondisi ekonomis dalam