• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENGKAJIAN PEMBUATAN EMPING JAGUNG DARI TIGA VARIETAS DENGAN DUA TEKNIK PEMBUATAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "PENGKAJIAN PEMBUATAN EMPING JAGUNG DARI TIGA VARIETAS DENGAN DUA TEKNIK PEMBUATAN"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

530 Ss. Antarlina dan Amik Krismawati : Pengkajian Pembuatan Emping Jagung dari Tiga Varietas dengan Dua Teknik Pembuatan

PENGKAJIAN PEMBUATAN EMPING JAGUNG DARI TIGA VARIETAS DENGAN DUA TEKNIK PEMBUATAN

SS. Antarlina dan Amik Krismawati

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jawa Timur

ABSTRAK

Emping jagung merupakan produk diversifikasi pangan yang dapat mendukung pengembangan agroindustri pedesaan dan meningkatkan nilai tambah. Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan kombinasi varietas jagung dan cara pembuatan emping bermutu. Pengkajian dilakukan di Desa Klampok, Kecamatan Tongas, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur. Pembuatan emping jagung dikerjakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT). Varietas jagung yang digunakan adalah Bisi-2, Bisi-16, dan NK-99. Emping jagung di buat dengan dua cara. Cara I adalah perendaman sekitar 15 jam (semalam), perebusan, pemipihan, dan pengeringan. Cara II adalah perebusan biji jagung, perendaman sekitar 15 jam (semalam), perebusan, pemipihan, dan pengeringan. Rancangan percobaan acak kelompok, dengan enam perlakuan, dan tiga ulangan. Pengamatan terhadap karakteristik fisik tongkol dan biji jagung, komposisi kimia emping jagung, dan uji organoleptik emping jagung goreng. Komposisi kimia emping jagung dari tiga varietas tersebut tidak berbeda. Rendemen emping jagung yang dihasilkan berkisar antara 84-98%. Hasil uji organoleptik menunjukkan warna, aroma, tingkat kerenyahan, dan rasa emping jagung cukup disukai, meskipun perlu perbaikan cara pemberian bumbu karena tidak merata, sehingga beberapa emping terasa hambar dan sebagian terlalu asin. Pada dasarnya ketiga varietas jagung dapat diolah menjadi emping jagung, namun cara II (perebusan diawal) menghasilkan emping jagung yang lebih baik kualitasnya.

Kata kunci: Jagung, varietas, emping, karakteristik fisik, komposisi kimia, uji organoleptik

PENDAHULUAN

Jagung di Indonesia merupakan bahan pangan sumber karbohidrat kedua setelah beras. Selain sebagai bahan makanan pokok, jagung merupakan bahan baku berbagai industri. Beberapa produk olahan dari jagung telah umum dikenal oleh masyarakat, terutama masyarakat pedesaan yang mengkonsumsi jagung sebagai makanan pokok. Jagung dapat dikonsumsi dalam tiga bentuk yaitu makanan pokok, lauk-pauk dan makanan kecil. Jagung dapat dijadikan berbagai macam olahan.

Produk yang paling umum dikenal adalah jagung bakar dan rebus yang diolah dari jagung muda. Biji jagung dapat diolah menjadi minyak, gula cair,

cornflake, tortila, kerupuk, pati, tepung, dan berbagai macam kue termasuk makanan tradisional. Tepung jagung dapat digunakan sebagai bahan baku berbagai kue/roti, sedangkan pati jagung dapat digunakan antara lain dalam industri tekstil, untuk membuat dekstrin, bahan baku lem, sabun, dan sirup gula. Selain sebagai bahan pangan, jagung mempunyai potensi sebagai bahan baku industri makanan, minuman, kimia, farmasi dan industri lainnya (Direktorat Serealia 2001; Sumaryanto dan Rusastra 1991).

Jagung dapat diolah menjadi berbagai produk olahan, sehingga mempunyai banyak pilihan produk olahan yang dapat dikembangkan.

(2)

531 Seminar Nasional Serealia 2011

Produk olahan yang akan dipilih perlu dipertimbangkan dari berbagai faktor, antara lain: (1) ketersediaan sumber bahan mentah, (2) produk olahan yang mempunyai nilai tambah tinggi, dan (3) peralatan yang mudah dioperasionalkan, harga terjangkau dan kapasitas sesuai untuk skala rumah tangga (Bahtiar 2007; Suhardjo 2006).

Salah satu jenis olahan jagung yang potensial untuk pengembangan industri pangan di perdesaan adalah emping jagung. Emping jagung atau marning gepeng adalah biji jagung rebus yang dipres tipis (dipipihkan) dan dikeringkan, bentuknya seperti emping dari biji belinjo. Di negara barat emping jagung ini disebut corn flake. Emping jagung mempunyai rasa netral, untuk menambah variasi rasa dapat diberi tambahan rasa lain yaitu rasa manis atau diberi bumbu tabur yang banyak dijual di pasaran, seperti rasa keju, kaldu ayam, daging panggang, balado, dan lai-lain. Emping jagung ini juga dapat dimakan dengan menuangkan susu di atasnya dan biasanya digunakan untuk sarapan. Cara seperti ini di Indonesia belum membudaya. Meskipun demikian keberadaan emping jagung di Indonesia dewasa ini semakin berkembang dan berdampak positif dalam usaha diversifikasi menu makanan.

Teknologi pembuatan emping jagung dapat dikembangkan di perdesaan karena pada umumnya masyarakat perdesaan telah banyak mengenal pembuatan emping dari belinjo. Oleh karena itu adopsi teknologi ini tidak akan mengalami banyak kesulitan.

Pengkajian bertujuan untuk mendapatkan kualitas emping jagung dari tiga varietas dengan menggunakan dua teknik pembuatannya.

BAHAN DAN METODE Waktu dan Lokasi

Pengkajian dilaksanakan pada tahun 2009, di Desa Klampok, Kecamatan Tongas, Kabupaten

Probolinggo, Jawa Timur. Pengkajian dilaksanakan oleh Kelompok Wanita Tani (KWT) Arumanis, yang dibagi dalam 3 kelompok, masing-masing kelompok melakukan pembuatan emping jagung sebanyak tiga varietas dan dua cara teknik pembuatan.

Bahan dan Peralatan

Bahan utama pada pembuatan emping jagung adalah biji jagung, kapur tohor, dan bumbu (garam, bawang putih dan penyedap). Jagung diperoleh dari pertanaman petani di lokasi pengkajian. Varietas jagung yang digunakan adalah Bisi-2, Bisi-16, dan NK-99. Peralatan utama yang diperlukan adalah alat pengepres biji jagung menggunakan motor untuk memipihkan. Peralatan tambahan yang lain adalah dandang, panci, baskom, alas untuk menjemur (tampah), kompor, dan wajan.

Rancangan Percobaan

Rancangan percoaan acak kelompok, enam perlakuan dan tiga ulangan. Perlakuan terdiri dari:

(1) varietas Bisi-2 diolah dengan cara I (2) varietas Bisi-2 diolah dengan cara II (3) varietas Bisi-16 diolah dengan cara I (4) varietas Bisi-16 diolah dengan cara II (5) varietas NK-99 diolah dengan cara I (6) varietas NK-99 diolah dengan cara II

Data yang dikumpulkan adalah karakteristik fisik jagung dari tiga varietas, komposisi kimia emping jagung goreng, dan rendemen emping jagung. Uji organoleptik terhadap emping jagung setelah digoreng, dengan metode uji kesukaan (Hedonic Test), jumlah panelis 20 orang.

Pembuatan Emping Jagung

Proses pembuatan emping jagung pada dasarnya sangat sederhana, yaitu menghilangkan kulit ari biji jagung, pemasakan, pemipihan, pengeringan dan penggorengan. Pada pengkajian ini, pembuatan emping jagung menggunakan dua cara. Perbedaan dua cara tersebut

(3)

532 Ss. Antarlina dan Amik Krismawati : Pengkajian Pembuatan Emping Jagung dari Tiga Varietas dengan Dua Teknik Pembuatan

adalah pada proses awal, yaitu cara I biji jagung direndam satu malam kemudian direbus, cara II biji jagung direbus terlebih dahulu kemudian direndam satu malam, sedangkan proses lanjutannya dari kedua cara tersebut sama, secara rinci adalah sebagai berikut.

Cara I (Gambar 1):

1. Biji jagung dibersihkan, direndam dalam air kapur 3% selama ±12 jam (satu malam), untuk memudahkan menghilangkan kulit luarnya.

2. Kemudian direbus dengan rendaman air kapur hingga setengah matang, sekitar 1 jam.

3. Dicuci hingga bersih dan menghilangkan kulit arinya.

4. Direbus lagi hingga matang, sekitar 2 jam, perebusan dihentikan apabila di bagian dalam biji jagung sudah tidak nampak warna putih.

5. Kemudian dilakukan pemipihan menggunakan alat pemipih bermotor sehingga biji jagung gepeng.

6. Penjemuran dan pemberian bumbu dengan cara dipercikkan pada emping (garam, bawang putih, penyedap rasa) sesuai selera.

7. penjemuran menggunakan alas di bawah sinar matahari selama 2 hari, atau pengeringan dalam oven pada suhu 50oC selama 12 jam, hingga

kering.

8. Setelah emping jagung kering dikemas dalam kantong plastik, atau digoreng kemudian dilanjutkan pengemasan dalam kantong plastik (emping jagung goreng), dan siap dipasarkan. Pengemasan menggunakan kantong plastik PP dengan ketebalan 0,08 mm.

Biji Jagung

Rendam dalam air kapur 3% Selama satu malam ( 12 jam)

Rebus bersama rendaman air kapur hingga setengah matang ( 1 jam) Cuci bersih, hilangkan kulitnya

Rebus hingga matang

Pemipihan biji jagung menggunakan alat pemipih

Penjemuran ( 2 hari) / Pengeringan dengan oven (500C, 12 jam) Pemberian bumbu

Emping jagung kering (mentah)

Penggorengan Emping jagung goreng

Pengemasan

(4)

533 Seminar Nasional Serealia 2011

Cara II (Gambar 2):

1. Biji jagung direbus menggunakan air kapur 3 % hingga setengah matang, sekitar 1 jam.

2. Kemudian direndam dalam air kapur rebusan tersebut selama ± 12 jam (satu malam), untuk memudahkan menghilangkan kulit luarnya.

3. Dicuci hingga bersih dan menghilangkan kulit arinya.

4. Direbus lagi hingga matang, sekitar 2 jam, perebusan dihentikan apabila di bagian dalam biji jagung sudah tidak nampak warna putih.

5. Kemudian dilakukan pengepresan sehingga biji jagung gepeng.

6. Penjemuran dan pemberian bumbu dengan cara dipercikkan pada emping (garam, bawang putih, penyedap rasa) sesuai selera. 7. Penjemuran menggunakan alas di

bawah sinar matahari selama 2 hari, atau pengeringan dalam oven pada suhu 50oC selama 12 jam, hingga

kering.

8. Setelah emping jagung kering dikemas dalam kantong plastik, atau digoreng dan juga dilanjutkan pengemasan dalam kantong plastik, siap dipasarkan. Pengemasan dapat dilakukan dengan menggunakan kantong plastik dengan ketebalan sekitar 0,08 mm jenis plastik PP.

Biji Jagung

Rebus dengan air kapur 3% hingga setengah matang ( 1 jam) Rendam dalam air kapur rebusan

Selama satu malam ( 12 jam) Cuci bersih, hilangkan kulitnya

Rebus hingga matang

Pemipihan biji jagung menggunakan alat pemipih

Penjemuran ( 2 hari) / Pengeringan dengan oven (500C, 12 jam) Pemberian bumbu

Emping jagung kering (mentah)

Penggorengan Emping jagung goreng

Pengemasan

(5)

534 Ss. Antarlina dan Amik Krismawati : Pengkajian Pembuatan Emping Jagung dari Tiga Varietas dengan Dua Teknik Pembuatan

HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Fisik Biji Jagung

Karakter fisik dari jagung tongkol dan bijinya tiga varietas, ada beberapa menunjukkan perbedaan (Tabel 1). Panjang tongkol dan jumlah baris/tongkol dari tiga varietas tidak menunjukkan perbedaan, sedangkan karakter yang lain menunjukkan perbedaan. Nampak dari pengamatan bahwa jagung tongkol varietas NK-99 paling kecil dibandingkan dengan varietas Bisi-2 dan Bisi-16. Ukuran tongkol yang kecil (NK-99) diikuti dengan nilai yang lain yaitu bobot tongkol, diameter tongkol. Lingkar tongkol, bobot biji/tongkol, bobot janggel, jumlah biji/tongkol, dan berat 100 biji.

Menurut Anonim (2009) bahwa warna biji varietas Bisi-2 adalah kuning oranye, tipe biji semi mutiara, jumlah barisan biji/tongkol 12—14 baris, bobot 1000 biji sebesar ± 265 g. Warna biji varietas Bisi-16 adalah oranye kekuningan, tipe biji semi gigi kuda, jumlah baris/tongkol 14—18 baris, dan bobot 1000 biji ± 336 g. Varietas NK-99 mempunyai tipe biji semi mutiara, warna biji oranye kuning, jumlah baris/tongkol

14—16 baris, bobot 1000 biji ± 312 g.

Ternyata bahwa karakter fisik pada satu varietas dari pengamatan dibandingkan dengan yang tercantum dalam diskripsi varietas (Anonim 2009) tidak persis sama, hal ini disebabkan karena adanya pengaruh lingkungan, pemeliharaan, pemupukan, sehingga terdapat sedikit variasi.

Komposisi Kimia Emping Jagung

Pada Tabel 2 menunjukkan komposisi kimia emping jagung goreng. Kadar air sekitar 11.90—14,34%, hal ini menunjukkan tingkat kerenyahan emping jagung. Kadar protein emping jagung 4,18—6,87%, lebih rendah dari kadar protein biji jagung (8,7—9,2%) (Anonim, 1981; Antarlina dan Utomo, 1993) dan tepung jagung (9,2%) (Antarlina dan Ginting 1992; Susila dan Resmisari 2005). Demikian pula kadar lemak emping (1,06—2,57%) mengalami penurunan, dibandingkan dengan biji jagungnya (4,5%). Penurunan kadar protein dan lemak pada emping jagung disebabkan karena proses pembuatan emping jagung itu sendiri, yaitu karea proses perendaman, perebusan yang dilakukan dua kali, pencucian, kemudian pengeringan dan penggorengan emping. Tabel 1. Karakteristik fisik biji jagung tiga varietas

Karakteristik Fisik Varietas Jagung

Bisi-2 Bisi-16 NK-99 Bobot jagung tongkol (tanpa kulit) (g) 244,05 a 256,99 a 184,50 b Panjang jagung tongkol (cm) 18,85 a 18,75 a 18,17 a Diameter jagung tongkol (cm)

- Ujung - Tengah - Pangkal 4,23 a 4,93 a 5,09 a 4,10 a 5,01 a 5,29 a 3,36 b 4,58 b 4,35 b Lingkar jagung tongkol (cm)

- Ujung - Tengah - Pangkal 13,30 a 15,51 a 15,99 a 12,88 a 15,74 a 16,62 a 10,55 b 14,40 b 13,65 b Bobot biji/tongkol (g) 185,10 ab 200,41 a 172,42 b Bobot janggel (tongkol tanpa biji) (g) 56,13 a 56,04 a 26,58 b Jumlah biji jagung/tongkol 501,67 b 580,08 a 494,50 b Bobot 100 biji jagung (g) 35,68 a 34,43 ab 31,58 b Jumlah barisan biji/tongkol 13,00 a 13,83 a 14,00 a

Keterangan: nilai rata-rata dalam satu lajur yang diikuti huruf sama dinyatakan tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5%

(6)

535 Seminar Nasional Serealia 2011

Tabel 2. Komposisi kimia emping jagung goreng tiga varietas yang diolah dengan dua cara Perlakuan

Varietas x Cara Air Protein Komposisi Kimia (%) Lemak Karbohidrat Abu Bisi-2 x Cara I 11,90 4,18 2,57 79,65 1,70 Bisi-2 x Cara II 12,18 5,52 2,38 79,52 0,40 Bisi-16 x Cara I 13,97 5,87 1,59 78,28 0,29 Bisi-16 x Cara II 13,00 6,31 1,89 77,47 1,33 NK-99 x Cara I 14,34 6,57 1,71 76,10 1,28 NK-99 x Cara II 13,03 6,87 1,06 77,87 2,17 50 60 70 80 90 100 1 2 3 4 5 6

Gambar 3. Rendemen (%) emping jagung

Keterangan: 1 (Bisi-2 x Cara I), 2 (Bisi-2 x Cara II), 3 (Bisi-16 x Cara I), 4 (Bisi-16 x Cara II), 5 (NK-99 x Cara I), 6 (NK-(NK-99 x Cara II)

Rendemen Emping Jagung

Rendemen emping jagung dari enam perlakuan setelah penjemuran diperoleh sebanyak 84—98% (Gambar 3). Dalam proses pembuatan emping jagung ini tidak banyak bagian yang terbuang, sedangkan bagian yang terbuang adalah kulit bijinya. Namun, dalam proses ini perlu dipisahkan bagian emping yang utuh dan potongan kecil dari emping jagung, untuk pemasaran akan menentukan harga.

Uji Organoleptik Emping Jagung

Hasil uji organoleptik terhadap emping jagung goreng (Tabel 3), menunjukkan bahwa penilaian warna emping jagung varietas Bisi-16 dengan proses cara I, warna emping paling tidak disukai (nilai 2,4), sedangkan warna emping yang disukai adalah dari varietas

Bisi-2 dengan proses cara II (nilai 4,3) dan NK-99 dengan proses cara II (nilai 4,5). Sedangkan penilaian aroma emping jagung tidak ada perbedaan. Kerenyahan emping jagung, tingkat kesukaan terhadap rasa emping jagung serta rasa gurih emping terdapat perbedaan penilaian. Nampak bahwa emping jagung varietas Bisi-2 dengan proses cara II dinyatakan paling renyah (nilai 4,2), rasa disukai dan cukup gurih.

Dari hasil penilaian secara keseluruhan terhadap emping jagung goreng, nampak bahwa pengolahan cara II relatif menghasilkan kualitas emping jagung lebih baik dilhat dari penilaian terhadap warna, tingkat kerenyahan dan rasa. Hal tersebut didukung oleh data persentase jumlah panelis yang menilai (Tabel 4).

(7)

536 Ss. Antarlina dan Amik Krismawati : Pengkajian Pembuatan Emping Jagung dari Tiga Varietas dengan Dua Teknik Pembuatan

Tabel 3. Hasil preferensi paelis terhadap emping jagung Perlakuan

Varietas x Cara Warna Aroma Kriteria uji emping jagung goreng Kerenyahan Rasa Rasa gurih Bisi-2 x Cara I 3,3 b 3,5 a 3,7 abc 3,1 b 3,0 b Bisi-2 x Cara II 4,3 a 3,5 a 4,2 a 3,5 ab 3,4 ab Bisi-16 x Cara I 2,4 c 3,3 a 3,4 c 3,1 b 3,2 ab Bisi-16 x Cara II 3,3 b 3,3 a 3,9 ab 3,6 a 3,6 a NK-99 x Cara I 3,1 b 3,5 a 3,5 bc 3,3 ab 3,0 b NK-99 x Cara II 4,5 a 3,5 a 3,7 abc 3,4 ab 3,2 ab Keterangan:

- Cara I adalah proses awal perendaman biji jagung - Cara II adalah proses awal perebusan biji jagung

- Nilai rata-rata dalam satu kolom yang diikuti huruf sama dinyatakan tidak berbeda nyata menurut uji LSD pada taraf 5%

Penilaian:

- warna dengan skor 1 (sangat tidak suka) – 5 (sangat suka)

- aroma dengan skor 1 (sangat tidak suka) – 5 (sangat suka)

- kerenyahan dengan skor 1 (sangat tidak renyah) – 5 (sangat renyah)

- rasa dengan skor 1 (sangat tidak suka) – 5 (sangat suka)

- rasa gurih dengan skor 1 (sangat hambar) – 5 (sangat gurih) Jumlah panelis yang menyatakan

suka terhadap warna emping jagung goreng relatif lebih tinggi pada proses cara II. Persentase panelis sebanyak 55% menyatakan sangat suka dan 40% menyatakan suka terhadap warna emping jagung goreng dari varietas NK-99 dengan proses cara II. Sebenarnya warna juga dipengaruhi oleh lama menggoreng, karena makin lama warna emping jagung makin gelap. Namun dalam hal ini waktu dan cara menggoreng untuk semua perlakuan dibuat sama.

Warna emping jagung lebih disukai dengan proses cara II, yaitu dilakukan perebusan biji jagung terlebih

dahulu sebelum direndam, hal ini karena semua proses metabolisme dalam biji jagung dihentikan karena perebusan termasuk perubahan warna sehingga warna tetap cerah.

Jumlah panelis yang menyatakan lebih renyah adalah nampak pada proses olah cara II, demikian pula tingkat kesukaan terhadap rasa. Namun, untuk rasa emping juga dipengaruhi oleh rasa gurihnya. Jumlah panelis yang lebih menyukai rasa emping ternyata juga menyatakan rasanya lebih gurih. Rasa gurih ini dipengaruhi oleh cara (merata/tidak) dan jumlah pemberian bumbu.

(8)

537 Seminar Nasional Serealia 2011

Tabel 4. Presentase jumlah panelis dalam penilaian terhadap emping jagung goreng

Kriteria Bisi-2 x Varietas x Cara

Cara I Bisi-2 x Cara II Bisi-16 x Cara I Bisi-16 x Cara II NK-99 x Cara I NK-99 x Cara II

Warna sangat suka 5 40 0 0 5 55 Suka 20 45 10 40 30 40 cukup suka 70 15 25 45 40 5 tidak suka 5 0 60 15 20 0 sangat tdk suka 0 0 5 0 5 0 Aroma sangat suka 0 5 5 0 0 0 Suka 50 40 35 40 45 45 cukup suka 45 50 40 50 55 55 tidak suka 5 5 20 10 0 0 sangat tdk suka 0 0 0 0 0 0 Kerenyahan sangat renyah 10 25 20 25 10 10 renyah 50 65 15 45 40 50 cukup renyah 35 10 45 25 35 40 tidak renyah 5 0 20 5 15 0 sangat tdk renyah 0 0 0 0 0 0 Rasa sangat suka 0 5 0 10 0 0 Suka 30 40 35 50 50 45 cukup suka 45 50 40 30 30 50 tidak suka 25 5 25 10 20 5 sangat tdk suka 0 0 0 0 0 0 Rasa Gurih sangat gurih 5 10 0 15 5 5 Gurih 25 35 45 35 20 25 cukup gurih 30 40 25 40 45 50 hambar 40 15 30 10 30 20 sangat hambar 0 0 0 0 0 0

KESIMPULAN DAN SARAN

 Pada dasarnya varietas 2, Bisi-16, dan NK-99, dapat diolah menjadi emping jagung.

 II cara pembuatan emping jagung, (biji jagung direbus terlebih dahulu) menghasilkan produk yang lebih baik kualitasnya.

Guna mendapatkan kualitas emping jagung yang lebih baik, disarankan bumbu diberikan pada saat perebusan kedua, sehingga bumbu dapat lebih meresap pada biji dan dapat merata ke seluruh bagian biji.

(9)

538 Ss. Antarlina dan Amik Krismawati : Pengkajian Pembuatan Emping Jagung dari Tiga Varietas dengan Dua Teknik Pembuatan

DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 1981. Daftar Komposisi Bahan Makanan. Direktorat Gizi Departemen Kesehatan R I. Bhratara Karya Aksara. Jakarta. 57 h.

Anonim. 2009. Deskripsi Varietas Unggul Palawija 1918—2009. Dikompilasi

oleh: Hermanto, D. Sadikin, dan E. Hikmat. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Badan Litbang Pertanian. Bogor. 330 h.

Antarlina, S.S. dan E. Ginting. 1992. Pembuatan Kue basah dari Tepung Jagung Komposit. Penelitian Palawija Vol. 7 No. 1 dan 2, p 34— 45.

Antarlina, S.S. dan J. S. Utomo. 1993. Kue Kering dari Bahan Tepung Campuran Jagung, Gude dan Kedelai. Rísalah Seminar Hasil Penelitian Tanaman Pangan Tahun 1992. Balittan Malang.

Bahtiar. 2007. Prospek Pengembangan Jagung Komposit Varietas Sukmaraga di Propinsi Sumatera Selatan. Dalam Armanto, M.E. et al., (Penyunting). Prosiding Seminar Nasional Inovasi Teknologi Mendukung Peningkatan Produksi Pangan Nasional dan Pengembangan Bioenergi untuk Kesejahteraan Masyarakat. Balai Besar Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Palembang: 68—75.

Direktorat Serealia. 2001. Data Base Tanaman Jagung. Direktorat Bina Produksi Tanaman Pangan.

Departemen Pertanian. Jakarta. Buku. 342 h.

Suhardjo. 2006. Pengolahan Hasil Berbasis Jagung. Kumpulan Tulisan I Teknologi Pasca Panen Hasil Pertanian. Kelompok Pengkaji Psaca Panen (Tidak Dipublikasikan). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur. Malang. 8 h.

Suhardjo. 2006. Paket Teknologi Pangan Lauk Pauk dan Snack/Camilan. Kumpulan Tulisan I Teknologi Pasca Panen Hasil Pertanian. Kelompok Pengkaji Psaca Panen (Tidak Dipublikasikan). Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jawa Timur. Malang. 17 hal. Sumaryanto dan Rusastra. 1991. Perkembanga Penggunaan Jagung Dalam Negeri Tahun 1980—2004. Dalam Damardjati, Subandi. I.K. Kariasa. Zubachtirodin, dan Sania Saenong, 2005. Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis Jagung. Badan penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian. Jakarta. 51 h.

Susila B.A. dan A. Resmisari. 2005. Review: Tepung Jagung Komposit, Pembuatan dan Pengolahannya. Dalam Munarso, J. et al., (Penyunting). Prosiding Seminar Teknologi Inovatif Pascapanen untuk Pengembangan Industri Berbasis Pertanian. Buku I: Proses dan Pengolahan Hasil. Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian. Badan Litbang Pertanian. Departemen Pertanian. Bogor: 462—473.

Gambar

Gambar 1. Tahapan pembuatan emping jagung cara I
Gambar 2. Tahapan pembuatan emping jagung cara II
Tabel 2. Komposisi kimia emping jagung goreng tiga varietas yang diolah dengan dua cara  Perlakuan
Tabel 4. Presentase jumlah panelis dalam penilaian terhadap emping jagung goreng

Referensi

Dokumen terkait

Tradhisi Buceng Robyong jaman biyen diarani Salastika (utawa njaluk banyu) Buceng Robyong mono sejatine nduweni makna rasa syukur kaggo banyu kang turah ±turah. Buceng

jumlah pengangguran di Bali tahun 2004-2010, sedangkan pertumbuhan ekonomi dan upah minimum tidak berpengaruh terhadap jumlah pengangguran di Bali tahun 2004-2010. 3)

Asam fusarat dihasilkan oleh banyak spesies dari genus Fusarium dan merupakan toksin yang tidak spesifik pada inang tertentu, dapat menimbulkan gejala layu pada beberapa

Fakta yang terjadi di Desa Bendosari Kecamatan Sanan Kulon Kabupaten Blitar menegaskan bahwa masyarakat yang berprofesi sebagai peternak sapi perah mempunyai kewajiban

Bagaimana fisibilitas alginat hasil ekstraksi jika dibandingkan dengan alginat komersil pada komposit berbasis hydrogel alginat sebagai kandidat material perancah

Akan tetapi, le château de Versailles tidak dapat diklasifikasikan ke dalam empat jenis metafora yang telah ditentukan sebelumnya yaitu metafora antropomorfis, metafora

Berdasarkan hasil pengamatan langsung pada jalan di Kota Padang hingga saat ini dinilai masih jauh tidak layak dijadikan sebagai jalur evakuasi yang menampung

Rencana Umum Penanaman Modal Kabupaten Demak diperlukan agar pelaksanaan penanaman modal di Kabupaten Demak sesuai dengan kebijakan penanaman modal Kabupaten Demak