• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - UPAYA MENINGKATKAN RASA CINTA TANAH AIR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA PELAJARAN PKn MATERI UPAYA MENJAGA KEUTUHAN NKRI MELALUI METODE DEMONSTRASI MENGGUNAKAN PERMAINAN BROKEN TRIANGLE DI SD NEGERI 3 BOB

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori - UPAYA MENINGKATKAN RASA CINTA TANAH AIR DAN PRESTASI BELAJAR SISWA KELAS V PADA PELAJARAN PKn MATERI UPAYA MENJAGA KEUTUHAN NKRI MELALUI METODE DEMONSTRASI MENGGUNAKAN PERMAINAN BROKEN TRIANGLE DI SD NEGERI 3 BOB"

Copied!
38
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Deskripsi Teori

1. Cinta Tanah Air

a. Pengertian Pendidikan Karakter

(2)

senantiasa positif. Oleh karena itu guru harus memperhatikan caranya berperilaku, berbicara, ataupun bertindak. Hal yang sama juga dikemukakan oleh Benninga, (1991:67) yaitu:

“The integrated approach aims to develop the three interrelated

aspects of character. thinking, action, and the moral affect that

serves as a motivational bridge between knowing what is right

and actually doing it.”

Dari pernyataan Benninga di atas diketahui pendekatan yang terintregrasi bertujuan untuk mengembangkan tiga aspek yang satu dengan lainnya saling berhubungan yaitu pemikiran, aksi, dan pengaruh moral semua ini nantinya akan menjadi motivasi untuk memperoleh pengetahuan.

Sedangkan menurut Wibowo, (2012:36) pendidikan karakter adalah pendidikan yang menambahkan dan mengembangkan karakter-karakter luhur kepada anak didik, sehingga mereka memiliki karakter-karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, baik dalam lingkungan keluarga, masyarakat, dan Negara. Dalam ruang lingkup pendidikan formal yakni sekolah pendidikan karakter dapat dimaknai sebagai “The deliberate use of all dimensions of school life to

(3)

Seseorang dianggap memiliki karakter mulia apabila ia mempunyai pengetahuan yang mendalam tentang potensi dirinya serta mampu mewujudkan potensi itu dalam sikap dan tingkah lakunya dalam kehidupan sehari-hari, seperti terpupuknya sikap-sikap terpuji, seperti penuh reflektif, logis, kritis, rasional, mandiri, kreatif-inovatif, mau menghargai, bersemangat, bertanggung jawab, ramah, bersahaja, rela berkorban, dan sebagainya.

b. Tujuan Pendidikan Karakter

Tujuan pendidikan karakter adalah (Kusuma ,2011:9) :

1) Memfasilitasi penguatan dan pengembangan nilai-nilai tertentu sehingga terwujud dalam perilaku anak, baik ketika proses sekolah maupun setelah proses sekolah (setelah lulus dari sekolah).

2) Mengoreksi perilaku peserta didik yang tidak bersesuaian dengan nilai-nilai yang dikembangkan oleh sekolah.

3) Membangun koneksi yang harmoni dengan keluarga dan masyarakat dalam memerankan tanggung jawab pendidikan karakter secara bersama.

Sedangkan tujuan pendidikan karakter menurut Sulistyowati (2012:27): 1) Mengembangkan potensi kalbu/nurani/afektif siswa sebagai manusia warga Negara yang memiliki nilai-nilai budaya dan karakter bangsa. 2) Mengembangkan kebiasaan dan perilaku siswa yang terpuji dan

(4)

3) Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggung jawab sebagai generasi penerus bangsa.

4) Mengembangkan kemampuan siswa menjadi manusia yang mandiri, kreatif, berwawasan kebangsaan.

5) Membangun lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, serta dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan.

c. Fungsi Pendidikan Karakter

Pendidikan karakter memiliki tiga fungsi utama yaitu pengembangan, perbaikan, dan penyaringan. Fungsi pertama berperan untuk mengembangkan potensi siswa menjadi pribadi berperilaku baik; ini bagi siswa yang telah memiliki sikap dan perilaku yang mencerminkan budaya dan karakter bangsa. Fungsi perbaikan, yaitu memperkuat kiprah pendidikan nasional untuk bertanggung jawab dalam pengembangan potensi siswa yang lebih bermatabat dan fungsi penyaring untuk menyaring budaya bangsa sendiri dan budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter yang bermatabat. (sulistyowati, 2012:27)

d. Ruang Lingkup Pendidikan Karakter

(5)

interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan, dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat.

(6)

Gambar 2.1 Desain Internalisasi Pendidikan Karakter (Wibowo, 2012:14)

e. Pengertian Cinta Tanah Air

Cinta tanah air menurut Sulistyowati, (2012:74) adalah cara berpikir, bersikap, dan berbuat yang menunjukkan kesetiaan, kepedulian, dan penghargaan yang tinggi terhadap bahasa, lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

(7)

Mustari, (2011:190) yang dinamakan bangsa (nation) adalah sekumpulan manusia yang sama bahasanya, sama adat istiadatnya, sama asal-usulnya, sama kebudayaanya, senasib dan sepenanggungan, dan tempat kediamannya (negaranya) pun sama.

Nasionalisme secara umum melibatkan identifikasi identitas etnis dan Negara. Dengan nasionalisme, rakyat dapat meyakini bahwa bangsanya adalah sangat penting. Nasionalisme juga merupakan kata yang dimengerti sebagai gerakan untuk mendirikan atau melindungi tanah air. Dalam banyak kasus identifikasi budaya nasional yang homogeny itu dapat dikombinasikan dengan pandangan negatif atas ras, budaya, atau bangsa lain (asing).

Bentuk lain nasionalisme adalah revolusioner. Ia mengajak pengukuhan Negara yang merdeka sebagai tanah air bagi etnik yang dianggap kelas bawah. Disini yang muncul adalah pemberontakan-pemberontakan etnis yang tujuannya adalah pemisahan diri (separatism).

Nasionalisme juga menekankan identitas kolektif. Di sini “rakyat”

(8)

f. Indikator Keberhasilan Cinta Tanah Air

Menurut Wibowo, (2012:102) indikator keberhasilan rasa cinta tanah air antara lain:

1) Menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar.

2) Memajang foto presiden dan wakil presiden, bendera Negara, lambing Negara, peta Indonesia, gambar kehidupan masyarakat fisik, social, budaya, ekonomi, dan politik bangsa.

3) Tersedia informasi (dari sumber cetak, elektronik) tentang kekayaan alam dan budaya Indonesia.

4) Menggunakan produk buatan dalam negeri.

(9)

Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas

dalam Pengembangan Karakter

Nilai Indikator Sekolah Indikator Kelas

Cinta Tanah Air Menggunakan produk

buatan dalam negeri.

(10)

tentu tidak setiap perubahan pada diri seseorang merupakan perubahan dalam arti belajar.

Belajar pada dasarnya suatu proses aktivitas mental seseorang dalam berinteraksi dengan lingkungannya sehingga menghasilkan perubahan tingkah laku yang bersifat positif baik perubahan dalam aspek pengetahuan, sikap, maupun psikomotor. Dikatakan positif, oleh karena perubahan perilaku sebelumnya yang cenderung menetap (tahap lama dan tidak mudah dilupakan). (Sanjaya, 2010:229)

Dari pedapat beberapa ahli tentang pengertian belajar yang dikemukakan di atas adalah suatu kegiatan yang melibatkan jiwa dan raga. Gerak raga yang ditunjukkan harus sejalan dengan proses jiwa untuk mendapatkan perubahan.Perubahan yang didapatkan nanti bukan hanya perubahan yang berbentuk fisik, tetapi perubahan jiwa dengan masuknya kesan-kesan baru. Oleh karenanya perubahan sebagai hasil dari proses belajar adalah perubahan jiwa yang mempengaruhi perubahan tingkah laku. Kegiatan belajar merupakan sebuah proses yang nantinya akan menghasilkan sebuah prestasi belajar.

b. Tujuan Belajar

Menurut Sardiman, (2011: 26) tujuan belajar ada tiga jenis: 1) Untuk mendapatkan pengetahuan

(11)

dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berpikir tanpa pengetahuan, sebaliknya kemampuan berpikir akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderunga lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. Dalam hal ini peranan guru sebagai pengajar lebih menonjol.

2) Pemahaman konsep dan ketrampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep, juga memerlukan suatu proses ketrampilan. Jadi soal ketrampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Ketrampilan jasmaniah adalah ketrampilan-ketrampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga akan menitik beratkan pada ketrampilan gerak/penampilan dari anggota tubuh seseorang yang sedang belajar. Sedangkan ketrampilan rohani lebih rumit, karena tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah ketrampilan yang dapat dilihat bagaimana ujung pangkalnya, tetapi lebih abstrak, menyangkut persoalan-persoalan penghayatan, dan ketrampilan berpikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah atau konsep.

3) Pembentukan sikap

(12)

senantiasa diobservasi, dilihat, didengar, ditiru semua perilakunya oleh para siswanya. Dari proses observasi siswa mungkin juga menirukan perilaku gurunya, sehingga diharapkan terjadi proses internalisasi yang dapat menumbuhkan proses penghayatan pada setiap diri siswa untuk kemudian diamalkan.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Prestasi Belajar berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie, kemudian dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang berarti

hasil usaha. Prestasi belajar merupakan suatu masalah yang sangat potensial dalam sejarah kehidupan manusia karena sepanjang tentang kehidupannya manusia selalu mengejar prestasi menurut bidang dan kemampuan masing-masing. (Arifin, 2009:12)

Menurut Syah, (2004:151) prestasi belajar berasal dari hasil belajar siswa yang mengarah pada ranah kognitif pada proses pembelajaran. Prestasi belajar siswa ditujukkan untuk mengukur pemahaman siswa dengan melalui adanya evaluasi. Prestasi belajar siswa sangat berkait erat dengan hasil belajar. Prestasi belajar terdiri dari dua suku kata, prestasi dan belajar. Siswa dikatakan memiliki prestasi belajar yang baik karena hasil belajar yang diperolehnya juga baik. Sehingga prestasi tidak berbeda jauh dengan hasil belajar.

Hal yang demikian juga di kemukakan oleh Salvador, (2010) yang menyatakan bahwa :

(13)

psychometrics fields, being sometimes characterized by the

degree of inference required on the part of the student to give a

response, and by the type of reference to a cognitive process

made explicit in the measurement tool.”

Dari pernyataan Salvador di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa prestasi adalah kata yang ada dalam bidang pendidikan atau bidang psikometri yang kadang ditandai dari tingkatan inferensi yang diperlukan pada diri siswa untuk dapat memberikan tanggapan dan jenis referensi untuk proses kognitif yang dibuat dalam alat ukur berupa prestasi belajar.

Dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar merupakan tingkatan seseorang untuk menerima, menolak, dan menilai informasi yang diperoleh dalam kegiatan belajar mengajar. Alat ukur yang di buat untuk mengetahui hasil prestasi belajar dalam mempelajari materi pelajaran dinyatakan dalam bentuk nilai atau rapor. Prestasi belajar dapat diketahui setelah diadakannya evaluasi, hasil evaluasi itulah yang nantinya akan memperlihatkan tinggi rendahnya prestasi belajar siswa.

d. Fungsi Prestasi Belajar

(14)

lain:

1) Prestasi belajar sebagai indikator kualitas dan kuantitas pengetahuan yang telah dikuasai siswa didik.

2) Prestasi belajar sebagai lambang pemuasan hasrat ingin tahu,

termasuk kebutuhan siswa didik dalam suatu program pendidikan. 3) Prestasi belajar sebagai bahan informasi dalam inovasi pendidikan. 4) Prestasi belajar sebagai indikator intern dan ekstern dari suatu

institusi pendidikan.

5) Prestasi belajar dapat dijadikan indikator terhadap daya serap

(kecerdasan) peserta didik.

Dengan adanya penjelasan tersebut di atas, dapat dimengerti betapa pentingnya untuk mengetahui prestasi belajar peserta didik, baik secara perseorangan atau kelompok. Karena dalam fungsi prestasi tidak hanya sebagai indikator keberhasilan dalam bidang studi tertentu, tetapi juga sebagai indikator kualitas pendidikan. Disamping itu prestasi belajar juga berguna sebagai umpan balik bagi guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar sehingga dapat menentukan apakah perlu melakkukan diagnosis, penempatan atau bimbingan terhadap peserta didik.

(15)

(c) Untuk keperluan bimbingan dan penyuluhan; (d) Untuk keperluan seleksi; (e) Untuk keperluan penempatan atau penjurusan; (f) Untuk menentukan isi kurikulum; (g) Untuk menentukan kebijaksanaan sekolah.

e. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Untuk mengetahui prestasi belajar terdapat faktor-faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa. Menurut Slameto, (2010:54-72) faktor-faktor yang mempengaruhi proses dan prestasi belajar siswa di sekolah, secara garis besar dapat dibagi menjadi dua bagian yaitu:

1) Faktor Intern (faktor dari dalam diri siswa)

Yaitu keadaan kondisi jasmani atau rohani siswa. Faktor intern dibagi menjadi tiga faktor yaitu faktor jasmaniah, faktor psikologis, dan faktor kelelahan.

a) Faktor Jasmaniah

(1) Faktor kesehatan, yaitu dalam keadaan baik segenap badan beserta bagian-bagiannya atau bebas dari penyakit. Proses belajar seseorang akan terganggu jika kesehatan seseorang terganggu. Agar seseorang dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan badannya tetap terjamin.

(16)

tubuh. Cacat itu berupa buta, tuli, patah kaki, patah tangan, lumpuh, dan lainnya. Keadaan cacat tubuh juga mempengaruhi belajar. Siswa yang cacat belajarnya akan terganggu.

b) Faktor Psikologis

Faktor yang tergolong dalam faktor-faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar antara lain:

(1) Inteligensi, yaitu faktor yang berkaitan dengan Intellegency Question. Intelegensi adalah kecakapan yang terdiri dari tiga jenis yaitu kecakapan untuk menghadapi dan menyesuaikan ke dalam situasi yang baru dengan cepat dan efektif, mengetahui konsep yang abstrak secara efektif, mengetahui relasi dan mempelajari dengan baik. (2) Perhatian, yaitu perhatian yang terarah dengan baik akan

menghasilkan pemahaman dan kemampuan yang mantap. (3) Minat, yaitu kecenderungan dan kegairahan yang tinggi

atau keinginan yang besar terhadap sesuatu.

(4) Bakat, yaitu kemampuan potensi yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan dating.

(17)

pertumbuhan seseorang, dimana alat-alat tubuhnya sudah siap untuk melaksanakan kecakapan baru.

(7) Kesiapan, yaitu merupakan kesediaan untuk memberi respon atau bereaksi. Kesediaan itu timbul dari dalam diri seseorang dan juga berhubungan dengan kematangan, karena kematangan berarti kesiapan untuk melaksanakan kecakapan.

c) Faktor Kelelahan

Kelelahan pada seseorang ada dua macam, yaitu kelelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbul kecenderungan membaringkan tubuh. Kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan, sehingga minat dan dorongan untuk menghasilkan sesuatu hilang. 2) Faktor ekstern (faktor dari luar siswa)

Faktor ekstern dikelompokan menjadi tiga yaitu: a) Faktor Keluarga

Siswa yang belajar akan menerima pengaruh dari keluarga berupa cara orang tua mendidik, relasi antara anggota keluarga, suasana rumah tangga dan keadaan ekonomi keluarga.

b) Dalam faktor sekolah

(18)

kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa, disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran, keadaan gedung, metode belajar dan tugas rumah.

c) Faktor masyarakat

Masyarakat merupakan faktor ekstern yang juga berpengaruh terhadap belajar siswa. Faktor ekstern meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, mass media, teman bergaul dan bentuk kehidupan masyarakat.

Dengan demikian dapat dikatakan lingkungan dapat membentuk kepribadian anak, karena dalam pergaulan sehari-hari seorang anak akan selalu menyesuaikan dirinya dengan kebiasaan lingkungannya. Untuk itu perlu adanya lingkungan yang baik untuk membentuk pengaruh positif terhadap anak sehingga anak dapat belajar dengan baik.

3. Pendidikan Kewarganegaraan

a. Pengertian Pendidikan Kewarganegaraan

(19)

Negara yang bertanggung jawab dan dapat diandalakan serta memberi bekal kemampuan untuk belajar lebih lanjut.

Menurut Taniredja, (2009:3) Pendidikan Kewarganegaraan merupakan usaha membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antar warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara menjadi warga Negara yang dapat diandalkan oleh bangsa dan Negara (penjelasan pasal 39 undang-Undang No 2 Tahun 1989, tentang Sistem Pendidikan Nasional).

Guru PKn sebagai salah satu komponen dalam system pembelajaran dan meningkatkan kemampuan siswa, dan dituntut untuk menguasai kemampuan dan ketrampilan yang berkaitan dengan proses pembelajaran PKn. Oleh karena itu upaya untuk meningkatkan kualifikasi dan mutu guru Pkn masih perlu dilakukan secara sistematis agar terjadinya kesinambungan antara pendidikan guru melalui lembaga pendidikan tenaga kependidikan (LPTK), pelatihan dalam jabatan, serta pembinaan professional guru secara berkelanjutan dalam mengelola proses pembelajaran untuk mencapai hasil belajar dan merefleksikan karakter bangsa.

b. Tujuan Pendidikan Kewarganegaraan

(20)

1) Berpikir secara kritis, rasional, dan kreatif dalam menanggapi isu kewarganegaraan.

2) Berpartisipasi secara bermutu dan bertanggung jawab, dan bertindak secara cerdas dalam kegiatan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

3) Berkembang secara positif dan demokratis untuk membentuk diri berdasarkan pada karakter-karakter masyarakat Indonesia agar dapat hidup bersama dengan bangsa-bangsa lainnya.

4) Berinteraksi dengan bangsa-bangsa lain dalam percaturan dunia

secara langsung atau tidak langsung dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi.

c. Ruang Lingkup Pendidikan Kewarganegaraan

Menurut Fathurrohman, (2011:8) mengatakan Dalam BSNP, ruang lingkup mata pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan meliputi aspek-aspek sebagai berikut:

1) Persatuan dan kesatuan bangsa, meliputi: hidup rukun dalam perbedaan, cinta lingkungan, kebanggaan sebagai bangsa Indonesia, partisipasi dalam pembelaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, keterbukaan dan jaminan keadilan.

(21)

peradilan internasional.

3) Hak asasi manusia meliputi: hak dan kewajiban anak, hak dan kewajiban anggota masyarakat, instrument nasional, hukum dan peradilan internasional.

4) Kebutuhan warga negara meliputi: hidup gotong royong, harga diri sebagai warga masyarakat, kebebasan berorganisasi, kemerdekaan mengeluarkan pendapat, menghargai keputusan bersama, prestasi diri, persamaan kedudukan warga negara.

5) Konstitusi negara meliputi: proklamasi kemerdekaan dan konstitusi

yang pernah yang pertama, konstitusi-konstitusi yang pernah digunakan di Indonesia, hubungan dasar Negara dengan konstitusi. 6) Kekuasaan dan politik, meliputi: pemerintah desa dan kecamatan,

pemerintah daerah dan otonomi, pemerintah pusat, demonstrasi dan sistem politik, budaya demonstrasi menuju masyarakat madani, system pemerintahan, pers dalam masyarakat demonstrasi.

7) Pancasila meliputi: kedudukan pancasila sebagai dasar negara, pengalaman nilai-nilai pancasila dalam kehidupan sehari-hari, pancasila sebagai ideology terbuka.

(22)

d. Materi Penelitian

Pada penelitian tindakan kelas ini mengambil materi upaya menjaga keutuhan NKRI dengan keterangan sebagai berikut : Mata Pelajaran : Pendidikan Kewarganegaraan Kelas / Semester : V / I

Standar Kompetensi : 1. Memahami pentingnya keutuhan Negara Kesatuan Republik

Indonesia (NKRI)

Kompetensi Dasar : 1.3 contoh-contoh perilaku dalam Menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Indikator : 1. Menyebutkan keanekaragaman

suku dan budaya bangsa di Indonesia.

2. Mencari informasi contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

3. Menceritakan contoh-contoh perilaku dalam menjaga keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia di lingkungan sekolah. 4. Menceritakan contoh-contoh

(23)

4. Metode Demonstrasi

(Sanjaya, 2007:150) Metode demonstrasi adalah metode penyajian pelajaran dengan memperagakan dan memperagukan kepada siswa tentang suatu proses, situasi atau benda tertentu, baik sebenarnya atau hanya sekedar tiruan. Sebagai metode penyajian, demonstrasi tidak terlepas dari penjelasan secara lisan oleh guru. Walaupun dalam proses demonstrasi peran siswa hanya sekedar memperhatikan, akan tetapi demonstrasi dapat menyajikan bahan pelajaran lebih kongkret. Dalam strategi pembelajaran, demonstrasi dapat di gunakan untuk mendukung keberhasilan strategi pembelajaran eksporitori dan ikuiri.

Metode demonstrasi adalah pertunjukkan tentang proses terjadinya suatu peristiwa atau benda sampai pada penampilan tingkah laku yang dicontohkan agar dapat diketahui dan dipahami oleh peserta didik secara nyata atau tiruannya. Dengan metode demonstrasi peserta didik berkesempatan mengembangkan kemampuan mengamati segala benda yang sedang terlibat dalam proses serta dapat mengambil kesimpulan-kesimpulan yang diharapkan. Dalam demonstrasi diharapkan setiap langkah pembelajaran dari hal-hal yang didemonstrasikan itu dapat dilihat dengan mudah oleh murid dan melalui prosedur yang benar dan dapat pula dimengerti materi yang diajarkan (Sagala, 2010:210).

(24)

explanation” dari pernyataan tersebut mengungkapkan bahwa seringkali demonstrasi dikembangkan ketika guru mulai menemukan hambatan dalam melakukan pembelajaran.

Dari pendapak para ahli tentang metode demonstrasi dapat dikatakan bahwa metode demonstrasi adalah cara penyajian pembelajaran dengan meragakan atau mempertunjukkan kepada siswa suatu proses, situasi atau benda tertentu yang sedang dipelajari, baik sebenarnya ataupun tiruan yang sering disertai dengan penjelasan lisan. Dengan metode demonstrasi siswa lebih mudah untuk menangkap pelajaran serta siswa dapat secara langsung mengamati dan memperhatikan apa yang diperlihatkan selama pelajaran berlangsung.

a. Kebaikan Metode Demonstrasi

1. Perhatian murid dapat dipusatkan kepada hal-hal yang dianggap penting oleh guru sehingga hal yang penting itu dapat diamanati secara teliti. Disamping itu perhatian siswapun lebih mudah dipusatkan kepada proses belajar mengajar dan tidak kepada yang lainnya.

2. Dapat membimbing peserta didik ke arah berpikir yang sama dalam satu saluran pikiran yang sama.

3. Ekonomis dalam jam pelajaran di sekolah dan ekonomis dalam waktu yang panjang dapat diperlihatkan melalui demonstrasi dengan waktu yang pendek.

(25)

hanya membaca atau mendengarkan, karena murid mendapatkan gambaran yang jelas dari hasil pengamatannya.

5. Karena gerakan dan proses dipertunjukkan maka tidak memerlukan keterangan-keterangan yang banyak.

6. Beberapa persoalan yang menimbukan persoalan dan keraguan dapat di perjelas waktu proses demonstrasi.

b. Kelemahan Metode Demonstrasi

1. Derajat visibilitasnya kurang, Peserta didik tidak dapat melihat atau mengamati keseluruhan benda atau peristiwa yang demonstrasikan, kadang-kadang terjadi perubaan yang tidak terkontrol.

2. Kadang alat itu sukar didapat.

3. Tidak semua hal didemonstrasikan di dalam kelas.

4. Memerlukan banyak waktu, sedangkan hasilnya kadang-kadang kurang minimum.

5. Kadang-kadang proses yang didemonstrasikan di dalam kelas akan berbeda jika prose situ didemonstrasikan dalam situasi nyata/sebenarnya.

6. Agar demonstrasi mendapatkan hasil yang baik diperlukan ketelitian dan kesabaran.

c. Cara Mengatasi Kelemahan Metode Demonstrasi

(26)

2. Guru mengarahkan demonstrasi itu sedemikian rupa sehingga murid-murid memperoleh pengertian dan gambaran yang benar, pembentukan sikap dan kecakapan praktis.

3. Pilih dan kumpulkan alat-alat demonstrasi yang akan

dilaksanakan.

4. Usahakan agar seluruh murid dapat mengikuti pelaksanaan demonstrasi itu sehingga memperoleh pengertian dan pemahaman yang sama.

5. Berikan pengertian yang sejelas-jelasnya tentang landasan teori

dari yang didemonstrasikan. Hindari memakai istilah yang tidak dipahami murid.

6. Sedapat mungkin bahan pelajaran yang didemonstrasikan adalah hal-hal yang bersifat praktis dan berguna dalam kehidupan sehari-hari.

7. Menetapkan garis-garis besar langkah-langkah demonstrasi yang akan dilaksanakan. Dan sebaiknyta sebelum demonstrasi itu di mulai guru telah mengadakan uji coba, supaya kelak melakukannya tepat dan secara otomatis. (Sagala, 2010:211-212) d. Langkah-langkah Menggunakan Metode Demonstrasi

1. Tahap Persiapan

(Sanjaya, 2007:151) Pada tahap persiapan ada beberapa hal yang harus dilakukan:

(27)

proses demnstrasi berakhir. Tujuan ini meliputi banyak aspek seperti aspek pengetahuan, sikap, atau ketrampilan tertentu.

b) Persiapkan garis besar langkah-langkah demonstrasi yang

akan dilakukan. Garis-garis bbesar langkah-langkad demonstrasi diperlukan sebagai panduan untuk menghindari kegagalan.

c) Lakukan uji coba demonstrasi. Uji coba meliputi segara peralatan yang diperlukan.

2. Tahap Pelaksanaan a) Langkah pembukaan

Sebelum demonstrasi dilakukan ada beberapa hal yang harus diperhatikan, diantaranya:

1) Atur tempat duduk yang memungkinkan semua siswa dapat memperhatikan dengan jelas apa yang didemonstrasikan.

2) Kemukakan tujuan apa yang harus dicapai siswa. 3) Kemukakan tugas-tugas apa yang harus dilakukan

oleh siswa, missal siswa ditugaskan untuk mencatat hal-hal yang yang dianggap penting dari pelaksanaan demonstrasi.

b) Langkah Pelaksanaan Demonstrasi

(28)

merangsang siswa untuk berpikir, misalnya melalui pertanyaan-pertanyaan yang mengandung teka-teki sehingga mendorong siswa untuk tertarik memperhatikan demonstrasi.

2) Ciptakan suasana yang menyejukkan dengan menghindari suasana yang menegangkan.

3) Yakinkan bahwa semua siswa mengikuti jalannya demonstrasi dengan memperhatikan reaksi seluruh siswa

4) Berikan kesempatan kepada siswa untuk secara aktif memikirkan lebih lanjut sesuai dengan apa yang dilihat dari proses demonstrasi itu.

c) Langkah Mengakhiri Demonstrasi

(29)

5. Permainan

(Dananjaya, 2010:165) Permainan sebagai media pembelajaran melibatkan siswa dalam proses pengalaman dan sekaligus menghayati tantangan, mendapat inspirasi, terdorong untuk kreatif, dan berinteraksi dalam kegiatan dengan sesama siswa dalam melakukan permainan. Setiap siswa walau melakukan kegiatan yang sama dengan teman-temannya, tetapi proses pengalaman batin dalam mengembangkan potensinya sendiri mungkin berbeda-beda.

Kalau mereka bertukar pengalaman, mempertahankan pendapatnya masing-masing mungkin timbul perdebatan yang hebat. Akan tetapi mereka belajar bijaksana menggabungkan atau merumuskan yang lebih mendekati kebenaran. Perilaku di dalam permainan, proses batin yang dirasakan masing-masing dan ekspresi dalam bentuk kata dan perilaku akan menjadi bahan pengamatan para pelakunya serta untuk memahami proses pengembangan potensi dirinya, atau menimbulkan kesadaran akan kebenaran atau keseluruhan sebagai bahan pembentukkan kepribadian yang lebih bermutu.

(30)

Mengalami kembali/melakukan

Menerapkan Mengungkapkan

Menyimpulkan Mengolah/mengalisis

Gambar 2.2 Daur belajar dari pengalaman

Di atas sudah dikemukakan bahwa dasar metode pembelajaran daur belajar dari pengalaman yaitu:

Tahap melakukan adalah tahap melaksanakan tugas dalam bentuk permaian kelompok, pekerjaan individu, simulasi atau tes. Para peserta didorong untuk melakukan pelaksanaan acara dengan sepenuh potensi dirinya, potensi fisik, akal/pikiran, emosi/nurani. Secara motorik, hal itu menggunakan pengetahuan yang sudah dimilikinya. Selain keterlibatan dirinyam, ia juga berinteraksi dengan peserta lain dan menimbulkan “pengalaman”.

Tahap mengutarakan adalah tahap mensistematiskan pengalaman secara urut dan logis. Inilah peristiwa pengalaman ilmiah: peristiwa yang menyangkut dirinya atau teman sepengalaman. Pengalaman yang diungkap berupa pengalaman fisik, pengalaman kejiwaan dan emosi. Dengan pengungkapan ini diharapkan teridentifikasi kekuatan dan kelemahan diri atau proses pengenalan diri.

(31)

pengalaman, antara perilaku dan nilai-nilai acuan, antara emosi dan rasio dan hubungan antar pribadi peserta. Analisis dapat dilaksanakan sebagai presentasi pribadi atau diskusi kelompok.

Tahap kesimpulan adalah tahapan “pengalaman AHA”.

Sesungguhnya secara alamiah, pribadi yang belajar selalu akan sampai pada “pengalaman AHA” yang lebih besar bila terjadi melalui diskusi,

renungan atau refleksi, sampai pada menyadari bahwa dirinya punya kelemahan, punya kekuatan, berhasrat untuk meraih hasil mempunyai dorongan untuk melakukan perubahan atau membangun citra baru. Aha atau oh, adalah ungkapan “memahami” mengapa sesuatu terjadi begitu

atau kesimpulannya yang lain. Tiap tahapan berputar dan berulang dalam daur belajar pengalaman berstruktur.

6. Broken Triangle

a. Pengertian Broken Triangle

(32)

Gambar 2.3 Permainan Broken Triangle

b. Segitiga Berantakan

Broken triangle merupakan segitiga besar yang tersusun atas segitiga-segitiga kecil yang dalam setiap garis pertemuan antar segitiga-segitiga tersebut.

1) Perlengkapan

a) 36 Segitiga (4 set) yang di buat oleh guru seperti pola pada contoh.

b) 32 amplop yang berisi potongan segitiga. 2) Alat dan Bahan

a) Alat

(33)

(4) Lem (5) Kreketan b. Bahan

(1) Kain flanel (2) Papan triplek (3) Kertas manila

c. Pembelajaran Metode Demonstrasi Dengan Permainan Broken Triangle

Proses pembelajaran upaya menjaga keutuhan NKRI menggunakan metode demonstrasi dengan permainan broken triangle adalah :

1. Peserta dibagi dalam beberapa kelompok, masing-masing beranggotakan 5 orang. Permainan ini sebaiknyadilakukan dengan kelas yang terdiri dari 20-25 orang peserta.

2. Langkah-langkah permainan broken triangle :

a) Setiap kelompok akan menerima satu amplop dan tidak boleh dibukak sebelum ada tanda dari si pemandu.

b) Masing-masing amplop berisi delapan potongan-potongan segitiga.

(34)

d) Persyaratan selama dalam permainan: tidak diperkenakan untuk berbicara dan memberi kode apapun. Tidak boleh meminta atau mengambil bagian orang lain, tapi boleh memberi dan yang di beri dilarang menolak.

e) Kelompok yang tidak lengkap lima orang ditugasi sebagai pengawas permainan agar pemain disiplin pada peraturan.

f) Setelah peraturan dibacakan, guru membagikan pada masing-masing kelompok dan siswa melakukan pembelajaran menggunakan metode demonstrasi menggunakan permainan broken triangle. Pada saat permainan dilakukan, pemandu hendaknya mengamati tingkah laku masing-masing. Apakah terjadi pelanggaran dan tingkah laku khas lainnya.

g) Setelah ada ada dua atau tiga kelompok yang selesai, permainan bisa di hentikan. Dilakukan pengungkapan yang mereka alami dan rasakan. Dari yang mereka alami ini selanjutnya didiskusikan, mengapa bisa terjadi dan sebutkan penyebabnya? Apakah bisa diditunjuk orang yang menyebabkan kegagalan? Dan apakah bisa dihubungkan dengan kegiatan-kegiatan di luar kelas sesungguhnya.

h) Diskusi kelompok untuk menggambil kesimpulan dan memetik hasil belajar tersebut.

(35)

d. Tujuan Permainan

Tujuan dari permainan ini adalah:

1) Menyadarkan kepentingan kerjasama.

2) Mengembangkan kemampuan menganalisis kebutuhan pribadi

dan orang lain.

3) Kecerdasan mengendalikan diri. (Dananjaya, 2010:195)

B. Hasil Penelitian Yang Relevan

Berdasarkan penelitian Susilowati pada Jurnal Universitas Kristen Satya Wacana tahun 2012 yang berjudul penerapan hasil belajar IPA melalui penerapan metode demonstrasi pada siswa kelas II semester II SD Negeri Mergorejo Kecamatan Wedarijaksa Kabupaten Pati tahun pelajaran 2011/2012 menyimpulkan bahwa penerapan metode demonstrasi dengan media dan benda nyata dapat meningkatkan hasil belajar IPA Siswa kelas II SD Negeri Mergorejo.

Hasil penelitian di atas menjadi dasar peneliti untuk dapat melakukan penelitian tindakan kelas ini dengan metode demonstrasi menggunakan media permainan untuk mata pelajaran PKn di sekolah dasar.

C. Kerangka Berpikir

(36)

dalam pembelajaran diduga karena kurangnya minat membaca dan belajar Pendidikan Kewarganegaraan. Oleh karena itu, guru dituntut untuk menggunakan media pembelajaran yang dapat membawa pengaruh besar pada pola pikir siswa dalam peningkatan aktivitas belajar dan prestasi belajar siswa, yaitu dengan menggunakan variasi media pembelajaran, diantaranya dengan menggunakan media permainan Broken triangle.

Penggunaan media permainan Broken Triangle menarik untuk digunakan jika materi yang akan dipelajari dapat dibagi menjadi beberapa bagian dan materi tersebut tidak mengharuskan urutan penyampaian. Dengan strategi ini diharapkan dapat melibatkan seluruh siswa dalam belajar dan sekaligus meningkatkan Rasa cinta tanah air dengan cara guru menyampaikan materi upaya menjaga keutuhan NKRI, pertama guru melakukan tanya jawab untuk mengetahui pengetahuan awal siswa, siswa melihat bagaimana cara untuk mempertahankan NKRI sambil bermain permainan broken triangle, guru membantu memperdalam pengetahuan siswa dengan memberikan informasi-informasi yang dapat menumbuhkan rasa suka pada diri siswa yang nantinya bila terus dipupuk akan berkembang menjadi cinta yang dapat meningkatkan rasa cinta tanah air siswa dan prestasi belajar siswa mengenai materi yang akan dipelajarai.

(37)

KBM yang diinginkan. Secara skematis, kerangka berfikir dapat ditunjukkan dibawah ini

Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berfikir

D. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan kajian pustaka di atas, jika dilakukan tindakan dengan sungguh-sungguh menggunakan media permainan broken triangle maka akan meningkatkan rasa cinta tanah air dan prestasi belajar Pendidikan Kewarganegaraan pada materi Upaya Menjaga Keutuhan NKRI.

Berdasarkan perumusan di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan untuk penelitian tersebut adalah sebagai berikut :

1. pembelajaran Pendidikan Kewarganegaraan pada materi Menjaga Keutuhan NKRI menggunakan media permainan broken triangle di kelas V SD N 3 Bobosan dapat meningkatkan rasa cinta tanah air.

(38)

Gambar

Gambar 2.1 Desain Internalisasi Pendidikan Karakter (Wibowo, 2012:14)
Tabel 2.1 Indikator Keberhasilan Sekolah dan Kelas
Gambar 2.2 Daur belajar dari pengalaman
Gambar 2.4 Bagan Kerangka Berfikir

Referensi

Dokumen terkait

Angket tersebut dapat disimpulkan bahwa para peserta dapat memperoleh manfaat dari program pelatihan ini untuk meningkatkan kualitas media pembelajaran, mengetahui cara

sejarah bangsanya sendiri, sehingga dengan sikap mereka menyebabkan sejarah yang selama ini ada menjadi terlupakan bahkan hilang karena Lampion, kepada masyarakat

Dengan adanya banyak faktor yang mempengaruhi prestasi belajar akuntansi, maka dalam penelitian ini penulis hanya akan membahas mengenai pengaruh disiplin belajar, iklim kelas

Dari perlakuan tersebut di atas diperoleh data adanya kenaikan R dengan adanya penambahan volume kolektor na-oleat dari = 10 - 45 ml dengan R terbesar = 94,56 % ; sedangkan untuk

Penelitian ini adalah studi kasus pada Konsumen Carrefour Ambarukmo Plaza Yogyakarta. Pengumpulan data d iambil dari 100 responden dengan cara menyebarkan kuesioner. Teknik

Pengukuran efisiensi sel surya dilakukan dengan memberi cahaya pada sambungan P-I-N dengan cahaya lampu dengan daya 100 mW/cm 2 Diukur tegangan maksimum dan arus maksimum,

Dengan mengadopsi penelitian yang telah dilakukan oleh Pikaev dengan sistem aliran aerosol seperti Gambar 2, maka proses detoksifikasi dan desinfeksi limbah cair dari

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui apakah langkah- langkah penyusunan anggaran pemasaran pada PT Madubaru (PG Madukismo) telah sesuai dengan