• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE BERTUKAR PASANGAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII F SMP MUHAMMADIYAH I PURWOKERTO TAHUN AJARAN 2012

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II LANDASAN TEORI A. Penelitian yang Relevan - UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENULIS PUISI BEBAS MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE BERTUKAR PASANGAN DENGAN MEDIA AUDIO VISUAL PADA SISWA KELAS VIII F SMP MUHAMMADIYAH I PURWOKERTO TAHUN AJARAN 2012"

Copied!
25
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Penelitian yang Relevan

Penelitian tentang kemampuan menulis puisi sebelumnya sudah pernah dilakukan di Universiatas Muhammadiah Purwokerto, yaitu sebagai berikut:Penelitian tentang meningkatkan menulis puisi yang berjudul “Upaya Meningkatakan Kemampuan Menulis Puisi dengan Memperdengarkan Lagu Karya D’masiv pada Siswa Kelas VIII SMP Negeri 2 Karangreja Purbalingga” diteliti oleh

Melisa Afrian pada tahun 2010. Di dalamnya hanya menggunakan media audio. Media audio tersebut memperdengarkan lagu karya D’Masiv. Perbedaannya dengan penelitian ini yaitu peneliti menggunakan model pembelajaran kooperatif bertukar pasangan dan media audio visual dalam meningkatkan kemampuan menulis puisi bebas.

Penelitian berikutnya yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Menulis Puisi dengan Menggunakan Media Poster di SMP Negeri 2 Kalibagor Kabupaten

(2)

B. Pengertian Menulis

Menulis ialah menurunkan atau menuliskan lambang-lambang grafik yang menggambarkan suatu bahasa yang dipahami oleh seseorang, sehingga orang-orang lain dapat membaca lambang-lambang grafik tersebut kalau mereka memahami bahasa dan gambaran grafik itu. Menulis merupakan suatu representasi bagian dari kesatuan-kesatuan ekspresi bahasa (Tarigan, 1994: 21). Menulis merupakan suatu keterampilan berbahasa yang dipergunakan untuk berkomunikasi secara tidak langsung, tidak secara tatap muka dengan orang lain. Menulis merupakan suatu kegiatan yang produtif dan ekspresif. Menulis merupakan suatu proses perkembangan. Menulis menuntut pengalaman, waktu, kesempatan, latihan, keterampilan-keterampilan khusus, dan pengajaran langsung menjadi seorang penulis. Menuntut gagasan-gagasan yang tersusun secara logis, diekspresikan dengan jelas, dan ditata secara menarik. Menulis menuntut latihan yang cukup dan teratur serta pendidikan yang berprogram.

Program-program dalam pembelajaran menulis direncanakan untuk mencapai tujuan-tujuan berikut:

1. Membantu para siswa memahami bagaimana caranya ekspresi tulis dapat melayani mereka, dengan menciptakan situasi-situasi di dalam kelas yang jelas memerlukan karya tulis dan kegiatan menulis.

2. Mendorong siswa mengekspresikan diri mereka secara bebas dalam tulisan. 3. Mengajar para siswa menggunakan bentuk yang tepat dan serasi dalam ekspresi

tulis.

(3)

Menurut Morsey (dalam Tarigan, 1994: 4) dalam kehidupan moderen ini jelas bahwa keterampilan menulis ini sangat dibutuhkan. Kiranya tidaklah terlalu berlebihan bila kita katakan bahwa keterampilan menulis merupakan suatu ciri dari orang yang terpelajar. Sehubungan dengan hal itu ada seorang penulis yang mengatakan bahwa menulis dipergunakan oleh orang terpelajar untuk mencatat atau merekam, meyakinkan, melaporkan atau memberitahukan, dan mempengaruhi orang lain. Tujuan seperti itu hanya dapat dicapai dengan baik oleh orang-orang yang sudah terlatih menyusun pikirannya dan mengutarakannya dengan jelas. Kejelasan ini tergantung pada pikiran, organisasi, pemakaian kata-kata dan struktur kalimat.Dari uraian tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa kemampuan menulis itu tidak bisa datang dengan sendirinya, melainkan perlu adanya latihan dan pengarahan, sehingga dalam menulis suatu tulisan atau karangan dapat dipahami dan bermanfaat bagi pembacanya.

C. Pengertian Puisi

(4)

yang penting perasaan penulis dapat terekspresi dalam bentuk kata-kata yang tepat sehingga menghasilkan makna yang tajam dan mendalam. Departemen Pendidikan Nasional (2007: 903) menyebutkan puisi bebas adalahpuisi yang tidak terikat oleh rima dan matra, dan tidak terikat oleh jumlah larik dalam setiap bait, jumlah suku kata dalam setiap larik.

(5)

Dari beberapa pengertian tentang puisi yang diuraikan di atas dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1. Dalam puisi terjadi pengkonsentrasian atau pemadatan segala unsur kekuatan bahasa.

2. Dalam penyusunannya, unsur-unsur bahasa itu dirapikan, diperbagus diatur sebaik-baiknya dengan memperhatikan irama dan bunyi.

3. Puisi adalah ungkapan pikiran dan perasaan penyair yang berdasarkan mood atau pengalaman jiwa dan bersifat imajiatif.

4. Bahasa yang digunakan bersifat konotatif.

5. Bentuk fisik dan bentuk batin puisi merupakan kesatuan yang bulat tidak dapat dipisahkan dan merupakan kesatuan yang padu. Bentuk fisik dan bentuk batin itu dapat ditelaah unsur-unsurnya hanya dalam kaitannya dengan keseluruhannya (Waluyo, 1995: 25).

D. Unsur Pembentuk Puisi

Menurut Waluyo (1995: 71), unsur-unsur bentuk atau struktur fisik puisi dapat diuraikan dalam metode puisi, yakni unsur estetik yang membangun struktur luar dari puisi. Unsur-unsur tersebut merupakan kesatuan yang utuh. Unsur-unsur tersebut terdiri dari: diksi, pengimajian, kata konkret, bahasa figuratif (majas), versifikasi, dan tata wajah (tipografi). Berikut ini satu-persatu penjelasan unsur-unsur pembangun puisi, antara lain:

1. Diksi

(6)

umunya sama saja dengan kata-kata yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari. Secara alamiah kata-kata yang dipergunakan dalam puisi dan dalam kehidupan sehari-hari mewakili makna yang sama, bahkan bunyi ucapanpun tidak ada perbedaannya. Walaupun demikian, tetap harus disadari bahwa penempatan serta penggunaan kata-kata dalam puisi dilakukan secara hati-hati dan teliti serta lebih tepat. Kata-kata yang dipergunakan dalam dunia persajakan tidak seluruhnya bergantung pada maknadenotatif, tetapi lebih cenderung pada makna konotatif. Konotatif atau nilai kata inilah yang justru lebih banyak memberi efek para penikmatnya. Uraian-uraian ilmiah biasanya lebih mementingkkan denotasi. Itulah sebabnya sering orang mengatakan bahwa bahasa ilmiah bersifat denotatif, sedang bahasa sastra terutama puisi bersifat konotatif.

2. Pengimajian

(7)

3. Kata konkret

Salah satu cara untuk membangkitkan daya bayang atau imajinasi para penikmat sesuatu sajak adalah dengan mempergunakan kata yang tepat, kata-kata yang konkret yang dapat menyarankan suatu pengertian menyeluruh. Semakin tepat seorang penyair menempatkan kata-kata yang penuh asosiasi dalam karyanya maka semakin baik pula ia menjelmakan imaji, sehingga para penikmat menganggap bahwa mereka benar-benar melihat, mendengar, merasakan, dan pendeknya mengalami segala sesuatu yang dialami oleh penyair.Dengan keterangan singkat di atas dapatlah ditarik kesimpulan bahwa yang dimaksud dengan kata nyata adalah kata yang konkret dan khusus, bukan kata yang abstrak dan bersifat umum.

4. Bahasa figuratif (majas)

Cara lain yang sering dipergunakan oleh para penyair untuk membangkitkan imajinasi itu adalah dengan memanfaatkan majas, majas merupakan bahasa kiasan atau gaya bahasa. Majas adalah cara melukiskan sesuatu dengan jalan menyamakannya dengan sesuatu yang lain atau bahasa kiasan. Pemanfaatan penggunaan majas oleh para penyair biasanya dilakukan untuk membangkitkan imajinasi sekaligus emosi pembaca. Penyair ingin mengajak pembaca memasuki dunia di dalam karyanya. Untuk itulah ia memanfaatkan majas sebagai jembatan dan alat bantu melukiskan sesuatu dengan jalan menyamarkan sesuatu yang lain dan bersifat kiasan.

5. Versifikasi

(8)

akhir baris puisi atau bahkan ada juga pada keseluruhan baris dan bait puisi. Sedangkan metrum adalah irama yang tetap, artinya pergantiannya sudah tetap menurut pola tertentu. Hal ini disebabkan oleh: (1) jumlah suku kata yang tetap, (2) tekanan yang tetap, dan (3) alun suara menaik dan menurun yang tetap.Ketiganya memiliki peran besar dan berpengaruh untuk memperjelas makna suatu puisi. Ritme, rima, dan metrum dalam puisi erat sekali hubungannya dengan sense, feeling, tone, dan intention yang terkandung di dalamnya. Jelas perubahan yang terjadi cenderung untuk menimbulkan perubahan keempat unsur hakekat puisi itu. Dilihat dari segi makna, ketiganya merupakan sesuatu yang tidak monoton atau itu-itu saja. Penyair memanfaatkan ritme, rimadan metrum dengan tujuan menciptakan suasana rasa, bunyi yang dimainkan secara beraturan sehingga dapat juga dirasakan oleh pembaca.

6. Tata wajah (tipografi)

(9)

E. Kriteria Puisi yang Baik

Secara umum, suatu karya puisi disebut sebagai karya yang baik apabila unsur-unsur yang menjadi ciri sebuah puisi itu ada pada puisi yang dibuat oleh seorang penulis. Ciri-ciri tersebut seperti menggunakan pilihan kata yang tepat, adanya unsur pencitraan, adanya pemadatan bahasa, adanya kata konkret, mengandung tema serta amanat. Puisi yang bagus adalah puisi yang imajinatif yang dibangun dengan citraan yang indah, utuh dan konkret.Puisi dianggap berhasil apabila di dalam puisi tersebut terkandung unsur-unsur pokok sebuah puisi yang disebut unsur kualitas (tema, ide, dll) dan unsur bentuk formal (struktur). Puisi tidak hanya sekedar berfungsi sebagai pesan-pesan atau kejadian-kejadian, tetapi juga berfungsi sebagai alat meditasi (sebutlah sebagai alat untuk merenung bila karya itu sebagai karya yang baik). Jadi sebuah karya dapat dikatakan berhasil bila salah satu sifatnya adalah agung.

(10)

F. Pengertian Cooperative Learning

Isjoni (2011:15) mengatakan coopertive learning berasal dari kata kooperatifyang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Slavin (dalam Isjoni, 2011:15) mengemukakan, “in cooperative learning methods, student work

together in four member teams to master material initially presented by the teacher”.

Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa cooperative learningadalah suatu model belajar dan bekerja dengan kelompok-kelompok kecil yang berjumlah 2-4 orang secara kolaboratif sehingga dapat merangsang siswa lebih semangat dalam belajar.

(11)

Jonson & Jonson (dalam Isjoni, 2011:17) cooperative learning adalah mengelompokkan siswa di kelas kedalam suatu kelompok kecil agar siswa dapat bekerja sama dengan kemampuan maksimal yang mereka miliki dan mempelajari satu sama lain dalam kelompok tersebut.

Slavin (dalam Isjoni, 2011:17) menyebutkan cooperative leraning merupakan teknik pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (perrteaching). Dalam melakukan proses belajar-mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka. Ada banyak alasan mengapa cooperative leraning tersebut mampu memasuki mainstream (kelaziman) praktek pendidikan. Selain bukti nyata tentang keberhasilan pendekatan ini, pada masa sekarang masyarakat pendidikan semakin menyadari pentingnya para siswa berlatih berpikir, memecahkan masalah, serta mengabungkan kemampuan dan keahlian. Pendekatan ini memang akan berjalan baik di kelas yang kemampuannya merata, namun sebenarnya kelas dengan kemampuan siswa yang bervariasi lebih membutuhkan pendekatan ini karena dengan menyampur para siswa yang kemampuannya beragam siswa yang kurang akan sangat terbantu dan termotivasi oleh siswa yang lebih. Demikian juga siswa yang lebih akan semakin terasah pemahamannya.

(12)

pilihan dalam mengisi kelemahan kompetisi, yakni hanya sebagian siswa yang akan bertambah pintar, sementara yang lainnya semakin tenggelam dalam ketidak tauhannya. Tidak sedikit siswa yang kurang pengetahuan merasa malu bila kekurangannya di-expose. Kadang-kadang motivasi persaingan akan menjadi kurang sehat bila para murid saling menginginkan agar siswa lainnya tidak mampu, katakanlah dalam menjawab soal yang diberikan guru. Sikap mental inilah yang dirasa perlu untuk mengalami perbaikan.

Djahiri K (dalam Isjoni, 2011:19) menyebutkan cooperative learning sebagai pembelajaran kelompok kooperatif yang menuntut diterapkannya pendekatannya belajar yang siswa sentris, humanistik, dan demokratis yang disesuaikan dengan kemampuan siswa dan lingkungan belajarnya. Dengan demikian, maka pembelajaran kooperatif mampu mebelajarkan diri dan kehidupan siswa baik di kelas atau sekolah. Lingkungan belajarnya juga membina dan meningkatkan serta mengembangkan potensi dari siswa juga sekaligus memerikan pelatihan hidup senyatanya. Jadi, cooperative learningdapat dirumuskan sebgai kegiatan pembelajaran kelompok yang tearah, terpadu, efektif, efisien, kearah mencari atau mengkaji sesuatu melalui proses kerja sama dan saling membantu (sharing) sehingga tercapai proses dan hasil belajar yang produktif (survive).

Beberapa ciri dari cooperative learning adalah: 1. Setiap anggota memiliki peran.

2. Terjadi hubungan interaksi langsung diantara siswa.

3. Setiap anggota kelompok bertanggung jawab atas belajarnya dan juga teman-teman sekelompoknya.

(13)

G. Unsur-Unsur Pembentuk Cooperative Learning

Roger dan David Johnson (dalam Lie, 2010: 31) mengatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dikatakan cooperative learning. Untuk mencapai hasilyang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan, yaitu:

1. Saling ketergantungan positif

Keberhasilan suatu karya sangat bergantung dari usaha setiap anggotanya. Wartawan mencari dan menulis berita, redaksi mengedit, dan tukang ketik mengetik tulisan tersebut. Rantai kerja sama ini berlanjut terus sampai dengan mereka yang dibagian percetakan dan loper surat kabar. Semua orang ini bekerja demi tercapainya suatu tujuan yang sama, yaitu terbitnya sebuah surat kabar dan sampainya surat kabar tersebut di tangan pembaca. Untuk menciptakan kelompok kerja yang efektif, pengajar perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok harus menyelesaikan tugasnya sendiri agar yang lain bisa mencapai tujuan mereka. Dalam metode Jigsaw, Aronson (dalam Lie, 2010: 32) menyarankan jumlah anggota kelompok dibatasi sampai dengan empat orang saja dan keempat anggota ini ditugaskan membaca bagian yang berlainan. Keempat anggota ini lalu berkumpul dan bertukar informasi. Selanjutnya, pengajar akan mengevaluasi mereka mengenai seluruh bagian. Dengan cara ini, mau tidak mau semua anggota merasa bertanggung jawab untuk menyelesaikan tugasnya agar yang lain bisa berhasil.

2. Tanggung jawab perseorangan

(14)

akan merasa bertanggung jawab untuk melakukan yang terbaik. Kunci keberhasilan metode kerja kelompok adalah persiapan guru dalam penyusunan tugasnya. Pengajar yang efektif dalam model pembelajaran cooperative learning membuat persiapan dan menyusun tugas sedemikian rupa sehingga masing-masing aggota kelompok harus melaksanakan tanggung jawabnya sendiri agar tugas selanjutnya dalam kelompok dapat dilaksanakan. Dalam teknik Jigsaw yang dikembangkan Aronson misalnya, bahan bacaan dibagi menjadi empat bagian dan masing-masing siswa mendapat dan membaca satu bagian. Dengan cara demikian, siswa yang tidak melaksanakan tugasnya akan diketahui dengan jelas dan mudah. Rekan-rekan dalam satu kelompok akan menuntutnya untuk melaksanakan tugas agar tidak menghambat yang lainya.

3. Tatap muka

(15)

diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

4. Komunikasi antar anggota

Unsur ini juga menghendaki agar para pembelajar dibekali dengan berbagai keterampilan berkomunikasi. Sebelum menugaskan siswa dalam kelompok, pengajar perlu mengajarkan cara-cara berkomunikasi. Tidak setiap siswa mempunyai keahlian mendengarkan dan berbicara. Keberhasilan suatu kelompok juga bergantung pada kesedian para anggotanya untuk saling mendengarkan dari kemampuan mereka untuk mengutarakan pendapat mereka. Ada kalanya pembelajar perlu diberi tahu secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana caranya menyanggah pendapat orang lain tanpa harus menyinggung perasaan orang tersebut. Masih banyak orang yang kurang sensitif dan kurang bijaksana dalam menyatakan pendapat mereka. Tidak ada salahnya menagajar siswa beberapa ungkapan positif atau sanggahan dalam ungkapan yang lebih halus. Sebagai contoh, ungkapan “Pendapat Anda itu agak berbeda dan unik. Tolong jelaskan lagi alasan anda,” akan lebih bijaksana daripada mengatakan, “Pendapat Anda itu aneh dan tidak masuk akal. ”Contoh lain, tanggapan “Hm . . . menarik sekali kamu bisa memberi

jawaban itu. Tapi jawabanku agak berbeda . . .” akan lebih menghargai orang lain daripada vonis seperti, “Jawabanmu itu salah. Harusnya begini.” Keterampilan

(16)

5. Evaluasi proses kelompok

Pengajar perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kerja kelompok dan hasil kerja sama mereka agar selanjutnya bisa bekerja sama dengan lebih efektif. Waktu evaluasi ini tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, tetapi bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali pembelajar terlibat dalam kegiatan pembelajaran kooperatif. Format evaluasi bisa bermacam-macam, bergantung pada tingkat pendidikan siswa.

Contoh evaluasi proses kerja kelompok untuk tingkat menengah atau lanjutan: a. Apakah setiap anggota kelompok berpartisipasi?

b. Apakah setiap siswa sudah berusaha saling membantu untuk mengutarakan pendapat?

c. Apakah setiap siswa saling mendengarkan satu sama lain? d. Apakah setiap siswa saling memperhatikan satu sama lain? e. Apakah setiap siswa saling bertanya?

H. Teknik Pembelajaran Cooperative Learning Bertukar Pasangan

Menurut Lie (2010:56) teknik belajar mengajar bertukar pasangan memberi siswa kesempatan untuk bekerja sama dengan orang lain. Teknik ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia anak didik. Penerapan teknik bertukar pasangan:

1. Setiap siswa mendapatkan beberapa pasangan atau siswa membentuk kelompok, pasangan atau kelompok ini ditentukan oleh guru.

2. Guru memberikan tugas dan siswa mengerjakan tugas dengan pasangan atau kelompoknya.

(17)

kelompok atau pasangan yang lain.

4. Pasangan atau kelompok tersebut saling bertukar dengan pasangan atau kelompok yang lain. Masing-masing kelompok atau pasangan yang baru ini kemudian saling menanyakan dan mengukuhkan jawaban mereka.

5. Temuan baru yang didapatkan dari pertukaran pasangan kemudian dibagikan kepada pasangan semula.

I. Kelebihan dan Kekurangan Cooperative Learning Tipe Bertukar Pasangan

Setiap segala sesuatu pasti ada kelebihan dan juga kekurangan. Termasuk model pembelajaran, seperti model pembelajaran dengan metode pembelajaran kooperatif tipe bertukar pasangan, metode ini mempunyai kelebihan dan juga kekurangan. Adapun kelebihan dan kekurangan cooperative learning:

1. Kelebihan cooperative learning bertukar pasangan

a. Siswa dilatih untuk dapat bekerjasama mempertahankan pendapat. b. Semua siswa terlibat.

c. Melatih siswa untuk lebih teliti, cermat, cepat dan tepat. d. Setiap siswa termotivasi untuk menguasai materi.

e. Menghilangkan kesenjangan antara siswa yang pintar dengan siswa yang tidak pintar.

f. Mendorong siswa tampil prima karena membawa nama baik kelompok lamanya. g. Tercipta suasana gembira dalam belajar. Dengan demikian meskipun saat

(18)

2. Kekurangan cooperative learning bertukar pasangan

a. Proses pembelajaran membutuhkan waktu yang lama.

b. Guru tidak dapat mengetahui kemampuan siswa masing-masing. c. Siswa kurang konsentrasi.

d. Ada siswa yang takut diintimidasi bila memberi nilai jelek kepada anggotanya (bila kenyataannya siswa lain kurang mampu menguasai materi).

e. Ada siswa yang mengambil jalan pintas, dengan meminta tolong pada temannya untuk mencarikan jawabnya.

J. Pengertian Media

(19)

K. Pengertian Audio Visual

Rohani (1997:97) menyatakan AVA (Audio Visual) adalah media intruksional moderen yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi), media audio visual meliputi media yang dapat dilihat dan didengar. Dalam penenelitian ini peneliti menggunakan audio visual yang berupa film. Film adalah salah satu media audio visual. Dalam film atau biasa yang disebut gambar hidup, para siswa melihat dan mendengar pengalaman-pengalaman yang direkam. Gambar hidup merupakan kombinasi antara gerakan, kata-kata, musik dan warna. Gambar hidup memang wajar digunakan di kelas, oleh sebab bukan saja memberikan fakta-fakta, tetapi juga menjawab berbagai persoalan dan untuk mengerti tentang dirinya sendiri dan lingkungannya. Selain dari itu melalui gambar ini para siswa dapat memeperoleh kecakapan, sikap dan pemahaman yang dapat membantu mereka hidup dalam masyarakat. Dengan ini, audio visual tidak hanya dianggap sebagai alat suplementer belaka, tetapi alat yang fundamental, dipelajari secara ilmiah dan dinilai secara kritis, karena itu banyak digunakan di sekolah.

Dibanding dengan media yang lain audio visual mempunyai kelebihan sebagai berikut:

1. Penerima pesan akan memperoleh tanggapan yang lebih jelas dan tidak muda dilupakan, karena anatara melihat dan mendengar dapat dikombinasikan menjadi satu.

2. Dapat membangkitkan imajinasi dan kreativitas siswa.

(20)

4. Dengan teknik Slow-Motion dapat mengikuti suatu gerakan atau aktivitas yang berlangsung cepat.

5. Dapat mengatasi keterbatasan ruang dan waktu.

6. Dapat membangun sikap, perbuatan dan membangkitkan emosi dan mengembangkan problema(Rohani 1997:98).

L. Jenis-Jenis Media

Menurut Djamarah, dkk (2006: 124-125), dilihat dari jenisnya, media dibagi ke dalam:

1. Media auditif adalah media yang hanya mengandalkan suara saja, seperti radio, cassette recorder, piringan hitam. Media ini tidak cocok untuk orang tuli atau mempunyai kelainan dalam pendengaran.

2. Media visual adalah media yang hanya mengandalkan indera penglihatan. Media visual ini ada yang menampilkan gambar atau simbol yang bergerak seperti film bisu dan film kartun.

3. Media audiovisual adalah media yang mempunyai unsur suara dan unsur gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, kaerena meliputi dua jenis media yang pertama dan kedua.

Media ini dibagi ke dalam:

1. Audiovisual diam, yaitu menampilkan suara dan gambar seperti film bingkai suara (sound slides, film rangkai suara dan cetak suara).

(21)

Pembagian lain dari media ini adalah:

1. Audiovisual murni, yaitu baik unsur suara maupun unsur gambar berasar dari suatu sumber sepreti film, vidieocassette.

2. Audio visual tidak murni yaitu unsur suara dan unsur gambarnya berasal dari suatu sumber yang berbeda, misalnya film bingkai suara yang gambarnya yang bersumber dari slides proyektor dan unsur suaranya bersumber dari tape recorder.

M. Manfaat Media Pembelajaran

Djamarah, dkk (2006: 34) mengemukakan manfaat media pembelajaran dalam proses belajar siswa antara lain:

1. Dengan media dapat meletakkan dasar-dasar yang nyata untuk bepikir. Karena itu, dapat mengurangi verbalisme.

2. Dengan media dapat memperbesar minat dan perhatian siswa untuk belajar. 3. Dengan media dapat meletakkan dasar untuk perkembangan belajar sehingga

hasil belajar bertambah mantap.

4. Memberikan pengalaman yang nyata dapat menumbuhkan kegiatan pada setiap siswa.

5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan berkesinambungan. 6. Membantu tumbuhnya perkembangan kemampuan berbahasa.

(22)

8. Bahasa pengajaran akan lebih jelas maknanya, sehingga dapat lebih dipahami oleh para siswa, dan memungkinkan siswa menguasai tujuan penguasaan lebih baik.

9. Metode mengajar akan lebih berfariasi, tidak semata-mata komunikasi verbal melalui penuturan kata-kata oleh guru sehingga siswa tidak bosan dan guru tidak kehabisan tenaga.

10. Siswa lebih banyak melakukan kegiatan belajar, sebab tidak hanya mendengarkan uraian guru, tetapi juga aktifitas lain seperti mengamati, melakukan, mendemontrasikan, dan lain-lain.

Upaya lain yang dapat dilakukan untuk meningkatkan proses belajar-mengajar. Menurut Sadiman (2006:17) menyatakan bahwa proses pembelajaran akan lebih jelas, lengkap dan menarik apabila didukung melalui program media. Ia juga menyatakan bahwa pengunaan media dalam pembelajaran sanagat bermanfaat karena ada beberapa dasar, yaitu:

1. Penyampaian materi pelajaran dapat diseragamkan. 2. Proses pembelajaran akan lebih jelas dan menarik. 3. Proses pembelajaran akan lebih interaktif.

4. Efisien dalam waktu dan tenaga.

5. Meningkatkan kualitas hasil belajar siswa.

(23)

N. Kriteria pemilihan media pembelajaran

Menurt Djamarah, dkk (2006:130) apabila akan menggunakan media pengajaran dengan cara memanfaatkan media yang ada, guru dapat menjadikan kritria berikut sebagai acuan :

1. Apakah topik yang akan dibahas dalam media tersebut dapat menarik minat anak didik untuk belajar.

2. Apakah materi yang terkandung dalam medi tersebut penting dan berguna untuk anak didik.

3. Apakah materi yang disajikan otentik dan aktual, ataukah informasi yang sudah lama diketahui massa dan atau peristiwa yang telah lama terjadi.

4. Apakah fakta dan konsepnya terjamin kecermatanya atau ada suatu hal yang masih diragukan.

5. Apakah format penyajianya berdasarkan tata urutan belajar yang logis.

6. Apakah pandangan objektif dan tidak mengandung unsur propaganda atau hasutan terhadap anak didik.

7. Apakah narasi, gambar, efek, warna dan sebagainya memenuhi syarat standar kualitas teknis.

8. Apakah bobot penggunaan bahasa, simbol-simbol, dan ilustrasinya sesuaidengan tingkat kematangan berfikir anak didik.

9. Apakah sudah diuji kesahihanya (validitasnya).

O. Kerangka Berpikir

(24)

keempat aspek itulah keterampilan menulis patut mendapatkan perhatian karena tulisan merupakan penyajian dalam bentuk tulis. Apabila dalam penulisan tandabacanya tidak sesuai dengan kaidah yang benar maka maksud dari pesan itu tidak dapat tersampaikan. Keterampilan menulis di sekolah perlu ditingkatkan karena keterampilan ini merupakan cerminan dari pengajaran yang diperoleh siswa selama ini. Keterampilan menulis puisi siswa kelas VIII F SMP Muhammadiyah 1 Purwokerto belum maksimal. Faktor yang menghambat peserta didik dalam menulis puisi diantaranya peserta didik mengalami kesulitan untuk membayangkan hal-hal yang akan mereka tulis, peserta didik mengalami kesulitan untuk mencari kosakata yang tepat untuk mengapresiasikan apa yang dilihat dan dibayangkan, peserta didik mengalami kesulitan untuk menulis pengalaman-pengalaman yang pernah mereka alami, peserta didik banyak yang kesulitan dalam menuangkan ide-idenya lewat puisi.

(25)

seperti penggunaan kosakata dalam menulis puisi, mencari ide-ide untuk dituliskan ke dalam puisi. Berdasarkan permasalahan tersebut, peneliti ingin melakukan penelitian tindakan kelas melalui model cooperative learning bertukar pasangan dengan memanfaatkan media audio visual dalam pembelajaran menulis puisi bebas.

P. Hipotesis Tindakan

Berdasarkan latar belakang dan kerangka berpikir tersebut, maka ditetapkan hipotesis tindakan yaitu pembelajaran dengan menggunakan teknik cooperative learning bertukar pasangan dan media audio visual dapat meningkatkan kemampuan

Gambar

gambar hidup, para siswa melihat dan mendengar pengalaman-pengalaman yang
gambar. Jenis media ini mempunyai kemampuan yang lebih baik, kaerena

Referensi

Dokumen terkait

Untuk Artikel Lembaga dapat menambahkan pada laman BOP Keaksaraan artikel mengenai pendidikan keaksaraan, ketika artikel ditambahkan penulis harus mencantumkan foto

Sehubungan dengan akan dilaksanakannya klarifikasi dan negosiasi dan dengan berakhirnya masa sanggah, untuk itu kami mengundang Direktur Utama/Pimpinan Perusahaan atau

Tentang prinsip pendekatan komu- nikatif, Angela Scarino dkk (1994) menyatakan bahwa tujuan utama semua pembelajaran bahasa adalah membantu pebelajar mampu

1) Mengelola data pustaka. 2) Mencatat pengadaan buku dari berbagai sumber, seperti pembelian, sumbangan, kerjasama. 3) Mengelola data anggota, seperti registrasi, dan

asuhan kebidanan kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan program. keluarga berencana

Dalam penelitian ini salad dressing dibuat menggunakan sumber asam alami yang mudah didapatkan dan secara alami mengandung asam dalam kadar yang cukup tinggi.Namun tidak

Puji syukur Penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah mencurahkan berkat dan rahmat-Nya, sehingga Penulis dapat menyelesaikan laporan skripsi dengan

In males, strain Cobb appeared to have a higher breast meat yield than of strain Ingham (Table 4) and a lower proportion of abdominal fat than females, but direct comparison was