1. Kehamilan
Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan di definisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamiln terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung selama 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu 13 hingga 27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Prawirohardjo, 2010; h. 213).
Masa kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal adalah 280 hari ( 40 minggu atau 9 bulan 7 hari ) dihitung dari pertama haid terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6 bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan (Saifuddin, 2010; h. 89).
Kehamilan merupakan proses alamiah untuk menjaga kelangsungan peradaban manusia. Kehamilan baru bisa terjadi jika seorang wanita sudah mengalami pubertas yang di tandai dengan terjadinya menstruasi (Hani, 2010; h. 21).
a. Fisiologis kehamilan
Untuk mempelajari hasil konsepsi, sebaiknya terlebih dahulu memahami ovum dan sperma.
a) Ovum
1) Bisa dibuahi jika sudah melewati proses oogenesis
2) Dikeluarkan oleh ovarium saat fase ovulasi, satu kali setiapsiklus haid dan akan habis jika sudah masa menopouse.
3) Ovum mempunyai waktu hidup 24-48 jam setelah dikeluarkan dari ovarium.
4) Mempunyai lapisan pelindung yaitu sel-sel granulosa dan zona pellusida yang harus bisa di tembus oleh sperma untuk dapat terjadi suatu kehamilan (Hani, 2011; h. 36).
b) Sperma
1) Dikeluarkan oleh testis dan peristiwa pematangannya disebut spermatogenesis.
2) Jumlahnya akan berkurang, tetapi tidak akan habis seperti pada ovum dan teta berproduksi meskipun pada lansia.
3) Kemampuan fertilisasi selama 2-4 hari, rata-rata 3 hari.
4) Terdapat 100 juta sperma pada setiap mililiter air mani yang dihasilkan rata-rata 3 cc tiap ejakulasi.
5) Mengeluarkan enzim hialuronidase untuk melunakan korona radiata atau sel-sel granulosa.
6) Mempunyai morfologi yang sempurna, yaitu kepala : berbentuk lonjong agak gepeng berisi inti (nukleus), diliputi lagi oleh akromosom dan membran plasma. Leher : menghubungkan kepala dengan bagian kepala dan dapat bergetar sehingga sperma dapat bergerak dengan cepat (Hani, 2011; h. 36).
c) Fertilisasi
panjang uterus, serta silia yang ada dituba fallopi. Untuk bisa menghadapi rintangan tersebut, maka sperma harus mempunyai akrosom dan melewati proses kapasitasi. Sedangkan ovum akan dikeluarkan dari ovum sebanyak satu setiap bulan, ditangkap oleh fimbriae dan berjalan menuju tuba fallopi. Tempat bertemunya ovum dan sperma paling sering adalah didaerah ampula tuba (Hani, 2011; h.37).
d) Pembelahan
Setelah itu zigot akan membelah menjadi 2 sel ( 30 jam) , 4 sel, 8 sel sampai dengan 16 sel disebut blastomer (3 hari) dan membentuk sebuah gumpalan bersusun longgar. Setelah tiga hari sel-sel tersebut akan membelah membentuk buah arbei dari 16 sel disebut morula (4 hari). Saat morula memasuki rogga rahim, cairan mulai menembus zona pellusida masuk ke dalam ruang antar sel yang ada di masa sel dalam. Berangsur-angsur ruang antar sel menyatu dan akhirnya terbentuklah sebuah rongga atau blastokel sehingga disebut blastokista (41/2 - 5 hari). Sel yang bagian dalam disebut embrioblas dan sel di luar disebut trofoblas. Zone pellusida akhirnya menghilang sehingga trofoblas dapat memasuk dinding rahim (endomentrium) dan siap berimplantasi (51/2-6 hari) dalam bentuk blastokista tingkat lanjut (Hani, 2011; h.38).
e) Nidasi / Implantasi
terkadang saat nidasi terjadi sedikit perdarahan akibat luka desidua yang di sebut dengan tanda Hartman (Hani, 2011; h.38).
Secara klinis tanda-tanda kehamilan dapat di bagi dalam 3 kategori yaitu tanda tidak pasti , tanda mungkin kehamilan dan tanda pasti kehamilan.
a. Tanda tidak pasti 1) Amenorhea
Seorang wanita dalam masa mampu hamil, apabila sudah kawin mengeluh terlambat haid, maka pikirkan bahwa dia hamil, meskipun keadaan stres, obat-obatan, penyakit kronis dapat ula mengakibatkan terlambat haid (Kusmiyati, 2010; h. 97).
2) Mual dan Muntah (morning sickness)
Mual dan muntah merupakan gejala umum, mulai dari rasa tidak enak sampai muntah yan berkepanjangan. Untuk mengatasinya penderita perlu diberi makan-makanan yang ringan, mudah dicerna dan jangan lupa menerangkan bahwa keadaan ini masih dalam batas normal orang hamil (Kusmiyati, 2010; h. 98).
3) Keluhan Kencing
Frekuensi kencing bertambah dan sering kencing di malam hari, disebabkan karena desakan uterus yang membesar dan tarikan oleh uterus ke kranial (Kusmiyati, 2010; h. 98).
4) Konstipasi
Terjadi karena efek relaksasi progesteron atau dapat juga karena perubahan pola makan sehingga menghambat peristaltik usus atau tonus otot menurun dan menyebabkan kesulitan untuk BAB (Kusmiyati, 2010; h. 98).
5) Perubahan Berat Badan
6) Perubahan Temperatur Basal
Kenaikan temperatur basal lebih dari 3 minggu biasanya merupakan tanda telh terjadinya kehamilan (Kusmiyati, 2010; h. 98)
7) Perubahan Payudara
Akibat stimulasi prolaktin dan HPL, payudara mensekresi kolostrum, biasanya setelah kehamilan lebih dari 16 minggu (Kusmiyati, 2010; h. 99).
b. Tanda-tanda mungkin
1) Terjadi pembesaran abdomen
Perubahan perut menjadi nyata setelah minggu ke-16, karena pada saat itu uterus telah keluar dari rongga pelvis dan menjadi organ rongga perut (Kusmiyati, 2010; h. 99).
2) Perubahan Pada Uterus
Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk dan konsistensi. Uterus berubah menjadi lunak, bentuk globular.
Teraba ballotement, tanda ini muncul pada minggu ke-16 hingga ke-20, setelah rongga rahim mengalami obliterasi dan cairan amnion cukup banyak. Ballotement adalah tanda ada benda terapung/melayang dalam cairan (Kusmiyati, 2010; h. 99). 3) Tanda Piskacek’s
Terjadi pertumbuhan yang asimetris pada bagian uterus yang dekat dengan implantasi plasenta (Kusmiyati, 2010; h. 99). 4) Perubahan-Perubahan Pada Serviks
a. Tanda Hegar
Pembuluh darah dalam cervix bertambah dan karena terjadinya oedema dari cervix dan hiperplasia kelenjar-kelenjar cervix, sehingga cervix menjadi lunak (Kusmiyati, 2010; h. 99).
b. Tanda Goodell’s
c. Tanda Chadwick
Pembuluh darah dinding vagina bertambah hingga warna selaput lendirnya biru (Kusmiyati, 2010; h. 100).
d. Tanda Mc Donald
Fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah di difleksikan satu sama lain dan tergantung pada lunak tidaknya jaringan isthmus (Kusmiyati, 2010; h. 100).
e. Kontraksi Uterus
Tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh perutnya kencang, tapi tidak disertai rasa sakit (Kusmiyati, 2010; h. 101).
c. Tanda pasti kehamilan
1) Denyut Jantung Janin (DJJ)
Dapat di dengar dengan menggunakan stetoskop laenec pada minggu 17-18. Pada orang gemuk, lebih lambat. Dengan stetoskop ultrasonik (doppler), DJJ dapat didengarkan lebih awal lagi, sekitar minggu ke-12. Melakukan auskultasi pada janin bisa juga mengidentifikasi bunyi-bunyi yang lain seperti bising tali pusat, bising uterus dan nadi ibu (Kusmiyati, 2010; h. 101). 2) Palpasi
Harus di tentukan outline janin. Biasanya menjadi jelas setelah minggu ke-22. Gerakan janin dapat dirasakan dengan jelas setelah minggu ke-24 (Kusmiyati, 2010; h. 101).
b. Perubahan fisiologis janin
c. Perubahan Fisiologis pada ibu hamil
Dengan terjadinya kehamilan maka seluruh sistem genetalia wanita mengalami perubahan yang mendasar, sehingga dapat menunjang perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim. Plasenta dalam perkembangannya mengeluarkan hormon somatomamotropin, esterogen, dan progesteron yang menyebabkan perubahan pada : a) Rahim atau Uterus
Rahim yang semula besarnya sejempol atau beratnya 30 gram akan mengalami hipertrofi dan hyperplasia, sehingga menjadi seberat 100 gram saat akhir kehamilan. Otot rahim mengalami hyperplasia dan hipertropi menjadi lebih besar, lunak, dan dapat mengikuti pembesaran rahim karena pertumbuhan janin (Prawirohardjo, 2009; h. 175).
b) Serviks
Satu bulan setelah konsepsi serviks mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh esterogen, sehingga tampak makin merah dan kebiru-biruan (Prawirohardjo, 2009; h. 177). c) Ovarium (Indung Telur)
Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada umur 16 minggu (Prawirohardjo, 2009; h. 178).
d) Vagina dan perineum
Selama kehamilan peningkatan vaskularisasi dan hiperemia terlihat jelas pada kulit dan otot-otot di perineum dan vulva, sehingga pada vagina akan terlihat berwarna kebiru-biruan yang di kenal dengan tanda Chadwick. Perubahan ini meliputi penipisan mukosa dan hilangnya sejumlah jaringan ikat dan hipertrofi dari sel-sel otot polos (Prawirohardjo, 2009; h. 178).
e) Kulit
Pada banyak perempuan kulit di garis pertengahan perutnya (linea alba) akan berubah menjadi hitam kecoklatan yang disebut dengan linea nigra. Kadang-kadang akan muncul dalam ukuran yang bervariasi pada wajah dan leher yang di sebut chloasma atau melasma gravidarum.
Selain itu pada aerola dan derah genital juga akan terlihat pigmentasi yang berlebihan. Perubahan ini di hasilkan dari cadangan melanin pada daerah epidermal dan dermal yang penyebab pastinya belum di ketahui (Prawirohardjo, 2009; h. 179). f) Payudara
Pada awal kehamilan perempuan akan merasakan payudaranya menjadi lebih lunak. Setelah bulan kedua payudara akan bertambah ukuranya dan vena-vena di bawah kulit akan lebih terlihat. Puting payudara akan lebih besar, kehitaman, dan tegak, setelah bulan pertama suatu cairan berwarna kekuningan yang disebut dengan kolostrum dapat keluar. Perkembangan payudara tidak dapat dilepaskan dari pengaruh hormon saat kehamilan, yaitu esterogen, progesteron (Prawirohardjo, 2009; h. 179).
g) Perubahan Metabolik
Sebagian besar penambahan berat badan selama kehamilan berasal dari uterus dan isinya. Kemudian payudara, volume darah, dan cairan ekstraselular. Diperkirakan selama kehamilan berat badan akan bertambah 12,5 kg (Prawirohardjo, 2009; h. 180). h) Sirkulasi Darah
Peredaran darah ibu dipengaruhi beberapa faktor diantaranya, meningkatnya kebutuhan sirkulasi darah, sehingga dapat memenuhi kebutuhan perkembangan dan pertumbuhan janin dalam rahim, terjadi hubungan langsung antara arteri dan vena pada sirkulasi retro-plasenter, dan pengaruh hormon esterogen dan progesteron makin meningkat. Akibat dari faktor tersebut dijumpai beberapa perubahan peredaran darah yaitu :
a). Volume darah
semacam pengenceran darah (hemodilusi), dengan puncaknya pada umur hamil 32 minggu. Volume darah bertambah sebesar 25 sampai 30 % sedangkan sel darah bertambah sekitar 20% (Prawirohadjo, 2009; h. 182).
b). Sel darah
Sel darah merah makin meningkat jumlahnya sekitar 20% untuk dapat meningkatkan pertumbuhan janin dalam rahim, tetapi pertambahan sel darah tidak seimbang dengan peningkatan volume darah, sehingga terjadi hemodilusi yang disertai anemia fisiologis. Sel darah putih meningkat dengan mencapai jumlah sebesar 10.000/ml. Dengan hemodilusi dan anemia fisiologis maka laju endap darah semakin tinggi dan dapat mencapai 4 kali dari angka normal (Prawirohardjo, 2009; h. 183).
i) Sistem Respirasi
Pada kehamilan terjadi juga perubahan sistem respirasi untuk dapat memenuhi kebutuhan O2. Disamping itu terjadi desakan diafragma karena dorongan rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu. Sebagai kompensasi terjadinya desakan rahim dan kebutuhan O2 yang meningkat, ibu hamil akan bernafas lebih dalam sekitar 20 sampai 25% dari biasanya (Prawirohardjo, 2009; h. 184).
j) Sistem Pencernaan
d. Perubahan, ketidaknyamanan dan kebutuhan psikologis ibu hamil. Perubahan, ketidaknyamanan dan kebutuhan psikologis ibu hamil. 1) Trimester pertama
Trimester pertama di mulai dari konsepsi sampai umur kehamilan 3 bulan (0-12 minggu). Pada trimester ini mulai muncul berbagai macam ketidaknyamanan seperti mual muntah, keluhan kencing dan pembesaran pada payudara. Hal ini akan memicu perubahan psikologis seperti :
a) Ibu memebenci kehamilannya, merasa kecewa, penolakan kecemasan dan kesedihan.
b) Mencari tahu secara aktif apakah memang benar-benar hamil dengan memperhatikan perubahan pada tubuhnya dan sering kali memberitahukan orang lain apa yang dirahasiakannya. c) Hasrat untuk melakukan seks berbeda-beda setiap wanita. Ada
yang meningkat libidonya, tetapi ada juga yang mengalami penurunan. Pada wanita yang mengalami penurunan libido, akan menciptakan suatu kebutuhan untuk berkomunikasi scara jujur dan terbuka dengan suaminya.
d) Bagi suami sebagai calon ayah akan timbul rasa bangga. Tetapi bercampur dengan keprihatinan akan kesiapan untuk mencari nafkah bagi keluarga (Hani, 2010; h. 68).
2) Trimester kedua
Trimester kedua di mulai umur kehamilan 12 minggu sampai 28 minggu. Pada trimester ini ibu dapat merasakan gerakan janin, ibu akan merasa sehat sudah terbiasa dengan kadar hormon yang tinggi, serta rasa tidak nyaman akibat kehamilan sudah mulai berkurang. Ibu sudah dapat menerima kehamilannya dan dapat mulai menggunakan energi dan pikiranya secara lebih konstruktif. Banya ibu yang merasa terlepas dari rasa kecemasan dan rasa ketidaknyamanan seperti yang di rasakan pada trimester pertama dan merasakan meningkatnya libido (Hani, 2010; h. 68).
3) Trimester ketiga
karena ibu sudah tidak sabar menunggu kehadiran bayinya. Gerakan bayi dan membesarnya perut merupakan dua hal yang mengingatkan ibu akan bayinya.
Pada trimester ini rasa tidak nyaman akibat kehamilan timbul kembali dan banyak ibu yang merasa dirinya aneh dan jelek. Selain itu ibu juga merasa sedih karena akan berpisah dengan bayinya, dan kehilangan perhatian khusus yang diterima selama hamil. Ibu memerlukan ketenangan dan dukungan dari suami, keluarga , serta bidan. Trimester ini juga saat persiapan aktif untuk kelahiran bayi dan menjadi orang tua. Keluarga mulai menduga-duga apakah bayi mereka laki-laki atau perempuan dan akan mirip dengan siapa. Bahkan sudah mulai memilih nama untuk bayinya (Hani, 2010; h. 69).
e. Kebutuhan dasar ibu hamil a) Oksigen
Kebutuhan oksigen adalah yang utama pada manusiatermasuk ibu hamil. Berbagai gangguan pernafasan bisa terjadi pada saat hamil sehingga akan mengganggu pemenuhan kebutuhan oksigen pada ibu akan berpengarauh pada bayinya yang di kandung. Untuk mencegah hal tersebut maka ibu hamil perlu :
a) Latihan nafas melalui senam hamil
b) Tidur dengan bantal yang lebih tinggi dan miring kiri c) Makan tidak terlalu banyak
d) Kurangi atau hentikan merokok
e) Konsultasi dengan dokter bila ada kelainan atau gangguan pernafasan seperti asma (Kusmiyati, 2010; h. 103).
b) Nutrisi dalam kehamilan
c) Personal Hygiene
Kebersihan harus di jaga pada masa hamil, mandi di anjurkan setidaknya dua kali sehari karena ibu hamil cenderung mengeluarkan banyak keringat, menjaga kebersihan diri terutama pada lipatan kulit (ketiak, bawah buah dada, daerah genetalia). Menjaga kebersihan gigi dan mulut, agar tidak mudah terjadi gigi berlubang, caries gigi dan bau mulut (Kusmiyati, 2010; h. 105). d) Pakaian selama kehamilan
Pada dasarnya ibu hamil boleh memakai pakaian apa saja yang terpenting baju yang di pakai ibu tidak ketat dan bahannya yang mudah menyerap keringat. Kemudian payudara di topang menggunakan BH yang memadai untuk mengurangi rasa tidak enak karena pembesaran dan kecenderungan menjadi pendulans (Kusmiyati, 2010; h. 105).
e) Eliminasi
Masalah buang air kecil tidak mengalami kesulitan, bahkan cukup lancar, dengan kehamilan terjadi perubahan hormonal, sehingga daerah kelamin menjadi lebih basah. Situasi basah ini menyebabkan jamur (trikomonas) tumbuh sehingga wanita hamil mengeluh gatal dan mengeluarkan keputihan. Untuk itu ibu hamil di anjurkan untuk mengganti celana dalamnya jika sudah basah.
Akibat pengaruh progesteron, otot-otot tractus digestivus tonusnya menurun, akibatnya motilitas saluran pencernaan berkurang dan menyebabkan obstipasi. Untuk mengatas hal itu ibu hamil di anjurkan untuk minum lebih dari 8 gelas perhari (Kusmiyati, 2010; h. 105).
f) Seksual
g) Mobilisasi
Ibu hamil boleh melakukan aktifitas fisik biasa selama tidak terlalu melelahkan seperti menyapu, mengepel, memasak dan mengajar (Kusmiyati, 2010; h. 107).
h) Senam hamil
Ibu hamil perlu menjaga kesehatan tubuhnya dengan cara berjalan-jalan di pagi hari, berenang, olahraga ringan dan senam hamil (Kusmiyati, 2010; h. 108).
i) Istirahat
Ibu hamil di anjurkan untuk merencanakan istirahat yang teratur khususnya seiring dengan kemajuan kehamilannya (Kusmiyati, 2010; h. 124).
j) Imunisasi
Menurut (Kusmiyati, 2010; h. 125) di indonesia vaksinasi terhadap tetanus (TT) diberikan 2 kali, sebaiknya setelah bulan ketiga dengan jarak sekurang-kurangnya 4 minggu. Vaksiasi kedua sebaiknya diberikan kurang dari 1 bulan sebelum anak lahir agar serum antitetanus mencapai kadar optimal.
Tabel 2.1 Jadwal imunisasi TT
Antigen Interval Lama
Perlindungan
% perlindungan
TT 1 Pada kunjungan
antenatal pertama
-
TT 2 4 Minggu setelah
TT1
3 tahun 80
TT 3 6 bulan setelah TT
2
5 tahun 95
TT 4 1 tahun setelah TT
3
10 tahun 99
TT 5 1 tahun setelah TT
4
25 tahun/ seumur hidup
-
k) Travelling
l) Persiapan laktasi
Wanita yang hamil biasanya semangat membahas rencana pemberian makan pada bayi baru lahir. Air susu ibu adalah makanan yang di pilih dan menyusi dikaitkan dengan penurunn insiden morbiditas dan mortalitas perinatal (Kusmiyati, 2010; h. 125).
m) Persiapan persalinan dan kelahiran bayi
Menjelang persiapan persalinan sebagian besar wanita merasa takut menghadapi persalinannya terutama bagi yang baru pertama kali melahirkan. Disinilh pembinaan hubungan antara penolong dan ibu saling mendukung dengan penuh kesabaran, sehingga persalinan dapat berjalan dengan lancar (Kusmiyati, 2010; h. 126). n) Memantau kesejahteraan janin
Melakukan pemeriksaan kesejahteraan janin dalam rahim. Dengan pemantauan denyut jantung bayi menggunakan alat-alat canggih seperti doppler (Kusmiyati, 2010; h. 127).
o) Kunjungan ulang
Pada umumnya kunjungan ulang dijadwalkan tiap 4 minggu sampai umur kehamilan 28 minggu. Selanjutnya tiap 2 minggu sampai umur kehamilan 36 minggu dan seterusnya tiap minggu sampai bersalin (Kusmiyati, 2010; h. 129).
p) Pekerjaan
Seorang ibu hamil boleh mengerjakan pekerjaan sehari-hari asal hal tersebut tidak memberikan gangguan rasa tidak enak (Kusmiyati, 2010; h. 129).
f. Tanda bahaya pada kehamilan. 1) Perdarahan pada kehamilan muda
a) Pengertian Abortus
Abortus adalah berakhirnya suatu kehamilan (oleh akibat-akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22 minggu (Kusmiyati, 2010; h. 154).
b) Kehamilan ektopik
Kehamilan yang terjadi di luar rahim, misalnya dalam tuba, ovarium, rongga perut, serviks atau dalam tanduk rudimenter rahim, kehamilan ektopik dikatakan terganggu apabila berakhir dengan abortus atau ruptur tuba (Kusmiyati, 2010; h. 158). c) Mola Hidatidosa
Hamil mola adalah suatu kehamilan dimana setelah fertilisasi hasil konsepsi tidak berkembang menjadi embrio tetapi terjadi proliferasi dari villi korialis disertai dengan degenerasi hidrofik (Kusmiyati, 2010; h. 159).
2) Perdarahan pada usia lanjut
Perdarahan yang terjadi pada usia kehamilan setelah 24 minggu. Tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam kehamilan lanjut adalah :
a) Perdarahan pervaginam
Perdarahan antepartum/ perdarahan pada kehamilan lanjut adalah perdarahan pada trimester terakhir dalam kehamilan sampai bayi di lahirkan. Jenis perdarahan antepartum :
a. Plasenta previa
Plasenta yang berimplantasi rendah sehingga menutupi sebagian /seluruh ostiun uteri internum (Kusmiyati, 2010; h. 163).
b. Solutio plasenta
Lepasnya plasenta sebelum waktunya (Kusmiyati, 2010; h. 164).
b) Sakit kepala yang hebat
c) Penglihatan kabur
Pengaruh hormonal, ketajaman penglihatan ibu dapat berubah dalam kehamilan. Perubahan penglihatan ini mungkin disertai sakit kepala yang hebat dan mungkin menandakan pre-eklamsia (Kusmiyati, 2010; h. 166).
d) Bengkak di wajah dan jari-jari tangan dan kaki
Merupakan masalah yang serius apabila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang setelah beristirahat dan disertai dengan keluhan fisik lainnya. Hal ini bisa merupakan tanda-tanda anemia, gagal jantung dan pre-eklamsi (Kusmiyati, 2010; h. 166). e) Keluar cairan pervaginam
Keluarnya cairan air dari vagina pada trimester 3. Ketuban dinyatakan pecah dini jika terjadi sebelum proses persalinan berlangsung. Pecahnya selaput ketuban dapat terjadi pada kehamilan preterm (sebelum kehamilan 37 minggu) maupun pada kehamilan aterm (Kusmiyati, 2010; h. 167).
f) Nyeri perut bagian bawah
Nyeri perut yang bersifat menetap tidak hilang setelah beristirahat. Hal ini bisa berhubungan dengan apendiciti, kehamilan ektopik, aborsi, radang panggul, penyakit kantung empedu (Kusmiyati, 2010; h. 168).
g) Gerakan janin tidak terasa
Normalnya ibu merasakan gerakan janin pda bulan ke 5 atau ke 6 usia kehamilan. Jika bayi tidur, gerakannya akan melemah. Gerakan janin sangat terasa pada saat ibu istirahat, makan, minum, dan berbaring. Biasnya bayi bergerak paling sedikit 3x dalam periode 3 jam (Kusmiyati, 2010; h. 168).
g. Asuhan antenatal
1) Membangun rasa saling percaya antara klien dan petugas kesehatan
2) Mengupayakan terwujudnya kondisi terbaik bagi ibu dan bayi yang dikndungnya.
3) Memperoleh informasi dasar tentang kesehatan ibu dan kehamilanya.
4) Mengidentifikasi dan melaksanakan kehamilan resiko tinggi.
5) Memberikan pendidikan kesehatan yang diperlukan dalam menjaga kualitas kehamilan dan merawat bayi.
6) Menghindarkan gangguan kesehatan selama kehamilan yang akan membahayakan keselamatan ibu hamil dan bayi yang dikandungnya (Prawirohardjo, 2009; h. 278).
a) Asuhan kehamilan kunjungan awal
Kunjungan awal harus seawal mungkin meliputi : 1. Anamnesis.
a) Menanyakan data umum pribadi seperti nama, usia, alamat, pekerjaan ibu/suami, lama menikah, kebiasaan yang dapat merugikan kesehatan.
b) Keluhan saat ini : jenis dan sifat gangguan yang di rasakan ibu. Lamanya mengalami gangguan tersebut.
c) Riwayat haid : HPHT, usia kehamilan dan taksiran persalinan. d) Riwayat kehamilan dan persalinan : asuhan antenatal,
persalinan, dan nifas kehamilan sebelumnya. Cara persalinan, jumlah dan jenis kehamilan anak hidup, berat badan lahir, cara pemberian asupan bagi bayi yang di lahirkan, informasi dan saat persalinan atau keguguran terakhir.
e) Riwayat kehamilan saat ini : identifikasi kehamilan, identifikasi penyulit (preklamsia atau hipertensi dalam kehamilan), penyakit lain yang di derita, gerakan bayi dalam kandungan. f) Riwayat penyakit dalam keluarga : diabetes militus,
g) Riwayat penyakit ibu : penyakit yang pernah di derita, kardiovaskuler, DM, asma, hipertensi, malaria, HIV/AIDS (Prawirohardjo, 2009; h.279-280).
2. Pemeriksaan fisik.
1) Memeriksa keadaan umum : TTV, pemeriksaan jantung paru, pemeriksaan payudara.
2) Pemeriksaan Abdomen :
a) Inspeksi : bentuk dan ukuran abdomen, perut bekas operasi, tanda-tanda kehamilan, gerakan janin varises atau pelebaran vena, hernia, dan edema.
b) Palpasi : tinggi fundus, punggung bayi, dan presentasi, sejauh mana bagian terbawah bayi masuk pintu atas panggul.
c) Auskultasi : 10 minggu dengan doppler, 20 minggu dengan feteskop pinard (Prawirohardjo, 2009; h. 280-281).
3. Pemeriksaan laboratorium.
Analisis urin rutin, analisis tinja rutin, Hb, golongan darah, hitung jenis sel darah, gula darah, hepatitis B, antibodi rubela, HIV/VDRL (Prawirohardjo, 2009; h. 281).
4. Pemeriksaan tambahan lain untuk memperoleh data (parameter) dasar seperti USG rutin yang dilakukan dari umur kehamilan 18-22 minggu untuk mengidentifikasi kelainan janin (Prawirohardjo, 2009; h. 281).
b) Asuhan kehamilan Kunjungan Ulang
Asuhan pada kunjungan ulang merupakan kunjungan antenatal yang dilakukan setelah kunjungan pertama sampai memasuki masa persalinan. Kunjungan ulang memiliki tujuan yaitu :
1) Mendeteksi adanya komplikasi – komplikasi pada kehamilan. 2) Mempersiapkan kelahiran dan kegawatdaruratan.
2. Persalinan
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal dalam kehidupan. Persalinan merupakan proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun kejalan lahir. Dengan demikian dapat di katakan bahwa persalinan adalah rangkaian peristiwa mulai dari kenceng-kenceng teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi ( janin, plasenta, ketuban, dan cairan ketuban ) dari uterus kedunia luar melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri (Sumarah, 2008; h.1).
Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37 – 42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung dalam 18 jam, tanpa ada komplikasi baik pada ibu maupun pada janin (Saifuddin, 2010; h. 100).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini di mulai dengan kontraksi persalinan sejati, yang di tandai oleh perubahan progesif pada serviks, dan diakhiri dengan pelahiran plasenta (Varney, 2008; h. 672).
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat di simpulkan bahwa persalinan adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepalayang berlangsung selama 18 jam produk konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi teratur, progresif, sering dan kuat yang nampaknya tidak saling berhubungan bekerja dalam keharmonisan untuk melahirkan bayi.
a. Fisiologis persalinan
1) Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar panggul, vagina dan introitus (lubang luar vagina). Janin harus berhasil menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.
Bidang – bidang hodge adalah bidang semu sebagai pedoman untuk menentukan kemajuan persalinan yaitu seberapa jauh penurunan kepala melalui pemeriksaan dalam / vagina toucher (VT).
Adapun bidang hodge sebagai berikut :
Hodge I : bidang yang setinggi pintu atas panggul (PAP) yang di bentuk oleh promontorium, artikulasio, sakro-iliaka, sayap sacrum, linea inominata, ramus superior os pubis, tepi atas simfisis pubis.
Hodge II : bidang setinggi pinggir bawah sympisis pubis berhimpit dengan PAP (hodge I).
Hodge III : bidang setinggi spina ischiadika berhimpit dengan PAP (hodge I).
Hodge IV : bidang setinggi ujung os soccygis berhimpit dengan PAP (hodge I) (Sumarah, 2009; h. 23).
2) Passenger (janin dan plasenta)
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap, dan posisi janin (Sumarah, 2009; h. 35).
3) Power (kekuatan)
b. Sebab-sebab mulainya persalinan
Terjadinya persalinan belum diketahui dengan pasti, dan menimbulkan beberapa teori yang berkaitan dengan mulainya kekuatan his. Hormon-hormon yang dominan pada saat kehamilan :
1) Hormon Estrogen
Berfungsi untuk meningkatkan sensitivitas otot rahim dan memudahkan penerimaan rangsangan dar luar seperti rangsangan oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis(Sumarah, 2009; h. 2).
2) Hormon Progesteron
Berfungsi menurunkan sensitivitas otot rahim, menyulitkan penerimaan rangsangan dari luar seperti oksitosin, rangsangan prostaglandin, rangsangan mekanis, dan menyebabkan otot rahim dan otot polos relaksasi.
Pada kehamilan kedua hormon tersebut berada dalam keadaan yang seimbang, sehingga kehamilan bisa di pertahankan. Perubahan keseimbangan kedua hormon tersebut menyebabkan oksitosin yang di keluarkan oleh hipofise parst posterior dapat menimbulkan kontraksi dalam bentuk braxton hicks. Kontraksi ini akan menjadi kekuatan yang dominan pada saat persalinan dimulai, oleh karena itu makin tua kehamilan maka frekuensi kontraksi semakin sering. Beberapa teori yang memungkinkan terjadinya proses persalinan(Sumarah, 2009; h. 2).
a) Teori Keregangan
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas waktu terebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat dimulai (Sumarah, 2009; h. 3).
b) Teori Penurunan Progesteron
setelah tercapai tingkat penurunan progesteron tertentu (Sumarah, 2009; h. 3).
c) Teori Oksitosin internal
Perubahan keseimbangan eksterogen dan progesteron dapat mengubah sensitivitas otot rahim, sehingga sering terjadi kontraksi. Menurunnya konsentrasi progesteron akibat tuanya kehamilan maka oksitosin dapat meningkatkan aktivitas, sehingga persalinan dimulai (Sumarah, 2009; h. 3). d) Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu, yang di keluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin pada saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga terjadi persalinan (Sumarah, 2009; h. 3).
e) Teori berkurangnya nutrisi
Berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh Hippokrates untuk pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi akan segera dikeluarkan (Sumarah, 2009; h. 4).
f) Faktor lain
Memecahkan ketuban yang bertujuan untuk mengurangi keregangan otot rahim, sehingga kontraksi segera dapat dimulai. Persalianan dengan tidndaka operasi, dengan tindakan bedah seksio sesarea (Sumarah, 2009; h. 4).
c. Tanda-tanda persalinan
Menurut (Sumarah, 2009; h. 21) persalinan patut di curigai jika setelah usia kehamilan 22 minggu keatas, ibu merasa nyeri pada abdomen berulang yang disertai dengan cairan lendir yang menandung darah atau show. Untuk mendiagnose persalinan harus memastikan perubahan serviks dan kontraksi yang cukup.
a. Kontraksi terjadi teratur, minimal 3 kali dalam 10 menit setiap kontraksi berlangsung sedikitnya 40 detik.
b. Uterus mengeras selama kontraksi, sehingga tidak bisa menekan uterus dengan menggunakan jari tangan.
Tabel 2.2 Karakteristik persalinan sesungguhnya dan persalinan semu
Persalinan sesungguhnya Persalinan semu
Serviks menipis dan membuka Tidak ada perubahan pada serviks
Rasa nyeri dan interval teratur Rasa nyeri tidak teratur Interval antara rasa nyeri yang secara
perlahan semakin pendek
Tidak ada perubahan interval antara rasa nyeri yang satu dengan yang lain
Waktu dan kekuatan kontraksi
semakin bertambah
Tidak ada perubahan pada waktu dan kekuatan kontraksi
Rasa nyeri terasa di bagian belakang dan menyebar ke depan
Kebanyakan rasa nyeri di depan
Dengan berjalan bertambah intensitas Tidak ada perubahan rasa nyeri dengan berjalan
Ada hubungan antara tingkat
kekuatan kontraksi dengan intensitas nyeri
Tidak ada hubungan antara tingkat
kekuatan kontraksi uterus dengan
intensits rasa nyeri
Lendir darah sering tampak Tidak ada lendir darah
Adanya penurunan bagian kepala janin
Tidak ada kemajuan penurunan bagian terendah janin
Kepala janin sudah terfiksasi di PAP diantara kontraksi
Kepala belum masuk PAP walaupun ada kontraksi
Pemberian obat penunjang, tidak
menghentikan proses persalinan
sesungguhnya
Pemberian obat penenang yang efisien
menghentikan rasa nyeri pada
persalinan semu
d. Tahapan persalinan
Persalinan di bagi menjadi 4 tahap. Pada kala I dinamakan kala pembukaan dimana serviks membuka dari 0 sampai 10 cm. kala II di sebut juga kala pengeluaran, oleh karena kekuatan his dan kekuatan mengedan, janin di dorong keluar sampai lahir. Dalam kala III di sebut kala urie, plasenta terlepas dari dinding uterus dan dilahirkan. Kala IV mulai dari lahirnya plasenta sampai 2 jam kemudian, dalam kala IV diobservasi apakah terjadi perdarahan post partum (Sumarah, 2008; h. 5-8).
1) Persalinan kala I
laten (8 jam) dari pembukaan 0 sampai pembukaan serviks 3 cm, dan fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan serviks 10 cm. dalam fase ini masih di bagi menjadi 3 fase yaitu fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm menjadi 4 cm. fase dilatasi maksimal, yaitu fase dalam waktu 2 jam pembukaan berlangsung sanagt cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm, dan fase deselerasi, dimana pembukaan menjadi lambat kembali, dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm. kontraksi lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif (Sumarah, 2009; h. 5).
2) Persalinan kala II
Dimulai dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada multigravida. Pada kala ini his menjadi lebih kuat dan cepat, kurang lebih 2-3 menit sekali. Wanita/ ibu merasa adanya tekanan pada rektum dan seperti akan buang air besar. Kemudian perinium menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya anus. Labia mulai membuka dan tidak lamakemudian kepala janin tampak didepan vulva pada saat ada his. Dengan kekuatan his dan megedan maksimal kepala janin dilahirkan dengan suboksiput dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perinium. Setelah his istirahat sebentar, maka his akan mulai lagi untuk mengeluarkan anggota badan bayi (Sumarah, 2009; h. 6).
3) Persalinan kala III
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari dindingnya (Sumarah, 2009; h. 7). 4) Persalinan kala IV
a) Tingkat kesadaran klien
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital : tekanan darah, nadi dan pernafasan.
c) Kontraksi uterus d) Terjadinya perdarahan
Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 sampai 500 cc (Sumarah, 2009; h. 8).
e. Kebutuhan ibu selama persalinan 1. Kebutuhan fisiologis
a) Oksigen.
b) Makan dan minum.
c) Istirahat selama tidak ada his.
d) Kebersihan badan terutama genetalia. e) Buang air kecil dan buang air besar. f) Pertolongan persalinan yang terstandar.
g) Penjahitan luka perinium jika perlu (Sumarah, 2009; h. 55). 2. Kebutuhan rasa aman
a) Memilih tempat dan penolong persalinan.
b) Informasikan tentang proses persalinan atau tindakan yang akan dilakukan.
c) Posisi tidur yang dikehendaki ibu. d) Pendampingan oleh keluarga. e) Pantauan selama persalinan.
f) Intervensi yang perlu dilakukan (Sumarah, 2009; h. 55). 3. Kebutuhan dicintai dan mencintai
a) Pendamping oleh suami atau keluarga. b) Kontak fisik (memberikan sentuhan ringan). c) Masase untuk mengurangi rasa sakit.
d) Berbicara dengan suara yang lemah, lembut serta sopan (Sumarah, 2009; h. 55).
4. Kebutuhan harga diri
a) Merawat bayi sendiri dan menetekinya.
c) Pelayanan yang bersifat empati dan simpati. d) Informasi bila akan melakukan tindakan.
e) Memberikan pujian pada ibu terhadap tindakan positif yang dilakukan (Sumarah, 2009; h. 55).
5. Kebutuhan aktualisasi diri
a) Memilih tempat dan penolong sesuai keinginan. b) Memilih pendamping selama persalinan.
c) Bounding and attachment.
d) Ucapan selamat atas kelahiran anaknya (Sumarah, 2009; h. 55).
f. Tujuan asuhan persalinan
Tujuan asuhan persalinan adalah mengupayakan kelangsungan hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minmal sehingga prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang optimal. Dalam memberikan asuhan persalinan kelahiran bayi yang bersih dan aman terdapat lima aspek dasar yaitu :
1) Membuat keputusan klinik
2) Asuhan sayang ibu dan sayang bayi 3) Pencegahan infeksi
4) Pencatatan (rekam medik) 5) Rujukan.
Kelima aspek tersebut melekat pada setiap persalinan baik normal maupun patologis. Dan akan selalu berlaku dalam penatalaksanaan persalinan mulai dari kala I sampai kala IV termasuk penatalaksanaan bayi baru lahir (Rukiyah, 2009; h.8-10).
3. Bayi baru lahir
adalah bayi dengan usia gestasi kurang dari 37 minggu (Muslihatun, 2010; h. 1).
Berat badan lahir adalah berat badan neonatus pada saat kelahiran, ditimbang dalam waktu satu jam sesudah lahir. Berat badan lahir cukup (BBLC) adalah bayi dengan berat lahir lebih dari 2500 gram. Berat badan lahir rendah (BBLR) dalah bayi dengan berat lahir 1500 sampai kurang dari 2500 gram. Bayi berat lahir sangat rendah (BBLSR) adalah bayi dengan berat badan lahir 1000-1500 gram. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi lahir hidup dengan berat badan lahir kurang dari 1000 gram (Muslihatun, 2010; h.1).
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir segera menangis, warna kulit kemerahan dan gerakan aktif, bayi baru lahir normal dengan berat 2500-4000 gram dengan usia gestasi 37-42 minggu.
a. Penilaian segera bayi baru lahir
Segera setelah bayi lahir lakukan penilaian awal yang dilakukan oleh bidan yaitu dengan menilai :
a) Apakah bayi cukup bulan
b) Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur meconium c) Apakah bayi bernafas adekuat atau menangis
d) Apakah tonus otot bayi baik (Prawirohardjo, 2009; h. 349).
b. Asuhan segera setelah bayi lahir a) Nilai APGAR skor secara cepat
Tabel.2.3 nilai APGAR
Tanda 0 1 2
Appearance Biru pucat, tungkai biru
Badan pucat Semuanya merah
Pulse Tidak teraba < 100 > 100
Grimace Tidak ada Lambat Menangis kuat
Activity Lemas/lumpuh Gerak sedikit/fleksi
tungkai
Aktif/fleksi tungkai baik/reaksi melawan
Hasil nilai APGAR skor dinilai setiap variable dinilai dengan angka 0,1 dan 2, nilai tertinggi adalah 10, selanjutnya dapat ditentukan keadaan bayi sebagai berikut :
1) Nilai 7-10 menunjukan bahwa bayi dalam keadaan baik 2) Nilai 4-6 menunjukan bayi mengalami depresi sedang dan
membutuhkan tindakan resusitasi
3) Nilai 0-3 menunjukan bayi mengalami depresi serius dan membutuhkan resusitasi segera sampai ventilasi (Walyani, 2015; h. 151).
b) Usap lender atau darah pada wajah bayi untuk mencegah hambatan jalan nafas terutama pada mulut dan hidung.
c) Letakan bayi dengan handuk di atas perut ibu.
d) Klem tali pusat dengan 2 buah klem pada jarak 2-3 cm dari pangkal pusat bayi.
e) Potong tali pusat diantara 2 klem sambil melindungi bayi, ikat tali pusat.
f) Jaga bayi tetap hangat g) Kontak dini dengan ibu.
c. Asuhan perawatan lanjutan
a) Mengeringkan tubuh bayi segera setelah lahir.
b) Mencegah terjadinya hipotermia, bayi baru lahir harus segera dikeringkan dan dibungkus dengan kain kering kemudian diletakan tertelungkup diatas dada ibu untuk mendapatkan kehangatan dari dekapan ibu.
c) Menunda memandikan BBL sampai tubuh bayi stabil.
d) Menghindari Kehilangan panas pada bayi baru lahir (Dewi, 2011; h. 3-4).
d) Frekuensi jantung pada menit pertama ± 180 x/menit kemudian turun 120-160 x/menit.
e) Pernafasan pada menit-menit pertama ± 80 x/menit kemudian turun 60-40 x/menit.
f) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup.
g) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah sempurna.
h) Kuku agak panjang dan lemas.
i) Genetalia : perempuan labia mayora sudah menutupi labia minora sedangkan pada laki-laki testis sudah turun, skrotum sudah ada.
j) Refleks hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik. k) Reflek morrow sudah baik
l) Refleks graps atau menggenggam sudah baik
m) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam waktu 24 jam pertama, mekonium berwarna hitam kecoklatan (Dewi, 2011; h. 2).
e. Mekanisme kehilangan panas
Menurut (Muslihatun, 2010; h. 12-13) terdapat empat mekanisme kemungkinan hilangnya panas tubuh dari bayi baru lahir ke lingkungannya yaitu :
1) Konduksi
Panas di hantarkan dari tubuh bayi kebenda sekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi. Contoh hilangnya panas tubuh bayi secara konduksi, ialah menimbang bayi tanpa alas timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk pemeriksaan bayi baru lahir (Muslihatun, 2010; h. 12).
2) Konveksi
ialah membiarkan bayi baru lahir di ruang yang terpasang kipas angin (Muslihatun, 2010; h. 13).
3) Radiasi
Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin. Contoh bayi mengalami kehilangan panas tubuh secara radiasi, ialah bayi baru lahir dibiarkan dalam ruangan ber AC (Muslihatun, 2010; h.13).
4) Evaporasi
Panas hilang melalui proses penguapan tergantung kepada kecepatan dan kelembaban udara (Muslihatun, 2010; h. 13).
f. Kegawatdaruratan pada bayi baru lahir 1) Perdarahan Tali Pusat
Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh trauma, ikatan tali pusat yang longgar. Perdarahan tali pusat dapat disebabkan oleh robekan umbilicus, tersayatnya dinding umbilicus atau plasenta sewaktu seksio sesaria (Dewi, 2011; h. 9).
2) Asfiksia Neonaturum
Asfiksia neonaturum adalah keadaan dimana bayi baru lahir tidak dapat/gagal bernafas secara spontan dan teratur segera setelah lahir (Dewi, 2011; h. 9).
3) Kejang neonatus
Merupakan suatu gejala penting akan adanya penyakit lain sebagai penyebab kejang atau adanya kelainan susunan saraf pusat (Dewi, 2011; h. 9).
4. Nifas
Masa nifas adalah masa pemulihan kembali, mulai dari pesalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali seperti prahamil. Lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Mochtar, 2011; h. 87).
Masa nifas disebut juga masa post partum atau puerperium adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan kandungan (Suherni, 2009; h. 1).
Dari beberapa definisi di atas maka dapat disimpulkan bahwa masa nifas adalah masa di mulai sejak bayi lahir serta plasenta lepas dan keluar dari rahim, hingga kembalinya organ-organ kandungan wanita seperti sebelum hamil yang membutuhkan waktu 6-8 minggu setelah melahirkan.
a) Perubahan fisiologis masa nifas 1) Perubahan uterus
Menurut (Saleha, 2009; h. 54) terjadi perubahan pada uterus yaitu :
Tabel 2.4 perubahan uterus
Infolusi Tinggi Fundus Uteri Berat uterus
Bayi Lahir Setinggi pusat 1000 gram
Uri lahir Dua jari bawah pusat 750 gram
Satu minggu Pertengahan pusat simpisis 500 gram
Dua minggu Tak teraba di atas simpisis 350 gram
Enam minggu Bertambah kecil 50 gram
Delapan minggu Sebesar normal 30 gram
2) lochea
Dari cavum uteri keluar cairan sekret disebut lochea. Ada beberapa jenis lochea yaitu :
a) Lochea rubra
Lochea ini berwarna merah karena berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks caseosa, lanugo, dan meconium selama 2 hari pscapersalinan.
b) Lochea sanguinolenta
c) Lochea serosa
Lochea ini berwarna kuning dan cairan ini tidak berdarah lagi pada hari ke-7 sampai hari ke-14 pascapersalinan.
d) Lochea alba
Lochea ini Cairan putih yang terjadinya pada hari setelah 2 minggu.
e) Lochea purulenta
Lochea ini karena terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk.
f) Lochiotosis
Lochea ini tidak lancar keluarna (Saleha, 2009; h. 56).
3) Endometrium
Perubahan pada endometrium adalah timbulnya trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta. Pada hari pertama tebal endometrium 2,5 mm, mempunyai permukaan yang kasar akibat pelepasan plasenta desidua, dan selaput janin. Setelah tiga hari mulai rata, sehingga tidak ada pembentukan jaringan parut pada bekas implantasi plasenta (Saleha, 2009; h. 56).
4) Serviks
Serviks menjadi sangat lembek, kendur, dan terkulai. Lubang serviks lambat laun akan mengecil. Rongga leher serviks bagian luar akan membentuk seperti keadaan sebelum hamil pada saat empat minggu postpartum (Saleha, 2009; h. 57).
5) Vagina
Pada minggu ketiga, vagina mengecil dan timbul rugae (lipatan-lipatan atau kerutan-kerutan) kembali (Saleha, 2009; h. 57).
6) Payudara (Mamae)
ASI pada hari pertama sampai hari ketiga di sebut ASI colostrum, 4-7 hari dilanjutkan dengan ASI peralihan, kemudian 3-4 minggu dan seterusnya di sebut ASI matur (Saleha, 2009; h. 58).
7) Sistem endoktrin
Selama proses kehamilan dan persalinan terdapat perubahan pada sistem endoktrin, terutama pada hormon-hormon yang berperan dalam proses tersebut.
a) Oksitosin
Oksitosin disekresikan dari kelenjar otak bagian belakang. Isapan bayi saat menyusui dapat merangsang produksi ASI dan sekresi oksitosin. Hal tersebut membantu uterus kembali kebentuk normal (Saleha, 2009; h. 60).
b) Prolaktin
Hormon ini berperan dalam pembesaran payudara untuk merangsang produksi susu. Pada wanita yang menyusui bayinya kadar prolaktin tetap tinggi dan pada permulaan ada rangsangan folikel dalam ovarium yang ditekan (Saleha, 2009; h. 60).
c) Ekstrogen dan Progesteron
pada wanita yang menyusui dan tidak menyusi akan mempengaruhi lama datangnya menstruasi. Seringkali menstruasi pertama bersifat anovulasi yang dikarenakan rendahnya kadar eksterogen dan progesteron (Saleha, 2009; h. 60).
b) Tahapan masa nifas 1) Puerperium dini
Masa kepulihan, yakni saat-saat ibu dibolehkan berdiri dan berjalan-jalan.
2) Puerperium intermedial
3) Remot puerperium
Waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan mempunyai komplikasi (Walyani, 2015; h.2-3).
c) Peran dan tanggung jawab bidan
1) Mengidentifikasi dan merespon terhadap kebutuhan dan komplikasi yang terjadi pada saat-saat penting yaitu 6 jam, 6 hari, 2 minggu, dan 6 minggu.
2) Mengadakan kolaborasi antara orang tua dan keluarga. 3) Membuat kebijakan, perencanaan kesehatan dan
administrator (Suherni, 2009; h. 2).
d) Kebijakan program nasional masa nifas
Pemerintah melalui Departemen Kesehatan, juga telah memberikan kebijakan dalam hal ini, sesuai dengan dasar kesehatan pada ibu pada masa nifas, yakni paling sedikit 4 kali kunjungan pada masa nifas (Suherni, 2009; h. 3).
Tabel 2.5 Kunjungan masa nifas
Kunjungan Waktu Tujuan
1 6-8 jam
setelah persalinan
1.mencegah perdarahan, karena atonia uteri.
2.mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan, rujuk bila perdarahan lanjut.
3.memberikan konseling pada ibu atau anggota keluarga cara mencegah perdarahan karena atonia uteri 4.pemberian ASI awal
5.melakukan hubungan antara ibu dan bayi baru lahir.
6.menjaga bayi tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.
2 6 hari setelah
persalinan
1.memastikan involusi uterus berjalan normal. Uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilikus, tidak ada
perdarahan abnormal.
makanan, cairan, dan istirahat. 4.memastikan ibu menyusui dengan baik
dan benar.
5,memberikan konseling pada ibu
mengenai asuhan pada bayi. Seperti perawatan tali pusat, menjaga bayi agar tetap hangat dan perawatan bayi sehari-hari.
3 2 minggu
setelah persalinan
Sama seperti di atas (6 hari setelah persalinan).
4 6 minggu
setelah persalinan
1.menanyakan pada ibu tentang
penyulit-penyulit yang ibu alami dan bayinya.
2.memberikan konseling KB secara dini. 3.menganjurkan/mengajak ibu membawa
bayinya keposyandu atau puskesmas untuk penimbangan dan imunisasi.
5. Keluarga berencana
Dari data WHO (1990) di dapatkan bahwa di seluruh dunia terjadi lebih dari 100 x 10 (6) senggama setiap harinya dan terjadi 1 juta kelahiran baru per hari di mana 50% diantaranya tidak di rencanakan dan 25% tidak di harapkan. Dari 150.000 kasus abortus yang terjadi perhari, 50.000 di antaranya abortus ilegal dan lebih dari 500 perempuan meninggal akibat komplikasi abortus tiap harinya. Dari faktor tersebut, kita dapat membuat perencanaan keluarga untuk menunda kehamilan, menjarangkan kehamilan, dan tidak hamil lagi (Prawirohardjo, 2011; h. 436).
Program KB adalah bagian terpadu dalam program pembangunan nasiona dan bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan ekonomi, spiritual dan social budaya penduduk Indonesia agar dapat tercapai keseimbangan yang baik dengan kemampuan produksi nasional. a. Tujuan keluarga berencana
b. Macam-macam jenis kontrasepsi
1) Alat Kontrasepsi Dalam Kulit (AKDK)
Merupakan alat kontrasepsi yang dipasang dibawah kulit. efektif 5 tahun untuk norplant, 3 tahun untuk jadena, indoplant, atau implanon. Kontrasepsi ini nyaman di pakai, dapat di pakai oleh semua ibu dalam usia reproduksi. Kesuburan segera kembali setelah implant di cabut. Pemasangan pencabutan memerlukan pelatihan. Efek samping utama dari kontasepsi ini berupa perdarahan tidak teratur, perdarahan bercak dan amenorea. Kontrasepsi ini aman di pakai pada masa laktasi (Saifudin, 2010; h. 53).
a) jenis implant
1. Norplant. Terdiri dari 6 batang silastik lembut berrongga, panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 cm, isinya 36mg Levonorgestrel, dan lama penggunaannya 5 tahun.
2. Implanon. Terdiri dari satu batang putih lentur, panjang kira-kira 40 mm diameter 2 mm, isi 68mg Keto-desogestrel, dan lama penggunaan 3 tahun.
3. Jadena dan Indoplant. Terdiri dari 2 batang yan di isi dengan 75mg Levonorgestrel dan lama penggunaan 3 tahun.
b) Cara kerja Implant yaitu lendir serviks menjadi kental. Mengganggu proses pembentukan endometrium sehingga sulit terjadi implantasi. Mengurangi transportasi sperma. Dan menekan ovulasi.
c) Yang tidak boleh menggunakan implan yaitu Ibu yang sedang hamil atau diduga hamil, perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya, ada benjolan atau kanker ayudara atau riwayat kanker payudara, ibu yang memiliki riwayat hipertensi ibu yang memiliki diabetes millitus.
2) Alat Kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR)
Alat kontrasepsi dalam rahim merupakan alat kontrasepsi paling banyak digunakan karena dianggap sangat efektif untuk mencegah kehamilan dan memiliki manfaat yang relatif banyak dibandingkan dengan alat kontrasepsi lainnya. Penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim ini berjangka panjang yaitu 10 tahun : CuT-380A. Haid menjadi lebih lama dan banyak, pemasangan pencabutan memerlukan pelatihan. Dapat dipakai oleh semua perempuan usia reproduksi dan tidak boleh di pakai oleh perempuan yang terpapar pada infeksi menular seksual (IMS) (Saifudin, 2010; h. 2).
a) Jenis AKDR
AKDR CuT-380A. Ukurannya kecil, kerangka dari plastik yang fleksibel, berbentuk T diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga.
b) Cara Kerja AKDR yaitu menghambat kemampuan sperma untuk masuk ke tuba falopi. Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri. AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu. Memungkinkan untuk mencegah implantasi telur dalam uterus.
c) Yang tidak diperkenankan menggunakan AKDR yaitu ibu yang sedang hamil, perdarahan vagina yang tidak diketahui. Sedang menderita infeksi alat genital. Tiga bulan terakhir sedang mengalami atau sering menderita PRP atau abortus septik. Kelainan bawaan uterus yang abnormal. Penderita TBC pelvik, kanker alat genital dan ukuran rongga rahim kurang dari 5 cm (Saifudin, 2010; h. 2).
3) Kontrasepsi Pil a) Mini Pil
desogestrel, mini pil dalam kemasan dengan isi 35 pil mengandung 300 mikro gram levonogestrel.
Cara kerja mini pil yaitu menghambat ovulasi, mencegah implantasi, mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi sperma. Efektifitas mini pil yaitu diminum setiap hari pada saat yang sama.
Kerugian mini pil yaitu membutuhkan biaya, mini pil harus di minum pada waktu yang sama, angka kegagalan tinggi apabila penggunaannya tidak benar atau sering lupa meminum mini pil.
Efek samping dari mini pil yaitu mual, pusing, perubahan mood, berjerawat, depresi nyeri tekan payudara, gangguan haid seperti perdarahan bercak dan haid tidak teratur (Saifudin, 2010; h.48).
b) Pil Kombinasi
Pil kombinasi adalah pil yang mengandung hormone eksterogen dan progesterone, sangat efektif bila diminum setiap hari. Jenis pil kombinasi yaitu monofasik, bifasik, trifasik yang terdiri dari 21 tablet. Cara kerja dari pil kombinasi yaitu mengentalkan lendir serviks, menghambat kapasitas sperma, menghambat perjalanan ovum/implantasi. Manfaat dari pil kombinasi tidak mengganggu hubungan seksual, siklus haid teratur, mudah dihentikan setiap saat.
Kelemahan pil kombinasi antara lain mahal dan membosankan. Efek samping pusing, nyeri payudara, dapat meningkatkan tekanan darah. Pil kombinasi tidak boleh diberikan pada ibu menyusui, hamil dan diduga hamil, penyakit hati akut, kanker payudara, riwayat kanker payudara, riwayat DM dan riwayat hipertensi (Saifudin, 2010; h. 28).
4) Kontrasepsi Suntik
lebih lambat rata-rata 4 bulan, cocok untuk masa laktasi karena tidak menekan produksi ASI. Kontrasepsi ini terdiri dari 2 jenis yaitu :
a. Suntik Kombinasi (suntik 1 bulanan)
Suntik kombinasi merupakan suntikan yang diberikan tiap 1 bulan dengan penyuntikan secara IM, berisi 25 mg Depo Medroksiprogesteron Asetat. Cara kerja KB ini adalah untuk menekan ovulasi, lendir serviks menjadi kental dan sedikit sehingga sulit ditembus spermaprotozoa, menghambat transport ovum dalam tuba falopi.
Keuntungan kontrasepsi ini yaitu resiko terhadap kesehatan kecil, tidak berpengaruh pada hubungan seksual, tidak memerlukan pemeriksaan dalam, jangka panjang, efek samping sangat kecil. Kerugian KB suntik 1 bulanan yaitu terjadi perubahan pola haid, mual, sakit kepala, nyeri payudara ringan dan dapat terjadi perubahan berat badan (Saifudin, 2010; h. 34).
b. Suntik tribulan atau progestin (suntik 3 bulanan)
Kontrasepsi yang diberikan setiap 3 bulan dan diberikan secara IM. Jenis kontrasepsi tribulan yaitu DMPA dan Noristerat. Cara kerja dari kontrasepsi ini yaitu menghalangi terjadinya ovulasi, menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri dan menghambat implantasi ovum dan endometrium. Efektifitasnya bila dilakukan secara teratur sesuai dengan jadwal penyuntikan.
Yang dapat memakai kontrasepsi ini adalah ibu usia reproduksi, ibu pasca persalinan, ibu pasca keguguran, ibu yang sedang menyusui, ibu yang tidak memiliki riwayat hipertensi. Yang tidak boleh menggunakan kontrasepsi suntik 3 bulanan yaitu ibu hamil atau di curigai hamil, ibu yang menderita kanker payudara, DM disertai komplikasi (Saifudin, 2010; h. 41-43).
c. Penapisan KB
1. Penapisan metode kontrasepsi non hormonal ( AKDR) Menanyakan hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih, menanyakan apakah Klien mempunyai pasangan seks lain dan menanyakan apakah klien mempunyai penyakit infeksi menular Seksual (IMS) (Handayani, 2010; h. 37-38). 2. Penapisan metode kontrasepsi hormonal (pil, suntik,
implant)
Menanyakan Hari pertama haid terakhir 7 hari atau lebih, menayakan apakah klien sedang menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca salin, menanyakan pada klien setelah senggama adakah perdarahan / bercak antara haid. memeriksa klien untuk mengetahui apakah terdapat tanda-tanda ikterus pada kulit atau seklera mata, menanyakan kepada klien apakah klien pernah mengalami nyeri kepala hebat atau gangguan visual, Nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (oedema), tekanan darah klien di atas 160 mmHg (sistolik) atau 90 mmHg ( diastolik), memastikan pada klien adakah massa atau benjolan pada payudara, dan menanyakan apakah klien sedang minum obat-obatan epilepsy (Handayani, 2010; h. 37).
B. Tinjauan Teori Asuhan Kebidanan
dalam rangkaian atau tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada pasien (Sulistyawati, 2010; h. 219). 1. Manajemen kebidanan menurut Helen Varney
Manajemen asuhan kebidanan menurut varney sebagai berikut : Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi keadaan klien secara lengkap, yaitu : 1. Riwayat kesehatan
2. Pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan. 3. Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelumnya. 4. Meninjau data laboratorium dan membandingkannya
dengan hasil studi.
Pada langkah pertama ini, dikumpulkan semua data yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini, dilakukan identifikasi yang benar terhadap diagnosis atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi yang benar atas dasar data-data yang telah di kumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga di temukan masalah atau diagnosis yang spesifik. Diagnosis kebidanan yaitu diagnosis yang di tegakan oleh profesi (bidan) dalam lingkup praktik kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur (tata nama) diagnosis kebidanan.
1. Diakui dan telah disyahkan oleh profesi.
2. Berhubungan langsung dengan praktis kebidanan. 3. Memiliki ciri khas kebidanan.
4. Didukung oleh clinical judgenment dalam praktik kebidanan.
Langkah III : Mengidentifikasi diagnosis atau masalah potensial. Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnosis potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnosis yang telah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien, bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosis/masalah potensial ini benar-benar terjadi.
Langkah IV:Mengidentifikasi dan menetapkan kebutuhan yang memerlukan penanganan segera.
Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter / di konsultasikan atau ditangani bersama dengan tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah V : Merencanakan asuhan yang menyeluruh.
Pada langkah ini dilakukan perencanaan yang menyeluruh, ditentukan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap dignosis atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantispasi, pada langkah ini informasi / data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.
Langkah VI : Melaksanakan Perencanaan
Pada langkah ini, rencana asuhan yang menyeluruh di langkah kelima harus dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruhnya oleh bidan atau sebagaian dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien atau anggota tim kesehatan lainnya.
Langkah VII : Evaluasi
terpenuhi sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnosis.
2. Pendokumentasian asuhan kebidanan dengan cara SOAP
Menurut (Mangkuji, 2013; h.8) pendokumentasian asuhan kebidanan dengan cara SOAP yaitu :
a) Subjektif
Pendokumentasian hasil pengumpulan data klien melalui anamnesis. Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi mengenai kekhawatiran dan keluhannya).
b) Objektif
Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien, Hasil pemeriksaan laboratorium / pemeriksaan diagnostik lain. Informasi dari keluarga atau orang laian.
c) Assesment
Pendokumentasian hasil analisis dan interpretasi (kesimpulan) data subjektif dan data objektif.
d) Planning
Pendokumentasian tindakan dan evaluasi meliputi : asuhan mandiri, kolaborasi, tes diagnostik/laboratorium, konseling dan tindakan lanjut.
C. LANDASAN HUKUM KEWENANGAN BIDAN DAN KOMPETENSI
BIDAN
1. Landasan hukum kewenangan bidan
kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana dengan memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Bidan dalam melakuakn tugasnya wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kemudian ditunjukan ke puskesmas wilayah tempat praktek dikecualikan untuk bidan yang bekerja difasilitas pelayanan kesehatan.
2. Kompetensi Bidan
Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki posisi penting dan strategis terutama dalam penurunan kematian ibu. Bidan harus mempunyai pengetahuan dan ketramilan dari ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya.
Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga sehat, perencanaan kehamilan, dan kesiapan menjadi orang tua. Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan. Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi tanggap terhadap budaya setempat setempat selama persalinan, memimpin suatu persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi baru lahir.