• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Teori Medis A. Kehamilan - Dilia Anggraeni Indriyati BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. Teori Medis A. Kehamilan - Dilia Anggraeni Indriyati BAB II"

Copied!
82
0
0

Teks penuh

(1)

I. Teori Medis

A. Kehamilan

1. Definisi kehamilan

Menurut Sarwono ( 2009; hal.213 ) kehamilan adalah fertilisasi

atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan

nidasi atau inplantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya

bayi, kehamilan normal akan berlansung dalam waktu 280 hari ( 40

minggu atau 9 bulan 7 hari ) dihitung dari haid pertama haid terakhir.

2. Tahap – tahap dalam kehamilan

Kehamilan dibagi menjadi 3 trimester yaitu; (Kusmiyati, 2010;

hal.10)

a. Trimester 1 ( umur 0 – 12 minggu )

Tahap dimana embrio berlangsung dari hari ke 15 sampai

sekitar 8 minggu setelah konsepsi. Tahap ini merupakan masa yang

paling kritis dalam perkembangan sistem organ dan penampilan luar

utama janin.daerah yang sedang berkembang, mengalami

pembelahan sel yang sanagat cepat dan rentan terhadap malforasi

(2)

berhati- hati untuk mencegah pengaruh yang tidak diinginkan

terhadap buah kehamilan.

b. Trimester 2 ( 13 – 27 minggu )

Pada akhir kehamilan umur 20 minggu baerat janin sekitar

340 gram dan panjang sekitar 16-17 cm. Ibu dapat merasakan

gerakan bayi, sudah terdapat mekonium didalam usus dan sudah

terdapat verniks pada kulit .

c. Trimester 3 ( 28 – 40 minggu )

Pada kehamilan 28 minggu berat badan bayi lebih sedikit

dari satu kilo gram dan panjangnya 23 cm, ia mempunyai

aktivitas dan periode tidur merespon suara dan melakukan

gerakan pernafasan. Pada usia kehamilan 32 minggu berat

bayi1,7 kg dan panjangnya 28 cm, kulitnya mengkerut dan testis

sudah turun ke skrotum pada bayi laki-laki. Pada usia kehamilan

36-40 minggu, jika ibu mendapat gizi yang cukup, kebanyakan

berat bada bayi antara 3- sampai 3,5 kg dan panjang 35 cm.

3. Tanda dan Gejala Kehamilan ( Rustam Mochtar,2011;hal.36-37)

a. Tanda Tidak pasti

1) Amenorea ( Tidak mendapat kehamilan )

Wanita harus mengetahui tanggal pertama haid terakhir (HT)

(3)

persalinan ( TTP) yang dihitung dengan menggunakan rumus dari

Naegele:

TTP= ( hari HT+7) dan (bulan HT-3) dan (tahun HT+1)

2) Mual dan muntah

Biasanya terjadi pada bulan-bulan pertama kehamilan hingga

akhir trimester pertama kehamilan. Karena sering terjadi pada

pagi hari, disebut morning sickness. Apabila timbul mula muntah yang berlebihan disebut hiperemesis gravidarum.

3) Mengidam

Ibu hamil sering meminta makanan atau minuman tertentu

terutama pada bulan- bulan trimester pertama.

4) Pingsan

Jika berada pada tempat-tempat ramai yang sesak dan padat,

seorang wanita yang sedang hamil dapat pingsan.

5) Tidak ada selera makan (anoreksia)

Hanya berlangsung pada trimester pertama kehamilan, kemudian

nafsu makan timbul kembali.

6) Lelah

7) Payudara membesar, tegang dan sedikit nyeri, disebabkan

pengaruh estrogen dan progresteron yang merangsang duktus

dan alveoli payudara. Kelenjar Montgomery terlihat lebih besar.

8) Sering pipis, karena kandung kemih tertekan oleh rahim yang

(4)

kehamilan. Pada akhir kehamilan , gejala tersebut muncul

kembali karena ditekan oleh kepala janin.

9) Konstipasi/obstipasi karena tanus otot- otot menurun oleh

pengaruh hormon steroid.

10) Pigmentasi kulit oleh pengaruh hormon kostikosteroid plasenta,

dijumpai dimuka ( cloasma gravidarum , areola payudara, leher

dan dinding perut (linea nigra)

b. Tanda Mungkin Hamil

1) Perut membesar

2) Uterus membesar: terjadi dalam perubahan bentuk ,besar dan

konsistensi rahim.

3) Tanda Hegar: ditemukanya servik dan isthmus uteri yang

lunak pada pemeriksaan bimanual saat usia kehamilan 4

sampai 6 minggu.

4) Tanda Chadwick: perubahan warna menjadi kebiruan yang

terlihat di porsio, vagina dan labia. Tanda tersebut timbul

akibat pelebaran vena karena peningkatan kadar estrogen.

5) Tanda Piskacek: pembesaran dan pelunakan rahim ke salah

satu sisi rahim yang berdekatan dengan tuba uterina.

Biasanya tanda ini ditemukan di usia kehamilan 7-8 minggu

6) Kontraksi – kontraksi kecil uterus jika di rangsang ( Bracton

Hicks )

(5)

c. Tanda pasti hamil

1) Gerakan janin dapat dilihat atau dirasa atau diraba, juga

bagian-bagian janin

2) Adanya denyut jantung janin

4. Perubahan Anatomi dan Adaptasi Fisiologis pada Ibu hamil

a. Perubahan Anatomi ( Kuswanti, 2014;hal.45-47 )

1) Sistem Reproduksi

a) Vagina dan vulva

Akibat pengaruh hormon estrogen, vagina dan vulva

mengalami perubahan pula. Sampai minggu ke 8 terjadi

hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak

lebih merah, agak kebiruan ( lividae ), tanda ini disebut tanda

chadwick. Warna portiopun tampak lividae.

b) Serviks uteri

Serviks uteri juga mengalami peruhan karena hormon

estrogen. Akibat kadar estrogen dan hipervaskularisasi serta

meningkatnya suplai darah maka konsistensi serviks menjadi

lunak yang disebut tanda goodell.

c) Perubahan Uterus

Uterus akan membesar pada bulan bulan pertama di

(6)

d) Perubahan sistem endokrin

Perubahan besar pada sistem endokrin yang penting

terjadi untuk mempertahankan kehamilan, pertumbuhan

normal janin dan pemulihan pasca partum. Berikut

perubahan-perubahan hormonal selama kehamilan ( dari trimester I-

trimester III)

(1) Estrogen

Produksi estrogen plesenta terus naik selama kehamilan

dan pada akhir kehamilan kadarnya kira – kira 100 kali

sebelum hamil

(2) Progresteron

Produksi progresteron bahkan lebih banyak dibandingkan

estrogen. Pada akhir krhamilan produksinya kira-kira

250mg/hari. Progresteron menyebabkan lemak disimpan

dalam jaringan sub kutan di abdome, punggung dan paha

atas

(3) Human Chorionic Gonadotropin (HCG)

Hormon ini dapat terdeteksi beberapa hari setelah

pembuahaan dan merupakan dasar tes kehamilan.

Puncak sekresinya kurang lebih terjadi 60 hari setelah

(7)

(4) Human Placental Lactogen ( HPL )

Hormon ini diproduksi terus naik dan pada saat aterm

mencapai 2 gram/hari.

(5) Pituitary Gonadotropin

FSH dan LH berada dalam keadaan sangat rendah

selama masa kehamilan, karena ditekan oleh estrogen

dan progreteron plasenta

(6) Prolaktin

Produksinya terus meningkat, sebagai akibat kenaikan

sekresi estrogen

(7) Growt Hormon (STH)

Produksinya sangat rendah karena mungkin ditekan HPL

(8) Insulin

Produksi insulin meningkat sebagai akibat estrogen,

progesteron dan HPL

(9) Sistem kekebalan

Sistem pertahanan tubuh ibu selama kehamilan akan

tetap utuh, kadar immunoglobulin dalam kehamilan tidak

berubah

(10) Sistem perkemihan

Pada bulan-bulan pertama kehamilan kandung kencing

tertekan sehingga sering timbul kencing.pada kehamilan

(8)

berubah karena adanya hormon kehamilan, peningkatan

volume darah, postur wanita, aktifitas fisik dan asupan

makanan.

(11) Sistem pencernaan

Persaan tidak enak diulu hati disebabkan karena

perubahan posisi lambung dan aliran balik asam lambung

esofagus bagian bawah. Serinhng terjadi nause dan

muntah karena pengaruh HCG, tanus otot-otot traktus

digestivus menurun sehingga motilitas motilitas traktus

dijegtivus juga berkurang

(12) Sirkulasi darah/ cardivaskuler

Tekanan daragh akan turun selama 24 minggu

pertama kehamilan akibat terjadinya penurunan dalam

perifer vaskuler restistance yang disebabkan oleh

pengaruh peregangan oto halus oleh progesteron.

Tekanan sistolik akan turun sekitar 5-10mmHG dan

diastolik 10-15mmHg

(13) Muskuloskeletal

Pada trimester pertama tidak banyak perubahan pada

muskuloskeletal

(14) Integumen/ kulit

Perubahan umum yang sering terjadi adalajh

(9)

hiperpigmentasi, pertumbuhan rambut dan kuku,

percepatan aktifitas kelenjar keringat. Terdapat cloama

gravidarum pada daerah sekitar wajah.

Pada abdomen biasanya terdapat linea nigra. Linea

nigra adalah garis pigmentasi dari sympisis pubis sampai

ke bagian atas fundus digaris tengah tubuh.

(15) Metabolisme

Pada wanita hamil Basal Metabolic Rate ( BMR )

meninggi. BMR meningkat hingga 15-20% yang umumnya

terjadi pada triwulan terakhir

(16) Sistem pernafasan

Wanita hamil bernafas lebih dalam tetapi frekuensii

napasnya hanya sedikit meningkat.

b. Perubahan Fisiologis Ibu Hamil ( Kuswanti, 2014;hal.71-75)

1) Trimester I

Trimester pertama sering dikatakan sebagai masa

penentuan. Penentuan untuk membuktikan bahwa wanita dalam

keadaan hamil. Pada trimester ini seorang ibu akan selalu

mencari tanda- tanda untuk lebih meyakinkan bawha dirinya

memang hamil. Setiap perubahan yang terjadi pada tubuhnya

akan selalu diperhatikan dengan seksama. Trimester pertama

(10)

kehamilan menjadi aman. Terutama pada wanita yang pernah

mengalami keguguran sebelumya .

2) Trimester II

Trimester kedua sering disebut sebagai periode pancaran

kesehatan, saat ibu merasa sehat. Ini disebabkan selama

trimester ini umumnya wanita sudah merasa baik dan terbebas

dari ketidaknyamanan kehamilan. Ibu sudah menerima

kehamilanya dan mulai dapat menggunakan energi dan pikiranya

secara lebih konstruktif. Pada Trimester ini ibu juga dapat

merasakan gerakan bayinya, dan ibu mulai merasakan kehadiran

bayinya sebagai sesorang di luar dari dirinya sendiri.

3) Trimester III

Trimester ketiga sering disebut sebagai periode penantian.

Pada periode ini wanita menanti kehadiran bayinya sebagian dari

dirinya, dia menjadi segera tidak sabar untuk melihat bayinya.

Trimester ketiga adalah waktu untuk mempersipakan kelahiran

dan kedudukan sebagai orang tua, seperti terpusatnya perhatian

pada kehadiran bayi. Memilih nama adalah aktifitas yang

dilakukan dalam mempersiapakan kehadiran bayinya.Membuat

atau membeli pakaian bayi. Mengatur ruangan. Banyak hal yang

(11)

5. Ketidaknyaman pada masa kehamilan dan cara mengatasinya (

Kusmiyati, 2010;hal.143)

Tabel 2.1. Ketidaknyamanan pada masa kehamilan

Ketidaknyamanan Cara Mengatasi

1.

Sering buang air kecil Trimester I dan III

Perbanyak minum pada siang hari Jangan mengurangi minum untuk mencegah nokturia

Batasi minum kopi, the dan soda

Hemoroid

Anjurkan ibu untuk sering beristirahat Hindari istirahat yang berlebihan

4.

Keputihan Trimester I, II, III

Tingkatkan kebersihan dengan mandi setipa hari

Tingkatkan daya ahan tubuh dengan makan buah dan sayur

5.

Keringat bertambah Memakai pakaian yang tipis dan longgar

Jelaskan tentang bahaya makanan yang tidak bisa diterima, mencakup gizi yang diperlukan

7.

Sesak nafas Trimester II dan III

Merentangkan tangan diatas kepala serta menarik nafas panjang

(12)

Trimester II dan III gas tinggi serat, buah dan sayuran

11

Nyeri ulu hati Trimester III

Anjurkan untuk tidur dengan posisi kepala lebih tinggi

6. Perkiraan TFU terhadap umur kehamilan ( Marjiati, 2011;hal.81 )

2.2 Tabel perubahan tinggi involusi uteri

Tinggi Fundus Uteri Umur Kehamilan

3 jari diatas simfisis 12 minggu

Pertengahan antara simpisis - pusat 16 minggu

3 jari dibawah pusat 20 minggu

Setinggi pusat 24 minggu

3 jari diatas pusat 28 minggu

½ pusat – procesus xipoideus 32 minggu

Setinggi procesus xipoideus 36 minggu

7. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan ( Rukiyah, 2011;hal.126-127)

a. Perdarahan pervagina

Pada awal kehamilan ( umur kehamilan kurang dari 22

minggu), perdarahan yang tidak normal adalah merah, perdarahan

banyak, atau perdarahan dengan nyeri ( abortus, Kehamilan Ektopik

(13)

Pada kehamilan lanjut ( umur kehamilan lebih dari 22 minggu ),

perdarahan yang tidak normal merah, banyak/sedikit, nyeri( plasenta

previa dan solusio plasenta )

b. Sakit kepala yang berat

Sakit kepala yang menunjukan suatu masalah yang serius

adalah sakit kepala hebat, yang menetap dan tidak hilang dengan

istirahat. Kadang- kadang dengan sakit kepala yang hebat tersebut

ibu mungkin menemukan bahwa penglihatannya kabur atau

terbayang. Sakit kepala yang hebat dalam kehamilan adalah gejala

preeklamsi

c. Perubahan visual secara tiba-tiba ( pandangan kabur, rabun senja )

Masalah visual yang mengindikasikan keadaan yang

mengancam jiwa adalah perubahan visual mendadak, misalnya

pandangan kabur atau berbayang

d. Nyeri abdomen yang hebat

Nyeri yang hebat, menetap dan tidak hilang setelah

beristirahat. Hal ini bisa berarti appendicitis, kehamilan ektopik,

aborsi, penyakit radang panggul, persalinan preterem, gastritis,

penyakit kantong empedu, abrupsi plasenta, infeksi saluran kemih

atau infeksi lain

e. Bengkak pada muka, tangan atau kaki

Bengkak bisa menunjukan adanya masalah serius jika muncul

(14)

disertai dengan keluhan fisik yang lain. Hal ini dapat merupakan

pertanda, anemia, gagal jantung atau preeklamsi

f. Bayi kurang bergerak seperti biasa

Ibu mulai merasakan gerakan bayinya pada bulan ke 5 atau

ke 6, beberapa ibu dapat merasakan gerakan bayinya lebih awal.

Jika bayi tidur gerakanya akan melemah. Bayi harus bergerak paling

sedikit 3 kali dalam periode 3 jam. Gerakan bayi akan lebih mudah

terasa jika ibu berbaring atau beristirahat dan jika ibu makan dan

minum dengan baik

8. Komplikasi dalam kehamilan (Sarwono,2009; hal. 467 )

a. Perdarahan

1) Perdarahan pada kehamilan muda ( umur kehamilan < 20

minngu)

a) Abortus

(1) Abortus Iminens

Abortus tingkat permulaan dan merupakan ancaman

terjadinya abortus , ditandai perdarahan pervaginam ,

ostium uteri masih tertutup dan hasil konsepsi masih

dalam keadaan baaik dalam kandungan. Penderita

mengeluh mulas sedikit atau tidak ada keluhan sama

(15)

(2) Abortus Insipiens

Abortus yang sedang mengancam yang ditandai

dengan serviks telah mendatar dan ostium uteri telah

membuka, akan tetapi hasil konsepsi masih dalam

kavum uteri dan dalam proses pengeluaran. Penderita

akan merasa mulas karena kontraksi yang sering dan

kuat, perdarahanya bertambah sesuai dengan

pembukaan serviks uterus dan umur kehamilan. Besar

uterus masih sesuai dengan umur kehamilan dengan tes

urin kehamilan masih posotif

(3) Abortus Komplit

Abortus yang hasil konsepsi telah keluar dari kavum

uteri, osyium uteri telah menutup, uterus sudah mengecil

sehingga perdarahan sedikit dan besar uterus tidak

sesuai dengan umur kehamilan

(4) Abortus Inkomplit

Abortus yang sebagian hasil konsepsi telah keluar

kavum uteri dan masih ada yang tertinggal dimana pada

pemeriksaan vagina, kanalis servikalis masih terbuka

dan terba jaringan dalam kavum uteri. Perdarahan

biasanya masih terjadi jumlahnya pun biasanya banyak

(16)

b) Kehamilan ektopik

Kehamilan dengan implantasi terjadi diluar uterus dan

biasanya terjadi di tuba fallopi

c) Kehamilan Mola

Kehamilan dimana hasil konsepsi tidak berkembang

menjadi embrio, kavum uteri terisi oleh jaringan

gelembung-gelembung seperti buah anggur

2) Kehamilan pada kehamilan lanjut ( umur kehamilan > 20

minggu)

a) Plasenta previa

Plasenta previa adalah plasenta yang berimplantasi

pada segmen bawah rahim demikian rupa sehingga

menutupi seluruh dari ostium uteri internum. Ciri dari

plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui

vagina tanpa rasa nyeri. Perdarahan pertama terjadi tidak

banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali terjadi

setelah beberapa lama waktu kemudian.

b) Solusio plasenta

Solusio plasenta adalah terlepasnya sebagian atau

seluruh permukaan maternal plasenta dari tempat

implantasinya yang normal pada lapisan desidua

endometrium sebelum waktunya yakni sebelum anak lahir.

(17)

berwarna tua keluar melaui vagina , rasa nyeri pada perut

dan uterus tegang terus menerus mirip his partus

prematurus.

b. Hiperemesis Gravidarum (Varney.2007;hal.608)

Hiperemesis gravidarum adalah mual muntah berlebihan

selama masa hamil, intensitasnya melebihi muntah normal yang

berlangsung selama trimester pertama kehamilan.

Tanda dan gejala hiperemesis gravidarum:

1) Muntah hebat

2) Nafsu makan buruk

3) Asupan makan buruk

4) Penurunan berat badan

5) Dehidrasi

6) Ketidak seimbanagan elektrolit

c. Hipertensi dalam kehamilan (Varney.2007;hal.645)

Hipertensi dalam kehamilan adalah tekanan darah lehih dari

140 mmHg pada sitplik dan diastolik lebih dari 90 mmHg. Hipetensi

dalam kehamilan dapat dibagi menjadi beberapa jenis yaitu:

1) Hipertensi kronik

Hipertensi yang muncul sebelum kehamilan atau pada usia

kehamilan dibawah 20 minggu, tekanan darah lebih dari 140/ 90

mmHg dan tekanan darah tidak kunjung menurun hingga pasca

(18)

2) Hipertensi Gestasional

Hipertensi tanpa proteinuria yang timbul setelah kehamilan 20

minggu, tekanan darah lebih dari 140/90 mmHG dan menghilang

setelah persalinan

3) Preeklamsi

(a) Preeklamsi ringan

Tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg dan protein urin +1

(b) Preeklamsi berat

Tekanan darah lebih dari 160/90 mmHg, protein urin +2 atau

+3, terdapat gejala gangguan syaraf seperti nyeri kepala

menetap dan gangguan penglihatan, oliguri ( 400 mililiter

dalam 24 jam )

4) Eklamsi

Gejalanya seperti pada preeklamsi tetapi disertai kejanng

ASUHAN ANTENATAL CARE

1. Pengertian Asuhan Antenatal care

Asuhan antenatal adalah upaya preventif program pelayanan

kesehatan obstetrik untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal

melalui serangkaian kegiatan pemantauan rutin selama kehamilan (

Sarwono, 2009;hal.278)

(19)

1) Untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu

maupun bayinya dengan cara membina hubungan saling

percaya dengan ibu

2) Mendeteksi komplikasi-komplikasi yang dapat mengancam jiwa

3) Mempersiapkan kelahiran

4) Memberikan pendidikan

3. Standar asuhan antenatal care ( Umi Hani, 2011;hal 10-12 )

Standar asuhan antenatal care yang baik sangat penting untuk hasill

pemeriksaan yang baik karena sebagian besar dari kematian ibu bisa

dihindari melaui asuhan antenatal, intranatal dan post natal yang

bermutu tinggi.

Standar minimal Asuhan Kehamilan adalah sebagai berikut; (

Pedoman pelayanan antenatal terpadu,2012;hal 8-12)

1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan

Penimbangan berat badan pada setiap kali kunjungan

dilakukan untuk mendeteksi adanya gangguan peertumbuhan janin.

Pengukuran tinggi badan pada saat kunjungan pertama kali

dilakukan untuk menapis adanya faktor risiko pada ibu hamil yaitu

tinggi badan kurang dari 145 cm meningkatkan resiko untuk

terjadinya CPD ( Cephalo Pelvic Dispropotion )

2) Ukur tekanan darah

Dilakukan pada setiap kali kunjungan antenatal dan digunakan

(20)

3) Nilai status gizi ( umur lingkar lengan atas )

Dilakukan pada kontak pertama oleh tenaga kesehatan di

trimester 1 untuk skrining ibu hamil berisiko Kekurangan Energi

Kronis, dimana LILA kurang dari 23,5 cm pada ibu hamil dapat

melahirkan bayi dengan BBLR

4) Ukur tinggi fundus uteri

Pengukuran TFU dilakukan pada setiap kunjungan antenatal

dilakukan untuk mendeteksi pertumbuhan janin sesuai atau tidak

dengan umur kehamilan

5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin

Menentukan presentasi janin dilakukan pada akhir trimester II

dan selanjutnya pada setiap kunjungan antenatal dimaksudkan

untuk mengetahui letak janin. Djj dilakukan pada akhir trimester I

dan selanjutnya pada setiap kali kunjungan antenatal dan

pemeriksaan Djj digunakan untuk mengetahui kesejahteraan janin

6) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus

toksoid ( TT ) bila diperlukan

Untuk mencegah terjadinya tetanus neonatorum ibu hamil

harus mendapat imunisasi TT

7) Beli tablet tambah darah

Untuk mencegah anemia gizi besi, setiap ibu hamil harus

mendapat tablet tambah darah dan asam folat minimal 90 tablet

(21)

8) Periksa laboratorium ( rutin dan khusus )

Pemeriksaan laboratorium rutin adalah pemeriksaan

laboratorium yang harus dilakukan pada setiap ibu hamil ( golongan

darah, hemoglobin dan pemeriksaan spesifik daerah endemis.

Pemeriksaan laboratorium khusus adalah pemeriksaan laboratorium

lain yang dilakukan atas indikasi pada ibu hamil

9) Tatalaksana atau penanganan kasus

Berdasarkan hasil pemeriksaan dan hasil laboratorium, setiap

kelainan yang ditemukan pada ibu hamil harus ditangani sesuai

kewenagan tenaga kesehatan dan apabila kasus yang tidak dapat

ditangani lakukan rujukan segera

10) Temu wicara ( konseling )

4. Standar Minimal Kunjungan Kehamilan ( Sulistyawati,2011; hal.4 )

a. 1 kali pada trimester pertama

b. 1 kali pada trimester kedua

c. 2 kali pada trimester ke tiga

B. Persalinan

1. Pengertian Persalinan ( Rustam Mochtar, 2011; hal 69)

Persalinan adalah suatu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin+

uri) yang dapat hidup ke dunia luar, dari rahim melalui jalan lahir atau

dengan jalan lain.

(22)

a. Menurut cara persalinan

1) Partus biasa ( normal ), disebut juga partus spontan adalah proses

lahirnya dengan tenaga ibu sendiri, tanpa bantuan alat – alat, serta

tidak melukai ibu dan bayi, yang umumnya berlangsung kurang

dari 24 jam,

2) Partus luar biasa ( abnormal ) ialah persalinan pervaginam dengan

bantuan alat – alat atau melalui dinding perut dengan operasi

cesar.

a. Menurut tua (umur ) kehamilan:

1) Abortus ( keguguran ) adalah terhentinya kehamilan sebelum janin

dapat hidup, berat janin dibawah 1000g dan umur kehamilan

dibawah 28 minggu.

2) Partus prematurus adalah persalinan ( pengeluaran ) hasil

konsepsi pada kehamilan 28-36 minggu, janin dapat hidup tetapi

prematur, berta janin antara 1000-2500 gram.

3) Partus maturus atau aterm ( cukup bulan ) adalah partus pada

kehamilan 37 – 40 minggu, janin matur, berat badan diatas 2500

gram.

4) Partus postmaturus ( serotinus ) adalah persalinan yang terjadi 2

minggu atau lebih setelah waktu partus yang ditaksir, janin disebut

postmatur.

5) Partus presipitatus adalah partus yang berlangsung sangat cepat,

(23)

2. Sebab – sebab yang menimbulkan persalinan (Rustam Muchtar,2011;hal

70)

a. Teori Penurunan hormon: 1-2 minggu sebelum partus, mulai terjadi

penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progresteron

bekerja sebagai penenang otot – otot polos rahim, karena itu akan

terjadi kekejangan pembuluh darah yang menimbulkan his jika kadar

progesteron turun.

b. Teori plasenta menjadi tua: penuaan plasenta akan menyebabkan

turunya kadar estrogen dan progresteron sehingga terjadi kekejangan

pembuluh darah. Hal tersebut akan menimbulkan kontraksi rahim.

c. Teori distensi rahim: rahim yang menjadi besar dan meregang

menyebabkan iskemia otot – otot rahim sehingga mengganggu

sirkulasi uteroplasenta.

d. Induksi partus ( induksi of labour ). Partus juga dapat pula ditimbulakn

dengan:

1) Amniotomi : pemecahan ketuban

2) Tetesan oksitosin : pemberian oksitosin melalui tetesan per infus

3. Tanda- tanda permulaan persalinan (Rustam Mochtar, 2011;hal. 70)

Sebelum terjadi persalianan yang sebenarnya, beberapa minggu

sebelumnya, wanita memasuki “bulanya” atau “minggunya” yang disebut

kala pendahuluan. Kala pendahuluan memberikan tanda- tanda sebagai

(24)

a. Lightening atau settling, kepala turun memasuki pintu atas panggul

terutama pada primigravida.

b. Perut kelihatan lebih melebar, fundus terlihat turun

c. Sering buang air kecil karena kandung kemih tertekan oleh bagian

terendah janin

d. Perasaan nyeri di perut dan di pinggang , rahim adanya kontraksi-

kontraksi lemah

e. Serviks menjadi lembek, sekresinya bertambah, mungkin lendir

campur darah.

4. Faktor – faktor yang mempengaruhi persalinan (Sumarah, 2008; hal.3-4)

a. Passage ( jalan lahir )

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,

dasar panggul, vagina dan introitus ( lubang luar vagina ). Meskipun

jaringan lunak, khususnya lapisan – lapisan otot dasar panggul ikut

menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh lebih berperan

dalam proses persalinan. Janis harus berhasil menyesuaikan diri

terhadap jalan lahir yang relativ kaku. Oleh karena ukuran dan bentuk

panggul harus ditentukan sebelum persalinan dimulai.

b. Passenger ( janin )

Faktor lain yang berpengaruh terhadap persalinan adalah

faktor janin yang meliputi sikap janin, letak janin, presentasi janin,

(25)

c. Power ( kekuatan )

Power adalah kekuatan yang mendorong janin keluar.

Kekuatan yang mendorong janin keluar dalam persalinan adalah his,

kontraksi otot – otot perut, kontraksi diafragma dan aksi dari ligament

dengan kerjasama yang baik sempurna.

d. Penolong

Kompetensi yang dimiliki penolong sangat bermanfaat untuk

memperlancar proses persalinan dan mencegah kematian maternal

dan neonatal. Dengan pengetahuan dan kompetensi yang baik

diharapkan kesalahan atau malpraktik dalam memberikan asuhan

tidak terjadi.

e. Psikologis

Keadaan psikologis ibu mempengaruhi proses persalinan. Ibu

bersalin yang didampingi oleh suami dan orang yang dicintainya

cenderung mengalami proses persalinan yang lebih lancar

dibandingkan dengan ibu bersalin tanpa pendamping. Ini menunjukan

bahwa dukungan mental berdampak positif bagi keadaan psikis ibu,

yang berpengaruh terhadap kelancaran proses persalinan.

5. Tahap Persalinan (Sumarah, 2008;hal. 5-8 )

Persalinan dibagi menjadi 4 tahap yaitu :

a. Kala I

Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara

(26)

berlangsung kurang lebih 18-24 jam, yang terbagi menjadi 2 fase

yaitu;

1) Fase laten ( 8 jam ) yaitu dari pembukaan 0 cm sampai

pembukaan 3 cm.

2) Fase aktif ( 7 jam ) yaitu dari pembukaan serviks 4 cm sampai

pembukaan 10 cm ( lengkap ). Dalam fase aktif ini masih dibagi

menjadi 3 fase yaitu :

a) Fase akselerasi, dimana dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm

menjadi 4 cm

b) Fase dilatasi maksimal, yakni dalam waktu 2 jam pembukaan

berlangsung sangat cepat, dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm

c) Fase deselerasi dimana pembukaan menjadi lambat kembali.

Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi 10 cm

Kontraksi menjadi lebih kuat dan lebih sering pada fase aktif.

Berdasarkan kurve fridman, diperhitungkan pembukaan pada

primigravida 1 cm/ jam dan pembukaan pada multigravida

2cm/jam. Dengan demikian waktu pembukaan lengkap dapat

diperkirakan.

b. Kala II ( Pengeluaran )

Dimulai dari pembukaan lengkap( 10 cm ) sampai bayi lahir.

Proses ini berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada

(27)

masuk panggul, maka pada saat his dirasakan tekanan pada

otot-otot dasar panggul yang menimbulakan rasa ingin mengejan.

Perinium mulai menonjol dan menjadi lebar dengan membukanya

anus. Labia mulai membuka dan tidak lama kemudian kepala janin

tampak dalam vulva pada saat ada his. Dengan kekuatan his dan

mengedan maksiamal kepala janin dilahirkan dengan soboksiput

dibawah simpisis dan dahi, muka, dagu melewati perinium.

c. Kala III ( Pelepasan Uri )

Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta

yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Setelah bayi lahir uterus

teraba keras dengan fundus uteri agak diatas pusat. Beberapa menit

kemudian uterus berkontraksi lagi untuk melepaskan plasenta dari

dindingnya.

d. Kala IV ( Observasi )

Dimulai dari saat lahirnya plasenta sampai 2 jam pertama post

partum. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV adalah:

1) Tingkat kesadaran ibu

2) Pemeriksaan tanda-tanda vital meliputi: tekanan darah, nadi dan

pernafasan

3) Kontraksi uterus

(28)

6. Perubahan Fisiologis pada persalinan ( Sumarah, 2008; hal. 58-61 )

a. Perubahan tekanan darah

Tekanan darah meningkat selama kontraksi uterus dengan

kenaikan sistolik rata –rata sebesar 10-20 mmHg dan kenaikan

diastolik rata – rata 5 – 10 mmHg. Diantara kontraksi-kontraksi uterus,

tekanan darah akan turun seperti sebelum masuk persalinan dan

akan naik lagi apabila terjadi kontraksi.

b. Metabolisme

Selama persalinan baik metabolisme karbohidrat aerobik

maupun anaerobik akan naik secara perlahan. Kenaikan ini sebagian

besar disebabkan karena kecemasan serta kegiatan otot kerangka

tubuh. Kegiatan metabolisme yang meningkatkan tercermin dengan

kenaikan suhu badan, denyut nadi, pernafasan, kardiak ouput dan

kehilangan cairan.

c. Suhu badan

Suhu badan akan sedikit meningkat selama persalinan, suhu

mencapai tertinggi selama persalinan dan segera setelah persalinan.

Kenaikan suhu tubuh normal sekitar 0,5 -1 derajat celcius.

d. Denyut jantung

Denyut jantung selama persalinan akan sedikit naik. Hal ini

mencerminkan kenaikan dalam metabolisme yang terjadi selama

(29)

e. Pernafasan

Pernafasan terjadi kenaikan sedikit dibandingkan dengan

sebelum persalinan, kenaikan ini dapat disebabkan karena adanya

rasa nyeri dan kekhawatiran.

f. Perubahan renal

Polyuri sering terjadi selama masa persalinan. Kandung kemih

harus sering dikontrol ( setiap 2 jam ) agar tidak menghambat

penurunan bagian trendah janin .

g. Perubahan Gastrointestinal

Kemampuan pergerakan gastrik serta penyerapan makanan

padat berkurang dan menyebabkan pencernaan hampir berhenti

selama persalinan dan menyebabkan konstipasi.

h. Perubahan Hematologis

Haemoglobin akan meningkat 1,2 gr/ 100 ml selama

persalinan dan kembali ketingkat pra persalinan pada hari pertama

setelah persalinan apabila tidak terjadi kehilangan darah saat

persalinan.

7. Asuhan Persalinan Kala I, II, III, IV

a. Asuhan Persalinan Kala I ( Sondakh, 2013; hal. 106)

1) Mempersiapkan ruangan untuk persiapan dan kelahiran bayi

2) Persiapan perlengkapan, bahan – bahan dan obat-batan yang

diperlukan

(30)

4) Memberikan asuhan sayang ibu

Asuhan sayang ibu selama persalinan termasuk:

a) Memberikan dukungan emosional

b) Membantu pengaturan posisi ibu

c) Memberikan cairan dan nutrisi

d) Memberikan keleluasaan untuk menggunakan kamar mandi

secara teratur

e) Pencegahan infeksi

5) Pengurangan rasa sakit

Menurut varney, pendekatan untuk mengurangi rasa sakit dapat

dilakukan dengan cara- cara sebagai berikut :

a) Menghadirkan seseorang yang dapat memberikan dukungan

selama persalinan ( suami, orangtua )

b) Pengaturan posisi: duduk atau stengah duduk, merangkak,

berjongkok, berdiri, atau berbaring miring ke kiri

c) Relaksasi pernafasan

d) Istirahat dan privasi

e) Sentuhan

b. Asuhan persalinan kala II ( Sondakh, 2011; hal 123 )

1) Pemantauan kesejahteraan ibu

a) Tanda- tanda vital: tekanan darah ( setiap 30 menit ), suhu,nadi

( setiap 30 menit ), pernafasan

(31)

c) Urin

d) Hidrasi : cairan, mual, muntah

e) Kondisi umum

f) Upaya ibu meneran

g) Kontraksi setiap 30 menit

2) Kemajuan persalinan

3) Pemantauan janin meliputi; djj, air ketuban dan penyusupan kepala

c. Asuhan persalinan kala III ( APN, 2008; hal.99 )

1) Pemberian suntikan oksitosin dalam 1 menit pertama setelah bayi

lahir

2) Melakukan penegangan tali pusat terkendali

3) Massase fundus uteri

d. Asuhan persalinan kala IV ( APN, 2008;hal.111)

1) lakukan massase uterus unttuk merangsang uterus berkontraksi

baik dan kuat

2) Evaluasi tinggi fundus uteri

3) Memperkirakan kehilangan darah secara keseluruhan

4) Periksa kemungkinan perdarahan dari robekan perineum

5) Evaluasi keadaaan ibu

6) Dokumentasi semua asuhan selama persalinan pada partograf

7.Asuhan Persalinan Normal

Asuhan Persalinan Normal (APN) adalah asuhan yang bersih dan

(32)

terutama perdarahan pasca persalinan dan hipotermi serta asfiksia bayi

baru lahir (APN. 2008 )

Untuk melakukan asuhan persalinan normal (APN) dirumuskan 58

langkah asuhan persalinan normal sebagai berikut:

1. Mendengar & Melihat Adanya Tanda Persalinan Kala Dua.

2.Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk

mematahkan ampul oksitosin & memasukan alat suntik sekali pakai

5ml ke dalam wadah partus set.

3. Memakai celemek plastik.

4. Memastikan lengan tidak memakai perhiasan, mencuci tangan dgn

sabun & air mengalir.

5. Menggunakan sarung tangan DTT pada tangan kanan yg akan

digunakan untuk pemeriksaan dalam.

6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi

dengan oksitosin dan letakan kembali kedalam wadah partus set.

7. Membersihkan vulva dan perineum dengan kapas basah yang telah

dibasahi oleh air matang (DTT), dengan gerakan vulva ke perineum.

8. Melakukan pemeriksaan dalam – pastikan pembukaan sudah lengkap

dan selaput ketuban sudah pecah.

9. Mencelupkan tangan kanan yang bersarung tangan ke dalam larutan

klorin 0,5%, membuka sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

(33)

10. Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi uterus selesai –

pastikan DJJ dalam batas normal (120 – 160 x/menit).

11. Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin

baik, meminta ibu untuk meneran saat ada his apabila ibu sudah

merasa ingin meneran.

12. Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu untuk

meneran (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk

dan pastikan ia merasa nyaman.

13. Melakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang

kuat untuk meneran

14. Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi

nyaman, jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam

60 menit.

15. Meletakan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut ibu, jika

kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm.

16. Meletakan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian bawah bokong ibu

17. Membuka tutup partus set dan memperhatikan kembali kelengkapan

alat dan bahan

(34)

19. Saat kepala janin terlihat pada vulva dengan diameter 5 – 6 cm,

memasang handuk bersih pada perut ibu untuk mengeringkan bayi

jika telah lahir dan kain kering dan bersih yang dilipat 1/3 bagian

dibawah bokong ibu. Setelah itu kita melakukan perasat stenan

(perasat untuk melindungi perineum dngan satu tangan, dibawah

kain bersih dan kering, ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4

jari tangan pada sisi yang lain dan tangan yang lain pada belakang

kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap

fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan

perineum).

20. Setelah kepala keluar menyeka mulut dan hidung bayi dengan kasa

steril kemudian memeriksa adanya lilitan tali pusat pada leher janin

21. Menunggu hingga kepala janin selesai melakukan putaran paksi luar

secara spontan.

22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, pegang secara

biparental. Menganjurkan

kepada ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakan

kepala kearah bawah dan distal hingga bahu depan muncul dibawah

arkus pubis dan kemudian gerakan arah atas dan distal untuk

(35)

23. Setelah bahu lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu untuk

menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan

tangan atas untuk menelusuri dan memegang tangan dan siku

sebelah atas.

24. Setelah badan dan lengan lahir, tangan kiri menyusuri punggung

kearah bokong dan tungkai bawah janin untuk memegang tungkai

bawah (selipkan ari telinjuk tangan kiri diantara kedua lutut janin)

25. Melakukan penilaian selintas :

a. Apakah bayi menangis kuat dan atau bernapas tanpa kesulitan?

b. Apakah bayi bergerak aktif ?

26. Mengeringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Ganti

handuk basah dengan handuk/kain yang kering. Membiarkan bayi

atas perut ibu.

27. Memeriksa kembali uterus untuk memastikan tidak ada lagi bayi

dalam uterus.

28. Memberitahu ibu bahwa ia akan disuntik oksitasin agar uterus

(36)

29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit IM

(intramaskuler) di 1/3 paha atas bagian distal lateral (lakukan

aspirasi sebelum menyuntikan oksitosin).

30. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem

kira-kira 3 cm dari pusat bayi. Mendorong isi tali pusat ke arah distal (ibu)

dan jepit kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.

31. Dengan satu tangan. Pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi

perut bayi), dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem

tersebut.

32. Mengikat tali pusat dengan benang DTT atau steril pada satu sisi

kemudian melingkarkan kembali benang tersebut dan mengikatnya

dengan simpul kunci pada sisi lainnya.

33. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan memasang topi di

kepala bayi.

34. Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5 -10 cm dari

vulva

35. Meletakan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas

simfisis, untuk mendeteksi. Tangan lain menegangkan tali pusat.

36. Setelah uterus berkontraksi, menegangkan tali pusat dengan tangan

(37)

kearah doroskrainal. Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40 detik,

hentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga timbul

kontraksi berikutnya dan mengulangi prosedur.

37. melakukan penegangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta

terlepas, minta ibu meneran sambil penolong menarik tali pusat

dengan arah sejajar lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti

poros jalan lahir (tetap lakukan tekanan dorso-kranial).

38. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta

dengan hati-hati. Bila perlu (terasa ada tahanan), pegang plasenta

dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah untuk membantu

pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput ketuban.

39. Segera setelah plasenta lahir, melakukan masase pada fundus uteri

dengan menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan

bagian palmar 4 jari tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus

teraba keras)

40. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan

kanan untuk memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput

ketuban sudah lahir lengkap, dan masukan kedalam kantong plastik

yang tersedia.

41. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.

(38)

42. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi

perdarahan pervaginam.

43. Membiarkan bayi tetap melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu

paling sedikit 1 jam.

44. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes

mata antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg intramaskuler di

paha kiri anterolateral.

45. Setelah satu jam pemberian vitamin K1 berikan suntikan imunisasi

Hepatitis B di paha kanan anterolateral.

46. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan

pervaginam.

47. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan

menilai kontraksi.

48. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah.

49. Memeriksakan nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit

selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama

jam kedua pasca persalinan.

50. Memeriksa kembali bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas

(39)

51. Menempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin

0,5% untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan

setelah di dekontaminasi.

52. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang

sesuai.

53. Membersihkan ibu dengan menggunakan air DDT. Membersihkan

sisa cairan ketuban, lendir dan darah. Bantu ibu memakai memakai

pakaian bersih dan kering.

54. Memastikan ibu merasa nyaman dan beritahu keluarga untuk

membantu apabila ibu ingin minum.

55. Dekontaminasi tempat persalinan dengan larutan klorin 0,5%.

56. Membersihkan sarung tangan di dalam larutan klorin 0,5%

melepaskan sarung tangan dalam keadaan terbalik dan

merendamnya dalam larutan klorin 0,5%

57. Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir.

58. Melengkapi partograf

8. Komplikasi dalam persalinan

a. Komplikasi Kala I (Manuaba.2010;hal.372)

1) Kelainan His ( Inersia uteri dan tetania uteri )

(40)

b)Tetania uteri yaitu his yang terlalu kuat dan terlalu sering,

sehingga tidak terdapat relaksasi otot rahim

2) Partus Lama ( Wiknjosastro.2005;hal.257)

a) Fase Laten Memanjang

Fase laten memanjang ditandai dari pembukaan serviks kurang

dari 4 cm setelah 8 jam dengan kontraksi teratur( lebih dari 2

kali dalam 10 menit )

b) Fase Aktif Memanjang

Fase aktif memanjang ditandai sejak pembukaan 4cm sampai

pembukaan lengkap lebih dari 12 jam

3) Ketuban pecah dini

Ketuban pecah dini adalah keadaan pecahnya selaput

ketuban sebelum persalinan. Untuk menetukan pecahnya selaput

ketuban bisa dengan melihat apakah divagina terdapat cairan

ketuban atau dapat dilakukan dengan tes lakmus merah jika

lakmus berubah menjadi biru berarti terdapat cairan ketuban(

Sarwono.2009;hal.667)

b. Komplikasi Kala II

1) Kala II memanjang

(41)

Suatu keadaan dimana setelah kepala lahir bahu tidak dapat

dilahirkan dengan cara pertolongan biasa dan tidak didapatkan

sebab lain dari kesulitan tersebut.

Distosia bahu dapat dikenali apabila terdapat adanya:

a) Kepala bayi sudah lahir, tetapi bahu tertekan dan tidak dapat

dilahirkan

b) Kepala bayi sudah lahir, tetapi tetap menekan vulva dengan

kencang

c) Daagu tertarik dan menekan perineum

3) Malposisi atau Malpresentasi

Malposisi adalah merupakan posisi abnormal dari verteks

kepala janin ( dengan ubun- ubun kecil sebagai penanda)

terhadap panggul ibu. Malpresntasi adalah semua presentasi lain

dari janin, bukan presentasi belakang kepala ( sungsang, letak

lintag dan lain-lain)

c. Komplikasi Kala III

1) Retensio plasenta

Retensio plasenta adalah plasenta tetap tertinggal dalam uterus

setengah jam setelah anak lahir

d. Komplikasi Kala IV

1) Perdarahan pasca persalinan

Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang

(42)

perdarahn lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan

perubahan tanda vital ( seperti kesadaran umum menurun, pucat,

berkeringat dingin, sesak nafas serta tekanan darah < dari 90/60

mmHg dan nadi > dari 100x/m, maka penanganan harus segera

dilakukan.

Berdasarkan saat terjadinya perdarahan pasca partum dapat

dibagi menjadi perdarahan pasca partum primer ( terjadi dalam 24

jam pertama) dan perdarahan pasca partum sekunder ( terjadi

setelah 24 jam persalinan)

a) Perdarahan pasca partum primer disebabkan oleh:

(1) Atonia uteri

Atonia uteri adalah keadaan lemahnya tanus otot/

kontraksi rahim yang menyebakan uterus tidak mampu

menutup perdarahan terbuka dari tempat implantasi plasenta

setelah bayi dan plasenta lahir

(2) Robekan jalan lahir

Robekan jalan lahir biasanya akibat episiotomi,

robekan spontan perinium, trauma forseps atau vakum

ekstraksi. Pemeriksaan dapat dilakukan dengan cara

melakukan inspeksi pada vulva vagina dan serviks dengan

memakai spekulum untuk mencari sumber perdarahan.

(43)

(a) Derajat Satu

Terdri dari mukosa vagina, komisura posteroir dan kulit

perineum

(b) Derajat dua

Terdiri dari mukosa vagina, komisura posterior, kulit

perineum dan otot perineum

(c) Derajat tiga

Mukosa vagina , komisura posterior, kulit perineum,

otot perineum dan otot sfingterani

(d) Derajat 4

Mukosa vagina. Komisura posterior, kulit perineum, otot

perineum, otot sfingterani dan dinding depan rektum

b) Perdarahan post partum sekunder

Perdarahan post partum primer biasanya disebabkan oleh

sisa plasenta. Sisa plasenta adalah sebagian plasenta yang

masih tertinggal didalam utreus. Gejala klinis pada sisa plesenta

adalah terdapat subinvolusi uteri, terjadi perdarahan sedikit

yang berkepanjangan, perdarahan mendadak setelah berhenti

beberapa waktu, persaan tidak nyaman diperut bagian bawah (

(44)

C. Bayi Baru Lahir ( Neonatus )

1. Pengertian Bayi Baru Lahir ( Neonatus )

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37-42

minggu dengan berat badan lahir antara 2500-4000 gram ( Sondakh,

2013; hal.150)

2. Ciri – ciri bayi baru lahir normal : ( Sondakh, 2013;hal 150 )

a. Berat badan lahirbayi antara 2500- 4000 gram

b. Panjang badan bayi 48-50 cm

c. Lingkar dada bayi 32-34 cm

d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm

e. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180x/m, kemudian turun sampai

140-120 x/m pada saat bayi berumur 30 menit

f. Kulit kemerah merahan dan licin

g. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik

h. Kuku telah agak apanjang dan lemas

i. Genetalia : testis sudah turun ( pada bayi laki-laki ) dan labia mayora

telah menutupi labia minora ( pada bayi perempuan )

j. Refleks hisap, menelan dan moro telah terbentuk

k. Eliminasi, urin dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama

3. Adaptasi Bayi Baru Lahir terhadap kehidupan diluar uterus ( Wafi Nur,

2010; hal.10-19 )

Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional

(45)

a. Sistem Pernafasan

Pernafasan pertama pada bayi normal terjadi dalam waktu 30

menit pertama sesudah lahir. Usaha bayi pertama kali untuk

mempertahankan tekanan alveoli, selain adanya surfaktan yang

dengan menarik nafas dan mengeluarkan nafas dengan merintih

sehingga udara tertahan di dalam. Respirasi pada neonatus biasanya

pernafasan diafragmatik dan abdominal.

b. Suhu tubuh ( Varney, 2008 )

Bayi baru lahir memiliki kecenderungan menjadi cepat stress

karena perubahan suhu lingkungan sehingga dapat menyebabkan

kehilangan panas pada bayi. Bayi baru lahir dapat

kehilangan panas melalui empat mekanisme yaitu : konveksi,

konduksi, radiasi, dan evaporasi. Untuk mencegah kehilangan panas

pada bayi baru lahir, antara lain dengan mengeringkan bayi,

menyelimuti bayi, menutup kepala bayi, menganjurkan ibu untuk

memeluk dan menyusui bayinya, jangan segera memandikan bayi

baru lahir.

c. Metabolisme

Luas permukaan tubuh neonatus, relatif lebih luas dari pada tubuh

orang dewasa sehinga metabolisme basal per kg Bb akan lebih besar.

Pada jam – jam pertama energi diadapatkan dari perubahan

karbohidrat.

(46)

e. Keseimbangan air dan fungsi ginjal

Fungsi ginjal belum sempurna karena jumlah nefron belum

sebanyak orang dewasa

f. Traktus Digestivus

Traktus digestivus relatif lebih berat dan lebih panjang

dibandingkan dengan orang dewasa. Pada Neonatus, traktus

digestivus mengandung zat yang berwarna hitam kehijauan yang

disebut mekonium. Pengeluaran mekonium biasanya dalam 10 jam

pertama dan dalam 4 hari biasanya tinja sudah berbentuk dan

berwarna biasa. Enzim dalam traktu digestivus biasanya sudah

terdapat pada neonatus kecuali enzim amilase.

g. Hati

Enzim hati belum aktif benar pada waktu bayi baru lahi, daya

detoksifikasi hati pada neonatus juga belum sempurna.

4. Asuhan Segera Bayi Lahir Normal

Asuhan segera pada bayi baru lahir adalah asuhan yang diberikan

pada bayi tersebut selama jam pertama setelah persalinan. ( Saifudin,

2011;hal. N-17 )

Segera setelah melahirkan bayi badan bayi:

a. Sambil secara cepat menilai pernafasanya, letakan bayi dihanduk

(47)

b. Dengan kain bersih dan kering atau kasa lap darah atau lendir dari

wajah bayi untuk mencegah jalan udaranya terhalang

c. Klem dan potong tali pusat

d. Menjaga bayi agar tetap hangat

e. Kontak dini dengan ibu

5. Pemeriksaan fisik bayi baru lahir (Sondakh;hal,150)

a.Kepala :pemeriksan terhadap ukuran, bentuk, sutura

menutup/melebar, adanya caput succedenium, cepal hematoma dan

sebagainya

b. Hidung dan Mulut :pemeriksaan terhadap labio skisis,

labiopalatoskisis dan reflek hisap

c. Mata :pemeriksan terhadap perdarahan, tanda-tanda

infeksi (pus)

d. Telinga : kelaian daun atau bentuk telinga

e. Dada : pemeriksaan terhadap bentuk, pernafasan

f. jantung : pemriksaan frekuensi bunyi jantung

g. Abdomen :pemeriksaan terhadap membuncit (

pembesaran hati, limpa, tumor aster )

i. Tali pusat : pemeriksaan terhdap perdarahan, warna dan

besar tali pusat

j. Alat kelamin : pemeriksaan terhdap testis apakah berada

(48)

berlubang, apakah labia mayora menutupi labia minora ( pada bayi

perempuan )

k. Anus : apakah terdapat lubang anus

6. Tanda bahaya bayi baru lahir ( Saifudin, 2011;hal. N-18 )

a. Pernfasan- sulit lebih dari 60 kali permenit

b. Kehangatan- terlalu panas ( >380C atau terlalu dingin <360C )

c. Warna- kuning ( terutama pada 24 jam pertama ), biru atau pucat,

memar

d. Pemberian makanan- hisapan lemag, mengantuk berlebihan, banyak

muntah

e. Tali pusat- merah, bengkak, keluar cairan, bau busuk, berdarah

f. Tinja/kemih – tidak berkemih dalam 24 jam

g. Aktivitas – menggigil, lemas, terlalu mengantuk, lunglai, kejang,

menagis terus menerus.

7. Penatalaksanaan Resusitasi Bayi Baru Lahir (APN,

2008;hal.150-154)

TAHAP I: LANGKAH AWAL

a. Jaga bayi tetap hangat

1)Letakan bayi diatsas kain yang ada diatas perut ibu

2) Selimuti bayi dengan kain tersebut, dada dan perut tetap

(49)

3) Pindahkan bayi keatas kain di tempat resusitasi yang datar,

rata, keras, bersih, kering dan hangat

4) Jaga bayi tetap diselimuti dan dibawah pemancar panas

b. Atur posisi bayi

a. Baringkan bayi terlentang dengan kepala didekat penolong

b. Posisikan kepala bayi pada posisi menghidu dengan

menempatkan ganjal bahu sehingga kepala sedikit ekstensi

c. Isap lendir

a. Gunakan alat penghisap lendir De Lee dengan cara:

Isap lendir mulai dari mulut, kemudian hidung

Lakukan penghisapan saat alat penghisap ditarik keluar,

Jangan lakukan penghisapan terlalu dalam ( lebih dari 5cm ke

dalam mulut atau lebih dari 3cm ke dalam hidung )

d. Keringkan dan rangsang bayi

a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh

lainya dengan sedikit tekanan

b. Lakukan rangsangan taktil dengan menggosok

punggung/perut/dada/tungkai bayi dengan telapak tangan

e. Atur kembali posisi kepala bayi dan selimuti bayi

a. Ganti kain yang telah basah dengan kain kering dibawahnya

b. Selimuti bayi dengan kain kering tersebut, jangan menutupi

muka dan dada agar bisa memantau pernafasan bayi

(50)

f. Lakukan Penilaian bayi

a. Bila bayi pernafas normal: lakukan asuhan pasca resusitasi

b. Bila bayi megap atau tidak bernafas mulai lakukan ventilasi

bayi

TAHAP II: VENTILASI

a. Pasang sungkup

Pasang sungkup agar menutupi dagu, mulut dan hidung

b. Ventilasi 2 kali

1)Lakukan tiupan atau pemompaan dengan tekanan 30 cm air

2) Lihat apakah dada bayi mengembang

Saat melakukan tiupan atau pemompaan perhatikan apakah

dada bayi mengembang

Bila dada bayi tidak mengembang:

Periksa posisi sungkup dan pastikan tidak ada udara yang

bocor

Periksa posisi bayi

Periksa cairan atau lendir dimulut

c. Ventilasi 20 kali dalam 30 detik

a. Lakukan tiupan dengan tabung dan sungkup atau pemompaan

denganbalon dan sebanyak 20 kali dalm 30 detikn dengan

tekanan 20cm air sampai mulai menangis dan bernafas

(51)

b. Pastikan dada mengembang saat dilakukan tiupan atau

pompaan, setelah 30 detik lakukan penilaian ulang nafas

Jika bayi mulai bernafas spontan atau menangis, hentikan

ventilasi;

Lihat dada apakah ada retraksi dinding dada

Hitung frekuensi nafas permenit

Jika bernafas > 40 kali permenit dan tidak ada retraksi

dada; jangan vetilasi lagi, letakan bayi dengan kontak kulit

ke kulit pada dada ibu dan lanjutkan asuhan BBL, pantau

setiap 15 menit untuk pernafasan dan kehangatan

Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas lanjutkan ventilasi

d. Ventilasi, setiap 30 detik hentikan dan lakukan penilaian ulang

napas

Lakukan ventilasi 20 kali dalam 30 detik

Hentikan ventilasi setiap 30 deti, lakukan penilaian bsyi spsksh

bernafas, tidak bernafas atau megap-megap

Jika bayi sudah mulai bernafas spontan, hentikan ventilasi

bertahap dan lakukan asuhan pasca persalinan

Jika bayi megap-megap atau tidak bernafas, teruskan ventilasi 20

kali dalam 30 detik kemudiaan lakukan penilaian ulangnapas setip

30 detik

e. Siapkan rujukan jika bayi belum bernafs spontan sesudah 2 menit

(52)

8. Refleks bayi baru lahir ( Sondakh,2013;hal.163-164)

a. Refleks Moro/ terkejut : apabila bayi diberi sentuhan mendadak

terutama dengan jari dan tangan, maka akan menimbulkan

gerakan terkejut

b. Refleks menggegam : apabila telapak tangan bayi disentuh

dengan jari, maka ia akan berusaha menggenggam jari

pemeriksa

c. Refleks rooting : apabila pipi bayi disentuh oleh jari pemeriksa,

maka akan menoleh dan mencari sentuhan itu

d. Refleks sucking : apabila bayi diberi dot atau putting maka bayi

akan berusaha menghisap

e. Refleks babinski : jari-jari kaki bayi akan hiper ekstensi dan

terpisah seperti kipas dari dorsofleksi dari ibu jari kai bila satu sisi

digosok dari tumit keatas melintasi bantalan kaki

9. Kunjungan Neonatus ( APN,2008;hal.137)

Kunjungan Neonatus dibagi menjadi 3 periode yaitu :

a. Kunjungan Neonatus 1 ( KN 1) dilakukan saat bayi berumur 1-3

hari

1) Memastikan bayi dalam keadaan baik

2) Konseling tanda bahaya

3) Konseling perawatan bayi baru lahir

4) Konseling tentang pemberian ASI

(53)

b. Kunjungan Neonatus 2 ( KN 2) dilakukan pada saat bayi berumur

4-7 hari

1) Menanyakan kepada ibu masalah yang dihadapi oleh bayinya

seperti minum, defekasi, berkemih, tidur dan kebersihan kulit

2) Jika sakit klasifikasikan penyakit untuk menentukan tindakan

dan pemberian pengobatan jika diperlukan

3) Menangani masalah pemberian Asi

4) Menentukan masalah atau keluhan lain

5) Melakukan konseling bagi ibu

6) Memantau pertimbuhan dan perkembangan bayi

7) Memberikan pelayanan tindakan lanjut

c. Kunjungan Neonatus 3 ( KN 3) dilakukan pada saat bayi berumur

8-28 hari

1) Menanyakan kepada ibu masalah yang dihadapi oleh ibunya

2) Jika bayi sakit klasifikasikan penyakitnya untuk menentukan

tindakan dan pengobtan jika diperlukan

3) Menangani masalah pemberian ASI

4) Menentukan masalah atau keluhan lain

5) Melakukan konseling ibu

6) Memantau pertumbuhan dan perkembangan bayi

(54)

D. Nifas

1. Pengertian Nifas ( Sarwono, 2008, hal.122 )

Masa Nifas ( puerperium ) adalah masa dimulai setelah kelahiran

plasenta dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti

keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira kira 6

minggu.

2. Tahapan Masa Nifas ( Widyasih, 2009; hal.2)

Tahapan masa nifas dibagi menjadi 3 tahap yaitu :

a. Puerperium dini yaitu masa kepulihan, yakni saat – saat ibu

dibolehkan berdiri dan berjalan- jalan

b. Puerperium Intermedial adalah masa kepulihan menyeluruh dari

orgam –organ genital, kira – kira antara 6- 8 minggu

c. Remote puerperium adalah waktu yang diperlukan untuk pulih dan

sehat sempurna terutama apabila ibu selama hamil atau persalinan

mempunyai komplikasi

3. Kunjungan masa nifas ( Sarwono,2008;hal.123)

Bidan wajib melakukan kunjungan masa nifas paling sedikit 4 kali

kunjungan masa nifas untuk menilai status ibu dan bayi baru lahir dan

untuk mencegah, mendeteksi dan menangani masalah-masalah yang

terjadi.Adapun frekuensi kunjunganya yaitu:

a. Kunjungan Pertama, waktu 6-8 jam persalinan.

Tujuan:

(55)

2) Mendeteksi dan merawat penyebab lain perdarahan: rujuk bila

perdarahan berlanjut

3) Memberikan konseling pada ibu atau salah satu anggota keluarga

bagaimana mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri

4) Pemberian ASI awal

5) Memberi supervisi kepada ibu bagaimana teknik melakukan

hubungan antara ibu dan bayi baru lahir

6) Menjaga bayi agar tetap sehat dengan cara mencegah hipotermi.

Bila ada bidan atau petugas lain yang membantu persalinan ,

maka petugas atau bidan tersebut harus tinggal dengan ibu dan

bayi baru lahir untuk 2 jam pertama

b. Kunjungan kedua, waktu : enam hari setelah persalinan

Tujuan:

1) Memastikan involusi uteri berjalan dengan normal

2) Evaluasi adanya tanda – tanda demam, infeksi atau perdarahan

abnormal

3) Memastikan ibu cukup makan, minum dan istirahat

4) Memastikan ibu menyusui dengan benar dan tidak ada tanda –

tanda penyulit

5) Memberi konseling pada ibu mengenai hal-hal berkaitan dengan

asuhan pada bayi

c. Kunjungan ketiga, waktu: dua minggu setelah persalinan

(56)

Sama seperti kunjungan hari ke enam

d. Kunjungan keempat, waktu: 6 minggu setelah persalinan

Tujuan:

1) Menanyakan pada ibu penyulit penyulit yang dialami ibu dan

bayinya

2) Memberi konseling untuk KB secara dini

4. Perubahan fisiologis masa nifas

a. Perubahan uterus (Widyasih, 2009; hal.78)

Involusi Tinggi fundus uteri Berat Uterus

Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram Uri lahir 2 jari bawah pusat 750 gram Satu minggu Pertengahan pusat

sympisi

500 gram

Dua minggu Tidak teraba diatas sympisis

350 gram

Enam minggu Bertambah kecil 50 gram Delapan minggu Sebesar normal 30 ram

2.3 Tabel perubahan TFU masa nifas

Menurut Manuaba ( 2012;hal.123) masa nifas diikuti

pengeluaran cairan sisa lapisan endometrium dan sisa dari tempat

implantasi plasenta disebut lokia. Pengeluaran lokia dapat dibagi

(57)

1. Lokia rubra (kruenta), keluar dari hari ke-1 sampai 3 hari, berwarna

merah hitam dan terdiri dari sel desidua, vernik caseosa, rambut

lanugo, sisa mekonium, sisa darah.

2. Lokia sanguinolenta, keluar dari hari ke- 3 sampai 7 hari, berwarna

putih bercampur merah

3. Lokia serosa, keluar dari hari ke-7 sampai 14 hari, berwarna

kekuningan

4. Lokia alba, keluar setelah hari ke-14, berwarna putih

b. Peruhan vagina

Pada minggu ke tiga, vagina mengecil dan timbul rugae

(lipatan-lipatan atau kerutan-karutan) kembali.

c. Perubahan pada sistem pencernaan

Sering terjadi konstipasi pada ibu setelah melahirkan. Hal ini

umumnya disebabkan karena makanan padat dan berserat selama

persalinan. Buang air besar harus dialakukan 3-4 hari setelah

persalinan.

d. Perubahan perkemihan

Saluran kencing kembali normal dalam waktu 2 sampai 8

minggu

e. Perubahan abdomen

Pasca persalinan dinding perut menjadi longgar, disebabkan

karena teregang begitu lama. Dan biasanya akan pulih dalam

(58)

f. Perubahan tanda- tanda vital

1) Suhu badan

Sekitar hari ke-4 setelah persalinan suhu ibu mungkin naik

sedikit, antara 37,2 – 37,5 C. Kemungkinan disbabkan karena

ikutan dari aktivitas payudara. Bila kenaikan mencapai 38 C

pada hari ke-2 sampai hari-hari berikutnya harus diwaspadai

adanya infeksi atau sepsis nifas.

2) Denyut nadi

Denyut nadi ibu akan melambat sampai sekitar 60x/ meni, yakni

pada waktu habis persalinan karena ibu dalam keadaan istirahat

penuh. Ini terjadi utamanya pada minggu pertama post partum

3) Tekanan darah

Tekanan darah < 140/90 mmH. Tekanan darah tersebut bisa

meningkat dari pra persalinan pada 1-3bhari post partum.

4) Respirasi

Umumnya respirasi lambat atau bahkan normal. Bila respirasi

cepat >30x/menit mungkin karena adanya ikutan tanda-tanda

syok

5. Adaptasi Psikologis pada ibu nifas ( Suherni. 2009,hal;87-89)

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang

(59)

yang baru lahir. Dalam menjalani adaptasi setelah melahirkan, ibu

akan mengalami fase-fase sebagai berikut.

a. Fase taking in

Fase taking in yaitu periode ketergantungan. Periode ini

berlangsung dari hari pertama sampai hari kedua setelah

melahirkan. Pada fase ini, ibu sedang berfokus terutama pada

dirinya sendiri. Ketidaknyamanan fisik yang dialami ibu pada fase

ini seperti rasa mules, nyeri pada jahitan, kurang tidur dan

kelelahan tidak dapat dihindari dan hal tersebut membuat ibu

perlu cukup istirahat untuk mencegah gangguan psikologis

sehingga meyebabkan ibu mudah tersinggung dan menagis.

Kehadiran suami dan keluarga sangat penting pada fase ini.

b. Fase taking hold

Fase taking hold yakni periode yang berlangsung antara 3- 10 hari

setelah melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa khawatir akan

ketidakmampuan dabn rasa tanggung jawabnya dalam merawat

bayi. Dukungan moril sangat diperluksn untuk menimbulkan

kepercayaan diri ibu.

c. Fase letting go

Fase letting go yaitu periode menerima tanggung jawab akan

peranya barunya sebagai ibu. Fase ini berlangsung sepuluh hari

setelah melahirkan. Ibu sudah mulai menyesuiakan dengan

(60)

6. Komplikasi Masa Nifas (Suherni,2009;hal.128-138)

a. Perdarahan Pervagina

Kehilangan darah sebanyak 500 cc atau lebih setelah melahirkan.

Perdarahan pada masa nifas dapat dibagi menjadi dua yaitu:

1) Hemoragi Post partum sekunder

Perdarahan yang terjadi dalam 24 jam setelah kelahiran

2) Hemoragi post partum sekunder

Perdarahan yang terjadi yang terjadi antara 24 jam setelah

kelahiran bayi

b. Infeksi masa nifas

Infeksi masa nifas adalah infeksi pada traktus genetalia yang

terjadi setiap antara awitan pecah ketuban atau persalinan dan

42 hari setelah persalinan atau abortus.

Tanda gejala infeksi masa nifas :

1) Nyeri pelvik

2) Demam 38,50C atau lebih

3) Rabas vagina yang abnormal

4) Rabas vagina yang berbau busuk

5) Keterlambatan dakam kecepatan penurunan uterus

c. Kelainan payudara

1) Bendungan air susu

(61)

3) Abses

E. KELUARGA BERENCANA

Tenaga kesehatan memegang peranan penting dalam memberikan

informasi tentang metode KB pasca persalinan kepada calon akseptor yang

dalam hal ini khusus ibu hamil, bersalin dan nifas. Dalam pedoman

pelaksanaan kontrasepsi pasca persalinan ini akan diuraikan jenis-jenis

kontrasepsi. Secara umum, hampir semua metode kontrasespsi dapat

digunakan sebagai metode KB pasca persalinan. Metode KB pasca

persalinan dibagi dalam dua jenis:

1. Non Hormonal

a. Metode Amenore Laktasi ( MAL )

1) Definisi

MAL adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian Air

Susu Ibu (ASI) secara esklusif, artinya hanya diberikan ASI tanpa

tambahan makanan ataupun minuman apapun lainya

2) Syarat untuk dapat menggunakan

Menyusui secara penuh, lebih efektif bila pemberian lebih dari 8

kali sehari

3) Cara kerja

Gambar

Tabel 2.1. Ketidaknyamanan pada masa kehamilan

Referensi

Dokumen terkait

bahwa terdapat hubungan positif antara subjective well-being dan dukungan keluarga dengan komitmen organisasi pada karyawan Novindo Group.. Selain itu, nilai R

hanya dapat memiliki satu proses adalah bahwa tidak semua proses hanya membutuhkan satu sumber daya,   untuk suatu proses yang   kompleks dibutuhkan banyak sumber daya pada saat yang

Rata-rata dari warga yang berprofesi sebagai nelayan itu masih bisa2. dibilang “miskin”, untuk yang memiliki ekonomi

penelitian dengan judul “ PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA FKIP TENTANG KESEJAHTERAAN GURU TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU” dengan studi kasus pada mahasiswa FKIP

Dengan ini kami selaku penulis menyatakan bahwa tugas akhir dengan judul “Stabilisasi Tanah Ekspansif dengan Bahan Tambah Gipsum (Studi Kasus di Kawasan Industri Candi

Aroma produk yang sesuai rasa namun tidak tajam sangat mudah dilakukan.. dengan menurunkan konsentrasi teh pada

Hasil pengujian menunjukkan PAD, DAK, dan SiLPA berpengaruh positif dan signifikan pada IPM sedangkan DAU tidak berpengaruh pada IPM di Kabupaten/Kota di Provinsi

(2) Pelaksanaan Rembug Desa dan Kelurahan yang dilaksanakan baik dalam rangka penyelesaian permasalahan maupun tidak harus dilaporkan secara beIjenjang ke tingkat satuan atas,