GURU TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU Studi Kasus pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Akuntansi
Oleh :
Anastasia Swastikaputri Mahendraswara NIM : 041334018
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AKUNTANSI JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
God has made everything beautiful in it’s time
(Ecclesiastes 3:11)
Karya Kecil ini Kupersembahkan untuk :
Tuhan Yesusku di Surga
Bunda Perawan Maria Pelindungku
Keluarga Kecilku Tercinta :
Papa Mc. Bambang Prasetya, Mama Anna Eneng Sudaryanti,
v
“
When we choose our thought, we are choosing our
future
”
vi
Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya dari orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.
Yogyakarta, 10 Oktober 2008
Penulis,
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN
PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS
Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma :
Nama : Anastasia Swastikaputri Mahendraswara
Nomor Mahasiswa : 041334018
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul :
PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA FKIP TENTANG KESEJAHTERAAN GURU TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU
Studi Kasus pada Universitas Sanata Dharma Yogyakarta
beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, me-ngalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di Internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.
Demikian pernyataan ini yang saya buat dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 12 Desember 2008
Yang menyatakan
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas berkat dan karunia Allah Bapa di Surga sehingga penulis
dapat menyelesaikan penyusunan Skripsi yang berjudul “PENGARUH PERSEPSI
MAHASISWA FKIP TENTANG KESEJAHTERAAN GURU TERHADAP MINAT
MAHASISWA FKIP MENJADI GURU “. Studi Kasus Mahasiswa FKIP Universitas
Sanata Dharma Yogyakarta Tahun 2008.
Tujuan penulisan Skripsi ini adalah sebagai salah satu syarat untuk
memperoleh gelar Sarjana Pendidikan sesuai program studi yang ditempuh di
Universaitas Sanata Dharma.
Dalam penyusunan skripsi ini penulis memperoleh banyak bantuan, semangat
dan doa yang sangat mendukung penulis dalam penyelesaian penyusunan skripsi ini.
Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya
kepada :
a. Romo Dr. Ir. Paulus Wiryono Priyotamtama, S.J. selaku Rektor Universitas
Sanata Dharma yang telah memberikan kesempatan untuk belajar dan
mengembangkan kepribadian kepada penulis.
b. Bapak Drs. T. Sarkim, M.Ed., Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu
Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
c. Bapak Y. Harsoyo, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Ilmu
Pengetahuan Sosial Universitas Sanata Dharma.
d. Bapak Laurentius Saptono, S.Pd., M.Si. selaku Ketua Program Studi Pendidikan
viii
yang telah bersedia menyediakan waktu, memberikan saran dan kritik yang sangat
berarti dalam membimbing penyelesaian skripsi ini.
f. Bapak Ig. Bondan Suratno, S.Pd., M.Si.dan Ibu Rita Eni Purwanti, S.Pd., M.Si.
selaku dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, memberi kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini.
g. Segenap staff pengajar Program Studi Pendidikan Akuntansi atas ilmu ya ng telah
diberikan melalui perkuliahan.
h. Tenaga administrasi Program Studi Pendidikan Akuntansi yang telah membantu
proses kelancaran dalam proses belajar selama ini.
i. Seluruh mahasiswa FKIP Sanata Dharma Angkatan 2005 yang telah membantu
kelancaran penelitian.
j. Semua Guruku di TK-SD Nusa Indah Pontianak, SMP Santu Petrus Pontianak,
SMA Stella Duce 2 Yogyakarta, serta seluruh Dosen USD khususnya Program
Studi Pendidikan Akuntansi atas segala bimbingan dan ilmunya, terima kasih.
k. Papa, Mama, Opa, S’yanu, Biel tercinta yang selalu menjadi kekuatan bagi
hidupku, makasih buat semua dukungannya, baik material maupun non material. I
Love You All.
l. Seluruh keluarga besarku, terkhusus Tante Sari dan Om Nugroho yang selalu
memperhatikanku. Makasih buat semua dukungannya, baik material maupun non
material. Tuhan Memberkati ( Doakan Tika sukses ya, supaya Tika bisa balas
semua kebaikan Tante dan Om).
m. Galih Anang Katoko, S.E, makasih buat kesabarannya, tetep jadi temen setiaku
ya...?
ix
makasih buat spiritnya, kalian selalu memberikan kecerian dan warna dihidupku,
selalu ada disaatku sendiri..maapin aku ya, aku sering ga ngertiin kalian…Sukses
selalu, jangan lelah tuk trus berpeluh…I miss you all.
o. Seluruh teman-temanku PAK’04, yang telah menemani aku buat selalu belajar.
p. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu, terimakasih banyak.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan skripsi ini jauh dari
sempurna, sehingga masih perlu dikaji dan dikembangkan lebih lanjut. Oleh karena
itu penulis sangat mengharapkan saran dan kritik yang bersifat konstruktif. Akhir
kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang
berkepentingan.
Yogyakarta, 6 November 2008
x
ABSTRAK
PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA FKIP TENTANG KESEJAHTERAAN GURU TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU
Studi Kasus pada Mahasiswa FKIP Angkatan 2005 Universitas Sanata Dharma
Anastasia Swastikaputri Mahendraswara Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta 2008
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh persepsi mahasiswa FKIP tentang kesejahteraan guru terhadap minat mahasiswa FKIP menjadi guru.
Penelitian ini dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma pada bulan Juli 2008. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, angkatan 2005 yang berjumlah 499 mahasiswa. Sampel yang diambil sebanyak 222 mahasiswa. Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Stratified random sampling. Data dikumpulkan dengan kuesioner dan dokumentasi. Data diana lisis dengan teknik analisis regresi linear sederhana.
xi
THE INFLUENCE OF STUDENTS OF TEACHER TRAINING AND EDUCATION FACULTY’S PERCEPTION TOWARDS TEACHER’S
WELFARE AND THEIR INTEREST BEING TEACHERS
A Case Study on the Students of the Faculty of Teacher Training and Education 2005 Academic Year
Sanata Dharma University, Yogyakarta
Anastasia Swastikaputri Mahendraswara NIM : 041334018
Sanata Dharma University Yogyakarta
2008
This research aims to know the effect of university students’ perception towards the welfare of teacher and their interest to be teachers.
This research was conducted at Sanata Dharma University in July 2008. The population in this research were all students of the faculty of Teacher Training and Education 2005 Academic year which consist of 499 students. The samples were 222 students, taken by applying the Stratified random sampling method. The data were collected by using questionnaire and documentation. The data was analysed by using simple linear regression.
xii
HALAMAN JUDUL……… i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING……… ii
HALAMAN PENGESAHAN………..……… iii
HALAMAN PERSEMBAHAN………... iv
MOTTO………... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA……….. vi
KATA PENGANTAR………... vii
ABSTRAK……… x
ABSTRACT………... xi
DAFTAR ISI……… xii
DAFTAR TABEL……… xv
DAFTAR LAMPIRAN……… xvi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ………..……… 1
B. Batasan Masalah ……….…………. 4
C. Rumusan Masalah ………...………. 4
D. Tujuan Penelitian…………..……… 4
E. Manfaat Penelitian………….………... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Persepsi……….……… 6
1. Pengertian Persepsi………. 6
2. Aspek-Aspek Persepsi……… 7
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Seleksi Persepsi.. 9
B. Kesejahteraan Guru……….. 11
C. Minat ………..….. 19
D. Penelitian yang Relevan……….. 24
E. Kerangka Berpikir……… 26
xiii
B. Lokasi dan Waktu Penelitian………. 28
C. Subjek dan Objek Penelitian………. 28
D. Populasi, Sampel, dan Teknik Penarikan Sampel………. 29
E. Operasionalisasi Variabel……….. 33
F. Teknik Pengumpulan Data……… 37
G. Teknik Pengujian Instrumen……….…….38
H. Teknik Analisis Data……… 45
BAB IV GAMBARAN UMUM A. Sejarah Universitas SanataDha rma……….….49
1. PTPG Sanata Dharma... 49
2. FKIP Sanata Dharma……….. 50
3. IKIP Sanata Dharma……….. 50
4. Universitas Sanata Dharma……… 51
5. Nama-Nama Rektor USD……… 52
B. Visi, Misi dan Tujuan Pendidikan USD………...53
1. Visi……….. 53
2. Misi……… 54
3. Tujua n Pendidikan USD………. 55
C. Prodi Pendidikan Ekonomi……….. 55
1. Program Studi Pendidikan Akuntansi……… 56
2. Program Studi Pendidikan Ekonomi……… 56
D. Program dan Fasilitas Pendukung untuk Kesejahteraan Mahasiswa...58
1. Beasiswa dan Bantuan Khusus... 58
2. Bantuan Penyelesaian Skripsi/Tugas Akhir... 58
3. Beasiswa dari Luar USD... 59
4. Dana Van Lith... 59
5. Asuransi/Bantuan Perawatan Kesehatan... 60
6. Poliklinik...61
E. Pejabat Struktur Universitas Sanata Dharma... 61
1. Pimpinan Universitas... 61
xiv
B. Analisis Data……… 66
C. Pembahasan Hasil Penelitian………70
BAB VI KESIMPULAN, SARAN DAN KETERBATASAN
A. Kesimpulan………76
B. Saran………. 76
C. Keterbatasan……… 78
xv
Halaman
Tabel Populasi Mahasiswa FKIP USD 2005…….……… 30
Tabel Komposisi Populasi dan Sampel...32
Tabel Penjabaran variabel persepsi mahasiswa tentang kesejahteraan guru... 33
Tabel Penjabaran variabel Minat Mahasiswa FKIP Menjadi Guru...36
Tabel Validitas Variabel Persepsi Mahasiswa FKIP... 39
Tabel Validitas Variabel Minat Mahasiswa FKIP Menjadi Guru... 41
Tabel Sebaran Responden Penelitian...64
Tabel Deskripsi Data Persepsi Mahasiswa FKIP Tentang Kesejahteraan Guru……. 65
Tabel Deskripsi Data Minat Mahasiswa Menjadi Guru……….. 66
Tabel Ringkasan Hasil Uji Normalitas………..………….. 68
Tabel Ringkasan Hasil Uji Linearitas... 69
xvi
Halaman
Lampiran 1 Kuesioner……… 80
Lampiran 2 Rekapitulasi Hasil Kuesioner………. 92
Lampiran 3 Uji Validitas dan Uji Reliabilitas………... 111
Lampiran 4 Pedoman Acuan Norma……….. 117
Lampiran 5 Uji Normalitas dan Linearitas……… 121
Lampiran 6 Uji Regresi………. 124
1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Beberapa tahun belakangan ini, masalah mengenai kesejahteraan guru
menjadi topik yang sangat menarik, bahkan sempat menjadi isu hangat dalam
hari pertama Kongres XVII Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) di
Istora Senayan Jakarta. Pada waktu itu, sejumlah guru mempertanyakan
masalah kesejahteraan tersebut kepada Menteri Pendidikan dan Kebudayaan,
Wardiman Djojonegoro yang memberikan sambutan pengarahan dihadapan
peserta Kongres.
Tunjangan Fungsional guru masih sangat rendah, baik di tingkat SD,
SMP, maupun SMA. Tunjangan guru daerah terpencil sebesar 100 persen dari
gaji pokok pun belum terealisasi. Menurut sumber di Departemen Pendidikan
dan Kebudayaan, pemberian tunjangan fungsional bagi guru terbentur pada
besarnya anggaran yang diperlukan untuk itu.
Tidak seorang pun mengingkari bahwa pekerjaan guru itu penting.
Guru berjasa dalam pembangunan Bangsa. Namun demikian pengamatan di
masyarakat menunjukkan tidak semua orang berminat menjadi guru. Salah
satu alasannya adalah pekerjaan guru bukan merupakan pekerjaan yang
bergengsi. Status sosial ekonomi guru bukan yang paling atas, walaupun juga
Banyak sekali fenomena tentang profil guru yang begitu
memprihatinkan, guru hanya mempunyai gaji yang sangat rendah bila
dibandingkan dengan pegawai kantoran yang berdasi. Belum lagi banyak
guru yang menjadi guru sementara atau honorarium selama bertahun-tahun
juga dengan gaji dibawah standar.
Di Indonesia, gaji guru hanya dihargai 0,25 pendapatan perkapita
setiap bulannya, sangat ironis. Hal ini tidak sesuai dengan kompetensi yang
dimiliki oleh guru. Kondisi guru yang seperti ini hendaknya dikurangi dan
kenaikan tunjangan fungsional benar-benar terjadi dan bukan hanya sekedar
wacana saja, sebab kualitas guru sebenarnya terletak pada seberapa besar
penghargaan finansial dan non-finansial yang diberikan (Suara Karya, 1998).
Jika dinilai dengan rupiah, gaji guru saat ini rata-rata hanya Rp. 200.000;
sampai Rp.500.000; setiap bulan, yang dialokasikan pada satu jam tatap muka
dengan siswa dikelas sebesar Rp.5.000; hingga Rp.15.000;. Sementara untuk
membiayai hidup di pinggiran kota saja saat ini dibutuhkan minimal Rp.1,5
juta sampai Rp. 2 juta. Standar gaji tersebut terdapat pada guru swasta, guru
Bantu, guru kontrak dan guru honorer. Sementara untuk guru yang berstatus
pegawai negeri sipil (PNS) lebih diuntungkan karena standar gajinya
disesuaikan dengan pangkat dan golongan (Kompas, 2004).
Jika mengamati keadaan sekitar, kadang seorang guru dengan gaji
yang rendah belum merasa puas akan pendapatan yang diterimanya, maka tak
heran jika ada guru yang memiliki pekerjaan sambilan, dan bisa jadi
pendapatan utamanya yaitu menjadi guru. Sebagai contoh nyata dalam surat
kabar Suara Karya (30 November 1998), ada seorang guru bernama Slamet
yang terpaksa menjadi tukang batu karena gajinya yang rendah, padahal
sesungguhnya dia sudah menjabat sebagai Kepala Sekolah.
Melihat kenyataan yang terjadi saat ini di Indonesia, maka salah satu
upaya pemerintah DPR RI untuk meningkatkan kesejahteraan guru adalah
dengan mengesahkan UU Guru dan Dosen pada tanggal 6 Desember 2005.
Berkaitan dengan guru secara khusus, UU tersebut mengatur berbagai hal
seperti, kualifikasi, kompetensi dan sertifikasi, hak dan kewajiban, pembinaan
dan pengembangan, penghargaan, perlindungan dan organisasi profesi yang
ujungnya akan bermuara pada guru yang profesional.
Minat menjadi guru juga dipengaruhi oleh tunjangan yang diberikan,
tersedianya dana pensiun, kepuasan kerja, mengembangkan ilmu
pengetahuan, dan pengakuan dari pemerintah. Secara garis besar, adanya
peningkatan kesejahteraan guru, baik finansial maupun non- finansial yang
sedang diusahakan oleh pemerintah beberapa tahun belakangan ini sangat
mempengaruhi minat mahasiswa untuk menjadi guru. Fenomena ini sangat
menarik untuk diteliti. Dengan demikian akan diketahui seberapa besar minat
seseorang menjadi guru apabila ada perbedaan persepsi tentang kesejahteraan
guru.
Seseorang berminat menjadi guru banyak dipengaruhi oleh beberapa
hal, salah satunya adalah faktor kesejahteraan yang akan diterima ketika
gaji guru sangat rendah, hal ini mencerminkan juga penghargaan nyata
masyarakat terhadap guru, sehingga pada akhirnya harapan akan
kesejahteraan guru mempengaruhi minat seseorang menjadi guru.
Melihat fenomena di atas, maka penulis tertarik untuk mengadakan
penelitian dengan judul “PENGARUH PERSEPSI MAHASISWA FKIP TENTANG KESEJAHTERAAN GURU TERHADAP MINAT MAHASISWA FKIP MENJADI GURU” dengan studi kasus pada mahasiswa FKIP Sanata Dharma Angkatan 2005.
B. Batasan Masalah
Banyak faktor yang mempengaruhi persepsi mahasiswa menjadi guru.
Namun dengan pertimbangan lebih memiliki pengaruh daripada faktor lain,
maka peneliti hanya mengkhususkan pada faktor kesejahteraan gur u.
C. Rumusan Masalah
Apakah ada pengaruh persepsi mahasiswa FKIP tentang kesejahteraan
guru terhadap minat mahasiswa menjadi guru ?
D. Tujuan Penelitian
Mengetahui adanya pengaruh persepsi mahasiswa FKIP tentang
E. Manfaat Penelitian
1. Bagi Universitas
Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah referensi tentang
pendidikan diperpustakaan di Universitas, khususnya bagi mahasiswa
FKIP.
2. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan akan banyak memberi bekal bagi peneliti
untuk terjun ke dunia pendidikan, khususnya yang berkaitan dengan
penelitian yang akan dilaksanakan.
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Persepsi
1. Pengertian Persepsi
Persepsi merupakan proses yang meliputi penginderaan terhadap
rangsang, pengorganisasian rangsang, dan penafsiran rangsang, sehingga
individu mengerti rangsang yang diinderanya. Ada tiga komponen dalam
persepsi, yaitu : (1) seleksi, (2) interpretasi, dan (3) reaksi. Seleksi
dilakukan terhadap rangsang yang masuk dari luar melalui penginderaan.
Penafsiran dibuat untuk mengorganisasikan rangsang atau informasi
sehingga mempunyai makna bagi individu. Tanggapan adalah bentuk
tingkah laku yang terjadi sebagai akibat dari interpretasi (Walgito, 1993 :
53).
Menurut Sarlito (1983 : 39), persepsi didefinisikan sebagai
kemampuan untuk mengorganisasikan pengamatan. Kemampuan untuk
mengelompokkan benda-benda antara satu benda dengan benda lain yang
berdekatan atau serupa, memfokuskan perhatiannya pada satu obyek,
sedangkan obyek-obyek yang lain disekitarnya dianggap sebagai latar
belakang.
Persepsi juga didefinisikan sebagai proses diterimanya rangsang
(obyek, kualitas, hubungan antar gejala maupun peristiwa) sampai
tetapi sebagai the interpretation experience (penafsiran pengalaman).
(Irwanto, dkk., 1991 : 71).
Dari berbagai pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa persepsi
merupakan suatu proses di dalam diri individu yang terjadi dengan
langkah-langkah tertentu. Mula- mula, melalui inderanya individu
menerima rangsang sebagai informasi. Informasi itu kemudian diolah dan
ditafsirkan. Pengolahan dan penafsiran informasi tersebut menimbulkan
tanggapan dalam diri individu. Tanggapan individu dapat berbentuk
pendapat maupun dalam bentuk tingkah laku. Persepsi bersifat subyektif
tanggapan individu yang satu dengan yang lainnya, terhadap obyek yang
sama dapat berbeda.
2. Aspek-Aspek Persepsi
Pengertian persepsi sebagaimana dijelaskan di atas
memperlihatkan aspek-aspek pokok persepsi itu, yaitu : rangsang,
tanggapan dan perilaku.
a. Rangsang
Setiap rangsang ditimbulkan oleh obyek. Rangsang dapat
berasal dari luar diri individu, dapat pula berasal dari dalam individu.
Rangsang yang berasal dari luar diri individu akan mengenai alat
indera selaku penerima rangsang atau reseptor, lalu meneruskannya ke
syaraf penerima atau sensoris. Sedangkan rangsang yang berasal dari
b. Tanggapan
Tanggapan terjadi dalam suatu proses yang disebut proses
persepsi. Proses persepsi bermula dari adanya obyek yang
menimbulkan rangsang, lalu rangsang mengenai reseptor. Tahap ini
disebut kealaman, karena terjadi secara alamiah. Rangsang yang
diterima oleh reseptor diterima diteruskan ke syaraf setelah mengalami
penyeleksian, dan dilanjutkan oleh syaraf ke otak sebagai pusat
kesadaran. Tahap ini disebut sebagai proses fisiologis, karena terjadi di
otak, yang memungkinkan individu mengalami dan menyadari
sepenuhnya rangsang yang diterimanya melalui reseptor. Tahap ini
disebut psikologis, karena berhubungan dengan penyadaran. Proses ini
terjadi di otak juga merupakan proses persepsi sebenarnya. Setiap
rangsang disadari kemudian ditanggapi oleh individu melalui syaraf
motorik (Walgito, 1993 : 54)
c. Perilaku
Noerhadi (Alfian, 1985 : 208 – 209) menegaskan bahwa
persepsi yang diperoleh dalam proses penyadaran ini ditentukan oleh
nilai- nilai yang dianut individu. Dalam proses itu persepsi sekaligus
merupakan suatu nilai, pendapat dan pandangan. Setiap nilai, pendapat
dan pandangan yang dianggap penting oleh individu, menuntut
individu untuk melaksanakannya. Maka persepsi perlu dilihat dalam
konkret. Nilai- nilai ini tidak hanya mempengaruhi persepsi, melainkan
juga perilaku.
3. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Seleksi Persepsi
Persepsi bersifat subyektif. Tanggapan individu yang satu dengan
yang lain, terhadap obyek yang sama dapat berbeda-beda. Persepsi
individu terhadap dunia nyata merupakan olahan semua informasi yang
diterima oleh indera- indera yang dipengaruhi oleh kondisi psikologi dan
pengalaman kita (Irwanto, dkk., 1991 : 85)
Berbagai macam faktor perhatian yang berasal dari luar maupun
dari dalam dapat mempengaruhi proses seleksi persepsi (Miftah Thota,
1988:145-152), yaitu :
a) Faktor dari luar yang terdiri dari pengaruh-pengaruh lingkungan luar,
antara lain :
1) Intensitas
Prinsip intensitas dari suatu perhatian dapat dinyatakan bahwa
semakin besar intensitas stimulus dari luar, layaknya semakin besar
pula hal-hal untuk dipahami.
2) Ukuran
Faktor ini menyatakan bahwa semakin besar ukuran sesuatu obyek,
3) Keberlawanan atau kontras
Prinsip berlawanan ini menyatakan bahwa stimulus luar yang
penampilannya berlawanan dengan latar belakangnya atau
sekelilingnya yang sama sekali di luar sangkaan orang banyak,
akan menarik banyak perhatian.
4) Pengulangan
Dalam hal ini dikemukakan bahwa stimulus dari luar yang diulang
akan memberikan perhatian yang lebih besar dibandingkan dengan
sekali melihat.
5) Gerakan
Prinsip gerakan ini diantaranya menyatakan bahwa orang akan
memberikan banyak perhatian terhadap objek yang bergerak dalam
jangkauan pandangannya, dibandingkan dari objek yang diam.
6) Baru dan Familiar
Prinsip ini menyatakan bahwa baik situasi eksternal yang baru
maupun yang sudah dikenal dapat dipergunakan sebagai penarik
perhatian.
b) Faktor dari dalam diri seseorang yang mempengaruhi proses seleksi,
antara lain :
1) Proses belajar (learning), semua faktor dari dalam yang
membentuk adanya perhatian kepada semua obyek sehingga
menimbulkan adanya persepsi adalah didasarkan dari
dengan proses pemahaman atau belajar dan motivasi yang dimiliki
oleh masing- masing individu.
2) Motivasi, selain proses belajar dapat membentuk persepsi faktor
dari dalam lainnya yang juga menentukan terjadinya persepsi,
antara lain motivasi dan kepribadian yang pada dasarnya tidak bisa
dipisahkan dari proses belajar, tetapi keduanya juga mempunyai
dampak yang amat penting dalam proses pemilihan persepsi.
3) Kepribadian, dalam membentuk persepsi unsur ini sangat erat
hubungannya dengan proses belajar dan motivasi, yang
mempunyai akibat tentang apa yang diperhatikan dalam
menanggapi suatu situasi.
B. Kesejahteraan Guru
Dalam tinjauan pustaka mengenai kesejahteraan guru ini, peneliti
juga mempergunakan istilah karyawan atau pegawai, karena profesi guru
sama halnya dengan karyawan atau pegawai, yaitu orang yang bekerja pada
suatu instansi atau lembaga, dalam hal ini guru bekerja pada suatu instansi
atau lembaga pendidikan.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kesejahteraan
diartikan sebagai keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketenteraman
(kesenangan hidup dan sebagainya), kemakmuran.
Pengertian kesejahteraan itu sendiri yaitu seluruh penyelenggaraan
menciptakan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dari kondisi
saat ini, meliputi peningkatan secara ekonomi, berupa pemenuhan kebutuhan
pokok seperti sandang, pangan, papan/perumahan, dan kesempatan
memperoleh kebutuhan untuk mengembangkan kapasitas pribadi, seperti
pendidikan, pelayanan kesehatan sampai pada pemenuhan kebutuhan batin
yang bersifat kejiwaan dan keagamaan. Di samping itu, dalam pengertian
sejahtera juga terkandung makna kesejukan dalam hubungan antar komponen
masyarakat, dengan tetap dijiwai semangat kedinamisan dalam menghadapi
masa depan.
Meskipun sudah lebih sejahtera, kondisi dan situasinya sejuk, bersifat
maju dan melestarikan nilai- nilai spiritual dan budaya luhur bangsa, dengan
pengertian lain, meskipun di masa datang perencanaan tersebut dapat dicapai
dalam tataran tertentu, namun warga masyarakat harus tetap sadar akan
kodrati kemanusiaannya sebagai bagian kecil dari makrokosmos dalam
semesta yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa ( Totok Ary Probowo,
2003 : 3).
Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil ciri-ciri kesejahteraan
sebagai berikut
a. Terpenuhinya kebutuhan pokok hidup
Seperti : pangan, sandang, papan/perumahan.
b. Mendapatkan kesempatan memperoleh kebutuhan untuk mengembangkan
Seperti : pendidikan, pelayanan kesehatan sampai pada pemenuhan
kebutuhan batin yang bersifat kejiwaan dan keagamaan.
c. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan nyata.
Seperti : barang-barang kebutuhan rumah tangga, barang-barang modal
dan pendidikan, pemeliharaan kesehatan dan lain sebagainya.
Pengertian kesejahteraan itu sendiri dalam artian yang sangat luas
mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat
kehidupan yang lebih baik ( Isbandi Rukminto Adi, 1994 : 3).
Dalam kaitannya dengan kesejahteraan ada beberapa karakteristik.
Usaha kesejahteraan masa kini, yaitu :
a. Menanggapi kebutuhan manusia.
b. Usaha kesejahteraan diorganisir guna menanggapi kelompok masyarakat
perkotaan yang modern.
c. Kesejahteraan mengarah kespesialisasi, sehingga lembaga kesejahteraan
juga menjadi lebih terspesialisasi.
d. Usaha kesejahteraan menjadi sangat luas.
Menurut Mala yu S.P Hasibuan (2001 : 182), kesejahteraan karyawan
adalah balas jasa pelengkap (material dan non material) yang di berikan
berdasarkan kebijaksanaan, bertujuan untuk mempertahankan dan
memperbaiki kondisi fisik mental karyawan agar produktivitas kerjanya
meningkat.
Menurut Andrew F. Sikula ( dalam Malayu S.P Hasibuan, 2001 :
pekerja dalam bentuk selain upah atau gaji langsung. Benefit meliputi
program-program perusahaan atau instansi, seperti jaminan hari tua, waktu
libur, tabungan, sedangkan servis adalah berupa fisiknya atau bendanya
seperti mobil dinas, fasilitas olahraga, memperingati hari besar dan lain
sebagainya.
Dengan pengertian tersebut perlu diketahui persamaan dan perbedaan
antara kompensasi langsung (gaji dan upah) dengan kompensasi tidak
langsung (kesejahteraan karyawan), menurut S.P Hasibuan (2001 : 183-184) :
a. Persamaan
1. Gaji atau upah yang merupakan kompensasi langsung dan kesejahteraan
karyawan termasuk kompensasi tidak langsung adalah merupakan
pendapatan (outcomes) bagi karyawan.
2. Pemberian gaji atau upah dan kesejahteraan karyawan bertujuan sama
yakni untuk memenuhi kebutuhan dan keterikatan karyawan.
3. Gaji atau upah dan kesejahteraan karyawan merupakan biaya bagi
perusahaan.
4. Pemberian gaji atau upah dan kesejahteraan karyawan dibenarkan oleh
peraturan legal, jadi bisa dimasukan dalam neraca fiskal perusahaan
b. Perbedaan
1. Gaji atau upah merupakan hak karyawan untuk menerimanya dan
menjadi kewajiban perusahaan untuk membayarnya.
2. Gaji atau upah wajib dibayar perusahaan. Sedangkan kesejahteraan
diberikan hanya atas kebijaksanaan saja, bukan kewajiban perusahaan
atau sewaktu-waktu dapat di tiadakan.
3. Gaji atau upah harus dibayar dengan finansial (uang atau barang)
sedangkan kesejahteraan diberikan dengan finansial dan non finansial,
misalnya fasilitas.
4. Gaji atau upah, waktu dan besarnya tertentu, sedangkan kesejahteraan,
waktu dan besarnya tidak tertentu.
Karyawan merupakan sumber daya yang sangat penting peranannya
dalam mendukung aktivitas perusahaan atau lembaga, maka sudah
sewajarnya apabila sebuah perusahaan akan berusaha agar karyawannya
mempunyai semangat kerja yang tinggi dan diharapkan mampu
meningkatkan produktivitas perusahaan, maka diberikan berbagai macam
fasilitas kepada karyawan untuk menjamin kesejahteraan karyawan.
Penyebab masalah kesejahteraan karyawan makin diperhatikan
menurut Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan (2000 : 268) adalah:
1. Perubahan didalam sikap para karyawan yang disebabkan terutama oleh
makin meningkatnya taraf pendidikan mereka.
3. Permintaan pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang
atau peraturan.
4. Persaingan yang semakin besar mengakibatkan para pengusaha harus
berusaha untuk memberikan berbagai jaminan agar para karyawan tidak
lari dari perusahaan.
5. Adanya pengawasan terhadap tinggi rendahnya tingkat upah, terutama dari
perkumpulan para pengusaha untuk mencegah persaingan dalam
pemberian upah.
Tujuan pemberian kesejahteraan karyawan menurut Malayu S.P
Hasibuan (2001 : 184) adalah :
1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan para karyawan perusahaan
atau suatu lembaga.
2. Memberikan ketenangan bagi para karyawan beserta keluarganya.
3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktivitas karyawan.
4. Menurunkan tingkat absensi dan turnover karyawan.
5. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman.
6. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan.
7. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan.
8. Mengefektifkan pengadaan karyawan.
9. Membantu pelaksaan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas
manusia Indonesia.
10.Mengurangi kecelakaan dan kerusakan peralatan perusahaan.
Prinsip kesejahteraan karyawan menurut Henry Simamora (1999 :
565) adalah tunjangan karyawan haruslah memenuhi kebutuhan nyata,
tunjangan-tunjangan haruslah dibatasi kepada aktivitas-aktivitas dimana
kelompok lebih efisien daripada individu.
Berdasarkan UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, di
dalam pasal 14 tertulis bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya,
guru berhak :
1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan
kesejahteraan sosial.
2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi
kerja.
3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas
kekayaan intelektual.
4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.
5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk
menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan
kelulusan, penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai
dengan kaedah pendidikan, kode etik guru dan peraturan
perundang-undangan.
7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan
tugas.
9. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan
pendidikan.
10.Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan
kualifikasi akademik dan kompetensi, dan/atau
11.Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya.
Ketentuan di atas dapat menjadi batasan bagi guru dalam mencapai
kesejahteraan, baik secara finansial maupun non finansial. Menurut UU RI
tentang guru dan dosen No.15, penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum
meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain
yang berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan
tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan
prinsip penghargaan atas dasar prestasi.
Kesejahteraan meliputi juga kompensasi, yaitu segala sesuatu yang
diterima oleh pegawai sebagai balas jasa (kontra prestasi) atas kerja mereka.
Pada dasarnya kompensasi merupakan kontribusi yang diterima oleh pegawai
atas pekerjaan yang telah dikerjakannya (menurut Ambar Teguh Sulistiyani
dan Rosidah, 2003 : 206). Kompensasi merupakan salah satu aspek yang
terpenting bagi pegawai, karena bagi individu/pegawai, besarnya kompensasi
mencerminkan ukuran nilai karya mereka di antara para pegawai itu sendiri,
keluarga dan masyarakat.
Menurut Henry Simamora (2004 : 442 - 444), komponen dari
program kompensasi dapat dibagi ke dalam bentuk-bentuk kompensasi
compensation). Kompensasi finansial langsung terdiri dari bayaran (pay)
yang diperoleh seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus, dan komisi.
Kompensasi finansial tidak langsung yang disebut juga tunjangan, meliputi
semua imbalan finansial yang tidak tercakup dalam kompensasi langsung.
Kompensasi non finansial terdiri atas kepuasan yang diperoleh seseorang dari
pekerjaan itu sendiri, atau dari lingkungan psikologis dan/atau fisik dimana
orang itu bekerja.
Jadi, kesejahteraan guru merupakan keadaan dimana seorang guru
dapat memenuhi kebutuhan nyata, akan pangan, sandang, papan/perumahan,
barang-barang kebutuhan rumah tangga, barang-barang modal dan
pendidikan, pemeliharaan kesehatan dan tidak melepaskan jasmaninya dari
jiwa dan rohaninya.
C. Minat Menjadi Guru
Minat merupakan faktor psikologis yang dapat menentukan pilihan
seseorang. Selain itu, minat juga merupakan salah satu faktor yang penting
untuk kemajuan dan keberhasilan seseorang. Seseorang yang mengerjakan
suatu pekerjaan yang disertai dengan minat, pada umumnya akan memperoleh
hasil yang lebih baik, daripada mereka yang yang tidak berminat, sehingga
pekerjaan yang disertai minat itu akan membuahkan hasil (Winkel, 1994 : 30)
Minat adalah kecenderungan yang menetap pada subyek untuk merasa
tertarik pada hal- hal tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang
menetap pada subyek, dalam mengerjakan sesuatu, subyek akan merasa bosan
dan hasil yang dicapai tidak memuaskan, sehingga minat dikatakan sebagai
penentu pilihan (Winkel, 1991 : 533).
Selanjutnya, Whitherington (dalam Buchori, 1999: 135)
mengemukakan bahwa minat adalah kesadaran seseorang bahwa, objek,
seseorang, suatu soal atau suatu situasi mengandung sangkut paut dengan
dirinya. Minat adalah suatu pemusatan perhatian yang tidak sengaja terlahir
dengan penuh kemauan. Minat termasuk dalam aspek afektif, yaitu suatu
aspek yang di dalamnya mengandung unsur perasaan.
Antara minat dan perasaan terdapat hubungan timbal balik, sehingga
tidak mengherankan jika mahasiswa yang berperasaan tidak senang juga akan
kurang berminat, sedangkan mahasiswa yang berperasaan senang akan
berminat. Munculnya minat tidak terbentuk secara tiba-tiba, melainkan
terbentuk dan berkembang melalui proses pendidikan, proses sosialisasi dan
proses interaksi di kampus, di masyarakat, dan di keluarga.
Menurut Winkel (1984 : 45), faktor-faktor non intelektual seperti
motivasi untuk belajar yang mulai berkurang disebabkan karena tidak ada
minat untuk menjadi guru sehingga timbul keraguan terhadap profesi guru.
Pendapat lain mengatakan bahwa minat merupakan suatu keadaan
kecenderungan untuk berhubungan lebih aktif dengan objek itu.
Menurut Bimo Walgito ( 1977 : 38), minat merupakan suatu keadaan
adanya kecenderungan untuk berhubungan secara aktif dengan subyek
tersebut.
Suryobroto (1988 : 109), mendefinisikan minat sebagai kecenderungan
dalam diri individu untuk tertarik terhadap suatu subyek atau menyenangi
suatu subyek. Tidak adanya minat seorang mahasiswa untuk menjadi guru
biasanya disebabkan karena tidak termotivasi untuk menjadi guru. Hal ini
disebabkan karena tidak sesuai denga n bakatnya, tidak sesuai dengan
kebutuhannya dan tidak sesuai dengan keinginannya.
Menurut Giartama (1990 : 6), minat digolongkan menjadi dua, yaitu
sebagai berikut :
1. Secara intrinsik
Minat secara intrinsik merupakan minat yang timbul dari dalam individ u
sendiri tanpa pengaruh dari luar. Minat intrinsik dapat timbul karena
pengaruh sikap, persepsi, prestasi belajar, bakat, jenis kelamin dan
intelegensi.
2. Secara ekstrinsik
Minat secara ekstrinsik merupakan minat yang timbul akibat pengaruh dari
luar individu. Minat ekstrinsik timbul antara lain karena latar belakang
ekonomi, minat orang tua dan teman sebaya.
Menurut Winarno Suracmad (1978 : 84), minat dipengaruhi oleh jenis
kelamin, kesempatan, lingkungan dan apa saja yang menjadi minat teman
gejala kejiwaan yang berhubungan dengan sikap subyek terhadap objek atas
dasar adanya kelanjutan dari dorongan kegiatan spontan.
Menurut Eggers Dorter dalam Pasaribu (1986), minat dapat dibedakan
dalam tiga tingkatan, yaitu :
1. Minat biasa dalam hal hanya ada hubungan dangkal dengan objek
pengetahuan.
2. Ikut serta adalah minat yang tidak terbatas pada pengetahuan intelektual,
tetapi ingin ikut menangkap maksud, ikut merasakan arti sesuatu.
Tingkatan minat itu terdapat pada bahan pelajaran kultural (bahasa, sejarah
dan kebudayaan)
3. Menyerahkan diri adalah tingkatan minat yang tertinggi, dimana subyek
diterkam seluruhnya oleh obyek yang dikenal dan dihargainya, terhadap
moral dan agama.
Menurut Andi Mappiare (1980 : 64), minat dipengaruhi oleh latar
belakang lingkungan, tingkat ekonomi, status sosial, dan pengalaman.
Berdasarkan pengertian tersebut, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh unsur
lingkungan yang ada di sekitar anak akan menjadi faktor yang mempengaruhi
minat mahasiswa untuk menjadi guru.
Menurut Drs. Andi Mappiare (1982 : 62), minat adalah suatu
perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan, harapan,
pendirian, prasangka, rasa takut atau kecenderungan-kecenderungan lain yang
mengarahkan individu pada suatu pilihan tertentu. Perkembangan minat
1. Perkembangan minat/cita-cita remaja awal
Minat/cita-cita remaja terhadap sekolah dan jabatan remaja awal banyak
dipengaruhi oleh minat orang tua dan minat kelompoknya. Faktor- faktor
yang berpengaruh terhadap pemilihan jabatan seseorang cukup banyak
antara lain tingkat status ekonomi/sosial, tingkat pendidikan, jenis
kelamin, kebutuhan-kebutuhan dan lain- lain. Dalam masa remaja awal,
minat/cita-cita sekolah atau jabatan seseorang masih berubah-ubah.
2. Perkembangan minat/cita-cita remaja akhir
Minat/cita-cita pendidikan/ jabatan pekerjaan dalam masa remaja akhir,
pada umumnya telah mantap dalam pilihan, terutama dalam parohan akhir
masa remaja akhir. Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan jabatan
remaja adalah pengaruh citra diri, lingkungan keluarga/orang tua,
lingkungan sosial kultural, dan sebagainya. Setelah mendekati masa
remaja akhir, minat/cita-cita tersebut dapat lebih jelas, dan beberapa
remaja telah dapat menentukan dan mengarahkan minat dan cita-cita
pendidikan atau jabatan pekerjaan. Jadi, dapat dikatakan bahwa jenis
sekolah, jenis pekerjaan/jabatan yang dipilih seorang remaja akhir,
dipengaruhi minat dan aspirasinya sendiri, minat dan aspirasi orang
tuanya, kesan-kesan (menyangkut gengsi) dari teman-teman sebaya remaja
yang bersangkutan.
Dari pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa minat menjadi guru
adalah suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu campuran dari perasaan,
kecenderungan lain yang mengarahkan seseorang untuk memilih menjadi
guru.
D. Penelitian yang Relevan
Dalam sub bab ini, akan dipaparkan penelitian yang relevan dengan
penelitian ini, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Marina Dwi Murwati yang
meneliti tentang persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah
PPL II, serta maha siswa non FKIP terhadap profesi guru ditinjau dari aspek
kesejahteraan, sosial dan professional, studi kasus : mahasiswa program studi
Pendidikan Ekonomi dan mahasiswa Fakultas Ekonomi Program studi
Manajemen dan Akuntansi Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.
Dalam penelitian tersebut, terdapat tiga tujuan yakni: a) untuk
mengetahui apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL
II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP Terhadap profesi guru
ditinjau dari aspek kesejahteraan. b) untuk mengetahui apakah ada perbedaan
persepsi mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta
mahasiswa non FKIP Terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial. c)
untuk mengetahui apakah ada perbedaan persepsi mahasiswa FKIP yang
belum PPL II dan yang sudah PPL II, serta mahasiswa non FKIP Terhadap
profesi guru ditinjau dari aspek profesional.
Populasi penelitian ini mencakup seluruh mahasiswa FKIP Program
Studi Pendidikan Ekonomi angkatan 2001-2002 dan mahasiswa Fakultas
Ekonomi Program Studi Akuntansi dan Manajemen angkatan 2001-2002
Penentuan sampel menggunakan teknik sampel random proporsional, dengan
jumlah sampel 304 orang.
Instrumen penelitian yang digunakan adalah kuesioner dan
dokumentasi. Teknik analisis data menggunakan Analisis Varians ( Uji t
ANOVA).
Sedangkan kesimpulan yang diperolah dari penelitian ini, yakni: a)
terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan
yang sudah PPL II serta mahasiswa non FKIP Terhadap profesi guru ditinjau
dari aspek kesejahteraan. b) terdapat perbedaan persepsi antara mahasiswa
FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II serta mahasiswa non FKIP
Terhadap profesi guru ditinjau dari aspek sosial. c) terdapat perbedaan
persepsi antara mahasiswa FKIP yang belum PPL II dan yang sudah PPL II
serta mahasiswa non FKIP Terhadap profesi guru ditinjau dari aspek
profesional.
E. Kerangka berpikir
Minat seseorang untuk menjadi guru dipengaruhi oleh banyak faktor.
Salah satunya dipengaruhi oleh persepsi seseorang tentang kesejahteraan guru.
Faktor kesejahteraan sangat mempengaruhi minat seseorang menjadi guru.
Setiap orang dalam menilai suatu pekerjaan selalu melihat pada gaji dan
tunjangan yang diterima apabila bekerja pada pekerjaan tertentu, termasuk
menjadi guru. Akan tetapi, bila fakta yang ada saat ini, kesejahteraan yang
berpandangan bahwa menjadi guru tidak menjanjikan, baik secara ekonomis
maupun gengsi. Generasi muda pun lebih berminat untuk menjadi dokter,
akuntan, insinyur dan lain sebagainya dibandingkan berminat menjadi guru.
Mungkin dengan fenomena tersebut, maka profesi guru menjadi tidak
menarik bagi generasi muda, bahkan alumni yang memiliki latar belakang
disiplin ilmu keguruan banyak yang tidak berminat menjadi guru.
Dengan adanya UU Guru dan Dosen yang dapat menjamin
kesejahteraan guru, maka diharapkan dapat mengubah persepsi mahasiswa
tentang kesejahteraan guru, yang tentunya dapat meningkatkan minat
mahasiswa menjadi guru.
F. Hipotesis
Berdasarkan kerangka teoritik di atas, maka hipotesis yang akan
diajukan dalam penelitian ini adalah : Ada pengaruh positif persepsi
mahasiswa FKIP tentang kesejahteraan guru terhadap minat mahasiswa FKIP
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Dilihat dari cara pembahasannya, penelitian ini tergolong penelitian
deskriptif, yaitu penelitian yang hanya terbatas pada usaha mengungkapkan
suatu masalah dan keadaan sebagaiman adanya, sehingga hanya sekedar
mengungkapkan fakta.
Jenis penelitan deskriptif yang digunakan penulis adalah studi kasus, yaitu
jenis penelitian tentang subyek tertentu dimana subyek tersebut terbatas, maka
kesimpulan yang diperoleh hanya terbatas pada subyek yang dimiliki (Tatang
M.Arifin, 1986 : 137).
B. Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
2. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni 2008.
C. Subyek dan Obyek Penelitian 1. Subyek Penelitian
Subyek penelitian adalah orang-orang yang terlibat dalam
penelitian, dalam hal ini mereka yang bertindak sebagai pemberi informasi
yang berhubungan dengan penelitian yang dilakukan. Subyek penelitian
Sanata Dharma Yogyakarta, semua program studi angkatan 2005 kecuali
PGSD, karena PGSD angkatan 2005 masih berjenjang Diploma. Program
studi tersebut antara lain : Progaram studi Bimbingan dan Konseling (BK),
Ilmu Pengetahuan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK),
Pendidikan Ba hasa Inggris (PBI), Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan
Daerah (PBSID), Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus
Pendidikan Akuntansi (PAK), Pendidikan Ekonomi (PE), Pendidikan
Sejarah (PSej), Pendidikan Fisika (PFis) dan Pendidikan Matematika
(P.mat).
2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian adalah sesuatu yang menjadi pokok pembicaraan
dalam penelitian. Dalam hal ini yang menjadi obyek penelitian adalah:
a.) Persepsi mahasiswa FKIP tentang peningkatan kesejahteraan guru.
b.) Minat mahasiswa FKIP menjadi guru.
D. Populasi, Sampel dan Teknik Penarikan Sampel 1. Populasi
Populasi adalah kumpulan yang lengkap dari seluruh elemen yang
sejenis, akan tetapi dapat dibedakan satu sama lain. Perbedaan itu
disebabkan karena adanya karakteristik yang berlainan (Suprapto, 1986 :
24). Populasi yang diambil oleh peneliti meliputi seluruh mahasiswa
Yogyakarta, angkatan 2005, yang berjumlah 499 mahasiswa, dengan rician
sebagai berikut :
Tabel 3.1
Populasi Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Angkatan 2005
Program Studi Jumlah Mahasiswa
Bimbingan dan Konseling (BK) 40
Ilmu Pengetahuan Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK)
45
Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) 144
Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah (PBSID)
62
Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan Akuntansi (PAK)
75
Pendidikan Ekonomi (PE) 25
Pendidikan Sejarah (PSej) 22
Pendidikan Fisika (PFis) 27
Pendidikan Matematika ( P.mat) 59
Jumlah 499
2. Sampel
Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang akan diteliti
(Arikunto, 1992 : 104). Cara pengambilan sampel dengan menggunakan
sampel secara acak, yaitu suatu metode pemilihan ukuran sampel dari
suatu populasi dimana setiap anggota populasi mempunyai peluang yang
sama dan semua kemungkinan penggabungannya yang di seleksi sebagai
sampel mempunyai peluang yang sama (Weirsma, 1975). Cara untuk
menentukan besarnya sampel adalah dengan proportional random
sampling yang menggunakan rumus Slovin (Consuelo, 1993 : 161) :
N = 2
Keterangan :
n = ukuran sampel N = ukuran populasi
e = nilai kritis ( batas ketelitian) yang diinginkan (5%)
Jadi besarnya sampel yang diteliti :
= 2
) 05 , 0 ( 499 1 499 + = ) 0025 , 0 ( 499 1 499 + = 2475 , 1 1 499 + = 2475 , 2 499
= 222,02 = 222 Sampel = 222
3. Teknik Penarikan Sampel
Teknik penarikan sampel yang digunakan adalah Stratified random
sampling, yaitu pengambilan sampel secara acak sesuai dengan
proporsinya. Proporsi yang dimaksud adalah pembagian populasi menurut
sub kelompok atau yang disebut dengan strata. Kemudian setiap strata
akan dipilih sampelnya secara random. ( N. Budiyuwono; 138 : 1996).
Menurut Dr. Budiono (2001; 369 : 370), rumus untuk menentukan
besarnya sampel perstrata adalah :
Keterangan :
ni = sampel strata n = ukuran sampel Ni = jumlah populasi ni N = jumlah populasi
Berdasarkan rumus di atas, maka distribusi sampel perstrata adalah sebagai
berikut:
Tabel 3.2
Komposisi Populasi dan Sampel Mahasiswa FKIP Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Angkatan 2005
No Program Studi Jumlah Jumlah Sampel ni =
n N Ni
1 Bimbingan dan Konseling (BK) 40 18 79 , 17 222 499
40 = =
2 Ilmu Pengetahuan
Kekhususan Pendidikan Agama Katolik (IPPAK)
45 20 02 , 20 222 499 45 = =
3 Pendidikan Bahasa Inggris (PBI) 144 64 06 , 64 222 499 144 = =
4 Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia dan Daerah
(PBSID) 62 28 58 , 27 222 499 62 = =
5 Pendidikan Ekonomi Bidang Keahlian Khusus Pendidikan
Akuntansi (PAK) 75 33 37 , 33 222 499 75 = =
6 Pendidikan Ekonomi (PE) 25
11 12 , 11 222 499 25 = =
7 Pendidikan Sejarah (PSej) 22
10 79 , 9 222 499
22 = =
8 Pendidikan Fisika (PFis) 27
12 01 , 12 222 499
27 = =
E. Operasionalisasi Variabel
Operasionalisasi variabel merupakan kegiatan menjabarkan variabel
penelitian ke dalam indikator untuk mendefinisikan dan mengukur variabel.
Dalam penelitian ini ada 2 variabel :
1. Variabel Bebas (Independent Variable)
Variabel bebas adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki
berbagai aspek atau unsur yang berfungsi mempengaruhi atau menentukan
munculnya variabel lain yang disebut variabel terikat (Nawawi; 56 : 1994).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah persepsi mahasiswa.
Persepsi merupakan suatu proses di dalam diri individu yang
mula- mula terjadi melalui inderanya menerima rangsang sebagai informasi
yang diolah dan ditafsirkan. Pengelolaan dan penafsiran informasi itu
menimbulkan tanggapan dalam diri individu.
Tabel 3.3
Penjabaran variabel persepsi mahasiswa tentang kesejahteraan guru
Variabel Indikator Pernyataan
Positif Pernyataan Negatif Kesejahteraan Guru (Finansial) Kesejahteraan Guru (Non finansial)
- memperoleh penghasilan (gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus) di atas kebutuhan hidup pokok minimum. - memperoleh jaminan kesejahteraan
sosial.
- mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.
- memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.
- memperoleh kesempatan untuk
meningkatkan kompetensi.
-memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.
-memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, pengharagaan dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaedah pendidikan, kode etik guru dan peraturan perundang-undangan.
- memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.
- memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi.
- memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.
- memperole h kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi. - memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. 26 27 19,20 21,22,24 28 29 18 - - - - - - -
Pengukuran variabel persepsi mahasiswa diperoleh dengan
menggunakan skala Likert. Pernyataan yang digunakan ada yang positif
dan ada yang negatif. Pernyataan positif adalah pernyataan yang
mengungkapkan hal yang diharapkan dalam minat mahasiswa menjadi
guru. Pernyataan negatif adalah pernyataan yang mengungkapkan hal yang
tidak diharapkan dalam minat mahasiswa menjadi guru.
Pernyataan positif dalam kuesioner diklasifikasikan sebagai
berikut: Sangat Setuju (SS) dengan skor 4, Setuju (S) dengan skor 3,
Untuk pernyataan negatif diklasifikasikan sebagai berikut : Sangat Setuju
(SS) dengan skor 1, Setuju (S) dengan skor 2, Kurang Setuju (KS) dengan
skor 3, dan Tidak Setuju (TS) dengan skor 4.
2. Variabel terikat (Dependent Variable)
Variabel terikat adalah himpunan seluruh gejala yang memiliki
sejumlah aspek atau unsur di dalamnya yang berfungsi menerima atau
menyesuaikan diri dengan kondisi lain yang disebut variabel bebas
(Nawawi; 57 : 1994). Variabel terikat dalam penelitian ini adalah minat
mahasiswa.
Minat merupakan suatu perangkat mental yang terdiri dari suatu
campuran dari perasaan, harapan, pendirian, prasangka, harapan,
pendirian, prasangka, rasa takut, atau kecenderungan lain yang
Tabel 3.4
Penjabaran variabel Minat Mahasiswa FKIP Menjadi Guru
Variabel Indikator Pernyataan
Positif
Pernyataan Negatif
Minat 1. Perasaan :
a. senang berkecimpung dalam bidang keguruan. b.Merasa tertarik untuk
menjadi guru.
2. Harapan :
Memiliki harapan positif terhadap peranan guru.
3. Pendirian :
pikiran selalu tertuju pada profesi guru.
4.Prasangka/rasa takut :
a.Memendam persangkaan-persangkaan terhadap profesi guru.
b.Merasa takut oleh celaan dari orang lain terhadap profesi guru.
5.Kecenderungan lain :
a.dukungan dari orangtua untuk menjadi guru.
b.dukungan dari teman untuk menjadi guru. 1,2 3 4,7,9,10,12,14,19 ,27,28 20,21,22,23,24 - - 29,30,31 32,33,34,35 - - - - 5,13,15,25,26 8,11,16,17,18 - -
Pengukuran variabel minat mahasiswa menjadi guru diperoleh
dengan menggunakan skala Likert. Pernyataan yang digunakan ada yang
positif dan ada yang negatif. Pernyataan positif adalah pernyataan yang
guru. Pernyataan negatif adalah pernyataan yang mengungkapkan hal yang
tidak diharapkan dalam minat mahasiswa menjadi guru.
Pernyataan positif dalam kuesioner diklasifikasikan sebagai berikut
: Sangat Setuju (SS) dengan skor 4, Setuju (S) dengan skor 3, Kurang
Setuju (KS) dengan skor 2, dan Tidak Setuju (TS) dengan skor 1. Untuk
pernyataan negatif diklasifikasikan sebagai berikut : Sangat Setuju (SS)
dengan skor 1, Setuju (S) dengan skor 2, Kurang Setuju (KS) dengan skor
3, dan Tidak Setuju (TS) dengan skor 4.
F. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mengumpulkan data yang diperlukan, digunakan beberapa
teknik sebagai berikut :
1. Kuesioner
Kuesioner yaitu pengumpulan data dengan menggunakan sejumlah
daftar pertanyaan yang diberikan kepada responden yang sebenarnya.
Dalam penelitian ini, kuesioner digunakan untuk mengumpulkan data
tentang minat mahasiswa menjadi guru.
2. Dokumentasi
Dokumentasi yaitu pengumpulan data dengan menggunakan
catatan atau dokumen yang telah ada di Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta. Metode ini digunakan untuk mengumpulkan data jumlah
G. Teknik Pengujian Instrumen Penelitian 1. Pengujian Kuesioner
a. PengujianValiditas
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid
mempunyai validitas yang tinggi. Instrumen dikatakan valid apabila
mampu mengukur apa yang hendak diukur. Sebua h instrumen
dikatakan valid apabila mengungkapkan data dari variabel yang diteliti
secara tepat (Arikunto, 2002 : 145). Penelitian ini menggunakan
validitas internal yang berupa validitas isi dan validitas konstruksi.
Instrumen mempunyai validitas internal bila kriteria yang ada di dalam
instrumen secara rasional (teoritis) telah mencerminkan apa yang diukur
(Sugiyono, 2003:270).
Koefisien validitas penelitian dihitung dengan rumus :
rxy =
} ) ( }{ ) ( { ) )( ( 2 2 2
2 − ∑Χ ∑Υ − ∑Υ
Χ ∑ Ν
−
∑
xy∑ ∑
x y NKeterangan:
r xy = koefisien korelasi antara x dan y N = jumlah subyek
y = skor total sample k X = skor butir uji coba
Χ
∑ = jumlah harga dari skor butir
Υ
∑ = jumlah harga total
ΧΥ
∑ = jumlah hasil perkalian dari skor butir dan skor total 2
Χ
∑ = jumlah hasil kuadrat dari hasil harga skor butir 2
Υ
Dalam penelitian ini terdapat 2 variabel yang akan diteliti, yaitu
variabel Persepsi Mahasiswa FKIP Tentang Peningkatan Kesejahteraan
Guru dan variabel Minat Mahasiswa FKIP Menjadi Guru. Maka untuk
pengujian validititas instrumen, peneliti menghitung validitas instrumen
dari masing- masing variabel.
Untuk mengetahui validitas instrumen atau kuesioner pada
variabel Persepsi Mahasiswa FKIP Tentang Kesejahteraan Guru, terlebih
dahulu item instrumen ini diujicobakan pada 30 responden. Kemudian
mencari r tabel yaitu dengan dk=n-2 dengan taraf signifikansi 5%
(dk=30-2= 28, 5%) sehingga diperoleh r tabel = 0,239. Pengujian item instrumen
dilakukan di Universitas Sanata Dharma Yogyakarta, pada mahasiswa
FKIP angkatan 2004. Dalam pelaksanaan perhitungan uji validitas item
pada penelitian ini, peneliti menggunakan program SPSS Versi 12
(Statistical Product and Service Solution). Kriteria pengambilan keputusan
yaitu apabila rhitung > rtabel pada n = 30 dengan taraf signifikansi 5% maka
item instrumen tersebut dinyatakan valid. Sebaliknya apabila rhitung < rtabel
maka item instrumen tidak valid. Hasil pengujian validitas yang diperoleh
dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 3.5.1
Hasil Perhitungan Uji Validitas
No Item r tabel r hitung Keterangan
1 0,239 0,475 Valid
2 0,239 0,673 Valid
3 0,239 0,566 Valid
No Item r tabel r hitung Keterangan
5 0,239 0,597 Valid
6 0,239 0,518 Valid
7 0,239 0,575 Valid
8 0,239 0,625 Valid
9 0,239 0,817 Valid
10 0,239 0,693 Valid
11 0,239 0,778 Valid
12 0,239 0,577 Valid
13 0,239 0,707 Valid
14 0,239 0,618 Valid
15 0,239 0,475 Valid
16 0,239 0,464 Valid
17 0,239 0,545 Valid
18 0,239 0,431 Valid
19 0,239 0,592 Valid
20 0,239 0,709 Valid
21 0,239 0,849 Valid
22 0,239 0,670 Valid
23 0,239 0,743 Valid
24 0,239 0,682 Valid
25 0,239 0,496 Valid
26 0,239 0,625 Valid
27 0,239 0,426 Valid
28 0,239 0,451 Valid
29 0,239 0,596 Valid
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari pengujian
validitas 29 butir item soal memperlihatkan hasil bahwa semua butir valid,
sehingga peneliti menggunakan semua butir item untuk meneliti variabel
persepsi mahasiswa tentang kesejahteraan guru.
Untuk mengetahui validitas instrumen atau kuesioner pada
variabel Minat Menjadi Guru, terlebih dahulu item instrumen ini
diujicobakan pada 30 responden. Kemudian mencari r tabel yaitu dengan
dk=n-2 dengan taraf signifikansi 5% (dk=30-2=28,5%) sehingga diperoleh
Dharma Yogyakarta, pada mahasiswa FKIP angkatan 2004. Dalam
pelaksanaan perhitungan uji validitas item pada penelitian ini, peneliti
menggunakan program SPSS Versi 12 (Statistical Product and Service
Solution). Kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila rhitung > rtabel pada
n = 30 dengan taraf signifikansi 5% maka item instrumen tersebut
dinyatakan valid. Sebaliknya apabila rhitung < rtabel maka item instrumen
tidak valid. Hasil pengujian validitas yang diperoleh dapat dilihat pada
tabel berikut ini:
Tabel 3.6.1
Hasil Perhitungan Uji Validitas
No Item r tabel r hitung Keterangan
1 0,239 0,570 Valid
2 0,239 0,629 Valid
3 0,239 0,544 Valid
4 0,239 0,521 Valid
5 0,239 0,379 Valid
6 0,239 0,321 Valid
7 0,239 0,384 Valid
8 0,239 0,439 Valid
9 0,239 0,560 Valid
10 0,239 0,532 Valid
11 0,239 0,586 Valid
12 0,239 0,615 Valid
13 0,239 0,286 Valid
14 0,239 0,608 Valid
15 0,239 0,500 Valid
16 0,239 0,482 Valid
17 0,239 0,369 Valid
18 0,239 0,504 Valid
19 0,239 0,497 Valid
20 0,239 0,522 Valid
21 0,239 0,644 Valid
22 0,239 (0,162) Tidak Valid
23 0,239 0,602 Valid
24 0,239 0,607 Valid
25 0,239 (0,191) Tidak Valid
26 0,239 0,619 Valid
27 0,239 0,418 Valid
28 0,239 (0,100) Tidak Valid
No Item r tabel r hitung Keterangan
30 0,239 0,275 Valid
31 0,239 0,787 Valid
32 0,239 0,302 Valid
33 0,239 (0,104) Tidak Valid
34 0,239 0,600 Valid
35 0,239 0,298 Valid
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat bahwa dari pengujian
validitas pada 35 item, terdapat 4 item yang tidak valid yaitu item 22, 25,
28, 33. Untuk 4 item yang tidak valid, peneliti membuang item tersebut,
kemudian peneliti mengambil 31 item yang valid untuk item instrumen
penelitian yang akan dilakukan. 31 it em tersebut dapat dilihat dari tabel
dibawah ini:
Tabel 3.6.2
Hasil Perhitungan Uji Validitas
No Item r tabel r hitung Keterangan
1 0,239 0,586 Valid
2 0,239 0,647 Valid
3 0,239 0,521 Valid
4 0,239 0,519 Valid
5 0,239 0,341 Valid
6 0,239 0,343 Valid
7 0,239 0,418 Valid
8 0,239 0,422 Valid
9 0,239 0,576 Valid
10 0,239 0,540 Valid
11 0,239 0,586 Valid
12 0,239 0,642 Valid
13 0,239 0,243 Valid
14 0,239 0,627 Valid
15 0,239 0,471 Valid
16 0,239 0,466 Valid
17 0,239 0,357 Valid
18 0,239 0,495 Valid
19 0,239 0,527 Valid
20 0,239 0,535 Valid
21 0,239 0,673 Valid
23 0,239 0,621 Valid
24 0,239 0,640 Valid
No Item r tabel r hitung Keterangan
27 0,239 0,434 Valid
29 0,239 0,464 Valid
30 0,239 0,257 Valid
31 0,239 0,780 Valid
32 0,239 0,277 Valid
34 0,239 0,602 Valid
35 0,239 0,295 Valid
b. Pengujian Reliabilitas
Reliabilitas menunjukkan pada satu pengertian bahwa suatu
instrumen cukup dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat
pengumpul data karena instrumen data tersebut sudah baik (Arikunto,
2002 : 154). Suatu tes yang reliabel akan menunjukkan ketepatan dan
ketelitian hasil dalam berbagai ukuran. Taraf reliabilitas suatu tes
dinyatakan dalam suatu koefisien yang disebut koefisien reliabilitas
atau rII.
Dalam penelitin ini, reliabilitas alat ukur dihitung dengan
menggunakan teknik koefisien reliabilitas Alpha Crobach
(Arikunto,2002:171).
Rumus Alpha untuk pengujian reliabilitas instrumen adalah sebagai
berikut : − −
=
∑
22 1 1 1 1 t b k k r σ σ keterangan:
r11 = reliabilitas instrumen k = banyaknya butir pertanyaan
∑
2 bσ = jumlah varians soal 2
t
Untuk menginterpretasikan tinggi rendahnya reliabilitas
instrumen, pedoman yang digunakan sebagai berikut:
No Tingkat Penguasaan Kriteria Penilaian
1. 0,80-1,00 Sangat Tinggi
2. 0,60-0,79 Tinggi
3. 0,40-0,59 Cukup
4. 0,20-0,39 Rendah
5. 0,00-0,19 Sangat Rendah
Berdasarkan pengujian reliabilitas item angket yang telah
dilakukan, dapat diketahui bahwa koefisien alpha atau r11 yang
diperoleh untuk variabel Persepsi Mahasiswa FKIP Tentang
Kesejahteraan Guru adalah 0.949, sedangkan r tabel 0,239. Hal ini
menunjukkan bahwa variabel Persepsi Mahasiswa FKIP Tentang
Kesejahteraan Guru dapat dikatakan reliabel pada taraf signifikansi 5%
karena rhitung > rtabel atau 0,949 > 0,239. Harga r11 tersebut berada
pada taraf 0,80 – 1,00 sehingga dapat dikatakan bahwa item dalam
kuesioner ini mempunyai reliabilitas sangat tinggi.
Demikian juga untuk variabel Minat Menjadi Guru dapat
diketahui bahwa koefisien alpha atau r11 yang diperoleh adalah 0.907,
sedangkan r tabel 0,239. Hal ini menunjukkan bahwa variabel Minat
Menjadi Guru dapat dikatakan reliabel pada taraf signifikansi 5%
pada taraf 0,80 – 1,00 sehingga dapat dikatakan bahwa item dalam
kuesioner ini mempunyai reliabilitas sangat tinggi.
H. Teknik Analisis Data 1. Prasyarat Analisis
Dalam menganalisis data, peneliti menggunakan teknik statistik
deskriptif, yaitu analisis korelasi regresi. Untuk persamaan regresi,
diperlukan uji normalitas dan uji linieritas.
a. Normalitas
Pengujian normalitas data digunakan untuk mengetahui
apakah data masing- masing variabel berdistribusi normal atau
normalitas. Uji normalitas yang digunakan adalah dengan rumus
Kolmogorov-Smirnov, yang memusatkan perhatian pada penyimpangan
(deviasi) terbesar. Uji Kolmogorov-Smirnov ini digunakan untuk menguji
apakah dua sampel berasal dari populasi-populasi yang mempunyai
distribusi yang sama atau berbeda. Adapun Uji Kolmogorov-Smirnov
untuk normalitas adalah sebagai berikut :
D = maksimum F0
(
X −Sn( )
X)
Keterangan :
D = Deviasi Maksimum
F0 = Fungsi Distribusi Kumulatif yang ditentukan Sn = Distribusi frekuensi kumulatif yang diobservasi
Uji ini dapat menggunakan ketentuan sebagai berikut :
- Jika probabilitas asimtot > 0,05 berarti sebaran data normal.
b. Linieritas
Uji linearitas ini dilakukan untuk mengetahui apakah
masing-masing variabel bebas mempunyai hubungan linear atau tidak dengan
variabel terikatnya. Menurut Sudjana (2000 : 355) rumus yang digunakan
adalah sebagai berikut :
F =
) 1 (
/
− −k n JK
K JK
res reg
Keterangan :
F = harga bilangan f untuk garis regresi
reg
JK = jumlah kuadrat regresi
res
JK = jumlah kuadrat residu 1
− −k
n = derajat kebebasan
Kriteria pengujian linearitas yaitu jika nilai Fhitung lebih kecil dari
Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan derajat kebebasan (dk)=n-k-1
atau signifikan > 0,05, maka hubungan variabel bebas dengan variabel
terikat bersifat linear. Sebaliknya jika nilai nilai Fhitung lebih besar dari
Ftabel pada taraf signifikansi 5% dengan