• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

B. Kesejahteraan Guru

Dalam tinjauan pustaka mengenai kesejahteraan guru ini, peneliti juga mempergunakan istilah karyawan atau pegawai, karena profesi guru sama halnya dengan karyawan atau pegawai, yaitu orang yang bekerja pada suatu instansi atau lembaga, dalam hal ini guru bekerja pada suatu instansi atau lembaga pendidikan.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kesejahteraan diartikan sebagai keadaan sejahtera, keamanan, keselamatan, ketenteraman (kesenangan hidup dan sebagainya), kemakmuran.

Pengertian kesejahteraan itu sendiri yaitu seluruh penyelenggaraan dalam bidang pendidikan yang dilaksanakan oleh pemerintah harus dapat

menciptakan tingkat kesejahteraan masyarakat yang lebih baik dari kondisi saat ini, meliputi peningkatan secara ekonomi, berupa pemenuhan kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan/perumahan, dan kesempatan memperoleh kebutuhan untuk mengembangkan kapasitas pribadi, seperti pendidikan, pelayanan kesehatan sampai pada pemenuhan kebutuhan batin yang bersifat kejiwaan dan keagamaan. Di samping itu, dalam pengertian sejahtera juga terkandung makna kesejukan dalam hubungan antar komponen masyarakat, dengan tetap dijiwai semangat kedinamisan dalam menghadapi masa depan.

Meskipun sudah lebih sejahtera, kondisi dan situasinya sejuk, bersifat maju dan melestarikan nilai- nilai spiritual dan budaya luhur bangsa, dengan pengertian lain, meskipun di masa datang perencanaan tersebut dapat dicapai dalam tataran tertentu, namun warga masyarakat harus tetap sadar akan kodrati kemanusiaannya sebagai bagian kecil dari makrokosmos dalam semesta yang diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa ( Totok Ary Probowo, 2003 : 3).

Berdasarkan uraian di atas, dapat diambil ciri-ciri kesejahteraan sebagai berikut

a. Terpenuhinya kebutuhan pokok hidup

Seperti : pangan, sandang, papan/perumahan.

b. Mendapatkan kesempatan memperoleh kebutuhan untuk mengembangkan kapasitas pribadi.

Seperti : pendidikan, pelayanan kesehatan sampai pada pemenuhan kebutuhan batin yang bersifat kejiwaan dan keagamaan.

c. Terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan nyata.

Seperti : barang-barang kebutuhan rumah tangga, barang-barang modal dan pendidikan, pemeliharaan kesehatan dan lain sebagainya.

Pengertian kesejahteraan itu sendiri dalam artian yang sangat luas mencakup berbagai tindakan yang dilakukan manusia untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik ( Isbandi Rukminto Adi, 1994 : 3).

Dalam kaitannya dengan kesejahteraan ada beberapa karakteristik. Usaha kesejahteraan masa kini, yaitu :

a. Menanggapi kebutuhan manusia.

b. Usaha kesejahteraan diorganisir guna menanggapi kelompok masyarakat perkotaan yang modern.

c. Kesejahteraan mengarah kespesialisasi, sehingga lembaga kesejahteraan juga menjadi lebih terspesialisasi.

d. Usaha kesejahteraan menjadi sangat luas.

Menurut Mala yu S.P Hasibuan (2001 : 182), kesejahteraan karyawan adalah balas jasa pelengkap (material dan non material) yang di berikan berdasarkan kebijaksanaan, bertujuan untuk mempertahankan dan memperbaiki kondisi fisik mental karyawan agar produktivitas kerjanya meningkat.

Menurut Andrew F. Sikula ( dalam Malayu S.P Hasibuan, 2001 : 182-183 ), kompensasi tidak langsung adalah balas jasa yang di terima oleh

pekerja dalam bentuk selain upah atau gaji langsung. Benefit meliputi program-program perusahaan atau instansi, seperti jaminan hari tua, waktu libur, tabungan, sedangkan servis adalah berupa fisiknya atau bendanya seperti mobil dinas, fasilitas olahraga, memperingati hari besar dan lain sebagainya.

Dengan pengertian tersebut perlu diketahui persamaan dan perbedaan antara kompensasi langsung (gaji dan upah) dengan kompensasi tidak langsung (kesejahteraan karyawan), menurut S.P Hasibuan (2001 : 183-184) : a. Persamaan

1. Gaji atau upah yang merupakan kompensasi langsung dan kesejahteraan karyawan termasuk kompensasi tidak langsung adalah merupakan pendapatan (outcomes) bagi karyawan.

2. Pemberian gaji atau upah dan kesejahteraan karyawan bertujuan sama yakni untuk memenuhi kebutuhan dan keterikatan karyawan.

3. Gaji atau upah dan kesejahteraan karyawan merupakan biaya bagi perusahaan.

4. Pemberian gaji atau upah dan kesejahteraan karyawan dibenarkan oleh peraturan legal, jadi bisa dimasukan dalam neraca fiskal perusahaan atau lembaga tersebut.

b. Perbedaan

1. Gaji atau upah merupakan hak karyawan untuk menerimanya dan menjadi kewajiban perusahaan untuk membayarnya.

2. Gaji atau upah wajib dibayar perusahaan. Sedangkan kesejahteraan diberikan hanya atas kebijaksanaan saja, bukan kewajiban perusahaan atau sewaktu-waktu dapat di tiadakan.

3. Gaji atau upah harus dibayar dengan finansial (uang atau barang) sedangkan kesejahteraan diberikan dengan finansial dan non finansial, misalnya fasilitas.

4. Gaji atau upah, waktu dan besarnya tertentu, sedangkan kesejahteraan, waktu dan besarnya tidak tertentu.

Karyawan merupakan sumber daya yang sangat penting peranannya dalam mendukung aktivitas perusahaan atau lembaga, maka sudah sewajarnya apabila sebuah perusahaan akan berusaha agar karyawannya mempunyai semangat kerja yang tinggi dan diharapkan mampu meningkatkan produktivitas perusahaan, maka diberikan berbagai macam fasilitas kepada karyawan untuk menjamin kesejahteraan karyawan.

Penyebab masalah kesejahteraan karyawan makin diperhatikan menurut Heidjrachman Ranupandojo dan Suad Husnan (2000 : 268) adalah: 1. Perubahan didalam sikap para karyawan yang disebabkan terutama oleh

makin meningkatnya taraf pendidikan mereka. 2. Permintaan dari organisasi-organisasi buruh.

3. Permintaan pemerintah yang diwujudkan dalam bentuk Undang-Undang atau peraturan.

4. Persaingan yang semakin besar mengakibatkan para pengusaha harus berusaha untuk memberikan berbagai jaminan agar para karyawan tidak lari dari perusahaan.

5. Adanya pengawasan terhadap tinggi rendahnya tingkat upah, terutama dari perkumpulan para pengusaha untuk mencegah persaingan dalam pemberian upah.

Tujuan pemberian kesejahteraan karyawan menurut Malayu S.P Hasibuan (2001 : 184) adalah :

1. Untuk meningkatkan kesetiaan dan keterikatan para karyawan perusahaan atau suatu lembaga.

2. Memberikan ketenangan bagi para karyawan beserta keluarganya. 3. Memotivasi gairah kerja, disiplin dan produktivitas karyawan. 4. Menurunkan tingkat absensi dan turnover karyawan.

5. Menciptakan lingkungan dan suasana kerja yang baik serta nyaman. 6. Membantu lancarnya pelaksanaan pekerjaan untuk mencapai tujuan. 7. Memelihara kesehatan dan meningkatkan kualitas karyawan.

8. Mengefektifkan pengadaan karyawan.

9. Membantu pelaksaan program pemerintah dalam meningkatkan kualitas manusia Indonesia.

10.Mengurangi kecelakaan dan kerusakan peralatan perusahaan. 11.Meningkatkan status sosial karyawan beserta keluarganya.

Prinsip kesejahteraan karyawan menurut Henry Simamora (1999 : 565) adalah tunjangan karyawan haruslah memenuhi kebutuhan nyata, tunjangan-tunjangan haruslah dibatasi kepada aktivitas-aktivitas dimana kelompok lebih efisien daripada individu.

Berdasarkan UU No.14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, di dalam pasal 14 tertulis bahwa dalam melaksanakan tugas keprofesionalannya, guru berhak :

1. Memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial.

2. Mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja.

3. Memperoleh perlindungan dalam melaksanakan tugas dan hak atas kekayaan intelektual.

4. Memperoleh kesempatan untuk meningkatkan kompetensi.

5. Memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan.

6. Memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan dan/atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaedah pendidikan, kode etik guru dan peraturan perundang-undangan.

7. Memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas.

9. Memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan.

10.Memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi, dan/atau

11.Memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Ketentuan di atas dapat menjadi batasan bagi guru dalam mencapai kesejahteraan, baik secara finansial maupun non finansial. Menurut UU RI tentang guru dan dosen No.15, penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum meliputi gaji pokok, tunjangan yang melekat pada gaji, serta penghasilan lain yang berupa tunjangan profesi, tunjangan fungsional, tunjangan khusus, dan tambahan yang terkait dengan tugasnya sebagai guru yang ditetapkan dengan prinsip penghargaan atas dasar prestasi.

Kesejahteraan meliputi juga kompensasi, yaitu segala sesuatu yang diterima oleh pegawai sebagai balas jasa (kontra prestasi) atas kerja mereka. Pada dasarnya kompensasi merupakan kontribusi yang diterima oleh pegawai atas pekerjaan yang telah dikerjakannya (menurut Ambar Teguh Sulistiyani dan Rosidah, 2003 : 206). Kompensasi merupakan salah satu aspek yang terpenting bagi pegawai, karena bagi individu/pegawai, besarnya kompensasi mencerminkan ukuran nilai karya mereka di antara para pegawai itu sendiri, keluarga dan masyarakat.

Menurut Henry Simamora (2004 : 442 - 444), komponen dari program kompensasi dapat dibagi ke dalam bentuk-bentuk kompensasi langsung (direct compensation) dan kompensasi tidak langsung (indirect

compensation). Kompensasi finansial langsung terdiri dari bayaran (pay) yang diperoleh seseorang dalam bentuk gaji, upah, bonus, dan komisi. Kompensasi finansial tidak langsung yang disebut juga tunjangan, meliputi semua imbalan finansial yang tidak tercakup dalam kompensasi langsung. Kompensasi non finansial terdiri atas kepuasan yang diperoleh seseorang dari pekerjaan itu sendiri, atau dari lingkungan psikologis dan/atau fisik dimana orang itu bekerja.

Jadi, kesejahteraan guru merupakan keadaan dimana seorang guru dapat memenuhi kebutuhan nyata, akan pangan, sandang, papan/perumahan, barang-barang kebutuhan rumah tangga, barang-barang modal dan pendidikan, pemeliharaan kesehatan dan tidak melepaskan jasmaninya dari jiwa dan rohaninya.

Dokumen terkait