• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN PENGGUNAAN SEPATU HAK TINGGI {HIGH HEELS) PADA SALES PROMOTION GIRL (SPG) TERHADAP TIMBULNYA VARISES TUNGKAI BAWAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN PENGGUNAAN SEPATU HAK TINGGI {HIGH HEELS) PADA SALES PROMOTION GIRL (SPG) TERHADAP TIMBULNYA VARISES TUNGKAI BAWAH"

Copied!
84
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteratt (S. Red)

Oleh:

R I Z K A KARINA MAYANG SARI

N I M : 702013088

F A K U L T A S K E D O K T E R A N

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG

(2)

HEELS)

PADA

SALES PROMOTION GIRL

(SPG) T E R H A D A P

TIMBULNYA V A R I S E S T U N G K A I BAWAH

Dipersiapkan dan disusun oleh :

Rizka Karina Mayang Sari

NIM : 702013088

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked)

Pada tanggal 3 Febuari 2017

Menyetujui:

(3)

1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pemah diajukan untuk

mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Palembang,

maupun Perguruan Tinggi lainnya.

2. Karya tulis ini mumi gagasan, mmusan dan penelitian saya sendiri, tanpa

bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.

3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau

dipublikasikan orang Iain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan sebagai

acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan

dalam dahar pustaka.

4. Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari

terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pemyataan ini, maka saya

bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai dengan norma

yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.

Palembang,10 Februari 2017

Yang membuat pemyataan

(Rizka Karina Mayang Sari)

N I M . 702013088

(4)

Dengan Penyerahan naskah artikel dan softcopy berjudul: Hubungan Sepatu Hak

Tinggi {High Heels) Pada Sales Promotion Girl Terhadap Timbulnya Varises

Tungkai Bawah

Kepada Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UP2M) Fakultas Kedokteran

Universitas Muhammadiyah Palembang (FK-UMP), Saya :

Nama : Rizka Karina Mayang Sari

N I M : 702013088

Program Studi : Pendidikan Kedokteran

Fakultas : Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang

Jenis Karya Ilmiah : Skripsi

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, setuju memberikan kepada FK-UMP,

Pengalihan Hak Cipta dan Publikasi Bebas Royalti atas Karya Ilmiah, Naskah, dan

softcopy diatas. Dengan hak tersebut, FK-UMP berhak menyimpan,

mengalihmedia/formatkan, dalam bentuk pangkalan data {database),

mendistribusikan, menampilkan, mempublikasikan di internet atau media lain

untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari Saya, selama tetap

mencantumkan nama Saya, dan Saya memberikan wewenang kepada pihak

FK-UMP untuk menentukan salah satu Pembimbing sebagai Penulis Utama dalam

Publikasi. Segala bentuk tuntutan hokum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta

dalam Karya Ilmiah ini menjadi tanggung jawab Saya pribadi.

Demikian pemyataan ini, Saya buat dengan sebenamya.

Dibuat di : Palembang

Pada tanggal: 18 Februari 2017

Rizka Karina Mayang Sari

N I M . 70201088

(5)

Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim (14):7)

K u persembahkan kepada:

*> Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.

<* Mama dan papa tercinta, yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam segala hal. Mamaku tercinta (Hj. E k a Rianti, SE) dan papaku tercinta (H. Syamsu Rizal, Bsc) terimakasih atas kasib sayang, cinta, dan nasebat yang diberikan selama ini

Saudaraku tercinta Ressy Shavira Pratiwi, yang selalu mendukung kakak selama ini.

<* Terimakasih juga kepada kakak sepupu (Rexy Pranata), sepupu (Reza Fazari) yang selalu membantu dan memberikan semangat serta nasebat dalam segala hal.

*> Dosen pembimbing yang sabar membimbingku hingga dapat menyelesaikan skripsi ini (dr. Envin Maulana, Sp.B dan dr. Hibsab Ridwan, M.Sc) serta dosen penguji dr. Tri Suciati, M.Kes, terimakasih atas segala ilmu dan bimbingan yang diberikan selama ini.

Teman-teman terbaikku Debby Rabmadini, Tiara Khairina, Mardbiyah Nur Dini, Riska Febriana Dewi, Reza Agustiantwo Putra, Egi Anugrab Ramadhan, Elda Ariyani dan Ade Zulfiab membantu dalam proses skripsi. *> Terima kasib kepada teman-teman yang aku sayangi Amelia Mabmudab, Nuria Junita, Vanesa Rizki Vayari, Fabrurido Kusbari, M Hadyan Syabputra, Tasya Dwi Vayari yang selalu membantu dalam proses skripsi. <* Terima kasib juga pada teman-teman Jovita Idelia, Livinia Ferinsia Taslim, Cecilia Arta, Lyssa Octavia, Putri Ayu Natalia dan Dewi Putri Siagian yang selalu memberikan semangat dalam proses pembuatan skripsi ini.

• Terimakasih kepada sejawat angkatan 2013 " G E N O M E - H E X A " untuk kebersamaannya, kekompakkannya, serta kebaikan sejawat semua.

<* Terimakasih kepada seluruh dosen serta staf di F K UMP.

<* Terimakasih juga untuk mbak-mbak SPG yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.

<* Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak mendukung selama perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.

(6)

SKRIPSI, JANUARI2017

R I Z K A KARINA MAYANG SARI

Hubungan Penggunaan Sepatu Hak Tinggi (High Heels) Pada Sales Promotion Girl (SPG) Terbadap Timbulnya Varises Tungkai Bawab

xi + 75 halaman + 9 tabel + 14 gambar + 6 lampiran

A B S T R A K

Varises adalah pemanjangan, pelebaran, dan berkelok-keloknya pembuluh darah vena yang disertai gangguan sirkulasi darah di dalamnya. Menurut teori, meningkatnya kejadian varises tungkai bawah berhubimgan dengan faktor peningkatan tekanan vena profunda, inkopetensi katup primer atau sekunder dan adanya kelemahan fasia pada bagian tungkai bawah. Penelitian ini bertujuan untuk

menganalisis hubungan penggunaan sepatu hak tinggi {high heels) pada Sales

Promotion Girl (SPG) terhadap timbulnya varises tungkai bawah. Jenis penelitian

ini adalah observasional analitik desain cross sectional dengan menggunakan data

primer dan data sekunder dari pemilik toko dan responden yang bekerja di toko-toko di Palembang Icon, Palembang Indah Mail, Palembang Trade Center dan

Palembang Square. Sampel penelitian ini adalah Sales Promotion Girl (SPG) yang

bekerja di toko-toko di Palembang Icon, Palembang Indah Mali, Palembang Trade Center dan Palembang Square dengan besar sampel sebanyak 100 sampel. Sampel

penelitian ini diambil dengan cara consecutive sampling. Hasil uji statistik

didapatkan hubungan penggunaan high heels dengan varises tungkai bawah

{P-value = 0,001). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan penggunaan

sepatu hak tinggi {high heels) pada Sales Promotion Girl (SPG) terhadap timbulnya

varises tungktii bawah.

Referensi : 17(2001-2015)

Kata kunci : Sepatu Hak Tinggi, High Heels, Varises Tungkai Bawab

(7)

MINI-THESIS, JANUARY2017

R I Z K A K A R I N A MAYANG SARI

The Relation of High Heels Using at Sales Promotion Girl (SPG) Toward Lower

Limb Varices Occurrence

xi + 75 pages + 9 tables + 14 pictures + 6 attachments

ABSTRACT

Varices is extending, widening, and twisting of vein blood vessel followed by blood circulation disturbance inside. Based on theory, the raising of lower limb varices incident related to profunda vein pressure raising, primary or secondary valve incompetent andfacia weakness in lower limbs. The aim of the study wa to analyze relation of high heels using at sales promotion girl toward lower limb varices. This study was an observational analytic with cross-sectional design using primary data and secondary data from shop owner and respondent who works at shops in Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center and Palembang Square. The samples of this study are sales promotion girls who works at shops in Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center and Palembang Square as many as 100 samples. The samples gathered by consecutive sampling. The result of statistic test showed there is relation of high heels using with lower limb varices (p=^0,OOI). Thus concluted there is relation of high heels using with lower limb varices.

Reference : 17 (2001-2015)

Kata kunci : High Heels, Lower Limb Varices

(8)

"Hubungan Penggunaan Sepatu Hak Tinggi (High Heels) pada Sales

Promotion Girl (SPG) Terbadap Timbulnya Varises Tungkai Bawab".

Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat peneliti untuk memperoleh

gelar sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang.

Peneliti menyadari ketidaksempumaan dan keterbatasan dalam

penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat

diharapkan oleh peneliti.

Dalam hal penyelsaian penelitian ini, peneliti banyak mendapat bantuan,

bimbingan, dan saran. Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan rasa

hormat dan terima kasib kepada :

1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan.

2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan materil maupun

spiritual.

3. Dekan dan staff Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah

Palembang.

4. dr. Erwin Maulana, Sp.B selaku Pembimbing I

5. dr. Hibsah Ridwan, M.Sc selaku Pembimbing I I

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang

diberikan kepada semua orang yang telah mendukung peneliti dan semoga skripsi

ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga

kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.

Palembang, Januari 2017

(9)

HALAMAN PENGESAHAN i H A L A M A N P E R N Y A T A A N ii HALAMAN P U B L I K A S I iii H A L A M A N P E R S E M B A H A N DAN M O T T O iv

A B S T R A K V

ABSTRACT vi

K A T A PENGANTAR vii

D A F T A R ISI vui D A F T A R T A B E L ix D A F T A R GAMBAR x D A F T A R L A M P I R A N xi

BAB 1. PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 3 1.3. Tujuan Penelitian 3 1.4. Manfaat Penelitian 4 1.5. Keaslian Penelitian 5

BAB I I . TINJAUAN PUSTAKA 6

2.1. Landasan Teori 6 2.1.1. Varises Tungkai Bawah 6

A. Definisi 6 B. Anatomi dan fisiologi ekstremitas tungkai bawah 6

C. Prevalensi 11 D. Faktor predisposisi 11

E. Etiopatogenesis 13

F. Hubungan sepatu hak tinggi {high heels) dengan

varises tungkai bawah 14 G. Klasfikasi varises tungkai bawah 16

H. Gejala klinis 20 I. Tatalaksana 21 J. Komplikasi 25

2.1.2. Sepatu Hak Tinggi {High heels) 26

A. Definisi 26

B. Jenis sepatu hak tinggi {High heels) 28

2.1.3. Sales Promotion Girl (SPG) 32

A. Definisi 32 2.2. Kerangka Teori 34 2.3. Hipotesis 34

(10)

3.3.2. Sampel dan Besar Sampel Penelitian 36

3.3.2.1. Sampel Penelitian 36 3.3.2.2. Besar Sampel Penelitian 36 3.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 37 3.3.4. Cara Pengambilan Sampel Penelitian 38

3.4. Variabel Penelitian 38 3.4.1. Variabel Dependent 38

3.4.2. Variabel Independent 38

3.5. Definisi Operasional 39 3.6. Cara Pengumpulan Data 40

3.6.1. Data Primer 40 3.6.2. Data Sekunder 40 3.7. Metode Teknis Analisis Data 40

3.7.1. Cara Pengoiahan dan Analisis Data 40

3.8. Alur Penelitian 42

BAB IV. H A S I L DAN PEMBAHASAN 43

4.1. Hasil Penelitian 43 4.1.1. Hasil Analisis Univariat 43

4.1.2. Hasil Analisis Bivariat 46

4.2. Pembahasan 47 4.2.1. Pembahasan Analisis Univariat 47

4.2.2. Pembahasan Analisis Bivariat 49

BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 51

5.1. Kesimpulan 51

5.2. Saran 52

D A F T A R PUSTAKA 53

L A M P I R A N 55 BIODATA 75

(11)

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian 5

Tabel 2.1. Klasifikasi CEAP 17

Tabel 2.2. Klasifikasi klinis (C 0-6) 17

Tabel 3.1. Definisi Operasional 39

Tabel 4.1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Clinical

Symptom 46

Tabel 4.2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Etiology 47

Tabel 4.3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis High

Heels 48

Tabel 4.4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia

Responden 48

Tabel 4.5. Hubungan Penggunaan High Heels Terhadap Timbulnya

Varises Tungkai Bawah 49

(12)

Gambar Halaman

Gambar 2.1. Pembuluh darah vena dan aiteri 7

Gambar 2.2. Vena ekstremitas bawah 7

Gambar 2.3. Pembuluh darah vena 13

Gambar 2.4. Patofisiologi varises tungkai bawah 14

Gambar 2.5. Hubungan high heels dengan varises 15

Gambar 2.6. Mind mapping alasan wanita memakai high heels 28

Gambar 2.6. Stilleto 29

Gambar 2.7. Wedges 30

Gambar 2.8. Kitten heels 30

Gambar 2.9. Platform 31

Gambar 2.10 Peeptoe heels 31

Gambar 2.11.Boots 32

Gambar 2.12. Kerangka teori 34

Gambar 3.1. Alur Penelitian Hubungan Penggunaan High Heels pada

Sales Promotion Girl (SPG) Pusat Terhadap Timbulnya

Varises Tungkai Bawah 42

(13)

Lampiran Halaman

Lampiran 1. Lembar Penjelasan Calon Subjek 48

Lampiran 2. Lembar Informed Consent 50

Lampiran 3. Lembar Calon Sample 51

Lampiran 4. Lembar Klasifikasi CEAP 53

Lampiran 5. Daftar Responden 57

Lampiran 6. Dokumentasi 74

(14)

1.1. Latar Belakang

Di zaman moderenisasi manusia dituntut untuk lebih cekatan dan

terampil khususnya dalam dunia kerja. Zaman sekarang wanita pun dapat

berkarir sesuai dengan kemampuan yang dimiliki selayaknya pria. Masa ini

wanita dituntut untuk berpenampilan cantik dan menarik. Hal itulah yang

menyebabkan tidak jarang kita melihat wanita memakai sepatu hak tinggi

{high heels) demi menunjang karimya dalam dunia kerja.

Seperti halnya wanita yang bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG)

harus bersikap selalu ramah dan tersenyum pada siapa saja yang datang ke

tokonya. Tidak itu saja, para Sales Promotion Girl (SPG) wanita diharuskan

menggunakan high heels sekitar 5-7 cm agar terlihat menarik. Tinggi dari

sepatu hak {high heels) sangat mempengaruhi bentuk kaki, semakin tinggi

hak sepatu akan membuat perubahan bentuk pada telapak kaki saat berjalan.

Sehingga, semakin runcing bentuk high heels maka akan membuat

pembebanan yang lebih pada tumit kaki. (Suwami, 2014)

Pada Sales Promotion Girl (SPG) yang memiliki jam kerja ± 56 jam

dalam seminggu dengan 7 hari kerja. Mereka memakai sepatu high heels

selama jam kerja. Menurut hasil studi Hidayat T, dkk (2013) dalam tesis "TVit?

risk of varicose veins in standing female workers in Departement of Community Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia"

menunjukkan bahwa responden berusia 18-35 tahun, memiliki masa kerja

3-17 tahun, bekerja dalam posisi kerja banyak berdiri memiliki resiko lebih

besar menderita varises sebesar 52,3 % (53 orang) dari 111 orang responden.

(Hidayat T,dkk, 2013)

Penelitian The San Valentino Screening Project menemukan bahwa di

antara 30.000 subjek yang dinilai secara klinis dan ultrasonografi duplex,

prevalensi varises sebesar 7% dan varises dengan gejala klinis sekitar 0,86%

(Adriana C, 2012). Pada data studi Framingham juga dilaporkan bahwa

(15)

varises tungkai bawah sebanyak 394/1000 pada pria dan 519/1000 pada

wanita. Di Amerika Serikat, diperkirakan 2,5 juta orang menderita varises

tungkai bawah dan 20%-nya berkembang menjadi ulkus vena (Kartika RW,

2015).

Walaupun di Indonesia prevalensi varises belum dapat dipastikan tetapi

prevalensi varises tungkai bawah di Eropa sekitar 50 % dari penduduk

dewasa. Pada tahun 2007 dilaporkan di Eropa dan Amerika Serikat penderita

varises tungkai bawah mengenai sekitar 25-35 % pada wanita dan 15 % pada

pria. (Adriana C, 2012).

Menurut Berta Arih Kitami S,dkk (2013) dalam penelitian "Pengaruh

penggunaan sepatu hak tinggi terhadap risiko timbulnya varises pada tungkai

bawah di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado"

menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan sepatu hak tinggi terhadap

risiko timbulnya varises pada tungkai bawah (Kitami BAS,dkk, 2013).

Hal itu disebabkan, pada saat memakai sepatu hak tinggi (high heels),

otot betis (m.gastroknemius) akan terus menerus dalam keadaan tegang

sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah pada ekstermitas bawah.

Hal itulah yang menjadi faktor timbulnya gangguan pembuluh darah vena

yaitu terjadinya kegagalan katup vena untuk menutup kembali dari aliran

pembuluh darah vena. Sehingga menyebabkan vena mengalami aliran balik

yang akan menimbulkan terbentuknya bendungan dan lama-kelamaan akan

menyebabkan timbulnya varises (Kitami BAS,dkk, 2013).

Istilah varises sendiri berasal dari kata latin yaitu varicous yang berarti

vena melebar. Varises adalah perpanjangan, pelebaran, dan

berkelok-keloknya pembuluh darah vena yang disertai gangguan darah didalamnya.

Varises tungkai bawah biasanya terjadi pada orang yang menghabiskan

hari-harinya dalam keadaan berdiri. Secara klinis, varises tungkai dikelompokkan

atas varises trunkal, varises retikulat dan varises kapilar (Sjamsuhidajat, de

(16)

Berdasarkan angka kejadian terjadinya varises tungkai bawah dan juga

di Indonesia tepatnya di Kota Palembang belum ada yang meneliti tentang

hubungan varises dengan sepatu hak tinggi. Maka, peneliti ingin melakukan

penelitian tentang "Hubungan Penggunaan Sepatu Hak Tinggi (High

Heels) pada Sales Promotion Girl (SPG) Terhadap Timbulnya Varises

Tungkai Bawah".

1.2. Rumusan Masalah

Apakah ada hubungan memakai sepatu hak tinggi (high heels) terhadap

timbulnya varises tungkai bawah pada Sales Promotion Girl (SPG) ?

1.3. Tujuan

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui hubungan memakai sepatu hak tinggi {high heels) terhadap

timbulnya varises tungkai bawah pada Sales Promotion Girl (SPG).

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan varises tungkai bawah.

2. Mengetahui apakah sepatu hak tinggi {high heels) dapat menimbulkan

varises tungkai bawah,

3. Mengetahui apa saja dampak dari penggunaan sepatu hak tinggi {high

heels) jangka panjang terhadap timbulnya varises tungkai bawah pada

Sales Promotion Girl (SPG).

1.4. Manfaat

1.4.1. Manfaat Akademik

1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan juga untuk

memperluas ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kesehatan Bedah dan

untuk memberikan data ilmiah tentang pengaruh sepatu hak tinggi {high

(17)

1.5. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1. Keaslian Penelitian

Nama Judul Desaian Hasil

Penelitian Penelitian

Rrpthn Arih

C B U C l ZH 1 1 1

Cm?? PpTipliliflTi ini mt^niiniiikkan

Kitami S. Penggunaan sectional secara statistik ditetapkan

Maha S.H.R Sepatu Hak bahwa terdapat pengaruh

Ticoalu Tineei penggunaan sepatu hak

,Djon Terhadap tinggi terhadap risiko

Wongkar Risiko timbulnya varises pada

Tim hill nva tiinpkai bawflh dpnpan P —

L L U l ^ l V U I L f U V V C U l v i W l l f ^ ^ i l 1 1 t

V al loCa n 0001

0,0001.

Pada Tungkai

r» 1

Bawah

Putri Hubungan Cross Penelitian ini menunjukkan

Satriani Masa Kerja secctional secara statistik menggunakan

Agustina Dengan chi-square. Hasil yang

Terjadinya d idapatkan pada h u bungan

Varises masa kerja dengan terjadinya

Tungkai varises tungkai bawah

Bawah Pada diperoleh P -0,00! (<0,05).

Pengemudi

Bus Di

Terminal

(18)

2.1.1. Varises tungkai bawah A. Definisi

Varises adalah pemanjangan, pelebaran, dan berkelok-keloknya

pembuluh darah vena yang disertai gangguan sirkulasi darah di

dalamnya. Istilah saphena berasal dari bahasa Yunani safes, artinya

mudah terlihat atau jelas, sesuai dengan keadaannya di tubuh

(Sjamsuhidajat, de jong. 2010). Varises merupakan adanya dilatasi

vena, yang biasanya disertai vena yang memanjang dan

berkelok-kelok (Price, 2005).

B. Anatomi dan fisiologi ekstremitas tungkai bawah

1. Anatomi

Sistem vena pada tungkai terdiri dari komponen vena

superflsialis, vena profunda dan vena perforantes

(penghubung) (Price,2005).

Binding vena terdiri dari tiga lapis yaitu;

1. Lapisan terluar terdiri atas jaringan ikat fibrous, disebut

sebagai tunika adventisia

2. Lapisan yang kedua atau tengah yang disebut sebagai

Tunika Media. Lapisan tengah pada vena berotot lebih

tipis, kurang kuat, lebih mudah mengecil dan kurang

elastis dari pada arteri.

3. Lapisan yang dalam disebut sebagai endotelium atau

tunika intima.

(19)

CO M P A R I S O N O F AR T E R I E S. CA P I L L A R I E S , A N D V E I N S

Mety

(Vilcklunlca media) J)^n>wnsj5!alf»«hrlhicklunlca adwenWa) Gambar 2.1. Pembuluh darah vena dan arteri

Sumber: www.xamthonemedicine.com

Antenor accessory tnbutary.

Pembuluh darah pada ekstremitas bawah merupakan

vena yang terdiri dari vena-vena superfisial dan sistem vena

lainnya yang bergabung menjadi vena perforator. Vena

terdiri dari banyak katup dengan banyak percabangan yang

dimana pada tiap cabangnya memperlihatkan variasi yang

khas di lokasi vena tersebut.

Saplienofemorat

Irter-saphenous

Poplteal Posiefior accessory Inbulary ot great saphenous vein Interior vena cava CoiTtnton Kacvein. External Aac vein. Common i j . ^ (emoral vein - - /T a

Deep f[

t0mH3i

vem

• internal iliac vein - Great saphenous

vet

Femoral vein PopMeal vem I vem

I ^Posterior bbm . ' perioratois

•Small saphenous vein

S i ^ v e m

Gambar 2.2. Vena Ekstremitas Bawah

(20)

Vena saphena magna merupakan vena terpanjang di

tubuh, mulai dari kaki sampai ke fossa ovalis dan

mengalirkan darah dari bagian medial kaki serta sisi medial

tungkai. Vena ditemukan bercabang pada 10% pasien.

Percabangan ini biasanya berasal dari lengkungan kaki

belakang dan biasanya ditemukan dari bagian anterior

sampai ke bagian medial malleous pergelangan kaki. Vena

saphena magna terletak di atas betis tepatnya berada di

bawah fascia superfisial (Doherty GM,dkk. 2010).

Vena ini merupakan gabungan dari dua percabangan

vena yaitu vena anterior yang melewati tibia dan vena

posterior yang dimana berada di posterior sampai bagian

medial malleous disamping a.libialis posterior. Kemudian

vena saphena magna berjalan melalui fossa ovalis yang

kemudian berubah menjadi vena femoralis (Doherty

GM,dkk. 2010).

Saphenafemoral junction merupakan penggabungan

dari empat atau lima cabang dari vena saphena yang terdiri

atas, v.iliaka superfisial sirkumfleksa, v.pudenda ekstema,

v.epigastrika superfisial dan aksesoris dari v.saphena media

dan lateral. Bagian vena lainnya merupakan gabungan dari

vena saphena magna ke percabangan vena sampai ke

n.femoralis (Doherty GM,dkk. 2010).

Vena ini merupakan vena yang paling sering

menderita varises tungkai bawah. Menurut Lofgren dan

Rivlin vena saphena magna 5-6 kali sering terkena varises

tungkai bawah dibanding vena saphena parva. Di tungkai

bawah vena saphena magna berdampingan dengan saraf

kulit cabang yaitu nervus femoralis yang mensarafi

permukaan medial tungkai bawah (Faiz O & Moffat D.

(21)

berkontraksi. Peningkatan volume darah di akomodasikan

dengan meningkatnya kapasitas vena, yang mana diatur

oleh kontraktilitas otot polos yang berada di bagian dinding

vena. Posisi kontraksi membuat aliran darah naik ke atas,

menggunakan tekanan hidrostatik yang sama dengan jarak

dari ujung kaki ke atrium kanan (sekitar 100-120 mmHg)

(Doherty GM,dkk. 2010).

Tekanan hidsrostatik harus diatur agar tidak terjadi

aliran balik bagian kaki dan mengalirkan vena ke jantung.

Beberapa aspek dari sistem vena memungkinkan

pergerakan aliran darah melawan gaya gravitasi. Karena

sirkulasi vena merupakan sistem tertutup, aliran balik vena

berpengaruh pada sirkulasi arteri dan tekanan intrathoraks

negatif yang terbentuk selama inspirasi (Doherty GM,dkk.

2010).

Katup vena yang mengalami insufisiensi membuat

terjadinya aliran balik sehingga terjadi gangguan sirkulasi

dari vena superfisial ke sistem dalam vena. Tekanan

hidrostatik dapat berkurang akibat kurangnya stimulasi dari

pembukaan katup. Vena soleus merupakan komponen

utama menuju sistem vena. Ketika otot berkontraksi selama

latihan, tidak adanya cadangan darah dari sinusoid ke vena

dalam bagian betis dan kaki. Terjadi peningkatan kecepatan

aliran darah sampai ke betis, seperti dianalogikan asap akan

ke atas yang tertiup oleh angin melewati cerobong asap

(22)

Vena saphena parva berasal dari vena superfisial

dorsalis yang terletak pada bagian lateral malleous

pergelangan kaki dan berada di garis tengah bagian

posterior betis yang kemudian naik ke bagian belakang lutut

lalu menjadi v.popliteal (Doherty GM,dkk. 2010).

Vena bagian dalam terhubung dengan rangkaian

arteri. Dua atau tiga v.komitans tergabung di setiap

a.tibialis. Pada bagian lutut vena yang memiliki kapasitas

tinggi tergabung menjadi v.popliteal, yang mana berlanjut

ke proksimal menjadi vena femoralis (Doherty GM,dkk.

2010).

Pada bagian ligamentum inguinal, v.femoralis dan

v.profunda bergabung ke media menuju a.femoralis ke

v.femoralis. Bagian proksimal ligamentum inguinal, yang

mana v.femoralis menjadi v.iliaka ekstema. Sedangkan

pada bagian pelvis, v.iliaka ekstema dan interna bergabung

menjadi v.iliaka komunis lalu menjadi v.cava inferior

(Doherty GM,dkk. 2010).

Vena perforantes (penghubung) adalah vena yang

menghubungkan vena superflsialis ke vena profunda, yaitu

dengan cara langsung menembus fascia. Vena ini

mempunyai katup yang mengarahkan aliran darah dari vena

superfisial ke vena profunda. Bila katup ini tidak berfungsi

(mengalami kegagalan) maka aliran darah akan terbalik

sehingga tekanan vena superfisial makin tinggi dan varises

dengan mudah terbentuk (Faiz O & Moffat D. 2004).

2, Fisiologi

Pengetahuan anatomi dari vena ekstremitas bawah

merupakan bagian penting untuk dipahami dalam fisiologi

vena. Volume darah ekstremitas bawah dapat meningkat

(23)

C . Prevalensi

Varises tungkai bawah lebih sering terjadi pada wanita daripada

pria. Prevalensi varises tungkai bawah di populasi barat usia lebih dari

15 tahun adalah 10-15% pada pria dan 20-25% pada wanita.

Prevalensi di Amerika Serikat adalah 15% pada pria dan 25-35% pada

wanita. Dilaporkan varises tungkai bawah lebih tinggi pada ras

Hispanik (26,3%) dibandingkan dengan ras Asia (18,7%) (Adriana C,

2012).

Dari penelitian Hirai,dkk di Jepang didapatkan sebanyak 42%

pasien varises tungkai bawah dengan adanya riwayat keluarga dan

sebanyak 14% pada pasien varises tungkai bawah tanpa riwayat

keluarga. Insiden varises tungkai bawah meningkat seiring

bertambahnya usia. Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris,

prevalensi pada penderita usia 40 tahun adalah 22% sedangkan pada

usia 50 tahun adalah 35% dan pada usia 60 tahun adalah 41%. Di

Indonesia, belum ada angka yang pasti mengenai insiden terjadinya

varises tungkai bawah. (Adriana C, 2012)

D. Faktor Predisposisi

Ada sejumlah faktor prediposisi perkembangan varises tungkai

bawah, yaitu:

1. Genetik

Kecenderungan familial sudah diketahui, agaknya

kelemahan dinding pembuluh darah yang bersifat

diturunkan. (Price, 2005)

2. Peningkatan tekanan hidrostatik dan volume darah pada

tungkai

Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan

tekanan hidrostatik dan volume darah pada tungkai,

misalnya berdiri terlalu lama atau kehamilan. Ikut

berperan dalam timbulnya dilatasi vena. Hal tersebut

(24)

kali lebih besar, sehingga vena akan teregang di luar batas

kemampuan elastisitasnya sehingga terjadi insufisiensi

katup (Price, 2005).

3. Usia dan jenis kelamin perempuan

Pada usia dekade ke-2 sampai ke-4 banyak dijumpai

5-6x perempuan lebih sering terkena varises tungkai

bawah dari pada laki-laki. Hal itu disebabkan proses

aterogenesis dimulai dari usia remaja akhir (17-25 tahun),

selanjutnya 10-20 tahun kemudian terbentuklah

aterosklerosis pada usia tertentu. Banyaknya timbunan

aterosklerosis ini akan menyebabkan pembuluh darah

kaku dan elastisitasnya berkurang (Karim MIBA, 2010).

4. Kegemukan atau obesitas, terutama pada perempuan,

Menurut WHO, obesitas merupakan adanya

kelebihan lemak dalam tubuh. Kelebihan berat badan

(overweight) dan obesitas didefinisikan sebagai lebihnya

akumulasi lemEik yang dapat mempengaruhi fisiologi

pembuluh darah dimana obesitas dapat menyebabkan

pembuluh darah menjadi kaku dan elastisitasnya menjadi

berkurang (Karim MIBA, 2010).

5. Pengguna pil atau suntikan hormon dalam program

keluarga berencana.

Estrogen menyebabkan relaksasi otot polos dan

perlunakan jaringan kolagen sehingga meningkatkan

distensibilitas vena. Selain itu, dapat peningkatan

peermeabilitas kapiler dan edema.

Sedangkan progresteron, dapat menyebabkan

penurunan tonus vena dan peningkatan kapasitas vena

sehingga dapat menginduksi terjadinya stasis vena, hal ini

disebabkan karena adanya hambatan pada aktomiosin

(25)

penderita yang mendapat terapi hormonal. (Fowkes FGR,

dkk. 2001)

E . Etiopatogenesis

Patofisiologi terjadi varises tungkai bawah pada dasamya dibagi

menjadi 4 faktor yang dapat saling tumpang tindih yaitu (Jong W,

Sjamsuhidajat R, 2005)

1. Peningkatan tekanan vena profunda

2. Inkompetensi katup primer

3. Inkompetensi katup sekunder

4. Kelemahan fasia

(Adriana C, 2012)

Normal Closed Valve Normal Open Valve Leaky Valve

Gambar 2.3. Pembuluh darah vena

Sumber: www.eprints.ums.ac.id.

Keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan peningkatan

tekanan vena profunda adalah peningkatan tekanan intra abdomen

(keganasan abdominal, ascites, kehamilan), inkompetensi vena

sapheno femoral, inkompetensi katup vena perforantes, obstruksi vena

intraluminal. Kembalinya darah yang efisien ke jantung tergantung

pada fungsi sistem vena profunda. Pada saat berdiri tekanan pada

pergelangan kaki meningkat sekitar 100-140 mmHg, selanjutnya akan

turun sekitar 40% ketika berjalan atau beraktifitas (Adriana C, 2012).

Kontraksi otot betis (m.gastroknemius) dapat menghasilkan

(26)

seolah-olah diperas dari sinusoid vena otot dan vena disekitamya sehingga

terjadi peningkatein vena profunda. Kontraksi m.gastrocnemius bisa

menyebabkan tekanan vena profunda meningkat sampai 200 mmHg

atau lebih (Jong W, Sjamsuhidajat R, 2005).

Bila terjadi inkompetensi katup yang mempakan akibat dari

berdiri terlalu lama, maka tekanan tersebut dapat menyebabkan aliran

darah berbalik dari vv.profunda ke w.superfisial, sehingga setiap

gerakan otot akan semakin menambah jumlah darah kearah v.

profunda dan v. superfisial, akibatnya terjadi peningkatan tekanan

vena dan gangguan mikrosirkulasi yang dapat menyebabkan

terjadinya varises tungkai bawah apabila keadaan tersebut terus

berlanjut (Jong W, Sjamsuhidajat R, 2005).

A l i m n d u r u h v S u p c r v is l u l l s

D i u l i r k u n i c h i h t>csur

l l u r t i h p r u v u m i u D i u l i r k u n

i c h i h t>csur

K - u i u h v-enu | l l u r t i h p r u v u m i u D i u l i r k u n

i c h i h t>csur

l l u r t i h p r u v u m i u

Gambar 2.4. Patofisiologi varises tungkai bawah

Sumber: www.repository.usu.ac.id

F . Hubungan sepatu hak tinggi (high heels) dengan varises tungkai bawah

Varises biasanya dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya

yang paling sering nampak pada tungkai bawah dan kaki, dimana

varises menyerang orang yang biasa berdiri terlalu lama dan apalagi

(27)

Secara biomekanis, penggunaan alas kaki dengan hak tinggi

mengakibatkan kaki melorot ke depan dan mengakibatkan tekanan

yang besar di bagian metatarsal kaki (bagian kaki sekitar jari).

Akibatnya tungkai kaki terus dalam keadaan menjinjit, sehingga

postur tubuh bagian atas berubah demi menjaga kesetimbangan

dengan membuat tulang belakang semakin tegak (Kitami BAS,dkk,

2013).

• P O S T j n c

HICM H E E L E D i h o e , p l a c e t h e h e e l s u n n a i u r a l l y a b o v e t h e t o e s a n d t h r o w y o u r w h o l e tMXty — y o u r h i p s , s n o u k t e r s . Isacti a m t s p i n e — t o t a l l y o u t o l a l t p n m e n l . I n t h e l o n g - r u n t h i s c a n c a u s e s e v e r e t o w e r t i a c l i a n d l e g p a i n . • P R F S S . J ^ E

THE r i l g h e r t h e n e e l . t h e m o r e p r e s s u r e t h e r s f l s o n I f e T o n t o l l O e l o c t t ( t h e p e r c e n t a g e I n c r - e e s e tzan P e s e e r i p e f o w > . O v e r l o n g per^octs t h i s c a n c a u s e b r u i s i n g a n d t t w p . ' o b l e m s k l o r u i r i e c l o n tths p a g e .

ii'i

T&Xx 5 7 %

• A N K L t ( " ^ J U H I t S H I G H h u e l s a n e c t y o u r b a l a n c I n c r e a s e y o u r c h a n c e o l tal p a n i c u l a r l y H y o u a r e o l d e r o v e r w e i g h t . I n j u r i e s c a n I n c s p r a i n e d o r b r o u e n a n k l e s . • B A L I ( J - T H E h O t J I w e A n i H O niqh n e e i s c a u s e s m o s t o l y o u r b o d y w e i g h t t o l i e p u s h e d t<jh.vard o n to m e tsall o l t h e t o o l , l l i l s c a n l e a d t o a c o n d i t i o n c a d e d m e t a t a r s M g l a — p a i n I n m e a r e a o l t h e loot just t s e i o r e t h e ttses. A g e i n c r e a s e s y o u r susceptlblNtv.

• I Hi ^ N E E T E r r r a s C i a r o u n d an St i i e t t o s m r t s w s t h e b o d y ' u i - w o r d a n d p u t s I n c r e a s e d p r e s s u r e o n t h e nsldo o l m e k n e e — one s t u d y l o u r v l t h e p r e s s i a r e w a s u p t o 2b p e r c e n t g r e a t e r . This c o n leoll to di'Ihi Ills, m e paiiiful t l e g e n o n a t i v e Joint d i s e a s e . In t h e k n e e . - • T - I L C A L ^

M U S C L E S I n t h e c a l t n a t u r a l l y c o n t r a c t w h e n y o u w a l k In h i g h h e e l s . I t o w e v e r , l o n g - t c

call ' the s h o r t e n a n d t i g h t e n p e r m a n e n t l y — l o a d i n g t o p a i n i n t h e b a l l o l t h e f o o t , o r k n e e . M p o r b a c k p n l n .

« A C H I ! 1 F S T F K D O N

H E E L S p u t p r e s s u r e o n t h e AChHies lendOM — c a u s i n g K t o s h o r t e n a n d t i g h t e n . If y o u w e a r h e e l s c o n s t a n t l y , t h i s c a n o c l u a i l y s h o r t e n t h e t e n d o n p e r m a n e n t t y . s o t h a t

w h e n w h e n voti w e a r flat s h o e s t h e t c n i S o n b e c o m e s

s t r e t c h e d a n d i n n a m m c d . k n o w n a s t e n d i n i t i s .

r PUK'^ BUMP A L S O k n o w n « M a g l u n d ' s d c l o r m t t v . t h i s Is a b o n y e n l a r g e m e n t o n u s e b a c k o l t h e h e e l . II Is c a u s e d b y s t r a p s a n d t h e r i g i d b a c k s o l p u m p - s t y l e s h a « ( h o n c o t h e B a f n e > r u b b i n g a n d i r r i t a t i n g t h e h e e l .

• H A M r . l - " n T O ~ S

S Q U E E Z I N G f e e l I n t o I M - h t l I n g h i g h h e e l s c a n c a u s e t h e t o e s t o c u r l u p t o h t t h e f o o t w e a r . E v c n t u a N y t h e t o e s , b u t u s u a t l y t h e s e c o n d o n e . b e c o m e s o m l s s h a p e t i t h e y c a n ' t b e s l r a l g b t e n e d — e v e n w h e n n o t w e a r i n g s h o e s .

Gambar 2.5. Hubungan High Heels dengan Varises

Sumber: www.99graus.com.br

Pada keadaan menjinjit juga dapat menyebabkan peningkatan

tekanan darah dari ekstremitas bawah yang dimana ketika seseorang

dalam keadaan berdiri secara fisiologis akan terjadi peningkatan

(28)

otot-otot betis menjadi tegang. Hal tersebut otot-otot betis semakin

berkontraksi untuk menghasilkan tekanan yang lebih tinggi. Tekanan

darah yang meningkat itulah yang membuat terjadinya kegagalan

penutupan katup pada pembuluh darah vena. Sehingga, seseorang

yang memakai sepatu hak tinggi {high heels) beresiko lebih besar

mengalami varises tungkai bawah (Kitami BAS,dkk, 2013). .

Casey Kerrigan, seorang profesor medis dan rehabilitasi di

Universitas Virginia, USA, juga telah melakukan studi tentang bahaya

sepatu hak tinggi bagi kesehatan sejak tahun 1990-an. Hasilnya, selain

dapat menyebabkan sakit punggung dan nyeri pada kaki, penggunaan

sepatu hak tinggi juga menyebabkan wanita menderita nyeri lutut dua

kali lebih banyak dari laki-laki. Riset yang dilakukan Dr. Kerrigan

menunjukkan memakai stilleto menyebab-kan tekanan pada lutut dan

pinggul meningkat 25% setiap kali melangkah(Kitami BAS,dkk,

2013).

G. Klasifikasi varises tungkai bawah

Klasifikasi CEAP merupakan klasifikasi diagnosis yang

dianggap paling lengkap saat ini untuk mengetahui keadaan penyakit

vena dengan tepat dan terperinci. Klasifikasi yang mutakhir ini

merupakan konsensus yang dibuat oleh komisi ad hoc pada pertemuan

tahunan ke-6 American Venous Forum, di Maui, Hawaii, pada tanggal

22-25 Febuari 1994. Sejak 1994, dimulailah pelaporan kelainan vena

dengan menggunakan klasifikasi tersebut dan merupakan kewajiban

yang standar untuk menggunakannya pada setiap tulisan ilmiah.

(29)

Tabel 2.1. Klasifikasi CEAP

c (Clinical classes) Tanda-tanda klinis class 0-6, A - Asimtomatis,

S = Ada 5v/M/?/om/gejala

E (Etiology) Ec = Kongenital Ep = Primer

Es = Sekunder

A (Anatomical Segments) Distribusi anatomi, yaitu

superfisial, profundus (deep

veins), perforator (perforating veins)

P (Pathophysiology) Pr = Refluks Po = Obstruksi

Pr,0 = Kombinasi

Tabel 2.2. Klasifikasi Klinis C 0-6

KlasO Tidak tampak dan teraba tanda-tanda penyakit vena,

tetapi ada keluhan subyektif dari pasien.

Klas 1 Telangiektasia (vena kecil terletak intradermal,

berdiameter kurang dari 1 mm, tidak teraba menonjoi,

berwama merah atau biru, vena retikularis (sub-dermal,

diameter lebih dari 3mm.

Klas 2 Terjadi varises (varicose vein), vena melebar,

berkelok-kelok, teraba menonjoi, diameter lebih dari 3 mm.

Klas 3 Terdapat pembengkakan (edema) tanpa perubahan kulit

(tanpa pigmentasi), tanpa ada tanda dermatitis.

Klas 4 Tampak perubahan kulit

Klas4A Pigmentasi, dermatitis / eksim vena (venous eczema).

Pigmentasi dapat terjadi di atas maupun di bawah dan

(30)

gelap diduga disebabkan oleh respon inflamasi yang

dipengaruhi oleh transforming growth factor tersebut

muncul akibat hasil penguraian hemosiderin.

Klas 4B Lipodermatosklerosis atau dan atrophic blanche.

Kelainan lipodermatosklerosis tersebut memperlihatkan

pada palpasi adanya penebalan kulit dan subkutan

sedemikian rupa sehingga tampak solid dan mengeras.

Atrophic blanche menunjukkan gambaran kulit pucat, atrofi, dikelilingi oleh dilatasi kapiler-kapiler atau

pigmentasi. Lipodermatosklerosis dan atrophie blanche

merupakan gejala awal yang mengarah ke predisposisi

akan terjadinya ulcus.

Klas 5 Perubahan seperti pada klas 4 disertai ulcus yang sudah

sembuh {ulcus tampak kering), mengecil ukurarmya,

tertutup krusta, tanpa tepi yang kemerahan, tanpa edema

pada tepi ulcus.

Klas 6 Perubahan seperti pada klas 5 disertai ulcus yang masih

aktif (basah, tepi kemerahan, edema pada ulcus,

cenderung melebar ukurannya).

Klasifikasi A {Anatomical segments) :

Nomor segmen vena tungkai bawah

Vena superficial:

1. Vena saphena magna,

2. Vena saphena magna: di atas lutut,

3. Vena saphena magna: di bawah lutut,

4. Vena saphena parva,

5. Bukan vena saphena {Non venous vein).

Vena dalam {Deep veins)

6. Vena cava inferior,

(31)

8. Vena iliaka interna,

9. Vena iliaka ekstema (v.hipogastrika),

10. Vena dalam rongga pelvis, gonad, ligamentum rotundum

dan lainnya,

11. Vena femoralis komunis,

12. Vena femoralis profundus,

13. Vena femoralis superflsialis,

14. Vena poplitea,

15. Vena daerah kruris: v. tibialis anterior, v. tibialis posterior,

V. peroneus,

16. Vena muskularis: gastrocnemius, solid, dll.

Vena perforantes

17. Daerah femoralis,

18. Daerah kruris.

(Yuwono HS, 2010)

Terdapat pula klasifikasi varises berdasarkan penyebab, yaitu :

1. Varises primer adalah kelemahan struktur herediter dari

dinding pembuluh darah. Dilatasi dapat disertai gangguan

katup vena karena daun katup tidak mampu menutup dan

menahan aliran refluks. Varises primer cenderung terjadi

pada vena-vena superflsialis karena kurangnya dukungan

dari luar atau kurangnya tahanan dalam jaringan subkutan.

(Price. 2005).

2. Varises sekunder adalah gangguan pembuluh darah vena

profunda yang timbul kongenital atau didapat,

menyebabkan dilatasi vena-vena superflsialis, saluran

penghubung, atau kolateral. Misalnya, kerusakan katup

vena pada sistem vena profunda akan mengganggu aliran

darah menuju jantung; stasis yang timbul dan penimbunan

(32)

Jika katup vena penghubung atau penyambung tidak

berfungsi dengan baik, maka peningkatan tekanan sirkuit

vena profunda akan menyebabkan aliran balik darah ke

dalam vena penghubung. Darah vena akan dipirau ke vena

superflsialis dari vena profunda, hal ini merupakan faktor

predisposisi timbulnya varises sekunder pada vena-vena

superflsialis. Pada keadaan ini, vena superflsialis

berfungsi sebagai pembuluh darah kolateral untuk sistem

vena profunda. (Price, 2005)

H. Gejala klinis

Manifestasi klinis tersering dari varises vena adalah gangguan

kosmetik. Gejala klinis dari varises timgkai bawah yang dapat

dirasakan pada penderita antara lain :

1. Nyeri di kaki setelah berdiri lama, yang akan membaik

jika kaki diangkat lebih tinggi dari posisi jantung, atau

dengan duduk berselonjor.

2. Kaki terasa berat, dan kadang-kadang ada bengkak di

telapak kaki.

3. Muncul guratan seperti cacing berwama coklat kebiruan

4. Perasaan kaku dan sering kram pada betis

Varises tungkai bawah primer dapat menimbulkan nyeri tumpul

ringan pada tungkai, temtama menjelang malam. Rasa tidak nyaman

biasanya berkurang dengan mengangkat kaki dan memakai kaus kaki

penahan elastis. Rasa tidak nyaman karena varises tungkai bawah

sekunder cenderung lebih berat. Diagnosis varises tungkai bawah

mudah dilakukan dan didasarkan pada observasi dan palpasi vena

(33)

Secara gejala klinis, varises tungkai bawah dikelompokkan

menjadi 3 bagian yaitu :

1. Varises trunkal

Varises trunkal merupakan varises tungkai bawah

yang menyerang vena saphena magma dan vena saphena

parva, diameter lebih dari 8 mm, wama bim-biru

kehijauan. (Jong W, Sjamsuhidajat R, 2010).

2. Varises retikular

Varises retikular merupakan varises tungkai bawah

yang menyerang cabang vena saphena magna atau vena

saphena parva yang umumnya kecil dan berkelok hebat,

diameter 2-8 mm, wama bim kehijau-hijauan. (Jong W,

Sjamsuhidajat R, 2010).

3. Varises kapilar

Varises kapilar mempakan varises kapiler vena

subkutan yang tampak sebagai kelompok serabut halus

pembuluh darah, diameter 0,1-1 mm, wama merah, atau

sianotik (jarang) (Jong W, Sjamsuhidajat R, 2010)

I. Tatalaksana

Kebanyakan terapi varises dilakukan atas indikasi kosmetik.

Indikasi medis, misalnya bempa keluhan kaki berat atau sakit jika

berdiri lama. Perdarahan, pembahan kulit hipotrofik, dan

tromboflebitis superflsialis mempakan indikasi medis lain. (Jong W,

Sjamsuhidajat R, 2010)

Penanganan varises tungkai bawah dapat bempa konservatif

(non bedah) dan/atau pembedahan, tergantung keadaan penderita serta

berat ringannya penyakit. Penanganan ditujukan bukan hanya untuk

menghilangkan keluhan, memperbaiki fungsi vena, perbaikan

kosmetik, dan mencegah komplikasi, tetapi juga untuk memperbaiki

(34)

yang mengganggu secara kosmetik. Terapi ini juga akan

menghilangkan keluhan nyeri dan rasa tidak nyaman serta

mencegah komplikasi seperti phlebitis yang kambuhan

dan ulserasi (Adriana C, 2012).

Penyuntikan larutan (sklerosan) ke dalam vena

menyebabkan iritasi tunika intima dan merusak lapisan

endotel, sehingga menyebabkan trombosis, endosklerosis,

dan fibrosis pembuluh darah yang selanjutnya diserap

oleh jaringan sekitamya tanpa terjadi rekanalisasi.

Sklerosan dapat digolongkan dalam 3 jenis, yaitu :

1. Larutan deterjen (polidokanol),

2. Larutan osmotik/hipertonik (larutan garam

hipertonik atau kombinasi dengan gula hipertonik),

3. Larutan iritan kimia (polyiodide iodide)

Skleroterapi dilakukan untuk telangiektasis, varises

retikular, varises persisten atau rekuren paska bedah serta

varises pada penderita lanjut usia (Adriana C, 2012).

Kontra indikasi skleroterapi pada varises tungkai

bawah adalah obstruksi berat pada tungkai, riwayat

trombosis vena profunda, penyakit pembekuan

darah.Sedangkan kontra indikasi relatif adalah kehamilan,

penderita imobilisasi, diabetes, obesitas, urtikaria, dan

dugaan alergi terhadap sklerosa (Adriana C, 2012).

Efek samping yang mungkin timbul adalah

urtikaria, hiperpigmentasi, dermatitis kontak, folikulitis,

anyaman telangiektasis, lepuh, erosi, memar di sekitar

suntikan, dan rasa nyeri. Komplik yang lebih serius tetapi

jarang adalah nekrosis kulit, ulkus, mikrotrombus,

hematom intravaskular, tromboplebitis superflsialis,

trombosis vena profunda dengan emboli paru, anafilaksis

(35)

3. Terapi pembedahan

Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita

varises tungkai bawah dengan varises ukuran besar,

varises pada tungkai atas sisi medial atau anterior, adanya

komplikasi statis (pigmentasi, dermatitis, ulkus),

simtomatik, dan insufisiensi perforantes (Adriana C,

2012).

Tuj uan metode pembedahan adalah untuk

menghilangkan gejala, mengurangi atau mencegah

komplikasi, memulihkan fisiologi vena, dan memperbaiki

penampilan (kosmetik).

Kontraindikasi tindakan pembedahan adalah usia

lanjut atau keadaan umum buruk, berat badan berlebihan,

tromboflebitis aktif, tukak vena terinfeksi, kehamilan,

sumbatan arteri menahun pada tungkai bersangkutan, dan

tumor besar intra abdomen (Adriana C, 2012).

Komplikasi tindak bedah pada varises tungkai

bawah adalah perdarahan, infeksi, edema tungkai,

kerusakan saraf kulit (n. saphena atau n. suralis), limfokel,

dan trombosis vena profunda. Infeksi berat dapat terjadi

pada bekas saluran "stripper". Untuk mencegah edema

tungkai dianjurkan memakai kaos kaki elastis selama dua

bulan pasca bedah. Limfokel terbentuk karena saluran

limfe terpotong saat operasi, pengobatannya cukup

dengan aspirasi. Trombosis vena dalam dapat berakibat

fatal (Adriana C, 2012).

4. Terapi laser / Endovenous Laser Therapy (ELT)

Endovenous Laser Therapy (ELT) adalah terapi

untuk varises tungkai bawah dimana serat optik

(36)

dan sinar laser (biasanya di bagian inframerah dari

spektrum) diarahkan ke bagian dalam pembuluh darah.

Terapi ini lebih tidak menyakitkan dibanding vein

ligation and stripping, menggunakan anestesi lokal serta memiliki waktu pemuHhan yang lebih pendek. Selain itu,

laser adalah pilihan yang baik untuk mengobati pembuluh

yang resisten terhadap skleroterapi (Adriana C, 2012).

Kontraindikasi ELT adalah pasien yang sedang

hamil atau menyusui, sistem vena dalam tidak memadai

untuk mendukung aliran balik vena setelah terapi,

disfungsi hati atau alergi yang mustahil menggunakan

anestesi lokal, sindrom hiperkoagulabilitas berat, refluks

vena skiatik.

Komplikasi yang dapat timbul adalah perforasi

vena, trombosis vena dalam, ekimosis, hiperpigmentasi

dan reaksi alergi (Adriana C, 2012).

J . Komplikasi

Hipertensi vena persisten akan mempengaruhi fungsi kapiler,

tekanan trans mural dan intra mural meningkat, mendorong cairan,

elektrolit dan eritrosit keluar memasuki jaringan sehingga terjadi

edema dan hiperpigmentasi. Kapiler mengalami dilatasi dan

penurunan kecepatan aliran darah, hal ini mempengaruhi adhesi

leukosit (neutrofil) pada mikrosirkulasi dan venula post kapiler,akibat

leukosit akan terperangkap pada endotel dan teraktivasi sehingga

melepaskan radikal bebas, enzim proteolitik dan sitokin, di samping

itu fibrin perikapiler akan menjadi barier terhadap difusi oksigen dan

nutrisi lain. Semua keadaan ini menyebabkan kerusakan jaringan

berupa hipoksia, iskhemi, nekrosis lemak, pigmentasi kulit, dan ulkus

(37)

.2. Sepatu Hak Tinggi {High heels)

A. Definisi

Sepatu hak tinggi {high heels) adalah sepatu yang memiliki hak

belakang runcing di atas 5 cm. Sepatu hak tinggi {high heels) dapat

membuat tingkat percaya diri seseorang menjadi lebih baik dan

berguna untuk memperindah bentuk arsitektur tubuh. Memakai sepatu

hak tinggi {high heels), semuanya adalah tentang estetika. Mereka

tidak saja akan membuat anda terlihat lebih tinggi, namun mereka

dapat membuat kaki anda terlihat lebih panjang, lebih anggun, dan

lebih feminim. Setiap wanita pada hakikatnya pasti tertarik memakai

high heels (Riyadi T. dkk, 2013).

Ada beberapa alasan mengapa kaum wanita tertarik untuk

menggunakan high heels diantaranya yaitu,:

1. Sepatu hak tinggi {high heels) membuat wanita terlihat

lebih tinggi.

Hak tinggi yang terdapat pada high heels akan

membantu para wanita menjadi lebih tinggi. Dengan

mengangkat posisi tumit beberapa sentimeter lebih atas

akan membuat mereka tampak lebih tinggi dari biasanya.

2. Sepatu hak tinggi {high heels) dapat menarik perhatian

Para wanita yang memakai high heels merasa bahwa

mereka sedang menjadi pusat perhatian. Biasanya pria

selalu tertarik dengan wanita yang memakai high heels

dan rekan wanita lainnya akan memuji high heels milik

satu sama lain.

3. Sepatu hak tinggi {high heels) dapat meningkatkan rasa

percaya diri

Wanita akan merasa lebih percaya diri dengan

memakai high heels. Hal ini disebabkan oleh beberapa

alasan. Pertama, high heels dapat membuat pakaian yang

(38)

wanita lebih agresif, sehingga ia merasa begitu percaya

diri.

Sepatu hak tinggi {high heels) membuat kaki menjadi

tampak menakjubkan

Salah satu hal menakjubkan yang dapat diciptakan

oleh high heels adalah membuat kaki wanita terlihat

bagus. Pemakaian high heels ini akan membuat kaki

wanita tampak lebih tinggi dan lebih langsing. Bukan

hanya tampak lebih seksi, tapi juga high heels dapat

mengangkat otot kaki.

Sepatu hak tinggi {high heels) dapat mempercantik

pakaian

Dengan memakai high heels, wanita akan tetap

tampil cantik meskipun hanya memakai kaos dan jeans,

high heels memberikan sentuhan feminin pada pakaian

wanita.

Sepatu hak tinggi {high heels) membuat wanita merasa

lebih seksi

Hanya dengan menggunakan high heels wanita akan

merasa seksi bahkan merasa lebih seksi dari orang-orang

(39)

membuat tumit kaki terangkat dan menguatkan posisi

bokong dan dada. (Riyadi T.dkk, 2013).

Gambar 2.6. Mind Mapping alasan wanita memakai high heels Sumber: www.repository.maranatha.edu.

B. Jenis Sepatu Hak Tinggi (High heels)

Menurut sejarah, sepatu hak tinggi ini dibuat sebagai pelindung

lumpur oleh masyarakat Venesia. Penggunaan sepatu hak tinggi ini

tergantung pada keperluan. Semakin tebal lumpur di jalan, maka

semakin lebal pula sol sepatu yang digunakan. Seiring berjalannya

waktu, sepatu ini mengalami perkembangan dengan rendah di bagian

depan dan tinggi di bagian tumit namun masih tetap bertujuan untuk

melindungi kaki dari lumpur (Pumamasari W, 2015).

Waktu demi waktu, sepatu hak tinggi mengalami modifikasi

yang cenderung bergeser mengarah kepada fashion dan pemikiran

tentang high heels pun berubah. Perempuan yang menggunakan

sepatu hak tinggi cenderung dianggap anggun. Bahkan ada yang

beranggapan bahwa semakin tinggi hak sepatu, maka semakin anggun

perempuan yang menggunakannya (Pumamasari W, 2015).

Sejak usia muda kaum wanita telah mengenai sepatu jenis ini.

Tidak dapat dipungkiri, kita semua tahu sepatu hak tinggi sudah

menjadi bagian hidup dari para wanita sejak usia muda hingga ia

(40)

pada pemakaian sepatu hak tinggi hingga usia lanjut, dan ketika

mereka menggunakan sepatu datar mereka merasa seperti berjalan

dengan kaki telanjang (Pumamasari W, 2015).

Memiliki satu atau dua pasang sepatu sepertinya tidak cukup

bagi banyak wanita - terlebih sepatu hak tinggi {high heels).

Sebenamya perasaan ini bukan sepenuhnya tanpa alasan. Terdapat

berbagai jenis sepatu hak tinggi dengan penggunaan yang

berbeda-beda. Beda penampilan, beda pula hak tinggi yang dibutuhkan

(Pumamasari W, 2015).

Berikut beberapa contoh jenis sepatu wanita yang paling umum

digunakan:

1. Stiletto

Dengan hak tinggi yang runcing dan tipis, stiletto

adalah jenis sepatu hak tinggi yang sering dianggap

menyempumakan penampilan seorang perempuan

menjadi lebih feminine dan formal, sehingga cocok

dipadu padankan dengan kemeja dan celana keija. Namun

stiletto yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan saraf

kaki terjepit. Pilihlah stiletto dengan tinggi tidak lebih dari

dua atau tiga inci.

Gambar 2.7. Stilleto

(41)

2. Wedges

Wedges adalah jenis sepatu berhak tinggi dan tebal, sehingga hak menutupi sol sepatu dari bagian depan atau

tengah hingga belakang. Wedges juga memberikan kesan

santai bagi penggunanya, sehingga lebih cocok untuk

digunakan dengan pakaian santai dibandingkan dengan

pakaian yang formal.

Gambar 2.8. Wedges

Sumber: www.download.portalgaruda.org

3. Kitten Heels

Kitten heels bukanlah sepatu hak tinggi dengan gambar anak kucing, melainkan sepatu dengan hak tinggi

yang memiliki ukuran relatif pendek, yaitu sekitar 1,5 inci.

Sepatu hak tinggi jenis ini merupakan pilihan yang aman

untuk penggunaan sehari-hari karena berkesan elegan dan

feminin, namun haknya tidak terlalu tinggi. Sepatu jenis

ini cocok untuk dikenakan di kantor, namun juga pas

untuk acara sesudah jam kantor.

Gambar 2.9. Kitten Heels

(42)

4. Platform

Bagi yang ingin menambah ketinggian hingga

beberapa sentimeter, platform adalah jawabannya.

Platform adalah jenis sepatu yang memiliki hak tinggi runcing seperti stiletto namun dengan tambahan sol tebal

pada bagian depan sepatu.

Gambar 2.10. Platform

Sumber: www.download.portalgaruda.org

5. Peeptoe Heels

Peeptoe heels adalah sepatu hak tinggi yang memiliki bagian depan terbuka, sehingga memperlihatkan

jari kaki Anda. Serupa dengan kitten hQe\s,peeptoe adalah

jenis sepatu yang cocok untuk segala acara. Peeptoe juga

cocok bagi mereka yang belum terbiasa menggunakan hak

tinggi. Bagian depannya yang terbuka memberi tekanan

yang lebih sedikit dibandingkan hak tinggi tertutup

sehingga terasa lebih nyaman.

(43)

6. Boots

Berbeda dengan peeptoe yang memiliki bagian terbuka,

boots heels adalah hak tinggi yang cenderung tertutup, karena bentuknya yang terkadang menutupi hingga di atas

mata kaki. Bagi yang suka terlihat berani dan unik, sepatu

ini cocok bagi Anda

Gambar 2.12. Boots

Sumber: www.download.portalgaruda.org

(Pumamasari W, 2015)

Sales Promotion Girl {SVG)

A. Definisi

Sales Promotion Girl (SPG) merupakan ujung tombak perusahaan untuk memperkenalkan suatu produk yang akan

ditawarkan kepada masyarakat. Mereka merupakan tangan

perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan konsumen. Sales

Promotion Girl (SPG) diibaratkan sebagai ujung tombak karena memang merekalah yang akan pertama kali melakukan kontak

langsung dengan calon pelanggan. Sales Promotion Girl (SPG) juga

berperan untuk promosi seperti memberitahukan, mengingatkan dan

membujuk pembeli dalam proses pembelian (Dewanda,dkk. 2013).

Sales Promotion Girl dibedakan menjadi dua kategori yaitu

Sales Promotion Girl (SPG) event dan Sales Promotion Girl (SPG)

regular, perbedaan tersebut terletak pada sistem kerjanya. Sales

Promotion Girl (SPG) event bekerja hanya waktu event yang akan

digelar saja, namun berbeda dengan Sales Promotion Girl (SPG)

(44)

Namun kedua kategori tersebut memiliki persamaan yaitu diberikan

sistem target penjuaian (Dewanda.dkk, 2013).

Menurut keterangan para informan ada beberapa persyaratan

dan kriteria umum dalam perekrutan untuk menjadi sales promotion

girl, yaitu diantaranya: minimum umur 17 tahun, tinggi badan

minimum 160 cm, pendidikan terakhir minimum sederajat SMU,

berat badan maksimal 56 kg, berpenampilan menarik, berpengalaman

sebagai SPG atau punya minat belajar untuk menjadi SPG, mampu

berkomunikasi dengan baik, berkepribadian ramah, raj in, ulet,

cekatan, inisiatif, rapi dalam berpakaian ataupun penampilan, mau

bekeija keras dan bersedia ditempatkan di store/stand sesuai

kebutuhan perusahan (Dewanda.dkk, 2013).

Sepatu yang biasa digunakan Sales Promotion Girl (SPG)

wanita biasanya adalah sepatu tertutup yang memiliki hak kurang dari

5 cm dan hak diatas 5 cm. Pada pegawai yang memakai sepatu dengan

hak diatas 5 cm kemungkinan dapat terjadi varises tungkai bawah

karena pemakaian sepatu hak diatas 5 cm dapat membuat peredaran

darah pada bagian tungkai bawah menjadi tidak lancar sehingga

(45)

Kerangka Teori

Varises Tungkai Bawah

1 Genetik ! Kehamilan I Usia i I M T

I Pemakaian kontrasepsl

L

Gambar 2.12 Kerangka Teori

Keterangan :

' ' = Variabel yang diteliti

\ "i = Variabel yang tidak diteliti

Hipotesis

Ho : Tidak ada hubungan penggunaan high heels pada Sales Promotion Girl

(SPG) terhadap timbulnya varises tungkai bawah

Hi : Ada hubungan penggunaan/i/gh/ieW^ pada Me^Pro/noZ/owG/W (SPG)

terhadap timbulnya varises tungkai bawah. Pemakaian heels

(46)

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe cross-sectional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan penggunaan

sepatu hak tinggi {high heels) dengan varises tungkai bawah pada Sales

Promotion Girl (SPG) di Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center dan Palembang Square dengan menggunakan instrumen

penelitian sehingga menghasilkan data yang bersifat deskriptif.

3.2. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1. Waktu

Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan

Desember.

3.2.2. Tempat

Penelitian ini telah dilaksanakan di Palembang Icon, Palembang Indah

Mall, Palembang Trade Center dan Palembang Square.

3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Penelitian

Populasi pada penelitian ini yaitu :

3.3.1.1. Populasi Target

Populasi target yaitu Pegawai Toko Palembang Icon,

Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center dan

Palembang Square

3.3.1.2. Populasi Teijangkau

Populasi terjangkau yaitu Sales Promotion Girl (SPG) di

Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade

(47)

3.3.2. Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.3.2.1. Sampel Penelitian

Sampel pada penelitian ini adalah seluruh Sales Promotion Girl

(SPG) di Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade

Center dan Palembang Square yang memenuhi kriteria inklusi di

bawah i n i :

1. Memiliki jam kerja l-8jam dengan dominan berdiri setiap

harinya,

2. Berjenis kelamin perempuan,

3. Memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) ideal,

4. Belum pemah hamil atau melahirkan,

5. Tidak dalam masa program KB atau suntikan hormon,

6. Tidak memiliki riwayat varises tungkai bawah dalam

keluarga,

7. Sales Promotion Girl (SPG) yang bersedia menjadi sampel penelitian.

3.3.2.2. Besar Sampel Penelitian

Sampel penelitian ini adalah Sales Promotion Girl (SPG) di

Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center dan

Palembang Square yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin

sebagai berikut (Siregar, 2013).

N

1

+ N (e)2

Keterangan:

N Jumlah populasi

Besamya sampel

Toleransi kesalahan atau ketidaktelitian (5%)

n e

N

n =

1 +

N

(e

)2

1 0 0

n =

(48)

100

" ~ 1 + 100.0,0025 100

" ~ 1 + 0,25 100

n = 80

Dibulatkan menjadi 80 Sales Promotion Girl (SPG) .

Berdasarkan hasil perhitungan diatas jumlah sampel minimal

adalah 80 Sales Promotion Girl (SPG).

3.3.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.33.1. Kriteria Inklusi

1. Sales Promotion Girl (SPG) di Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center dan

Palembang Square,

2. Memiliki jam kerja 1-8 jam dengan dominan berdiri

setiap harinya,

3. Berjenis kelamin perempuan,

4. Memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) ideal,

5. Tidak memiliki riwayat varises tungkai bawah dalam

keluarga,

6. Tidak dalam masa program KB atau suntikan hormon,

7. Sales Promotion Girl (SPG) yang bersedia menjadi sampel penelitian.

3.3.3.2. Kriteria Ekslusi

(49)

3.3.4. Cara Pengambilan Sample Penelitian

Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan

menggunakan teknik consecutive sampling.

3.4. Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

3.4.1, Dependen : Varises Tungkai Bawah

(50)

3.5. Definisi Operasional

Tabel 3.1. Definisi Operasional

No Variabel yang diukur

Definisi Cara

ukur

Alat ukur Ska la ukur

Hasil ukur

1 Vflrispfs Vari<ip*; adalah M p m m t a

I V l ^ I l l l l lid

Oiip^tinnpr O r d i n a l 0 — T i d a k

T i i n o k a i nprnanianpan rpsnnndpn

I L A X 1 i U w i 1

dpnoan 1 — Y a

R a w f l h dan hprkplnW- i i n t i i k

U l l L l U v

k r i t p n a

k p l n k f i v a mpnaiGi iiiwiiKiAi C F A P

pembuluh darah questioner

vena yang

disertai

gangguan

sirkulasi darah

di dalamnya dan

terdapat

minimal 2 gejala

klinis padda

responden

2. High heels Sepatu yang mempunyai ketinggian pada tumit dengan karakteristik karakter yang beragam yang

dipakai Sales

Promotion Girl

(SPG)

Wawancar

a kepada

responden

Observasi Ordinal 0 - high

heels <5

cm

1 = high heels > 5

(51)

3.6. Cara Pengumpulan Data

Cara pengumpulan data penelitian yaitu dengan melihat data primer

yaitu observasi langsung dan juga diberikan kuisioner serta wawancara dan

data sekunder untuk melihat jumlah pegawai wanita yang bekerja.

3.6.1. Data Primer

1. Subjek penelitian dibagikan kuesioner mengenai kriteria inklusi

penelitian.

2. Subjek penelitian yang sesuai dengan criteria

penelitian diminta persetujuaimya dengan informed consent

tertulis.

3. Subjek yang sudah menandatangani informed consent akan

menjadi subjek penelitian dengan cara mengisi kuesioner yang

telah dibagikan.

3.6.2. Data Sekunder

Pengumpulan data pada penelitian ini akan diperoleh dari data

sekimder, yaitu data Sales Promotion Girl (SPG) yang bekerja

sebagai data seluruh pegawai Sales Promotion Girl (SPG) di

Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center dan

Palembang Square.

3.7. Metode Teknik Analisis Data

Pengoiahan data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui empat

tahap, yaitu:

1. Data Entry

Pada tahap ini, data yang telah didapat dari hasil wawancara dan

kuisioner yang telat diberikan kepada Sales Promotion Girl (SPG)

pusat kota Palembang dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam

komputer.

2. Editing

Pada tahap ini, data yang telah dimasukkan ke dalam komputer

(52)

3. Coding

Setelah melalui proses editing, data-data diberi kode tertentu

sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.

4. Tabulating

Pada tahap ini, data yang sama data yang sama dikelompokkan

secara teliti dan teratur kemudian dihitung dan dijumlahkan lalu

disajikan dalam bentuk tabel-tabel.

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis

data univariat dan bivariat dengan menggunakan program spss, sebagai

berikut:

1. Analisis Univariat

Analisis univariat akan dilakukan dengan cara melakukan analisis

pada setiap variabel hasil penelitian dengan tujuan untuk mengetahui

distribusi proporsi pada setiap variabel penelitian. Data disajikan dalam

bentuk tabel dan narasi.

2. Analisis Bivariat

Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik

chi-square. Jika tidak memenuhi syarat uji chi-square, maka dilakukan uji

altematif lain, yaitu uji fisher tabel 2x2cm untuk variabel varises

tungkai bawah dan sepatu hak tinggi {high heels). Batas kemaknaan

yang digunakan adalah a = 0,05. Jika didapatkan p value < 0,05 pada

uji statistik, maka tidak terdapat hubungan yan

Gambar

Tabel
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
Gambar 2.5. Hubungan High Heels dengan Varises
Tabel 2.1. Klasifikasi CEAP
+3

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil validasi metode analisis yang telah dilakukan pada penelitian ini dapat disimpulkan bahwa metode KCKT yang digunakan untuk analisis erdostein

(1) Hakim dan Pegawai negeri yang telah mendapat peringatan tertulis kedua, yang dalam jangka waktu 4 (empat) bulan sejak berlakunya peringatan tertulis kedua ternyata melakukan

16 Direktorat Jenderal Pendidikan Islam Departemen Agama RI, Undang-undang dan Peraturan Pemerintah RI tentang Pendidikan dalam “ Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20

Untuk dapat mengetahui kepuasan pengguna dari aplikasi LexiPal di Dyslexia Corner Perpustakaan Balai Pemuda, responden telah memberikan tanggapan dengan cara

Syukur Alhamdulillah saya panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan laporan penelitian dengan

Menurut KSAP (Komite Standar Akuntansi Pemerintah), Standar Akuntansi Pemerintahan adalah prinsip-prinsip akuntansi yang diterapkan dalam menyusun dan menyajikan

Berdasarkan hasil pengujian di laboratorium dapat diperoleh jenis surfactant yang sesuai dengan batuan dan fluida reservoir lapangan “X”, serta besarnya konsentrasi

6 Berdasarkan syarat penelitian yang dikeluarkan rumah sakit yang bersangkutan, peneliti tidak diijinkan menuliskan nama rumah sakit tersebut sehingga dalam penelitian ini, nama