SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteratt (S. Red)
Oleh:
R I Z K A KARINA MAYANG SARI
N I M : 702013088
F A K U L T A S K E D O K T E R A N
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PALEMBANG
HEELS)
PADA
SALES PROMOTION GIRL
(SPG) T E R H A D A P
TIMBULNYA V A R I S E S T U N G K A I BAWAH
Dipersiapkan dan disusun oleh :
Rizka Karina Mayang Sari
NIM : 702013088
Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran (S. Ked)
Pada tanggal 3 Febuari 2017
Menyetujui:
1. Karya tulis saya, skripsi ini adalah asli dan belum pemah diajukan untuk
mendapatkan gelar akademik, baik di Universitas Muhammadiyah Palembang,
maupun Perguruan Tinggi lainnya.
2. Karya tulis ini mumi gagasan, mmusan dan penelitian saya sendiri, tanpa
bantuan pihak lain, kecuali arahan Tim Pembimbing.
3. Dalam karya tulis ini tidak terdapat karya atau pendapat yang telah ditulis atau
dipublikasikan orang Iain, kecuali secara tertulis dengan dicantumkan sebagai
acuan dalam naskah dengan disebutkan nama pengarang dan dicantumkan
dalam dahar pustaka.
4. Pemyataan ini saya buat dengan sesungguhnya dan apabila dikemudian hari
terdapat penyimpangan dan ketidakbenaran dalam pemyataan ini, maka saya
bersedia menerima sanksi akademik atau sanksi lainnya sesuai dengan norma
yang berlaku di Perguruan Tinggi ini.
Palembang,10 Februari 2017
Yang membuat pemyataan
(Rizka Karina Mayang Sari)
N I M . 702013088
Dengan Penyerahan naskah artikel dan softcopy berjudul: Hubungan Sepatu Hak
Tinggi {High Heels) Pada Sales Promotion Girl Terhadap Timbulnya Varises
Tungkai Bawah
Kepada Unit Penelitian dan Pengabdian Masyarakat (UP2M) Fakultas Kedokteran
Universitas Muhammadiyah Palembang (FK-UMP), Saya :
Nama : Rizka Karina Mayang Sari
N I M : 702013088
Program Studi : Pendidikan Kedokteran
Fakultas : Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang
Jenis Karya Ilmiah : Skripsi
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, setuju memberikan kepada FK-UMP,
Pengalihan Hak Cipta dan Publikasi Bebas Royalti atas Karya Ilmiah, Naskah, dan
softcopy diatas. Dengan hak tersebut, FK-UMP berhak menyimpan,
mengalihmedia/formatkan, dalam bentuk pangkalan data {database),
mendistribusikan, menampilkan, mempublikasikan di internet atau media lain
untuk kepentingan akademis, tanpa perlu meminta izin dari Saya, selama tetap
mencantumkan nama Saya, dan Saya memberikan wewenang kepada pihak
FK-UMP untuk menentukan salah satu Pembimbing sebagai Penulis Utama dalam
Publikasi. Segala bentuk tuntutan hokum yang timbul atas pelanggaran Hak Cipta
dalam Karya Ilmiah ini menjadi tanggung jawab Saya pribadi.
Demikian pemyataan ini, Saya buat dengan sebenamya.
Dibuat di : Palembang
Pada tanggal: 18 Februari 2017
Rizka Karina Mayang Sari
N I M . 70201088
Artinya : Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih" (QS. Ibrahim (14):7)
K u persembahkan kepada:
*> Allah SWT atas berkat dan rahmat-Nya skripsi ini dapat diselesaikan dengan baik.
<* Mama dan papa tercinta, yang selalu mendukung dan memberi semangat dalam segala hal. Mamaku tercinta (Hj. E k a Rianti, SE) dan papaku tercinta (H. Syamsu Rizal, Bsc) terimakasih atas kasib sayang, cinta, dan nasebat yang diberikan selama ini
Saudaraku tercinta Ressy Shavira Pratiwi, yang selalu mendukung kakak selama ini.
<* Terimakasih juga kepada kakak sepupu (Rexy Pranata), sepupu (Reza Fazari) yang selalu membantu dan memberikan semangat serta nasebat dalam segala hal.
*> Dosen pembimbing yang sabar membimbingku hingga dapat menyelesaikan skripsi ini (dr. Envin Maulana, Sp.B dan dr. Hibsab Ridwan, M.Sc) serta dosen penguji dr. Tri Suciati, M.Kes, terimakasih atas segala ilmu dan bimbingan yang diberikan selama ini.
Teman-teman terbaikku Debby Rabmadini, Tiara Khairina, Mardbiyah Nur Dini, Riska Febriana Dewi, Reza Agustiantwo Putra, Egi Anugrab Ramadhan, Elda Ariyani dan Ade Zulfiab membantu dalam proses skripsi. *> Terima kasib kepada teman-teman yang aku sayangi Amelia Mabmudab, Nuria Junita, Vanesa Rizki Vayari, Fabrurido Kusbari, M Hadyan Syabputra, Tasya Dwi Vayari yang selalu membantu dalam proses skripsi. <* Terima kasib juga pada teman-teman Jovita Idelia, Livinia Ferinsia Taslim, Cecilia Arta, Lyssa Octavia, Putri Ayu Natalia dan Dewi Putri Siagian yang selalu memberikan semangat dalam proses pembuatan skripsi ini.
• Terimakasih kepada sejawat angkatan 2013 " G E N O M E - H E X A " untuk kebersamaannya, kekompakkannya, serta kebaikan sejawat semua.
<* Terimakasih kepada seluruh dosen serta staf di F K UMP.
<* Terimakasih juga untuk mbak-mbak SPG yang bersedia menjadi responden dalam penelitian ini.
<* Serta semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu persatu yang telah banyak mendukung selama perkuliahan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Palembang.
SKRIPSI, JANUARI2017
R I Z K A KARINA MAYANG SARI
Hubungan Penggunaan Sepatu Hak Tinggi (High Heels) Pada Sales Promotion Girl (SPG) Terbadap Timbulnya Varises Tungkai Bawab
xi + 75 halaman + 9 tabel + 14 gambar + 6 lampiran
A B S T R A K
Varises adalah pemanjangan, pelebaran, dan berkelok-keloknya pembuluh darah vena yang disertai gangguan sirkulasi darah di dalamnya. Menurut teori, meningkatnya kejadian varises tungkai bawah berhubimgan dengan faktor peningkatan tekanan vena profunda, inkopetensi katup primer atau sekunder dan adanya kelemahan fasia pada bagian tungkai bawah. Penelitian ini bertujuan untuk
menganalisis hubungan penggunaan sepatu hak tinggi {high heels) pada Sales
Promotion Girl (SPG) terhadap timbulnya varises tungkai bawah. Jenis penelitian
ini adalah observasional analitik desain cross sectional dengan menggunakan data
primer dan data sekunder dari pemilik toko dan responden yang bekerja di toko-toko di Palembang Icon, Palembang Indah Mail, Palembang Trade Center dan
Palembang Square. Sampel penelitian ini adalah Sales Promotion Girl (SPG) yang
bekerja di toko-toko di Palembang Icon, Palembang Indah Mali, Palembang Trade Center dan Palembang Square dengan besar sampel sebanyak 100 sampel. Sampel
penelitian ini diambil dengan cara consecutive sampling. Hasil uji statistik
didapatkan hubungan penggunaan high heels dengan varises tungkai bawah
{P-value = 0,001). Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan penggunaan
sepatu hak tinggi {high heels) pada Sales Promotion Girl (SPG) terhadap timbulnya
varises tungktii bawah.
Referensi : 17(2001-2015)
Kata kunci : Sepatu Hak Tinggi, High Heels, Varises Tungkai Bawab
MINI-THESIS, JANUARY2017
R I Z K A K A R I N A MAYANG SARI
The Relation of High Heels Using at Sales Promotion Girl (SPG) Toward Lower
Limb Varices Occurrence
xi + 75 pages + 9 tables + 14 pictures + 6 attachments
ABSTRACT
Varices is extending, widening, and twisting of vein blood vessel followed by blood circulation disturbance inside. Based on theory, the raising of lower limb varices incident related to profunda vein pressure raising, primary or secondary valve incompetent andfacia weakness in lower limbs. The aim of the study wa to analyze relation of high heels using at sales promotion girl toward lower limb varices. This study was an observational analytic with cross-sectional design using primary data and secondary data from shop owner and respondent who works at shops in Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center and Palembang Square. The samples of this study are sales promotion girls who works at shops in Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center and Palembang Square as many as 100 samples. The samples gathered by consecutive sampling. The result of statistic test showed there is relation of high heels using with lower limb varices (p=^0,OOI). Thus concluted there is relation of high heels using with lower limb varices.
Reference : 17 (2001-2015)
Kata kunci : High Heels, Lower Limb Varices
"Hubungan Penggunaan Sepatu Hak Tinggi (High Heels) pada Sales
Promotion Girl (SPG) Terbadap Timbulnya Varises Tungkai Bawab".
Penelitian ini dilaksanakan sebagai salah satu syarat peneliti untuk memperoleh
gelar sarjana Kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
Peneliti menyadari ketidaksempumaan dan keterbatasan dalam
penyusunan skripsi ini. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat
diharapkan oleh peneliti.
Dalam hal penyelsaian penelitian ini, peneliti banyak mendapat bantuan,
bimbingan, dan saran. Pada kesempatan ini, peneliti ingin menyampaikan rasa
hormat dan terima kasib kepada :
1. Allah SWT, yang telah memberi kehidupan.
2. Kedua orang tua yang selalu memberikan dukungan materil maupun
spiritual.
3. Dekan dan staff Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Palembang.
4. dr. Erwin Maulana, Sp.B selaku Pembimbing I
5. dr. Hibsah Ridwan, M.Sc selaku Pembimbing I I
Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala amal yang
diberikan kepada semua orang yang telah mendukung peneliti dan semoga skripsi
ini bermanfaat bagi kita dan perkembangan ilmu pengetahuan kedokteran. Semoga
kita selalu dalam lindungan Allah SWT. Amin.
Palembang, Januari 2017
HALAMAN PENGESAHAN i H A L A M A N P E R N Y A T A A N ii HALAMAN P U B L I K A S I iii H A L A M A N P E R S E M B A H A N DAN M O T T O iv
A B S T R A K V
ABSTRACT vi
K A T A PENGANTAR vii
D A F T A R ISI vui D A F T A R T A B E L ix D A F T A R GAMBAR x D A F T A R L A M P I R A N xi
BAB 1. PENDAHULUAN 1
1.1. Latar Belakang 1 1.2. Rumusan Masalah 3 1.3. Tujuan Penelitian 3 1.4. Manfaat Penelitian 4 1.5. Keaslian Penelitian 5
BAB I I . TINJAUAN PUSTAKA 6
2.1. Landasan Teori 6 2.1.1. Varises Tungkai Bawah 6
A. Definisi 6 B. Anatomi dan fisiologi ekstremitas tungkai bawah 6
C. Prevalensi 11 D. Faktor predisposisi 11
E. Etiopatogenesis 13
F. Hubungan sepatu hak tinggi {high heels) dengan
varises tungkai bawah 14 G. Klasfikasi varises tungkai bawah 16
H. Gejala klinis 20 I. Tatalaksana 21 J. Komplikasi 25
2.1.2. Sepatu Hak Tinggi {High heels) 26
A. Definisi 26
B. Jenis sepatu hak tinggi {High heels) 28
2.1.3. Sales Promotion Girl (SPG) 32
A. Definisi 32 2.2. Kerangka Teori 34 2.3. Hipotesis 34
3.3.2. Sampel dan Besar Sampel Penelitian 36
3.3.2.1. Sampel Penelitian 36 3.3.2.2. Besar Sampel Penelitian 36 3.3.3. Kriteria Inklusi dan Eksklusi 37 3.3.4. Cara Pengambilan Sampel Penelitian 38
3.4. Variabel Penelitian 38 3.4.1. Variabel Dependent 38
3.4.2. Variabel Independent 38
3.5. Definisi Operasional 39 3.6. Cara Pengumpulan Data 40
3.6.1. Data Primer 40 3.6.2. Data Sekunder 40 3.7. Metode Teknis Analisis Data 40
3.7.1. Cara Pengoiahan dan Analisis Data 40
3.8. Alur Penelitian 42
BAB IV. H A S I L DAN PEMBAHASAN 43
4.1. Hasil Penelitian 43 4.1.1. Hasil Analisis Univariat 43
4.1.2. Hasil Analisis Bivariat 46
4.2. Pembahasan 47 4.2.1. Pembahasan Analisis Univariat 47
4.2.2. Pembahasan Analisis Bivariat 49
BAB V. SIMPULAN DAN SARAN 51
5.1. Kesimpulan 51
5.2. Saran 52
D A F T A R PUSTAKA 53
L A M P I R A N 55 BIODATA 75
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian 5
Tabel 2.1. Klasifikasi CEAP 17
Tabel 2.2. Klasifikasi klinis (C 0-6) 17
Tabel 3.1. Definisi Operasional 39
Tabel 4.1. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Clinical
Symptom 46
Tabel 4.2. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Etiology 47
Tabel 4.3. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Jenis High
Heels 48
Tabel 4.4. Distribusi Subjek Penelitian Berdasarkan Usia
Responden 48
Tabel 4.5. Hubungan Penggunaan High Heels Terhadap Timbulnya
Varises Tungkai Bawah 49
Gambar Halaman
Gambar 2.1. Pembuluh darah vena dan aiteri 7
Gambar 2.2. Vena ekstremitas bawah 7
Gambar 2.3. Pembuluh darah vena 13
Gambar 2.4. Patofisiologi varises tungkai bawah 14
Gambar 2.5. Hubungan high heels dengan varises 15
Gambar 2.6. Mind mapping alasan wanita memakai high heels 28
Gambar 2.6. Stilleto 29
Gambar 2.7. Wedges 30
Gambar 2.8. Kitten heels 30
Gambar 2.9. Platform 31
Gambar 2.10 Peeptoe heels 31
Gambar 2.11.Boots 32
Gambar 2.12. Kerangka teori 34
Gambar 3.1. Alur Penelitian Hubungan Penggunaan High Heels pada
Sales Promotion Girl (SPG) Pusat Terhadap Timbulnya
Varises Tungkai Bawah 42
Lampiran Halaman
Lampiran 1. Lembar Penjelasan Calon Subjek 48
Lampiran 2. Lembar Informed Consent 50
Lampiran 3. Lembar Calon Sample 51
Lampiran 4. Lembar Klasifikasi CEAP 53
Lampiran 5. Daftar Responden 57
Lampiran 6. Dokumentasi 74
1.1. Latar Belakang
Di zaman moderenisasi manusia dituntut untuk lebih cekatan dan
terampil khususnya dalam dunia kerja. Zaman sekarang wanita pun dapat
berkarir sesuai dengan kemampuan yang dimiliki selayaknya pria. Masa ini
wanita dituntut untuk berpenampilan cantik dan menarik. Hal itulah yang
menyebabkan tidak jarang kita melihat wanita memakai sepatu hak tinggi
{high heels) demi menunjang karimya dalam dunia kerja.
Seperti halnya wanita yang bekerja sebagai Sales Promotion Girl (SPG)
harus bersikap selalu ramah dan tersenyum pada siapa saja yang datang ke
tokonya. Tidak itu saja, para Sales Promotion Girl (SPG) wanita diharuskan
menggunakan high heels sekitar 5-7 cm agar terlihat menarik. Tinggi dari
sepatu hak {high heels) sangat mempengaruhi bentuk kaki, semakin tinggi
hak sepatu akan membuat perubahan bentuk pada telapak kaki saat berjalan.
Sehingga, semakin runcing bentuk high heels maka akan membuat
pembebanan yang lebih pada tumit kaki. (Suwami, 2014)
Pada Sales Promotion Girl (SPG) yang memiliki jam kerja ± 56 jam
dalam seminggu dengan 7 hari kerja. Mereka memakai sepatu high heels
selama jam kerja. Menurut hasil studi Hidayat T, dkk (2013) dalam tesis "TVit?
risk of varicose veins in standing female workers in Departement of Community Medicine, Faculty of Medicine University of Indonesia"
menunjukkan bahwa responden berusia 18-35 tahun, memiliki masa kerja
3-17 tahun, bekerja dalam posisi kerja banyak berdiri memiliki resiko lebih
besar menderita varises sebesar 52,3 % (53 orang) dari 111 orang responden.
(Hidayat T,dkk, 2013)
Penelitian The San Valentino Screening Project menemukan bahwa di
antara 30.000 subjek yang dinilai secara klinis dan ultrasonografi duplex,
prevalensi varises sebesar 7% dan varises dengan gejala klinis sekitar 0,86%
(Adriana C, 2012). Pada data studi Framingham juga dilaporkan bahwa
varises tungkai bawah sebanyak 394/1000 pada pria dan 519/1000 pada
wanita. Di Amerika Serikat, diperkirakan 2,5 juta orang menderita varises
tungkai bawah dan 20%-nya berkembang menjadi ulkus vena (Kartika RW,
2015).
Walaupun di Indonesia prevalensi varises belum dapat dipastikan tetapi
prevalensi varises tungkai bawah di Eropa sekitar 50 % dari penduduk
dewasa. Pada tahun 2007 dilaporkan di Eropa dan Amerika Serikat penderita
varises tungkai bawah mengenai sekitar 25-35 % pada wanita dan 15 % pada
pria. (Adriana C, 2012).
Menurut Berta Arih Kitami S,dkk (2013) dalam penelitian "Pengaruh
penggunaan sepatu hak tinggi terhadap risiko timbulnya varises pada tungkai
bawah di Fakultas Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Manado"
menunjukkan bahwa ada pengaruh penggunaan sepatu hak tinggi terhadap
risiko timbulnya varises pada tungkai bawah (Kitami BAS,dkk, 2013).
Hal itu disebabkan, pada saat memakai sepatu hak tinggi (high heels),
otot betis (m.gastroknemius) akan terus menerus dalam keadaan tegang
sehingga menyebabkan peningkatan tekanan darah pada ekstermitas bawah.
Hal itulah yang menjadi faktor timbulnya gangguan pembuluh darah vena
yaitu terjadinya kegagalan katup vena untuk menutup kembali dari aliran
pembuluh darah vena. Sehingga menyebabkan vena mengalami aliran balik
yang akan menimbulkan terbentuknya bendungan dan lama-kelamaan akan
menyebabkan timbulnya varises (Kitami BAS,dkk, 2013).
Istilah varises sendiri berasal dari kata latin yaitu varicous yang berarti
vena melebar. Varises adalah perpanjangan, pelebaran, dan
berkelok-keloknya pembuluh darah vena yang disertai gangguan darah didalamnya.
Varises tungkai bawah biasanya terjadi pada orang yang menghabiskan
hari-harinya dalam keadaan berdiri. Secara klinis, varises tungkai dikelompokkan
atas varises trunkal, varises retikulat dan varises kapilar (Sjamsuhidajat, de
Berdasarkan angka kejadian terjadinya varises tungkai bawah dan juga
di Indonesia tepatnya di Kota Palembang belum ada yang meneliti tentang
hubungan varises dengan sepatu hak tinggi. Maka, peneliti ingin melakukan
penelitian tentang "Hubungan Penggunaan Sepatu Hak Tinggi (High
Heels) pada Sales Promotion Girl (SPG) Terhadap Timbulnya Varises
Tungkai Bawah".
1.2. Rumusan Masalah
Apakah ada hubungan memakai sepatu hak tinggi (high heels) terhadap
timbulnya varises tungkai bawah pada Sales Promotion Girl (SPG) ?
1.3. Tujuan
1.3.1. Tujuan Umum
Mengetahui hubungan memakai sepatu hak tinggi {high heels) terhadap
timbulnya varises tungkai bawah pada Sales Promotion Girl (SPG).
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui faktor-faktor yang menyebabkan varises tungkai bawah.
2. Mengetahui apakah sepatu hak tinggi {high heels) dapat menimbulkan
varises tungkai bawah,
3. Mengetahui apa saja dampak dari penggunaan sepatu hak tinggi {high
heels) jangka panjang terhadap timbulnya varises tungkai bawah pada
Sales Promotion Girl (SPG).
1.4. Manfaat
1.4.1. Manfaat Akademik
1. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan dan juga untuk
memperluas ilmu pengetahuan khususnya Ilmu Kesehatan Bedah dan
untuk memberikan data ilmiah tentang pengaruh sepatu hak tinggi {high
1.5. Keaslian Penelitian
Tabel 1.1. Keaslian Penelitian
Nama Judul Desaian Hasil
Penelitian Penelitian
Rrpthn Arih
C B U C l ZH 1 1 1
Cm?? PpTipliliflTi ini mt^niiniiikkan
Kitami S. Penggunaan sectional secara statistik ditetapkan
Maha S.H.R Sepatu Hak bahwa terdapat pengaruh
Ticoalu Tineei penggunaan sepatu hak
,Djon Terhadap tinggi terhadap risiko
Wongkar Risiko timbulnya varises pada
Tim hill nva tiinpkai bawflh dpnpan P —
L L U l ^ l V U I L f U V V C U l v i W l l f ^ ^ i l 1 1 t
V al loCa n 0001
0,0001.
Pada Tungkai
r» 1
Bawah
Putri Hubungan Cross Penelitian ini menunjukkan
Satriani Masa Kerja secctional secara statistik menggunakan
Agustina Dengan chi-square. Hasil yang
Terjadinya d idapatkan pada h u bungan
Varises masa kerja dengan terjadinya
Tungkai varises tungkai bawah
Bawah Pada diperoleh P -0,00! (<0,05).
Pengemudi
Bus Di
Terminal
2.1.1. Varises tungkai bawah A. Definisi
Varises adalah pemanjangan, pelebaran, dan berkelok-keloknya
pembuluh darah vena yang disertai gangguan sirkulasi darah di
dalamnya. Istilah saphena berasal dari bahasa Yunani safes, artinya
mudah terlihat atau jelas, sesuai dengan keadaannya di tubuh
(Sjamsuhidajat, de jong. 2010). Varises merupakan adanya dilatasi
vena, yang biasanya disertai vena yang memanjang dan
berkelok-kelok (Price, 2005).
B. Anatomi dan fisiologi ekstremitas tungkai bawah
1. Anatomi
Sistem vena pada tungkai terdiri dari komponen vena
superflsialis, vena profunda dan vena perforantes
(penghubung) (Price,2005).
Binding vena terdiri dari tiga lapis yaitu;
1. Lapisan terluar terdiri atas jaringan ikat fibrous, disebut
sebagai tunika adventisia
2. Lapisan yang kedua atau tengah yang disebut sebagai
Tunika Media. Lapisan tengah pada vena berotot lebih
tipis, kurang kuat, lebih mudah mengecil dan kurang
elastis dari pada arteri.
3. Lapisan yang dalam disebut sebagai endotelium atau
tunika intima.
CO M P A R I S O N O F AR T E R I E S. CA P I L L A R I E S , A N D V E I N S
Mety
(Vilcklunlca media) J)^n>wnsj5!alf»«hrlhicklunlca adwenWa) Gambar 2.1. Pembuluh darah vena dan arteri
Sumber: www.xamthonemedicine.com
Antenor accessory tnbutary.
Pembuluh darah pada ekstremitas bawah merupakan
vena yang terdiri dari vena-vena superfisial dan sistem vena
lainnya yang bergabung menjadi vena perforator. Vena
terdiri dari banyak katup dengan banyak percabangan yang
dimana pada tiap cabangnya memperlihatkan variasi yang
khas di lokasi vena tersebut.
Saplienofemorat
Irter-saphenous
Poplteal Posiefior accessory Inbulary ot great saphenous vein Interior vena cava CoiTtnton Kacvein. External Aac vein. Common i j . ^ (emoral vein - - /T a
Deep f[
t0mH3i
vem
• internal iliac vein - Great saphenous
vet
Femoral vein PopMeal vem I vem
I ^Posterior bbm . ' perioratois
•Small saphenous vein
S i ^ v e m
Gambar 2.2. Vena Ekstremitas Bawah
Vena saphena magna merupakan vena terpanjang di
tubuh, mulai dari kaki sampai ke fossa ovalis dan
mengalirkan darah dari bagian medial kaki serta sisi medial
tungkai. Vena ditemukan bercabang pada 10% pasien.
Percabangan ini biasanya berasal dari lengkungan kaki
belakang dan biasanya ditemukan dari bagian anterior
sampai ke bagian medial malleous pergelangan kaki. Vena
saphena magna terletak di atas betis tepatnya berada di
bawah fascia superfisial (Doherty GM,dkk. 2010).
Vena ini merupakan gabungan dari dua percabangan
vena yaitu vena anterior yang melewati tibia dan vena
posterior yang dimana berada di posterior sampai bagian
medial malleous disamping a.libialis posterior. Kemudian
vena saphena magna berjalan melalui fossa ovalis yang
kemudian berubah menjadi vena femoralis (Doherty
GM,dkk. 2010).
Saphenafemoral junction merupakan penggabungan
dari empat atau lima cabang dari vena saphena yang terdiri
atas, v.iliaka superfisial sirkumfleksa, v.pudenda ekstema,
v.epigastrika superfisial dan aksesoris dari v.saphena media
dan lateral. Bagian vena lainnya merupakan gabungan dari
vena saphena magna ke percabangan vena sampai ke
n.femoralis (Doherty GM,dkk. 2010).
Vena ini merupakan vena yang paling sering
menderita varises tungkai bawah. Menurut Lofgren dan
Rivlin vena saphena magna 5-6 kali sering terkena varises
tungkai bawah dibanding vena saphena parva. Di tungkai
bawah vena saphena magna berdampingan dengan saraf
kulit cabang yaitu nervus femoralis yang mensarafi
permukaan medial tungkai bawah (Faiz O & Moffat D.
berkontraksi. Peningkatan volume darah di akomodasikan
dengan meningkatnya kapasitas vena, yang mana diatur
oleh kontraktilitas otot polos yang berada di bagian dinding
vena. Posisi kontraksi membuat aliran darah naik ke atas,
menggunakan tekanan hidrostatik yang sama dengan jarak
dari ujung kaki ke atrium kanan (sekitar 100-120 mmHg)
(Doherty GM,dkk. 2010).
Tekanan hidsrostatik harus diatur agar tidak terjadi
aliran balik bagian kaki dan mengalirkan vena ke jantung.
Beberapa aspek dari sistem vena memungkinkan
pergerakan aliran darah melawan gaya gravitasi. Karena
sirkulasi vena merupakan sistem tertutup, aliran balik vena
berpengaruh pada sirkulasi arteri dan tekanan intrathoraks
negatif yang terbentuk selama inspirasi (Doherty GM,dkk.
2010).
Katup vena yang mengalami insufisiensi membuat
terjadinya aliran balik sehingga terjadi gangguan sirkulasi
dari vena superfisial ke sistem dalam vena. Tekanan
hidrostatik dapat berkurang akibat kurangnya stimulasi dari
pembukaan katup. Vena soleus merupakan komponen
utama menuju sistem vena. Ketika otot berkontraksi selama
latihan, tidak adanya cadangan darah dari sinusoid ke vena
dalam bagian betis dan kaki. Terjadi peningkatan kecepatan
aliran darah sampai ke betis, seperti dianalogikan asap akan
ke atas yang tertiup oleh angin melewati cerobong asap
Vena saphena parva berasal dari vena superfisial
dorsalis yang terletak pada bagian lateral malleous
pergelangan kaki dan berada di garis tengah bagian
posterior betis yang kemudian naik ke bagian belakang lutut
lalu menjadi v.popliteal (Doherty GM,dkk. 2010).
Vena bagian dalam terhubung dengan rangkaian
arteri. Dua atau tiga v.komitans tergabung di setiap
a.tibialis. Pada bagian lutut vena yang memiliki kapasitas
tinggi tergabung menjadi v.popliteal, yang mana berlanjut
ke proksimal menjadi vena femoralis (Doherty GM,dkk.
2010).
Pada bagian ligamentum inguinal, v.femoralis dan
v.profunda bergabung ke media menuju a.femoralis ke
v.femoralis. Bagian proksimal ligamentum inguinal, yang
mana v.femoralis menjadi v.iliaka ekstema. Sedangkan
pada bagian pelvis, v.iliaka ekstema dan interna bergabung
menjadi v.iliaka komunis lalu menjadi v.cava inferior
(Doherty GM,dkk. 2010).
Vena perforantes (penghubung) adalah vena yang
menghubungkan vena superflsialis ke vena profunda, yaitu
dengan cara langsung menembus fascia. Vena ini
mempunyai katup yang mengarahkan aliran darah dari vena
superfisial ke vena profunda. Bila katup ini tidak berfungsi
(mengalami kegagalan) maka aliran darah akan terbalik
sehingga tekanan vena superfisial makin tinggi dan varises
dengan mudah terbentuk (Faiz O & Moffat D. 2004).
2, Fisiologi
Pengetahuan anatomi dari vena ekstremitas bawah
merupakan bagian penting untuk dipahami dalam fisiologi
vena. Volume darah ekstremitas bawah dapat meningkat
C . Prevalensi
Varises tungkai bawah lebih sering terjadi pada wanita daripada
pria. Prevalensi varises tungkai bawah di populasi barat usia lebih dari
15 tahun adalah 10-15% pada pria dan 20-25% pada wanita.
Prevalensi di Amerika Serikat adalah 15% pada pria dan 25-35% pada
wanita. Dilaporkan varises tungkai bawah lebih tinggi pada ras
Hispanik (26,3%) dibandingkan dengan ras Asia (18,7%) (Adriana C,
2012).
Dari penelitian Hirai,dkk di Jepang didapatkan sebanyak 42%
pasien varises tungkai bawah dengan adanya riwayat keluarga dan
sebanyak 14% pada pasien varises tungkai bawah tanpa riwayat
keluarga. Insiden varises tungkai bawah meningkat seiring
bertambahnya usia. Menurut penelitian yang dilakukan di Inggris,
prevalensi pada penderita usia 40 tahun adalah 22% sedangkan pada
usia 50 tahun adalah 35% dan pada usia 60 tahun adalah 41%. Di
Indonesia, belum ada angka yang pasti mengenai insiden terjadinya
varises tungkai bawah. (Adriana C, 2012)
D. Faktor Predisposisi
Ada sejumlah faktor prediposisi perkembangan varises tungkai
bawah, yaitu:
1. Genetik
Kecenderungan familial sudah diketahui, agaknya
kelemahan dinding pembuluh darah yang bersifat
diturunkan. (Price, 2005)
2. Peningkatan tekanan hidrostatik dan volume darah pada
tungkai
Faktor-faktor yang menyebabkan peningkatan
tekanan hidrostatik dan volume darah pada tungkai,
misalnya berdiri terlalu lama atau kehamilan. Ikut
berperan dalam timbulnya dilatasi vena. Hal tersebut
kali lebih besar, sehingga vena akan teregang di luar batas
kemampuan elastisitasnya sehingga terjadi insufisiensi
katup (Price, 2005).
3. Usia dan jenis kelamin perempuan
Pada usia dekade ke-2 sampai ke-4 banyak dijumpai
5-6x perempuan lebih sering terkena varises tungkai
bawah dari pada laki-laki. Hal itu disebabkan proses
aterogenesis dimulai dari usia remaja akhir (17-25 tahun),
selanjutnya 10-20 tahun kemudian terbentuklah
aterosklerosis pada usia tertentu. Banyaknya timbunan
aterosklerosis ini akan menyebabkan pembuluh darah
kaku dan elastisitasnya berkurang (Karim MIBA, 2010).
4. Kegemukan atau obesitas, terutama pada perempuan,
Menurut WHO, obesitas merupakan adanya
kelebihan lemak dalam tubuh. Kelebihan berat badan
(overweight) dan obesitas didefinisikan sebagai lebihnya
akumulasi lemEik yang dapat mempengaruhi fisiologi
pembuluh darah dimana obesitas dapat menyebabkan
pembuluh darah menjadi kaku dan elastisitasnya menjadi
berkurang (Karim MIBA, 2010).
5. Pengguna pil atau suntikan hormon dalam program
keluarga berencana.
Estrogen menyebabkan relaksasi otot polos dan
perlunakan jaringan kolagen sehingga meningkatkan
distensibilitas vena. Selain itu, dapat peningkatan
peermeabilitas kapiler dan edema.
Sedangkan progresteron, dapat menyebabkan
penurunan tonus vena dan peningkatan kapasitas vena
sehingga dapat menginduksi terjadinya stasis vena, hal ini
disebabkan karena adanya hambatan pada aktomiosin
penderita yang mendapat terapi hormonal. (Fowkes FGR,
dkk. 2001)
E . Etiopatogenesis
Patofisiologi terjadi varises tungkai bawah pada dasamya dibagi
menjadi 4 faktor yang dapat saling tumpang tindih yaitu (Jong W,
Sjamsuhidajat R, 2005)
1. Peningkatan tekanan vena profunda
2. Inkompetensi katup primer
3. Inkompetensi katup sekunder
4. Kelemahan fasia
(Adriana C, 2012)
Normal Closed Valve Normal Open Valve Leaky Valve
Gambar 2.3. Pembuluh darah vena
Sumber: www.eprints.ums.ac.id.
Keadaan-keadaan yang dapat mengakibatkan peningkatan
tekanan vena profunda adalah peningkatan tekanan intra abdomen
(keganasan abdominal, ascites, kehamilan), inkompetensi vena
sapheno femoral, inkompetensi katup vena perforantes, obstruksi vena
intraluminal. Kembalinya darah yang efisien ke jantung tergantung
pada fungsi sistem vena profunda. Pada saat berdiri tekanan pada
pergelangan kaki meningkat sekitar 100-140 mmHg, selanjutnya akan
turun sekitar 40% ketika berjalan atau beraktifitas (Adriana C, 2012).
Kontraksi otot betis (m.gastroknemius) dapat menghasilkan
seolah-olah diperas dari sinusoid vena otot dan vena disekitamya sehingga
terjadi peningkatein vena profunda. Kontraksi m.gastrocnemius bisa
menyebabkan tekanan vena profunda meningkat sampai 200 mmHg
atau lebih (Jong W, Sjamsuhidajat R, 2005).
Bila terjadi inkompetensi katup yang mempakan akibat dari
berdiri terlalu lama, maka tekanan tersebut dapat menyebabkan aliran
darah berbalik dari vv.profunda ke w.superfisial, sehingga setiap
gerakan otot akan semakin menambah jumlah darah kearah v.
profunda dan v. superfisial, akibatnya terjadi peningkatan tekanan
vena dan gangguan mikrosirkulasi yang dapat menyebabkan
terjadinya varises tungkai bawah apabila keadaan tersebut terus
berlanjut (Jong W, Sjamsuhidajat R, 2005).
A l i m n d u r u h v S u p c r v is l u l l s
D i u l i r k u n i c h i h t>csur
l l u r t i h p r u v u m i u D i u l i r k u n
i c h i h t>csur
K - u i u h v-enu | l l u r t i h p r u v u m i u D i u l i r k u n
i c h i h t>csur
l l u r t i h p r u v u m i u
Gambar 2.4. Patofisiologi varises tungkai bawah
Sumber: www.repository.usu.ac.id
F . Hubungan sepatu hak tinggi (high heels) dengan varises tungkai bawah
Varises biasanya dapat terjadi dimana-mana, tetapi biasanya
yang paling sering nampak pada tungkai bawah dan kaki, dimana
varises menyerang orang yang biasa berdiri terlalu lama dan apalagi
Secara biomekanis, penggunaan alas kaki dengan hak tinggi
mengakibatkan kaki melorot ke depan dan mengakibatkan tekanan
yang besar di bagian metatarsal kaki (bagian kaki sekitar jari).
Akibatnya tungkai kaki terus dalam keadaan menjinjit, sehingga
postur tubuh bagian atas berubah demi menjaga kesetimbangan
dengan membuat tulang belakang semakin tegak (Kitami BAS,dkk,
2013).
• P O S T j n c
HICM H E E L E D i h o e , p l a c e t h e h e e l s u n n a i u r a l l y a b o v e t h e t o e s a n d t h r o w y o u r w h o l e tMXty — y o u r h i p s , s n o u k t e r s . Isacti a m t s p i n e — t o t a l l y o u t o l a l t p n m e n l . I n t h e l o n g - r u n t h i s c a n c a u s e s e v e r e t o w e r t i a c l i a n d l e g p a i n . • P R F S S . J ^ E
THE r i l g h e r t h e n e e l . t h e m o r e p r e s s u r e t h e r s f l s o n I f e T o n t o l l O e l o c t t ( t h e p e r c e n t a g e I n c r - e e s e tzan P e s e e r i p e f o w > . O v e r l o n g per^octs t h i s c a n c a u s e b r u i s i n g a n d t t w p . ' o b l e m s k l o r u i r i e c l o n tths p a g e .
ii'i
T&Xx 5 7 %
• A N K L t ( " ^ J U H I t S H I G H h u e l s a n e c t y o u r b a l a n c I n c r e a s e y o u r c h a n c e o l tal p a n i c u l a r l y H y o u a r e o l d e r o v e r w e i g h t . I n j u r i e s c a n I n c s p r a i n e d o r b r o u e n a n k l e s . • B A L I ( J - T H E h O t J I w e A n i H O niqh n e e i s c a u s e s m o s t o l y o u r b o d y w e i g h t t o l i e p u s h e d t<jh.vard o n to m e tsall o l t h e t o o l , l l i l s c a n l e a d t o a c o n d i t i o n c a d e d m e t a t a r s M g l a — p a i n I n m e a r e a o l t h e loot just t s e i o r e t h e ttses. A g e i n c r e a s e s y o u r susceptlblNtv.
• I Hi ^ N E E T E r r r a s C i a r o u n d an St i i e t t o s m r t s w s t h e b o d y ' u i - w o r d a n d p u t s I n c r e a s e d p r e s s u r e o n t h e nsldo o l m e k n e e — one s t u d y l o u r v l t h e p r e s s i a r e w a s u p t o 2b p e r c e n t g r e a t e r . This c o n leoll to di'Ihi Ills, m e paiiiful t l e g e n o n a t i v e Joint d i s e a s e . In t h e k n e e . - • T - I L C A L ^
M U S C L E S I n t h e c a l t n a t u r a l l y c o n t r a c t w h e n y o u w a l k In h i g h h e e l s . I t o w e v e r , l o n g - t c
call ' the s h o r t e n a n d t i g h t e n p e r m a n e n t l y — l o a d i n g t o p a i n i n t h e b a l l o l t h e f o o t , o r k n e e . M p o r b a c k p n l n .
« A C H I ! 1 F S T F K D O N
H E E L S p u t p r e s s u r e o n t h e AChHies lendOM — c a u s i n g K t o s h o r t e n a n d t i g h t e n . If y o u w e a r h e e l s c o n s t a n t l y , t h i s c a n o c l u a i l y s h o r t e n t h e t e n d o n p e r m a n e n t t y . s o t h a t
w h e n w h e n voti w e a r flat s h o e s t h e t c n i S o n b e c o m e s
s t r e t c h e d a n d i n n a m m c d . k n o w n a s t e n d i n i t i s .
r PUK'^ BUMP A L S O k n o w n « M a g l u n d ' s d c l o r m t t v . t h i s Is a b o n y e n l a r g e m e n t o n u s e b a c k o l t h e h e e l . II Is c a u s e d b y s t r a p s a n d t h e r i g i d b a c k s o l p u m p - s t y l e s h a « ( h o n c o t h e B a f n e > r u b b i n g a n d i r r i t a t i n g t h e h e e l .
• H A M r . l - " n T O ~ S
S Q U E E Z I N G f e e l I n t o I M - h t l I n g h i g h h e e l s c a n c a u s e t h e t o e s t o c u r l u p t o h t t h e f o o t w e a r . E v c n t u a N y t h e t o e s , b u t u s u a t l y t h e s e c o n d o n e . b e c o m e s o m l s s h a p e t i t h e y c a n ' t b e s l r a l g b t e n e d — e v e n w h e n n o t w e a r i n g s h o e s .
Gambar 2.5. Hubungan High Heels dengan Varises
Sumber: www.99graus.com.br
Pada keadaan menjinjit juga dapat menyebabkan peningkatan
tekanan darah dari ekstremitas bawah yang dimana ketika seseorang
dalam keadaan berdiri secara fisiologis akan terjadi peningkatan
otot-otot betis menjadi tegang. Hal tersebut otot-otot betis semakin
berkontraksi untuk menghasilkan tekanan yang lebih tinggi. Tekanan
darah yang meningkat itulah yang membuat terjadinya kegagalan
penutupan katup pada pembuluh darah vena. Sehingga, seseorang
yang memakai sepatu hak tinggi {high heels) beresiko lebih besar
mengalami varises tungkai bawah (Kitami BAS,dkk, 2013). .
Casey Kerrigan, seorang profesor medis dan rehabilitasi di
Universitas Virginia, USA, juga telah melakukan studi tentang bahaya
sepatu hak tinggi bagi kesehatan sejak tahun 1990-an. Hasilnya, selain
dapat menyebabkan sakit punggung dan nyeri pada kaki, penggunaan
sepatu hak tinggi juga menyebabkan wanita menderita nyeri lutut dua
kali lebih banyak dari laki-laki. Riset yang dilakukan Dr. Kerrigan
menunjukkan memakai stilleto menyebab-kan tekanan pada lutut dan
pinggul meningkat 25% setiap kali melangkah(Kitami BAS,dkk,
2013).
G. Klasifikasi varises tungkai bawah
Klasifikasi CEAP merupakan klasifikasi diagnosis yang
dianggap paling lengkap saat ini untuk mengetahui keadaan penyakit
vena dengan tepat dan terperinci. Klasifikasi yang mutakhir ini
merupakan konsensus yang dibuat oleh komisi ad hoc pada pertemuan
tahunan ke-6 American Venous Forum, di Maui, Hawaii, pada tanggal
22-25 Febuari 1994. Sejak 1994, dimulailah pelaporan kelainan vena
dengan menggunakan klasifikasi tersebut dan merupakan kewajiban
yang standar untuk menggunakannya pada setiap tulisan ilmiah.
Tabel 2.1. Klasifikasi CEAP
c (Clinical classes) Tanda-tanda klinis class 0-6, A - Asimtomatis,
S = Ada 5v/M/?/om/gejala
E (Etiology) Ec = Kongenital Ep = Primer
Es = Sekunder
A (Anatomical Segments) Distribusi anatomi, yaitu
superfisial, profundus (deep
veins), perforator (perforating veins)
P (Pathophysiology) Pr = Refluks Po = Obstruksi
Pr,0 = Kombinasi
Tabel 2.2. Klasifikasi Klinis C 0-6
KlasO Tidak tampak dan teraba tanda-tanda penyakit vena,
tetapi ada keluhan subyektif dari pasien.
Klas 1 Telangiektasia (vena kecil terletak intradermal,
berdiameter kurang dari 1 mm, tidak teraba menonjoi,
berwama merah atau biru, vena retikularis (sub-dermal,
diameter lebih dari 3mm.
Klas 2 Terjadi varises (varicose vein), vena melebar,
berkelok-kelok, teraba menonjoi, diameter lebih dari 3 mm.
Klas 3 Terdapat pembengkakan (edema) tanpa perubahan kulit
(tanpa pigmentasi), tanpa ada tanda dermatitis.
Klas 4 Tampak perubahan kulit
Klas4A Pigmentasi, dermatitis / eksim vena (venous eczema).
Pigmentasi dapat terjadi di atas maupun di bawah dan
gelap diduga disebabkan oleh respon inflamasi yang
dipengaruhi oleh transforming growth factor tersebut
muncul akibat hasil penguraian hemosiderin.
Klas 4B Lipodermatosklerosis atau dan atrophic blanche.
Kelainan lipodermatosklerosis tersebut memperlihatkan
pada palpasi adanya penebalan kulit dan subkutan
sedemikian rupa sehingga tampak solid dan mengeras.
Atrophic blanche menunjukkan gambaran kulit pucat, atrofi, dikelilingi oleh dilatasi kapiler-kapiler atau
pigmentasi. Lipodermatosklerosis dan atrophie blanche
merupakan gejala awal yang mengarah ke predisposisi
akan terjadinya ulcus.
Klas 5 Perubahan seperti pada klas 4 disertai ulcus yang sudah
sembuh {ulcus tampak kering), mengecil ukurarmya,
tertutup krusta, tanpa tepi yang kemerahan, tanpa edema
pada tepi ulcus.
Klas 6 Perubahan seperti pada klas 5 disertai ulcus yang masih
aktif (basah, tepi kemerahan, edema pada ulcus,
cenderung melebar ukurannya).
Klasifikasi A {Anatomical segments) :
Nomor segmen vena tungkai bawah
Vena superficial:
1. Vena saphena magna,
2. Vena saphena magna: di atas lutut,
3. Vena saphena magna: di bawah lutut,
4. Vena saphena parva,
5. Bukan vena saphena {Non venous vein).
Vena dalam {Deep veins)
6. Vena cava inferior,
8. Vena iliaka interna,
9. Vena iliaka ekstema (v.hipogastrika),
10. Vena dalam rongga pelvis, gonad, ligamentum rotundum
dan lainnya,
11. Vena femoralis komunis,
12. Vena femoralis profundus,
13. Vena femoralis superflsialis,
14. Vena poplitea,
15. Vena daerah kruris: v. tibialis anterior, v. tibialis posterior,
V. peroneus,
16. Vena muskularis: gastrocnemius, solid, dll.
Vena perforantes
17. Daerah femoralis,
18. Daerah kruris.
(Yuwono HS, 2010)
Terdapat pula klasifikasi varises berdasarkan penyebab, yaitu :
1. Varises primer adalah kelemahan struktur herediter dari
dinding pembuluh darah. Dilatasi dapat disertai gangguan
katup vena karena daun katup tidak mampu menutup dan
menahan aliran refluks. Varises primer cenderung terjadi
pada vena-vena superflsialis karena kurangnya dukungan
dari luar atau kurangnya tahanan dalam jaringan subkutan.
(Price. 2005).
2. Varises sekunder adalah gangguan pembuluh darah vena
profunda yang timbul kongenital atau didapat,
menyebabkan dilatasi vena-vena superflsialis, saluran
penghubung, atau kolateral. Misalnya, kerusakan katup
vena pada sistem vena profunda akan mengganggu aliran
darah menuju jantung; stasis yang timbul dan penimbunan
Jika katup vena penghubung atau penyambung tidak
berfungsi dengan baik, maka peningkatan tekanan sirkuit
vena profunda akan menyebabkan aliran balik darah ke
dalam vena penghubung. Darah vena akan dipirau ke vena
superflsialis dari vena profunda, hal ini merupakan faktor
predisposisi timbulnya varises sekunder pada vena-vena
superflsialis. Pada keadaan ini, vena superflsialis
berfungsi sebagai pembuluh darah kolateral untuk sistem
vena profunda. (Price, 2005)
H. Gejala klinis
Manifestasi klinis tersering dari varises vena adalah gangguan
kosmetik. Gejala klinis dari varises timgkai bawah yang dapat
dirasakan pada penderita antara lain :
1. Nyeri di kaki setelah berdiri lama, yang akan membaik
jika kaki diangkat lebih tinggi dari posisi jantung, atau
dengan duduk berselonjor.
2. Kaki terasa berat, dan kadang-kadang ada bengkak di
telapak kaki.
3. Muncul guratan seperti cacing berwama coklat kebiruan
4. Perasaan kaku dan sering kram pada betis
Varises tungkai bawah primer dapat menimbulkan nyeri tumpul
ringan pada tungkai, temtama menjelang malam. Rasa tidak nyaman
biasanya berkurang dengan mengangkat kaki dan memakai kaus kaki
penahan elastis. Rasa tidak nyaman karena varises tungkai bawah
sekunder cenderung lebih berat. Diagnosis varises tungkai bawah
mudah dilakukan dan didasarkan pada observasi dan palpasi vena
Secara gejala klinis, varises tungkai bawah dikelompokkan
menjadi 3 bagian yaitu :
1. Varises trunkal
Varises trunkal merupakan varises tungkai bawah
yang menyerang vena saphena magma dan vena saphena
parva, diameter lebih dari 8 mm, wama bim-biru
kehijauan. (Jong W, Sjamsuhidajat R, 2010).
2. Varises retikular
Varises retikular merupakan varises tungkai bawah
yang menyerang cabang vena saphena magna atau vena
saphena parva yang umumnya kecil dan berkelok hebat,
diameter 2-8 mm, wama bim kehijau-hijauan. (Jong W,
Sjamsuhidajat R, 2010).
3. Varises kapilar
Varises kapilar mempakan varises kapiler vena
subkutan yang tampak sebagai kelompok serabut halus
pembuluh darah, diameter 0,1-1 mm, wama merah, atau
sianotik (jarang) (Jong W, Sjamsuhidajat R, 2010)
I. Tatalaksana
Kebanyakan terapi varises dilakukan atas indikasi kosmetik.
Indikasi medis, misalnya bempa keluhan kaki berat atau sakit jika
berdiri lama. Perdarahan, pembahan kulit hipotrofik, dan
tromboflebitis superflsialis mempakan indikasi medis lain. (Jong W,
Sjamsuhidajat R, 2010)
Penanganan varises tungkai bawah dapat bempa konservatif
(non bedah) dan/atau pembedahan, tergantung keadaan penderita serta
berat ringannya penyakit. Penanganan ditujukan bukan hanya untuk
menghilangkan keluhan, memperbaiki fungsi vena, perbaikan
kosmetik, dan mencegah komplikasi, tetapi juga untuk memperbaiki
yang mengganggu secara kosmetik. Terapi ini juga akan
menghilangkan keluhan nyeri dan rasa tidak nyaman serta
mencegah komplikasi seperti phlebitis yang kambuhan
dan ulserasi (Adriana C, 2012).
Penyuntikan larutan (sklerosan) ke dalam vena
menyebabkan iritasi tunika intima dan merusak lapisan
endotel, sehingga menyebabkan trombosis, endosklerosis,
dan fibrosis pembuluh darah yang selanjutnya diserap
oleh jaringan sekitamya tanpa terjadi rekanalisasi.
Sklerosan dapat digolongkan dalam 3 jenis, yaitu :
1. Larutan deterjen (polidokanol),
2. Larutan osmotik/hipertonik (larutan garam
hipertonik atau kombinasi dengan gula hipertonik),
3. Larutan iritan kimia (polyiodide iodide)
Skleroterapi dilakukan untuk telangiektasis, varises
retikular, varises persisten atau rekuren paska bedah serta
varises pada penderita lanjut usia (Adriana C, 2012).
Kontra indikasi skleroterapi pada varises tungkai
bawah adalah obstruksi berat pada tungkai, riwayat
trombosis vena profunda, penyakit pembekuan
darah.Sedangkan kontra indikasi relatif adalah kehamilan,
penderita imobilisasi, diabetes, obesitas, urtikaria, dan
dugaan alergi terhadap sklerosa (Adriana C, 2012).
Efek samping yang mungkin timbul adalah
urtikaria, hiperpigmentasi, dermatitis kontak, folikulitis,
anyaman telangiektasis, lepuh, erosi, memar di sekitar
suntikan, dan rasa nyeri. Komplik yang lebih serius tetapi
jarang adalah nekrosis kulit, ulkus, mikrotrombus,
hematom intravaskular, tromboplebitis superflsialis,
trombosis vena profunda dengan emboli paru, anafilaksis
3. Terapi pembedahan
Pembedahan biasanya dilakukan pada penderita
varises tungkai bawah dengan varises ukuran besar,
varises pada tungkai atas sisi medial atau anterior, adanya
komplikasi statis (pigmentasi, dermatitis, ulkus),
simtomatik, dan insufisiensi perforantes (Adriana C,
2012).
Tuj uan metode pembedahan adalah untuk
menghilangkan gejala, mengurangi atau mencegah
komplikasi, memulihkan fisiologi vena, dan memperbaiki
penampilan (kosmetik).
Kontraindikasi tindakan pembedahan adalah usia
lanjut atau keadaan umum buruk, berat badan berlebihan,
tromboflebitis aktif, tukak vena terinfeksi, kehamilan,
sumbatan arteri menahun pada tungkai bersangkutan, dan
tumor besar intra abdomen (Adriana C, 2012).
Komplikasi tindak bedah pada varises tungkai
bawah adalah perdarahan, infeksi, edema tungkai,
kerusakan saraf kulit (n. saphena atau n. suralis), limfokel,
dan trombosis vena profunda. Infeksi berat dapat terjadi
pada bekas saluran "stripper". Untuk mencegah edema
tungkai dianjurkan memakai kaos kaki elastis selama dua
bulan pasca bedah. Limfokel terbentuk karena saluran
limfe terpotong saat operasi, pengobatannya cukup
dengan aspirasi. Trombosis vena dalam dapat berakibat
fatal (Adriana C, 2012).
4. Terapi laser / Endovenous Laser Therapy (ELT)
Endovenous Laser Therapy (ELT) adalah terapi
untuk varises tungkai bawah dimana serat optik
dan sinar laser (biasanya di bagian inframerah dari
spektrum) diarahkan ke bagian dalam pembuluh darah.
Terapi ini lebih tidak menyakitkan dibanding vein
ligation and stripping, menggunakan anestesi lokal serta memiliki waktu pemuHhan yang lebih pendek. Selain itu,
laser adalah pilihan yang baik untuk mengobati pembuluh
yang resisten terhadap skleroterapi (Adriana C, 2012).
Kontraindikasi ELT adalah pasien yang sedang
hamil atau menyusui, sistem vena dalam tidak memadai
untuk mendukung aliran balik vena setelah terapi,
disfungsi hati atau alergi yang mustahil menggunakan
anestesi lokal, sindrom hiperkoagulabilitas berat, refluks
vena skiatik.
Komplikasi yang dapat timbul adalah perforasi
vena, trombosis vena dalam, ekimosis, hiperpigmentasi
dan reaksi alergi (Adriana C, 2012).
J . Komplikasi
Hipertensi vena persisten akan mempengaruhi fungsi kapiler,
tekanan trans mural dan intra mural meningkat, mendorong cairan,
elektrolit dan eritrosit keluar memasuki jaringan sehingga terjadi
edema dan hiperpigmentasi. Kapiler mengalami dilatasi dan
penurunan kecepatan aliran darah, hal ini mempengaruhi adhesi
leukosit (neutrofil) pada mikrosirkulasi dan venula post kapiler,akibat
leukosit akan terperangkap pada endotel dan teraktivasi sehingga
melepaskan radikal bebas, enzim proteolitik dan sitokin, di samping
itu fibrin perikapiler akan menjadi barier terhadap difusi oksigen dan
nutrisi lain. Semua keadaan ini menyebabkan kerusakan jaringan
berupa hipoksia, iskhemi, nekrosis lemak, pigmentasi kulit, dan ulkus
.2. Sepatu Hak Tinggi {High heels)
A. Definisi
Sepatu hak tinggi {high heels) adalah sepatu yang memiliki hak
belakang runcing di atas 5 cm. Sepatu hak tinggi {high heels) dapat
membuat tingkat percaya diri seseorang menjadi lebih baik dan
berguna untuk memperindah bentuk arsitektur tubuh. Memakai sepatu
hak tinggi {high heels), semuanya adalah tentang estetika. Mereka
tidak saja akan membuat anda terlihat lebih tinggi, namun mereka
dapat membuat kaki anda terlihat lebih panjang, lebih anggun, dan
lebih feminim. Setiap wanita pada hakikatnya pasti tertarik memakai
high heels (Riyadi T. dkk, 2013).
Ada beberapa alasan mengapa kaum wanita tertarik untuk
menggunakan high heels diantaranya yaitu,:
1. Sepatu hak tinggi {high heels) membuat wanita terlihat
lebih tinggi.
Hak tinggi yang terdapat pada high heels akan
membantu para wanita menjadi lebih tinggi. Dengan
mengangkat posisi tumit beberapa sentimeter lebih atas
akan membuat mereka tampak lebih tinggi dari biasanya.
2. Sepatu hak tinggi {high heels) dapat menarik perhatian
Para wanita yang memakai high heels merasa bahwa
mereka sedang menjadi pusat perhatian. Biasanya pria
selalu tertarik dengan wanita yang memakai high heels
dan rekan wanita lainnya akan memuji high heels milik
satu sama lain.
3. Sepatu hak tinggi {high heels) dapat meningkatkan rasa
percaya diri
Wanita akan merasa lebih percaya diri dengan
memakai high heels. Hal ini disebabkan oleh beberapa
alasan. Pertama, high heels dapat membuat pakaian yang
wanita lebih agresif, sehingga ia merasa begitu percaya
diri.
Sepatu hak tinggi {high heels) membuat kaki menjadi
tampak menakjubkan
Salah satu hal menakjubkan yang dapat diciptakan
oleh high heels adalah membuat kaki wanita terlihat
bagus. Pemakaian high heels ini akan membuat kaki
wanita tampak lebih tinggi dan lebih langsing. Bukan
hanya tampak lebih seksi, tapi juga high heels dapat
mengangkat otot kaki.
Sepatu hak tinggi {high heels) dapat mempercantik
pakaian
Dengan memakai high heels, wanita akan tetap
tampil cantik meskipun hanya memakai kaos dan jeans,
high heels memberikan sentuhan feminin pada pakaian
wanita.
Sepatu hak tinggi {high heels) membuat wanita merasa
lebih seksi
Hanya dengan menggunakan high heels wanita akan
merasa seksi bahkan merasa lebih seksi dari orang-orang
membuat tumit kaki terangkat dan menguatkan posisi
bokong dan dada. (Riyadi T.dkk, 2013).
Gambar 2.6. Mind Mapping alasan wanita memakai high heels Sumber: www.repository.maranatha.edu.
B. Jenis Sepatu Hak Tinggi (High heels)
Menurut sejarah, sepatu hak tinggi ini dibuat sebagai pelindung
lumpur oleh masyarakat Venesia. Penggunaan sepatu hak tinggi ini
tergantung pada keperluan. Semakin tebal lumpur di jalan, maka
semakin lebal pula sol sepatu yang digunakan. Seiring berjalannya
waktu, sepatu ini mengalami perkembangan dengan rendah di bagian
depan dan tinggi di bagian tumit namun masih tetap bertujuan untuk
melindungi kaki dari lumpur (Pumamasari W, 2015).
Waktu demi waktu, sepatu hak tinggi mengalami modifikasi
yang cenderung bergeser mengarah kepada fashion dan pemikiran
tentang high heels pun berubah. Perempuan yang menggunakan
sepatu hak tinggi cenderung dianggap anggun. Bahkan ada yang
beranggapan bahwa semakin tinggi hak sepatu, maka semakin anggun
perempuan yang menggunakannya (Pumamasari W, 2015).
Sejak usia muda kaum wanita telah mengenai sepatu jenis ini.
Tidak dapat dipungkiri, kita semua tahu sepatu hak tinggi sudah
menjadi bagian hidup dari para wanita sejak usia muda hingga ia
pada pemakaian sepatu hak tinggi hingga usia lanjut, dan ketika
mereka menggunakan sepatu datar mereka merasa seperti berjalan
dengan kaki telanjang (Pumamasari W, 2015).
Memiliki satu atau dua pasang sepatu sepertinya tidak cukup
bagi banyak wanita - terlebih sepatu hak tinggi {high heels).
Sebenamya perasaan ini bukan sepenuhnya tanpa alasan. Terdapat
berbagai jenis sepatu hak tinggi dengan penggunaan yang
berbeda-beda. Beda penampilan, beda pula hak tinggi yang dibutuhkan
(Pumamasari W, 2015).
Berikut beberapa contoh jenis sepatu wanita yang paling umum
digunakan:
1. Stiletto
Dengan hak tinggi yang runcing dan tipis, stiletto
adalah jenis sepatu hak tinggi yang sering dianggap
menyempumakan penampilan seorang perempuan
menjadi lebih feminine dan formal, sehingga cocok
dipadu padankan dengan kemeja dan celana keija. Namun
stiletto yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan saraf
kaki terjepit. Pilihlah stiletto dengan tinggi tidak lebih dari
dua atau tiga inci.
Gambar 2.7. Stilleto
2. Wedges
Wedges adalah jenis sepatu berhak tinggi dan tebal, sehingga hak menutupi sol sepatu dari bagian depan atau
tengah hingga belakang. Wedges juga memberikan kesan
santai bagi penggunanya, sehingga lebih cocok untuk
digunakan dengan pakaian santai dibandingkan dengan
pakaian yang formal.
Gambar 2.8. Wedges
Sumber: www.download.portalgaruda.org
3. Kitten Heels
Kitten heels bukanlah sepatu hak tinggi dengan gambar anak kucing, melainkan sepatu dengan hak tinggi
yang memiliki ukuran relatif pendek, yaitu sekitar 1,5 inci.
Sepatu hak tinggi jenis ini merupakan pilihan yang aman
untuk penggunaan sehari-hari karena berkesan elegan dan
feminin, namun haknya tidak terlalu tinggi. Sepatu jenis
ini cocok untuk dikenakan di kantor, namun juga pas
untuk acara sesudah jam kantor.
Gambar 2.9. Kitten Heels
4. Platform
Bagi yang ingin menambah ketinggian hingga
beberapa sentimeter, platform adalah jawabannya.
Platform adalah jenis sepatu yang memiliki hak tinggi runcing seperti stiletto namun dengan tambahan sol tebal
pada bagian depan sepatu.
Gambar 2.10. Platform
Sumber: www.download.portalgaruda.org
5. Peeptoe Heels
Peeptoe heels adalah sepatu hak tinggi yang memiliki bagian depan terbuka, sehingga memperlihatkan
jari kaki Anda. Serupa dengan kitten hQe\s,peeptoe adalah
jenis sepatu yang cocok untuk segala acara. Peeptoe juga
cocok bagi mereka yang belum terbiasa menggunakan hak
tinggi. Bagian depannya yang terbuka memberi tekanan
yang lebih sedikit dibandingkan hak tinggi tertutup
sehingga terasa lebih nyaman.
6. Boots
Berbeda dengan peeptoe yang memiliki bagian terbuka,
boots heels adalah hak tinggi yang cenderung tertutup, karena bentuknya yang terkadang menutupi hingga di atas
mata kaki. Bagi yang suka terlihat berani dan unik, sepatu
ini cocok bagi Anda
Gambar 2.12. Boots
Sumber: www.download.portalgaruda.org
(Pumamasari W, 2015)
Sales Promotion Girl {SVG)
A. Definisi
Sales Promotion Girl (SPG) merupakan ujung tombak perusahaan untuk memperkenalkan suatu produk yang akan
ditawarkan kepada masyarakat. Mereka merupakan tangan
perusahaan yang bergerak di bidang jasa pelayanan konsumen. Sales
Promotion Girl (SPG) diibaratkan sebagai ujung tombak karena memang merekalah yang akan pertama kali melakukan kontak
langsung dengan calon pelanggan. Sales Promotion Girl (SPG) juga
berperan untuk promosi seperti memberitahukan, mengingatkan dan
membujuk pembeli dalam proses pembelian (Dewanda,dkk. 2013).
Sales Promotion Girl dibedakan menjadi dua kategori yaitu
Sales Promotion Girl (SPG) event dan Sales Promotion Girl (SPG)
regular, perbedaan tersebut terletak pada sistem kerjanya. Sales
Promotion Girl (SPG) event bekerja hanya waktu event yang akan
digelar saja, namun berbeda dengan Sales Promotion Girl (SPG)
Namun kedua kategori tersebut memiliki persamaan yaitu diberikan
sistem target penjuaian (Dewanda.dkk, 2013).
Menurut keterangan para informan ada beberapa persyaratan
dan kriteria umum dalam perekrutan untuk menjadi sales promotion
girl, yaitu diantaranya: minimum umur 17 tahun, tinggi badan
minimum 160 cm, pendidikan terakhir minimum sederajat SMU,
berat badan maksimal 56 kg, berpenampilan menarik, berpengalaman
sebagai SPG atau punya minat belajar untuk menjadi SPG, mampu
berkomunikasi dengan baik, berkepribadian ramah, raj in, ulet,
cekatan, inisiatif, rapi dalam berpakaian ataupun penampilan, mau
bekeija keras dan bersedia ditempatkan di store/stand sesuai
kebutuhan perusahan (Dewanda.dkk, 2013).
Sepatu yang biasa digunakan Sales Promotion Girl (SPG)
wanita biasanya adalah sepatu tertutup yang memiliki hak kurang dari
5 cm dan hak diatas 5 cm. Pada pegawai yang memakai sepatu dengan
hak diatas 5 cm kemungkinan dapat terjadi varises tungkai bawah
karena pemakaian sepatu hak diatas 5 cm dapat membuat peredaran
darah pada bagian tungkai bawah menjadi tidak lancar sehingga
Kerangka Teori
Varises Tungkai Bawah
1 Genetik ! Kehamilan I Usia i I M T
I Pemakaian kontrasepsl
L
Gambar 2.12 Kerangka Teori
Keterangan :
' ' = Variabel yang diteliti
\ "i = Variabel yang tidak diteliti
Hipotesis
Ho : Tidak ada hubungan penggunaan high heels pada Sales Promotion Girl
(SPG) terhadap timbulnya varises tungkai bawah
Hi : Ada hubungan penggunaan/i/gh/ieW^ pada Me^Pro/noZ/owG/W (SPG)
terhadap timbulnya varises tungkai bawah. Pemakaian heels
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah tipe cross-sectional. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui hubungan penggunaan
sepatu hak tinggi {high heels) dengan varises tungkai bawah pada Sales
Promotion Girl (SPG) di Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center dan Palembang Square dengan menggunakan instrumen
penelitian sehingga menghasilkan data yang bersifat deskriptif.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian 3.2.1. Waktu
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Oktober sampai dengan
Desember.
3.2.2. Tempat
Penelitian ini telah dilaksanakan di Palembang Icon, Palembang Indah
Mall, Palembang Trade Center dan Palembang Square.
3.3. Populasi dan Sampel 3.3.1. Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini yaitu :
3.3.1.1. Populasi Target
Populasi target yaitu Pegawai Toko Palembang Icon,
Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center dan
Palembang Square
3.3.1.2. Populasi Teijangkau
Populasi terjangkau yaitu Sales Promotion Girl (SPG) di
Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade
3.3.2. Sampel dan Besar Sampel Penelitian 3.3.2.1. Sampel Penelitian
Sampel pada penelitian ini adalah seluruh Sales Promotion Girl
(SPG) di Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade
Center dan Palembang Square yang memenuhi kriteria inklusi di
bawah i n i :
1. Memiliki jam kerja l-8jam dengan dominan berdiri setiap
harinya,
2. Berjenis kelamin perempuan,
3. Memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) ideal,
4. Belum pemah hamil atau melahirkan,
5. Tidak dalam masa program KB atau suntikan hormon,
6. Tidak memiliki riwayat varises tungkai bawah dalam
keluarga,
7. Sales Promotion Girl (SPG) yang bersedia menjadi sampel penelitian.
3.3.2.2. Besar Sampel Penelitian
Sampel penelitian ini adalah Sales Promotion Girl (SPG) di
Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center dan
Palembang Square yang diperoleh dengan menggunakan rumus Slovin
sebagai berikut (Siregar, 2013).
N
1
+ N (e)2Keterangan:
N Jumlah populasi
Besamya sampel
Toleransi kesalahan atau ketidaktelitian (5%)
n e
N
n =
1 +
N(e
)2
1 0 0
n =
100
" ~ 1 + 100.0,0025 100
" ~ 1 + 0,25 100
n = 80
Dibulatkan menjadi 80 Sales Promotion Girl (SPG) .
Berdasarkan hasil perhitungan diatas jumlah sampel minimal
adalah 80 Sales Promotion Girl (SPG).
3.3.3. Kriteria Inklusi dan Ekslusi 3.33.1. Kriteria Inklusi
1. Sales Promotion Girl (SPG) di Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center dan
Palembang Square,
2. Memiliki jam kerja 1-8 jam dengan dominan berdiri
setiap harinya,
3. Berjenis kelamin perempuan,
4. Memiliki Indeks Masa Tubuh (IMT) ideal,
5. Tidak memiliki riwayat varises tungkai bawah dalam
keluarga,
6. Tidak dalam masa program KB atau suntikan hormon,
7. Sales Promotion Girl (SPG) yang bersedia menjadi sampel penelitian.
3.3.3.2. Kriteria Ekslusi
3.3.4. Cara Pengambilan Sample Penelitian
Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan teknik consecutive sampling.
3.4. Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
3.4.1, Dependen : Varises Tungkai Bawah
3.5. Definisi Operasional
Tabel 3.1. Definisi Operasional
No Variabel yang diukur
Definisi Cara
ukur
Alat ukur Ska la ukur
Hasil ukur
1 Vflrispfs Vari<ip*; adalah M p m m t a
I V l ^ I l l l l lid
Oiip^tinnpr O r d i n a l 0 — T i d a k
T i i n o k a i nprnanianpan rpsnnndpn
I L A X 1 i U w i 1
dpnoan 1 — Y a
R a w f l h dan hprkplnW- i i n t i i k
U l l L l U v
k r i t p n a
k p l n k f i v a mpnaiGi iiiwiiKiAi C F A P
pembuluh darah questioner
vena yang
disertai
gangguan
sirkulasi darah
di dalamnya dan
terdapat
minimal 2 gejala
klinis padda
responden
2. High heels Sepatu yang mempunyai ketinggian pada tumit dengan karakteristik karakter yang beragam yang
dipakai Sales
Promotion Girl
(SPG)
Wawancar
a kepada
responden
Observasi Ordinal 0 - high
heels <5
cm
1 = high heels > 5
3.6. Cara Pengumpulan Data
Cara pengumpulan data penelitian yaitu dengan melihat data primer
yaitu observasi langsung dan juga diberikan kuisioner serta wawancara dan
data sekunder untuk melihat jumlah pegawai wanita yang bekerja.
3.6.1. Data Primer
1. Subjek penelitian dibagikan kuesioner mengenai kriteria inklusi
penelitian.
2. Subjek penelitian yang sesuai dengan criteria
penelitian diminta persetujuaimya dengan informed consent
tertulis.
3. Subjek yang sudah menandatangani informed consent akan
menjadi subjek penelitian dengan cara mengisi kuesioner yang
telah dibagikan.
3.6.2. Data Sekunder
Pengumpulan data pada penelitian ini akan diperoleh dari data
sekimder, yaitu data Sales Promotion Girl (SPG) yang bekerja
sebagai data seluruh pegawai Sales Promotion Girl (SPG) di
Palembang Icon, Palembang Indah Mall, Palembang Trade Center dan
Palembang Square.
3.7. Metode Teknik Analisis Data
Pengoiahan data dalam penelitian ini akan dilakukan melalui empat
tahap, yaitu:
1. Data Entry
Pada tahap ini, data yang telah didapat dari hasil wawancara dan
kuisioner yang telat diberikan kepada Sales Promotion Girl (SPG)
pusat kota Palembang dikumpulkan dan dimasukkan ke dalam
komputer.
2. Editing
Pada tahap ini, data yang telah dimasukkan ke dalam komputer
3. Coding
Setelah melalui proses editing, data-data diberi kode tertentu
sehingga memudahkan dalam melakukan analisis data.
4. Tabulating
Pada tahap ini, data yang sama data yang sama dikelompokkan
secara teliti dan teratur kemudian dihitung dan dijumlahkan lalu
disajikan dalam bentuk tabel-tabel.
Untuk menganalisis data dalam penelitian ini, akan dilakukan analisis
data univariat dan bivariat dengan menggunakan program spss, sebagai
berikut:
1. Analisis Univariat
Analisis univariat akan dilakukan dengan cara melakukan analisis
pada setiap variabel hasil penelitian dengan tujuan untuk mengetahui
distribusi proporsi pada setiap variabel penelitian. Data disajikan dalam
bentuk tabel dan narasi.
2. Analisis Bivariat
Analisis bivariat dilakukan dengan menggunakan uji statistik
chi-square. Jika tidak memenuhi syarat uji chi-square, maka dilakukan uji
altematif lain, yaitu uji fisher tabel 2x2cm untuk variabel varises
tungkai bawah dan sepatu hak tinggi {high heels). Batas kemaknaan
yang digunakan adalah a = 0,05. Jika didapatkan p value < 0,05 pada
uji statistik, maka tidak terdapat hubungan yan