KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
2.1 GEOGRAFIS DAN ADMINISTRATIF WILAYAH
Kondisi geografi Kota Makassar sangat di pengaruhi oleh kondisi
wilayahnya. Secara administrasi Kota Makassar memiliki luas wilayah kurang lebih
175,77 Km2 terdiri atas 14 kecamatan dan 143 kelurahan. Berdasarkan letak geografis
wilayah Kota Makassar berada pada posisi 5o8'6' 19" Lintang Selatan dan 119o24' 17
38" Bujur Timur dengan batas administrasi wilayah sebagai berikut:
• Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Maros
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Gowa
• Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Maros
• Sebelah Barat berbatasan dengan Selat Makassar
2.2 Potensi Wilayah Kota Makassar
Tabel 2.1
Perkembangan Ekonomi Makro Menurut Lapangan Usaha Kota Makassar Tahun 2011-2016
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
Tabel 2.2.
Realisasi penerimaan daerah menurut jenisnya di Kota Makassar Tahun 2016
Uraian Realisasi (ribuan rupiah)
Pajak Daerah 1.063.441.478.000
Retribusi Daerah 1.617.274.941.000
Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan 14.415.420.000
Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah 81.351.440.000
Penerimaan Dari Dinas-Dinas -
Dana Bagi Hasil Pajak/Bagi Hasil Bukan Pajak 123.653.266.000
Dana Alokasi Umum 1.324.023.135.000
Dana Alokasi Khusus 169.598.540.000
Hibah -
Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan dari Pemerintah Lainnya
297.901.064.000
Dana Penyesuaian dan Otonomi Khusus 379.082.824.000
Bantuan Keuangan dari Provinsi dan Pemerintah Lainnya 59.782.795.000
Jumlah 3.659.221.632.000
Sumber : Dinas Pendapatan Daerah Kota Makassar dan PERDA APBD 2016
Tabel 2.3
PDRB atas dasar harga berlaku menurut lapangan usaha Tahun 2011-2016
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
Tabel 2.4.
PDRB atas dasar harga konstan menurut lapangan usaha Tahun 2011-2016
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka 2017
2.3 DEMOGRAFI
Penduduk Kota Makassar tahun 2016 tercatat sebanyak 1,469,601
jiwa yang terdiri dari 727,314 laki -laki dan 742,287 perempuan. Angka
tersebut memberikan indikator pesatnya kegiatan pembangunan yang perlu
disiapkan dimasa yang akan datang. Secara umum kondisi demografi dan
kependudukan Kota Makassar dijelaskan pada kajian berikut.
2.3.1 Sebaran Penduduk d a n s t r u k t u r p e n d u d u k Berdasarkan Jenis Kelamin.
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat ditunjukkan dengan
rasio jenis kelamin Rasio jenis kelamin penduduk Kota Makassar yaitu sekitar
97,77 persen, yang berarti setiap 100 penduduk wanita terdapat 98
penduduk laki-laki Penyebaran penduduk Kota Makassar dirinci menurut
kecamatan, menunjukkan bahwa penduduk masih terkonsentrasi diwilayah
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
total penduduk, disusul kecamatan Tamalate sebanyak 194,493 jiwa (12,99
persen).
Tabel 2.1. Jumlah Penduduk Dirinci Menurut Kecamatan di Kota Makassar
Sumber : BPS, Makassar Dalam Angka 2017
2.3.2 Laju Pertumbuhan Penduduk
Pola penyebaran penduduk di Kota Makassar secara umum terakumulasi di
pusat kota dan pusat-pusat pertumbuhan kota. Perkembangan jumlah penduduk,
dan pertumbuhan penduduk dirinci menurut kecamatan di Kota Makassar pada
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
Tabel 2.3. Laju Pertumbuhan Penduduk Kota Makassar Tahun 2011-2016
No Kecamatan Tahun
Kepadatan Penduduk
(KM2)
Pertumbuhan Penduduk
(%)
2011 2012 2013 2014 2015 2016
1 Mariso 55.431 55.875 56.408 56.524 56.578 59,292 31.087 0,42
2 Mamajang 61.294 58.998 59.560 59.170 58.087 61,007 25.816 -0,52
3 Tamalate 154.464 170.878 172.506 176.947 182.939 194,493 9.052 2,3
4 Rappocini 145.09 151.091 152.531 154.184 156.665 164,563 16.973 1,21
5 Makassar 84.143 81.700 82.478 82.027 81.054 84,758 32.164 -0,26
6 Ujung
Pandang 29.064 26.904 27.160 27.201 26.486 28,497 10.067 -0,53
7 Wajo 35.533 29.359 29.639 29.630 27.556 30,933 13.847 -2,09 8 Bontoala 62.731 54.197 54.714 54.515 52.631 56,536 25.062 -0,97
9 Ujung Tanah 49.103 46.688 47.133 47.129 46.836 49,223 7.885 0,11
10 Tallo 137.333 134.294 135.574 134.783 138.419 139,167 23.743 1,01
11 Panakukang 136.555 141.382 142.729 142.308 144.997 147,783 8.504 0,85
12 Manggala 100.484 117.075 118.191 122.838 130.943 138,659 5.424 3,8
13 Biringkanaya 130.651 167.741 169.340 177.116 195.906 202,520 4.063 5,31
14 Tamalanrea 90.473 103.192 104.175 105.234 108.984 112,170 3.423 1,84
Jumlah 1.253.656 1.272.34 9
1.339.374 1.352.136 1.408.0 72
1,469,60 1
8.011 1,68
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
2.3.3 Struktur Penduduk Berdasarkan Kesejahteraan
Jumlah penduduk berdasarkan ukuran kesejahteraan pada tahun 2013 di Kota Makassar dengan jumlah keluarga pra keluarga sejahtera 54.427
keluarga dan keluarga sejahtera I sebanyak 62.097, untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 2.4
Jumlah Keluarga Dirinci Menurut Kecamatan dan Tahapan Keluarga Sejahtera di Kota Makasar
NO KECAMATAN JUMLAH KEPALA
KELUARGA
TAHAPAN KELUARGA SEJAHTERA
PRA KELUARGA SEJAHTERA
KELUARGA SEJAHTERA
I
KELUARGA SEJAHTERA
II
KELUARGA SEJAHTERA
III
KELUARGA SEJAHTERA III
PLUS
1 MARISO 12.040 3.993 3.108 2.580 1.964 395
2 MAMAJANG 11.917 2.666 3.620 3.559 1.669 403
3 TAMALATE 33.571 9.063 6.499 8.212 6.788 3.010
4 RAPPOCINI 29.506 4.709 5.043 8.229 8.537 2.989
5 MAKASSAR 17.758 5.994 5.749 2.705 2.151 1160
6 UJUNG PANDANG 5.833 201 465 2.802 2.082 283
7 WAJO 8.179 861 2.374 2.072 1.823 1049
8 BONTOALA 11.155 2.461 3.306 2.785 1.766 836
9 UJUNG TANAH 10.674 2.104 5.191 1.985 1302 93
10 TALLO 28.120 6.529 8.375 8.916 3.702 598
11 PANAKKUKANG 27.313 5.928 4.434 7.338 6.433 3.180
12 MANGGALA 21.884 3.167 4.752 5.989 4.232 3.744
13 BIRINGKANAYA 31.669 5.436 5.625 9.299 8.666 2.644
14 TAMALANREA 17.444 1.135 3.556 6.658 4.514 1.581
MAKASSAR 267.063 54.247 62.097 73.129 55.629 21.965
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
Sedangkan untuk keluarga penerima raskin digambarkan pada tabel berikut :
Tabel 2.5
Jumlah Kepala Keluarga miskin Yang Menerima Raskin Menurut Kecamatan Kota Makassar Tahun 2016
NO KECAMATAN JUMLAH KK
PENERIMA`RASKIN
JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KEPALA
KELUARGA
1 MARISO 1.985 56.578 14.145
2 MAMAJANG 1.625 58.087 14.522
3 TAMALATE 7.449 182.939 45.735
4 RAPPOCINI 4.139 156.665 39.166
5 MAKASSAR 3.933 81.054 20.264
6 UJUNG PANDANG 485 26.486 6.622
7 WAJO 433 27.556 6.889
8 BONTOALA 1.535 52.631 13.158
9 UJUNG TANAH 2.974 46.836 11.709
10 TALLO 5.714 138.419 34.605
11 PANAKKUKANG 4.972 144.997 36.249
12 MANGGALA 2.857 130.943 32.736
13 BIRINGKANAYA 4.211 195.906 48.977
14 TAMALANREA 1.905 108.984 27.246
MAKASSAR 44.217 1.408.072 352.018
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
2.4 Isu Strategis Sosial, Ekonomi dan Linfkungan
Sosial budaya/adat istiadat merupakan karakteristik masyarakat suatu
daerah yang dijunjung tinggi secara turun temurun dari suatu generasi ke generasi
berikutnya. Adat istiadat atau kebiasaan masyarakat merupakan salah satu aspek yang
turut menentukan dalam pelaksanaan pembangunan, pemeliharaan dan
pengembangan. Kebiasaan yang masih mengakar sampai saat ini di Kota Makassar
antara lain :
• Kultur individualisme cukup tinggi dengan kategori masyarakat heterogen.
• Upacara adat, antara lain; perkawinan, khinatan, kematian, syukuran
kelahiran bayi dan pesta adat lainnya.
2.4.1 Isu Sosial
Masalah pendidikan di Kota Makassar adalah bagian integral dari sistem
pendidikan nasional yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 yang bertujuan untuk
meningkatkan iman dan taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, kecerdasan,
keterampilan, budi pekerti, kepribadian dan semangat kebangsaan sehingga dapat
menumbuhkan manusia-manusia pembangunan yang mampu membangun dirinya sendiri
serta bersama-sama bertanggung jawab atas pembangunan bangsa.
Dalam rangka mencerdaskan bangsa serta meningkatkan partisipasi sekolah,
penduduk tentunya harus diimbangi dengan penyediaan sarana dan prasarana
pendidikan, baik pendidikan formal maupun non formal.
Berdasarkan klasifikasinya, struktur penduduk menurut tingkat pendidikan di
Kota Makassar terdiri dari kelompok penduduk yang berpendidikan sekolah dasar
(SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA)
dan perguruan tinggi (PT). Lebih jelasnya dapat dilihat pada kajian Tabel di bawah ini.
Pembangunan bidang pendidikan bertujuan untuk mencerdaskan kehidupan
bangsa. Pembangunan Sumber Daya Manusia (SDM) suatu negara akan
menentukan karakter dari pembangunan ekonomi dan sosial, karena manusia
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
Tabel 2.8. Struktur Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No Kecamatan
Penduduk Yang Sementara Menempuh
Pendidikan (Jiwa) Persentase Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2015
Tabel 2.9. Jumlah Fasilitas pendidikan Kota Makassar
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
Sumber : Kota Makassar Dalam Angka, 2017
Berdasarkan klasifikasinya, struktur penduduk menurut tingkat pendidikan di
Kota Makassar terdiri dari kelompok penduduk yang berpendidikan sekolah dasar
(SD), sekolah lanjutan tingkat pertama (SLTP), sekolah lanjutan tingkat atas (SLTA)
dan perguruan tinggi (PT). Lebih jelasnya dapat dilihat pada kajian Tabel di bawah ini.
2.4.2 Isu Ekonomi kota Makassar
Sebanyak 432.115 jiwa atau 131.299 kepala keluarga (kk) dari total penduduk kota
Makassar, sekitar 1,4 juta orang menetap dalam kawasan pemukiman kumuh. Berdasarkan
data Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda), pemukiman kumuh yang
tersebar di seluruh kecamatan menempati area seluas 47,62 kilometer (km) persegi.
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
yang ada, warga yang tinggal dalam kawasan pemukiman miskin paling banyak di
Tamalate sebanyak 15.893 kk menempati area sekitar 2,5 km persegi. Warga Tamalate ini
tersebar di tiga kelurahan, yakni Parang Tambung 8.142 kk, Maccini Sombala 4.418 kk, dan
Balang Baru 3.333 kk. Kedua ditempati Kecamatan Rappocini 11.245 kk yang disumbang
dua kelurahan, Gunung Sari dan Bata-bantaeng. Posisi ketiga, Kecamatan Makassar,
mencakup enam kelurahan dihuni 10.447 kk.
Selanjutnya berturut-turut, Kecamatan Tallo 9.344 kk, Tamalanrea 9.277 kk,
Panakkukang 8.853 kk, Mariso 7.501 kk, Ujung Tanah 6.014 kk, Manggala 5.170 kk, Wajo
4.005 kk, Mamajang 3.189 kk, Ujung Pandang 2.217 kk, dan Biringkanaya 961 kk.
Biringkanaya yang merupakan kecamatan paling luas di Makassar hanya terdata satu
kawasan kumuh yakni Kelurahan Untia.
Setiap kk dalam kawasan pemukiman kumuh dirata-ratakan memiliki anggota
keluarga 4-5 orang. Hanya kk di Kelurahan Gusung dan Barrang Lompo Kecamatan Ujung
Tanah yang memiliki anggota keluarga rata-rata tujuh orang. Bappeda mencatat,
penduduk miskin di Makassar 2013 hanya 44.217 kk. Jumlah ini menurun dibanding
penduduk miskin 2012 sebanyak 46.355 kk dan 62.192 kk di 2011. Penduduk kategori miskin
umumnya menetap di pemukiman kumuh. Penduduk miskin paling banyak terdapat di
Kecamatan Tamalate 7.449 kk, Tallo 5.714 kk, Panakkukang 4.972 kk, Rappocini 4.139 kk,
Biringkanaya 4.211 kk. Penduduk miskin paling sedikit di Kecamatan Wajo 433 kk, Ujung
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
Tabel 2.10 Data Sebaran Jumlah Individu, Rumah Tangga, dan Keluarga berdasarkan Basis Data Terp adu PPLS Tahun 2016
Nama Kecamatan
Jumlah Individu Jumlah Rumah Tangga Jumlah Keluarga
Sangat
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
2.4.3 Isu Lingkungan kota Makassar
Kajian lingkungan dibutuhkan untuk memastikan bahwa dalam
penyusunan RPI2JM bidang Cipta Karya oleh pemerintah kabupaten/kota telah
mengakomodasi prinsip perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup. Adapun
amanat perlindungan dan pengelolaan lingkungan adalah sebagai berikut :
1. UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup
“Instrumen pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup terdiri atas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS),
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan-Upaya Pemantauan Lingkungan (UKL-UPL) dan Surat
Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup
(SPPLH)”
2. UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapan prinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara
konsisten di segala bidang”
3. Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai
adalah perbaikan mutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya
alam di perkotaan dan pedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan
dengan peningkatan daya dukung dan daya tampung lingkungan;
peningkatan kapasitas adaptasi dan mitigasi perubahan iklim”
4. Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan
Hidup Strategis:
Dalam penyusunan kebijakan, rencana dan/atau program, KLHS
digunakan untuk menyiapkan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana
dan/atau program agar dampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak
diharapkan dapat diminimalkan.
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu
disusun dokumen Amdal, UKL dan UPL, atau Surat Pernyataan Kesanggupan
Pengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL bagi
kegiatan yang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
8.1.1 Kajian Lingkungan Hidup Strategis ( KLHS )
KLHS adalah sebuah bentuk tindakan strategik dalam menuntun,
mengarahkan, dan menjamin tidak terjadinya efek negatif terhadap lingkungan
dan keberlanjutan dipertimbangkan secara inheren dalam kebijakan, rencana dan
program [KRP]. Posisinya berada pada relung pengambilan keputusan.
Menurut UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup,
Kajian Lingkungan Hidup Strategis, yang selanjutnya disingkat KLHS, adalah
rangkaian analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif untuk memastikan
bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi
dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program.
KLHS perlu diterapkan di dalam RPIJM antara lain karena:
a. RPIJM membutuhkan kajian aspek lingkungan dalam perencanaan
pembangunan infrastruktur.
b. KLHS dijadikan sebagai alat kajian lingkungan dalam RPIJM adalah
karena RPIJM bidang Cipta Karya berada pada tataran
Kebijakan/Rencana/Program. Dalam hal ini, KLHS menerapkan
prinsip-prinsip kehati-hatian, dimana kebijakan, rencana dan/atau program
menjadi garda depan dalam menyaring kegiatan pembangunan yang
berpotensi mengakibatkan dampak negatif terhadap lingkungan hidup
Tahapan Pelaksanaan KLHS
Tahapan pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan usulan
rencana/program dalam RPIJM per sektor dengan mempertimbangkan isu-isu pokok
seperti :
i. perubahan iklim,
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
iii. peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor,
kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan,
iv. penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam,
v. peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan,
vi. peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat; dan/atau
vii. peningkatan risiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia. Isu-isu
tersebut menjadi kriteria apakah rencana/program yang disusun
teridentifikasi menimbulkan resiko atau dampak terhadap isu-isu
tersebut.
Tahap ke-2 setelah penapisan terdapat dua kegiatan. Jika melalui proses
penapisan di atas tidak teridentifikasi bahwa rencana/program dalam RPIJM tidak
berpengaruh terhadap kriteria penapisan di atas maka berdasarkan Permen
Lingkungan Hidup No. 9/2011 tentang Pedoman Umum KLHS, Tim Satgas RPIJM
Kabupaten/Kota dapat menyertakan Surat Pernyataan bahwa KLHS tidak perlu
dilaksanakan, dengan ditandatangani oleh Ketua Satgas RPIJM dengan persetujuan
BPLHD, dan dijadikan lampiran dalam dokumen RPIJM Namun, jika teridentifikasi
bahwa rencana/program dalam RPIJM berpengaruh terhadap kriteria penapisan di
atas maka Satgas RPIJM didukung dinas lingkungan hidup (BPLHD) dapat menyusun
KLHS dengan tahapan sebagai berikut:
1. Pengkajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Wilayah
Perencanaan, dilaksanakan melalui 4 (empat) tahapan sebagai berikut:
a) Identifikasi Masyarakat dan Pemangku Kepentingan Lainnya Tujuan
identifikasi masyarakat dan pemangku kepentingan adalah:
i. Menentukan secara tepat pihak-pihak yang akan dilibatkan dalam
pelaksanaan KLHS
ii. Menjamin diterapkannya azas partisipasi yang diamanatkan UU No. 32
Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup;
iii. Menjamin bahwa hasil perencanaan dan evaluasi kebijakan, rencana
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
iv. Agar masyarakat dan pemangku kepentingan mendapatkan akses untuk
menyampaikan informasi, saran, pendapat, dan pertimbangan tentang
pembangunan berkelanjutan melalui proses penyelenggaraan KLHS.
b) Identifikasi Isu Pembangunan Berkelanjutan
Tujuan identifikasi isu pembangunan berkelanjutan:
i. penetapan isu-isu pembangunan berkelanjutan yang meliputi aspek sosial,
ekonomi, dan lingkungan hidup atau keterkaitan antar ketiga aspek
tersebut;
ii. pembahasan fokus terhadap isu signifikan; dan
iii. membantu penentuan capaian tujuan pembangunan berkelanjutan.
c) Identifikasi Kebijakan/Rencana/Program (KRP)
d) Kajian Pengaruh KRP terhadap Kondisi Lingkungan Hidup di Suatu Wilayah
2. Perumusan Alternatif Penyempurnaan KRP
Tujuan perumusan alternatif penyempurnaan kebijakan, rencana, dan/atau
program untuk mengembangkan berbagai alternatif perbaikan muatan KRP dan
menjamin pembangunan berkelanjutan. Setelah dilakukan kajian, dan disepakati
bahwa kebijakan, rencana dan/atau program yang dikaji potensial memberikan
dampak negatif pada pembangunan berkelanjutan, maka dikembangkan beberapa
alternatif untuk menyempurnakan rancangan atau merubah kebijakan, rencana
dan/atau program yang ada. Beberapa alternatif untuk menyempurnakan dan atau
mengubah rancangan KRP mempertimbangkan antara lain:
a. Memberikan arahan atau rambu-rambu mitigasi terkait dengan kebijakan,
rencana, dan/atau program yang diperkirakan akan menimbulkan dampak
lingkungan atau bertentangan dengan kaidah pembangunan berkelanjutan.
b. Menyesuaikan ukuran, skala, dan lokasi usulan kebijakan, rencana, dan/atau
program.
c. Menunda, memperbaiki urutan, atau mengubah prioritas pelaksanaan
kebijakan, rencana, dan/atau program.
d. Mengubah kebijakan, rencana, dan/atau program.
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
KLHS merupakan instrumen lingkungan yang diterapkan pada tataran
rencana-program. Sedangkan pada tataran kegiatan atau keproyekan, instrumen
yang lebih tepat diterapkan adalah Amdal, UKL-UPL. Dan SPPLH
Tabel 2.11 Daftar Penjaringan Isu Lingkungan Terkait RPIJM Kota Makassar.
Kode Isu
Lingkungan
B Kerusakan, Kemerosotan, dan/atau Kepunahan Keanekaragaman Hayati
B2 Berkurangnya luasan vegetasi mangrove akibat konversi
permukiman dan pemanfaatan untuk kegiatan komersil
C Peningkatan Intensitas dan Cakupan Wilayah Bencana Banjir, Longsor,
Kekeringan, dan/atau Lahan
C1 Peningkatan intensitas wilayah banjir
D Penurunan Mutu dan Kelimpahan Sumber Daya Alam
D3 Penurunan potensi air tanah
D6 Penurunan ketersediaan air
E Peningkatan Alih Fungsi Lahan
E3 Penurunan kualitas lingkungan akibat pengelolaan lahan tidak
berkelanjutan
F Peningkatan Jumlah Penduduk Miskin atau Terancamnya Keberlanjutan
Penghidupan Sekelompok Masyarakat
F1 Terjadi konflik sosial
G Peningkatan Resiko Terhadap Kesehatan dan Keselamatan Manusia
G5 Penurunan kondisi kesehatan lingkungan
G10 Pencemaran udara akibat Sampah
G11 Pencemaran air akibat sampah
Sumber : KLHS RTRW Kota Makassar Tahun 2017
Indikator penilaian KLHS RPIJM Kota Makassar mengacu Kepada KLHS RTRW
Kota Makassar yang telah dibuat dan disusun.
8.1.2 Amdal, UKL-UPL, dan SPPLH
Pengelompokan atau kategorisasi proyek mengikuti ketentuan yang telah
ditetapkan dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2012 tentang
jenis rencana usaha dan/atau kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 10 Tahun 2008 Tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha
Dan/Atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi dengan
Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup, yaitu :
1. Proyek wajib AMDAL
2. Proyek tidak wajib AMDAL tapi wajib UKL-UPL
KOTA MAKASSAR TAHUN 2018-2022
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya Kota Makassar dan batasan
kapasitasnya yang wajib dilengkapi dokumen AMDAL adalah sebagai berikut :
Tabel 2. 12 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No Jenis Kegiatan Skala/Besaran
A Persampahan :
a. Pembangunan TPA Sampah Domestik dengan sistem Control landfill/sanitary landfill :
- luas kawasan TPA, atau - Kapasitas Total
> 10 ha
b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Sampah terpadu:
- Kapasitas > 500 ton/hari
B Pembangunan Perumahan/Permukiman:
a. Kota sedang dan kecil, luas > 100 ha
b. keperluan settlement transmigrasi > 2.000 ha C Air Limbah Domestik :
a. Pembangunan IPLT, termasuk fasilitas penunjang:
- Luas, atau - Kapasitasnya
> 2 ha > 11 m3/hari b. Pembangunan IPAL limbah domestik,
termasuk fasilitas penunjangnya: - Luas, atau
- Kapasitasnya
> 3 ha
> 2,4 ton/hari c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah:
- Luas layanan, atau - Debit air limbah
> 500 ha
> 16.000 m3/hari D Pembangunan Saluran Drainase (Primer
dan/atau sekunder) di permukiman
- Kota sedang, panjang: > 10 km
E Jaringan Air Bersih Di Kota Besar/Metropolitan a. Pembangunan jaringan distribusi
- Luas layanan > 500 ha
b. Pembangunan jaringan transmisi
- panjang > 10 km