KARS
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
(SKP)
Curiculum vitae: DR.Dr.Sutoto.,M.Kes
JABATAN SEKARANG:
• Ketua KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit ) Th 2011-2014
• Ketua umum PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) Th 2009-2012/ 2012-2015 • Dewan Pembina MKEK (Majelis Kehormatan Etika Kedokteran) IDI Pusat 2009-2012/2012-2015 • Dewan Pembina AIPNI (Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia)
• Anggota Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Kementerian Kesehatan R.I • Dewan Pengawas RS Mata Cicendo,Pusat Mata Nasional
PENDIDIKAN:
1. SI Fakultas Kedokteran Univ Diponegoro 2. SII Magister Manajemen RS Univ. Gajahmada
3. S III Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (Cumlaude)
PENGALAMAN KERJA
• Staf Pengajar Pascasarjana MMR UGM, UMY, UHAMKA
• Surveyor Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) sejak 1998
• Kepala Puskesmas Purwojati, Banyumas, Jawa Tengah, tahun 1978-1979 • Kepala Puskesmas Jatilawang, Banyumas,jawa Tengah., tahun 1979-1992 • Direktur RSUD Banyumas Jawa Tengah 1992-2001
• Direktur Utama RSUP Fatmawati Jakarta 2001 - 2005 • Direktur Utama RS Kanker Dharmais Jakarta 2005-2010
• Sesditjen/Plt Dirjen Bina Pelayanan Medis KEMENKES R.I( Feb-Sept 2010)
ENAM SASARAN KESELAMATAN PASIEN
•
Sasaran I : Ketepatan identifikasi pasien
•
Sasaran II: Peningkatan komunikasi yang efektif
•
Sasaran III: Peningkatan keamanan obat yang
perlu diwaspadai
(high-alert)
•
Sasaran lV: Kepastian lokasi,
tepat-prosedur, tepat-pasien operasi
•
Sasaran V: Pengurangan risiko infeksi terkait
pelayanan kesehatan
•
Sasaran VI: Pengurangan risiko pasien jatuh
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk memperbaiki /
meningkatkan
ketelitian identifikasi
pasien.
SASARAN I : KETEPATAN IDENTIFIKASI PASIEN
WARNA GELANG PASIEN
5
GELANG IDENTITAS
•
Biru: Laki Laki
•
Pink: Perempuan
GELANG PENANDA:
•
Merah: Alergi
•
Kuning: Risiko Jatuh
PETUGAS HARUS MELAKUKAN
IDENTIFIKASI PASIEN SAAT:
pemberian obat
pemberian darah / produk darah
pengambilan darah dan spesimen
lain untuk pemeriksaan klinis
Sebelum memberikan
pengobatan
Sebelum memberikan tindakan
Elemen Penilaian SKP.I.
1. Pasien diidentifikasi menggunakan dua identitas pasien, tidak boleh menggunakan nomor kamar atau lokasi pasien
2. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, darah, atau produk darah.
3. Pasien diidentifikasi sebelum mengambil darah dan
spesimen lain untuk pemeriksaan klinis (lihat juga AP.5.6, EP 2)
4. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian pengobatan dan tindakan / prosedur
5. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan
identifikasi yang konsisten pada semua situasi dan lokasi
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF
•
Rumah sakit mengembangkan
pendekatan untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar para
pemberi layanan.
Komunikasi yang mudah terjadi
kesalahan
Terjadi pada saat:
Perintah diberikan secara
lisan
Perintah diberikan melalui
telpon
Saat pelaporan kembali hasil
pemeriksaan kritis.
Perintah Lisan/Lewat Telepon
1.
Tulis Lengkap
2.
Baca Ulang- Eja
untuk NORUM/LASA
3.
Konfirmasi
lisan
dan tanda tangan
ISI PERINTAH
NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
PEMBERI PERINTAH
NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
PENERIMA PERINTAH
TANGGAL DAN JAM
Elemen Penilaian SKP.II.
1. Perintah lengkap secara lisan dan yang melalui telepon atau hasil pemeriksaan kritis dituliskan secara lengkap oleh penerima perintah (lihat juga MKI.19.2, EP 1)
2. Perintah lengkap lisan dan telpon atau hasil pemeriksaan kritis dibacakan kembali secara lengkap oleh penerima perintah. (lihat AP 5.3.1 maksud dan tujuan)
3. Perintah atau hasil pemeriksaan kritis dikonfirmasi oleh pemberi perintah atau yang menyampaikan hasil
pemeriksaan
4. Kebijakan dan prosedur mengarahkan pelaksanaan verifikasi keakuratan komunikasi lisan atau melalui telepon secara konsisten
MKI.19.2.
Elemen Penilaian 1
Sutoto.KARS 12
•
1. Mereka yang mendapat otorisasi untuk
mengisi rekam medis pasien diatur dalam
kebijakan rumah sakit. (lihat juga SKP.2, EP
1)
MAKSUD DAN TUJUAN APK 5.3.1
•
Proses pelaporan hasil pemeriksaan/tes
dikembangkan rumah sakit untuk pengelolaan
hasil kritis dari tes diagnostik untuk menyediakan
pedoman bagi para praktisi untuk meminta dan
menerima hasil tes pada keadaan gawat darurat.
•
RS mempunyai Prosedur yang meliputi
–
penetapan tes kritis dan ambang nilai kritis bagi setiap
tipe tes,
–
oleh siapa dan kepada siapa hasil tes kritis harus
dilaporkan
–
menetapkan metode monitoring yang memenuhi
ketentuan
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG
PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
•
Rumah sakit
mengembangkan
suatu pendekatan
untuk memperbaiki
keamanan obat-obat
yang perlu
diwaspadai
(high-alert)
Sutoto.KARS 14•
Obat yg Perlu diwaspadai : obat yang sering
menyebabkan KTD atau kejadian sentinel;
– HIGH ALERT– ELEKTROLIT KONSENTRAT
– NORUM/LASA (Nama Obat Rupa Ucapan Mirip/Look
alike sound alike)
•
Kesalahan bisa terjadi:
– Secara tidak sengaja
– Bila perawat tidak mendapatkan orientasi dengan
sebelum ditugaskan
– Pada keadaan gawat darurat
Maksud dan Tujuan SKP 3
Elemen Penilaian SKP 3)
1. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan agar memuat proses identifikasi, menetapkan lokasi,
pemberian label, dan penyimpanan elektrolit konsentrat. 2. Implementasi kebijakan dan prosedur
3. Elektrolit konsentrat tidak boleh disimpan di unit
pelayanan pasien kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah pemberian yang
kurang hati-hati di area tersebut sesuai kebijakan. 4. Elektrolit konsentrat yang disimpan di pada unit
pelayanan pasien harus diberi label yang jelas, dan disimpan pada area yang dibatasi ketat (restricted).
SASARAN IV : KEPASTIAN TEPAT-LOKASI, TEPAT-PROSEDUR, TEPAT-PASIEN OPERASI
•
Rumah sakit
mengembangkan
suatu pendekatan
untuk
memastikan
lokasi,
tepat-prosedur, dan
tepat- pasien
.
Sutoto.KARS 171. Penandaan dilakukan pada kasus termasuk sisi (laterality),
multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine 4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat
KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI
OPERASI
KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :
1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang dg baik 3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant
2 implant yg dibutuhkan 4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan 2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi
5. Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)
Elemen Penilaian SKP.IV.
1. Rumah sakit menggunakan suatu tanda yang jelas dan dapat dimengerti untuk identifikasi lokasi operasi dan melibatkan pasien di dalam proses penandaan.
2. Rumah sakit menggunakan suatu checklist atau proses lain untuk memverifikasi saat preoperasi tepat lokasi, tepat
prosedur, dan tepat pasien dan semua dokumen serta peralatan yang diperlukan tersedia, tepat, dan fungsional.
3. Tim operasi yang lengkap menerapkan dan mencatat prosedur
time-out , tepat sebelum dimulainya suatu prosedur / tindakan
pembedahan.
4. Kebijakan dan prosedur dikembangkan untuk mendukung keseragaman proses untuk memastikan tepat lokasi, tepat prosedur, dan tepat pasien, termasuk prosedur medis dan tindakan pengobatan gigi / dental yang dilaksanakan di luar kamar operasi. Sutoto.KARS 20
SASARAN V : PENGURANGAN RISIKO INFEKSI TERKAIT PELAYANAN KESEHATAN
•
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk mengurangi risiko infeksi
yang terkait pelayanan kesehatan.
Elemen Penilaian SKP.V.
1. Rumah sakit mengadopsi atau mengadaptasi
pedoman
hand hygiene
terbaru yang
diterbitkan dan sudah diterima secara umum
al dari WHO Patient Safety
2. Rumah sakit menerapkan program
hand
hygiene
yang efektif.
3. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan
untuk mengarahkan pengurangan secara
berkelanjutan risiko infeksi yang terkait
pelayanan kesehatan
SASARAN VI : PENGURANGAN RISIKO PASIEN JATUH
•
Rumah sakit mengembangkan suatu
pendekatan untuk
mengurangi risiko
pasien dari cedera karena jatuh.
Maksud dan Tujuan SKP VI.
• Jumlah kasus jatuh cukup bermakna sebagai penyebab
cedera pasien rawat inap.
• Rumah sakit perlu mengevaluasi risiko pasien jatuh
dan mengambil tindakan untuk mengurangi risiko cedera bila sampai jatuh.
• Evaluasi :
– riwayat jatuh,
– obat dan telaah terhadap konsumsi alkohol – gaya jalan dan keseimbangan
– serta alat bantu berjalan yang digunakan oleh pasien.
• Program tersebut harus diterapkan di rumah sakit.
Elemen Penilaian SKP.VI.
1. Rumah sakit menerapkan proses asesmen awal risiko pasien jatuh dan melakukan asesmen ulang bila
diindikasikan terjadi perubahan kondisi atau pengobatan dll.
2. Langkah-langkah diterapkan untuk mengurangi risiko jatuh bagi mereka yang pada hasil asesmen dianggap berisiko jatuh
3. Langkah-langkah dimonitor hasilnya, baik keberhasilan pengurangan cedera akibat jatuh dan dampak dari
kejadian tidak diharapkan
4. Kebijakan dan/atau prosedur dikembangkan untuk
mengarahkan pengurangan berkelanjutan risiko pasien cedera akibat jatuh di rumah sakit
SEKIAN
TERIMA KASIH
KARS
DOKUMEN
SASARAN KESELAMATAN PASIEN
(SKP)
Curiculum vitae: DR.Dr.Sutoto.,M.Kes
JABATAN SEKARANG:
• Ketua KARS (Komisi Akreditasi Rumah Sakit ) Th 2011-2014
• Ketua umum PERSI (Perhimpunan Rumah Sakit Seluruh Indonesia) Th 2009-2012/ 2012-2015 • Dewan Pembina MKEK (Majelis Kehormatan Etika Kedokteran) IDI Pusat 2009-2012/2012-2015 • Dewan Pembina AIPNI (Asosiasi Institusi Pendidikan Ners Indonesia)
• Anggota Komite Keselamatan Pasien Rumah Sakit Kementerian Kesehatan R.I • Dewan Pengawas RS Mata Cicendo,Pusat Mata Nasional
PENDIDIKAN:
1. SI Fakultas Kedokteran Univ Diponegoro 2. SII Magister Manajemen RS Univ. Gajahmada
3. S III Manajemen Pendidikan Universitas Negeri Jakarta (Cumlaude)
PENGALAMAN KERJA
• Staf Pengajar Pascasarjana MMR UGM, UMY, UHAMKA
• Surveyor Komisi Akreditasi Rumah Sakit (KARS) sejak 1998
• Kepala Puskesmas Purwojati, Banyumas, Jawa Tengah, tahun 1978-1979 • Kepala Puskesmas Jatilawang, Banyumas,jawa Tengah., tahun 1979-1992 • Direktur RSUD Banyumas Jawa Tengah 1992-2001
• Direktur Utama RSUP Fatmawati Jakarta 2001 - 2005 • Direktur Utama RS Kanker Dharmais Jakarta 2005-2010
• Sesditjen/Plt Dirjen Bina Pelayanan Medis KEMENKES R.I( Feb-Sept 2010)
KEBIJAKAN IDENTITAS PASIEN
Identifikasi Pasien : menggunakan dua
identitas dari minimal tiga identitas
1. nama pasien (
e KTP)
2. tanggal lahir atau
3. nomor rekam medis
•
!!!! dilarang identifikasi dg nomor
kamar pasien atau lokasi
•
Bila ada kekecualian, RS harus membuat
SPO khusus
SPO
CARA IDENTIFIKASI PASIEN
Petemuan Pertama seorang petugas dengan pasien: 1. Secara verbal: Tanyakan nama pasien
2. Secara visual: Lihat ke gelang pasien dua dari tiga identitas, cocokkan dengan perintah dokter
3. Pertemuan berikutnya lihat secara visual ke gelang pasien, dua identitas dari tiga identitas
SPO
SAAT PEMASANGAN GELANG
OLEH PETUGAS
1. Jelaskan manfaat gelang pasien
2. Jelaskan bahaya untuk pasien yang menolak,
melepas, menutupi gelang .dll
3. Minta pasien utuk mengingatkan petugas bila
akan melakukan tindakan atau memberi obat
memberikan pengobatan tidak menkonfirmasi
nama dan mengecek ke gelang
KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN
1. Identifikasi menggunakan gelang pasien, identifikasi terdiri dari tiga identitas: nama pasien (e KTP), nomor rekam medik, dan tanggal lahir. 2. Pasien laki-laki memakai gelang warna biru, pasien perempuan memakai
gelang warna pink, sedangkan gelang merah sebagai penanda alergi, dan gelang kuning penanda risiko jatuh, gelang ungu penanda Do not
Resucitate
3. Pada gelang identifikasi pasien: Nama pasien harus ditulis lengkap sesuai e-KTP bila tak ada gunakan KTP/kartu identitas lainnya, bila tak ada
semuanya minta pasien/keluarganya untuk menulis pada formulir
identitas yang disediakan RS dengan huruf kapital pada kotak kota huruf yang disediakan, nama tidak boleh disingkat, tak boleh salah ketik walau satu huruf
4. Identifikasi pasien pada gelang identitas pasien harus di cetak, tulisan tangan hanya boleh bila printer sedang rusak/tak ada fasilitas untuk itu dan harus segera diganti bila printer berfungsi kembali.
1. Petugas melakukan identifikasi pasien minimal dua dari tiga identitas diatas
2. Identifikasi dengan cara verbal (menanyakan/mengkonfirmasi nama pasien) dan visual (melihat gelang pasien)
6. Semua pasien harus di identifikasi secara benar sebelum
dilakukan pemberian obat, tranfusi/produk darah, pengobatan, prosedur /tindakan, diambil sample darah, urin atau cairan
tubuh lainnya
7. Pasien rawat jalan tak harus memakai gelang identitas pasien kecuali telah ditetapkan lain oleh RS,misalnya ruang
haemodialisa, endoskopi
8. Pasien dengan nama sama harus diberi tanda “HATI HATI PASIEN DENGAN NAMA SAMA” pada rekam medik dan semua formulir permintaan penunjang
Sutoto.KARS 7
KEBIJAKAN IDENTIFIKASI PASIEN
lanjutan………….
SASARAN II : PENINGKATAN KOMUNIKASI YANG
EFEKTIF
•
Rumah sakit mengembangkan
pendekatan untuk meningkatkan
efektivitas komunikasi antar para
pemberi layanan.
Perintah Lisan/Lewat Telepon
1.
Tulis Lengkap
2.
Baca Ulang- Eja
untuk NORUM/LASA
3.
Konfirmasi
lisan
dan tanda tangan
ISI PERINTAH
NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
PEMBERI PERINTAH
NAMA LENGKAP DAN TANDA TANGAN
PENERIMA PERINTAH
TANGGAL DAN JAM
CONTOH FORMULIR CATATAN LENGKAP PERINTAH
LISAN/MELALUI TELEPON/PELAPORAN HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
Sutoto.KARS 10
NO TGL/ JAM
ISI PERINTAH PENERIMA PERINTAH (TANDA TANGAN) PEMBERI PERINTAH (TANDA TANGAN) PELAKSANA PERINTAH (TANDA TANGAN) KETERANGAN
LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
•
hidralazine
•
cerebyx
•
vinblastine
•
chlorpropamide
•
glipizide
•
daunorubicine
hidroxyzine
celebrex
vincristine
chlorpromazine
glyburide
doxorubicine
Sutoto.KARS 12SPO
Persiapan Perawat Sebelum Memberikan Laporan Kepada Dokter
Visit dan periksa pasien
Diskusikan keadaan pasien dengan PN
Review hasil pemeriksaan untuk
menetapkan dokter yg tepat yang akan
dilapori
Ketahui kapan pasien masuk dan diagnosis
waktu masuk
Baca catatan perkembangan terakhir dari
KEBIJAKAN PELAPORAN
HASIL PEMERIKSAAN KRITIS
•
Proses pelaporan hasil pemeriksaan/tes
dikembangkan rumah sakit untuk pengelolaan
hasil kritis dari tes diagnostik untuk menyediakan
pedoman bagi para praktisi untuk meminta dan
menerima hasil tes pada keadaan gawat darurat.
•
RS mempunyai Prosedur yang meliputi
–
penetapan tes kritis dan ambang nilai kritis bagi setiap
tipe tes,
–
oleh siapa dan kepada siapa hasil tes kritis harus
dilaporkan
–
menetapkan metode monitoring yang memenuhi
ketentuan
CONTOH HASIL PEMERIKSAAN KRITIS YANG WAJIB
DILAPORKAN SEGERA
CONTOH KEBIJAKAN MENERIMA PERINTAH
LISAN/LISAN LEWAT TELEPON
• Penerima perintah menulis lengkap perintahnya, membaca ulang dan
melakukan konfirmasi
• Tulisan disebut lengkap bila terdiri dari jam/tanggal, isi perintah, nama
penerima perintah dan tanda tangan, nama pemberi perintah dan tanda tangan (pada kesempatan berikutnya)
• Baca ulang dengan jelas, bila perintah mengandung nama obat LASA,
maka nama obat lasa harus dieja satu persatu hurufnya
• Di unit pelayanan harus tersedia daftar obat Look alike sound alike, look
alike, dan sound alike
• Konfirmasi lisan dan tertulis, konfirmasi lisan sesaat setelah pemberi
perintah mendengar pembacaan dan memberikan pernyataan
kebenaran pembacaan secara lisan misal “ya sudah benar” . Konfirmasi tertulis dengan tanda tangan pemberi perintah yang harus diminta pada kesempatan kunjungan berikutnya .
• Ada kolom keterangan yang dapat dipakai mencatat hal-hal yang perlu
dicatat, misal pemberi perintah tak mau tanda tangan
SASARAN III : PENINGKATAN KEAMANAN OBAT YANG
PERLU DIWASPADAI (HIGH-ALERT)
•
Rumah sakit
mengembangkan
suatu pendekatan
untuk memperbaiki
keamanan obat-obat
yang perlu
diwaspadai
(high-alert)
Sutoto.KARS 19LASA (LOOK ALIKE SOUND ALIKE)
NORUM ( NAMA OBAT RUPA MIRIP)
•
hidraALAzine
•
ceREBYx
•
vinBLASTine
•
chlorproPAMIDE
•
glipiZIde
•
DAUNOrubicine
hidrOXYzine
ceLEBRex
vinCRIStine
chlorproMAZINE
glYBURIde
dOXOrubicine
Sutoto.KARS 20Look Alike Sound Alike
LASA
Sutoto.KARS 21
OBAT HIGH ALERT
•
Obat yang
persentasinya tinggi dalam
menyebabkan terjadi kesalahan/
error
dan/atau kejadian sentinel
(sentinel event)
•
Obat yang
berisiko tinggi menyebabkan
dampak yang tidak diinginkan
(adverse
outcome
)
•
Obat-obat yang (Nama Obat, Rupa dan
Ucapan Mirip/NORUM, atau
Look-Alike
Sound-Alike
/ LASA)
THREE PRINCIPLES TO IMPROVE HIGH-ALERT MEDICATION ADMINISTRATION AND DISTRIBUTION:
1. Eliminate the Possibility of Error
1. Reduce the number of drugs on a facility’s formulary. 2. Reduce the number of concentrations and volumes. 3. Remove high-alert drugs from critical areas.
2. Make Errors Visible
1. Have two individuals independently check the product to ensure it is correct, particularly when received in bulk. (In this case, the packaging and labeling could misleadingly look similar to another drug.)
2. Have two individuals independently check equipment settings, as applicable, since some drugs are administered intravenously.
3. Minimize the Consequence of Errors
1. Minimize the size of vials or ampules in the patient care area to the dose commonly needed. 2. Reduce the total dose of high-alert drugs in continuous IV drip bags.
3. Reduce the concentration of the drugs when possible.
Based on these principles, fostering change in the way high-alert drugs are managed and includes things such as:
1. Encouraging standardized dosing procedures. 2. Carefully screening new products.
3. Creating system redundancies, commonly known as “double checks.”
OBAT HIGH ALERT: KATAGORI OBAT (ISMPs)
Sutoto.KARS 25
1 ADRENERGIC AGONIS IV (Contoh: adrenalin)
2 ADRENERGIC ANTAGONIS IV (Contoh: Propanolol)
3 ANESTETIC AGENT GENERAL, INHALED dan IV (Misal: Propofol)
4 CARDIOPLEGIC SOLUTION
5 CHEMOTERAPIC AGENTS PARENTERAL DAN ORAL
6 DEXTROSE HIPERTONIC 20% ATAU LEBIH
7 DIALISIS SOLUTION (PERITONEAL, HEMODIALISIS)
8 OBAT EPIDURAL DAN INTRATHECAL
9 GLICOPROTEIN INHIBITOR II B/III A (Misal: Ephbatide)
10 HIPOGLIKEMIK ORAL
11 OBAT OBAT INOTROPIK IV (Misal: Digoxin, milrinone)
12 LIPOSOMAL FORM OF DRUGS (Liposomal Ampheterisine B)
13 MODERATE SEDATION AGENTS IV (Contoh : Midazolame)
14 MODERATE SEDATION AGENTS ORAL FOR CHILDREN (Contoh Chloralhydrate)
15 ANESTETIC/OPIATE IV DAN ORAL ( Termasuk cairan konsentrat, immediate and sustained released Formulation)
16 NEUROMUSCULAR BLOCKING AGENT (Contoh: Succynil Choline)
17 RADIO CONTRAS AGENT IV
18 THROMBOLITIC/ FIBRINOLITIC IV (Contoh: Tenecteplace)
19 TOTAL PARENTERAL SOLUTION
HIGH ALERT
DAFTAR OBAT HIGH ALERT
OBAT SPESIFIK
1 Amiodarone IV
2 Colcichine Injection
3 Heparin, Low moluculer weigt injection
4 Heparin Unfractionated IV
5 Insulin SC dan IV
6 Lidocaine IV
7 Magnesium SUlfat Injecion
8 Methotrxate oral non oncologic use
9 Netiride
10 Nitroprusside sodium for injection
11 Potasium Cloride for injection concentrate
12 Potasium Phospate injection
13 Sodium Chloride injection hypertonic >0.9%
14 Warfarin Sutoto.KARS 26
HIGH ALERT
Look-Alike High Alert Drugs
ELEKTROLIT KONSENTRAT
1. kalium/potasium klorida = > 2 mEq/ml 2. kalium/potasium fosfat => 3 mmol/ml 3. natrium/sodium klorida > 0.9%
4. magnesium sulfat => 50% atau lebih pekat HIGH
!
ALERT
ELEKTROLIT KONSENTRATE
•
Cairan ini
bisa mengakibatkan KTD/sentinel event bila
tak disiapkan dan dikelola dengan baik
•
Terpenting :
– Ketersediaan – Akses – Resep – Pemesanan – Persiapan – Distribusi – Label – Verifikasi– Administrasi dan pemantauan
Langkah langkah>>>
Cara untuk mengurangi atau mengeliminasi KTD:
• Tingkatkan proses pengelolaan obat-obat yang perlu
diwaspadai
• Pindahkan elektrolit konsentrat dari unit pelayanan pasien ke
farmasi.
• RS punya Kebijakan dan/atau prosedur
– Daftar obat-obat yang perlu diwaspadai berdasarkan data
yang ada di rumah sakit
– identifikasi area mana saja yang membutuhkan elektrolit
konsentrat, seperti di IGD atau kamar operasi
– pemberian label secara benar pada elektrolit konsentrat
penyimpanannya di area tersebut, sehingga membatasi akses untuk mencegah pemberian yang tidak disengaja / kurang hati-hati.
•
Standarisasi dosis, unit ukuran, dan terminologi
adalah elemen penting dari penggunaan yang
aman
•
Campuran larutan elektrolit harus dihindari
(misalnya : natrium klorida dengan kalium
klorida).
•
Upaya ini memerlukan perhatian khusus, keahlian
yang sesuai, antar-profesional kolaborasi, proses
verifikasi, dan fungsi yang akan memastikan
penggunaan yang aman.
ELEKTROLIT KONSENTRATE
Look alike
LASA
LASA LASA
CONTOH
KEBIJAKAN PENANGANAN OBAT HIGH ALERT
•
DEFINISI:
– Obat berisiko tinggi yang menyebabkan bahaya yang
bermakna bila digunakan secara salah
•
KETENTUAN :
1. Setiap unit yan obat harus tersedia daftar obat high alert, Obat LASA, Elektrolit Konsentrat, serta
panduan penata laksanaan obat high alert 2. Setiap staf klinis terkait harus tahu penata
laksanaan obat high alert
3. Obat high alert harus disimpan terpisah, akses terbatas, diberi label yang jelas
4. Instruksi lisan obat high alert hanya boleh dalam keadaan emergensi, atau nama obat harus di eja perhuruf
HIGH ALERT
KEBIJAKAN PENYIMPANAN OBAT HIGH ALERT DI INSTALASI FARMASI
1. Tempelkan stiker obat high alert pada setiap dos obat
2. Beri stiker high alert pada setiap ampul obat high alert yang akan diserahkan kepada perawat
3. Pisahkan obat high alert dengan obat lain dalam kontainer khusus 4. Simpan obat sitostatika secara terpisah dari obat lainnya
5. Simpan Obat Narkotika secara terpisah dalam lemari terkunci double, setiap pengeluaran harus diketahui oleh penanggung jawabnya dan dicatat, setiap ganti sif harus tercatat dalam buku serah terima lengkap dengan jumlahnya dan di tanda tangani
6. Sebelum perawat memberikan obat high alert cek kepada perawat lain untuk memastikan tak ada salah pasien dan salah dosis (double check) 7. Obat high alert dalam infus: cek selalu kecepatan dan ketepatan
pompa infus, tempel stiker label, nama obat pada botol infus. Dan di isi dengan catatan sesuai ketentuan
HIGH ALERT
CONTOH STIKER OBAT HIGH ALERT PADA BOTOL
INFUS
1. Komunikasi Yang Tidak Efektif/Tidak Adekuat Antara Anggota Tim Bedah
2. Kurang/Tidak Melibatkan Pasien Di Dalam Penandaan Lokasi (Site Marking)
3. Tidak Ada Prosedur Untuk Verifikasi Lokasi Operasi 4. Asesmen Pasien Yang Tidak Adekuat
5. Penelaahan Ulang Catatan Medis Tidak Adekuat
6. Budaya Yang Tidak Mendukung Komunikasi Terbuka Antar Anggota Tim Bedah
7. Tulisan perintah/Resep Yang Tidak Terbaca (Illegible Handwriting)tah
8. Pemakaian Singkatan
Penyebab Salah-lokasi, Salah-prosedur, Salah
Pasien Pada Operasi
Maksud dan Tujuan SKP IV
1. Penandaan dilakukan pada semua kasus termasuk sisi
(laterality), multipel struktur (jari tangan, jari kaki, lesi), atau multipel level (tulang belakang)
2. Perlu melibatkan pasien
3. Tak mudah luntur terkena air/alkohol / betadine 4. Mudah dikenali
5. Digunakan secara konsisten di RS
6. dibuat oleh operator /orang yang akan melakukan tindakan,
7. Dilaksanakan saat pasien terjaga dan sadar jika memungkinkan, dan harus terlihat sampai saat akan disayat
KEBIJAKAN PENANDAAN LOKASI
OPERASI
CONTOH PENANDAAN
Sutoto.KARS
KEBIJAKAN VERIFIKASI PRAOPERATIF :
1. Verifikasi lokasi, prosedur, dan pasien yang benar
2. Pastikan bahwa semua dokumen, foto, hasil pemeriksaan yang relevan tersedia, diberi label dan dipampang dg baik 3. Verifikasi ketersediaan peralatan khusus dan/atau implant
2 implant yg dibutuhkan 4. Tahap Time out :
1. memungkinkan semua pertanyaan/kekeliruan diselesaikan 2. dilakukan di tempat tindakan, tepat sebelum dimulai,
3. melibatkan seluruh tim operasi
5. Pakai surgical safety check-list (WHO . 2009)
TIME OUT
PANDUAN
Sebelum Induksi Anestesi:
1. Identifikasi pasien, prosedur, informed
concent sudah dicek ?
2. Sisi operasi sudah ditandai ?
3. Mesin anestesi dan obat-obatan lengkap ?
4. pulse oxymeter terpasang dan berfungsi ?
5. Allergi ?
6. Kemungkinan kesulitan jalan nafas atau
aspirasi
7. Risiko kehilangandarah >= 500ml
PANDUAN
Sebelum Insisi Kulit (Time-out):Apakah …….
1. Konfirmasi anggota tim (nama dan peran)
2. Konfirmasi nama pasien , prosedur dan lokasi
incisi
3. Antibiotik propillaksi sdh diberikan dalam 60
menit sebelumnya
4. Antisipasi kejadian kritis:
1. Dr Bedah: apa langkah, berapa lama, kmk blood
lost ?
2. Dr anestesi: apa ada patients spesific corcern ?
3. Perawat : Sterilitas , instrumen ?
5. Imaging yg diperlukan sdh dipasang ?
PANDUAN
SEBELUM PASIEN MENINGGALKAN KAMAR
OPERASI
1. Perawat melakukan konfirmasi secara verbal,
bersama dr dan anestesid
1. Nama prosedur,
2. Instrumen, gas verband, jarum dihitung harus
lengkap
3. Speciment telah di beri label dengan PID tepat
4. Apa ada masalah peralatan yang harus ditangani
2. Dokter kpd perawat dan anesesi, apa yang
harus diperhatikan dalam recovery dan
manajemen pasien
3.
Contoh: PENGGGUNAAN JEMBATAN KELEDAI, ENAM AREA DALAM HAND-WASH/RUB
• TELAPAK TANGAN • PUNGGUNG TANGAN • SELA- SELA JARI
• PUNGGUNG JARI-JARI (GERAKAN KUNCI) • SEKELILING IBU JARI (PUTAR- PUTAR) • KUKU DAN UJUNG JARI (PUTAR-PUTAR)
LAMA CUCI TANGAN: HAND RUB : 20-30 DETIK HAND WASH 40-60 DETIK
CONTOH:
ASESMEN RISIKO
JATUH
MORSE FALL SCALE
Pediatric Patient Falls Scale
Scale Characteristics
General Risk Assessment of Pediatric Inpatient Falls (GRAF-PIF) Humpty-DumptyScale- Inpatient Pediatric FallCHAMPS Risk Assessment
Tool
Pediatric Fall Risk Assessment Scale (PFRA) Used at NCH Physical & physiological falls (not developmental)
All types of falls except when child
is “dropped”
All types of falls All types of falls
5 items 7 items 4 items 10 items
Scale 0 to 5+ Scale 7 to 23 Scale 0 to 4 Scale 0 to 30
Cut-off score = 2 Cut-off score = 12 Cut-off score = 1 Cut-off score = 5
52
PARAMETER KRITERIA NILAI SKOR
Usia < 3 tahun 3 – 7 tahun 7 – 13 tahun ≥ 13 tahun 4 3 2 1
Jenis kelamin Laki-laki Perempuan
2 1
Diagnosis Diagnosis neurologi
Perubahan oksigenasi (diagnosis respiratorik, dehidrasi, anemia, anoreksia, sinkop, pusing, dsb.)
Gangguan perilaku / psikiatri Diagnosis lainnya
4 3 2 1
Gangguan kognitif Tidak menyadari keterbatasan dirinya Lupa akan adanya keterbatasan Orientasi baik terhadap diri sendiri
3 2 1
Faktor lingkungan Riwayat jatuh / bayi diletakkan di tempat tidur dewasa
Pasien menggunakan alat bantu / bayi diletakkan dalam tempat tidur bayi / perabot rumah
Pasien diletakkan di tempat tidur Area di luar rumah sakit
4 3 2 1 Respons terhadap: 1. Pembedahan/ sedasi / anestesi 2. Penggunaan medikamentosa Dalam 24 jam Dalam 48 jam
> 48 jam atau tidak menjalani pembedahan / sedasi/ anestesi Penggunaan multipel: sedatif, obat hipnosis, barbiturat, fenotiazin,
antidepresan, pencahar, diuretik, narkose Penggunaan salah satu obat di atas
Penggunaan medikasi lainnya / tidak ada medikasi
3 2 1 3 2 1
SKALA RISIKO JATUH ONTARIO MODIFIED STRATIFY - SYDNEY SCORING
Parameter Skrining Jawaban Keterangan Nilai Skor
Riwayat jatuh apakah pasien datang ke rumah sakit karena jatuh?jika tidak, apakah pasien mengalami jatuh dalam 2 bulan Ya / tidak Salah satu jawabanya = 6
terakhir ini? Ya/ tidak
Status mental
apakah pasien delirium? (tidak dapat membuat keputusan, pola
pikir tidak terorganisir, gangguan daya ingat) Ya/ tidak Salah satu jawaban ya = 14
apakah pasien disorientasi? (salah menyebutkan waktu, tempat,
atau orang) Ya/ tidak
apakah pasien mengalami agitasi? (ketakutan, gelisah, dan
cemas) Ya/ tidak
Penglihatan apakah pasien memakai kacamata?apakah pasien mengeluh adanya penglihatan buram? Ya/ tidakYa/ tidak Salah satu jawabanya = 1 apakah pasien mempunyai glaukoma, katarak, atau degenerasi
makula? Ya/ tidak
Kebiasaan berkemih apakah terdapat perubahan perilaku berkemih? (frekuensi,urgensi, inkontinensia, nokturia) Ya/ tidak ya = 2
Transfer (dari tempat tidur ke kursi dan
kembali ke tempat tidur)
mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan) 0 jumlahkan nilai transfer dan mobilitas. Jika nilai total 0-3, maka skor = 0. jika nilai total 4-6, maka skor = 7 memerlukan sedikit bantuan (1 orang) / dalam pengawasan 1
memerlukan bantuan yang nyata (2 orang) 2 tidak dapat duduk dengan seimbang, perlu bantuan total 3
Mobilitas
mandiri (boleh menggunakan alat bantu jalan) 0 berjalan dengan bantuan 1 orang (verbal / fisik) 1 menggunakan kursi roda 2
Edmonson Psychiatric Fall Risk Assessment
Contoh Langkah Pencegahan Pasien Risiko
Jatuh
1. Anjurkan pasien meminta bantuan yang diperlukan
2. Anjurkan pasien untuk memakai alas kaki anti slip
3. Sediakan kursi roda yang terkunci di samping tempat tidur
pasien
4. Pastikan bahwa jalur ke kamar kecil bebas dari hambatan
dan terang
5. Pastikan lorong bebas hambatan
6. Tempatkan alat bantu seperti walkers/tongkat dalam
jangkauan pasien
7. Pasang Bedside rel
8. Evaluasi kursi dan tinggi tempat tidur
9. Pertimbangkan efek puncak obat yang diresepkan yang mempengaruhi tingkat kesadaran, dan gait
10. Mengamati lingkungan untuk kondisi berpotensi tidak aman, dan segera laporkan untuk perbaikan
11. Jangan biarkan pasien berisiko jatuh tanpa pengawasan saat di daerah diagnostik atau terapi
12. Pastikan pasien yang diangkut dengan brandcard / tempat tidur, posisi bedside rel dalam keadaan terpasang
13. Informasikan dan mendidik pasien dan / atau anggota keluarga mengenai rencana perawatan untuk mencegah jatuh
14. Berkolaborasi dengan pasien atau keluarga untuk memberikan bantuan yang dibutuhkan dengan
Contoh Langkah Pencegahan Pasien Risiko
Jatuh
Contoh tata laksana risiko jatuh