• Tidak ada hasil yang ditemukan

Konsep Dasar Sosiologi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Konsep Dasar Sosiologi"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)c c   

(2) 

(3)

(4)       !"#  

(5) $ 

(6) 

(7)

(8) % c$

(9)   Berbicara mengenai interaksi sosial, maka landasan dari interaksi social adalah teori pragmatisme dan behaviorisme sosial. Interaksi sosial adalah suatu konsep yang mengedepankan suatu aspek bahwa realitas diciptakan saat bertindak dalam dunia nyata serta pengetahuan dan ingatan tentang dunia didasari oleh kegunaannya masingmasing. Simmel menyatakan bahwa terdapat suatu kesadaran individual dalam suatu interaksi sosial, dimana individu didalamnya mempunyai motif, tujuan, serta kepentingan yang berlainan. Dengan demikian, maka dalam suatu interaksi, konsep diri memegang peran penting. Orang bisa membuat dirinya jadi subyek dan obyek (µI¶ dan µMe¶) sehingga bisa melihat dirinya sendiri. Contoh kasus adalah lobi politik yang dilakukan oleh para tokoh parpol. Disini tampak gamblang dan terurai secara hitam putih mengenai adanya suatu tujuan, motif, serta kepentingan para tokoh parpol yang berlainan, dimana pada akhirnya mereka akan terus menerus berinteraksi untuk tercapainya suatu konsensus atau kesepakatan bersama. Lobi politik ini memenuhi syarat tentang konsep interaksi sosial yang dinyatakan oleh Simmel; bahwa diantaranya harus terdapat gambaran bahwa interaksi tersebut mendekati kenyataan¶ yang dimana unit interaksi tersebut merupakan cerminan dari kenyataan sesungguhnya tentang keadaan suatu masyarakat. Dengan kata lain, interaksi akan terus menerus dilakukan dengan tujuan; untuk tercapainya kondisi atau gambaran ideal yang diinginkan dalam suatu masyarakat.. 

(10) $ 

(11) 

(12)

(13) %c$

(14)   Masyarakat sebagai suatu sistem sosial, dimana setiap unit sosial yang sifatnya berkelanjutan serta memiliki identitas tersendiri dan dapat dibedakan dengan unit sosial lainnya bisa dipandang sebagai sebuah sistem sosial. Hal ini artinya, bahwa terdapat susunan skematis yang menjadi bagian dari unit tersebut yang memiliki hubungan ketergantungan antar bagian. Masyarakat memiliki batas yang berhubungan dengan lingkungan (secara fisik, teknis, dan sosial) serta memiliki proses eksternal dan internal. Setiap individu sebagai bagian dari masyarakat mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa peran tersebut menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatankesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Peran lebih menunjukkan kepada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Dalam suatu lembaga,.

(15) peran diartikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada lembaga yang menempati kedudukan sosial tertentu. Peran juga digambarkan apa yang diharapkan dan apa yang dituntut oleh masyarakat. Dalam analisisnya tentang sistem sosial, Parsons menggunakan @  @ sebagai unit dasar dari sistem. Status mengacu pada posisi struktural di dalam sistem sosial dan peran adalah apa yang dilakukan aktor dalam posisinya tersebut. Parsons juga menjelaskan dalam teorinya sejumlah persyaratan fungsional dari suatu sistem sosial. Pertama, sistem sosial harus terstruktur (ditata) sedemikian rupa sehingga dapat beroperasi dalam hubungan yang harmonis dengan sistem lainnya. Kedua, untuk menjaga kelangsungan hidupnya, sistem sosial harus mendapat dukungan yang diperlukan dari sistem yang lain. Ketiga, sistem sosial harus mampu memenuhi aktornya dalam proporsi yang signifikan. Keempat, sistem harus mampu melahirkan partisipasi yang memadai dari para anggotanya. Kelima, sistem sosial harus mampu mengendalikan perilaku yang berpotensi mengganggu. Keenam, bila konflik akan menimbulkan kekacauan, harus dapat dikendalikan. Ketujuh, untuk kelangsungan hidupnya, sistem sosial memerlukan bahasa. Contoh kasus suatu sistem sosial adalah sistem sosial yang terdapat dalam suatu Rukun Tetangga (RT). Di dalamnya terdapat anggota masyarakat yang terdiri atas Ketua RT, berperan sebagai penanggungjawab dalam lingkungan tersebut. Selain itu ada sekretaris, bendahara, ketua dasawisma, dan sebagainya. Kesemuanya mempunyai peran masing-masing yang di mana jika mereka menjalankan peran tersebut dengan baik dan benar, maka sistem dalam lingkungan tersebut akan berjalan dengan baik. 

(16) $ 

(17) 

(18)

(19) %c c 

(20)   Secara harfiah, struktur bisa diartikan sebagai susunan atau bentuk. Struktur tidak harus dalam bentuk fisik, ada pula struktur yang berkaitan dengan sosial. Menurut ilmu sosiologi, struktur sosial adalah tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal. Di dalam konsep struktur sosial terkandung pengertian adanya hubungan-hubungan yang jelas dan teratur antara orang yang satu dengan yang lainnya. Untuk dapat membangun pola hubungan yang jelas dan teratur tersebut tentu ada semacam 'aturan main' yang diakui dan dianut oleh pihak-pihak yang terlibat. Aturan main tersebut adalah norma atau kaidah ini menjadi lebih konkret dan bersifat mengikat, sehingga diperlukan lembaga (institusi) yang tumbuh dan berkembang pada masyarakat. Masyarakat sebagai suatu sistem sosial, dimana setiap unit sosial yang sifatnya berkelanjutan serta memiliki identitas tersendiri dan dapat dibedakan dengan unit sosial lainnya bisa dipandang sebagai sebuah sistem sosial. Artinya bahwa terdapat susunan skematis yang menjadi bagian dari unit tersebut yang memiliki hubungan ketergantungan antar bagian. Masyarakat memiliki batas yang berhubungan dengan lingkungan (secara fisik, teknis dan sosial), serta memiliki proses eksternal dan internal. Setiap individu sebagai bagian dari masyarakat mempunyai macam-macam peran yang berasal dari pola-pola pergaulan hidupnya dan hal itu sekaligus berarti bahwa peran tersebut menentukan apa yang diperbuatnya bagi masyarakat serta kesempatan-.

(21) kesempatan apa yang diberikan masyarakat kepadanya. Peran lebih menunjukkan kepada fungsi, penyesuaian diri dan sebagai suatu proses. Dalam suatu lembaga, peran diartikan sebagai seperangkat harapan-harapan yang dikenakan pada lembaga yang menempati kedudukan sosial tertentu. Peran juga digambarkan pada apa yang diharapkan dan apa yang dituntut oleh masyarakat. Struktur sosial hanya bisa muncul pada individu-individu yang memiliki status dan peran. Status dan peranan masingmasing individu hanya bisa terbaca ketika mereka berada dalam suatu sebuah kelompok atau masyarakat. Pada setiap sistem sosial terdapat macam-macam status dan peran indIvidu. Status yang berbeda-beda itu merupakan pencerminan hak dan kewajiban yang berbeda pula. Contoh kasus adalah dalam suatu lingkungan RT terdiri atas beberapa KK yang mempunyai profesi yang berlainan. Pada struktur kelompok atas, maka biasanya terdiri atas KK yang mempunyai profesi yang tergolong elite, misalnya dokter, dosen, guru. Mereka tergolong pada struktur sosial atas karena mereka mempunyai kemampuan finansial yang lebih. Selain itu, mereka juga terstruktur dalam struktur sosial atas dikarenakan faktor kharisma atau kewibawaan. 

(22) $ 

(23) 

(24)

(25) % cc 

(26)   Menurut Hoarton dan Hunt, lembaga sosial atau institusi bukanlah sebuah bangunan, bukan kumpulan dari sekelompok orang, dan bukan sebuah organisasi. Lembaga atau institusi adalah suatu sistem norma untuk mencapai suatu tujuan atau kegiatan yang oleh masyarakat dipandang penting atau secara formal, sekumpulan kebiasaan dan tata kelakuan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok manusia. Dengan kata lain Lembaga adalah proses yang terstruktur (tersusun} untuk melaksanakan berbagai kegiatan tertentu. Pendapat para tokoh tentang Definisi Lembaga sosial : 1. Menurut Leopold Von Weise dan Becker : Lembaga sosial adalah jaringan proses hubungan antar manusia dan antar kelompok yang berfungsi memelihara hubungan itu beserta pola-polanya yang sesuai dengan minat kepentingan individu dan kelompoknya. 2. Menurut Robert Mac Iver dan C.H. Page : Lembaga sosial adalah prosedur atau tatacara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia yang tergabung dalam suatu kelompok masyarakat. Contoh kasus adalah dalam suatu masyarakat terdapat Rukun tetangga (RT). RT merupakan contoh institusi sosial, di mana mempunyai anggota yang beragam, mempunyai suatu aturan sendiri atau pranata, mempunyai jaringan yang membantu atau terjadi pertukaran sumber daya satu sama lain. 

(27) $ 

(28) 

(29)

(30) %

(31)  

(32)   Sosialisasi adalah kebiasaan atau nilai dan aturan dari satu generasi ke generasi lainnya dalam sebuah kelompok atau masyarakat. Sejumlah sosiolog menyebut sosialisasi sebagai teori mengenai peranan (   

(33) ), karena dalam proses sosialisasi diajarkan peran-peran yang harus dijalankan oleh individu..

(34) Sosialisasi diawali dari keluarga, sebuah unit terkecil dari kehidupan masyarakat. Contoh kasus adalah, seorang anak yang dilahirkan ke dunia, maka secara tanpa sadar akan diadakan proses sosialisasi terhadap dirinya oleh agen sosialisasi, yakni ayah dan ibu. Dalam proses menuju kedewasaannya maka sang anak ini akan terus menerus disosialisasi, baik oleh lingkungan, teman, guru, media, serta semua yang terjadi di dalam lingkungannya. Proses sosialisasi yang terus menrus ini akan menghasilkan efek yang berlainan yang tergantung dari persepsi serta interpretasi yang berlainan dari masing-masing individu. Dengan kata lain, bisa jadi seorang individu diberikan sosialisasi yang sama persis, namun pada hasil akhirnya adalah mereka menjadi dua individu dengan karakter yang berlainan. Dengan demikian bisa disimpulkan bahwa sosialisasi ini bersifat multi-interpretatif. 

(35) $ 

(36) 

(37)

(38) %cc 

(39)    $  

(40)   Setiap individu dalam masyarakat memiliki status sosialnya masing-masing. Status merupakan perwujudan atau pencerminan dari hak dan kewajiban individu dalam tingkah lakunya. Status sosial sering pula disebut sebagai kedudukan atau posisi, peringkat seseorang dalam kelompok masyarakatnya. Pada semua sistem sosial, tentu terdapat berbagai macam kedudukan atau status, seperti anak, isteri, suami, ketua RW, ketua RT, Camat, Lurah, Kepala Sekolah, Guru dsbnya. Dalam teori sosiologi, unsur-unsur dalam sistem pelapisan masyarakat adalah kedudukan (status) dan peranan ( ). Kedua unsur ini merupakan unsur baku dalam pelapisan masyarakat. Kedudukan dan peranan seseorang atau kelompok memiliki arti penting dalam suatu sistem sosial. Setiap inidvidu selalu memiliki bebarapa status (    @  @) dalam waktu yang bersamaan. Sedangkan definisi Peran sosial (@    ) merupakan seperangkat harapan dan perilaku atas status sosial. Peran sosial merupakan tingkah laku individu yang mementaskan suatu kedudukan tertentu. Dalam peranan yang berhubungan dengan pekerjaannya, seseorang diharapkan menjalankan kewajiban-kewajibannya yang berhubungan dengan peranan yang dipegangnya. Melalui belajar berperan, normanorma kebudayaan dipelajari. Peran dan status tidak dapat dipisahkan, karena peranan menggambarkan suatu pola perilaku yang diharapkan dari seseorang yang mempunyai status/kedudukan tertentu, peran merupakan aspek yang bersifat dinamis dan fungsional dari kedudukan. Perspektif masyarakat berpendapat bahwa peranan masing-masing individu ditentukan oleh norna-norma didalam masyarakat, maksudnya tiap individu diwajibkan menjalankan peranan yang diharapkan oleh masyarakat. Untuk memenuhi harapanharapan dalam peran yang berasal dari norma-norma sosial dan individu berorientasi pada norma-norma sosial melalui       . Seperti halnya status, peran juga bisa bersifat ganda. Karena status ganda pada individu memungkinkan individu juga memiliki peranan yang ganda juga, yang masing-masing peran tersebut saling berhubungan dan cocok. Inilah yang disebut dengan perangkat peran ( @ ), yang meliputi suatu konstelasi berbagai peran yang saling berkaitan yang beberapa diantaranya mungkin memerlukan berbagai bentuk penyesuaian yang drastis. Manusia didalam masyarakat dianggap sebagai pelaku dari peranan-peranan sosial, menurut.

(41) Mead, untuk setiap peran yang dimainkan individu, terdapat gambaran yang sejalan dengan kedirian. Jadi citra diri inidvidu secara keseluruhan adalah penggabungan dari berbagai kedirian seorang individu didalam bermacam-macam peranannya. Contoh kasus adalah seorang ibu yang juga bekerja. Ia dituntut untuk menjadi isteri, ibu, serta karyawan di kantornya. Jika terjadi ketidak seimbangan antara ketiganya, maka dari sinilah akan mulai timbul konflik, mulai dari konflik dengan dirinya sendiri atau konflik dengan orang lain. Misal konflik dengan diri sendiri adalah ia mulai merasa bersalah karena merasa tidak bisa menjalankan tugas sesuai dengan peran sosial yang disandangnya. Selain itu, ia juga bisa mendapat konflik dengan orang lain, misalnya ditegur oleh bos, bertengkar dengan suami, dimusuhi oleh anak, dan lain sebagainya. $$c

(42) 

(43)

(44) %c c   

(45)   Struktural fungsionalisme menggunakan konsep @@   ketika membahas struktur atau lembaga sosial. Teori ini adalah lukisan abstraksi yang sistematis mengenai kebutuhan fungsional tertentu, yang mana setiap masyarakat harus memeliharanya untuk memungkinkan pemeliharaan kehidupan sosial yang stabil. Fungsi merupakan kumpulan kegiatan yang ditujukan kearah pemenuhan kebutuhan tertentu atau kebutuhan sistem. Agar tetap bertahan, suatu sistem harus memiliki empat fungsi, yakni:     (adaptasi); sistem harus menyesuaikan diri dengan lingkungan dan menyesuaikan lingkungan itu dengan kebutuhannya.        (pencapaian Tujuan); sebuah sistem harus mendefinisikan dan mencapai tujuan utamanya.     (integrasi); sebuah sistem harus mengatur antarhubungan bagian-bagian yang menjadi komponennya. Sistem juga harus mengelola antarhubungan ketiga fungsi penting lainnya (A,G,L).  

(46)  (pemeliharaan pola); sebuah sistem harus memperlengkapi, memelihara dan memperbaiki, baik motivasi individual maupun pola-pola kultural yang menciptakan dan menopang motivasi. Teori ini merupakan suatu bangunan teori yang paling besar pengaruhnya dalam ilmu sosial di abad sekarang. Tokoh-tokoh yang pertama kali mencetuskan fungsional yaitu August Comte, Emile Durkheim dan Herbet Spencer. Pemikiran @    @  sangat dipengaruhi oleh pemikiran biologis yaitu menganggap masyarakat sebagai organisme biologis yaitu terdiri dari organ-organ yang saling ketergantungan, ketergantungan tersebut merupakan hasil atau konsekuensi agar organisme tersebut tetap dapat bertahan hidup. Sama halnya dengan pendekatan lainnya pendekatan structural fungsional ini juga bertujuan untuk mencapai keteraturan sosial. Teori struktural fungsional ini awalnya berangkat dari pemikiran Emile Durkheim, dimana pemikiran Durkheim ini dipengaruhi oleh Auguste Comte dan Herbert Spencer. Comte dengan pemikirannya mengenai analogi organismik kemudian dikembangkan lagi oleh Herbert Spencer dengan membandingkan dan mencari kesamaan antara masyarakat dengan organisme, hingga akhirnya berkembang menjadi apa yang disebut dengan @     @ , dimana ini menjadi panduan bagi analisa substantif Spencer dan penggerak analisa fungsional. Dipengaruhi oleh kedua orang ini, studi Durkheim tertanam kuat terminology organismik tersebut. Durkheim mengungkapkan bahwa masyarakat adalah sebuah kesatuan dimana di dalamnya terdapat bagian ± bagian yang dibedakan. Bagian-bagian dari sistem tersebut mempunyai fungsi masing-.

(47) masing yang membuat sistem menjadi seimbang. Bagian tersebut saling interdependensi satu sama lain dan fungsional, sehingga jika ada yang tidak berfungsi maka akan merusak keseimbangan sistem. Pemikiran inilah yang menjadi sumbangsih Durkheim dalam teori Parsons dan Merton mengenai struktural fungsional. Selain itu, antropologis fungsional-Malinowski dan Radcliffe Brown juga membantu membentuk berbagai perspektif fungsional modern. Selain dari Durkheim, teori struktural fungsional ini juga dipengaruhi oleh pemikiran Max Weber. Secara umum, dua aspek dari studi Weber yang mempunyai pengaruh kuat adalah visi substantif mengenai tindakan sosial dan strateginya dalam menganalisa struktur sosial. Pemikiran Weber mengenai tindakan sosial ini berguna dalam perkembangan pemikiran Parsons dalam menjelaskan mengenai tindakan aktor dalam menginterpretasikan keadaan. Contoh kasus adalah dalam suatu keluarga. Ayah bertindak sebagai suami, ayah, serta kepala keluarga. Ia berfungsi untuk mencari nafkah utama dalam keluarga. Kemudian ada ibu, yang bertindak sebagai isteri, ibu serta pengelola urusan domestik. Selain itu ada anak, yang menjadi anggota keluarga dan dikelola oleh kedua orangtuanya. Peran masing-masing anggota keluarga inilah yang dimaksud dalam strukturalisme fungsional. Dimana, individu-individu di dalamnya berfungsi untuk menopang satu sama lain, serta menciptakan keterpaduan dan keteraturan dalam rumah tangga tersebut. $$c

(48) 

(49)

(50) %c$

(51) 

(52)   Simmel (1858±1918) menunjukkan bahwa konflik merupakan salah satu bentuk interaksi sosial yang mendasar; berkaitan dengan sikap bekerja sama dalam masyarakat. Dalam hal ini Simmel mungkin salah seorang sosiolog pertama yang berusaha keras untuk mengkonstruksi sistem formal dalam sosiologi yang diabstraksikan dari sejarah dan detil pengalaman manusia. Analisisnya tentang efek ekonomi uang dalam perilaku manusia merupakan salah satu pekerjaannya yang penting. Jika Simmel membedah teori sosial berdasarkan konfliknya, maka sosiolog konflik Amerika Serikat, Lewis Coser bertitik berat pada konsekuensi-konsekuensi terjadinya konflik pada sebuah sistem sosial secara keseluruhan. Teorinya menunjukkan kekeliruan jika memandang konflik sebagai hal yang melulu merusak sistem sosial, karena konflik juga dapat memberikan keuntungan pada masyarakat luas di mana konflik tersebut terjadi. Konflik justru dapat membuka peluang integrasi antar kelompok. Di Amerika Serikat, teori konflik muncul menjadi sebuah cabang teoretis oleh karena ketidaksukaan pada sosiologi fungsionalisme yang berkembang saat itu. Wright Mills, sosiolog Amerika 1960-an mengecam fungsionalisme melalui kritiknya tentang elit kekuasaan di Amerika saat itu. Perdebatan Mills dan fungsionalisme ini pada dasarnya menunjukkan bagaimana sosiologi telah berkarib dengan ideologi. Tuduhan yang paling besar adalah uraiannya tentang karya Parsons yang bermuatan ideologis dan menurutnya sebagian besar isinya kosong/hampa. Secara metodologi, Mills lebih mirip dengan mazhab Frankfurt atas kritiknya pada media massa, pemerintahan, dan militer. Salah satu contoh proposisinya yang kontroversial adalah bahwa menurutnya di Amerika terjadi paradoks demokrasi: bentuk pemerintahannya adalah demokrasi.

(53) namun seluruh struktur organisasinya cenderung diubah ke bentuk oligarkhi, hanya sedikit yang memiliki kekuasaan politik. Dalam sosiologi, teori konflik berdasar pada asumsi dasar bahwa masyarakat atau organisasi berfungsi sedemikian di mana individu dan kelompoknya berjuang untuk memaksimumkan keuntungan yang diperolehnya; secara tak langsung dan tak mungkin dihindari adalah perubahan sosial yang besar seperti revolusi dan perubahan tatanan politik. Teori konflik ini secara umum berusaha memberikan kritiknya pada fungsionalisme yang meyakini bahwa masyarakat dan organisasi memainkan peran masing-masing sedemikian seperti halnya organ-organ dalam tubuh makhluk hidup. Ringkasnya, ada sedikitnya empat hal yang penting dalam memahami teori konfilk sosial, antara lain: (1) Adanya kompetisi (atas kelangkaan sumber daya seperti makanan, kesenangan, partner seksual, dan sebagainya, di mana yang menjadi dasar interaksi manusia bukanlah konsensus seperi yang ditawarkan fungsionalisme, namun lebih kepada kompetisi. (2) Ketaksamaan struktural. Ketaksamaan dalam hal kuasa, perolehan yang ada dalam struktur sosial. (3) Individu atau kelompok yang ingin mendapatkan keuntungan dan berjuang untuk mencapai revolusi. (4) Perubahan sosial terjadi sebagai hasil dari konflik antara keinginan yang saling berkompetisi dan bukan sekadar adaptasi. Perubahan sosial sering terjadi secara cepat dan revolusioner daripada evolusioner. Dalam perkembangannya, teori konflik Mills, Dahrendorf, dan Coser berusaha disusun sintesisnya oleh sosiolog Amerika lain, Randall Collins, yang berusaha menunjukkan dinamika konflik interaksional. Menurut Collins, struktur sosial tidak mempunyai eksistensi objektif yang terpisah dari pola-pola interaksi yang selalu berulang-ulang dalam sistem sosial; struktur sosial memiliki eksistensi subjektif dalam pikiran individu yang menyusun masyarakat. Dalam hal ini, Collins mulai membagi apa yang mikrososiologi dan apa yang makrososiologi. Mikrososiologi berarti hubungan interaksi antar individu dalam masyarakat, sementara makrososiologi berarti hasil dari interaksi antar individu dalam masyarakat tersebut. Collins sangat dipengaruhi tak hanya pendahulunya dalam teori konflik, namun juga pemikiran teori kritis dan fungsionalisme dan teori pertukaran sosial. Contoh kasus adalah konflik yang terjadi dalam suatu keluarga. Jika seorang ayah tidak melaksanakan tugasnya dengan baik, maka terjadi konflik antara ayah tersebut dengan isterinya, misalnya. Untuk mengangani konflik tersebut, maka harus ada proses kompromi antara ayah dengan isteri. Karena jika tidak ada kompromi, bisa terjadi disorganisasi sosial, misalnya pertengkaran, perselisihan tiada henti, yang bisa berakhir dengan perceraian.  &$ $  $&  'c       Masalah gender adalah masalah yang timbul berkaitan dengan pembedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan dari segi nilai dan tingkah laku. Masalah gender akan timbul jika terjadi suatu ketidaksetaraan yang menimbulkan perasaan terpinggirkan dari dua jenis kelamin tersebut, di mana pria bisa merasa termarjinalkan.

(54) akibat perlakuan dari wanita, atau sebaliknya, wanita yang merasa termarjinalkan akibat perlakuan dari pria. Dengan demikian dapat disimpulkan, bahwa gender tidak melulu berbicara tentang wanita, namun juga bisa berbicara tentang pria juga, dengan catatan, jika pria tersebut merasa mendapat perlakuan yang tidak setara dari wanita. Kesimpulannya, ada asumsi bahwa mulai timbul permasalahan gender adalah jika, kedudukan keduanya boleh tidak seimbang, namun kedudukan keduanya harus setara.         (   %    )  *+! Menjadi cantik adalah dambaan semua wanita. Apapun cara akan dilakukan seorang wanita untuk tampil cantik. Sebagai contoh, demi kecantikan perempuan di China rela mengikat kakinya agar kakinya tampak mungil jika mengenakan sepatu yang penuh sulaman. Suku-suku tertentu di pedalaman Asia dan Afrika rela mengenakan gelang leher yang setiap waktu jumlahnya ditambah hingga tulang lehernya merenggang dan leher pun tampak jenjang. Pada zaman jepang dahulu, cantik itu kalau pakai bedak dari tahi burung tertentu dan memakai sepatu super kecil biar kakinya kelihatan imut. Pada zaman romawi, perempuan gemuk dengan perut yang menggelambir dikatakan cantik. Perempuan pada zaman victoria, juga dianggap ideal jika memiliki tubuh bagaikan jam pasir. Kriteria cantik pada masa mereka yaitu yang berbentuk gemuk, berisi atau montok, serta dibebat erat dengan korset. Pada era ini, korset diciptakan untuk merampingkan pinggang, namun bisa menonjolkan pinggul dan pantat. Setelah Perang Dunia berakhir, maka wanita cantik mengalami perubahan. Kurus menjadi dianggap cantik. Wanita semakin tertarik berolah raga terutama atletik. Selain itu, para ilmuwan mulai melihat berat badan sebagai suatu ilmu hitung kalori dan menentukan berat badan ideal. Masa revolusi industri, maka kriteria cantik dengan perempuan dengan bentuk tubuh seperti gitar digusur mereka yang memiliki dada rata. Para wanita mulai mengikat dada untuk mendapat tampilan tersebut. Setelah perang dunia I, gaya hidup aktif mengubah citra wanita ideal. Energi dan vitalitas menjadi pusat perhatian sehingga tubuh berlemak dianggap tidak efisien dan melambangkan kemalasan. Menanggapi fenomena tersebut, maka pergeseran standarisasi kecantikan wanita tersebut pada hakekatnya adalah suatu rekonstruksi terus menerus dari apa yang diinginkan oleh pasar. Pasar secara halus mengatakan bahwa dengan memenuhi kriteria-kriteria tertentu, maka wanita akan bahagia serta dikagumi oleh pria. Oleh sebab itu, maka kecantikan wanita selalu mengalami suatu standarisasi, di mana tolok ukur untuk penilaian tersebut seolah-olah berasal dari penilaian laki-laki yang kadang kalanya tak realistis dengan mengedepankan asumsi, bahwa salah satu prasyarat mutlak untuk memperoleh kebahagiaan adalah dengan menjadi figur yang diinginkan oleh pria, di mana figur yang diinginkan pria adalah wanita cantik yang sesuai dengan standar kecantikan pada saat ini. Dengan demikian, para wanita ini menetapkan suatu.

(55) nilai yang sekiranya harus mereka miliki supaya mereka mempunyai nilai tawar tinggi yakni menjadi wanita cantik..

(56)

Referensi

Dokumen terkait

Rata-rata nilai hasil belajar matematika siswa pada materi aturan sinus dan aturan cosinus siswa kelas X R 5 SMA Negeri 1 Palu meningkat dari siklus I ke siklus II, dengan

Obgor (2001) berpendapat bahwa budaya organisasi yang memberikan rasa nyaman dalam bekerka dan kepercayaan yang tinggi akan mendorong peningkatan perilaku

Sebuah ekspresi tentang total waktu bekerja suatu sistem yang dapat direparasi, telah diturunkan oleh beberapa penulis dengan metode yang berbeda di bawah asumsi waktu bekerja dan

Dari gambar 3, pengambil keputusan dapat memasukan berbagai alternatif untuk melihat solusi yang optimal berupa pengaturan dan penentuan skala prioritas dalam pendistribusian

Teori fenomenologi Schutz menyatakan bahwa tindakan sosial didasari oleh pengalaman, makna, dan kesadaran (motif) sebagaimana tindakan anggota pengguna Vespa extreme

Mereka yang kebutuhannya terpenuhi oleh toko kain setempat dan yang mungkin tidak bersedia atau tidak bisa melakukan perjalanan melintasi negara bagian

Instagram adalah sebagian dari salah satu sosial media yang digunakan untuk jual beli secara online atau bisa disebut dengan online shop yang sekarang ini digunakan untuk

Hasil penelitian menunjukkan tidak bahwa terdapat perbedaan yang nyata (P>0,05) terhadap fenomena kelenturan fenotipik dalam sifat-sifat reproduksi (umur dewasa kelamin,