• Tidak ada hasil yang ditemukan

T BIO 1302727 Chapter1

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "T BIO 1302727 Chapter1"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

Perkembangan sains dan teknologi saat ini memengaruhi

kehidupan sosial masyarakat. Pesatnya perkembangan keduanya

memberikan dampak terhadap isu-isu sosial yang terjadi di masyarakat

yang tidak jarang memunculkan perdebatan publik dari beberapa sudut

pandang yang berbeda (Marttunen et al, 2005). Sudut pandang seseorang

dimunculkan dari sebuah opini yang berdasarkan pemikiran kritis dan

logis. Opini merupakan suatu argumentasi seseorang yang didasarkan atas

fakta-fakta atau bukti-bukti yang ditemukannya. Carr dan Toulmin dalam

Cho dan Jonassen (2002) menyatakan bahwa argumentasi merupakan

proses membuat tuntutan dan memberikan kebenaran melalui fakta.

Pengembangan kemampuan argumentasi bagi dunia pendidikan

diperlukan untuk menghasilkan siswa yang dapat menjawab isu-isu sosial

terutama yang berkaitan dengan sains. Hal ini sangat terkait dengan

tantangan dalam kehidupan siswa dimana mereka harus menjawab isu-isu

yang berkembang di masyarakat. Newton et al dalam Yang dan Tsai

(2010) menyatakan bahwa proses argumentasi merupakan dasar

pembentukan pengetahuan, karena proses ini melalui tahapan evaluasi

terhadap tuntutan (claim) dan observasi terkait dengan fakta-fakta. Proses

argumentasi tersebut akhirnya dinyatakan dalam sebuah pendapat secara

saintifik sebagai pengetahuan publik. Argumentasi juga mendasari

seseorang untuk membuat keputusan, mengambil keputusan terbaik dari

seluruh keputusan yang ada, dan menyadari konsekuensi dari keputusan

yang telah ditetapkannya (Udell, 2007).

Keterampilan argumentasi seharusnya menjadi salah penentu

keberhasilan siswa untuk menjalankan perannya di lingkungan tempat

tinggal mereka. Ini dikarenakan argumentasi berkaitan dengan

(2)

memecahkan masalah yang dihadapinya (Erduran et al, 2006). Pendapat

ini didukung oleh Yang dan Tsai (2010) yang menyatakan bahwa proses

argumentasi merupakan kunci utama penalaran saintifik (saintific reason)

yang akan membantu masyarakat modern untuk menyelesaikan

permasalahan sosial dalam membuat kebijakan yang terkait dengan sains.

Argumentasi dapat dilatih saat siswa menerima informasi di dalam

pembelajaran di kelas melalui proses analisis kritis. Marttunen et al (2005)

menyatakan bahwa siswa memerlukan analisis kritis terhadap informasi

yang mereka dapatkan dari bahan ajar pembelajaran, buku bacaan dan

internet yang terkait dengan isu-isu sosial. Pernyataan ini menunjukkan

bahwa pada pembelajaran dibutuhkan pengembangan kemampuan

penalaran agar siswa dapat memberikan opini disertai alasan yang tepat

mengenai isu-isu sosial terutama isu-isu sains yang berkembang di

masyarakat. Pendapat yang sama dinyatakan Andriessen (2007) yang

menyatakan bahwa pembelajaran collaborative argument dapat membantu

belajar siswa untuk berpikir kritis mengenai isu-isu penting dan nilai-nilai

pertentangan secara bebas. Andriessen (2007) juga menambahkan bahwa

argumentasi dalam pembelajaran sains tidak hanya suatu bentuk

pertentangan dan bantahan tetapi juga suatu bentuk diskusi bersama untuk

memecahkan permasalahan secara bersama-sama sehingga tercapai

kesepakatan akhir dari argumen.

Kemampuan argumentasi tidak dapat muncul secara langsung

hanya dengan satu atau dua kali pembelajaran. Cho dan Jonassen (2002)

dalam hasil penelitiannya menyatakan bahwa pembelajaran secara

langsung tidak selalu meningkatkan kemampuan argumentasi siswa.

Untuk itu, menurut Cho dan Jonassen (2002) diperlukan pendekatan

pembelajaran yang mengembangkan kemampuan argumentasi berjenjang

(scaffolding argumentation skill) agar memunculkan kemampuan

argumentasi siswa.

Proses pembelajaran yang tepat dapat mengembangkan

kemampuan berpikir siswa menjadi lebih baik. Karagos dan Cakir (2011)

(3)

kemampuan membuat kegiatan pembelajaran yang dapat mengembangkan

kedalaman pemahaman siswa pada suatu materi. McGuinness dalam

Robson dan Moseley (2005) menyatakan bahwa perwujudan berpikir

secara explicit dalam pembelajaran dan kesempatan berkreasi selama

pembelajaran collaborative, serta penyusunan berkreasi dan kebiasaan

kecakapan berpikir bagi siswa merupakan hal yang penting. Robson dan

Moseley (2005) menambahkan bahwa thinking skill yang ditanamkan

dalam pembelajaran berkaitan dengan penyusunan pengalaman yang

berasal dari perluasan proses informasi, reasoning, inquiry, kreativitas,

dan evaluasi.

Kondisi belajar dapat dipengaruhi oleh guru di kelas. Robson dan

Moseley (2005) dalam hasil penelitiannya berpendapat bahwa pendekatan

kemampuan berpikir sangat efektif menciptakan lingkungan belajar yang

baik dan membantu setiap siswa untuk memaksimalkan potensi dalam diri.

Mereka juga menyatakan bahwa taksonomi, model dan kerangka berpikir

untuk proses pemahaman berkaitan dengan berpikir dan pembelajaran

dapat menciptakan pengalaman pendidikan bagi siswa. Seorang guru dapat

dikatakan berhasil jika guru dapat menjadi komunikator yang baik dengan

mengetahui dan memahami siswa-siswanya, memahami perbedaan atau

keberagaman, dan menggunakan variasi kegiatan dan pendekatan

pengajaran (Lang dan Evans, 2006). Menurut Shulman (1986, 1987)

dalam Loughran, Berry and Mulhall (2012), guru juga sebaiknya

memperluas pemahaman konsep pelajaran dan mengembangkan

kemampuannya, menggunakan dan mengadaptasi metode, pendekatan dan

strategi pengajaran untuk digunakan dalam kelas agar dapat terhubung

antara kemampuan pedagogi dan pengetahuan isi pelajaran.

Metode pembelajaran yang kreatif dan dapat mengembangkan

proses berpikir siswa sangat dibutuhkan dalam pelajaran sains seperti

halnya pembelajaran biologi. Pembelajaran sains yang tidak menarik,

tidak berkaitan dengan kehidupan sehari-hari dan kurang menyenangkan

bagi siswa (Ramsden , 1998 dalam Prokop et al, 2007) akan membuat

(4)

2002 dalam Prokop et al, 2007). Materi yang bersifat abstrak seperti

biologi dan materi biologi yang berisi tentang proses fisiologi tubuh

makhluk hidup menyulitkan belajar dan menyebabkan miskonsepsi pada

siswa (Karagos dan Cakir, 2011; Cimer, 2012). Penelitian yang dilakukan

oleh Bahar, Johnstone dan Hansell (1999) dalam Henno dan Reiska (2008)

menunjukkan bahwa siswa mengalami kesulitan dalam memahami topik

biologi seperti topik organ dalam, sistem organ, dan proses yang terjadi di

dalam tubuh. Osborne dan Collins dalam Cimer (2012) menyatakan bahwa

kesulitan belajar biologi yang dialami siswa karena kurangnya diskusi

dalam pembelajaran, ketiadaan kreativitas dalam belajar, tidak

dikaitkannya sains dengan kehidupan sehari-hari, dan “pengasingan”

materi sains dari materi lainnya.

Saat ini, pembelajaran yang telah diterapkan di dalam kelas belum

menunjukkan adanya tahapan-tahapan penalaran. Cherif et al (2012)

menyatakan bahwa pentingnya pembelajaran biologi terutama materi

tentang tubuh manusia bagi siswa dengan mengemukakan argumen

berdasarkan kedalaman pengetahuan yang dimiliki siswa dan

mengaitkannya dalam kehidupan sehari-hari. Untuk itulah dibutuhkan

penelitian terhadap reasoning skill (kemampuan penalaran) siswa di

sekolah.

B. RUMUSAN MASALAH PENELITIAN

Rumusan masalah penelitian ini difokuskan pada “Bagaimana

profil reasoning skill siswa pada pembelajaran materi sistem indra, sistem

hormon dan sistem reproduksi?”. Agar penelitian ini lebih terarah maka

disusun pertanyaan penelitian sebagai berikut:

1. Bagaimana profil reasoning skill siswa pada materi sistem indra,

sistem hormon, dan sistem reproduksi pada sekolah X dan sekolah Y?

(5)

C. TUJUAN PENELITIAN

Penelitian ini bertujuan untuk memberikan gambaran atau profil

kemunculan reasoning skill siswa pada pembelajaran sistem indra, sistem

hormon, dan sistem reproduksi.

D. MANFAAT PENELITIAN

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat untuk:

1. Siswa

Penelitian ini diharapkan dapat mengembangkan reasoning skill siswa

terutama kemampuan argumentasi dalam pembelajaran biologi.

Pengembangan kemampuan argumentasi ini berdasarkan pencapaian

elemen-elemen coding argumentive yang diadopsi dari Kuhn dan Felton

(2001) yang meliputi meta, add, aside, advance, clarify, coopt, counter

alternate or counter critique, continue dan interpret. Pada akhirnya

pencapaian elemen-elemen ini diharapkan dapat membantu siswa dalam

menjawab isu-isu sosial yang terkait dengan isu sains dalam kehidupan

sehari-hari.

2. Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi guru

dalam mengembangkan kemampuan bernalar siswa saat pembelajaran di

kelas. Guru dapat mengetahui tahapan pengajaran dan gaya pengajaran

yang tepat untuk mengembangkan kemampuan bernalar siswa terutama

kemampuan argumentasi melalui tahapan pembelajaran yang diadopsi dari

tahapan aktivitas belajar penelitian Kuhn dan Udell (2003).

3. Perkembangan Keilmuan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi bagi penelitian

berikutnya mengenai pengembangan kemampuan penalaran siswa.

Penelitian ini dapat menjadi acuan untuk pengembangan strategi

pembelajaran di sekolah yang dapat mengembangkan kemampuan cara

mengajar guru dalam melatih argumentasi siswa. Manfaat lain dari

(6)

siswa di suatu lingkungan belajar sekolah, memberikan gambaran

faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan penalaran siswa dan memberikan

pengetahuan bagi peneliti lain untuk mengembangkan penelitian sejenis

pada penelitian berikutnya.

E. DEFINISI OPERASIONAL

Kesalahan dalam menafsirkan beberapa istilah sangat sulit

dihindarkan maka diperlukan penjelasan tentang beberapa istilah yang

digunakan dalam penelitian ini agar lebih efektif dan operasional.

Istilah-istilah tersebut sebagai berikut:

1. Reasoning skill siswa merupakan kemampuan penalaran siswa yang

muncul setelah diterapkan pembelajaran materi sistem indra, sistem

hormon dan sistem reproduksi. Data tentang reasoning skill siswa pada

penelitian ini mengacu pada coding argumentive yang dikembangkan

Kuhn dan Felton (2001). Coding argumentive ini dijadikan indikator

pencapaian atau alat ukur kemunculan reasoning skill siswa bagi

peneliti. Indikator-indikator coding argumentive yang diteliti terdiri

atas meta, add, aside, advance, clarify, coopt, counter alternate or

counter critique, continue dan interpret. Ketercapaian

indikator-indikator tersebut diperoleh dari hasil analisis pre-test, post-test dan

wawancara kepada siswa. Tipe soal pre-test dan post-test berupa soal

essay.

2. Profil reasoning skill siswa merupakan kemunculan pencapaian

indikator coding argumentive yang diukur kepada siswa. Pengukuran

dilakukan melalui beberapa pertanyaan yang menguji kedalaman

berargumen dan bernalar siswa terhadap suatu studi kasus. Penentuan

ketercapaian setiap indikator ditentukan oleh peneliti melalui rubrik

ketercapaian indikator yang telah dibuat oleh peneliti.

3. Profil aktivitas pembelajaran berdasarkan modifikasi tahapan

pembelajaran argumentasi yang dikembangkan oleh Kuhn dan Udell

(2003). Tahapan pembelajaran argumentasi yang dikembangkan oleh

(7)

elaborating reasons, supporting reasons with evidence, evaluating

reasons, developing reasons into an argument pada tahap 1 proses

penalaran. Examining and evaluating opposing side’s reasons, generating counterarguments to others’ reasons, generating rebuttals to others’ counter arguments, contemplating mixed evidence, conducting and evaluating two-sided arguments pada tahap 2 proses

penalaran. Profil aktivitas pembelajaran diperoleh dari analisis video

pembelajaran di kelas penelitian.

F. STRUKTUR ORGANISASI TESIS

Struktur organisasi dalam tesis ini sebagai berikut:

BAB I Pendahuluan

A. Latar Belakang Penelitian

B. Rumusan Masalah Penitian

C. Tujuan Penelitian

D. Manfaat Penelitian

E. Definisi Operasional

F. Struktur Organisasi Tesis

BAB II Kajian Pustaka

A. Argumentasi Sebagai Proses Aktivitas Reasoning Skill

1. Reasoning Skill

2. Argumentasi

B. Penyajian Materi

C. Strategi Pembelajaran

D. Gaya Belajar Siswa dan Gaya Pengajaran Guru

1. Gaya Belajar Siswa

2. Gaya Mengajar Guru

E. Iklim Belajar Sekolah

F. Tinjauan Pembelajaran Biologi

G. Materi Sistem Tubuh Manusia

1. Sistem Saraf dan Indra

(8)

3. Sistem Reproduksi

BAB III Metode Penelitian

A. Desain Penelitian

1. Metode Penelitian

2. Lokasi Penelitian

3. Subjek Penelitian

B. Prosedur Penelitian dan Pengolahan Data

1. Prosedur Penelitian

a. Tahap Persiapan

b. Tahap Pelaksanaan

2. Pengolahan Data

a. Pengumpulan Data

b. Analisis Data

c. Pengambilan Kesimpulan

BAB IV Hasil dan Pembahasan

A. Profil Reasoning Skill Siswa SMA X

1. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA X

a. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada Materi

Sistem Indra

b. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada Materi

Sistem Hormon

c. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada Materi

Sistem Reproduksi

2. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA X

a. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada

Materi Sistem Indra

b. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada

Materi Sistem Hormon

c. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA X pada

Materi Sistem Reproduksi

B. Profil Reasoning Skill Siswa SMA Y

(9)

a. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada Materi

Sistem Indra

b. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada Materi

Sistem Hormon

c. Kemunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada Materi

Sistem Reproduksi

2. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y

a. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada

Materi Sistem Indra

b. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada

Materi Sistem Hormon

c. Ketidakmunculan Reasoning Skill Siswa SMA Y pada

Materi Sistem Reproduksi

C. Profil Kemunculan Aktivitas Belajar Biologi

1. Profil Kemunculan Aktivitas Pembelajaran Biologi di SMA X

2. Profil Kemunculan Aktivitas Pembelajaran Biologi di SMA Y

BAB V Simpulan, Implikasi dan Rekomendasi

A. Simpulan

Referensi

Dokumen terkait

ANALISIS BEBAN KOGNITIF SISWA SMA DAN MA PADA PEMBELAJARAN MATERI SISTEM REPRODUKSI SERTA KETERKAITANNYA DENGAN STRATEGI METAKOGNITIF GURU Universitas Pendidikan Indonesia |

Pengembangan Aplikasi Komputer Untuk Membantu Guru Dalam Menilai Peta Konsep Siswa (Uji Coba Pada Materi Sistem Ekskresi Dan Sistem Reproduksi Manusia).. Universitas

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Berbantuan Media Animasi Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Reproduksi Dan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI.. Universitas

pembelajaran biologi berbasis praktikum pada materi sistem peredaran

1) Menganalisis kemunculan kemampuan penalaran siswa pada praktikum klasifikasi Arthropoda menggunakan pendekatan analisis fenetik. 2) Menganalisiskesesuaian kemunculan

Pengaruh Pembelajaran Kooperatif Tipe Investigasi Berbantuan Media Animasi Terhadap Penguasaan Konsep Sistem Reproduksi Dan Motivasi Belajar Siswa Kelas XI.. Universitas

kesulitan belajar yang diberi judul “ Identifikasi Kesulitan Mempelajari Konsep Sistem Hormon pada Siswa SMA kelas XI ” dengan hasil sebagai berikut :

Pengembangan Dan Penggunaan Asesmen Alternatif Elektronik (Aae) Dalam Menilai Sikap Ilmiah Dan Penguasaan Konsep Siswa Pada Konsep Sistem Pertahanan Tubuh.. Universitas