ABSTRACT
Incidence of cases concerning tax officials will certainly affect to perception of taxpayer on credibility and professionalism of tax officials. The research was conducted to determine taxpayer's perception of credibility and professionalism of tax officials.
The research method used in this research is descriptive-analytical with case study approach. Data was collected by observing behavior of tax officials in the Tax Office Karees Bandung, interviewing taxpayer and disseminate questionnaires to strengthen interview result. The results showed that the taxpayer’s perception of credibility and professionalism of tax officials generally good although there have been cases that gave a negative opinion of tax officials. However, most taxpayers are still doubting the integrity of the tax officials.
ABSTRAK
Timbulnya kasus-kasus mengenai aparat pajak tentu akan mempengaruhi persepsi wajib pajak terhadap kredibilitas dan profesionalisme aparat pajak. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi wajib pajak terhadap kredibilitas dan profesionalisme aparat pajak.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif-analitis dengan pendekatan studi kasus. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara melakukan observasi yaitu mengamati perilaku aparat pajak yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees, melakukan wawancara kepada wajib pajak dan menyebarkan kuesioner kepada wajib pajak untuk memperkuat hasil wawancara.
Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa persepsi wajib pajak terhadap kredibilitas dan profesionalisme aparat pajak pada umumnya baik meskipun telah ada kasus-kasus yang memberikan opini negatif terhadap aparat pajak. Akan tetapi sebagian besar wajib pajak masih meragukan integritas dari aparat pajak.
DAFTAR ISI
BAB II KAJIAN PUSTAKA & KERANGKA PEMIKIRAN………...8
2.1 Kajian Pustaka………...8
2.1.1 Dasar-dasar Perpajakan………...8
2.1.1.1 Pengertian Pajak...8
2.1.1.2 Tinjauan Pajak Dari Berbagai Aspek...10
2.1.1.3 Fungsi Pajak...11
2.1.1.4 Perlawanan Terhadap Pajak………...12
2.1.2.1 Pengertian Persepsi………..13
2.1.2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Persepsi………....13
2.1.2.3 Cara-cara Singkat untuk Menilai Orang Lain………….….14
2.1.3 Wajib Pajak...16
2.1.3.1 Pengertian Wajib Pajak………....16
2.1.3.2 Hak dan Kewajiban Wajib Pajak………...16
2.1.4 Aparat Pajak...20
2.1.5 Kredibilitas Aparat Pajak……….20
2.1.6 Profesionalisme Aparat Pajak………..…24
2.1.6.1 Pengertian Profesionalisme……...………...24
2.1.6.2 Elemen Profesionalisme………...27
2.1.7 Kode Etik Pegawai di Lingkungan Direktorat Jendral Pajak……..28
2.1.8 Nilai-nilai Kementerian Keuangan………..30
2.2 Kerangka Pemikiran...32
BAB III METODE PENELITIAN……….34
3.1 Objek Penelitian...34
3.1.1 Sejarah Singkat KPP Pratama Bandung Karees………..34
3.1.2 Visi KPP Pratama Bandung Karees………...37
3.1.3 Misi KPP Pratama Bandung Karees………...37
3.1.4 Struktur Organisasi dan Uraian Tugas KPP Pratama Bandung Karees………..………38
3.2 Metode Penelitian...40
3.2.1 Teknik pengumpulan data………....42
3.2.2 Tipe Skala………...….44
3.2.3 Operasional Variabel………...44
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Penelitian...………..48
4.1.1 Kredibilitas………...48
4.1.1.1 Keahlian (expertise)……… ………48
4.1.1.2 Dapat dipercaya (trustworthiness)……… …………..50
4.1.2 Profesionalisme………52
4.1.2.1 Mempunyai Keahlian dan Pengetahuan yang Luas……….52
4.1.2.2 Bekerja dengan Hati……….54
4.2 Pembahasan………....55
BAB V SIMPULAN DAN SARAN………..………...57
5.1 Simpulan...57
5.2 Saran...58
5.3 Keterbatasan Penelitian...59
DAFTAR PUSTAKA...60
LAMPIRAN...61
DAFTAR TABEL
Table 1 Indikator Kredibilitas Aparat Pajak………...45
Table 2 Indikator Profesionalisme Aparat Pajak………45
Table 3 Skala Likert………46
Table 4 Kriteria Persentase Skor Tanggapan Responden terhadap Skor Ideal…..47
Table 5 Rekapitulasi Tanggapan Responden……….48
Table 6 Rekapitulasi Tanggapan Responden……….50
Table 7 Rekapitulasi Tanggapan Responden……….52
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran A. Struktur Organisasi KPP Pratama Bandung Karees……….….63
Lampiran B. Daftar Pertanyaan Wawancara………..64
Lampiran C. Kuesioner………...66
PENDAHULUAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Penelitian
Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan
Undang-undang dasar 1945 yang menjunjung tinggi hak dan kewajiban setiap masyarakat, oleh
karena itu negara menempatkan perpajakan sebagai perwujudan salah satu kewajiban
kenegaraan dalam rangka kegotong-royongan nasional sebagai peran serta aktif
masyarakat dalam membiayai pembangunan. Pengadaan dana merupakan masalah yang
penting bagi tercapainya tujuan pembangunan nasional.
Pembangunan nasional adalah kegiatan yang berlangsung secara terus-menerus
dan berkesinambungan yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat baik
meterial maupun spiritual (Waluyo, 2011:2). Masalah pembiayaan pembangunan harus
diperhatikan untuk dapat merealisasikan tujuan tersebut. Menurut Waluyo (2011:2),
salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa atau negara dalam
pembiayaan pembangunan yaitu menggali sumber dana yang berasal dari dalam negeri
barupa pajak. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi
kepentingan bersama.
Secara garis besar, uang pajak yang dibayarkan oleh Wajib Pajak akan masuk ke
kas negara, kemudian melalui Undang-Undang Anggaran Pendapatan dan Belanja
PENDAHULUAN
dikelola oleh Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Daerah. Program kerja pemerintah
pusat dibiayai melalui skema Daftar Isian Pelaksanaan Kegiatan (DIPA) masing-masing
Kementerian dan Lembaga Negara. Sedangkan, alokasi untuk Pemerintah Daerah,
dijalankan melalui skema Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK)
dan Bagi Hasil. Selain itu, ada juga skema subsidi Pemerintah Pusat yang tujuannya
untuk mengurangi beban masyarakat. Tahun 2012, sesuai dengan Undang Undang
Nomor 12 Tahun 2011 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)
Tahun 2012 pos Belanja Negara ditetapkan sebesar Rp 1.435, 406 triliun. Selanjutnya,
dana kemudian dilakoksasikan untuk pos-pos pengeluaran yang tersebar di seluruh
Kementerian atau Lembaga Negara, termasuk untuk membayar bunga dan pokok
pinjaman luar negeri dan membiayai subsidi Bahan Bakar Minyak, Listrik dan
Pangan. (http://www.pajak.go.id/content/untuk-apa-bayar-pajak)
Berdasarkan data yang pernah diluncurkan oleh Indonesia Corruption Watch
(ICW), estimasi kerugian APBN akibat korupsi terus meningkat dari tahun ke tahun.
Menurut data itu, kerugian akibat korupsi tahun 2004 mencapai Rp. 4,3 triliun, lalu
tahun 2005 terdapat kebocoran Rp. 5,3 triliun, dan ditahun 2006 angka yang dikorupsi
meningkat lebih dari dua kali lipat yaitu Rp. 14,4 triliun. Tahun selanjutnya secara kasat
mata, rakyat tertentu dapat memberi penilaian lewat kasus-kasus yang sekarang tengah
diproses dan diungkap. (http://www.suarakarya-online.com/news.html?id=302358)
Beberapa kasus yang saat ini menjadi topik hangat diantaranya:
Gayus Tambunan, Pangkat: III-A, Jabatan: Bagian Penelaah Keberatan di Seksi
PENDAHULUAN
dalam rekening: Rp 25 miliar, Modus: Selama 2007-2009, bekerja sama dengan
sejumlah konsultan pajak membantu "mengurus" proses banding ke pengadilan
pajak. Garapan: 21 perusahaan, tiga di antaranya perusahaan tambang batu bara
milik tokoh politik. Kasus: Terjerat kasus penyuapan terhadap sejumlah polisi.
Terjerat kasus korupsi dan gratifikasi. Terjerat kasus pemalsuan paspor karena
pelesiran saat ditahan. Terjerat kasus penyuapan petugas penjara karena pelesiran
saat ditahan. Status kasus: Divonis tujuh tahun penjara dan menghadapi vonis
lainnya.
Bahasyim Assifie, Jabatan: Bekas Kepala Kantor Pemeriksaan dan Penyidikan
Pajak Jakarta VII, Gaji: Rp 20 juta per bulan. Total uang dalam rekening: Rp
61,1 miliar, yang terdiri atas rekening Sri Purwanti, istrinya, Rp 35 miliar plus
US$ 1 juta; kedua anaknya, Winda Arum Sari dan Riyanti Irianti, masing-masing
Rp 19 miliar dan Rp 2,1 miliar. Harta lainnya: Rumah di daerah Pancoran,
Jakarta Selatan, yang diperkirakan senilai Rp 1,5 miliar. Rumah di Jalan Cianjur,
Menteng, Jakarta Pusat, senilai Rp 25 miliar. Rumah di kompleks Mas Naga,
Bekasi, Jawa Barat, senilai Rp 1 miliar. Tanah 12 hektare di Cimanggis, Depok.
Kasus: Menyalahgunakan wewenangnya sebagai Kepala Kantor Pemeriksaan
dan Penyidikan Pajak. Meminta uang Rp 1 miliar kepada wajib pajak bernama
Kartini Mulyadi, salah satu Komisaris PT Tempo Scan. Melakukan pencucian
uang dengan modus memindahkan harta ke beberapa rekening miliknya serta
PENDAHULUAN
Denok Taviperiana. Pangkat: III-D di Direktorat Jenderal Pajak. Total harta: Rp
5,5 miliar, dalam bentuk deposito Rp 3 miliar. Polis asuransi jiwa dengan premi
tunggal senilai Rp 1 miliar pada 2007. Modus: Diduga menerima suap. Status
Kasus: Dihentikan.
Dhana Widyatmika. Pangkat: III-C. Jabatan: Dinas Pajak DKI Jakarta. Total
Harta dalam rekening: Rp 60 miliar. Berbisnis jual-beli mobil. Kasus: Diproses
Kejaksaan Agung dan menjadi tersangka.
(http://www.tempo.co/read/news/2012/02/25/063386311/Skandal-Mirip-Gayus-Rp-60-Miliar-Terbongkar)
Kasus-kasus tersebut tentu saja membentuk opini negatif masyarakat tentang
pajak dan pegawai pajak secara keseluruhan. Masyarakat beranggapan bahwa pajak
yang dibayarkan hanya untuk memperkaya para koruptor. Padahal sebenarnya
masyarakat yang membayar pajak maupun tidak, menikmati hasil pajak yang
dibayarkan. Kenyataannya pemerintah sampai saat ini masih memberikan subsidi untuk
sektor-sektor tertentu yang sangat mempengaruhi hajat hidup orang banyak. Mulai dari
subsisi Bahan Bakar Minyak (BBM), Listrik, Pangan, Pupuk, Benih, Minyak Goreng
dan Beras untuk Rakyat Miskin (Raskin).
Sebenarnya, celah yang digunakan oleh para aparat ini adalah keinginan wajib
pajak untuk membayar pajak seminimal mungkin dengan jalan penghematan pajak, atau
manajemen pajak. Penghematan pajak ini tidak mengambil hak para pembayar pajak
sama sekali, justru menurut penilaian penulis, pihak yang dirugikan dalam penghematan
PENDAHULUAN
dibayarkan lebih kepada negara diminimalisasikan dengan cara tertentu sehingga pajak
yang diberikan menjadi lebih kecil. Jika ada rasa profesionalisme dalam diri para aparat
pajak, tentunya hal ini tidak akan terjadi. Aparat akan menolak tawaran wajib pajak
untuk melakukan minimalisasi pajak meskipun ditawari dengan imbalan yang tidak
sedikit. Hal ini yang membuat profesionalisme penting dalam profesi, khususnya aparat
pajak. Masyarakat membutuhkan seseorang yang memiliki profesionalisme tinggi untuk
dapat menjadi andalan masyarakat atau wajib pajak, sebab tidak semua hal dapat
dilakukan dan dikuasi oleh masyarakat. Misalkan tentang dunia perpajakan, hanya
mereka yang berkecimpung yang memahaminya.
Selain membutuhkan seseorang yang dapat diandalkan yang menguasi ilmu
dibidangnya (professional), masyarakat pun membutuhkan seseorang yang dapat
dipercaya. Adanya kasus-kasus yang mencuat seperti gayus, sedikitinya mempengaruhi
rasa percaya masyarakat kepada aparat pajak. Beban berat Direktorat Jenderal Pajak saat
ini adalah mengembalikan kepercayaan masyarakat. Tanpa adanya kredibilitas aparat
pajak akan sulit untuk merealisasikan tujuan pembangunan, karena itu kredibilitas sangat
diperlukan oleh aparat pajak.
Berdasarkan latar belakang diatas, dapat disimpulkan betapa pentingnya
kredibilitas dan profesionalisme aparat pajak dimata wajib pajak. Oleh karena itu,
penulis sangatlah tertarik untuk mengangkat masalah ini sebagai bahan pembuatan
skripsi dengan memberi judul “Persepsi Wajib Pajak Terhadap Kredibilitas dan
PENDAHULUAN
1.2 Identifikasi Masalah
Setelah mengamati latar belakang penelitian di atas, penulis bermaksud
mengidentifikasi masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana persepsi wajib pajak terhadap kredibilitas aparat pajak?
2. Bagaimana persepsi wajib pajak terhadap profesionalisme aparat pajak?
1.3 Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang dapat diperoleh di dalam melakukan penelitian ini antara lain:
1. Mengetahui persepsi wajib pajak terhadap kredibilitas aparat pajak.
2. Mengetahui persepsi wajib pajak terhadap profesionalisme aparat pajak.
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian yang dituangkan dalam penelitian ini diharapkan dapat memberikan
manfaat, antara lain:
1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak:
Melalui penelitian ini, penulis berharap dapat memberikan saran dan masukan
dalam upaya peningkatan kualitas para aparat pajak dalam memberikan
kepercayaan kepada wajib pajak, sehingga persepsi wajib pajak terhadap
kredibilitas dan profesionalisme aparat pajak tetap positif.
2. Bagi Penulis:
Penulis berharap penelitian ini dapat memperdalam pengetahuan dan
PENDAHULUAN
mengenai persepsi wajib pajak terhadap kredibilitas dan profesionalisme aparat
pajak.
3. Bagi Peneliti Lain:
Penulis berharap dapat menambah kepustakaan bagi para pembaca mengenai
persepsi wajib pajak terhadap kredibilitas dan profesionalisme aparat pajak
sebagai bahan referensi bagi pihak lain yang hendak melakukan penelitian
SIMPULAN DAN SARAN
BAB V
SIMPULAN DAN SARAN
5.1 Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan mengenai persepsi wajib pajak terhadap
kredibilitas dan profesionalisme aparat pajak, penulis dapat menarik simpulan sebagai
berikut:
1. Persepsi wajib pajak terhadap kredibilitas aparat pajak pada umumnya baik.
Akan tetapi wajib pajak masih meragukan integritas aparat pajak. Berdasarkan
hasil wawancara dan kuesioner, wajib pajak memandang aparat pajak sebagai
seseorang yang memiliki keahlian, baik keahlian teknis, keahlian interaksi atau
hubungan antar manusia dan keahlian konseptual, serta dapat dipercaya yaitu
bersifat jujur, reliabel dan loyal terhadap instansinya namun tidak dengan
integritas, wajib pajak meragukan apakah aparat pajak menerima imbalan dari
wajib pajak dan apakah aparat pajak bersih dari tindakan-tindakan tercela.
2. Persepsi wajib pajak terhadap profesionalisme aparat pajak adalah baik.
Berdasarkan hasil wawancara dan kuesioner, wajib pajak memandang aparat
pajak sebagai seseorang yang memiliki keahlian dan pengetahuan yang luas serta
bekerja dengan hati. Aparat pajak merupakan seseorang yang dapat diandalkan
SIMPULAN DAN SARAN
5.2 Saran
Setelah melakukan penelitian atas persepsi wajib pajak terhadap kredibilitas dan
profesionalisme aparat pajak di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees,
penulis mencoba mengemukakan beberapa saran, diantaranya sebagai berikut:
1. Bagi Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees
Persepsi wajib pajak terhadap kredibilitas dan profesionalisme aparat pajak
memang dapat dikatakan baik. Tetapi dengan adanya kasus-kasus yang timbul,
kepercayaan masyarakat terhadap aparat pajak menurun. Masyarakat (wajib
pajak) meragukan integritas aparat pajak. Penulis menyarankan Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees untuk meningkatkan integritas aparat
pajaknya agar mendapatkan kepercayaan masyarakat kembali, dengan cara
mengadakan seminar-seminar yang berhubungan dengan personal integrity,
proses seleksi yang diadakan untuk merekrut aparat pajak dilaksanakan
seobyektif mungkin, bila perlu menggunakan jasa lembaga yang independen
untuk menentukan seleksi dari calon pegawai Direktorat Jenderal Pajak, dengan
menggunakan standar yang tinggi dan ketat dan pelaksanaan proses seleksi yang
jujur, perbaikan-perbaikan sistem Direktorat Jenderal Pajak, serta mekanisme
pengawasan yang lebih ketat.
2. Bagi penelitian selanjutnya yang tertarik dengan permasalahan serupa, sebaiknya
melakukan penelitian terhadap subjek lain yang lebih luas seperti
membandingkan persepsi aparat pajak dan wajib pajak mengenai kredibilitas dan
SIMPULAN DAN SARAN
5.3 Keterbatasan Penelitian
Hasil dari penelitian ini kurang mewakili populasi wajib pajak yang ada di Kantor
Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees. Jumlah wajib pajak (badan dan orang
pribadi) aktif yang ada di Kantor Pelayanan Pajak Pratama Bandung Karees adalah
sebesar 72.814 sedangkan sampel yang diambil hanya 100. Ini disebabkan keterbatasan
DAFTAR PUSTAKA
Almalifah, Siti Mahmodha. 2004. Analisis Karakteristik Individu dan Karakteristik Organisasi terhadap Pengembangan Karir Pegawai. Pengembangan Sumber Daya Manusia, Universitas Airlangga. Surabaya.
Arens, Alvin A., Randal J. Elder., dan Mark S. Beasley. 2008. Auditing dan Jasa Assurance. Jilid 1. Edisi Keduabelas. Penerbit: Erlangga. Jakarta.
Diana, Anastasia dan Lilis Setiawati. 2010.Perpajakan Indonesia Konsep, Aplikasi, dan Penuntun Praktis. Penerbit: Andi. Yogyakarta.
Fraenkel, J. & Wallen, N. 1993. How to Design and Evaluate Research in Education. SecondEdition. New York: McGraw-Hill Inc.
Hisar Pasaribu. 2001. Pengaruh Profesionalisme Satuan Pengawas Intern dan Pelaporan Hasil Pemeriksaan terhadap Keefektivan Pengendalian Pelaksanaan Anggran: Suatu Penelitian Empiris. Jurnal Akuntasi dan Manajemen, STIE YKPN.
Hudiwinarsih, Gunasti. 2005. Pengaruh Pengalaman Auditor Interen Bank terhadap Profesionalisme dan Keterkaitannya dengan Kinerja, Komitmen, & Turnover Intensions.Jurnal Ventura. No. 1 Vol. 8.
Ikatan Akuntansi Indonesia. 2011. Modul Pelatihan Pajak Terapan Brevet A & B Terpadu. Penerbit: Ikatan Akuntansi Indonesia. Jakarta.
Jogiyanto. 2004.Metodelogi Penelitian Bisnis.Penerbit: BPFE-Yogyakarta. Yogyakarta
Mardiasmo. 2008.Perpajakan Edisi Revisi 2008.Penerbit: Andi. Yogyakarta.
Moh. Nazir. 2009. Metode Penelitian. Penerbit: Ghalia Indonesia, Bogor
Muchlas, Makmuri. 2008. Perilaku Organisasi. Penerbit: Gadjah Mada University Press. Yogyakarta.
Pustaka Utama Departemen Pendidikan Nasional. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi keempat. Penerbit: PT Gramedia. Jakarta.
Soemitro Rochmat. 2004. Asas dan Dasar Perpajakan 2. Penerbit: PT Refika Aditama. Bandung.
Sugiyono. 2005.Statistika untuk Penelitian. Penerbit: CV Alfabeta, Bandung
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, R dan D. Penerbit: Alfabeta. Bandung.
Surbakti, Nurhayati dan Siska Maria E. S. 2008. Pengaruh Kredibilitas Pegawai dalam Komunikasi Interpersonal terhadap Sikap Nasabah Pada Perusahaan. Jurnal Administrasi Bisnis. Nomor 1. Volume 4. Halaman 1-13
Susetyo, Budi. 2009. Pengaruh Pengalaman Audit terhadap Pertimbangan Auditor dengan Kredibilitas Klien sebagai Variabel Moderating. Magister Sains Akuntansi, Universitas Diponegoro, Semarang
Syam, Nina. 2011. Psikologi sebagai Akar Ilmu Komunikasi. Penerbit: Simbiosa Rekatama Media, Bandung
Waluyo. 2011. Perpajakan Indonesia. Buku 1. Edisi 10. Penerbit: Salemba Empat. Jakarta.
Undang-undang No. 16 Tahun 2009 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan
Undang-undang No. 28 Tahun 2007 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan