STRATEGI PEMASARAN BAKSO DAGING
PADA UD. ARAFAH DI BLANG PULO
KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH :
CUT NURUL ILHAMI
NIM. 10C10404019
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
STRATEGI PEMASARAN BAKSO DAGING
PADA UD. ARAFAH DI BLANG PULO
KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN
KABUPATEN ACEH BARAT
SKRIPSI
OLEH :
CUT NURUL ILHAMI
NIM. 10C10404019
Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Pertanian
Pada Program Studi Agribisnis
Fakultas Pertanian Universitas Teuku Umar
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
JURUSAN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TEUKU UMAR
MEULABOH
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : Strategi Pemasaran Bakso Daging pada UD. Arafah di Blang Pulo Kecamatan Johan pahlawan Kabupaten Aceh Barat Nama : CUT NURUL ILHAMI
Nim : 10C10404019 Jurusan : Agribisnis
Menyetujui, Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
Ir. SAID MAHJALI, MM MUTHIA DEWI, SP NIDN. 01-1011-6502 NIDN. 01-2703-7801
Mengetahui,
Dekan Fakultas Pertanian Ketua Prodi Agribisnis
Ir. RUSDI FAIZIN, M.Si YOGA NUGROHO, SP, MM NIP.196308111992031001 NIDN. 01-1001-8801
LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI
Skripsi/Tugas Akhir dengan Judul :
STRATEGI PEMASARAN BAKSO DAGING PADA UD. ARAFAH DI BLANG PULO KECAMATAN JOHAN PAHLAWAN
KABUPATEN ACEH BARAT
Yang Disusun Oleh :
Nama : CUT NURUL ILHAMI
NIM : 10C10404019
Fakultas : Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Telah dipertahankan didepan dewan penguji pada tanggal 19 Mei 2015 dan
dinyatakan memenuhi syarat untuk diterima.
SUSUNAN DEWAN PENGUJI
1. Ir. SAID MAHJALI, MM
(Dosen Pembimbing Ketua) : ...
2. MUTHIA DEWI, SP,
(Dosen Pembimbing Anggota) : ...
3. YOGA NUGROHO, SP, MM
(Dosen Penguji Ketua) : ...
4. DAHNIL MULJADI, SP
(Dosen Penguji Anggota) : ...
Alue Peunyareng, 19 Mei 2015 Ketua Program Studi Agribisnis
YOGA NUGROHO, SP, MM
BIODATA MAHASISWA
1. Nama Lengkap : CUT NURUL ILHAMI
2. NIM : 10C10404019
3. Jenis Kelamin : Perempuan
4. Tempat/Tanggal Lahir : Langkak, 14 November 1991
5. Agama : Islam
6. Anak : Pertama dari Dua Bersaudara
7. Alamat : Desa Langkak Kecamatan Kuala Pesisir
8. Nama Orang Tua
a. Ayah : Alm. Teuku Hasanuddin
b. Ibu : Cut Nurul Alam
9. Alamat Orang Tua : Desa Langkak Kecamatan Kuala Pesisir
RIWAYAT HIDUP
CUT NURUL ILHAMI, Lahir di Langkak, 14 November 1991 dari pasangan Bapak Alm. Teuku Hasanuddin dan Ibu Cut Nurul Alam. Penulis merupakan
anak pertama dari dua bersaudara dengan jenis kelamin perempuan dan beragama
Islam. Status penulis belum menikah dan sekarang penulis bertempat tinggal di
Desa Langkak Kecamatan Kuala Pesisir Kabupaten Nagan Raya
Riwayat Pendidikan : Lulus Sekolah Dasar di SD Negeri I Kuala Tuha pada tahun
2004. Kemudian melanjutkan sekolah ke SMP Negeri I Kuala dan lulus pada
tahun 2007 Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan ke Sekolah Menengah
Atas Negeri 3 Kuala dan lulus pada tahun 2010 Pada Tahun 2010, penulis menjadi
mahasiswa di Universitas Teuku Umar Fakultas Pertanian Jurusan Agribisnis Di
1
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Pengembangan industri pengolahan pangan di Indonesia yang didukung
oleh sumberdaya alam pertanian, baik nabati maupun hewani mampu
menghasilkan berbagai produk olahan yang dapat dibuat dan dikembangkan dari
sumber daya alam lokal atau daerah. Saat ini di beberapa negara Asia banyak
produk pangan yang diangkat dari jenis pangan lokal dan diolah secara
tradisional. Dengan berkembangnya produk lokal tersebut, maka jumlah dan jenis
produk pangan menjadi semakin banyak jumlahnya.
Peternakan merupakan salah satu cabang dari sektor pertanian. Di
Indonesia banyak terdapat industri pengolahan hasil peternakan, salah satunya
adalah industri pengolahan daging. Daging merupakan bahan pangan yang
penting dalam memenuhi kebutuhan gizi. Selain mutu proteinnya tinggi, pada
daging terdapat pula kandungan asam amino esensial yang lengkap dan seimbang.
Keunggulan lain, protein daging lebih mudah dicerna daripada yang berasal dari
nabati. Bahan pangan ini juga mengandung beberapa jenis mineral dan vitamin.
Manusia mengkonsumsi daging sejak dimulainya sejarah peradaban
manusia itu sendiri. Berbagai jenis ternak telah dikembangkan untuk diambil
dagingnya, baik ternak besar (seperti sapi atau kerbau) maupun ternak kecil
(seperti domba atau kambing). Selain jenis ternak tersebut, beberapa ternak lain
juga dapat digunakan sebagai sumber daging untuk konsumsi manusia. Bahan
pangan hewani memiliki sifat umum yaitu mudah mengalami kerusakan yang
2
Pengolahan umumnya dilakukan untuk memperpanjang daya simpan,
meningkatkan nilai indah dan nilai pakai atau nilai guna, serta memungkinkan
konsumen mendapatkan bahan pangan hewani dalam ragam bentuk dan rasa.
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada, daging
banyak diolah menjadi produk makanan yang menarik. Pengolahan produk daging
tersebut mampu meningkatkan harga jual. Bahan makanan yang berasal dari
produk olahan daging antara lain bakso daging, korned, dendeng, dan abon.
Usaha pengolahan bakso daging merupakan pemanfaatan produk pertanian
yang mengolah hasil daging dari peternakan menjadi produk bakso yang bernilai
lebih tinggi serta meningkat pula kemanfaatannya. Bakso adalah campuran
homogen daging, tepung pati dan bumbu yang telah mengalami proses ekstrusi
dan pemasakan. Cara pembuatan bakso, yang pertama adalah daging digiling
hingga menjadi halus, kemudian dicampur dengan tepung dan bumbu di dalam
alat pencampur khusus sehingga bahan tercampur menjadi bahan adonan yang
sangat rata dan halus. Setelah itu adonan dicetak berbentuk bulat dan direbus
sampai matang.
Produksi bakso daging merupakan salah satu usaha yang dimiliki oleh UD.
Arafah. Daging sapi dan daging ayam adalah bahan baku utama yang digunakan
dalam proses pembuatan bakso di UD. Arafah. Daging sapi yang digunakan
berasal dari pasar hewan yang ada di Kabupaten Aceh Barat dan Nagan Raya.
Sistem pembeliannya dengan cara pemesanan sehingga setiap ada pemesanan,
pihak Rumah Potong Hewan (RPH) yang mengantar daging ke UD. Arafah.
Daging sapi yang digunakan adalah bagian paha depan, paha belakang, dan bagian
3
Sedangkan daging ayam yang digunakan adalah bagian paha dan dada,
dengan alasan karena bagian tersebut mempunyai serat daging yang halus, tidak
kasar, dan tidak banyak mengandung lemak. Bakso dikemas dalam 2 jenis
pengemas, yaitu kemasan berbentuk curah dan kemasan berbentuk bendit.
Pengemas untuk bakso yang berbentuk curah tidak disablon, hanya menggunakan
kantong plastik polos dan kemudian langsung dipress.
Menurut Dinas Perindustrian dan Perdagangan Aceh Barat, jumlah
industri rumah tangga yang bergerak dibidang pengolahan bakso yang tersebar di
Kabupaten Aceh Barat sebanyak 3 home industri, yaitu di wilayah Kecamatan
Johan Pahlawan sebanyak 2 (dua) industri dan di Kecamatan Samatiga sebanyak 1
(satu) industri. Umumnya usaha tersebut masih termasuk dalam skala kecil, yaitu
pemasarannya hanya sebatas pada konsumen di wilayah Aceh Barat.
UD. Arafah telah memiliki usaha pengolahan bakso daging sejak awal
berdirinya, yaitu pada tahun 2005. Namun, sejak awal berdiri hingga sekarang,
selama kurang lebih 9 tahun, perkembangan usaha pengolahan bakso daging
tersebut masih terbilang lambat. Di sisi lain, ekspansi dari perusahaan lain yang
lebih besar dan juga memiliki produk bakso daging dalam kemasan, turut
menghambat perkembangan usaha pengolahan bakso daging. Pemasaran produk
bakso daging oleh UD. Arafah yaitu dengan melakukan pengiriman kepada
pembeli yang memesan atau yang merupakan pelanggan bakso daging tersebut.
Strategi pemasaran adalah serangkaian tujuan, sasaran, kebijakan, dan
aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran perusahaan dari waktu
4
tanggapan perusahaan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan persaingan
yang selalu berubah (Assauri, 2002).
Keinginan untuk mencapai sasaran yang diinginkan perusahaan perlu
menyusun strategi sedemikian rupa. Dalam merumuskan strategi perusahaan (UD.
Arafah) maka perlu mengidentifikasi berbagai faktor secara sistematis.
Pengidentifikasi dapat dilakukan dengan analisis SWOT yaitu analisis yang
didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan dan peluang, namun
secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan dan ancaman. Berdasarkan
uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan mengangkut
tema yang berjudul : “Strategi Pemasaran Bakso Daging pada UD. Arafah di Blang Pulo Kecamatan Johan pahlawan Kabupaten Aceh Barat”
1.2. Rumusan Masalah
Dari uraian yang telah dijelaskan pada latar belakang, maka perumusan
masalah yang akan dikaji oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Apa saja faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi pemasaran
bakso daging pada UD. Arafah di Blang Pulo Kecamatan Johan Pahlawan
Kabupaten Aceh Barat ?
2. Bagaimana strategi pemasaran bakso daging pada UD. Arafah di Blang Pulo
5
1.3. Tujuan Penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Mengidentifikasi faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal
(peluang dan ancaman) pada pemasaran bakso daging pada UD. Arafah di
Blang Pulo Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat ?
2. Menentukan strategi pemasaran bakso daging pada UD. Arafah di Blang Pulo
Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
1.4. Kegunaan Penelitian
Adapun kegunaan penelitian ini adalah :
1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha bakso daging terutama UD. Arafah
dalam memasarkan produknya dengan memperhatikan faktor internal dan
eksternal sehingga tujuan yang diinginkan perusahaan tercapai
2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perbaikan dan
peningkatan proses pemasaran bakso daging
3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi pihak - pihak lain yang
6
6
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Pengertian Bakso Daging
Bakso adalah campuran homogen daging, tepung pati dan bumbu yang
telah mengalami proses pemanasan sehingga rasa mentah hilang. Cara pembuatan
bakso tidak sulit. Daging digiling halus dengan screw extruder, kemudian
dicampur dengan tepung dan bumbu di dalam alat pencampur khusus sehingga
bahan tercampur menjadi bahan pasta yang sangat rata dan halus. Setelah itu pasta
dicetak berbentuk bulat dan direbus sampai matang. Bakso yang bermutu bagus
dapat dibuat tanpa penambahan bahan kimia apapun (Damiyati, 2007).
Bakso adalah produk pangan yang terbuat dari bahan utama daging yang
ditumbuk, dicampur dengan bahan-bahan lainnya, dibentuk bulatan-bulatan, dan
selanjutnya direbus. Biasanya istilah bakso tersebut diikuti dengan nama jenis
dagingnya, seperti bakso ikan, bakso ayam, dan bakso sapi (Apriyantono, 2002).
Dalam pembuatan bakso daging, kesegaran dan jenis daging sangat
mempengaruhi mutu dari bakso tersebut. Oleh karena itu, digunakan jenis daging
yang baik dan bermutu tinggi. Sebaiknya dipilih jenis daging yang masih segar,
berdaging tebal, dan tidak banyak lemak sehingga rendemennya tinggi. Selain itu,
cara pengolahan bakso juga sangat mempengaruhi mutu bakso yang dihasilkan,
misalnya jika lemak, warna bakso yang dihasilkan kotor atau agak abu-abu
(Lawrie. R.A, 2003).
Sebagai pangan yang berbahan dasar daging dengan kandungan nutrisi
yang cukup tinggi, bakso menjadi media tumbuh bakteri perusak sehingga mudah
7
7
selama satu hari. Keadaan ini menyebabkan seringkali para pedagang dan
produsen bakso menambahkan bahan pengawet dalam bakso, dan yang paling
tidak diinginkan adanya oknum produsen bakso yang menggunakan bahan
berbahaya seperti formalin atau boraks (Damiyati, 2007).
2.2. Pengertian Daging
2.2.1. Daging Sapi
Daging adalah sekumpulan otot yang melekat pada kerangka. Istilah
daging dibedakan dengan karkas. Daging adalah bagian yang sudah tidak
mengandung tulang, sedangkan karkas berupa daging yang belum dipisahkan dari
tulang atau kerangkanya. Kualitas daging dipengaruhi oleh faktor sebelum dan
setelah pemotongan. Faktor sebelum pemotongan yang dapat mempengaruhi
kualitas daging adalah genetik, spesies, bangsa, tipe ternak, jenis kelamin, umur,
pakan dan bahan aditif (hormon, antibiotik, dan mineral) (Lawrie. R.A, 2003).
Ciri-ciri daging sapi segar adalah berwarna merah terang, seratnya halus,
dan lemaknya berwarna kekuningan. Daging yang kaku dan berwarna gelap
menunjukkan bahwa penyembelihan dilakukan pada kondisi yang tidak tepat,
misaInya hewan dalam keadaan stres atau kehabisan tenaga. Daging sapi yang
berwarna cokelat menandakan bahwa daging tersebut sudah terkena udara terlalu
lama (Lawrie. R.A, 2003).
Ciri-ciri daging sapi segar adalah berwarna merah terang, seratnya halus,
dan lemaknya berwarna kekuningan. Daging yang kaku dan berwarna gelap
menunjukkan bahwa penyembelihan dilakukan pada kondisi yang tidak tepat,
8
8
berwarna cokelat menandakan bahwa daging tersebut sudah terkena udara terlalu
lama. Konsumen harus teliti ketika membeli daging sapi karena saat ini disinyalir
terdapat daging sapi segar yang dicampur dengan daging babi, serta dengan
daging sapi yang kondisinya sudah busuk, diperjual belikan di beberapa pasar
tradisional dan pasar swalayan (Luthana. K, 2009).
2.2.2. Daging Ayam
Daging ayam adalah bagian dari ayam yang disembelih yang lazim
dimakan manusia termasuk kulit kecuali yang telah diawetkan dengan cara lain
dari pada pendinginan. Pada umumnya, daging ayam mengandung air sekitar 75
% - 80 %, selain itu juga mengandung bahan kering yang terdiri atas protein 18 %
- 20 %, lemak 0,7 % - 2 %, dan abu 0,8 % (Lawrie. R.A, 2003).
2.3. Pemasaran
Pemasaran adalah sebuah proses dalam memuaskan kebutuhan dan
keinginan manusia. Jadi, segala kegiatan dalam hubungannya dalam pemuasan
kebutuhan dan keinginan manusia merupakan bagian dari konsep pemasaran.
Pemasaran dimulai dengan pemenuhan kebutuhan manusia yang kemudian
bertumbuh menjadi keinginan manusia. Proses dalam pemenuhan kebutuhan dan
keinginan manusia inilah yang menjadi konsep pemasaran. Mulai dari pemenuhan
produk (product), penetapan harga (price), pengiriman barang (place), dan
mempromosikan barang (promotion) (Kolter, 2005).
Lingkungan pemasaran adalah pelaku dan kekuatan yang berada di
sekeliling perusahaan yang tidak dapat dikendalikan oleh pihak perusahaan, tetapi
9
9
dari lingkungan mikro dan lingkungan makro. Lingkungan mikro adalah pelaku
dan kekuatan di sekitar perusahaan, yang secara langsung mempengaruhi
kemampuan bisnis dan kinerja pemasaran perusahaan. Lingkungan internal mikro
terdiri dari pemasok, distributor, pesaing, pelanggan, dan masyarakat. Lingkungan
makro adalah kekuatan yang melingkupi dan berpengaruh secara langsung / tidak
langsung terhadap perusahaan serta lingkungan mikro secara keseluruhan.
Lingkungan makro terdiri dari demografi, ekonomi, politik, sosial, budaya,
hukum, tekonologi, dan alam (Muliaharty, M. 2007).
2.4. Strategi Pemasaran
Strategi pemasaran adalah serangkaian tindakan terpadu menuju
keunggulan kompetitif yang berkelanjutan. Faktor-faktor yang mempengaruhi
strategi pemasaran adalah :
1. Faktor mikro, yaitu perantara pemasaran, pemasok, pesaing dan masyarakat.
2. Faktor makro, yaitu demografi/ekonomi, politik/hukum, teknologi/fisik, dan
sosial/budaya (Glueck, William F, 1993).
Menurut Kolter, Philip (2004), dalam melakukan pemasaran perlu
diperhatikan strategi pemasaran yang dijalankan perusahaan berkaitan dengan
produk, harga, promosi, dan distribusi. Strategi pemasaran adalah kombinasi dari
empat variabel atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran. Empat
variabel tersebut menunjukkan pandangan-pandangan penjual tentang kiat
pemasaran yang tersedia untuk mempengaruhi pembeli, setiap kiat pemasaran
dirancang untuk memberikan manfaat-manfaat bagi pelanggan. Keempat variabel
10
10
1. Produk.
Mengelola unsur produk termasuk perencanaan dan pengembangan yang tepat
dipasarkan oleh perusahaan merupakan hal yang sangat penting. Strategi
dibutuhkan untuk mengubah produk yang ada, merambat yang baru dan
mengambil tindakan-tindakan lain yang mempengaruhi bermacam-macam
produk. Keputusan strategi dibutuhkan untuk pengemasan, penentuan cap dan
berbagai segi produk lainnya.
2. Harga.
Dalam menentukan harga, manajemen harus menentukan harga dasar yang
tepat bagi produknya. Manajemen harus menentukan strategi yang menyangkut
pada harga, pembayaran ongkos angkut dan berbagai variabel yang
berhubungan dengan harga.
3. Promosi.
Promosi adalah unsur yang didayagunakan untuk memberitahukan dan
membujuk pasar tentang produk baru perusahaan.
4. Distribusi.
Perantara pemasaran pada dasarnya merupakan faktor lingkungan yang berada
di luar jangkauan perusahaan, seseorang eksekutif pemasaran tetap mempunyai
ruang gerak yang luas pada saat ia berhubungan dengan perantara. Tanggung
jawab pemasaran adalah memilih dan mengelola saluran perdagangan yang
dipakai dalam menyalurkan produk serta mengembangkan sistem distribusi
untuk pengiriman dan penanganan produk secara fisik.
Strategi pemasaran pada dasarnya adalah rencana yang menyeluruh,
11
11
kegiatan yang akan dijalankan untuk dapat tercapainya tujuan pemasaran. Dengan
perkataan lain, strategi pemasaran adalah serangkaian tercapainya tujuan dan
sasaran, kebijakan dan aturan yang memberi arah kepada usaha-usaha pemasaran
dari waktu ke waktu pada masing-masing tingkatan dan acuan serta alokasinya
terutama sebagai tanggapan dalam menghadapi lingkungan dan keadaan
persaingan yang selalu berubah (Assauri Sofjan, 2002).
2.5. Tahap Perumusan Strategi
Perumusan strategi didasarkan pada analisis yang menyeluruh terhadap
pengaruh faktor-faktor lingkungan eksternal dan internal perusahaan. Lingkungan
eksternal perusahaan setiap saat berubah dengan cepat sehingga melahirkan
berbagai peluang dan ancaman yang datang dari pesaing utama maupun dari iklim
bisnis yang senantiasa berubah. Konsekuensi perubahan faktor eksternal tersebut
juga mengakibatkan perubahan faktor internal perusahaan seperti perubahan
terhadap kekuatan maupun kelemahan yang dimiliki perusahaan tersebut
(Rangkuti, 2001).
Perumusan strategi mencakup kegiatan mengembangkan visi dan misi
suatu usaha, mengidentifikasi peluang dan ancaman eksternal organisasi,
menentukan kekuatan dan kelemahan internal organisasi, menetapkan tujuan
jangka panjang organisasi, membuat sejumlah strategi alternatif untuk organisasi,
dan memilih strategi tertentu untuk digunakan (David, 2004).
2.5.1. Faktor Internal
Menurut Salusu (2003) kekuatan adalah situasi dan kemampuan internal
12
12
strategi dalam mencapai sasarannya; sedangkan kelemahan adalah situasi dan
ketidakmampuan internal yang mengakibatkan organisasi tidak dapat mencapai
sasarannya. Kekuatan dan kelemahan tersebut menurut David (2004) ada dalam
kegiatan manajemen, pemasaran, keuangan, produksi atau operasi, penelitian dan
pengembangan, serta sistem informasi manajemen di setiap perusahaan.
Faktor-faktor internal dapat ditentukan dengan banyak cara, termasuk
dengan menghitung rasio, mengukur kerja, dan membandingkan dengan prestasi
masa lalu atau dengan rata-rata industri. Kekuatan adalah sesuatu yang paling baik
dilakukan oleh organisasi atau suatu karakteristik yang memberinya kemampuan
yang sangat besar. Kekuatan itu dapat berupa ketrampilan, kompetensi, sumber
daya organisasi yang sangat bernilai atau kemampuan kompetitif, atau hasil yang
menempatkanya pada kedudukan yang superior, misalnya mutu produk yang lebih
baik, adanya pengakuan dari pihak luar dan penguasa, teknologi yang superior,
atau pelayanan yang memuaskan (Salusu, 2003).
Kelemahan dipihak lain, adalah sesuatu yang membuat organisasi sangat
lemah, miskin, berpenampilan buruk, atau suatu kondisi yang menempatkanya
pada posisi ketidak-beruntungan dan tidak kompetitif (Salusu, 2003).
2.5.2. Faktor Eksternal
Lingkungan eksternal terdiri atas dua faktor strategi, yaitu peluang dan
ancaman atau tantangan. Peluang sebagai situasi dari faktor-faktor eksternal yang
membantu organisasi mencapai atau bahkan bisa melampaui pencapaian
sasarannya, sedangkan ancaman adalah faktor-faktor eksternal yang menyebabkan
13
13
Menurut David (2004), audit eksternal terfokus pada upaya
mengidentifikasi dan menilai tren serta peristiwa di luar kendali perusahaan. Audit
eksternal tidak ditujukan untuk membuat daftar yang panjang mengenai setiap
faktor yang mungkin dapat mempengaruhi bisnis, melainkan ditujukan untuk
mengidentifikasi variabel-variabel kunci yang dapat memberikan respon yang
dapat dilaksanakan. Audit eksternal mengungkapkan peluang dan ancaman utama
yang dihadapi oleh organisasi.
Dengan demikian para manajer dapat merumuskan strategi agar dapat
mengambil manfaat dari peluang dan menghindari atau mengurangi dampak
ancaman. Peluang dan ancaman eksternal merujuk pada peristiwa dan tren
ekonomi, sosial, budaya, demografi, lingkungan, politik, hukum, pemerintahan,
teknologi dan persaingan yang dapat menguntungkan atau merugikan suatu
organisasi secara berarti di masa depan. Peluang dan ancaman sebagian besar di
luar kendali suatu organisasi karena itu digunakan istilah eksternal (David, 2004).
2.6. Analisis SWOT
Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor secara sistematis untuk
merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat
memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun secara
bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats).
Analisis SWOT banyak dipakai dalam penyusunan perencanaan strategi bisnis
(Strategic Business Planning) yang bertujuan untuk menyusun strategi-strategi
14
14
dan dapat segera diambil keputusan, berikutnya semua perubahaannya dalam
menghadapi pesaing.
Kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan
eksternal. Faktor internal dan eksternal merupakan faktor yang harus
dipertimbangkan dalam analisis SWOT. SWOT adalah singkatan dari lingkungan
internal strengths (kekuatan) dan weakness (kelemahan) serta lingkungan
eksternal opportunities (peluang) dan threats (ancaman). Analisis SWOT
membandingkan antara faktor eksternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal
(kekuatan dan kelemahan) (Rangkuti, 2001).
Menurut Rangkuti (2001), matrik SWOT adalah alat yang dipakai untuk
menyusun faktor-faktor strategi perusahaan. Matrik ini menggambarkan secara
jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi perusahaan dapat
diselesaikan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Matrik Strengths Weakness
Opportunities Threats (SWOT) merupakan perangkat pencocokan yang penting
yang membantu manajer mengembangkan empat tipe strategi : Strategi SO
(Strengths-Opportunities), Strategi WO (Weakness-Opportunities), Strategi ST
(Strengths-Threats) dan Strategi WT (Weakness-Threats). Mencocokkan
faktor-faktor eksternal dan internal kunci merupakan bagian yang sangat sulit dalam
mengembangkan Matrik SWOT dan memerlukan penilaian yang baik dan tidak
ada sekumpulan kecocokan yang paling baik.
Strategi SO atau strategi kekuatan-peluang menggunakan kekuatan
internal perusahaan untuk memanfaatkan peluang eksternal. Strategi WO atau
strategi kelemahan-peluang bertujuan untuk memperbaiki kelemahan dengan
15
15
menggunakan kekuatan perusahaan untuk menghindari atau mengurangi dampak
ancaman eksternal. Strategi WT atau strategi kelemahan-ancaman merupakan
taktik defensif yang diarahkan untuk mengurangi kelemahan internal dan
menghindari ancaman eksternal.
2.7. Tahapan Perumusan Matriks SWOT
Untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran bakso daging pada UD.
Arafah digunakan analisis Matriks SWOT. Matriks SWOT dapat menggambarkan
secara jelas bagaimana peluang dan ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi
oleh suatu dagang dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang
dimiliki. Analisis SWOT digambarkan ke dalam Matriks SWOT dengan 4
kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O strategies),
strategi kelemahan peluang (W-O strategies), strategi kekuatan-ancaman (S-T
strategies), dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies).
16
16
Ada delapan tahapan dalam penentuan alternatif strategi yang dibangun
melalui Matriks SWOT adalah sebagai berikut :
1. Menuliskan peluang faktor eksternal kunci dalam usaha dagang atau
pemasaran bakso daging
2. Menuliskan ancaman faktor eksternal kunci dalam usaha dagang bakso daging
3. Menuliskan kekuatan faktor internal kunci dalam usaha dagang bakso daging
4. Menuliskan kelemahan faktor internal kunci dalam usaha dagang bakso daging
5. Mencocokkan kekuataan faktor internal dengan peluang faktor eksternal dan
mencatat Strategi S-O dalam sel/kolom yang sudah ditentukan.
6. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan peluang faktor eksternal dan
mencatat Strategi W-O dalam sel/kolom yang sudah ditentukan.
7. Mencocokkan kekuatan faktor internal dengan ancaman faktor eksternal dan
mencatat Strategi S-T dalam sel/kolom yang sudah ditentukan.
8. Mencocokkan kelemahan faktor internal dengan ancaman faktor eksternal dan
mencatat Strategi W-T dalam sel/kolom yang sudah ditentukan
2.8. Kerangka Teori Pendekatan Masalah
Bakso daging merupakan salah satu makanan olahan yang banyak dicari
oleh masyarakat di Indonesia. Rasanya yang enak dan kandungan gizi yang cukup
banyak merupakan daya tarik tersendiri bagi konsumen. Dari produsen bakso
untuk sampai ke tangan konsumen, diperlukan suatu proses pemasaran. Begitu
pula halnya yang terjadi di UD. Arafah yang juga memproduksi bakso daging,
17
17
dapat sampai ke tangan konsumen. Ada banyak hambatan dalam pemasaran yang
menjadi ancaman bagi UD. Arafah di Kecamatan Johan Pahlawan.
Namun selain ancaman, juga ada banyak peluang yang dapat dimanfaatkan
oleh perusahaan dalam usaha memasarkan produk bakso daging yang dihasilkan.
Oleh karena itu, perlu adanya identifikasi kekuatan dan kelemahan sehingga
hambatan dapat diminimalisasi dan peluang dapat dimanfaatkan dengan baik
melalui strategi yang dapat diterapkan dalam usaha pemasaran produk bakso
daging. Tahap-tahap yang dilakukan dalam merumuskan strategi pemasaran bakso
daging di UD. Arafah adalah sebagai berikut:
2.8.1. Identifikasi Faktor-faktor Internal dan Eksternal
Suatu perusahaan dapat mengembangkan strategi untuk mengatasi
ancaman eksternal dan merebut peluang yang ada. Proses analisis, perumusan,
dan evaluasi strategi-strategi itu disebut perencanaan strategi. Proses tersebut
dirancang untuk mengarahkan perusahaan dalam mencapai tujuan. Tujuan utama
perencanaan strategi adalah agar perusahaan dapat melihat secara objektif
kondisi-kondisi lingkungan eksternal sehingga perusahaan dapat menentukan faktor-faktor
strategi yang merupakan peluang dan ancaman, dan kondisi-kondisi lingkungan
internal usaha untuk menentukan faktor-faktor strategi yaitu kekuatan dan
kelemahan, serta mampu mengantisipasi perubahan lingkungan.
Penentuan strategi yang tepat harus dimulai dengan mengidentifikasi,
menganalisis, dan mendiagnosis faktor-faktor strategi usaha pemasaran produk
bakso daging di UD. Arafah di Kecamatan Johan Pahlawan. Suatu perubahan
lingkungan dapat merupakan suatu peluang bagi peningkatan pemasaran maupun
18
18
Oleh sebab itu, perusahaan dituntut untuk selalu bersikap tanggap dan adaptif,
selalu mengikuti dan menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan. Tujuan dari
analisis faktor eksternal perusahaan ini adalah untuk mengidentifikasi
faktor-faktor kunci yang menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan.
Analisis faktor eksternal adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
menjadi peluang dan ancaman bagi perusahaan. Selanjutnya faktor-faktor strategi
tersebut dianalisis menggunakan matrik EFE (External Factor Evaluation).
Sedangkan faktor internal adalah untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang
menjadi kekuatan dan kelemahan bagi perusahaan. Selanjutnya faktor-faktor
tersebut dianalisis dengan menggunakan matrik IFE (Internal Factor Evaluation).
2.8.2. Alternatif Strategi Pemasaran
Dengan mengetahui faktor-faktor eksternal dan internal yang dapat
mempengaruhi kegiatan pemasaran dalam perusahaan, maka selanjutnya
faktor-faktor tersebut dapat dianalisis menggunakan analisis SWOT untuk mengetahui
peluang, ancaman, kekuatan, dan kelemahan. Pada tahap selanjutnya, dapat
digunakan matrik SWOT untuk merumuskan alternatif strategi pemasaran bakso
daging di UD. Arafah.
Melalui matrik tersebut dapat digambarkan bagaimana peluang dan
ancaman dari faktor eksternal yang dihadapi oleh suatu usaha dapat disesuaikan
dengan kekuatan dan kelemahan yang dimiliki perusahaan dengan 4 kemungkinan
alternatif strategi, yaitu strategi kekuatan-peluang (S-O strategies), strategi
19
19
dan strategi kelemahan-ancaman (W-T strategies). Strategi S-O menuntut
perusahaan mampu memanfaatkan peluang melalui kekuatan internalnya.
Strategi W-O menuntut perusahaan meminimalkan kelemahan dalam
memanfaatkan peluang. Strategi S-T merupakan pengoptimalan kekuatan dalam
memanfaatkan ancaman, dan strategi W-T menitik-beratkan pada upaya
meminimalkan kelemahan dari pada menghindari ancaman. Berdasarkan 4
kemungkinan alternatif strategi tersebut dapat dipilih strategi yang dianggap
paling tepat diterapkan dalam perusahaan
2.9. Definisi Operasional dan Konsep Pengukuran Variabel
1. Produsen adalah pembuat/pengolah daging menjadi bakso daging, dalam
penelitian ini adalah UD. Arafah.
2. Strategi adalah cara yang digunakan untuk mencapai tujuan-tujuan yang telah
ditetapkan perusahaan.
3. Pemasaran adalah sebuah proses mengalirnya barang dari produsen sampai
kepada konsumen akhir yang disertai penambahan guna bentuk melalui
proses pengolahan, guna tempat melalui proses pengangkutan, dan guna
waktu melalui proses penyimpanan.
4. Strategi pemasaran merupakan respon secara terus-menerus maupun adaptif
terhadap peluang dan ancaman dari faktor eksternal serta kekuatan dan
kelemahan dari faktor internal yang dapat mempengaruhi pemasaran produk
bakso daging di UD. Arafah di masa yang akan datang.
5. Lingkungan internal adalah suatu lingkungan yang meliputi faktor-faktor di
20
20
mengidentifikasi kekuatan dan kelemahan. Meliputi sumber daya manusia,
produksi, teknologi, dan pemasaran.
6. Lingkungan eksternal adalah suatu lingkungan yang meliputi faktor-faktor di
luar industri pengolahan bakso daging di UD. Arafah yang mempengaruhi
kinerja, terdiri dari peluang dan ancaman bagi pemasaran produk bakso
daging tersebut. Meliputi kondisi pemasok, konsumen, pesaing, kebijakan
pemerintah, dan kondisi ekonomi.
7. Kekuatan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam industri pengolahan
bakso daging dan merupakan keunggulan bagi pemasaran produk bakso
daging itu sendiri.
8. Kelemahan adalah faktor-faktor yang berasal dari dalam industri pengolahan
bakso daging dan merupakan keterbatasan atau kekurangan bagi pemasaran
produk bakso daging itu sendiri. Peluang dapat juga diartikan kesempatan
merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar industri dan bersifat
menguntungkan bagi pemasaran produk bakso daging.
9. Ancaman adalah faktor-faktor yang berasal dari luar industri dan bersifat
mengganggu bagi pemasaran produk bakso daging di UD. Arafah
10. Matrik SWOT (Matrik Strengths atau Kekuatan, Weakness atau Kelemahan,
Opportunities atau Peluang, dan Threats atau Ancaman) adalah matrik yang
akan digunakan untuk menyusun berbagai alternatif strategi pemasaran
21
21
III. METODE PENELITIAN
3.1. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai dari tanggal 02 Juli Sampai dengan
September 2014 yang bertempat di tempat pengolahan bakso daging, yaitu UD.
Arafah di Jalan Blang Pulo Kecamatan Johan Pahlawan Kabupaten Aceh Barat.
Objek utama dalam penelitian ini adalah pengelola/pemilik UD. Arafah selaku
ujung tombak dalam pengambilan keputusan dalam setiap kegiatan produksi dan
pemasaran bakso.
3.2. Metode Pengambilan Data
3.2.1. Metode Penentuan Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di UD. Arafah Blang Pulo Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat. UD. Arafah merupakan UKM pengolahan
bakso daging yang kemudian dikemas dan dipasarkan ke konsumen. Alasan
mengambil UD. Arafah ini sebagai lokasi penelitian adalah karena walaupun
perusahaan ini sudah lama dalam produksi bakso daging, yaitu kurang lebih
selama 4 tahun, namun perkembangan terbilang lambat.
Hal tersebut dapat dilihat dari pemasaran produk bakso daging, yang
masih belum bisa memasuki pasar swalayan. Diharapkan dengan penelitian ini
dapat menghasilkan prioritas strategi pemasaran yang dapat diterapkan dalam
22
22 3.2.1. Metode Penentuan Sampel
Sampel atau responden dalam penelitian ini adalah informan kunci (keys
informan) yang merupakan subyek yang telah cukup lama dan intensif menyatu
dengan kegiatan yang menjadi informasi, menghayati secara sungguh-sungguh
lingkungan atau kegiatan yang bersangkutan, serta masih terlibat secara
penuh/aktif pada kegiatan yang menjadi perhatian peneliti.
Faktor strategi merupakan bahan untuk pembuatan kuesioner rating dan
pembobotan. Kuesioner tersebut diwawancarakan kepada keys informan yang
dipilih secara purposive yang terdiri dari pemilik industri bakso (UD. Arafah),
para pekerja di UD. Arafah, instansi pemerintahan pesaing dan konsumen akhir.
Dalam wawancara tersebut, responden memberikan bobot dan rating terhadap
faktor strategi yang diuraikan dalam kuesioner. Jumlah sampel dalam penelitian
ini adalah 8 orang. Untuk lebih lengkapnya dapat dilihat pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2. Jumlah Sampel Penelitian
No Unsur Jumlah (Orang)
1 Pemilik 1
2 Pekerja 2
3 Konsumen 3
4 Perusahaan Pesaing 2
Jumlah 8
Sumber : Data Primer Diolah (2014)
3.3. Jenis dan Sumber Data
3.3.1. Data Primer
Data primer adalah data yang langsung dan segera diperoleh dari sumber
data oleh peneliti (Sugiyono, 2004). Data primer yang diperoleh pada penelitian
23
23
yang terkait dengan kegiatan pemasaran bakso daging, baik dengan menggunakan
kuesioner maupun tanpa menggunakan kuesioner.
3.3.2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang telah lebih dahulu dikumpulkan dan
dilaporkan oleh orang diluar diri penyelidik (Sugiyono, 2004). Sumber data
sekunder dalam penelitian ini adalah data yang diperoleh dari pemilik industri
bakso daging dan konsumen. Data sekunder tersebut meliputi data keadaan umum
industri bakso daging, data produksi dan penjualan produk, dan data lain yang
relevan.
3.4. Teknik Pengumpulan Data
3.4.1.Wawancara (Interview)
Wawancara atau interview adalah suatu bentuk komunikasi verbal jadi
semacam percakapan yang bertujuan memperoleh informasi (Sugiyono, 2004).
Teknik wawancara yang digunakan untuk mengumpulkan data primer dengan
melakukan wawancara secara langsung kepada responden berdasarkan daftar
pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan sebelumnya.
3.4.2.Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data dimana peneliti mencatat
semua informasi yang diperoleh sebagaimana yang disaksikan selama penelitian
dilakukan. Teknik ini dilakukan dengan mengadakan pengamatan langsung
terhadap obyek yang akan diteliti, sehingga diperoleh gambaran yang jelas
24
24 3.4.3. Pencatatan
Teknik ini dilakukan dengan cara melakukan pencatatan terhadap hasil
wawancara pada kuisioner maupun data yang diperoleh dari sumber data sekunder
yang mempunyai keterkaitan dengan penelitian.
3.5. Metode Analisis Data
3.5.1. Analisis Identifikasi Faktor – Faktor Strategi
Analisis faktor internal bertujuan untuk mengidentifikasi faktor-faktor
internal kunci yang menjadi kekuatan dan kelemahan di dalam pengembangan
usaha. Faktor internal yang dianalisis meliputi sumber daya manusia, pemasaran,
produksi/operasional dan teknologi. Sedangkan analisis faktor eksternal bertujuan
untuk mengidentifikasi faktor-faktor eksternal kunci yang menjadi peluang dan
ancaman bagi pengembangan usaha. Faktor eksternal yang dianalisis adalah
pemasok, konsumen, pesaing, pemerintah, dan kondisi ekonomi.
Faktor internal dan eksternal diperoleh dari hasil wawancara dengan
menggunakan kuesioner yang dibagikan kepada responden. Dari jawaban
responden, kemudian dianalisis oleh peneliti sehingga diperoleh faktor internal
dan eksternal dari pemasaran bakso daging di UD. Arafah. Analisis faktor internal
dan faktor eksternal kemudian dimasukkan dalam matriks Internal Factor
Evaluation (IFE) dan matriks External Factor Evaluation (EFE) untuk
menentukan bobot dan rating agar dapat menetapkan posisi strategi pemasaran
25
25
3.5.2.Matriks Faktor Strategi Internal dan Eksternal
Cara-cara penentuan faktor strategi internal dan eksternal :
a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan dan kelemahan serta peluang
dan ancaman pemasaran bakso dalam kolom.
b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 0,1 (sangat
penting) sampai 0,0 (tidak penting).
Tabel 3. Nilai Bobot
Nilai Kriteria
0,086 – 0,100 Sangat Penting
0,061 – 0,085 Penting
0,035 – 0,060 Kurang Penting
0,00 Tidak Penting
Sumber (Rangkuti, 2001)
Pemberian bobot ini berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap
posisi strategis wilayah dalam suatu daerah tertentu. Jumlah bobot yang
diberikan harus sama dengan satu. Penentuan bobot akan dilakukan dengan
cara mengajukan identifikasi faktor strategis internal dan eksternal tersebut
kepada responden untuk memberikan penilaian terhadap bobot setiap faktor
penentu internal. Setiap variabel digunakan skala 1, 2, dan 3 untuk menentukan
bobot. Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total 1,00).
Skala yang digunakan untuk menentukan bobot adalah :
1 : Jika indikator horizontal kurang penting dari pada indikator vertikal
2 : Jika indikator horizontal sama penting dari pada indikator vertikal
3 : Jika indikator horizontal lebih penting dari pada indikator vertikal
c. Penentuan rating oleh stakeholders dilakukan terhadap variabel-variabel.
Dalam mengukur masing-masing variabel terhadap kondisi usaha digunakan
skala 1, 2, 3, dan 4 terhadap masing-masing faktor strategis. Menurut David
26
26
1 : Kelemahan Utama/Mayor 3 : Kekuatan Kecil/Minor 2 : Kelemahan Kecil/Minor 4 : Kekuatan Besar/Mayor
Sedangkan untuk matriks EFE (peluang dan ancaman), skala nilai rating
yang digunakan adalah :
1 : Tidak berpengaruh 3 : Kuat pengaruhnya
2 : Kurang kuat pengaruhnya 4 : Sangat kuat pengaruhnya
d. Penentuan rating yang dilakukan oleh masing-masing responden, selanjutnya
akan disatukan dalam matriks gabungan IFE dan EFE. Untuk perolehan nilai
rating pada matriks gabungan dilakukan dengan menggunakan metode rata-rata
dan setiap hasil yang memiliki nilai desimal akan dibulatkan. Selanjutnya
dilakukan penjumlahan dari pembobotan yang dikalikan dengan rating pada
tiap faktor untuk memperoleh skor pembobotan.
e. Jumlah skor pembobotan berkisar antara 1,0 - 4,0 dengan rata-rata 2,5. Jika
jumlah skor pembobotan IFE dibawah 2,5 maka kondisi internal UD. Arafah
lemah. Untuk jumlah skor bobot faktor eksternal berkisar 1,0 - 4,0 dengan rata
- rata 2,5. Jika jumlah skor pembobotan EFE 1,0 menunjukkan UD. Arafah
tidak dapat memanfaatkan peluang dan mengatasi ancaman yang ada. Jumlah
skor 4,0 menunjukkan UD. Arafah merespon peluang maupun ancaman yang
dihadapinya dengan sangat baik (David, 2004).
Tabel 4. Matriks IFE
Faktor Strategi Internal Bobot Rating Skor = Bobot x Rating
27
27 Tabel 5. Matriks EFE
Faktor Strategi Eksternal Bobot Ranting Skor = Bobot x Rating
Peluang
Menurut Rangkuti, (2001) matriks SWOT merupakan salah satu teknik
analisis yang digunakan untuk membantu para perencana strategi dalam proses
pembuatan strategi. Teknik ini menggabungkan SWOT menjadi suatu matriks
kemudian diidentifikasikan ke semua aspek dalam SWOT dengan menetapkan
strategi yang sesuai dengan aspek-aspek SWOT tersebut. Analisis SWOT terdiri
dari identifikasi faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman yang dimiliki
oleh UD. Arafah. Analisis SWOT digambarkan kedalam Matriks SWOT dengan 4
kemungkinan alternatif strategi, yaitu strategi kekuatan - peluang (S - O), strategi
kelemahan - peluang (W - O), strategi kekuatan - ancaman (S - T), dan strategi
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan
untuk memanfaatkan
peluang
Strategi W-O
Menciptakan strategi yang meminimalkan kelemahan
Menciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman
Strategi W-T
28
28
Strategi SO : Strategi dengan memanfatkan seluruh kekuatan untuk
merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya. Jika
UD. Arafah memiliki kelemahan besar, maka UD. Arafah
akan berusaha untuk mengatasi dan mengubahnya menjadi
suatu peluang.
Strategi ST : Strategi ini dalam rangka menggunakan kekuatan yang
dimiliki UD. Arafah untuk mengatasi ancaman yang berasal
dari lingkungan eksternal UD. Arafah
Strategi WO : Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang
ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.
Strategi WT : Strategi ini didasarkan pada kegiatan yang bersifat deventif
dan berusaha meminimalkan kelemahan yang ada serta
29
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1. Sejarah Umum UD. Arafah
UD. Arafah yang terletak di Gampong Blang Pulo Kecamatan Johan
Pahlawan Kabupaten Aceh Barat merupakan salah satu usaha menengah yang
bergerak dibidang pengolahan bakso daging. UD. Arafah yang didirikan pada
tahun 2010 oleh bapak Salman. Selama 4 tahun merintis usaha penggilingan
bakso daging, berbagai persoalan sudah dialami oleh bapak Salman, mulai dari
minimnya tingkat penjualan, sampai dengan isu – isu negatif berupa bahan yang
terkandung dalam bakso yang sempat diragukan oleh konsumennya.
Seiring dengan berjalannya waktu, pengembangan UD. Arafah kian terasa,
hal ini terbukti pada volume penjualan yang semakin hari semakin meningkat.
Selain itu, konsumen tetap yang semula hanya berada di sekitar kecamatan yang
ada di Kabupaten Aceh Barat kini telah merambah ke Kabupaten lain seperti
Kabupaten Nagan Raya, Aceh Barat Daya dan Aceh Jaya.
4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden merupakan gambaran secara umum tentang
keadaan dan latar belakang responden. Responden dari UD. Arafah dipilih 1
(satu) orang selaku pemilik usaha yang dianggap sangat mengetahui dan mewakili
kondisi dari home industry pengolahan bakso daging di UD. Arafah dan 2 (dua)
orang pekerja yang bertugas dibidang produksi bakso dan pemasaran, 1 (satu)
orang peternak atau pedagang daging selaku orang yang mendistribusikan daging
30
memiliki usaha seperti pada UD. Arafah.
4.3. Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal
Dalam penentuan alternatif strategi pemasaran, digunakan analisis SWOT
dengan terlebih dahulu melakukan analisis terhadap faktor internal dan eksternal
yang dimiliki oleh UD. Arafah.
4.3.1.Identifikasi Faktor Internal
Identifikasi faktor internal perusahaan merupakan proses identifikasi
faktor-faktor internal yang berada di UD. Arafah, meliputi sumber daya manusia,
teknologi, proses produksi, dan pemasaran.
1. Sumber Daya Manusia
Sumber daya manusia/karyawan yang dimiliki bekerja di UD. Arafah
sebanyak 5 (lima) orang terdiri dari 1 orang bidang penggilingan, 1 orang
dibidang percetakan bakso, 1 orang bagian penimbangan daging, 1 orang bidang
pengemasan bakso dan 1 orang bagian pemasaran. Semua karyawan sudah
mendapat pembagian tugas sesuai dengan bidangnya masing-masing, untuk lebih
jelasnya dapat dilihat pada gambar berikut ini.
31
Berdasarkan gambar 1 di atas, pembagian tugas berdasarkan keahliannya
masing-masing. Dari hasil wawancara dengan responden, diketahui bahwa
pengalaman responden dibidang penggilingan dan percetakan bakso sudah
melebihi 5 tahun. Sistem pengupahan yaitu dengan pemberian gaji pokok kepada
setiap karyawan tiap satu bulan. Untuk pekerja borongan, upah yang diberikan
menyesuaikan dengan jumlah pesanan bakso daging
2. Teknologi
Teknologi dalam pengolahan daging menjadi bakso daging di UD. Arafah
menggunakan peralatan yang menggunakan mesin, yaitu mesin penggiling
daging, mesin pencampur adonan, mesin pencetak bakso, dan juga freezer/lemari
pendingin.
a. Mesin penggiling daging
Mesin penggiling daging berfungsi untuk menghaluskan serat-serat daging
dengan tujuan agar lebih mudah dalam pencampuran adonan bakso. Daging
sebelum digiling dipotong kecil-kecil terlebih dahulu untuk mempercepat
proses penggilingan daging. Mesin ini bekerja dengan tenaga listrik. Dalam
perkembangannya, alat ini dimodifikasi menjadi satu dengan alat pencampur
adonan. Selain harganya lebih murah, modifikasi alat ini ternyata juga lebih
efisien dalam hal kapasitas dan bahan bakar. Alat yang sudah dimodifikasi ini
mempunyai kapasitas yang lebih banyak sebab ukurannya lebih besar.
b. Mesin pencampur adonan
Alat ini merupakan alat yang digunakan untuk mencampur adonan yang akan
digunakan untuk mencetak bakso. Alat ini bekerja dengan tenaga listrik dan
32
digunakan dan menggunakan alat modifikasi yang merupakan gabungan
dengan mesin penggiling daging, yang mempunyai kapasitas lebih besar.
c. Mesin pencetak bakso
Mesin ini bekerja dengan menggunakan tenaga listrik dan mempunyai
kapasitas 5 kg setiap proses. Untuk setiap proses membutuhkan waktu ±1
menit. Mesin ini mampu menghasilkan bulatan bakso dengan diameter 2,5 cm
dan 3 cm. Mesin ini mampu menghasilkan bulatan bakso dengan kecepatan
150 - 200 butir bakso per menit, tergantung dari penyetelan mesin. Proses
pencetakan bakso dengan mesin ini biasanya dilakukan hingga 5 kali proses
pencetakan. Kira-kira dibutuhkan waktu sekitar 30 menit untuk pencetakan,
namun masih dalam bentuk bulatan bakso yang belum matang, masih berupa
cetakan adonan. Kapasitas mesin digunakan secara optimal, sehingga proses
produksi menjadi lebih cepat jika dibandingkan dengan proses pencetakan
manual.
d. Lemari Pendingin (Freezer)
Bakso yang sudah dikemas dalam kemasan plastik tetapi belum dipasarkan,
disimpan dalam freezer dengan tujuan untuk memperpanjang daya tahan. Jika
bakso dalam keadaan diluar ruangan hanya mampu bertahan 1 hari, maka
dengan penyimpanan di dalam freezer ini dapat bertahan hingga ± 2 bulan.
Freezer yang dimiliki berjumlah dua buah, salah satunya untuk penyimpanan
33
3. Produksi
Bakso daging yang dihasilkan oleh UD. Arafah merupakan hasil
pencampuran daging sapi dengan daging ayam dengan perbandingan setiap 3 kg
daging sapi dicampur dengan 2 kg daging ayam. Perlakuan tersebut dilakukan
dengan tujuan untuk menekan biaya produksi dengan tidak menurunkan kualitas
dari produk. Proses produksi bakso daging di UD. Arafah untuk tiap kali produksi
adalah sebanyak 20 kg sampai dengan 30 kg per hari.
Adonan bakso kemudian dicampur dengan bumbu dan tepung untuk
selanjutnya dicetak menjadi bulatan bakso. Bakso dicetak dengan menggunakan
mesin pencetak bakso dengan diameter 2,5 cm dan diameter 3 cm. Selain itu,
bakso juga dicetak manual dengan diameter 3,5 cm. Setelah selesai dicetak, bakso
kemudian didinginkan dengan diangin-anginkan di ruang terbuka. Setelah dingin,
bakso dikemas dalam kantong plastik.
4. Pemasaran
Pemasaran adalah fungsi bisnis yang mengidentifikasikan keinginan dan
kebutuhan yang belum terpenuhi sekarang dan mengatur seberapa besarnya,
menentukan target pasar mana yang paling baik dilayani oleh organisasi, dan
menentukan berbagai produk, jasa dan program yang tepat untuk melayani pasar
tersebut (Kotler, 1992).
4.3.2. Identifikasi Faktor Eksternal
Analisis faktor eksternal UD. Arafah merupakan proses identifikasi
faktor-faktor eksternal yang berada pada UD. Arafah yang meliputi pemasok, konsumen,
34
1. Pemasok
Pemasok menyediakan bahan baku berupa daging yang dibutuhkan oleh UD.
Arafah untuk memproduksi produk bakso daging. UD. Arafah memperoleh
pasokan bahan baku daging dari Rumah Potong Hewan (RPH) Kabupaten
Aceh Barat. Sistem pembeliannya dengan cara pemesanan sehingga setiap ada
pemesanan, pihak RPH yang mengantar daging ke UD. Arafah dan tidak
memiliki kontrak khusus dengan pemasok. Namun, dengan adanya hubungan
baik antara pemasok dengan UD. Arafah, maka tercipta kerja sama diantara
keduanya. UD. Arafah memerlukan stok daging yang diperlukan untuk
pengolahan bakso daging, sedangkan pemasok juga membutuhkan pelanggan
tetap untuk mendistribusikan dagingnya.
2. Konsumen
Konsumen akhir dari produk bakso daging UD. Arafah ini merupakan
pedagang bakso, baik yang berjualannya di toko ataupun yang keliling dengan
menggunakan becak motor. Produk bakso daging merupakan produk yang
cukup aman untuk dikonsumsi, sehingga banyak dari anggota masyarakat yang
menyukai makanan olahan daging ini. Adapun konsumen antara dari produk
bakso daging UD. Arafah adalah pedagang pengecer dan pedagang yang
membuka warung mie bakso. UD. Arafah tidak membatasi konsumen yang
ingin membeli produk bakso daging mereka.
3. Pesaing
Pesaing bagi UD. Arafah adalah para produsen bakso daging yang ada di Aceh
Barat dan dari luar Kabupaten Aceh Barat yang memasarkan produknya
35
Menurut pemilik UD. Arafah, Perusahaan pesaing terbesar adalah yang berasal
dari Banda Aceh, yang skala pasarnya sudah hampir seluruh Aceh. Produk dari
perusahaan tersebut sudah sangat terkenal dan harga yang ditawarkan oleh
perusahaan tersebut sudah hampir sama dengan yang ditawarkan oleh UD.
Arafah, sehingga konsumen lebih memilih bakso pesaing. Selain itu, produk
dari perusahaan pesaing memiliki kemasan bakso yang sangat menarik
sehingga konsumen mereka lebih banyak dari Minimarket.
Dalam menghadapi persaingan, UD. Arafah selalu berpegang pada prinsipnya
untuk selalu menghasilkan produk bakso daging yang berkualitas dan tahan
lama, namun tetap memperhatikan kehigienisan produk dengan kemasan yang
menarik. Hal ini dilakukan untuk tetap menjaga kepercayaan konsumen akan
produk bakso daging UD. Arafah. Selain itu, juga menawarkan produk bakso
dagingnya dengan harga yang cukup terjangkau oleh konsumen.
4. Pemerintah
Peran pemerintah dalam industri bakso daging di UD. Arafah sangat kurang.
Namun pemerintah tetap memiliki peran penting untuk menyakinkan
masyarakat umum yang bahwa produk yang dihasilkan oleh UD. Arafah halal,
bebas pengawet dan menyehatkan.
5. Kondisi ekonomi
Kondisi ekonomi masyarakat yang stabil membawa pengaruh positif terhadap
jalannya industri bakso daging, terutama terhadap pendapatan yang akan
diperoleh UD. Arafah. Dengan kondisi ekonomi yang relatif stabil, membuat
UD. Arafah tidak terlalu sulit untuk menentukan harga bakso daging kepada
36
4.4. Identifikasi Faktor-Faktor Strategis
Identifikasi faktor-faktor strategis diperoleh berdasar informasi yang
diperoleh dari informan kunci yang ada di UD. Arafah, selanjutnya didefinisikan
menjadi beberapa faktor strategis lingkungan internal dan eksternal UD. Arafah.
4.4.1. Identifikasi Faktor-Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan)
Faktor kekuatan dan kelemahan yang terdapat di dalam lingkungan
internal UD. Arafah yang meliputi sumber daya manusia, teknologi, produksi, dan
pemasaran.
1. Identifikasi Faktor Kekuatan
a. Bakso bertekstur lembut
Kualitas bakso yang memiliki tekstur lembut merupakan daya tarik
tersendiri yang dapat mendatangkan konsumen. Berdasarkan hasil
wawancara, bakso yang berkualitas, enak dan sesuai dengan selera
konsumen adalah bakso yang bertekstur lembut.
b. Lokasi usaha yang strategis
Lokasi usaha yang strategis sangat menentukan tingkat penjualan bakso.
Hal ini berdasarkan hasil wawancara yang menyatakan bahwa lokasi usaha
yang strategis akan memudahkan konsumen untuk berbelanja didaerah
tersebut.
c. Kualitas produk terjamin
Berdasarkan hasil wawancara, kualitas bakso merupakan kekuatan bagi
UD. Arafah, karena tingkat pemasaran atau volume penjualan sangat
37
d. Harga jual bakso terjangkau
Produk bakso daging adalah produk hasil olahan daging yang banyak
digemari oleh hampir semua lapisan masyarakat. Hal ini terlihat dari
banyaknya warung bakso yang berdiri di pinggir jalan, baik berupa warung
makan ataupun pedagang keliling. Harga jual produk bakso daging UD.
Arafah relatif terjangkau bila dibandingkan dengan harga produk bakso
daging pesaing yang dominan menggunakan kemasan bermerk.
e. Adanya kepercayaan konsumen
Kepercayaan konsumen adalah kekuatan penuh bagi UD. Arafah, sehingga
menjadi prioritas utama agar konsumen tidak berpaling ke produsen lain
dengan memproduksi produk yang berkualitas, higienis dan halal.
2. Identifikasi Faktor Kelemahan
a. Keterbatasan modal usaha
Keterbatasan modal usaha untuk pengadaan alat produksi yang lebih
modern menjadi kendala utama bagi pengusaha UD. Arafah sehingga sulit
untuk berkembang kearah yang lebih maju untuk mampu bersaing
b. Manajemen sederhana dan kurang perencanaan
Sistem manajemen sederhana dan kurangnya perencanaan yang berlaku
pada UD. Arafah membuat usaha tersebut sulit untuk menilai
perkembangan usahanya. Semenjak berdirinya usaha tersebut, pengusaha
belum mampu memprediksi pendapatan bersih setiap tahunnya.
c. Belum ada merk dagang pada kemasan
Kemasan bakso daging yang dimiliki UD. Arafah masih dalam bentuk
38
dihasilkan oleh UD. Arafah tidak terkenal oleh masyarakat luas. Merk
barang dan kemasan merupakan ciri khas tersendiri bagi konsumen.
d. Produk belum terkenal
Produk yang dihasilkan oleh UD. Arafah mempunyai rasa yang khas dan
termasuk dalam kategori diminati oleh sebagian besar konsumen bila sudah
pernah mengkonsumsinya. Namun karena produknya belum terkenal dan
bermasyarakatn sehingga UD. Arafah masih mengalami kendala dalam
bersaing dengan produk dari pedagang bakso lainnya.
e. Sarana pemasaran masih kurang
Sarana dan prasarana pemasaran yang dimiliki UD. Arafah masih kurang
memadai. Hal ini akan menghambat proses distribusi produk kepada
konsumen. Dengan terbatasnya jumlah sarana transportasi, maka juga akan
berdampak pada terhambatnya proses pemasaran ke wilayah pemasaran
yang lebih luas karena tidak ada sarana transportasi yang digunakan untuk
mengangkut produk ke wilayah pemasaran yang lebih luas tersebut.
4.4.2. Identifikasi Faktor-Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman)
Faktor peluang dan ancaman yang terdapat di dalam lingkungan eksternal
yang meliputi pemasok, konsumen, pesaing dan kondisi ekonomi.
1. Identifikasi Faktor Peluang
a. Jumlah pedagang mie bakso semakin meningkat
Semakin banyaknya jumlah pedagang mie bakso di wilayah Kabupaten
Aceh Barat maka akan semakin besar permintaan bakso dari UD. Arafah,
39
b. Minat konsumen mengkonsumsi bakso sangat tinggi
Meskipun usaha pengolahan bakso daging yang dirintis oleh pengusaha
UD. Arafah baru sekitar 4 tahun, namun kualitas bakso daging yang
dihasilkan oleh UD. Arafah membuat konsumen tak beralih ke perusahaan
yang lain.
c. Kemajuan teknologi dan informasi
Kemajuan teknologi dan informasi berpengaruh positif bagi UD. Arafah
untuk menciptakan inovasi kemasaran baru yang dapat memikat konsumen
dan memasarkannya melalui media informasi.
d. Kebutuhan masyarakat yang konsuntif
Kebutuhan masyarakat yang konsuntif memberikan peluang bagi
pengusaha bakso. Mengkonsumsi bakso terkadang dijadikan sebagai
pengganti lauk.
e. Mempunyai pelanggan tetap
Peluang terbesar bagi UD. Arafah adalah mempunyai pelanggan tetap yang
setiap harinya membutuhkan bakso untuk dijualnya kembali sehingga
aktivitas produksi berjalan setiap harinya.
2. Identifikasi Faktor Ancaman
a. Pendistribusian daging yang tidak layak
Adanya sikap yang tidak jujur dari pemasok seperti daging yang di
distribusikan berupa daging hewan yang sudah duluan mati atau daging
yang sudah diawetkan dengan bahan-bahan yang membahayakan kesehatan
40
b. Kenaikan BBM dan TDL
Gejolak kenaikan BBM dan TDL merupakan ancaman serius bagi
kelangsungan usaha penggilingan bakso daging pada UD. Arafah. Dimana,
ketika BBM dan TDL naik, harga bakso masih tetap, jika ikut dinaikan
maka pelanggan pun akan berkurang dan pendapatan semakin kecil
c. Isu negatif tentang kandungan daging babi dalam bakso
Adanya isu pencampuran daging sapi/kerbau dengan daging babi yang
merupakan ancaman serius bagi UD. Arafah. Bila hal itu terjadi, maka
kepercayaan konsumen akan berdampak negatif pada UD. Arafah
d. Semakin banyak produk pesaing dipasaran yang terkenal dan murah
Produk bakso daging yang dimiliki perusahaan pesaing sudah memiliki
pasar dalam skala luas. Dengan begitu, maka produk bakso daging produk
pesaing lebih dikenal oleh masyarakat dari pada produk bakso daging hasil
olahan UD. Arafah.
e. Konsumen semakin sensitif terhadap produk dan harga
Prilaku konsumen yang terlalu sensitif pada suatu produk dan harga akan
sangat mempengaruhi tingkat penjualan. Seperti isu produk yang
ditawarkan tidak higienis atau harga yang tinggi.
4.5. Analisis Penentuan Strategi
4.5.1. Internal Faktor Evaluation Matrix (Matriks IFE)
Matriks IFE membantu mengatur faktor-faktor strategis ke dalam kekuatan
dan kelemahan. Matriks IFE menampilkan data kuantitatif dari bobot, rating, dan
41
diperoleh nilai indeks akumulatif untuk elemen kekuatan sebesar 1,840.
Sedangkan untuk elemen kelemahan diperoleh 1,457. Sedangkan total nilai bobot
skor untuk faktor internal sebesar 3,297.
Melihat hasil analisis tersebut, menunjukkan bahwa nilai bobot skor untuk
elemen kekuatan lebih besar dari nilai bobot skor elemen kelemahan, maka dapat
disimpulkan bahwa kekuatan yang dimiliki UD. Arafah mampu mengatasi
kelemahan yang ada. Hasil skor total pembobotan 3,297 (di atas rata-rata) hal ini
berarti kondisi UD. Arafah secara internal (kekuatan dan kelemahan) termasuk
dalam kategori “kuat” dalam keberlangsungan usaha pengolahan bakso.
Tabel 7. Matrik IFE Pemasaran Bakso Daging di UD. Arafah
Faktor Internal Bobot Rating Skor Kekuatan (Strength)
Bakso bertekstur lembut 0,100 4 0,400
Lokasi usaha yang strategis 0,107 3 0,321
Kualitas produk terjamin 0,106 4 0,424
Harga jual bakso terjangkau 0,098 4 0,392
Adanya kepercayaan konsumen 0,101 3 0,303
Subtotal 1,840
Kelemahan (Weaknesses)
Keterbatasan modal usaha 0,097 3 0,291
Manajemen sederhana dan kurang perencanaan 0,091 4 0,364
Belum ada merk dagang pada kemasan 0,104 3 0,312
Produk belum terkenal 0,098 3 0,294
Sarana pemasaran masih kurang 0,098 2 0,196
Subtotal 1,000 1,457
Total 3,297
Sumber : Data Diolah (2014)
Berdasarkan Tabel 7 tersebut diketahui bobot tertinggi pada faktor
kekuatan adalah lokasi usaha yang strategis adalah 0,107. Nilai ini merupakan
bobot tertinggi dalam faktor kekuatan dan menunjukkan bahwa faktor ini
memiliki dampak yang sangat penting terhadap pemasaran bakso oleh UD.
42
keduanya adalah tiga yang berarti faktor tersebut memberi pengaruh yang besar
terhadap pemasaran bakso pada UD. Arafah.
Sedangkan pada elemen kelemahan, faktor Belum ada merk dagang pada
kemasan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pemasaran bakso dengan
memiliki bobot 0,104. Nilai ini merupakan bobot tertinggi dalam faktor
kelemahan dan menunjukkan bahwa faktor ini memiliki dampak yang penting
terhadap pemasaran bakso oleh UD. Arafah jika dibandingkan dengan faktor
kelemahan lainnya. Nilai rating pada elemen tersebut adalah empat berarti faktor
tersebut pengaruh yang sangat besar terhadap pemasaran bakso pada UD. Arafah
4.5.2. Eksternal Faktor Evaluation Matrix (Matriks EFE)
Hasil analisis matriks EFE untuk elemen peluang diperoleh nilai indeks
kumulatif skor sebesar 1,820, sedangkan nilai bobot skor untuk elemen ancaman
sebesar 1,392. Hal ini menunjukkan bahwa responden memberikan respon yang
tinggi terhadap faktor peluang dan respon yang lebih kecil terhadap faktor
ancaman. Total nilai bobot skor untuk faktor eksternal (peluang dan ancaman)
sebesar 3,212 dan termasuk dalam kategori “kuat” dalam upaya mengembangkan