• Tidak ada hasil yang ditemukan

DOKUMEN RPI2JM BIDANG PUCIPTA KARYA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "DOKUMEN RPI2JM BIDANG PUCIPTA KARYA"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

(1)

Hal 9-1 9.1 ARAHAN KEBIJAKAN PEMBIAYAAN BIDANG CIPTA KARYA

Pembahasan mengenai aspek keuangan dalam penyusunan RPI2JM pada dasarnya adalah dalam rangka membuat taksiran dana yang tersedia untuk memenuhi kebutuhan pembelanjaan prasarana Kabupaten/Kota, yang meliputi :

1. Pembelanjaan untuk pengoperasian dan pemeliharaan prasarana yang telah terbangun;

2. Pembelanjaan untuk rehabilitasi dan peningkatan prasarana yang telah ada; 3. Pembelanjaan untuk pembangunan prasarana baru.

Pembahasan aspek ekonomi dalam penyusunan RPI2JM yang diperhatikan adalah hasil total atau produktifitas atau keuntungan yang didapat dari semua sumber yang dipakai dalam proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan tanpa melihat siapa yang menyediakan sumber tersebut dan siapa dalam masyarakat yang menerima hasil adanya kegiatan.

9.2 PROFIL APBD

A. Komponen Penerimaan Pendapatan

Komponen Penerimaan Pendapatan merupakan penerimaan hak pemerintah daerah yang diakui sebagai penambah kekayaan bersih. Penerimaan Pendapatan terdiri atas : (1) Pendapatan Asli Daerah (PAD); (2) Dana Perimbangan; dan (3) Pendapatan lainnya yang Sah. Berikut akan dijelaskan satu persatu subkomponen pendapatan di daerah pada umumnya.

ASPEK

(2)

Hal 9-2 1. Pendapatan Asli Daerah (PAD)

Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pendapatan daerah yang dipungut berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundangan. PAD bersumber dari :

a. Pajak Daerah, antara lain: Pajak Kendaraan Bermotor, Pajak Kendaraan di atas Air, Pajak Balik Nama, Pajak Bahan Bakar, Pajak Pengambilan Air Tanah, Pajak Hotel, Pajak Restoran, Pajak Hiburan, Pajak Reklame, Pajak Penerangan Jalan, Pajak Galian Golongan C, Pajak Parkir dan Pajak lain-lain. Pajak-pajak Daerah ini diatur oleh UU No. 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Peraturan Pemerintah No. 65/2001 tentang Pajak Daerah.

b. Retribusi Daerah, antara lain: Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Persampahan, Retribusi Biaya Cetak Kartu, Retribusi Pemakaman, Retribusi Parkir di Tepi Jalan, Retribusi Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Pemadam Kebakaran dan lain-lain. Retribusi ini diatur olehh UU No 34/2000 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, dan Peraturan Pemerintah No. 66/2001 tentang Retribusi Daerah.

c. Hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan, antara lain hasil deviden BUMD; dan

d. Lain-lain pendapatan yang sah, antara lain : hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan, jasa giro, pendapatan bunga, keuntungan selisih nilai tukar, komisi, potongan, dan lain-lain yang sah.

2. Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari Pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Dana Perimbangan terdiri atas :

(3)

Hal 9-3 pertambangan umum, perikanan, penambangan minyak bumi, pertambangan gas bumi, dan pertambangan panas bumi.

b. Dana Alokasi Umum (DAU) dibagikan berdasarkan ”Celah Fiskal” yaitu selisih anatara Kebutuhan Fiskal dan Kapasitas Fiskal ditambah Alokasi Dasar.

c. Dana Alokasi Khusus (DAK) yang diberikan untuk kegiatan khusus, misalnya : reboisasi, penambahan sarana pendididkan dan kesehatan, dan bencana alam.

P

PRROOGGRRAAMM PPEEMMBBIIAAYYAAAANN

Pembiayaan pembangunan dalam perencanaan dan manajemen pembangunan sering dirasakan sebagai aspek yang paling krusial, artinya pembiayaan pembangunan diletakkan sebagai faktor penentu dalam keberhasilan suatu perencanaan dan manajemen pembangunan. Pembiayaan pembangunan memang merupakan tulang punggung akan keberhasilan suatu rencana dan manajemen pembangunan.

Namun demikian, ditinjau dari sudut pandang perencanaan dan manajemen pembangunan hal ini berlaku sebaliknya. Artinya tanpa suatu perencanaan dan manajemen pembangunan yang baik akan sulit dihasilkan pembiayaan pembangunan yang dibutuhkan atau dengan kata lain kalau terjadi kesulitan dalam hal pembiayaan pembangunan maka perencanaan dan manajemen mempunyai andil besar terhadap terjadinya masalah-masalah tersebut.

(4)
(5)

Hal 9-5 ALOKASI PEMBIAYAAN INVESTASI

Alokasi pembiayaan dihitung melalui besaran program-program kegiatan yang akan dilaksanakan baik oleh Pemerintah maupun Swasta/Masyarakat, berdasarkan konsep rencana yang disusun di dalam RTBL Banten Lama. Program kegiatan tersebut antara lain sebagai berikut:

(6)

Hal 9-6

150,000 150,000 150,000

6 Pembinaan Penataan Permkmn dan Lingkungan

9 Studi AMDAL & Kelayakan 0,5% Total Pemb. Fisik

10 Master Plan Kawasan 0,5% Total Pemb. Fisik

11 Detail Eng. Development 1,75% Total Pemb. Fisik

(7)

Hal 9-7

17 Bangunan Komersial (perdagangan &

Jasa) 328,431 m2 547,385,000 547,385,000

18 Bangunan Rumah Sakit Pemerintah 26,000 m2

20 Fasos (Mesjid, Sar. OR, Puskesmas, Sklh) 47,750 m2

1,885,722,691 198,408,428

1,687,314,263

T

(8)

Hal 9-8 1.6.2. PENERIMAAN PEMERINTAH

Terdapat beberapa resources yang dapat dimanfaatkan bagi penerimaan negara sehubungan dengan program investasi kawasan studi, sebagai efek multiplier dari investasi yang dilaksanakan seperti besarnya PDB kegiata Pariwisata dan Perdagangan/Jasa, Tingkat Upah, Konsumsi, Lapangan Kerja, dsb. Namun dalam pembahasan RTBL ini dibuat asumsi bahwa penerimaan negara akan dihitung cukup melalui tiga instrumen penerimaan, yaitu penerimaan melalui Pajak Bumi dan Bangunan (PBB)

relevansinya terhadap keberadaan lahan kawasan studi RTBL, penerimaan melalui Izin Mendirikan Bangunan (IMB)

relevansinya terhadap rencana penataan bangunan dan lingkungan, serta Pajak Pendapatan Negara (PPN) relevansinya terhadap besaran kegiatan-kegiatan yang akan terlaksana sebagai tindak lanjut kegiatan penyusunan RTBL di Banten Lama.

A. PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN: PBB = 0.5% x NJKP

NJKP = 20% x NJOP bersih

NJOP bersih = NJOP - [Rp12,000,000 x Kepemilikan Asset]

NJOP = [Tarif NJOP Tanah x Luas Tanah] + [Tarif NJOP Bangunan x Luas Bangunan] Luas Tanah = Luas Area Studi

Luas Bangunan = Luas seluruh Bangunan & Infrastruktur Area Studi.

(9)

Hal 9-9

609,433,000,000.00 609,433,000,000.00

609,433,000,000.00 Jml Bangunan

(unit) 2,206.00 2,206.00 2,206.00 2,206.00 2,206.00 NJOP Bersih (Rp) 183,528,000,000.00

582,961,000,000.00 582,961,000,000.00

582,961,000,000.00 582,961,000,000.00

NJKP (Rp) 36,705,600,000.00

116,592,200,000.00 116,592,200,000.00 116,592,200,000.00 116,592,200,000.00

(10)

Hal 9-10 T

Taabbeell 55..22 PPeenneerriimmaaaann PPBBBB

B. PENERIMAAN IZIN MENDIRIKAN BANGUNAN (IMB):

Biaya Retibusi Izin (BRI) = LB x Std Harga Dasar Bangunan per m2 x KLB x PGB

Item Tahun #1 Tahun #2 Tahun #3 Tahun #4 Tahun #5 Total

Luas Bangunan - 340,144.00

458,722.00

-

-

Standar Harga/m2 1,500,000.00 1,800,000.00 2,000,000.00 2,200,000.00

2,400,000.00

KLB Rata-rata 1.10

1.10 1.10

1.10

1.10

PGB Rata-rata 1.50% 1.50% 1.50% 1.50% 1.50%

(11)

Hal 9-11

10,102,276,800.00 15,137,826,000.00

2,839,896,800.00 69,022,284,250.00

59,502,838,000.00

57,067,250,000.00 188,572,269,050.00

Total

323,528,000.00

13,525,134,600.00 84,743,071,250.00

(12)

Hal 9-12 1.6.3. REKAPITULASI

Periode PEMBIAYAAN PENERIMAAN SELISIH

BUDGET

Tahun #1 1,400,000,000.00 906,133,587.00 (1,076,472,000.00) Tahun #2 28,398,968,000.00 19,715,583,798.35

(14,873,833,400.00)

Tahun #3 97,678,580,000.00 18,820,345,725.25

(12,935,508,750.00)

Tahun #4 47,643,380,000.00 1,090,153,039,287.00 12,442,419,000.00 Tahun #5 23,287,500,000.00 1,064,306,659,512.00 34,362,711,000.00

Total

198,408,428,000.00 216,327,743,850.00 17,919,315,850.00

T

(13)

Hal 9-13 9.3 PROFIL INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

9.3.1 PERKEMBANGAN INVESTASI PEMBANGUNAN CIPTA KARYA BERSUMBER DARI APBN DALAM 5 TAHUN TERAKHIR

Dana APBN Cipta Karya yang dialokasikan ke Pemerintah Kota Serang dalam 5 tahun terakhir (tahun 2008 sampai dengan tahun 2012) melalui Satuan Kerja Non Vertikal (SNTV) sesuai Permen PU No. 14 tahun 2011 selalu meningkat. Total alokasi dana APBN untuk bidang Cipta karya tahun 2009 sebesar Rp. 1.000.000.000,- Tahun 2011 meningkat menjadi Rp. 10.000.000.000,-. Perkembangan alokasi Dana APBN Bidang Cipta Karya selama 5 tahun terakhir lihat Tabel-9.4 berikut :

Tabel-9.4:

(14)

Hal 9-14 melaluipenganggaran Dana Alokasi Khusus. DAK merupakan dana APBN yang dialokasikan ke daerah tertentu dengan tujuan mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusandaerah sesuai prioritas nasional.

Prioritas nasional yang terkait dengan sektor Cipta Karya adalah pembangunan airminum dan sanitasi. DAK Air Minum digunakan untuk memberikan akses pelayanansistem penyediaan air minum kepada masyarakat berpenghasilan rendah di kawasankumuh perkotaan dan di perdesaan termasuk daerah pesisir dan permukiman nelayan.Sedangkan DAK Sanitasi digunakan untuk memberikan akses pelayanan sanitasi (airlimbah, persampahan, dan drainase) yang layak skala kawasan kepada masyarakatberpenghasilan rendah di perkotaan yang diselenggarakan melalui prosespemberdayaan masyarakat.

Perkembangan DAK untuk Air Minum dan Sanitasi Kota Serang selama 5 tahun terakhir terlihat pada Tabel-9.5 berikut :

Tabel-9.5:

(15)

Hal 9-15 9.3.2 PERKEMBANGAN INVESTASI PEMBANGUNAN CIPTA KARYA

BERSUMBER DARI APBD DALAM 5 TAHUN TERAKHIR

Dana APBD yang dialokasikan ke Pemerintah Kota Serang dalam 5 tahun terakhir (tahun 20.. sampai dengan tahun 20..) untuk pembangunan bidang Cipta Karya mengalami peningkatan/penurunan. Total alokasi dana APBD untuk bidang Cipta

karya tahun 20 …. sebesar Rp. ……. Tahun 20.. meningkat/menurun menjadi Rp. ………… atau rata-rata meningkat/menurun sebesar …. %.

Dari Total alokasi dana APBD tertinggi pada sektor ……. rata-rata sebesar …. % dari total dana APBD pembangunan bidang Cipta Karya dan yang terkecil adalah sektor ……… atau rata-rata sebesar …. % dari total dana APBD pembangunan bidang Cipta Karya. Perkembangan alokasi Dana APBD Bidang Cipta Karya selama 5 tahun terakhir lihat Tabel-9.6 berikut:

Tabel-9.6:

Perkembangan Alokasi APBD untuk Pembangunan Bidang Cipta Karya Tahun 2009-2013

Sektor 2009 2010 2011 2012 2013

Pengembangan

(16)

Hal 9-16 Selain dana APBD untuk pembangunan bidang Cipta Karya, Pemerintah Kota Serang juga mengalokasikan Dana Daerah untuk Urusan Bersama (DDUB) selama 5 tahun terakhir (2008 sampai dengan 2012 ), terlihat pada Tabel-9.7 berikut :

9.4 PROYEKSI DAN RENCANA INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

9.4.1 PROYEKSI APBD 5 TAHUN KEDEPAN

Proyeksi APBD dalam lima tahun kedepan dilakukan dengan melakukan perhitungan regresi terhadap kecenderungan APBD dalam lima (5) tahun terakhir menggunakan asumsi dasar trend historis. Setelah diketahui pendapatan dan belanja maka diperkirakan alokasi APBD terhadap bidang Cipta Karya dalam lima (5) tahun kedepan dengan asumsi proporsinya sama dengan rata-rata proporsi tahun-tahun sebelumnya.

Adapun langkah-langkah proyeksi APBD ke depan adalah sebagai berikut : 1. Menetukan prosentasi pertumbuhanan per pos pendapatan.

Setiap pos pendapatan dihitung rata-rata pertumbuhan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan: Y0 = Nilai tahun ini

Y-1 = Nilai 1 tahun sebelumnya

(17)

Hal 9-17 Dalam menentukan presentase pertumbuhan dihitung setiappos pendapatan yang terjadi dari PAD, Dana Perimbangan (DAU,DAK, DBH), dan lain-lain pendapatan yang sah.

2. Menghitung proyeksi sumber pendapatan dalam lima (5) tahun kedepan.

Setelah diketahui tingkat pertumbuhan pos pendapatan maka dapat dihitung nilai proyeksi pada lima (5) tahun kedepan dengan menggunakan rumus proyeksi goematris sebagai berikut :

Keterangan: Yn = Nilai pada tahun n

r = % pertumbuhan Y0 = Nilai pada tahun ini

n = tahun ke n (1-5)

3. Menjumlahkan Pendapatan dalam APBD tiap tahun dan menghitung kapasitas daerah dalam pendanaan pembangunan bidang Cipta Karya

Setelah didapatkan nilai untuk setiap pos pendapatan, dapat dihitung total pendapatan. Apabila diasumsikan bahwa total pendapatan sama dengan total belanja dan diasumsikan pula bahwa proporsi belanja bidang Cipta karya terhadap APBD sama dengan eksisting (Tabel-9.6) maka diketahui proyeksi kapasitas daerah dalam mengalokasikan anggaran untuk bidang Cipta karya dalam lima (5) tahun kedepan.

Adapun hasil dari proses perhitungan tersebut dapat ditampilkan pada Tabel-9.9 berikut:

Tabel-9.9:

(18)

Hal 9-18

Dari data proyeksi APBD tersebut dapat dinilai kapasitas keuangan daerah dengan metode analisis Net Public Saving dan kemampuan pinjaman daerah (DSCR)

1. Net Public Saving

(19)

Hal 9-19 Adapun rumus perhitungan NPS adalah sebagai berikut:

2. Analisis Kemampuan Pinjaman Daerah (Debt Service Coverage Ratio)

Pinjaman Daerah merupakan alternatif pendanaan APBD yang digunakan untukmenutup defisit APBD, pengeluaran pembiayaan atau kekurangan arus kas. Pinjaman Daerah dapat bersumber dari Pemerintah, Pemerintah Daerah lain, lembaga keuanganbank, lembaga keuangan bukan bank, dan Masyarakat (obligasi). Berdasarkan PP No.30 Tahun 2011 Tentang Pinjaman Daerah, Pemerintah Daerah wajib memenuhipersyaratan sebagai berikut:

a. Jumlah sisa Pinjaman Daerah ditambah jumlah pinjaman yang akan ditarik tidakmelebihi 75% dari jumlah penerimaan umum APBD tahun sebelumnya; b. Memenuhi ketentuan rasio kemampuan keuangan daerah untuk

mengembalikanpinjaman yang ditetapkan oleh Pemerintah.

c. Persyaratan lainnya yang ditetapkan oleh calon pemberi pinjaman.

d. Dalam hal Pinjaman Daerah diajukan kepada Pemerintah, Pemerintah Daerahjuga wajib memenuhi persyaratan tidak mempunyai tunggakan atas pengembalian pinjaman yang bersumber dari Pemerintah.

Salah satu persyaratan dalam permohonan pinjaman adalah rasio kemampuankeuangan daerah untuk mengembalikan pinjaman atau dikenal

Net Public Saving = Total Penerimaan Daerah Belanja Wajib

NPS = (PAD+DAU+DBH+DAK) (Belanja mengikat + Kewajiban Daerah)

- Belanja Mengikat adalah belanja yang harus dipenuhi /tidak bisa dihindari oleh pegawai, belanja barang, belanja bunga, belanja subsidi, belanja bagi hasil serta belanja lain yang mengikat sesuai sesuai peraturan daerah yang berlaku .

- Kewajiban daerah antara lain pembayaran pokok pinjaman, pembayaran kegiatan

(20)

Hal 9-20 dengan Debt ServiceCost Ratio (DSCR). Berdasarkan peraturan yang berlaku, DSCR minimal adalah 2,5.DSCR ini menunjukan kemampuan pemerintah untuk membayar pinjaman, sekaligusmemberikan gambaran kapasitas keuangan pemerintah. Oleh karena itu, DSCR dalam5 tahun ke depan perlu dianalisis dalam RPI2JM dengan rumus sebagai berikut:

Proyeksi Pendapatan dan Belanja

Seperti halnya yang dipergunakan dalam memproyeksi ekonomi kota/kabupaten, maka dengan menggunakan pendekatan analisis pertumbuhan elastisitas khususnya dalam menghitung proyeksi Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Belanja Daerah, meletakkan beberapa asumsi sebagai berikut :

a. Pertumbuhan ekonomi Kota Serang diperkirakan akan sama dengan proyeksi pertumbuhan ekonomi nasional sebesar 6 %.

b. Selama periode proyeksi, tingkat inflasi menurut BPS diperkirakan akan mencapai 12 % untuk setiap tahunnya.

Pendapatan daerah Kota Serang sampai tahun 2012 nanti akan diperkirakan akan mengalami kenaikan setiap tahunnya dan pertumbuhan tersebut lebih disebabkan oleh adanya peningkatan pada komponen PAD dan Komponen Dana Perimbangan.

Besaran PAD yang bersumber dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah, dan Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan masih ditentukan oleh kesepakatan antara Pemerintah Daerah Kota Serang dan Pemerintah Kabupaten Serang.

Adapun Belanja Daerah dipergunakan dalam rangka mendanai pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan kabupaten/kota. Belanja Daerah merupakan perkiraan beban pengeluaran daerah yang dialokasikan secara adil dan merata agar relatif dapat dinikmati oleh seluruh kelompok masyarakat tanpa diskriminasi, khususnya dalam pemberian pelayanan umum. Belanja daerah

(21)

Hal 9-21 meliputi semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana lancar, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran yang tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah.

Proyeksi belanja daerah Kota Serang tahun 2009-2012 terdiri dari Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Untuk komponen belanja tidak langsung diantaranya: Belanja Pegawai, Belanja Hibah, dan Belanja Bantuan Sosial. Adapun komponen Belanja langsung antara lain :Belanja Pegawai, Belanja Barang dan jasa dan Belanja Modal.

Tabel 6. 2

PROYEKSI BELANJA APBD KOTA SERANG PERIODE 2009-2012 (Dalam Juta Rupiah )

No K O M P O N E N 2009 2010 2011 2012

1

Belanja Tidak Langsung

Belanja Pegawai 23,389 25,728 28,301 31,131 Belanja Hibah 12,432 13,675 15,043 16,547 Belanja Bantuan Sosial 3,435 3,779 4,157 4,573

Belanja Tidak Terduga 26 29 32 35

Jumlah 1 39,284 43,212 47,533 52,287

2 Belanja Langsung

Belanja Pegawai 8,432, 9,275 10,203 11,223 Belanja Barang dan

Jasa 24,382 26,820 29,502 32,453

Belanja Modal 7,102 7,812 8,593 9,453

Jumlah 2 39,917 43,909 48,300 53,130

JUMLAH BELANJA 79,201 87,121, 95,833 105,417

Sumber : Sumber : Dinas PPKAD Kota Serang,data diolah

(22)

Hal 9-22 akan bertambah jenis pos belanja baik pada belanja tidak langsung dan belanja langsung. Belum lagi keberadaan Kota Serang yang baru berusia 1 tahun dipastikan akan membutuhkan data yang sangat besar dalam pembelanjaannya.

B. Proyeksi PAD dan Dana Perimbangan

Proyeksi Komponen Pendapatan Asli Daerah (PAD) 5 tahun ke depan , diharapkan didorong oleh adanya kenaikan kontribusi Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan. Komponen PAD ini harus sudah mulai secara mandiri dikelola oleh Pemerintah Kota Serang yang selama ini masih bergabung dengan APBD Kabupaten Serang. Konsistensi kenaikan kontribusi yang besar dari Pajak Daerah, Retribusi Daerah dan Hasil Perusahaan Milik Daerah dan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang dipisahkan ini, menjadi dasar penguatan kapasitas keuangan Kota Serang.

Proyeksi Dana Perimbangan, peranannya selama 5 tahun ke depan dalam membentuk total Pendapatan Daerah akan mengalami kenaikan, dan peningkatan tersebut akan didominasi Dana Alokasi Umum (DAU). Namun, ke depan komponen dana perimbangan harus mulai difokuskan pada pos Bagi Hasil Pajak dan Penerimaan dari Provinsi. Oleh karena itu Pemerintah Kota Serang harus berupaya keras untuk dapat memperoleh dana sharing sesuai dengan kebutuhan yang ada.

C. Proyeksi Public Saving

Tabungan Bersih Pemerintah/Masyarakat (Net Public Saving) adalah sisa dari total penerimaan daerah setelah dikurangkan dengan belanja/pengeluaran yang bersifat wajib/mengikat. Dengan kata lain, net public saving merupakan sejumlah dana yang tersedia untuk investasi pembangunan. Besarnya NPS menjadi dasar dana yang dapat dialokasikan untuk bidang PU/Cipta Karya.

(23)

Hal 9-23 lebih efektif dan efesien, sehingga akan mampu memiliki tabungan pemerintah secara maksimal yang pada akhirnya dapat mendanai investasi pembangunan yang direncanakan Pemerintah Kota Serang.

9.5 ANALISIS KETERPADUAN STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI PEMBANGUNAN BIDANG CIPTA KARYA

9.5.1 ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

Dalam melakukan analisis pendapatan atau ketersediaan dana, dapat diklasifikasikan dalam dua kategori, yaitu sumber-sumber pendapatan dari daerah sendiri dan luar daerah (eksternal). Sumber-sumber pendapatan dari daerah sendiri adalah sumber-sumber pendapatan yang dikumpulkan secara langsung dari masyarakat daerah yang bersangkutan, misalnya pajak dan retribusi yang langsung dipungut dan dimiliki daerah yang bersangkutan.

Sumber-sumber pendapatan daerah dapat juga diperoleh dari hasil perusahaan milik daerah dan hasil pengelolaan kekayaan daerah lainnya yang dipisahkan dan lain-lain pendapatan daerah yang di sahkan serta bagi hasil. Sedangkan sumber-sumber pendapatan eksternal adalah sumber-sumber pendapatan yang berasal dari luar daerah seperti level pemerintah di atasnya (pusat dan provinsi) dan pinjaman serta lain-lain penerimaan yang sah.

Dalam melakukan analisis tingkat keerseiaan dana, harus diketahui besaran basis pendapatan daerah (local revenue base). Ini merupakan jumlah pendapatan yang dapat dikumpulkan oleh pemerintah daerah. Basis penerimaan ini biasanya disusun berdasarkan undang-undang yang memberikan wewenang kepada pemerintah daerah untuk menarik dan mengumpulkan jenis-jenis pajak dan retribusi.

(24)

Hal 9-24 Jika pemerintah daerah dapat menggali pendapatan daerahnya secara efesien (100 %), maka pendapatan pokok daerah akan dapat terkumpul sebesar 100 %. Namun demikian, dalam kenyataannya jumlah pajak dan retribusi yang terkumpul tidak pernah 100 % karena beberapa alasan. Pertama, pemerintah daerah tidak mungkin mengumpulkan semua jenis pendapatan sebagaimana yang ditetapkan dalam undang-undang; Kedua walaupun menggunakan sistem dan prosedur yang terbaik sekalipun, seringkali tetap terdapat beberapa sumber pendapatan yang hilang.

Berdasarkan perkembangan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Serang selama 1 tahun terakhir dapat dikatakan masih minim. Hal ini disebabkan pos APBD hanya disumbang dari Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah.

6.4.1 Analisis Kemampuan Keuangan Daerah Kota Serang

Dalam melaksanakan seluruh program pembangunan yang dicanangkan oleh Pemerintah Daerah Kota Serang, diperlukan dukungan dana dan kontribusi dari semua pihak. Dana pembangunan tidak saja berasal dari pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi, namun juga bersumber dari swasta dan masyarakat.

Kemampuan keuangan daerah dapat bersumber antara lain dari sumber internal pemerintah daerah sendiri (public saving). Adapun sumber eksternal dari luar pemerintah daerah berasal dari pemerintah pusat,pemerintah provinsi,pinjaman, partisipasi swasta, dan swadaya masyarakat. Sementara dana dari Pemerintah Pusat berupa DAU dan DAK masih menjadi sumber eksternal bagi pemerintah daerah Kota Serang sampai tahun 2008 belum menerima.

Sumber dana eksternal yang berasal dari swata dan masyarakat perlu terus dikembangkan dan didorong untuk mendukung proses pembangunan Kota Serang melalui kerjasama yang lebih luas dan meningkatkan partisipasi swasta dan masyarakat untuk menarik investasi yang lebih besar.

(25)

Hal 9-25 6.4.2 Aspek Keuangan Perusahaan Daerah Kota Serang

Perusahaan Daerah yang terkait dengan PU/Cipta Karya antara lain : Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM). Sehubungan keberadaan PDAM selama ini masih dikelola oleh PDAM Kabupaten Serang, dan dalam negoisasi terkait aset, keuangan, karyawan PDAM, sampai saat ini belum terbentuk PDAM untuk kota Serang.

9.5.2 STRATEGI PENINGKATAN INVESTASI BIDANG CIPTA KARYA

P

PEEMMAAHHAAMMAANN PPRROOGGRRAAMM IINNVVEESSTTAASSII

Penyusunan program Investasi pengembangan kawasan Koridor Jl Karangantu dan kawasan Keraton Kaibon merupakan rujukan bagi para pemangku kepentingan untuk menghitung tolok ukur keberhasilan investasi, sehingga tercapai kesinambungan pentahapan pelaksanaan pembangunan. Selain itu, program ini menjadi alat mobilisasi dana investasi masing-masing pemangku kepentingan dalam pengendalian pelaksanaan sesuai dengan kapasitas dan perannya dalam suatu sistem wilayah yang disepakati bersama, sehingga dapat tercapai kerja sama untuk mengurangi berbagai konflik kepentingan dalam investasi/ pembiayaan. Serta, mengatur upaya percepatan penyediaan dan peningkatan kualitas pelayanan prasarana/ prasarana dari suatu lingkungan/ kawasan bersangkutan.

5

5..22 IDIDEENNTTIIFFIIKKAASSII RREENNCCAANNAA PPEEMMBBAANNGGUUNNAANN

(26)

Hal 9-26 5

5..33 PEPEMMAANNGGKKUU KKEEPPEENNTTIINNGGAANN ((SSTTAAKKEEHHOOLLDDEERR))

Seluruh pemangku kepentingan (stakeholder) serta karakteristik eksisting dan rencana tata ruang yang terdapat di kawasan tersebut akan saling berinteraksi terkait pengembangan kawasan Koridor Jl Karangantu dan kawasan Keraton Kaibon. Masing-masing stakeholder tersebut antara lain adalah sebagai berikut:

2. Pemerintah.

Mengingat kawasan Koridor Jl Karangantu dan kawasan Keraton Kaibon merupakan ruas jalan kota maka Pemerintah Kota Serang, memiliki peran yang penting terkait dengan aspek legalitas (aturan, hukum dan kebijakan), baik sebagai dasar dalam melakukan kebijakan penilaian, maupun dalam hal pengakomodasiaan dan persetujuan suatu rencana investasi pembangunan kawasan, Instansi Pemerintah Provinsi berkoordinasi dengan Pemerintah Kota Serang berperan penting dalam kesiapan infrastruktur serta penyediaan data dan informasi yang diperlukan, terutama pada tahap persiapan kelayakan investasi yakni pada pengumpulan data sekunder yang terkait dengan aspek fisik kawasan, tata ruang, keanekaragaman hayati, sosial ekonomi dan budaya masyarakat di kawasan tersebut.

3. Unit Pengelola (Lembaga Swasta atau Tim yang ditunjuk

Pemerintah).

(27)

Hal 9-27 (Analisis Mengenai Dampak Lingkungan) atau SEL (Studi Evaluasi Lingkungan), laporan HPH (Hak Pengusahaan Hutan), Bina Desa dan Lembaga Pemberdayaan berbasis masyarakat lainnya, dokumen monitoring dan laporan hasil penelitian atau evaluasi yang pernah dilakukan oleh konsultan, peneliti akademisi, mahasiswa atau lembaga lain. Tim ini juga banyak terlibat pada tahap pengumpulan data di lapangan bersama dengan pemilik kegiatan investasi kawasan, seperti pada tahap pengumpulan data terkait dengan kondisi fisik kawasan, flora, fauna, sosial ekonomi dan budaya masyarakat. Anggota Tim dapat bertindak sebagai bagian dari tim pendamping saat mengumpulkan data yang terkait dengan kondisi fisik kawasan, flora dan fauna, serta berperan sebagai fasilitator pada saat mengumpulkan data terkait dengan sosial ekonomi dan budaya

masyarakat. Masukan dari berbagai pihak terhadap temuan-temuan yang didapat di lapangan serta hasil analisis dan kesimpulan kemudian dibuatkan laporan secara transparan kepada publik berupa peluang-peluang investasi di kawasan bersangkutan sedemikian rupa sehingga memberikan kemudahan dan trust kepada seluruh pihak yang akan terlibat baik langsung maupun tidak langsung terhadap pembangunan kawasan tersebut.

4. Masyarakat Lokal.

(28)

Hal 9-28 setiap aspirasi yang timbul. Sebagian data dan informasi yang dibutuhkan bagi pembangunan kawasan (flora, fauna, sosial ekonomi dan budaya) di lapangan didapatkan dari wawancara dan diskusi kelompok dengan masyarakat, terutama dengan tokoh-tokoh kunci yang meliputi aparat pemerintah desa (kepala desa dan staf desa), tokoh agama (pendeta, ulama, guru ngaji), tokoh adat (kepala adat, sekretaris lembaga adat, pengurus adat lain), petugas kesehatan/ mantri desa, dukun bayi, dan wakil masyarakat lainnya berdasarkan suku ataupun masyarakat secara umum. Masyarakat di kawasan tersebut juga berperan penting dan dan terlibat dalam hasil pengelolaan dan pembangunan yang telah dihasilkan, baik sebagai resources/ faktor produksi maupun sebagai pengguna/ user/ pasar potensial dari hasil pembangunan itu sendiri.

Ada beberapa masyarakat yg memangku kepentingan di sekitar kawasan tersebut, antara lain:

a. Masyarakat asli/ yang telah lama bermukim di kawasan tersebut. Masyarakat ini cenderung berada dalam kondisi marginal, serta umumnya bermata-pencaharian sebagai petani/ usaha sektor informal/ industri rumahan kecil di sekitar tempat-tinggalnya.

b. Masyarakat pendatang yang bermukim di kompleks-kompleks perumahan yang mulai menjamur di kawasan ini. Masyarakat ini umumnya bermata-pencaharian di luar kawasan baik sebagai pengusaha, pegawai swasta maupun pegawai negeri.

(29)

Hal 9-29 5. Investor : Lembaga Komersial atau Organisasi Non Profit.

Pada prinsipnya kehadiran/ keterlibatan Investor dalam pengembangan kawasan Koridor Jl Karangantu dan kawasan Keraton Kaibon adalah sebagai variable yang diharapkan akan mampu menjadi akselerator percepatan pembangunan kawasan, dengan berbagai interaksi yang akan mampu memberikan manfaat timbal-balik yang saling menguntungkan terhadap seluruh pihak yang terlibat. Investor yang berupa Lembaga Komersial lazimnya akan mengharapkan profit/ laba usaha serta prospek pengembalian investasi yang menguntungkan atas kegiatan pembangunan baik sarana maupun prasarana di kawasan tersebut. Investor yang berupa Organisasi Non Profit tidak akan mengharapkan laba usaha meskipun dalam aktifitasnya apa yang sudah diinvestasikannya akan mampu menutupi operasionalisasi kegiatan, sampai kepada penerimaan manfaat non materil, seperti terciptanya kondisi sosial budaya masyarakat pada tingkatan tertentu, ataupun kondisi kemapanan intelektual dan spiritual sesuai yang diharapkan organisasi yang bersangkutan.

6. LSM, Lembaga Penelitian, dan Organisasi Non Pemerintah Lainnya.

Keterlibatan LSM, Lembaga Penelitian dan/ atau Ornop sebaiknya dipersilahkan untuk terlibat aktif selama pembangunan berlangsung baik sebagai pengamat, pendamping maupun monitoring kegiatan. Mereka juga dapat terlibat dalam persiapan studi (pengumpulan data sekunder) yakni sebagai salah satu sumber data dan informasi yang terkait dengan pengembangan kawasan, apabila diperlukan juga dapat ikut memfasilitasi kegiatan-kegiatan di lapangan, hadir dan memberikan masukan-masukan dalam presentasi dan diskusi-diskusi mengenai pembangunan kawasan, serta memastikan bahwa proses kegiatan berjalan secara transparan.

5

(30)

Hal 9-30 Berdasarkan identifikasi bagaimana skenario investasi dapat disusun, dengan melihat kondisi yang terdapat di kawasan Koridor Jl Karangantu dan kawasan Keraton Kaibon yang secara umum merupakan kawasan permukiman dan perkantoran – dengan kondisi kepadatan penduduk yang masih rendah, maka investasi yang mungkin dapat dikembangkan di wilayah ini setidaknya terbagi dalam 3 (tiga) pihak, antara lain:

1. Investasi yang dilakukan oleh Pemerintah.

Sebagai pihak yang bertanggungjawab atas kemajuan daerahnya, maka Pemerintah berperan dalam melaksanakan pembangunan di kawasan Koridor Jl Karangantu dan kawasan Keraton Kaibon, terutama pada bidang infrastruktur. Melihat kondisi yang terdapat di kawasan tersebut, khususnya pada Koridor Jl Karangantu dan kawasan Keraton Kaibon masih sangat membutuhkan kelengkapan sarana & prasarana yang harus disediakan. Kesiapan Pemerintah ini akan sama penting dan artinya nya dengan penyediaan etalase produk-produk investasi serta besarnya peluang ketertarikan Investor untuk menanamkan investasinya di kawasan ini. Dukungan infrastruktur yang memadai, baik yang utama maupun penunjang akan sangat diperlukan agar pembangunan dapat dilakukan secara berkelanjutan, disamping dampak pembangunan perumahan dan permukiman terhadap kelestarian lingkungan serta keseimbangan daya dukung lingkungannya yang senantiasa diperhitungkan melalui seluruh perangkat yang dimiliki Pemerintah, baik Pemerintah Kota Serang, Pemerintah Provinsi Banten maupun Pemerintah Pusat.

2. Investasi yang Dilakukan oleh Pihak Swasta.

(31)

Hal 9-31 Sebagai Investor yang berorientasi profit, maka identifikasi peluang investasi pada kawasan Koridor Jl Karangantu dan kawasan Keraton Kaibon merujuk kepada tata ruang yang ada akan lebih mengarah kepada sektor properti baik untuk permukiman maupun perkantoran.

3. Investasi yang Melibatkan Peran Serta Masyarakat.

(32)

Hal 9-32 G

Gaammbbaarr 55..11 SSkkeemmaa KKeetteerrkkaaiittaann SSttaakkeehhoollddeerr ddaallaamm pprrooggrraamm IInnvveessttaassii

5

5..55 TTAAHHAAPPAANN SSKKEENNAARRIIOO PPRROOGGRRAAMM IINNVVEESSTTASASII

Secara umum tahapan skenario program investasi dapat digambarkan secara skematik adalah seperti yang tersaji pada gambar 5.2 di samping.

Penjelasannya adalah sebagai berikut:

1

(33)

Hal 9-33 di sekitar kawasan tersebut dalam menyongsong akselerasi pembangunan sedemikian rupa sehingga akan tercipta sinergi yang bermanfaat bagi pertumbuhan kesejahteraan masyarakat yang bersangkutan.

2

2.. Pemerintah mempersiapkan rencana pematangan kawasan, hal ini diperlukan selain ditujukan bagi kelayakan proses yang realistis terhadap penerapan investasi, juga yang terpenting adalah memberikan penawaran ‘aset siap pakai’ kepada investor manapun yang ingin memberikan kontribusinya dalam pembangunan kawasan ini. Hal pertama yang perlu dilakukan adalah Penyusunan Studi Kelayakan, AMDAL, serta rencana induk (Master Plan) Infrastruktur kawasan berikut Detail Engineering Development (DED) Infrastruktur bagian-bagian kawasan yang mengacu kepada arahan RTBL Kawasan Koridor Jl Karangantu dan kawasan Keraton Kaibon, khususnya pada area-area dan batas-batas lahan yang dijadikan sebagai kawasan investasi.

3

3.. Pembiayaan kelengkapan pembangunan infrastruktur kawasan berupa pembangunan jaringan listrik, jaringan air bersih, drainase air kotor, pembangunan fasilitas publik, taman kota, shelter dan sebagainya sampai kepada kegiatan-kegiatan pematangan kawasan merujuk kepada Master Plan dan DED kawasan Koridor Jl Karangantu dan kawasan Keraton Kaibon.

4

(34)

Hal 9-34

5

5.. Menunjuk Unit Pengelola Kawasan yang bekerja sama dengan Badan Koordinasi Penanaman Modal Daerah sebagai lembaga teknis dengan mitra profesionalnya yang mewakili Pemerintah Daerah, dalam menyiapkan dokumen/ portfolio dari produk investasi, dalam hal ini adalah penawaran Investasi Kawasan Koridor Jl Karangantu dan kawasan Keraton Kaibon dengan segala dokumen-dokumen pendukungnya.

6. Pelaksanaan tugas utama Lembaga Teknis ini antara lain :

Pengelolaan kawasan diawali kepastian akan kesiapan peruntukan lahan-lahan sampai dengan penentuan kapling dan batas-batas area investasi.

Promosi kawasan, publikasi & jaringan pemasaran.

Penanganan kerja sama paket-paket investasi kawasan dengan calon Investor, penanganan kelayakan investasi, profitability dan skema pendanaan.

Pembentukan Kerja Sama Operasional (bila diperlukan) antara Lembaga ini dengan Investor. Kontrak KSO ini berlangsung sampai pada jangka waktu & kondisi yang disepakati bersama dalam kontrak antara lain periode kembalinya modal (payback periods), besaran bagi hasil laba, dsb. Pada saat kontrak berakhir, dilaksanakan serah terima properti dari Investor ini kepada Pemerintah Daerah disertai klausul konsep kerja sama lanjutan dengan pola yang disepakati bersama.

(35)

Hal 9-35 G

Gaammbbaarr 55..22 TTaahhaappaann SSkkeennaarriioo PPrrooggrraamm IInnvveessttaassii

Dalam implementasinya, skenario program investasi di kedua kawasan koridor tersebut dapat dijelaskan melalui jenis-jenis program sebagai berikut:

A. Program Organisasi

Pada bagian program ini direncanakan kegiatan-kegiatan yang meliputi sosialisasi dan pembinaan terhadap seluruh stakeholders, kegiatan pada program ini meliputi hal seperti:

(36)

Hal 9-36 2) Membuat landasan hukum terhadap RTBL yang telah disusun.

3) Melakukan pembinaan terhadap pihak-pihak yang bersinggungan terhadap rencana penataan di kedua kawasan koridor tersebut.

4) Membentuk kelembagaan

5) Melakukan pemberdayaan masyarakat dalam kegiatan perencanaan

B. Program Dokumentasi dan Presentasi

Kegiatan yang termasuk dalam program ini mencakup hal-hal yang berkaitan untuk melindungi kelestarian lingkungan dan investasi, kegiatan yang diprogramkan seperti:

1) Pembuatan peta kawasan/ bangunan yang perlu dilindungi keberadaanya 2) Pembuatan Buku dokumentasi bangunan yang dilindungi

3) Pembuatan website

4) Pameran umum untuk meningkatkan investasi

C. Program Promosi

Program ini mengupayakan agar rencana yang disusun dapat dipahami dan dimengerti oleh seluruh stakeholders bahwa dikawasan ini memiliki potensi ekonomi yang cukup baik, terutama untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat secara keseluruhan, rencana kegiatannya meliputi:

1) Pembuatan buku dan peta investasi

(37)

Hal 9-37 D. Program Aktivitas

Dengan adanya program aktivitas ini diharapkan pada kawasan penyusunan RTBL ini berkembang dan bangkit menjadi pusat kegiatan masyarakat dalam lingkup untuk kegiatan ekonomi ataupun melakukan kegiatan sosial & budaya, olahraga dsb. Materi kegiatan pada program ini, seperti:

1) Mengembangkan pengetahuan & keterampilan budaya daerah.

2) Memperindah fungsionalitas kawasan dengan melakukan penataan pada area bangunan pertokoan, kantor, serta area pedagang kaki lima.

3) Mengembangankan aktivitas-aktivitas yang berkaitan dengan program ekonomi industri kecil & perniagaan masyarakat.

4) Melakukan kegiatan Festival Budaya & produk-produk yang dihasilkan masyarakat

Dalam rangka pencapaian pembangunan bidang Cipta Karya di daerah, dan untuk memenuhi kebutuhan pendanaan dalam melaksanakan usulan program yang ada dalam RPI2JM, Pemerintah Daerah Kota Serang telah menyusun strategi untuk meningkatkan pendanaan bagi pembangunan infrastruktur permukiman. Yang meliputi beberapa aspek antara lain :

1. Strategi peningkatan DDUB, meliputi:

 Pembahasan RAPBD menggunakan dokumen RPI2JM sebagai referensi  Peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi belanja daerah

2. Strategi peningkatan penerimaan daerah dan efisiensi penggunaan anggaran, meliputi:

 Membuat urutan prioritas dalam penyusunan anggaran  Meningkatkan penerimaan melalui pajak-pajak daerah

(38)

Hal 9-38  Dilakukan identifikasi keperluan operasi, pemeliharaan dan rehabilitasi

infrastruktur untuk membuat perkiraan pendanaan yang diperlukan  Peningkatan penerimaan pendapatan daerah

Sumber-sumber pembiayaan berasal dari berasal dari Pemerintah Kota Serang, Pemerintah Pusat, Bantuan Luar Negeri dan masyarakat. Untuk sektor air minum, limbah dan sampah biasanya komponen yang lebih dominan dalam membiayai adalah pemerintah Kabupaten, sebaliknya pada penanggulangan bencana, jalan negara, drainase makro pemerintah pusat lebih dominan.

Baik Bantuan Luar Negeri maupun dana pemerintah pusat ke pemerintah daerah sifatnya simultan dan pelengkap, namun pembangunan harus didasarkan pada kekuatan sendiri, dalam hal ini Pemerintah Kabupaten dan masyarakat (community base development)

6.5.2 Pelaksanaan Pembiayaan RPI2JM Kota Serang

Setelah melalui proses penilaian RPI2JM oleh Pemerintah Kota Serang, maka selanjutnya adalah program sekaligus sumber pembiayaan, maka semua sumber pembiayaan yang sudah disepakati antara Pemerintah Kota Serang dengan Pemerintah Pusat.

Adapun Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang PU/Cipta Karya Kota Serang untuk tahun 1 - 2009 berupa Investasi Infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya dijabarkan dalam jenis pokok kegiatan, volume, kebutuhan biaya, dan sumber asal pembiayaan.

Berdasarkan Rencana Program Investasi Jangka Menengah (RPI2JM) Bidang PU/Cipta Karya Kota Serang untuk tahun 1 - 2009 berupa Investasi Infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya terdapat 11 (sebelas) kegiatan pokok, dengan kebutuhan dana sebesar Rp 10,405 miliar. Adapun rencana sumber pendanaan didapatkan dari APBN sebesar Rp 8,805 miliar (84,62%) dan APBD Provinsi Banten sebesar Rp 1,600 miliar (15,38 %)

(39)

Hal 9-39 RENCANA PROGRAM INVESTASI JANGKA MENENGAH (RPIJM) BIDANG PU/CIPTA KARYA

Provinsi : Banten Tahun : 2009

Program : Investasi Infrastruktur Bidang PU/Cipta Karya Kota : Serang

Pusat Provinsi Pemkot Masyarakat Swasta

*) Belum diperoleh angka/nilai fix (Angka masih Global) 10

JUMLAH

600,000,000.00

Pembangunan Prasarana Lingkungan Pendukung Desa Binaai P2WKSS (Desa Tmn.Baru dan Drangong Kecamatan Taktakan)

*)

8 Pembangunan infrastruktur Dasar Desa Kawasan

Agropolitan (Kecamatan Kasemen & Curug) 1,000,000,000.00

450,000,000.00

Penyediaan PSD bagi Kawasan Urban Renewal (Kawasan Kota Baru)

7 950 m'

6

Kawasan Kotabaru, Kec Serang

9 Pembangunan Jalan Akses Sentra Produksi dan Kawasan

Pusat Pertumbuhan dan Daerah Pengangga (Kasemen) 5 Kawasan Cipare, Kec Serang Kawasan Taktakan, Kec Taktakan Peningkatan/Pembangunan Jalan Poros :

Pengadaan material Sanimas Unit

Pembangunan Prasarana dan Sarana Terpadu 3R (Menunjang RSH, Keterpaduan dengan Program Pengembangan Kawasan Permukiman Banten dan Pengelolaan Air Minum)

Pembangunan Prasarana dan sarana Air limbah IPAL Komunal Kawasan Nelayan (Kawasan Kasemen)

Dukungan PSD Kawasan Nelayan (Kawasan Kasemen, Kel.

Karang Antu) 929,762,000.00 Dukungan PSD Kawasan Kumuh (Kawasan Serang, Kel. Cipare)

1 789,711,000.00

Volume Harga Satuan Biaya Tahun ke-1 (2009)

Kegiatan Pokok Keterangan

(40)

Gambar

Tabel 6. 2

Referensi

Dokumen terkait

Kepala Bagian Koordinasi Perekonomian mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Asisten Perekonomian dan Kesejahteraan Rakyat dalam merencanakan teknis

Sumber Internal menurut Hasibuan (2002: 42) adalah karyawan yang akan mengisi lowongan kerja yang lowong diambil dari dalam perusahaan tersebut, yakni dengan cara memutasikan

Menimbang, bahwa terhadap putusan tersebut Jaksa Penuntut Umum menyatakan permintaan banding dihadapan Panitera Pengadilan Negeri Subang, pada tanggal 13 Desember 2013 sebagaimana

IHSG sudah break MA 200 namun belum terlihat indikator meyakinkan indeks akan pulih, memburuknya sentimen regional berpotensi kembali menekan IHSG ke bawah pada

Penelitian ini semakin menguatkan bahwa SNOT-22 adalah kuisioner yang valid dan berkorelasi positif dengan pemeriksaan penunjang untuk diagnosis RSK dan dapat

Negara Indonesia adalah negara yang mempunyai keanekaragaman, baik bahasa, budaya, suku, agama maupun warna kulit. Seharusnya perbedaan ini menjadikan negara

Dari Algoritma diatas, banyak yang bisa dikembangkan lagi untuk membuat algoritma tersebut lebih mangkus, misalnya dengan mengisi blok yang memiliki constraint

Berdasarkan hasil dan pembahasan yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa, proses metakognisi siswa dalam pemecahan masalah aljabar berdasarkan taksonomi SOLO,