• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan antara bullying verbal dengan kecerdasan emosional siswa Sekolah Dasar - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan antara bullying verbal dengan kecerdasan emosional siswa Sekolah Dasar - USD Repository"

Copied!
149
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN

KECERDASA

Dia

Prog

PROGRAM S

FAKULT

GAN ANTARA

BULLYING

VERBAL D

SAN EMOSIONAL SISWA SEKOLAH

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan rogram Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Maria Windriyani

NIM. 101134093

M STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH D JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

LTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKA UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014

DENGAN

SEKOLAH DASAR

r

DASAR

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Karya ilmiah sederhana ini, penulis persembahkan kepada:

 Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang selalu melindungi dan membimbing dalam setiap langkah peneliti

 Kedua orang tua penulis Bapak Petrus Suradi dan Ibu Anna Cristiana Boniyem, yang telah memberikan doa, semangat dan dukungan baik materil maupun moril serta cinta kasihnya

 Kakak-kakakku Mbak Susan, Mas Anto, Mas Hardi, adikku Clara dan ponakanku Metta yang senantiasan memberikan dukungan dan bantuannya serta doanya

(5)

v MOTTO

Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan

bertekunlah dalam doa! - Roma 12:12

Iman akan Allah tidak memberikan solusi instan atas semua persoalan

dan ketidak pastian hidup, tetapi melengkapi kita untuk

mengatasinya.

(Daniel louw)

Hadiah terbaik untuk musuh adalah pengampunan (mat 18:22)

Hadiah terbaik untuk semua orang adalah kasih (yoh 13:34-35)

(6)

vi

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

(7)

vii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma:

Nama : Maria Windriyani

Nomor Mahasiswa : 101134093

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul:

HUBUNGAN ANTARA BULLYING VERBAL DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SEKOLAH DASAR

Berserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk lain, mengelolanya dalam bentuk pengkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa pelu meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

(8)

viii

HUBUNGAN ANTARABULLYINGVERBAL

DENGAN KECERDASAN EMOSIONAL SISWA SEKOLAH DASAR

Maria Windriyani Universitas Sanata Dharma

2014 ABSTRAK

Latar belakang penelitian ini adalah adanya tindakan bullying verbal di sekolah. Tindakanbullyingverbal tersebut sering tidak disadari oleh guru maupun siswanya. Akibat tindakan bullying verbal berbagai macam dari depresi hingga bunuh diri. Akibat bullying verbal tersebut membuat peneliti ingin mencari tahu hubungan daribullying verbal dengan kecerdasan emosional siswa. Tujuan dalam penelitian ini adalah mencari hubungan antara bullying verbal dengan kecerdasan emosional siswa SD. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antarabullyingverbal dengan kecerdasan emosional siswa SD.

Penelitian ini merupakan penelitian korelasi. Populasi yang diambil adalah seluruh siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta dengan cara pengambilan target. Banyaknya populasi adalah 149 siswa. Teknik pengambilan sampel menggunakan teknik stratified sampling atau penarikan sempel berstrata. Jumlah sampel dalam penelitian ini sebanyak 80 siswa. Metode pengumpulan data menggunakan skala sikap dan wawancara.

Hasil uji validitas item diperoleh 11 item bullying verbal dan 23 item kecerdasan emosional. Hasil reliabilitas skala sikap bullying verbal adalah 0,751 dan kecerdasan emosional sebesar 0,635. Hasil analisis data dengan menggunakan teknik korelasiproduct momentmenunjukan bahwa ada hubungan antara bullying verbal dengan kecerdasan emosional siswa SD, dengan hasil koefisien korelasi -0,321. Koefisien korelasi yang diperoleh tergolong rendah. Hasil tersebut menunjukan bahwa siswa yang mengalami bullying verbal tinggi akan memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Siswa yang mengalami bullying verbal yang rendah, memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

(9)

ix

THE CORRELATION BETWEEN VERBAL BULLYING AND THE EMOTIONAL QUOTIENT OF ELEMENTARY SCHOOL

STUDENTS

Maria Windriyani Sanata Dharma University

2014

ABSTRACT

The background of this research was an act of verbal bullying at school. The act of verbal bullying is often not realized by teachers and students. The result of verbal bullying action are various e.g depresion and suicide. Looking at the results of verbal bullying action, the researcher would like to find out the correlation between verbal bullying and quotient of elementary school students. The hypothesis of this reserch is that there is correlation between verbal bullying and emotional quotient of elementary school students.

This is a correlation research

Keywords: verbal bullying, emotional quotient. The population was the students of class V Pangudi Luhur Yogyakarta elementary school by obtarning the targets. The participants were 149 students. The technique of sampling was stratified sampling technique or stratified sample withdrawal. A number of samples of this research was 80 students. The research applied scale attitude and interview to collect the data.

The results of validity test obtained 11 items of verbal bullying and 23 items of emotional quotient. The reliability result of attitude scale of bullying verbal was 0.635. The result of data analysis applying product moment correlation between verbal bullying and emotional quotient of elementary school students, with coeffient result was -0.321. The correlation coefficient obtained is low. The results showed that students who experience bullying verbal frequently will have low emotional quotient. Student who experience verbal bullying infrequenty, will have high emotional quotient.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yesus dan Bunda Maria yang telah melimpahkan kasih serta roh kudusNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini bisa terselesaikan. Kasih dan bimbingan roh kudus yang boleh penulis terima sehingga skripsi yang berjudul Hubungan Antara Bullying Verbal dengan Kecerdasan Emosional Siswa SD.

Penulis menyadari bahwa banyak pihak yang telah membantu dalam menyelesaikan skripsi ini secara langsung. Oleh sebab itu dengan ketulusan dan kerendahan hati penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Rohandi, Ph.D selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J. S.S., BST., M.A, selaku kepala program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Ibu Catur Rismiyati, S. Pd, M.A, Ed. D, selaku wakil kepala program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

4. Ibu Sylvia Carolina Maria YM, M.Si, selaku dosen pembimbing I. 5. Ibu Laurensia Aptik Evanjeli, M.A, selaku dosen pembimbing II.

6. Bruder Teguh selaku kepala koordinator SD Pangudi Luhur Yogyakarta dan Ibu C. Retno, selaku Kepala Sekolah II SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian. 7. Bapak, ibu karyawan SD Pangudi Luhur Yogyakarta yang telah berperan

(11)

xi

8. Ibu Th. Yunia S, S.Pd, M.Hum, selaku dosen pembimbing akademik. 9. Bapak Petrus Suradi dan Ibu Anna Kristiana Boniyem yang telah

memberikan doa, semangat dan kasih sayang kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

10. Kakak dan adik, Mbak Susan, Mas Anto, Mas Hardi, Clara dan ponakanku Metta yang telah memberikan dukungan dan semangat bagi penulis.

11. Sahabat-sahabat yang terkasih Naomi, Ike, Feti, Wiwik, Dhita, Suci, Santa, dan Amel, serta teman-teman seperjuangan di kos (Deta, Ragil, Uci, Wulan, mbak Dina, Novi, Pani, There) yang telah memberikan semangat dan keceriaan pada penulis.

12. Teman-teman PPL SD Pangudi Luhur Yogyakarta dan teman-teman kelas C yang telah memberikan inspirasi dan semangat bagi penulis.

13. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan, yang telah memberikan semangat, inspirasi, motivasi dan doa serta bantuan pada penulis selama menyusun skripsi.

Penulis menyadari sepenuhnya bahwa dalam karya ilmiah ini masih banyak kesalahan. penulis berharap agar karya ilmiah ini dapat bermanfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Sanata Dharma yang melakukan penelitian.

(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xii

DAFTAR TABEL ... xv

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah ... 4

C. Tujuan Penelitian ... 4

D. Manfaat Penelitian ... 5

1. Manfaat Teoritis ... 5

(13)

xiii

E. Definisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

A. Kajian Teori ... 6

1. Kecerdasan Emosional ... 6

a. Pengertian Emosi ... 6

b. Pengertian Kecerdasan Emosional ... 7

c. Unsur-Unsur Emosi... 9

2. Bulliying ... 12

a. PengertianBullying ... 12

b. Bentuk-BentukBullying ... 15

c. PengertianBullyingVerbal ... 16

d. Bentuk PrilakuBullyingVerbal ... 17

e. AkibatBullying... 18

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 21

C. Kerangka Berfikir ... 25

D. Hipotesis ... 28

BAB III METODE PENELITIAN ... 29

A. Jenis Penelitian ... 29

B. Populasi dan Sampel ... 29

C. Teknik Pengumpulan Data ... 32

D. Instrumen Penelitian ... 32

E. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen dan Seleksi Item ... 37

(14)

xiv

2. Reliabilitas ... 40

3. Seleksi Item ... 42

F. Teknik Analisis Data... 44

1. Uji Asumsi Analisis Data ... 44

2. Uji Hipotesis ... 45

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 47

A. Pelaksanaan Penelitian ... 47

B. Deskripsi Subjek ... 48

C. Deskripsi Data Penelitian ... 49

D. Analisis Data ... 51

1. Uji Normalitas ... 51

2. Uji Linieritas ... 52

3. Uji Hipotesis ... 53

E. Pembahasan ... 54

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN... 60

A. Kesimpulan ... 60

B. Keterbatasan ... 60

C. Saran ... 61

DAFTAR PUSTAKA ... 62

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Penilaian skala sikap kecerdasan emosional ... 34

Tabel 3.2 Skala sikap kecerdasan emosional sebelum diuji coba ... 34

Tabel 3.3 Penilaian skala sikapbullyingverbal ... 36

Tabel 3.4 Kuisionerbullyingverbal sebelum diuji coba ... 37

Tabel 3.5 Hasil validitasbullyingverbal ... 38

Tabel 3.6 Hasil validitas kecerdasan emosional ... 39

Tabel 3.7 Kriteria Reliabilitas ... 41

Tabel 3.8 Hasil reliabilitasbullyingverbal ... 41

Tabel 3.9 Hasil reliabilitas kecerdasan emosional ... 42

Tabel 3.10 Skala sikap kecerdasan emosional setelah uji coba ... 43

Tabel 3.11 Skala sikap bullying verbal setelah uji coba ... 44

Tabel 3.12 Interpretasi koefisien korelasi product moment ... 46

Tabel 4.1 Karakteristik subjek ... 48

Tabel 4.2 Hasil perhitungan data statistik deskriptif ... 49

Tabel 4.3 Hasil uji normalitas ... 51

Tabel 4.5 Hasil uji linieritas ... 52

(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR

(17)

xvii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat penelitian ... 67

Lampiran 2 Skala sikap uji coba ... 71

Lampiran 3 Validitas dan reliabilitas uji coba ... 81

Lampiran 4 skala sikap penelitian... 99

Lampiran 5 Analisis deskriptif... 110

Lampiran 6 Uji Normalitas ... 112

Lampiran 7 Uji Linieritas ... 114

Lampiran 8 Daftar pertannyaan wawancara ... 116

Lampiran 9 Hasil wawancara ... 119

(18)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I ini, terdapat empat kajian yang akan diuraikan oleh peneliti. Keempat kajian tersebut adalah latar belakang, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

A. Latar Belakang

Bulan Mei tahun 2014 perhatian masyarakat tertuju pada dunia pendidikan. Perhatian masyarakat tersebut tertuju pada munculnya kasus tindak kekerasan yang berakibat pada kematian dari salah satu siswa SD kelas V setelah dikeroyok oleh kakak kelasnya. RE tidak sengaja menyenggol makanan milik kakak kelasnya yang kemudian jatuh membuat dia dikeroyok (Belarminus, 2014 diunduh dari www.kompas.com).

Kasus kekerasan yang terjadi merupakan beberapa jenis kasus kekerasan yang ada di sekolah. Kasus kekerasan siswa kelas V yaitu RE terlihat bahwa kekerasan yang terjadi merupakan kekerasan fisik. Kekerasan fisik yang mereka terima berakibat pada kematian.

(19)

Aksi bullying yang terjadi mulai mendapatkan perhatian dari masyarakat. Perhatian dari masyarakat dapat kita lihat dari tuntutan mereka agar pelaku tindak kekerasan dihukum dengan hukuman yang berat. Kekerasan yang terjadi di sekolah masih banyak lagi. Selain itu, KPAI juga memberikan kebijakan nasional untuk menerapkan Sekolah Ramah Anak untuk menghindari tindakanbullyingdi sekolah.

Bullyingyang kerap terjadi di sekolah bukan kekerasan fisik saja, akan tetapi terdapat juga kekerasan yang lain seperti kekerasan verbal ataubullying verbal.Bullyingverbal kerap diterima oleh anak dari teman atau bahkan guru. Bullying verbal yang kerap diterima oleh anak seperti ejekan dan mendapat nama panggilan yang cenderung bersifat negatif.

Bullying verbal diartikan sebagai tindakan bullying yang dilakukan secara verbal. Penelitian ini mengambilbullyingverbal karena peneliti pernah menjumpai seorang siswa mendapatkan perlakuan bullying verbal oleh teman-temannya di sekolah. Peneliti melihat seorang siswa yang kerap mendapatkan tuduhan dari teman-temannya. Reaksi yang timbul dari siswa tersebut adalah mukannya memerah dan mata berkaca-kaca.

(20)

Bullying verbal sendiri bisa juga berakibat pada kematian dari korban bullying verbal. Tindakan bullying verbal yang berakibat pada hilangnya nyawa seseorang yaitu seperti kasus dari salah satu siswa di Malaysia yang bunuh diri akibat mendapatkan bullying verbal yaitu kerap dipanggil bodoh. Siswa tersebut bunuh diri dengan cara meminum obat pembunuh hama atau insektisida (Adiputri, 2014 diunduh dari detikNews.com).

Tindakan bullying tidak selamanya dapat berakibat pada kematian. Guru di SD tempat peneliti melakukan penelitian mengungkapkan bahwa siswa siswinya kerap malakukan tindakanbullyigverbal.Bullyingverbal bagi siswa di SD tersebut sering berakibat pada pertengkaran mulut, yang kemudian akan dilerai oleh teman atau guru.

Bullying verbal seperti yang terjadi di sekolah tempat penelitian, guru merasa sebagai hal yang sulit ditangani. Guru mengalami kesulitan dalam meminimalisir bullying verbal, dikarenakan sifat dari siswa yang masih memiliki sifat egois. Keegoisan diri tersebut merupakan sifat dari anak usia SD yang belum mampu mengendalikan emosi dengan baik. Sebagai ilustrasi, siswa yang ingin menjadi ketua kelas. Keinginan untuk menjadi ketua kelas terhalang akibat temannya ada yang lebih baik. Keinginan yang besar untuk menjadi ketua kelas siswa tersebut mencoba menuduh temannya hal yang buruk agar teman-temannya tidak memilih lawannya.

(21)

yang dirasakan apabila tidak dapat ditangani maka akan mengakibatkan depresi pada korban. Ketika seseorang tidak dapat mengendalikan emosi yang berlebihan serta beban stres yang berlebihan mengindikasikan orang tersebut memiliki kecerdasan emosional yang rendah. Kecerdasan emosional mereka dapat diindikasikan rendah dikarenakan Goleman (2009: 45) mengungkapkan dalam teorinya bahwa seseorang yang memiliki kecerdasan emosional adalah orang yang mampu menghadapi rasa frustrasi, dorongan hati, dan mengatur suasana hati agar beban stres yang dirasakan tidak mengurangi akal sehat yang dimiliki.

Berdasarkan uraian tersebut di atas, penelitian ini membuktikan secara empiris teori mengenai bullying verbal dan teori kecerdasan emosional yang sudah ada mengenai hubungan bullying verbal terhadap kecerdasan emosional siswa SD.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang tersebut, rumusan masalah pada penelitian ini adalah apakah ada hubungan antara bullying verbal dengan kecerdasan emosional siswa?

C. Tujuan Penelitian

(22)

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:

1. Manfaat teoritis yaitu penelitian ini dapat dijadikan sebuah refrensi ilmiah dalam perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya dalam dunia pendidikan. Penelitian ini juga dapat digunakan sebagai bahan literatur untuk penelitian yang relevan di masa yang akan datang.

2. Manfaat praktis yaitu sebagai bahan refleksi dan evaluasi bagi instansi pendidikan khususnya Sekolah Dasar dalam menyelenggarakan pendidikan agar lebih memperhatikan peserta didik untuk menghindari tindakanbullying.

E. Definisi Operasional Varibel 1. Kecerdasan Emosional.

Kecerdasan emosional merupakan kemampuan seseorang untuk mengendalikan emosi yang ada pada diri sehingga dapat melakukan tindakan secara rasional.

2. Bullyingverbal

(23)

6

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II peneliti akan menguraikan empat pokok bahasan. Keempat pokok bahasan tersebut adalah kajian pustaka (kecerdasan emosional dan bullying verbal), penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis penelitian.

A. Kajian Teori

1. Kecerdasan Emosional a. Pengertian Emosi

Pengertian emosi menurut Goleman (2009: 411) adalah suatu perasaan yang disertai oleh pemikiran-pemikiran yang khas, pada situasi biologis dan psikologis. Persaan dan pemikirn-pemikiran yang dimiliki cenderung disertai oleh sebuah tindakan. Pengertian emosi juga diungkapkan oleh Crow dan Crow (dalam Djaali, 2007: 37) yaitu “pengalaman afektif yang disertai oleh penyesuaian batin secara menyeluruh, dengan keadaan mental dan fisiologi yang meluap-luap, sehingga terlihat pada tingkah laku yang jelas dan nyata”.

(24)

b. Pengertian Kecerdasan Emosional

Salovey dan Mayer (dalam Book & Stein, 2004: 30) mengungkapkan bahwa kecedasan emosional merupakan kemampuan untuk memahami, menggunakan dan memanfaatkan emosi emosi yang dirasakan, untuk membantu individu dalam berpikir, serta mengenali emosi dan pengetahuan emosi secara reflektif sehingga dapat mengembangkan emosi dan pengetahuannya. Kecerdasan emosional lebih menekankan pada apa yang dirasakan dan dipikirkan oleh setiap individu. Ketika seseorang mengalami suatu peristiwa maka seseorang akan memikirkan dan merasakan sesuatu yang akan mengakibatkan suatu tindakan.

(25)

Davies (dalam Satiadarma & Waruwu, 2003: 27) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional adalah kemampuan yang dimiliki oleh seseorang untuk mengendalikan emosi dirinya sendiri dan orang lain, membedakan emosi yang satu dengan emosi yang lain, dan menggunakan suatu informasi sebagai arahan dalam berpikir dan perilaku seseorang. Davis berpendapat bahwa kemampuan mengelola emosi merupakan kemampuan yang unik. Kemampuan unik tersebut dapat dilihat ketika setiap individu memiliki kemampuan mengelola emosi yang berbeda-benda.

Russel (2001: 74-75) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional memanfaatkan kemampuan dalam proses secara interpersonal, untuk meneliti perasaan dan menentukan tindakan yang masuk akal. Russel juga mengungkapkan bahwa orang-orang yang memiliki kecerdasan kinestetik yang kuat akan mengalami emosi secara fisik. Orang-orang yang memliki kecerdasan emosional, memiliki memori yang lebih kuat dari pada orang-orang yang memiliki kecerdasan kinestetik.

(26)

2) Unsur-unsur Kecerdasan Emosi

Goleman (2009: 58-59) mengungkapkan bahwa kecerdasan emosional mencakup:

1. Mengenali emosi diri yaitu suatu kemampuan untuk melakukan identivikasi terhadap perasaan yang terjadi.

2. Mengelola emosi yaitu kemapuan untuk mengenadalikan perasaan supaya perasaan yang dirasakan dapat dikeluarkan atau diungkapkan dengan benar.

3. Memotivasi diri sendiri yaitu kemampuan untuk mengendalikan emosi dan menjadikannya alat dalam mencapai tujuan.

4. Mengenali emosi orang lain adalah kempuan yang dimiliki untuk menerima kode-kode sosial yang dibutuhkan dan diinginkan oleh orang lain.

5. Membina hubungan adalah kemampuan untuk trampil dalam menjalin suatu hubungan dalam kehidupan sosial.

Unsur-unsur kecerdasan emosi juga diungkapkan oleh Mustaqim (2001: 154-157), emosi memiliki lima unsur yaitu:

1) Kesadaran diri (self-awareness)

(27)

kemampuan mengenali emosi yang ada dalam diri dan akibat yang akan ditimbukan, (b) penilaian diri secara teliti (accurate self assessment) yaitu mengetahui kelebihan serta kekurangan yang ada pada diri sendiri, (c) percaya diri (self confidence) percaya terhadap kemampuan yang dimiliki

2) Pengaturan diri (self-regulation)

Kemampuan untuk mengendalikan emosi diri sehingga dapat berakibat positif, peka terhadap hati nurani dan kemampuan untuk menunda segala sesuatu yang bersifat kesenangan sesaat sebelum tujuan diraih, sehingga mampu bangkit dari tekanan emosi. Pengaturan diri meliputi kemampuan (a) mengendalikan diri sendiri (self-control) pengendalian emosi dan keinginan yang bersifat negatif, (b) sifat dapat dipercaya (trustworhtiness) menghargai dan mengelola nilai kejujuran dan integritas, (c) kehati-hatian (coutiousness) yaitu bertanggung jawab terhadap tugas-tugas yang diterima, (d) adaptabilitas (adaptability) yaitu kemampuan seseorang untuk menghadapi segala situasi dan perubahan yang ada disekitarnya, (e) inovasi (inovation) yaitu bersifat terbuka dalam menanggapi ide-ide dan informasi baru. 3) Motivasi (motivation)

(28)

Motivasi meliputi (a) dorongan prestasi (achievement drive) yaitu keinginan yang ada untuk memperbaiki diri menjadi lebih baik atau keinginan untuk mencapai kesuksesan, (b) komitmen (commitment) yaitu kemampuan untuk beradaptasi dengan sekelompok masyarakat (c) inisiatif (initiative) yaitu kemampuan untuk menggunakan kesempatan yang diperoleh, (d) optimisme (optimism) keuletan dalam mencapai sasaran meskipun mengalami banyak rintangan atau kegagalan.

4) Empati (empathy)

(29)

yaitu kemampuan untuk membuat sebuah peluang dengan cara bersosialisasi dengan orang lain, (e) kesadaran politis (political awareness) yaitu kemampuan untuk mengenali emosi dalam kelompok dan mengenali emosi yang berhubungan dengan kekuasaan.

5) Keterampilan sosial (social skills)

(30)

kemampuan membangun kerjasama dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama

Dari kedua teori yang diuraikan oleh Goleman dan Mustaqim maka peneliti menggunakan unsur emosi sesuai dengan yang diungkapkan oleh Mustaqim. Mustaqim mengungkapkan lima unsur dengan aspek yang detail.

2. BullyingVerbal

a. PengertianBullying

Bullying merupakan tindakan yang tidak menyenangkan yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain atau kelompok sebagai wujud dari penyalahgunaan kekuasaan (Sejiwa, 2008: 2). Setiap pribadi memiliki kedudukan atau kekuasaannya masing-masing. Kekuasaan tersebutlah yang disalahgunakan oleh orang untuk melakukan penindasan kepada orang yang dianggap lemah atau tidak memiliki kedudukan. Contohnya, seorng siswa yang duduk di kelas V memiliki kedudukan yang lebih tinggi dari pada siswa kelas IV. Siswa tersebut menggunakan kedudukannya untuk menindas adik kelasnya.

(31)

Ketidakseimbangan antara pelaku bullyingdengan korban bullyingdapat bersifat nyata maupun bersifat perasaan.

Bersifat nyata artinya ketidakseimbangan kekuatan atara pelaku dan korbanbullyingdapat dilihat secara fisik atau dengan mata. Contoh yang bersifat nyata adalah perbedaan ukuran badan atau kekuatan fisik. Bersifat perasaan artinya ketidak seimbangan antara pelaku dan korban tidak dapat dilihat namun dirasakan. Contoh yang bersifat perasaan adalah pelaku yang merasa bahwa dirinya superior atau pandai berbicara.

Olweus (2007: 1) mengatakan “bullying is when someone

repeatedly and on purpose says or does mean or hurtful things to

another person who has a hard time defending himself or herself”.

(32)

b. Bentuk-BentukBullying

Riauskinah, Djuwita dan Soesetio (dalam Wiyani, 2012: 27) mengategorikanbullyingkedalam lima bentuk yaitu:

1. Kontak fisik secara langsung, seperti memukul, mendorong, menggigit, menjambak,menendang, mencubit, mencakar, memeras, merusak barang dan mengunci orang dalam ruangan. 2. Kontak verbal langsung, seperti mengancam, mempermalukan,

merendahkan, mengganggu, memberi panggilan, mencela/ mengejek, mengintimidasi, memaki dan menyebarkan gosip. 3. Perilaku non verbal langsung, yaitu melihat dengan sinis,

menjulurkan lidah, dan menunjukan ekspresi muka yang merendahkan.

4. Perilaku non verbal tidak langsung, yaitu mengucilkan, mengirim surat kaleng, dan mendiamkan seseorang.

5. Pelecehan seksual, yaitu perilaku yang agresif yang terkadang masuk dalam kategori fisik maupun verbal.

Sejiwa (2008: 2-6) menyebutkan bahwa bentuk dari bullying ada tiga yaitu:

(33)

2) Bullyingverbal yaitu, kekerasan yang dapat didengar oleh telinga. Contoh dari bullying verbal seperti memaki, menghina, menjuluki, meneriaki, mempermalukan di depan umum, menuduh, menyoraki, menfitnah, menolak, dan menyebarkan gosip.

3) Bullying mental atau psikologis yaitu salah satu jenis bullying yang cukup berbahaya, karena tidak dapat ditangkap oleh mata ataupun telinga apabila kurang peka dalam mendeteksinya. Contoh dari bullying mental atau psikologi ini adalah memandangan dengan sinis, memandang penuh ancaman, mempermalukan di depan umum, mendiamkan, mengucilkan, meneror, memelototi dan mencibir.

Bentuk dari bullying yang diungkapkan keduannya hampir sama. Akan tetapi dalam Wiyani dituliskan bahwa bentuk dari bullying lebih rinci dibandingkan dengan Sejiwa. Wiyani membagi bentuk bullying dalam lima kelompok, sedangkan Sejiwa tiga kelompok.

c. Pengartianbullyingverbal

(34)

Seseorang yang mengalami bullying verbal adalah orang yang mendapatkan suatu kata yang negatif dan ia merasa tersinggung. Orang yang mendapat kata negatif namun tidak merasa tersinggung maka orang tersebut tidak mendapatkan bullying verbal. Contohnya, AN memiliki badan yang gemuk. Dia sering dipanggil gendut oleh kedua orang tuannya. AN tidak marah karena kata gendut yang diterimannya adalah ungkapan sayang dari kedua orang tuannya untuk dirinya. Maka AN tidak mendapatkan bullying verbal dari kedua orang tuannya. AN dikatakan mengalami tindakan bullying verbal apabila kata gendut disengaja digunakan untuk meledek atau menjatuhkan mental AN.

d. Bentuk perilakubullyingverbal

Bentuk-bentuk bullying verbal berdasarkan Sejiwa (2008: 3) adalah

1. Memaki, seperti “Kamu bodoh” 2. Menghina, “Cupu lo”

3. Menjuluki, “Dasar gembrot” 4. Meneriaki, seperti “cungkring kau”

5. Mempermalukan di depan umum, seperti “Kemarin dapat nilai 0 ya? kasian deh lu!”

6. Menuduh, seperti memberikan kalimat yang bersifat menuduh atau memfitnah

(35)

8. Menebar gosip, seperti “Eh, dia kan juara 1 karna nyontek.” 9. Memfitnah, seperti “Kamu kan yang ngambil pensilku!” 10.Menolak, seperti “Hey, aku tidak butuh bantuanmu!”

e. AkibatBullying

Wiyani (2012: 17-18) mengungkapkan bahwa akibat dari bullying bagi siswa yang mendapatkannya adalah mereka dapat memiliki watak yang keras, mengalami kesulitan dalam bergaul, merasa takut, kesulitan dalam konsentrasi belajar, dan mengalami gangguan kesehatan baik mental maupun fisik. Riset pustaka Yayasan Sejiwa (2008: 9) mengungkapkan akibat dari bullying adalah bunuh diri, depresi, kurang percaya diri, dan terlibat dalam tindakan kriminal. Dari kedua pendapat tersebut, tindakan bullying verbal dapat berakibat negatif. Akibat negatif dapat diterima siswa baik secara fisik maupun mental.

Pada buku Sejiwa (2008: 11), menyebutkan beberapa tanda-tanda yang dapat terjadi akibat anak telah mendapatkan bullying verbal, yaitu :

1) Mengurung diri

(36)

2) Menangis

Menangis merupakan ungkapan emosi yang ada didalam diri seseorang.

3) Meminta pindah sekolah

Minta pindah sekolah merupakan tindakan dimana seorang siswa sudah tidak tahan menjadi bahan bullying sehingga mencari tempat lain yang kiranya lebih aman ditempat yang baru.

4) Konsentrasi belajar berkurang

Konsentrasi belajar dapat berkurang karena bullying menggangu pemikiran seseorang.

5) Prestasi belajar menurun

Prestasi belajar dapat menurun karena siswa tidak fokus terhadap pembelajaran di sekolah.

6) Tidak mau bersosialisai

Merasa tidak punya teman atau teman adalah sumber bullying maka menarik diri dari masyarakat.

7) Menjadi penakut

Bullying yang selalu diberikan kepada diri seseorang membuat orang tersebut selalu was-was terhadap dunia lingkungan disekitarnya. 8) Pemarah

(37)

9) Gelisah

Rasa gelisah dapat diakibatkan karena merasa lingkungannya tidak aman sehingga hatinya merasa tidak tenang.

10) Berbohong

Kebohongan yang dilakukan untuk menutupi rasa takut atau kegelisahan yang dialami orang yang mendapatbullying.

11) Tidak bersemangat

Tidak bersemangat untuk melakukan suatu kegiatan dapat dikarenakan takut dengan lingkungan yang akan selalu mengolok-olok pribadi seseorang yang dianggap tidak wajar.

12) Pendiam

Pendiam merupakan akibat dari terlalu takut untuk bertindak karena takut menjadi bahan ejekan sehingga lebih memilih berdiam diri. 13) Sensitif

Sensitif dengan keadaan yang ada di sekitarnya karena merasa bahwa dirinya selalu menjadi objek dari lingkungannya yang negatif.

14) Rendah diri

Rendah diri merupakan akibat dari diri sendiri yang merasa bahwa kemampuan yang dimiliki kurang.

15) Mimpi buruk

(38)

B. Hasil Penelitin yang Relevan

1. Putri & Santoso (jurnalNursing Studies,2012) pada judul “Persepsi Orang Tua Tentang Kekerasan Verbal Pada Anak”. Peneliti mengungkapkan

bahwa kekerasan secara verbal memiliki dampak yang hampir sama dengan kekerasan secara fisik. Penelitian yang mereka lakukan termasuk dalam penelitian kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Populasi untuk penelitian mereka menggunakan orang tua yang memiliki anak usia 3 sampai 6 tahun yang berada di Kelurahan Kebondalem Kendal. Penentuan sampel dilakukan secara purposif. Teknik pengumpulan data menggunakan wawancara mendalam.

Hasil dari penelitian yang mereka dapatkan adalah dua dari empat partisipan mengatakan bahwa kekerasan verbal adalah kata-kata yang selayaknya tidak diucapkan. Orang tua berpendapat bahwa dampak dari kekerasan verbal tidak terlalu berat dibanding kekerasan fisik, sehingga mereka tetap melakukan kekerasan verbal. Penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Santoso relevan dengan penelitian ini dalam hal bullying verbal memiliki pengaruh negatif kepada seseorang yang mengalaminya.

2. Ariani (skripsi Universitas Sanata Dharma, 2008) dengan judul “Studi Kasus: Persepsi Korban Bullying Terhadap Fenomena Bullying yang Terjadi Di Sekolah”. Peneliti mencaritau persepsi dari korban bullying

(39)

subjek sebagai korban bullying terhadap fenomena bullying yang pernah dialami oleh subjek. Subjek yang diteliti ada tiga orang.

Hasilnya subjek 1 mempresepsikan bullying adalah hal yang menyakitkan dan membuatnya kesepian di sekolah. Subjek 2 mempersepsikanbullyingsebagai suatu yang menyakitkan, membuat tidak nyaman, membuat kesepian dan mengganggu konsentrasi belajar. Subjek 3 mempersepsikanbullying sebagai suatu hal yang menyakitkan secara fisik dan psikologis sehingga membuat subjek tidak betah untuk belajar di sekolah. Penelitian yang dilakukan oleh Ariani relevan dengan penelitian ini dalam hal mengetahui persepsi dari korbanbullying.

3. Yulianti (skripsi Universitas Sanata Dharma, 2006) dengan judul “Kecerdasan Emosional pada anak PPA IO-777 (Pusat Pengembangan

Anak)”. Penelitian ini penulis memberikan gambaran mengenai

kecerdasan emosional yang dimiliki oleh anak PPA IO-777 yang berusia 9-12 tahun yang ada di Yogyakarta. Subjek penelitian berjumlah 50 anak dengan usia 9-12 tahun.

(40)

4. Priatini, Melly, dan Guhardja (jurnal, 2008) dengan judul “Pengaruh Tipe Pengasuhan, Lingkungan Sekolah, dan Peran Teman Sebaya Terhadap Kecerdasan Emosional Remaja”. Peneliti ingin mengetahui pengaruh dari

pola pengasuhan, lingkungan sekolah dan teman sebaya terhadap kecerdasan emosional remaja. Penelitian menggunakan desain cross-sectional dengan populasi remaja yang masih SMA di kota Bogor serta pengambilan sampel dengan cara purposif.

Hasil dari penelitian adalah faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosional remaja adalah tipe pengasuhan pelatih emosi, lingkungan sekolah yang menerapkan disiplin, adanya pembelajaran emosional disekolah, dan fungsi dari komparasi sosial teman sebaya. Penelitian yang dilakukan oleh Priatini, Melly dan Guhardja relevan terhadap penelitian ini dalam hal mengetahui faktor yang dapat berpengaruh terhadap kecerdasan emosional seseorang.

(41)

Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan

Kecerdasan Emosional Bullyingverbal

Putri & Santoso (2012)

Persepsi orang tua terhadap kekerasan verbal pada Anak. Hasil penelitian menunjukan bahwa kekerasan verbal merupakan kata-kata yang menyakitkan dan orang tua menganggap akibat dari bullying verbal tidak terlalu berat sehingga orang tua tetap melakukannya

Yulianti (2006)

Kecerdasan Emosional pada anak PPA IO-777 (Pusat Pengembangan Anak). Hasil penelitian menunjukan subjek penelitian sudah mengenali berbagai perasaan yag dialami, kesadaran diri subjek tinggi dan mereka juga sudah memiliki aspek yang lain seperti motivasi, ketrampilan sosial, empati serta pengaturan diri.

Ariani F.R. 2008. Studi Kasus: Persepsi Korban Bullying Terhadap Fenomena Bullying yang Terjadi Di Sekolah. Hasil dari penelitian adalah bullying merupakan hal yang menyakitkan, membuat kesepian di sekolah, membuat tidak nyaman, mengganggu konsentrasi belajar, menyakitkan secara fisik dan psikologis.

Priatini, Latifah & Guhardja (2008)

Pengaruh Tipe Pengasuhan, Lingkungan Sekolah, dan Pernan Teman Sebaya Terhadap Kecerdasan Emosional Remaja. Hasi dari penelitaian adalah faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional adalah tipe pengasuhan, lingkungan sekolah dan fungsi komparasi sosial teman sebaya

(42)

Keempat penelitian di atas menjadi bahan acuan bagi peneliti untuk melakukan penelitian dengan judul hubungan antara bullyingverbal dengan kecerdasan emosional siswa SD. Penelitian ini berbeda dengan penelitian terdahulu. Penelitian ini mencari hubungan bullying yang dialami siswa SD dengan kecerdasan emosional.

C. Kerangka Berfikir

Bullyingverbal merupakan kata-kata yang tidak menyenangkan yang diberikan seorang atau kelompok kepada individu atau kelompok yang bertujuan untuk menjatuhkan. Bullying verbal dapat berakibat buruk bagi yang menerimanya seperti depresi, mengurung diri bahkan bunuh diri. Korban dari tindakan bullying merupakan orang yang dianggap lemah oleh pelaku dari bullying verbal. Ketika korban mendapatkan tindakan bullying verbal maka akan berpengaruh terhadap diri korban.

Kecerdasan emosional merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk menanggulangi dorongan hati, mengurangi beban stres yang dirasakan dan mengenali setiap emosi yang timbul. Seseorang dapat dikatak memiliki kecerdasan emosional yang baik apabila memenuhi beberapa aspek seperti memiliki kesadaran diri, memiliki pengaturan diri, memotivasi diri, memiliki empati terhadap lingkungan sekitar serta memiliki ketrampilan sosial. Kecerdasan emosional yang dimiliki oleh setiap orang berbeda.

(43)
(44)
(45)

D. Hipotesis

Hasil dari kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah peneliti uraikan, maka penelitian “Hubungan antara bullying verbal dengan kecerdasan emosional siswa SD” menghasilkan dua hipotesis. Hipotesis

dalam penelitian ini yaitu:

1. Ha dalam penelitian ini adalah terdapat hubungan antara bullying verbal dengn kecerdasan emosional siswa SD.

(46)

29

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III peneliti akan menguraikan tujuh pokok bahasan. Ketujuh pokok bahasan tersebut adalah jenis penelitian, populasi dan sempel, variabel penelitian, devinisi operasional variabel, instrumen penelitian, uji validitas dan reliabilitas instrumen, serta teknik analisis data.

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah penelitian kuantitatif. Penelitian kuantitatif oleh Sugiyono (2010: 14) diartikan sebagai penelitian yang berdasarkan pada filsafat positivisme dengan tujuan untuk menguji hipotesis yang telah ditetapkan. Desain yang digunakan dalam penelitian ini yaitu penelitian korelasi. Penelitian korelasi digunakan untuk mengetahui hubungan antara bullying verbal dan kecerdasan emosional (Sukmadinata, 2008: 56). Penelitian ini tidak berarti memiliki sebab akibat dari variabel yang satu dengan variabel yang lainnya. Penelitian ini mencari hubungan antara bullyingverbal dengan kecerdasan emosional yang diterima siswa dari teman sebaya.

B. Populasi dan Sampel

(47)

(Sukmadinata, 2008: 250) yaitu populasi yang menjadi sasaran berlakunya kesimpulan yang digunakan. Penelitian ini menggunakan populasi target dari siswa kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta.

Jumlah banyaknya populasi yang ada sebanyak 149 siswa dari empat kelas. Kelas V PL 1 sebanyak 37 siswa, dengan 23 siswa laki-laki dan 14 siswa perempuan. Kelas V PL 2 sebanyak 34 siswa, dengan 21 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan. Kelas V PL 3 sebanyak 39 siswa, dengan 24 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan. Kelas V PL 4 sebanyak 39 siswa, dengan 24 siswa laki-laki dan 15 siswa perempuan.

Tidak semua anggota dari populasi yang ada di SD Pangudi Luhur Yogyakarta akan diteliti. Penelitian ini mengambil sampel penelitian yang dapat mewakili populasi yaitu mengambil siswa SD Pangudi Luhur Yogyakarta kelas V. Penelitian mengambil siswa kelas V karena siswa kelas V memiliki karakteristik yang sesuai dengan tujuan dari penelitian. Tujuan dari peneliti adalah mencari hubungan antara bullying verbal terhadap kecerdasan emosional yang dimiliki oleh siswa SD. Siswa kelas V diharapkan sudah mampu menilai dirinya dan memiliki respon yang baik terhadap tindakan yang ada disekitarnya.

(48)

emosi yang negatif yang belum tentu dapat diterima oleh orang disekitarnya. Kesadaran yang telah dimiliki oleh siswa tersebut menjadi alasan bagi peneliti untuk memilih siswa kelas.

Sugiyono (2010: 118) menjelaskan bahwa sampel merupakan bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi. SD Pangudi Luhur Yogyakarta memiliki 4 kelas pararel untuk setiap kelasnya, maka dalam pengambilan sampel digunakan teknik stratified sampling atau penarikan sempel berstrata. Stratified sampling adalah pengambilan sampel dengan mengelompokan populasi berdasarkan pada tingkatannya (Sanjaya, 2013: 238).

(49)

C. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh peneliti adalah skala sikap dan wawancara. Skala sikap merupakan teknik pengumpulan data dengan menyebarkan sejumlah pertanyaan atau pernyataan kepada responden untuk dijawab (Sugiyono, 2010). Peneliti akan menyebarkan skala sikap kepada sampel yang telah dipilih. Skala sikap yang disebar merupakan skala sikap yang berisi item-item yang telah diuji validitas dan reliabilitasnya. Skala sikap yang diberikan kepada responden berupa sejumlah pertanyaan berdasarkan indikator kecerdasan emosional danbullyingverbal.

Teknik pengumpulan data kedua adalah wawancara. Teknik ini digunakan untuk mendalami sikap dari responden. Wawancara yang dilakukan termasuk dalam wawancara tidak terstruktur. Wawancara tidak terstruktur yaitu memberikan sejumlah pertanyaan kepada responden berdasarkan garis besar dari permasalahan (Sugiyono, 2011: 191). Wawancara didasarkan pada indikator dari kecerdasan emosional dan bullyingverbal.

D. Instrumen Penelitian

(50)

Skala sikap untuk kecerdasan emosional memuat lima aspek dan tiga aspek untuk mengukur bullying verbal. Lima aspek kecerdasan emosional mencakup mengenali emosi diri, mengelola emosi diri, memotivasi diri, mengenali emosi orang lain dan menjalin hubungan dengan orang lain. Tiga aspek bullying verbal mencakup bersifat negatif dan menyerang, dilakukan secara berulang, dan ada ketidak seimbangan kekuatan dari setiap pihak yang terlibat.

Bentuk pertanyaan tertutup yang digunakan adalah scale measurement atau bangun item penilai skala (Mahmud, 2011: 178). Scale measurement adalah pertanyaan skala penilaian yang berbentuk pola yang telah ditentukan jawabannya dan berbentuk berjenjang (Mahmud, 2011: 179). Penentuan nilai dari kuisioner bullying verbal akan dilakukan sama dengan penentuan nilai kecerdasan emosional.

Skala sikap terdiri dari pernyataan yang bersifat favorabel (pernyataan yang mendukung teori yang hendak diungkapkan) dan pernyataan unfavorabel (pernyataan yang tidak mendukung teori yang hendak dibuktikan). Item dari setiap pernyataan akan memiliki empat alternatif jawaban yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai) dan STS (sangat tidak sesuai). Penilaian untuk skala sikap kecerdasan emosional dapat dilihat pada tabel 3.1 berikut:

Tabel 3.1. Penilaian skala sikap kecerdasan emosional

Jawaban Favorabel Unfavorabel

SS (sangat sesuai) 4 1

(51)

TS (tidak sesuai) 2 3

STS (sangat tidak sesuai) 1 4

Tebel 3.1 digunakan untuk menilai pernyataan dari setiap jawaban yang dipilih oleh responden. Nilai dari setiap jawaban yang diberikan disesuaikan dengan jenis pernyataan tersebut. Pernyataan yang bersifat favorabel, maka jawaban SS mendapatkan skor 4, jawaban S mendapatkan skor 3, jawaban TS mendapatkan skor 2 dan untuk jawaban STS mendapatkan skor 1. Pernyataan yang bersifat unfavorabel mendapatkan skor kebalikan dari pernyataan yang bersifat favorabel. Pernyataan yang bersifat unfavorabel, maka jawaban SS mendapatkan skor 1, jawaban S mendapatkan sor 2, jawaban TS mendapatkan skor 3 dan jawaban STS mendapatkan skor 4.

Pertanyaan-pertanyaan akan disusun kemudian diseleksi dan dipilih yang sesuai dengan tujuan dari penelitian. Kemudian dilakukan analisis item dengan melakukan uji validitas, sehingga item yang tidak valid akan dihilangkan dan tidak digunakan sedangkan data yang valid akan menjadi data dalam penelitian.

Tabel 3.2. Skala sikap kecerdasan emosional sebelum diuji coba

Aspek Nomor Item Jumlah

Favorabel Unfavorabel Mengenali emosi

diri

12, 25, 38, 45, 48 1, 4, 15, 31, 43 10

Mengelola emosi diri

(52)

Memotivasi diri 8, 17, 18, 32, 36 6, 14, 29, 35, 42 10 Mengenali emosi

orang lain

5, 13, 19, 23, 34 3, 9, 10, 28, 40 10

Menjalin

hubungan dengan orang lain

16, 21, 46, 47, 49 7, 11, 20, 33, 41 10

Total 50

Tabel 3.2 merupakan jumlah pernyataan dari setiap aspek dalam skala sikap kecerdasan emosional sebelum dilakukan uji coba. Setiap aspek dari kecerdasan emosional memiliki sepuluh pernyataan dengan lima pernyataan yang bersifat favorabel dan lima pernyataan unfavorabel. Total pernyataan dari seluruh aspek kecerdasan emosional adalah lima puluh pernyataan.

Tinggi rendahnya kecerdasan emosional anak dapat dilihat dari skor total hasil dari skala sikap yang diberikan. Semakin tinggi skor yang diperoleh anak maka semakin tinggi kecerdasan emosional yang dimiliki anak. Semakin rendah skor total yang dimiliki anak maka kecerdasan yang dimiliki semakin rendah.

(53)

jawaban yaitu SS (sangat sesuai), S (sesuai), TS (tidak sesuai) dan STS (sangat tidak sesuai). Penilaian untuk skala sikap bullyingverbal dapat dilihat pada tabel 3.3 berikut:

Tabel 3.3. Penilaian skala sikapbullyingverbal

Jawaban Favorabel Unfavorabel

SS (sangat sesuai) 4 1

S (sesuai) 3 2

TS (tidak sesuai) 2 3

STS (sangat tidak sesuai) 1 4

Tebel 3.3 digunakan untuk menilai pernyataan dari setiap jawaban yang dipilih oleh responden. Nilai dari setiap jawaban yang diberikan disesuaikan dengan jenis pernyataan tersebut. Pernyataan yang bersifat favorabel, maka jawaban SS mendapatkan skor 4, jawaban S mendapatkan skor 3, jawaban TS mendapatkan skor 2 dan untuk jawaban STS mendapatkan skor 1. Pernyataan yang bersifat unfavorabel mendapatkan skor kebalikan dari pernyataan yang bersifat favorabel. Pernyataan yang bersifat unfavorabel, maka jawaban SS mendapatkan skor 1, jawaban S mendapatkan sor 2, jawaban TS mendapatkan skor 3 dan jawaban STS mendapatkan skor 4.

(54)

Tabel 3.4. Skala sikapbullying verbalsebelum diuji coba.

Aspek Nomor Item Jumlah

Favorabel Unfavorabel Bersifat menyerang dan

negatif

1, 7, 15 5, 10, 17 6

Dilakukan secara berulang

6, 9, 13 2, 12, 16 6

Ketidak seimbangan kekuatan

3, 11, 18 4, 8, 14 6

Total 18

Tabel 3.4 merupakan jumlah pernyataan dari setiap aspek dalam skala sikap bullying verbal sebelum dilakukan uji coba. Setiap aspek dari bullying verbal memiliki enam pernyataan dengan tiga pernyataan yang bersifat favorabel dan tiga pernyataan unfavorabel. Total pernyataan dari seluruh aspek kecerdasan emosional adalah delapan belas pernyataan.

(55)

Wawancara digunakan untuk mendapatkan keterangan lebih lanjut dari subjek mengenai seberapa jauh mereka mengalami bullying verbal dan memiliki kecerdasan emosional dalam kehidupan sehari-hari.

E. Uji Validitas, Reliabilitas Instrumen dan Seleksi Item 1. Validitas.

Sugiyono (2010: 173) mengungkapkan valid berarti instrumen yang dibuat tersebut dapat digunakan sebagai alat ukur apa yang seharusnya diukur. Koefisien dari validitas memiliki makna ketika bernilai positif dan mendekati angka 1,00 (Anzwar, 2012: 174). Penelitian ini menggunakan validitas isi. Validitas isi merupakan validitas yang diestimasi lewat pengujian terhadap isi tes dengan analis rasio (Anzwar, 2012: 175). Peneliti meminta penilaian dari dosen untuk menilai item-item sudah representatif dan aspek relevansiya sehingga layak digunakan dalam penelitian.

(56)

Tabel 3.5. Hasil validitasbullyingverbal No Soal r Hitung r Tabel Keputusan

1 0,171 0,355 Tidak valid

2 0,267 0,355 Tidak valid

3 0,695 0,355 Valid

4 0, 111 0,355 Tidak valid

5 0,256 0,355 Tidak valid

6 0,589 0,355 Valid

7 0,476 0,355 Valid

8 0,034 0,355 Tidak valid

9 0,583 0,355 Valid

10 0,614 0,355 Valid

11 0,642 0,355 Valid

12 0,443 0,355 Valid

13 0,619 0,355 Valid

14 0,472 0,355 Valid

15 0,143 0,355 Tidak valid

16 0,118 0,355 Tidak valid

17 0,451 0,355 Valid

18 0,667 0,355 Valid

(57)

Tabel 3.6. Hasil validitas kecerdasan emosional No Soal r Hitung r Tabel Keputusan

1 0,341 0,374 Tidak valid

2 0,358 0,374 Tidak valid

3 0,511 0,374 Valid

4 0,012 0,374 Tidak valid

5 0,362 0,374 Tidak valid

6 0,392 0,374 Valid

7 0,327 0,374 Tidak valid

8 0,395 0,374 Valid

9 0,433 0,374 Valid

10 0,522 0,374 Valid

11 0,474 0,374 Valid

12 0,158 0,374 Tidak valid

13 0,652 0,374 Valid

14 0,433 0,374 Valid

15 0,450 0,374 Valid

16 0,427 0,374 Valid

17 0,357 0,374 Tidak valid

18 0,402 0,374 Valid

19 0,134 0,374 Tidak valid

20 0,350 0,374 Tidak valid

21 0,035 0,374 Tidak valid

22 0,209 0,374 Tidak valid

23 0,388 0,374 Valid

24 0,391 0,374 Valid

25 0,162 0,374 Tidak valid

26 0,237 0,374 Tidak valid

27 0,487 0,374 Valid

(58)

29 0,299 0,374 Tidak valid

30 0,281 0,374 Tidak valid

31 0,490 0,374 Valid

32 0,483 0,374 Valid

33 0,328 0,374 Tidak valid

34 0,091 0,374 Tidak valid

35 0,534 0,374 Valid

36 0,316 0,374 Tidak valid

37 0,223 0,374 Tidak valid

38 0,026 0,374 Tidak valid

39 0,244 0,374 Tidak valid

40 0,366 0,374 Tidak valid

41 0,483 0,374 Valid

42 0,504 0,374 Valid

43 0,390 0,374 Valid

44 0,271 0,374 Tidak valid

45 0,272 0,374 Tidak valid

46 0,280 0,374 Tidak valid

47 0,437 0,374 Valid

48 0,006 0,374 Tidak valid

49 0,472 0,374 Valid

50 0,635 0,374 Valid

2. Reliabilitas

(59)

2012). Peneliti yang sudah memiliki item yang sudah diuji validitas akan diujikan reliabilitasnya untuk mengetahui tingkat kepercayaan dari item yang valid tersebut secara statistik.

Reliabilitas item dapat diketahui dengan menggunakan teknik cronbach alphayang dibantu menggunakan IBM SPSS versi 20. Kriteria reliabilitas menurut Masidjo (2012, 209) seperti pada tabel 3.7 sebagai berikut:

Tabel 3.7 Kriteria reliabilitas Interval Koefisien

Reliabilitas

Kualifikasi

0,91-1,00 Sangat tinggi

0,71-0,90 Tinggi

0,41-0,70 Cukup

0,21-0,40 Rendah

Negatif-0,20 Sangat rendah

Hasil dari perhitingan reliabilitasbullyingverbal dan kecerdasan emosional menggunakan SPSS versi 20 dapat dilihat pada tabel 3.8 dan 3.9 berikut:

Tabel 3.8 Hasil reliabilitasbullyingverbal

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items

N of Items

(60)

Tabel 3.9 Hasil reliabilitas kecerdasan emosional

Reliability Statistics

Cronbach's

Alpha

Cronbach's

Alpha Based on

Standardized

Items

N of Items

,635 ,870 23

Berdasarkan data yang dibuat diperoleh reliabilitas dari dua 23 item kecerdasan emosional memiliki reliabilitas sebesar 0,635 termasuk dalam kategori cukup. Reliabilitas bullying verbal memiliki dari 11 item sebesar 0,751 termasuk dalam kategori tinggi.

3. Seleksi Item

Langkah yang dilakukan untuk menyeleksi item dilakukan dengan validitas item dan reliabilitas item seperti pada pokok bahasan sebelumnya. Hasil dari validitas item dapat dilihat pada lampiran 3.1. hasil dari uji reliabilitas item dapat dilihat pada lampiran 3.2.

a. Skala Sikap Kecerdasan Emosional

(61)

17, 19, 20, 21, 22, 25, 26, 28, 29, 30, 33, 34, 36, 37, 38, 39, 40, 44, 45, 46, dan 48.

Tabel 3.10 Skala sikap kecerdasan emosional setelah diuji coba

Aspek Nomor Item Jumlah

Favourabel Unfavourabel Mengenali

emosi diri

15, 31, 43 3

Mengelola emosi diri

27 24, 50 3

Memotivasi diri 8, 18, 32 6, 14, 35, 42 7 Mengenali

emosi orang lain

13, 23 3, 9, 10 5

Menjalin hubungan

dengan orang lain

16, 47, 49 11, 41 5

Total 23

Setelah seleksi item selesai dilakukan, peneliti menyusun kembali skala sikap akhir dengan mencantumkan seluruh item yang tidak gugur.

b. Skala SikapBullyingVerbal

(62)

item yang lain dinyatakan gugur. Adapun item yang gugur adalah 1, 2, 4, 5, 8, 15, dan 16.

Tabel 3.11 Skala sikapbullyingverbal setelah diuji coba

Aspek Nomor Item Jumlah

Favorabel Unfavorabel Bersifat menyerang

dan negatif

7 10, 17 3

Dilakukan secara berulang

6, 9, 13 12 4

Ketidak seimbangan kekuatan

3, 11, 18 14 4

Total 11

Setelah seleksi item selesai dilakukan, peneliti menyusun kembali skala sikap akhir dengan mencantumkan seluruh item yang tidak gugur.

F. Teknik Analisis Data 1. Uji Asumsi Analisis Data

Uji asumsi dilakukan untuk memperoleh kesimpulan yang tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Uji asumsi terdiri dari:

a. Uji Normalitas

(63)

taraf signifikansi lebih besar dari 0,05 (p>0,05). Uji normalitas menggunakan rumus sebagai berikut (Nurgiyantoro, 2009:88):

Y=

( )

Keterangan:

Y : Ordinat untuk nilai X yang memiliki batas -∞< X <∞

: nilai konstan (3,1416) ̅ : rata-rata hitung

: simpangan baku b. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui apakah dua variabel yang diujikan memiliki hubungan yang linier atau tidak (Kasmadi, 2013: 120). Data dapat dikatakan memiliki hubungan yang linier apabila memiliki nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05 (p<0,05). Rumus dalam mencari linieritas sebagai berikut (Sudjana, 2005: 331):

JK(E) =

∑ {

Ʃ

(Ʃ )

}

2. Uji Hipotesis

(64)

korelasi antara -1 hingga 1 termasuk 0. Semakin koefisien mendekati angka 1 maka korelasi antar variabel dinyatakan mendekati sempurna. Apabila koefisien korelasi negatif maka menunjukan suatu hubungan yang berkebalikan. Artinya apabila satu variabel meningkat maka yang variabel yang lain akan menurun. Apabila koefisien korelasi bernilai 0 maka tidak terdapat hubungan antara variabel (Kasmadi, 2013: 122).

Rumus dari uji hipotesis korelasi product momentadalah sebagai berikut (Nurgiyantoro, 20019: 133):

r = Ʃ (Ʃ )(Ʃ )

Ʃ (Ʃ ) ( Ʃ (Ʃ )

Hasil korelasi dinyatakan tinggi atau rendah dapat dilihat pada tabel 3.12 berikut (Hartono, 2004: 78):

Tabel 3.12 Tabel Interpretasi Koefisien Korelasi Product Moment Besarnya “r” Product Moment Interpretasi

0,00–0,200 Korelasi sangat lemah/ rendah sehingga dapat dianggap tidak ada korelasi

0,200–0,400 Korelasi rendah/lemah

0,400–0,700 Korelasi sedang atau cukup 0,700–0,900 Korelasi kuat atau tinggi

(65)

48

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab IV peneliti akan menguraikan lima pokok bahasan. Kelima pokok bahasan tersebut adalah pelaksanaan penelitian, deskripsi subjek, deskripsi data penelitian, analisis data dan pembahasan.

a. Pelaksanaan Penelitian

Penelitian dilaksanakan pada tanggal 24 Februari – 27 Maret 2014. Subjek yang digunakan adalah siswa-siswi kelas V SD Pangudi Luhur Yogyakarta. Subjek uji coba berjumlah 35 orang dan subjek penelitian sebanyak 80 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan meminta subjek untuk mengisi skala sikap Kecerdasan Emosional sebanyak 23 item. Cara mengisi skala tersebut dengan memberikan centang (√) pada huruf SS bila

pernyataan tersebut Sangat Sesuai, S apabila pernyataan tersebut Sesuai, TS apabila pernyataan Tidak Sesuai dan STS apabila pernyataan Sangat Tidak Sesuai. Skala sikap Bullying Verbal di sekolah terdiri dari 11 item dengan cara memberikan tanda centang (√) pada huruf SS bila pernyataan tersebut

Sangat Sesuai, S apabila pernyataan tersebut Sesuai, TS apabila pernyataan Tidak Sesuai dan STS apabila pernyataan Sangat Tidak Sesuai.

(66)

diwawancara dengan pertanyaan yang berdasarkan garis besar permasalahan telah dibuat sesuai dengan indikator kecerdasan emosional serta bullying verbal. Wawancara dilakukan pada tanggal 24 Maret 2014 sebanyak satu kali.

b. Deskripsi Subjek

Subjek yang diambil dalam data ada 80 siswa. Setiap kelas diambil 20 siswa secara acak. Peneliti membagikan duapuluh skala sikap secra acak dan didapatkan kelas V PL 1 dari 20 siswa yang mengisi skala sikap terdapat 13 siswa laki-laki dan 7 siswa perempuan. Kelas V PL 2 dari 20 siswa yang mengisi skala sikap terdapat 13 laki-laki dan 7 perempuan. Kelas V PL 3 dari 20 siswa yang mengisi skala sikap terdapat 12 laki-laki dan 8 perempuan. Kelas V PL 4 dari 20 siswa yang mengisi skala sikap terdapat 14 laki-laki dan 6 perempuan. Jadi seluruh subjek penelitian terdapat 52 siswa laki-laki dan 28 siswa perempuan.

Tabel 4.1 Karakteristik Subjek

Kelas Jenis Kelamin Jumlah

Laki-laki Perempuan

V PL 1 13 7 20

V PL 2 13 7 20

V PL 3 12 8 20

V PL 4 14 6 20

(67)

Peneliti mengambil subjek di SD Pangudi Luhur Yogyakarta karena SD Pangudi Luhur Yogyakarta merupakan tempat peneliti melakukan kegiatan program pengalaman lapangan. SD Pangudi Luhur Yogyakarta memiliki empat kelas dengan karakteristik yang berbeda. SD Pangudi Luhur Yogyakarta memenuhi tujuan dalam penelitian.

c. Deskripsi Data Penelitian

Hasil dari data deskriptif diperoleh nilai mean teoritik serta mean empirik. Mean teoritik merupakan angka yang menjadi titik tengah dari skor rata penilaian. Mean empirik merupakan angka yang menunjukan rata-rata dari hail penelitian dari data yang diperoleh. Hasil dari data deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.2 berikut:

Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Data Stastitik Deskriptif

Statistik BullyingVerbal Kecerdasan Emosional Teoritik Empirik Teoritik Empirik

N 80 80

Skor maksimum 44 35 92 90

Skor minimum 11 15 23 48

Mean 27,5 24,01 57,5 69,1

SD 5,5 5,06 11,5 8,37

Sig. 0,00 0,00

(68)

maksimum adalah 44 dan skor minimum adalah 11. Rata-rata dari skala

bullyingverbal adalah = 27,5.

Hasil dari tabulasi data empirik bullying verbal memiliki skor terendah 15 dan skor tertinggi 35, sehingga diperoleh rata-rata sebesar 24,01. Berdasarkan perhitungan hasil mean teoritik dan mean empirik dapat dilihat bahwameanempirik (24,01) lebih rendah dari padameanteoritik (27,5).

Pada variabel kecerdasan emosional diperoleh data tabulasi skala kecerdasan emosional yang terdiri dari 23 item. Skala kecerdasan emosional memiliki skor terendah setiap item adalah 1 dan skor tertinggi setiap item adalah 4. Dari skala tersebut dapat diketahui bahwa skor total maksimum adalah 92 dan skor total minimum adalah 23. Skor meanteoritik kecerdasan

emosional didapat = 57,5.

Hasil dari tabulasi data empirik kecerdasan emosional menunjukan skor maksimum 90 dan skor minimum 48. Dari kedua skor maksimum dan minimum tersebut didapatkan meanempirik sebesar 69,1. Berdasarkan mean empirik dan teoritik yang diperoleh, maka dapat dikatakan bahwa mean empirik (69,1) lebih besar dari padameanteoritik (57,5).

(69)

penelitian memiliki kecerdasan emosional yang cenderung tinggi dan bullying verbal yang terjadi di sekolah cenderung rendah.

d. Analisis Data 1. Uji Normalitas

Uji normalitas digunakan untuk mengetahui apakah sebaran data dari variabel kecerdasan emosional dan variabel bullying verbal bersifat normal atau tidak. Hasil perhitungan normalitas yang diperoleh merupakan hasil dari perhitungan dengan menggunakan bantuan program komputer SPSS 20. Angka yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.3 dibawah ini:

Tabel 4.3 Hasil Uji Normalitas

One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test

Kolmogorov-Smirnov Z ,803 ,886

Asymp. Sig. (2-tailed) ,539 ,412

a. Test distribution is Normal. b. Calculated from data.

(70)

tersebut lebih besar dari 0,05, sehingga kedua variabel tersebut terdistribusi normal.

2. Uji Linieritas

Uji linieritas digunakan untuk mengetahui dua variabel memiliki hubungan yang linier atau tidak. Hasil uji linieritas diperoleh dari perhitungan menggunakan program SPSS 20. Angka yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.4 berikut ini :

Tabel 4.4 Hasil uji linieritas

ANOVA Table

1480,532 19 77,923 1,320 ,206

Within Groups 3482,940 59 59,033

Total 5533,200 79

(71)

Gambar 4.1 Grafik Linieritas

Gambar grafik tersebut menunjukan bahwa sebaran data yang diperoleh berada di sekitar garis linier. Penyebaran data tersebut menunjukan bahwa data yang diperoleh tidak merata dan mengikuti garis linier. Hal tersebut menunjukan bahwa data yang diperoleh linier.

3. Uji Hipotesis

(72)

Tabel 4.5 Hasil Pengujian KorelasiProduct Moment

**. Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed).

Dari tabel 4.3 dapat dilihat skor korelasi antara bullying verbal dengan kecerdasan emosional siswa SD adalah -0,321 pada taraf signifikansi 0,01 dengan probabilitas 0,004 (p<0,01). Pada probabilitas tersebut memiliki arti bahwa Ho ditolak. Ho ditolak maka Ha diterima, yaitu terdapat hubungan antara bullying verbal dengan kecerdasan emosional. Jadi berdasarkan uji hipotesis diperoleh hasil terdapat hubungan negatif yang signifikan antara variabel bullying verbal dengan kecerdasan emosional siswa SD.

b. Pembahasan

(73)

terdapat hubungan antarabullyingverbal dengan kecerdasan emosional siswa SD. Penerimaan dari hipotesis dapat dilihat pada koefisien korelasi yang bernilai -0,321 (p<0,01) dengan taraf signifikansi 1% (two-tailed). Skor signifikansi hasil uji hipotesis diperoleh 0,004.

Hubungan antara variabel bullying verbal dengan kecerdasan emosional bernilai negatif yaitu -0,321. Nilai negatif tersebut dapat diartikan bahwa apabila salah satu variabel memiliki skor tinggi maka variabel yang lain akan memiliki skor yang rendah. Penelitian ini menunjukan siswa yang memiliki skor kecerdasan emosional yang tinggi dan skor bullying verbal rendah. Siswa yang mengalami bullying tinggi dan skor kecerdasan emosional rendah.

Bullying verbal yang terjadi di SD Pangudi Luhur Yogyakarta termasuk rendah. Rendahnya bullying verbal yang terjadi dapat dilihat pada perbandingan atarameanteoritik dengan meanempirikbullyingverbal. Mean teoritik yang diperoleh sebesar 27,5 sedangkan mean empirik sebesar 24,01, sehinggameanteoritikbullyingverbal lebih besar darimeanempiriknya.

(74)

Akibat yang dirasakan oleh siswa korban bullying verbal relevan terhadap penelitian yang dilakukan oleh Ariani. Penelitian yang dilakukan oleh Ariani (2008) menyebutkan bahwa bullying mengakibatkan korban menjadi terganggu dalam berkonsentrasi saat belajar di sekolah. Kesulitan berkonsentrasi saat belajar di sekolah juga dialami oleh EG dalam penelitian ini. EG saat diwawancarai oleh peneliti menyebutkan dampak negatif yang paling dia rasakan adalah kesulitan dalam belajar.

Akibat dari bullying verbal juga berdampak kepada BI yang sama mengalami tindakan bullying dari teman-temannya. BI yang sering mengalami tindakan bullying menyebutkan bahwa akibat yang sering dirasakan adalah BI sering marah-marah dan mudah tersinggung. Akibat dari tindakanbullying yang terjadi pada korbanbullying bagi guru merupakan hal yang wajar dan tidak berakibat fatal sehingga tindakan bullying tetap terjadi. Anggapan guru bahwa bullying verbal merupakan hal yang wajar dan tidak berakibat fatal sesuai dengan persepsi dari orang tua dalam penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Santoso (2012). Anggapan tersebut berakibat pada guru sekedar memberikan nasehat pada siswa yang memberikan bullying pada temanya tanpa menindak lanjuti pelaku bullying maupun korban bullying.

(75)

mengungkapkan anak di usia 9-12 tahun sudah mulai mengenali emosi atau perasaan yang mereka alami. BI merupakan contoh siswa yang menjadi korbanbullyingverbal yang berakibat dia suka marah-marah. BI mengatakan bahwa, “ya saya marah mbak” ketika ditanya soal teman-temannya yang suka

mengejek. Marah-marah yang dilakukan oleh BI merupakan akibat dari BI yang kurang mampu menyampaikan emosi yang dirasakan secara benar.

Sifat BI yang mudah marah ini kurang mampu dalam pengaturan diri (Mustaqim, 2001: 154-157). Pengendalian diri dalam mengelola emosi saat BI mengalami bullying kurang sehingga BI menjadi marah. Pengaturan diri merupakan salah satu indikator dalam kecerdasan emosional. Penelitian menunjukan BI yang mengalami bullying yang tinggi mendapatkan skor kecerdasan emosional yang rendah, akan tetapi kedua variabel tersebut belum tentu saling mempengaruhi.

Kecerdasan emosional BI yang rendah belum tentu dikarenakan bullying verbal yang BI terima. Priatini, Melly dan Guhardja menyebutkan bahwa banyak faktor-faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosional seseorang. Beberapa faktor diantaranya tipe pengasuhan orang tua, lingkungan sebaya serta peran teman sebaya. Bullying verbal yang dilakukan oleh teman-teman BI bisa menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi kecerdasan emosionalnya rendah.

(76)

emosional tinggi dan bullying verbalnya rendah. MA dan AB merupakan contoh dalam penelitian ini yang mengalami bullyingverbal yang rendah dan memiliki kecerdasan emosional yang tinggi.

Kecerdasan emosional yang tinggi pada MA dan AB membuat mereka dapat mengantisipasi bullying yang mereka dapatkan. AB dalam wawancara yang dilakukan oleh peneliti menyatakan bahwa AB pernah mendapatkan bullyingverbal, akan tetapi AB tidak terlalu memperdulikannya. AB dan MA memiliki kesamaan yaitu menjadikan bullying verbal sebagai motivasi untuk menjadi lebih baik.

Kecerdasan emosional yang dimiliki juga dapat menghindarkan seseorang dari bullying verbal. Kemampuan MA dalam menjalin hubungan atau relasi dengan teman-temannya yang baik membuat MA jarang atau bahkan tidak pernah mendapatkan bullying verbal. MA menyatakan bahwa “kalau ada yang cerita pengalaman yang menyenangkan ya dengerin aja,

kalau sedih ya dengerin dulu terus paling dinasehati”, dari pernyataan tersebut

empati yang ditunjukan MA membuat dia memiliki banyak teman. MA memiliki banyak teman yang membuatnya disukai oleh banyak teman-temannya sehingga teman-teman-temannya jarang melakukan bullying verbal terhadap dirinya.

Gambar

Gambar 4.1 Grafik linieritas .............................................................................53
Gambar 2.1 Bagan Penelitian yang Relevan
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Tabel 3.1. Penilaian skala sikap kecerdasan emosional
+7

Referensi

Dokumen terkait

Laporan Akhir ini dibuat dengan tujuan untuk memenuhi syarat menyelesaikan Pendidikan Diploma III pada Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik

considering the past , tetapi tidak mengamati faktor psikologis yang lain yang dapat dikaitkan dengan dengan pengambilan keputusan investasi reksadana. Instrumen

Layanan Pinjam Meminjam Uang Berbasis Teknologi Informasi, yang selanjutnya disebut FinTech Lending, adalah penyelenggaraan layanan jasa keuangan untuk mempertemukan

Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan aktivitas belajar peserta didik kelas V Sekolah Dasar Negeri 17 Rabak dalam pembelajaran ilmu pengetahuan

Kinerja auditor merupakan hasil kerja yang dicapai oleh auditor dalam melaksanakan tugasnya sesuai dengan tangung jawab yang diberikan kepadanya, dan menjadi salah satu tolak ukur

[r]

Berdasarkan hasil pengujian yang telah dilakukan dengan analisis regresi berganda terhadap ukuran perusahaan, kepemilikan saham publik, profitabilitas, likuiditas dan