• Tidak ada hasil yang ditemukan

Yantiani

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Yantiani"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN KOOPERATIF

PAIR CHECK

BERPENGARUH

TERHADAP HASIL BELAJAR MATERI BANGUN RUANG DAN

BANGUN DATAR SISWA KELAS IV GUGUS IV SEMARAPURA

Ni Md. Yantiani1, I Wyn Wiarta2, Md. Putra3

1,2,3

Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha

Singaraja, Indonesia

e-mail: yantiani.made@yahoo.com 1, wiartawayan@yahoo.co.id 2 putra_made56@yahoo.com 3

Abstrak

Penelitian ini bertujuan mendapatkan gambaran yang objektif tentang perbedaan hasil belajar bangun ruang dan bangun datar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe pair check dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional siswa kelas IV Sekolah Dasar Gugus IV Semarapura. Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan desain penelitian Perbandingan Grup Statis .Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 1 Semarapura Tengah sebanyak 52 orang dan SD Negeri 1 Semarapura Klod sebanyak 50 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan metode tes dan wawancara. Data yang dikumpulkan adalah data hasil belajar yang dianalisis dengan menggunakan tehnik analisis deksriptif kuantitatif uji-t. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe pair check dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional. Hal tersebut dibuktikan dengan hasil uji-t yakni diperoleh nilai thitung sebesar 9,11 dan ttabel sebesar 2,021 sehingga thitung ≥ ttabel. Pada tes hasil belajar materi bangun ruang dan bangun datar juga terdapat perbedaan perolehan rerata yaitu 85,43 untuk kelompok eksperimen dan 58,40 untuk kelompok kontrol. Berdasarkan hasil temuan tersebut, dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe pair check terhadap hasil belajar materi bangun ruang dan bangun datar siswa kelas IV Sekolah Dasar Gugus IV Semarapura.

Kata-kata kunci: model pembelajaran kooperatif tipe pair check, materi bangun ruang dan bangun datar

Abstract

This study aims to gain insight on differences in geometri learning outcomes between students who take cooperative learning model checked with a pair of students who take conventional teaching fourth grade elementary school students Force IV Semarapura. This research was carried out by using a static group comparison study design. Subjects were fourth grade students of SD Negeri 1 Semarapura Tengah many as 52 people and SD Negeri 1 Semarapura Klod many as 50 people. Data collection was conducted using a test and interview. The data collected is the learning outcome data were analyzed using descriptive quantitative analysis techniques t-test. The results showed there were significant differences in learning outcomes of students who take cooperative learning model pair check with students who take conventional learning. This is evidenced by the t-test results obtained tcount ttable9.11 and 2.021 so that tcount≥ t table. On achievement test material and wake up flat space also mean that there are differences in the acquisition of 85.43 to 58.40 for the experimental group and the control group. Based on these findings, it can be concluded that there are significant cooperative learning model pair checked against the results of geometri subject Elementary School fourth grade students Semarapura Cluster IV.

(2)

PENDAHULUAN

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menuntut peningkatan pengetahuan dan pendidikan agar dapat

memberi kemudahan bagi anak

didik dalam mengikuti kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam hal ini

usaha untuk meningkatkan mutu

pendidikan di Indonesia yaitu dengan

melakukan perbaikan-perbaikan,

perubahan-perubahan, dan pembaharuan dalam segala aspek yang mempengaruhi keberhasilan pendidikan.

Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 (dalam Sanjaya, 2012:1) tentang Sistem Pendidikan Nasional

menyatakan bahwa pendidikan

adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar

peserta didik secara aktif

mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan Negara.

Kegiatan tesebut diselenggarakan pada semua jenjang pendidikan yang dimulai dengan tingkat pendidikan Sekolah Dasar (SD), Sekolah Menengah Pertama (SMP), Sekolah Menengah Atas (SMA), dan Pergururan Tinggi berguna untuk membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, kritis dan kreatif.

Proses pembelajaran merupakan suatu sistem (Sanjaya, 2012:13). Berdasarkan hal tersebut pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari analisis tiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Begitu banyak komponen yang dapat membengaruhi kualitas pendidikan, namun demikian, tidak mungkin upaya meningkatkan kualiats

pendidikan dilakukan dengan

memperbaiki setiap komponen secara serempak. Hal ini selain komponen-komponen itu keberdaannya terpencar,

juga sulit menentukan kadar

keterpengaruhan setiap komponen.

Menurut Sanjaya (2012:13)

mengemukakan “Komponen yang selama

ini sangat mempengaruhi proses

pendidikan adalah komponen guru” . Hal ini dikarenakan guru merupakan ujung tombak yang berhubungan langsung dengan siswa sebagai subjek dan objek belajar. Keidealan kurikulum dan

lengkapnya sarana dan prasarana

pendidikan, namun tanpa diimbangi

dengan kemampuan guru dalam

mengimplementasikannya, maka

pembelajaran tersebut akan menjadi kurang bermakna.

Guru sebagai tenaga pengajar dan pendidik mempunyai tujuan utama dalam kegiatan pembelajaran di sekolah, yaitu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan, nyaman, dapat menarik minat, dan memotivasi siswa untuk senantiasa belajar lebih giat lagi. Sebab

dengan suasana belajar yang

menyenangkan dan nyaman maka siswa akan lebih mudah mengerti dan menerima materi pelajaran yang di sampaikan, sehingga berdampak positif dalam pencapaian hasil belajar dengan optimal.

Menurut Sudjana (2011:2)

mengemukakan, “hasil belajar merupakan suatu bentuk yang ditunjukkan untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional yang telah dicapai atau dapat dikuasai siswa”. Hasil belajar dapat juga merupakan suatu akibat dari perubahan yang terjadi setelah mengalami proses pembelajaran sehingga dapat dilihat keberhasilan siswa dalam memahami suatu materi pembelajaran. Hasil belajar dapat diukur dengan menggunakan suatu penilaian hasil belajar. Lebih lanjut

dikemukakan oleh Nana Sudjana,

“kegiatan penilaian ini dimaksudkan untuk mengetahui keefektifan pengalaman belajar untuk mencapai hasil belajar yang optimal”. Sehingga untuk melihat sejauh mana tujuan-tujuan instruksional tercapai serta keefektifan pembelajaran yang telah dilakukan, dipandang perlu untuk melakukan suatu penilaian hasil belajar untuk siswa. Selain melakukan penilaian,

guru dan pengelola pembelajaran

(3)

Menurut Sanjaya (2012:24) dipaparkan bahwa “sebagai pengelola pembelajaran (learning manager), guru berperan dalam menciptakan iklim belajar yang memungkinkan siswa dapat belajar secara nyaman”. Guru tidak hanya memberi konsep kepada siswa untuk menghafal, tetapi yang lebih penting

adalah bagaimana konsep-konsep

tersebut dapat bertahan lama dalam

pikiran siswa sehingga dapat

mempengaruhi proses belajar siswa. Lebih lanjut dikemukakan, sebagai manajer, guru memiliki empat fungsi

umum yaitu, merencanakan tujuan

pembelajaran, mengorganisasikan

berbagai sumber belajar untuk

mewujudkan tujuan belajar, memimpin yang meliputi memotivasi, mendorong, dan menstimulasi siswa, mengawasi segala sesuatu apakah sudah berfungsi sebagaimana mestinya atau belum dalam rangka pencapaian tujuan. Terkait dengan pendapat tersebut, salah satu faktor yang mempengaruhi guru dalam memperluas dan memperdalam suatu materi adalah rancangan pembelajaran yang dibuatnya. Guru harus mampu merancang suatu pendekatan pengajaran yang menunjang dalam tercapainya keberhasilan belajar siswa. Indikator ketercapaian tujuan pembelajaran tersebut itu dapat dilihat hasil belajar siswa.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan di SD Gugus IV Semarapura,

ditemukan bahwa pembelajaran

matematika sering kali dianggap sulit oleh siswa. Materi yang pada umumnya terbilang sukar adalah pembelajaran mengenai bangun ruang dan bangun datar. Penanaman konsep materi ini dianggap sulit, dikarenakan guru merasa kesulitan untuk membelajarkan rumus serta penerapan dari rumus-rumus pada bangun ruang dan bangun datar tersebut. Pengaruh yang diberikan guru terhadap hasil belajar materi bangun ruang dan bangun datar pada siswa dikarenakan kurang tepatnya metode atau pendekatan pembelajaran yang digunakan. Proses

pembelajaran yang selama ini

berlangsung, lebih banyak menggunakan

sistem atau metode pembelajaran

informatif. Pada pembelajaran

konvensional untuk mata pelajaran

matematika khususnya dalam materi pembelajaran bangun ruang dan bangun

datar, guru pada umunya hanya

menekankan pada penghapalan rumus-rumus

Kondisi belajar mengajar yang masih didominasi oleh aktivitas guru, memunculkan suatu inisiatif untuk mencoba meneliti dan mengembangkan model pembelajaran yang memerlukan aktivitas siswa untuk mendominasi

pembelajaran. Model pembelajaran

kooperatif tentu saja bukan hal yang baru.Para guru sudah menggunakannya selama bertahun-tahun dalam bentuk kelompok laboratorium, kelompok tugas, kelompok diskusi, dan sebagainya. Namun penelitian terakhir di amerika dan beberapa Negara lain telah menciptakan metode-metode pembelajaran kooperatif yang sistematik dan praktis yang ditujukan untuk digunakan sebagai elemen utama dalam program pengaturan di kelas (Slavin, 2005:9). Pengaruh penerapan

metode-metode ini juga telah

didokumentasikan, dan telah diaplikasikan pada kurikulum pengajaran yang lebih luas. Metode-metode ini sekarang telah digunakan secara ekstensif dalam tiap subjek yang dapat dikonsepkan, pada tingkat kelas mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, dan pada berbagai sekolah di seluruh dunia.

Pembelajaran kooperatif atau

cooperative learning berasal dari kata

cooperative yang artinya mengerjakan sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya sebagai satu kelompok atau satu tim. Sedangkan Johnson (dalam Isjoni, 2012)

mengemukakan “cooperanon means

working together to accomplish shared goals. Withing cooperative activities individuals seek outcome that are beneficial to all other groups members. Cooperative learning is instructional use of small groups that allows stundents to work together to maximize their own and each other as learning”.

(4)

melakukan kerja sama dalam kegiatan-kegitan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya (peer teaching). Dalam melakukan proses belajar

mengajar, guru tidak lagi

mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagai informasi dengan siswa lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka”. Ide yang melatarbelakangi bentuk pembelajaran kooperatif adalah apabila siswa ingin agar anggota timnya berhasil, mereka akan mendorong anggota timnya untuk lebih baik dan akan membantu mereka melakukannya. Sering kali para siswa mampu melakukan pekerjaan yang luar biasa dalam menjelaskan gagasan-gagasan yang sulit satu sama lain dengan menerjemahkan bahasa yang digunakan guru dalam bahasa anak-anak.

Pembelajaran kooperatif bukanlah hal yang baru di dunia pendidikan, sehingga perlu diperhatikan unsur-unsur dari pembelajaran kooperatif itu sendiri. Hal itu dikarenakan tidak semua kelompok belajar bisa disebut sebagai pembelajaran kooperatif. Menurut Lie (2002:29) ada unsur-unsur dasar cooperative learning

yang membedakan dengan pembagian kelompok yang dilakukan asal-asalan.

Pelaksanaan prosedur cooperative

learning dengan benar akan memungkinkan pendidik mengelola kelas dengan lebih efektif”. Hal tersebut diperkuat oleh pendapat Roger dan David

Johnson (dalam Lie, 2002) yang

menyatakan bahwa tidak semua kerja kelompok bisa dianggap cooperative learning. Untuk mencapai hasil yang maksimal, lima unsur model pembelajaran gotong royong harus diterapkan. Lima

unsur tersebut adalah, saling

ketergantungan positif (positive

independence), tanggung jawab perseorangan (individual accountability), tatap muka (face to face), komunikasi antaranggota (use of collaborative / social skill), dan evaluasi proses kelompok (group processing)”.

Berdasarkan unsur-unsur yang termuat dalam pembelajaran kooperatif,

sehingga menyebabkan pembelajaran

kooperatif tersebut tidak menitikberatkan

hanya pada keberhasilan secara

individual, tetapi secara menyeluruh dalam berbagai aspek. Katagori tujuan dalam model pembelajaran kooperatif, yaitu: (a) Individual: Keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak dipengaruhi oleh orang lain, (b) Kompetitif: keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain (ketergantungan negatif), (c) Kooperatif:

Keberhasilan seseorang karena

keberhasilan orang lain, orang tidak dapat mencapai keberhasilan sendirian (Yatim Riyanto, 2010:267)

Menurut Sanjaya (2012:249),

Beberapa keunggulan dari penggunaan pembelajaran kooperatif yaitu 1) Menambah kepercayaan dan kemampuan berfikir siswa, 2) Menemukan informasi dari berbagai sumber, dan belajar dari siswa yang lain, 3) Mengembangkan kemampuan mengungkapkan ide atau gagasan dengan kata atau secara verbal dan membandingkannya dengan ide-ide orang lain, 4) Membantu anak untuk respek pada orang lain dan menyadari akanketerbatasannya serta menerima segala perbedaan, 5) Siswa lebih bertanggung jawab dalam belajar, 6)

Meningkatkan prestasi akademik

sekaligus kemampuan sosial,termasuk

mengembangkan rasa harga diri,

hubungan interpersonal yang positif

dengan yang lain, mengembangkan

keterampilanmengefektifkan waktu, dan sikap positif terhadap sekolah, 7)

Mengembangkan kemampuan siswa

untuk menguji ide danpemahamnnya sendiri, menerima umpan balik, 8) Meningkatkan motivasi dan memberikan rangsangan untuk berpikir.

Salah satu tipe dari model pembelajaran kooperatif yang ada adalah tipe pair check. Pair check (pasangan mengecek) adalah model pembelajaran berkelompok atau berpasangan yang dipopulerkan oleh Spencer Kagen tahun

1993. Model ini menerapkan

pembelajaran berkelompok yang

(5)

Menurut Sanjaya (2007) dijelaskan bahwa, “Pembelajaranpair checkadalah suatu tipe pembelajaran kooperatif yang berpasangan (kelompok sebangku) yang bertujuan untuk mendalami atau melatih materi yang telah dipelajarinya”. Salah satu keunggulan metode ini adalah siswa

mencari pasangan sambil belajar

mengenai suatu konsep atau topik dalam suasana yang menyenangkan, metode ini bisa digunakan dalam semua mata pelajaran dan untuk semua tingkatan usia. Melalui penataan serta penyediaan sumber belajar yang mendukung sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai secara optimal.

Menurut Suyatno (2009:72) sintak dari pair check adalah sajian informasi

kompetensi, mendemontrasikan

pengetahuan dan keterampilan

prosedural, membimbing

pelatihan-penerapan, pair checksiswa berkelompok berpasangan sebangku, salah seorang menyajikan persoalan dan temannya mengerjakan, pengecekan kebenaran jawaban, bertukar peran, penyimpulan dan evaluasi, refleksi.

Adapun kelebihan dari pembelajaran kooperatif tipe pair check adalah, a) meningkatkan kemandirian siswa, b) meningkatkan partisipasi siswa untuk

menyumbangkan pemikiran karena

merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya, c). membentuk kelompok lebih mudah dan lebih cepat, d) melatih kecepatan berpikir siswa.

Berdasarkan paparan tersebut, penelitian ini bertujuan, 1) Untuk mengetahui tingkat hasil belajar materi bangun ruang dan bangun datar siswa yang mengikuti pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair checkpada siswa kelas IV Sekolah Dasar Gugus IV Semarapura Tahun Ajaran 2012/2013. 2) Untuk mengetahui tingkat hasil belajar materi bangun ruang dan bangun datar siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Gugus IV Semarapura Tahun Ajaran 2012/2013. 3)

Untuk mengetahui perbedaan yang

signifikan hasil belajar materi bangun ruang dan bangun datar antara siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe pair check dengan siswa

yang mengikuti pembelajaran

konvensional pada siswa kelas IV Sekolah

Dasar Gugus IV Semarapura Tahun

Ajaran 2012/2013.

METODE

Penelitian yang dilakukan adalah penelitian eksperimen. Penelitian eksperimen pada prinsipnya dapat didefinisikan sebagai metode sistematis guna membangun hubungan sebab akibat (causal effect relationship) (Sukardi, 2011:179). Jenis penelitian ini termasuk dalam jenis eksperimen pra eksperimen. Hal ini dikarenakan kelompok kontrol, tidak dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang mempengaruhi pelaksanaan. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV yang bersekolah di Sekolah

Dasar Gugus IV Semarapura yang

berjumlah 245 siswa. Sekolah dasar di Gugus IV berjumlah lima SD, sehingga kelas IV berjumlah tujuh kelas.

Sampel penelitian ditentukan dengan menggunakan teknik pengambilan sampel non-probability yaitu teknik

sampling purposive. Sampling puposive

adalah teknik penentuan sampel dengan menggunakan pertimbangan tertentu (Sugiyono, 2012:124). Kriteria penentuan sampel sebagai pertimbangan adalah anggota sampel minimal berjumlah 30 orang serta selisih jumlah anggota sampel tidak jauh berbeda. Kriteria tersebut dimaksudkan untuk menghindari distribusi sampel tidak normal. Berdasarkan hasil penentuan, diperoleh siswa kelas IV SD Negeri 1 Semarapura Tengah yang berjumlah 52 orang dan SD Negeri 1 Semarapura Klod yang berjumlh 50 orang sebagai sampel penelitian. Kemudian dilanjutkan dengan menguji kesetaraan sampel dengan menganalisis hasil ulangan tengah semester pada mata

pelajaran matematika. Pengujian

kesetaraan sampel dilakukan dengan menguji normalitas dan homogenitas data terlebih dahulu. Berdasarkan hasil pengujian kedua sampel telah berditribusi normal. Selanjutnya dilanjutkan dengan

melakukan pengujian homogenitas,

(6)

kedua sampel tersebut tidak homogen.setelah melakukan uji prasyarat dengan uji normalitas dan homogenitas data, kemudian dilanjutkan dengan teknik analisis uji-t. Oleh karena jumlah anggota sampel yang berbeda (n1≠n2) dan data

tidak homogen, sehingga digunakan uji-t

separated varians dengan menggunakan t-tabel pengganti (Sugiyono, 2012:273). Berdasarkan hasil pengujian kesetaraan diperoleh thitung yang berlaku yaitu -0,346. Menurut Sudijono (2012:312) tanda minus (-) bukanlah tanda aljabar, sehingga harga t-hitung sebesar -0,346 diartikan sebagai selisih derajat perbedaan dari kedua sampel tersebut. Hasil uji kesetaraan kedua sampel, diperoleh thitung=0,346, sedangkan ttabell

pengganti adalah 2,021. Hal ini berarti thitung<ttabel (0,346<2,021) sehingga sampel

diiterprestasikan setara.

Setelah dilakukan uji kesetaraan sampel dilanjutkan dengan melakukan pengundian untuk menentukan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Berdasarkan hasil pengundian diperoleh SD Negeri 1 Semarapura Tengah sebagai Kelompok Eksperimen dan SD Negeri 1 Semarapura Klod sebagai kelompok kontrol.

Pada penelitian ini terdapat dua jenis variabel, yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi sebab timbulnya variabel terikat. Dalam penelitian ini, yang menjadi

variabel bebas adalah model

pembelajaran yang diterapkan di kelas eksperimen yaitu model pembelajaran kooperatif tipe pair check yang digunakan dalam pembelajaran materi bangun ruang dan bangun datar. Sedangkan variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau menjadi akibat adanya variabel bebas. Variabel terikat adalah hasil belajar (kognitif) siswa mengenai materi bangun ruang dan bangun datar.

Definisi operasional dari masing-masing variabel yaitu, a) Model pembelajaran kooperatif tipe pair check

(pasangan mengecek) adalah model

pembelajaran berkelompok atau

berpasangan. Model ini menerapkan

pembelajaran berkelompok yang

menuntut kemandirian dan kemampuan

siswa dalam menyelesaikan persoalan yang diberikan. Banyak kelebihan maupun kelemahan. Model pembelajaran ini juga untuk melatih rasa sosial siswa, kerja sama dan kemampuan memberi penilaian, b) Pembelajaran konvensional adalah

pembelajaran sebagaimana umumnya

guru mengajarkan materi kepada

siswanya. Guru mentransfer ilmu

pengetahuan kepada siswa, sedangkan siswa hanya sebagai penerima. Dalam pembelajaran konvensional didominasi oleh metode ceramah, c) Hasil belajar bangun ruang dan bangun datar adalah hasil belajar yang dicapai individu setelah mempelajari materi bangun ruang dan bangun datar. Hasil belajar bangun ruang dan bangun datar diukur dengan tes yang disusun atas materi sesuai dengan kurikulum dan hasil pengukuran berupa data skor.

Desain penelitian yang digunakan adalah Perbandingan Grup Statis. Desain penelitian tersebut menunjukkan dalam

penelitian kelompok eksperimen

mendapatkan treatmen kemudian

dilanjutkan dengan memberikan post test,

sedangkan pada kelompok kontrol tidak diberikan perlakukan dan hanya dilakukan pengujian saja (Sukardi, 2011:184). Oleh karena tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check dengan siswa yang dibelajarkan dnegan pembelajaran konvensional pada materi bangun ruang dan bnagun datar. Selanjutnya pada kelompok eksperimen diberikan perlakuan ekperimental dengan

menerapkan model pembelajaran

kooperatif tipe pair check, sedangkan pembelajaran konvensional pada kelas kontrol. Setelah perlakuan (treatment), kedua kelompok diberikan post test. Hasil

post test dari kedua kelompok akan dibandingkan.

Dalam penelitian ini data yang diperlukan, yaitu data hasil belajar materi

bangun ruang dan bangun datar.

Berdasarkan jenis data tersebut, maka

instrument yang digunakan untuk

(7)

pilihan ganda dipilihin karena memiliki beberapa kelebihan yaitu materi yang diujikan dapat mencakup sebagian besar dari bahan pengajaran yang telah diberikan, jawaban siswa dapat dikoreksi (dinilai) dengan mudah dan cepat dengan menggunakan kunci jawaban, jawaban untuk setiap pertanyaan sudah pasti benar atau salah sehingga penilaiannya bersifat objektif. Tes pilihan ganda yang digunakan sudah dilakukan validasi instrumen berupa analisis validitas, indeks kesukaran, daya beda, dan reliabilitas. Dalam penelitian ini digunakan 20 butir soal pilihan ganda.

Data ini dianalisis dengan menggunakan statistik deksriptif dan statistik inferensial. Statistik deskriptif berfungsi untuk mengelompokkan data,

menggarap, memaparkan serta

menyajikan hasil olahan. Statistik deskriptif yang digunakan dalam penelitian ini yaitu, mean,median, modus, dan standar deviasi. Sedangkan statistik

inferensial berfungsi untuk

menggeneralisasikan hasil penelitian yang dilakukan pada sampel bagi populasi. Statistik inferensial diawali dengan melakukan uji prasyarat yaitu uji normalitas dan homogenitas, kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji hipotesis melalui uji-t.

HASIL DAN PEMBAHASAN HASIL

Berdasarkan hasil analisis dengan menggunakan statistik deskriptif, diperoleh gambaran hasil belajar siswa pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. pada kelompok ekserimen diperoleh rerata 85,43, median 85, modus 90, serta standar deviasi 9,13. Sedangkan pada kelompok kontrol diperoleh rerata

58,40, median mdian 60, modus 40, 50, dan 65, serta standar deviasi 18,31.

Analisis statistik inferensial dilakukan dengan melakukan uji prasyarat kemudian dilanjutkan dengan uji hipotesis menggunakan rumus uji-t. Uji prasyarat yang harus dipenuhi adalah melakukan uji normalitas dan uji homogenitas data. Uji normalitas dilakukan untuk membuktikan bahwa data pada kedua sampel telah berdistribusi normal. Dalam perhitungan normalitas data digunakan rumus Chi-Square dengan taraf signifikansi 5%.

Berdasarkan hasil pengujian, sebaran data kedua kelompok telah berdistribusi normal. Berdasarkan uji chi square pada kelas eksperimen diperoleh X2hit=4,09 sedangkan pada kelas kontrol diperoleh X2hit=7,56 dan untuk X2tabel=11,07. Kriteria data sampel berdistribusi normal apabila X2tabel>X2hit .Oleh karena X2tabel>X2hit maka dapat disimpulkan bahwa sebaran data pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol telah berdistribusi normal.

Setelah melakukan uji normalitas, kemudian dilanjutkan dengan melakukan uji homogenitas. Uji homogenitas data dianalisis dengan menggunakan rumus uji

F. Berdasarkan hasil perhitungan Fhitung

dari uji homogenitas data yaitu 4,40. Sedangkan untuk Ftabel dengan derajat

kebebasan (dk) pembilang dan penyebut adalah 46 adalah 1,69, oleh karena Fhitung≥Ftabel (3,98≥1,69), nilai varians dari

kedua kelompok tersebut tidak sama atau data tidak homogen.

Uji Hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji-t Separated Varians ini

dikarenakan data dari kelompok

eksperimen dan kelompok kontrol

berdistribusi normal dan memiliki varian yang tidak homogen. Adapun hasil analisis untuk uji-t disajikan pada Tabel 1

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

No Kelompok Mean

(8)

Berdasarkan Tabel 1 di atas diperoleh thitung sebesar 9,11. Sedangkan

ttabel pada taraf signifikansi 5% dan dk=n1–

1 atau n2–1=47–1=46 adalah 2,021. Oleh karena nilai thitung≥ttabel sehingga H0

diterima dan Ha ditolak. Hipotesis yang

diterima adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar bangun ruang dan bangun datar pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode kooperatif tipe pair check dengan siswa yang mendapat pembelajaran konvensional.

PEMBAHASAN

Berdasarkan deskripsi data hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri 1 Semarapura Tengah dan SD Negeri 1 Semarapura Klod, menyatakan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan menerima Ha yang menyatakan adalah terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar bangun ruang dan bangun datar pada siswa yang mendapat pembelajaran dengan metode kooperatif tipe pair check

dengan siswa yang mendapat

pembelajaran konvensional.

Hasil pengujian hipotesis dengan menggunakan uji-t diperoleh thitung=9,11

dan ttabel=2,021 dalam taraf signifikansi 5%

dan dk=46. Dengan membandingkan hasil thitung dan ttabel sehingga diperoleh

thitung≥ttabel (9,11≥2,021). Hal tersebut

menunjukkan terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar materi bangun ruang dan bangun datar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe pair check dengan siswa yang mengikuti pembelajaran konvensional pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Gugus IV Semarapura.

Perolehan nilai rerata pada

kelompok eksperimen yaitu 85,43

sedangkan pada kelompok kontrol nilai reratanya 58,40. Perolehan rerata yang berbeda pada kelompok eksperimen dibandingkan dengan kelompok kontrol disebabkan karena kolompok eksperimen mendapatkan perlakuan berupa model pembelajaran kooperatif tipe pair check. Saat proses pembelajaran di kelas eksperimen, siswa belajar dengan lebih leluasa untuk berpendapat serta menggali potensinya. Hal ini dikembangkan melalui

pembelajaran pair check yang di

dalamnya terdapat sintak bertukar peran

untuk menyajikan permasalahan serta memecahkan permasalahan tersebut.

Keberhasilan penerapan model

pembelajaran kooperatif tipe pair check

didukung pula oleh beberapa kelebihan yang dimiliki model pembelajaran tersebut. Beberapa kelebihan yang dimiliki model pembelajaran kooperatif tipe pair checkyaitu dalam proses belajar dipandu melalui bantuan rekan sebaya (tutor sebaya) , dapat menciptakan kerjasama di antara siswa, dapat meningkatkan pemahaman konsep dan proses, serta dalam penerapannya dapat melatih siswa dalam berkomunikasi (Kagen, 1993).

Perolehan hasil belajar yang tinggi pada siswa yang dibelajarkan dengan model pembelajaran kooperatif tipe pair check diperkuat juga oleh pendapat Wina

Sanjaya (2007) yang menyebutkan

beberapa kelebihan model pembelajaran kooperatif tipe pair check, antara lain dapat meningkatkan kemandirian siswa, meningkatkan partisipasi siswa untuk

menyumbangkan pemikiran karena

merasa leluasa dalam mengungkapkan pendapatnya, membentuk kelompok lebih mudah dan cepat, dan melatih kecepatan berpikir siswa.

Pada siswa yang dibelajarkan

dengan pembelajaran konvensional. Pada

proses pembelajarannya, guru

memberikan ceramah yang diselingi tanya jawab, serta pemberian evaluasi. Pada pembelajaran konvensional, siswa kurang

mempunyai kesempatan untuk

mengembangkan pengetahuannya,

mengajukan masalah, maupun

memecahkan masalah. Peran tutor

sebaya juga sangat kurang, sehingga dalam pembelajaran konvensional sangat minim interaksi, terutama interaksi antar siswa.

Hal ini sejalan dengan pendapat dari

Wina Sanjaya (2012:191) yang

mengemukakan kelemahan dari

penggunaan metode ceramah sebagai

metode yang digunakan dalam

pembelajaran konvensional, yaitu siswa akan sulit mengembangkan kemampuan siswa dalam hal kemampuan sosialisasi,

hubungan interpersonal, serta

(9)

PENUTUP

Adapun kesimpulan dari masalah yang telah dipaparkan adalah sebagai terdapat perbedaan yang signifikan hasil belajar siswa yang mengikuti model pembelajaran kooperatif tipe pair check

dengan siswa yang mengikuti

pembelajaran konvensional. Ini

diitunjukkan dengan hasil uji-t yang telah dilakukan yakni thitung≥ttabel, yaitu

9,11≥2,021 serta perolehan rerata yang berbeda yaitu 85,43 pada kelompok eksperimen dan 58,40 pada kelompok kontrol. Sehingga ini berarti terdapat pengaruh model pembelajaran kooperatif tipe pair check terhadap hasil belajar materi bangun ruang dan bangun datar siswa pada siswa kelas IV Sekolah Dasar Gugus IV Semarapura tahun Ajaran 2012/2013.

Adapun saran dari dari hasil

penelitian ini adalah bagi siswa

disarankan untuk memanfaatkan peran rekan sebaya (tutor sebaya) untuk dapat

lebih mudah memahami materi

pembelajaran. Disarankan pula siswa untuk lebih aktif dan kreatif dalam mengikuti pembelajaran serta mampu

membangun pengetahuannya sendiri

untuk meningkatkan hasil belajar dalam pengembangan potensi yang dimiliki. Pengembangan potensi diharapkan dapat berkembang tidak hanya dalam ranah kognitif, tetapi dari berbagai aspek lainnya.

Bagi guru, penelitian menjadi acuan dalam meningkatkan kinerjanya dalam merancang pembelajaran dengan tujuan memperoleh

hasil belajar yang optimal. Kepada guru yang mengajar pada mata pelajaran

matematika siswa kelas IV pada

khususnya disarankan untuk mampu

mengembangkan inovasi pembelajaran dengan menerapkan strategi, pendekatan,

model, dan metode yang mampu

memberikan kontribusi yang baik terhadap hasil belajar siswa. Dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe pair check ini, sehingga dapat menciptakan suasana kelas yang aktif serta dapat mengoptimalkan hasil belajar siswa. Berbagai variasi dalam pembelajaran dapat tercipta melalui kreatifitas guru

sebagai pengelola pembelajaran (learning manager).

Bagi sekolah disarankan untuk

mengmbangkan model pembelajaran

kooperatif tipe pair check di sekolah sebagai salah satu pilihan dalam berbagai referensi model pembelajaran inovatif,

Bagi peneliti lain bahwa penelitian ini hanya terbatas pada materi bangun datar dan bangun ruang mata pelajaran matematika siswa kelas IV, sehingga disarankan kepada peneliti lain untuk melakukan penelitian pada mata pelajaran dan pokok bahasan yang lebih beragam untuk memperoleh hasil yang lebih lengkap. Disarankan pula agar penelitian terhadap model pembelajaran kooperatif tipe pair check ini dapat dikembangkan, sehingga dapat tercipta berbagai variasi dalam inovasi pembelajaran.

DAFTAR RUJUKAN

Isjoni. 2012. Cooperative learning Efektifitas Pembelajaran Kelompok. Cetakan ke- 6. Bandung: Alfabeta

Kagen, Spencer. 1993. “Model

Pembelajaran Pair Chek”. Tersedia pada http://www. Pair check/Model Pembelajaran Pair checks (Spencer Kagen,1993)/rachmadwidodo's weblog.html (diakses tanggal 12 Desember 2012)

Lie, Anita. 2002. Cooperative learning Mempraktikan Cooperative Leraning di Ruang-Ruang Kelas. Jakarta: PT Grasindo

Riyanto, Yatim. 2010. Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai referensi bagi Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas. Cetakan ke- 2. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Sanjaya, Wina. 2007. “Metode

Pembelajaran Pair check”. Tersedia pada

http://www.fisikaonline.webnode.com (diakses tanggal 6 November 2012)

Sanjaya, Wina. 2012. Strategi

(10)

Proses Pendidikan. Cetakan ke- 9. Jakarta: Kencana Prenada Media Group

Slavin. Robert. 2005. Cooperative learning Teori, Riset, dan Praktik. Terjemahan Narulita Yusron. Cooperative learning Theory, Research, and Practice.

Cetakan ke- 15. Bandung: Nusa Media

Sudijono, Anas. 2012. Pengantar Statistik Pendidikan. Cetakan ke- 24. Jakarta: Rajawali Pers

Sukardi. 2011. Metodologi Penelitian Pendidikan Kompetensi dan Praktiknya. Cetakan ke- 10. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Sugiyono. 2012a. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatatif, dan R&D. Cetakan ke- 15. Bandung: Alfabeta

Gambar

Tabel 1 Rekapitulasi Hasil Uji Hipotesis Kelompok Eksperimen dan Kelompok Kontrol

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Hasil pengolahan data pada 36 orang sampel penelitian siswa/i SD Negeri 050578 Kwala Begumit Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat menyatakan bahwa Hipotesis Nol diterima

Analisis hasil belajar siswa menggunakan Uji-t satu pihak (one tail test). Hipotesis yang tertulis menyatakan bahwa hasil belajar siswa kelas XI Geomatika-2 SMK Negeri 2 Bojonegoro

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian dan pembahasan, dapat dikemukakan simpulan sebagai berikut 1) Campur kode yang dilakukan oleh guru kelas 1 SD Negeri 3 Gerokgak

Berdasarkan hasil uji hipotesis dengan data panel yang telah dilakukan, maka model regresi pertama menyatakan bahwa kepemilikan bank berpengaruh positif signifikan

Hasil penelitiaan menyatakan bahwa didasarkan hasil uji hipotesis dengan menggunakan uji T dan regresi liner didapatkan hasil bahwa pelaksanaan iklan yang

Sedangkan dari hasil uji parsial terhadap hipotesis kedua yang menyatakan bahwa ROI berpengaruh terhadap harga saham dan hipotesis ketiga yang menyatakan bahwa ROA

Uji Hipotesis 1 Uji Parsial Uji T Hasil olah data Uji Parsial Uji T dapat dilihat pada tabel 4.5 berikut: Tabel 4.5 Uji Parsial Uji T Sumber: Penulis, 2023 Hasil pengujian untuk

Hasil analisis data dan uji nilai t diketahui bahwa nilai t-hitung 25,68 > 2,228 sehingga dapat diinterpretasikan bahwa hipotesis nihil H0 yang menyatakan “Tidak ada pengaruh latihan