• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "ANALISIS SOSIAL, EKONOMI DAN LINGKUNGAN"

Copied!
43
0
0

Teks penuh

(1)

Penyusunan Analisis Sosial Ekonomi dilakukan untuk mendukung pihak

daerah dalam menilai kelayakan rencana investasi di bidang infrastruktur

dilihat dari dampak lingkungan dan sosial yang memungkinkan terjadi.

Dengan adanya safeguard yang memadai dapat meminimalkan dampak negatif

terhadap lingkungan dan sosial, dengan demikian program investasi yang

dilaksanakan dapat dimaksimalkan.

Seluruh program investasi infrastruktur bidang keciptakaryaan yang diusulkan

oleh Pemerintah Kabupaten Agam harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip

sebagai berikut :

1.

Penilaian lingkungan

(environment assessment)

dan rencana mitigasi dalam

sub proyek, dirumuskan dalam bentuk :

a.

Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL (atau Analisis

Dampak

Lingkungan-ANDAL

dikombinasikan

dengan

Rencana

Pengelolaan RKL dan Rencana Pemantauan

Lingkungan-RPL)

b.

Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan

(UPL)

c.

Standar Operasi Baku - SOP

d.

Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.

2.

AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format

AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis

teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan keuangan subproyek

(2)

3.

Sejauh mungkin, sub proyek harus menghindari atau meminimalkan

dampak negative terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut,

subproyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif

semaksimal mungkin. Subproyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan

dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut

tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian

rupa, harus dilengkapi AMDAL

4.

Usulan program investasi infrastruktur bidang keciptakaryaan tidak dapat

dipergunakan mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak

negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang

dilindungi, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari

usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi, atau penggunaan :

a.

Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk

tembakau

b.

Asbes, bahan-bahan yang mengandung asbes

c.

Bahan/material yang mengandung unsur B3 (Bahan Beracun dan

Berbahaya). Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang

menggunakan,

menghasilkan,

menyimpan,

atau

mengangkut

bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang

termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia

d.

Pestisida, herbisida, dan insektisida.

RIPJM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang melakukan

pengadaan pestisida, herbisida atau insektisida

e.

Pembangunan bendungan.

RPIJM

bidang

infrastruktur

keciptakaryaan

tidak

membiayai

pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang

mempunyai ketergantungan pada kinerja bendungan yang telah ada

ataupun yang sedang dibangun

f.

Kekayaan budaya.

(3)

g.

Penebangan kayu.

RPIJM bidang infrastruktur keciptakaryaan tidak membiayai kegiatan

yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan

peralatan penebangan kayu.

Untuk dapat terbentuknya safeguard yang memadai, maka dalam menyusun

kerangka safeguard perlu diperhatikan prinsip-prinsip penyusunan safeguard

lingkungan dan sosial. Adapun prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah :

1.

Kerangka safeguard perlu disepakati oleh pihak-pihak atau pelaku-pelaku

pembangunan di daerah yang tidak hanya oleh pemerintah daerah saja,

tetapi seluruh komponen daerah yang terlibat dalam pembangunan, seperti

lembaga legislatif daerah, LSM, Perguruan Tinggi atau stakeholder lainnya.

2.

Penguatan kapasitas lembaga pelaksana yang difokuskan pada penguatan

kemampuan

fasilitasi,

penciptaan

arena

multi-stakeholder

dan

pengetahuan teknis dari pihak terkait.

3.

Untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak membiayai investasi

apapun yang dapat mengakibatkan dampak negatif yang serius yang tidak

dapat diperbaiki/dipulihkan.

Untuk kepastian safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, diperlukan

tahap-tahap kegiatan sebagai berikut :

1.

Identifikasi, seleksi dan pengelompokan kategori dampak,

2.

Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan bisa dilakukan,

3.

Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak,

4.

Pemantauan dan pengkajian terhadap semua proses seperti di atas,

5.

Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan yang cepat

dan efektif.

4.1

ANALISIS SOSIAL

(4)

permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan

isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan

gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak

sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian

kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian padapasca pembangunan atau

pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya

tersebut membawa manfaat atau peningkatan tarafhidup bagi kondisi sosial ekonomi

masyarakat sekitarnya.

Dasar

peraturan

perundang-undangan

yang

menyatakan

perlunya

memperhatikanaspek sosial adalah sebagai berikut:

1.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan

dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang

kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal

diwilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.

Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak

ditingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.

2.

UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan

bagiPembangunan untuk Kepentingan Umum:

Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan

tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan

kemakmuran

bangsa,

negara,

dan

masyarakat

dengan

tetap

menjaminkepentingan hukum Pihak yang Berhak.

3.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

MenengahNasional Tahun 2010-2014:

Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program

pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan

kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan,

danpercepatan pembangunan infrastruktur dasar.

Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses

danpartisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.

(5)

Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan

oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk

meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,serta

program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.

5.

Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender

dalamPembangunan Nasional

Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan

gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,

pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional

yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,

sertakewenangan masing-masing.

Tugas dan wewenang pemerintahkabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta

Karya adalah:

1.

Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

2.

Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.

3.

Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,

pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, sertaprogram

lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.

4.

Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,

penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program

pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk

bidang Cipta Karya.

4.1.1

KEMISKINAN

(6)

politikpun mereka tidak memiliki sarana untuk ikut dalam pengambilan keputusan

penting yang menyangkut hidup mereka.Proses ini berlangsung timbal balik saling

terkait dan saling mengunci dan akhirnya secara akumulatif memperlemah masyarakat

miskin.

Situasi ini bila tidak segera ditanggulangi akan memperparah kondisi masyarakat miskin

yang ditandai dengan lemahnya etos kerja, rendahnya daya perlawanan terhadap

berbagai persoalan hidup yang dihadapi, kebiasaan-kebiasaan buruk yang terpaksa

dilakukan guna mempertahankan hidup.

Kondisi kemiskinan di Kota Solok pada 2011 menunjukkan angka keluarga miskin

sebanyak 1.928 KK dari total jumlah penduduk Kota Solok. Pada tahun 2012 setelah

dilakukan pendataan penduduk miskin melalui Program Pendataan Perlindungan Sosial

(PPLS) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik dengan Tim Nasional Percepatan

Penanggulangan Kemiskinan. Saat ini angka kemiskinan Kota Solok menurun menjadi

1.739 KK dengan kategori kelompok miskin dan kelompok paling miskin sebanyak 703

rumah tangga sementara kelom pok hampir miskin sebanyak 1.036 KK.

Tabel 4.1

Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kota Solok di beberapa Lokasi

No Lokasi

Jumlah

Penduduk

Miskin

Kondisi Umum Permasalahan

Bentuk

Penanganan yang

Sudah Dilakukan

Kebutuhan

Penangananan

1. Tanah Garam 381 KK Pertanian Kurangnya

lapangan

pekerjaan,

kenaikan

angka

lapangan kerja

tdk diimbangi

dg

ketersediaan

lapangan

pekerjaan

Pengembangan

program

pemberdayaan

masyarakat misal

PNPM, bantuan

sosial

2. Tanjung Paku 245 KK Perdagangan dan

Jasa

Sda. Penyaluran

bantuan sosial,

rehab rumah

(7)

bantuan

terpadat di Kota

Solok, dengan

4.1.2

PENGARUSUTAMAAN GENDER

Pengarusatamaan Gender dapat dilihat pada program kegiatan pemberdayaan

masyarakat, PNPM mandiri, Sanimas /SLBM, seperti yang dapat dilihat pada tabel

berikut :

Tabel 4.2

Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan

Gender di Kota Solok

No Program/

kegiatan Lokasi Tahun

Bentuk

Perlu Diantisipasi di

Masa Datang

(8)

a PNPM

Perkotaan

Kota Solok

(tersebar)

2012 Pemberdayaan 30 % Cukup Baik - Masyarakat

disekitar lebih

peduli terhadap

kaum miskin

- Terbangunnya

fasilitas

lingkungan

permukiman

dasar khususnya

bagi masyarakat

miskin yang

belum

terakomodir

oleh Pemda

-Lambatnya proses

administrasi

pencairan dana

DDUB (APBD) di

sehingga tidak

sembarangan

membuang

limbah tinjanya

-Keberlanjutan

dalam pengelolaan

operasional dan

pemeliharaan

untuk bangunan

MCK plus yg sudah

ada masih rendah

2. Non Pemberdayaan Masyarakat

4.1.3

ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

TERHADAP EKONOMI LOKAL MASYARAKAT

Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang Membutuhkan Konsultasi, Pemindahan

Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman Kembali

No

1. Pengembangan

Permukiman

2. Penataan

Bangunan dan

(9)

3. Pengembangan Air

Minum

4. Pengembangan

Penyehatan Lingkungan

Permukiman

(Data Tidak Tersedia )

4.1.4

IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN SOSIAL PASCA PELAKSANAAN

PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA

Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi

masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan

secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan

infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya

yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.

Tabel 4.3

Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan

Bidang Cipta Karya

No Sektor Program/ Kegiatan Lokasi Tahun

Pelaksanaan

Jumlah

Penduduk

yang

Memanfaatkan

Keterangan

1. Pengembangan

Permukiman

Rusunawa beserta

infrastruktur

pendukungnya

Laing s/d 2014

Penyediaan infrastruktur

permukiman di kawasan

Simp. Rumbio

(Sp. Pulai,

SMA 2, Batu Gadang)

s/d 2014

Penyediaan infrastruktur

permukiman di kawasan

Kp. Jawa

(transat,

ampang kualo)

s/d 2014

Penyediaan infrastruktur

permukiman di kawasan

Tanah Garam

(Solok nan

indah, surau

kajai, palm

(10)

griya)

Infrastruktur Kawasan

kumuh

Kandang Aur s/d 2014

Pembangunan

infrastruktur permukiman

kawasan rawan bencana

KTK, Sinapa

Penyususnan RTBL

Kawasan Permukiman

rawan bencana

Pembuatan Ruang

Terbuka Hijau

Kota Solok s/d 2014

Penyusunan Rencana

Induk sistem proteksi

kebakaran

Kota Solok s/d 2014

Aksesibilitas bangunan

gedung kantor

Kota Solok s/d 2014

3. Pengembangan

Air Minum

Pembangunan/

peningkatan SPAM

Regional

Kota Solok s/d 2014

Pengembangan dan

pengelolaan jaringan air

minum untuk MBR

Kota Solok s/d 2014

Pembangunan instalasi

pengolahan air limbah

Kota Solok,

Pengadaan dan

pemasangan pipa

transmisi dan distribusi

Kota Solok s/d 2014

4. Pengembangan

Penyehatan

Lingkungan

Permukiman

Pembangunan saluran

drainase dan

gorong-gorong

(11)

4.2

ANALISIS EKONOMI

4.2.1 ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH

Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan setiap komponen

penerimaan daerah tersebut, maka peranan legislatif didalam mendorong kesadaran

masyarakat di era otonomi daerah adalah sangat penting. Oleh karena itu koordinasi

dan kerjasama yang harmonis antara pihak eksekutif dan legislatif dalam menggali dan

mengelola sumber-sumber penerimaan PAD menjadi sangat penting.

Disamping itu, peraturan perundang-undangan pajak dan Perda yang tidak sesuai lagi

dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan yang berkelanjutan perlu dilakukan

penyempurnaan dan pembaharuan. Hal ini dapat dilakukan melalui perubahan

peraturan-peraturan (Perda) yang baru sehingga dapat memperluas basis penerimaan

PAD dan secara sekaligus mendorong peningkatan penerimaan PAD.

Untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi pengeluaran/belanja Pemda ada beberapa

strategi kebijaksanaan yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.

Pertama

,

Adanya komitmen dan keinginan Pemda baik pihak eksekutif maupun pihak

legislatif untuk benar-benar mengalokasikan dan menggunakan anggaran secara efektif

dan efisien serta bermanfaat bagi masyarakat.

Kedua,

adanya desentralisasi manajemen

terhadap unit-unit organisasi Pemda dalam penyediaan dan peningkatan pelayanan

terhadap masyarakat terutama dinas-dinas dan UPTD. Tujuan dari kebijaksanaan ini

adalah untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan

prinsip otonomi itu sendiri.

Ketiga,

perlu peningkatan peran swasta untuk turut

berinvestasi menyediakan sarana dan prasarana perkotaan yang bersifat komersial,

sehingga anggaran pembangunan Pemda dapat diprioritaskan untuk peningkatan

penyediaan jasa umum dan pemberdayaan masyarakat.

a. Program Intensifikasi Penerimaan Pajak.

Program ini bertujuan untuk meningkatkan sumber penerimaan yang berasal dari pajak

daerah di Kota Bukittinggi. Program intensifikasi ini bukanlah merupakan program yang

baru dibidang perpajakan, tetapi dalam pelaksanaannya perlu lebih ditingkatkan.

(12)

berdasarkan pada potensi pajak yang sebenarnya, karena itu kegiatan penghitungan

potensi pajak perlu dilakukan. (2). Sistim pembayaran on-line perlu lebih dioptimalkan.

(3). Kegiatan sosialisasi terhadap setiap perubahan tarif pajak perlu lebih ditingkatkan

baik secara lansung kemasyarakat maupun melalui media masa. (4). Kegiatan

pemberian insentif bagi wajib pajak yang membayar pajak tepat pada waktunya, serta

sesuai dengan jumlahnya perlu diberikan. (5). Kegiatan menampilkan para wajib pajak

melalui media RRI dan televisi dalam bentuk dialog perlu dicobakan, sehingga dapat

meransang wajib pajak lainnya untuk melunasi kewajiban pajaknya.

b. Program Ekstensifikasi

Sasaran yang hendak dicapai melalui program ini adalah terjadinya perluasan basis

penerimaan PAD terutama basis penerimaan pajak dan retribusi daerah. Beberapa

kegiatan yang dapat dilakukan adalah : (1) Memperluas basis pajak hiburan misalnya

pajak VCD dan Play station. (2). Memungut retribusi parkir terhadap kenderaan Plat

Merah disetiap Kantor Dinas bila dimungkinkan. (3). Mencari sumber-sumber

penerimaan baru yang potensial dan membuatkan Perdanya sehingga dapat dijadikan

sebagai objek sumber penerimaan baru.

c. Program Perhitungan dan Analisis Potensi Penerimaan PAD

Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar potensi masing-masing komponen

penerimaan PAD yang dimiliki. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar penetapan target

penerimaan pajak benar-benar berdasarkan potensi yang ada. Kegiatan yang dapat

dilakukan adalah : Melakukan studi atau penelitian untuk menghitung besarnya potensi

masing-masing komponen penerimaan PAD tersebut

d. Program Sosialisasi dan Peningkatan Kesadaran Masyarakat

Program ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam media informasi

TV, Radio, Koran dll. Disamping itu mengajak dan melibatkan pemimpin-pemimpin

informal dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan juga dalam pengumpulan

pajak.

e. Program Peningkatan SDM

(13)

f. Program Kerjasama antara Pemda dengan Pihak Swasta

Kerjasama antara Pemda/BUMD dengan pihak Swasta memang bukan merupakan

penerimaan langsung oleh Pemerintah Daerah. Namun demikian, dengan adanya

kerjasama tersebut merupakan salah satu sarana bagi pemerintah daerah dan dan

BUMD untuk membiayai penyediaan, pemeliharaan serta pengelolaan prasarana

pelayanan publik.

4.3

ASPEK LINGKUNGAN

Kajian lingkungan yang dilakukan Pemerintah Kota Solok, dalam penyusunan dokumen

RPIJM bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya ini, telah mengakomodasi prinsip

perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, sebagaimana yang diamanatkan oleh

undang-undang, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, yaitu sebagai berikut :

1.

UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:

“Instrumen

pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup

terdiriatas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis

MengenaiDampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan

Lingkungan-UpayaPemantauan

Lingkungan

(UKL-UPL)

dan

Surat

Pernyataan

KesanggupanPengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”

2.

UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:

“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu

penerapanprinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di

segalabidang”

3.

Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka

Menengah Nasional Tahun 2010-2014:

“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah

perbaikanmutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di

perkotaan danpedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan

peningkatan dayadukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas

adaptasi danmitigasi perubahan iklim”

4.

Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup

Strategis:

(14)

program agardampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat

diminimalkan

5.

Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.

Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu

disusundokumen

Amdal,

UKL

dan

UPL,

atau

Surat

Pernyataan

KesanggupanPengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL

bagi kegiatanyang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.

4.1.1

KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)

Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah, suatu rangkaian analisis yang

sistematis, menyeluruh, dan partiispatif untuk memastikan bahwa prinsip

pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan

suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/ atau program. Tahapan awal

pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan terhadap usulan rencana/program dalam

RPIJM Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya Kota Solok per masing-masing sektor

dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti ;

1.

Perubahan iklim

2.

Kerusakan, kemorosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

3.

Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan

dan/atau kebakaran hutan dan lahan

4.

Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

5.

Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan

6.

Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan

penghidupan sekelompok masyarakat

7.

Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

(15)

Tabel 4.4

Penapisan Usulan Program/Kegiatan RPIJM

Bidang Cipta Karya Kota Solok

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/

Tidak signifikan)

1 Sektor Pengembangan Permukiman

Perubahan iklim Kebijakan/Program/Kegiatan dalam RPIJM Kota Solok tidak menimbulkan dampak langsung terhadap terjadinya perubahan iklim, yang perlu diperhatikan, rencana lokasi untuk program/kegiatan yang direncanakan, telah sesuai dengan RTRW

Tidak Signifikan

Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan, kemorosotan dan/atau kepunahan

keanekaragaman hayati, jika pembangunan infrastruktur dilakukan tanpa

memperhatikan kesesuaian dengan RTWR, namun besaran dampaknya skala kecil

Tidak Signifikan

Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok tidak berdampak negatif terhadap kemungkinan peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana (banjir, kekeringan, dll), asalkan dalam perencanaannya mempertimbangkan kesesuaian dengan RTRW

Tidak Signifikan

Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap kemungkinan penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, jika rencana lokasi untuk program/kegiatan yang direncanakan tidak sesuai dengan RTRW

Tidak Signifikan

Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan

Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, karena adanya desakan memenuhi kebutuhan lahan untuk permukiman

(16)

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/

Tidak signifikan)

Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya

keberlanjutan penghidupan

sekelompok masyarakat

Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok tidak berdampak negatif terhadap kemungkinan peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat, asalkan pembangunan dilakukan secara adil dan merata

Tidak Signifikan

Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, jika dalam realisasi program/kegiatan tidak mempertimbangkan kondisi lingkungan

Tidak Signifikan

2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan

Perubahan iklim Kebijakan/Program/Kegiatan dalam RPIJM Kota Solok tidak berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya perubahan iklim, bahkan dengan adanya program/kegiatan untuk penataan RTH, diharapkan memberi dampak positif

Tidak Signifikan

Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok tidak memiliki dampak besar dan penting terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan, kemorosotan dan/atau

kepunahan keanekaragaman hayati, asalkan dalam proses pembangunannya,

mempertimbangkan kondisi lingkungan

Tidak Signifikan

Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana (banjir, kekeringan, dll), jika dalam proses penataan bangunan dan

lingkungannya tidak memperhatikan aspek lingkungan hidup

Tidak Signifikan

Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok tidak berdampak terhadap kemungkinan penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam,

Tidak Signifikan

Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan

Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok tidak berdampak terhadap peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan

(17)

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/

Tidak signifikan)

Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya

keberlanjutan penghidupan

sekelompok masyarakat

Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok tidak berdampak negatif terhadap kemungkinan peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan

penghidupan sekelompok masyarakat

Tidak Signifikan

Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok tidak berdampak negatif terhadap peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Tidak Signifikan

3 Sektor Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)

Perubahan iklim Kebijakan/rencana/program dalam RPIJM Kota Solok, tidak berdampak langsung terhadap perubahan iklim, justru perubahan iklim dapat mengancam kontinuitas SPAM yang dibangun, terutama untuk sumber air

Tidak Signifikan

Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

Kebijakan/rencana/program dalam RPIJM Kota Solok, dapat berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan, kemerosotan dan/atau

kepunahan keanekaragaman hayati, hal ini terutama berkaitan dengan lokasi dan sumber air yang digunakan dalam SPAM

Tidak Signifikan

Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana (banjir, kekeringan, dll), hal ini terutama berkaitan dengan lokasi dan sumber air yang digunakan dalam SPAM

Tidak Signifikan

Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok berdampak negatif terhadap kemungkinan penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, jika dalam pemanfaatan sumber daya air sebagai sumber air baku SPAM tidak

mempertimbangkan kondisi daya dukungnya

Tidak Signifikan

(18)

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/

Tidak signifikan)

Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya

keberlanjutan penghidupan

sekelompok masyarakat

Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

4

Perubahan iklim

Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati

Kebijakan/rencana/program dalam RPIJM Kota Solok, dapat berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati jika dalam perencanaanya kurang

memperhatikan kaedah lingkungan, terutama persoalan pengelolaan air limbah dan penanganan sampah

Kebijakan/Rencana/Proga m RPIJM Kota Solok dapat berdampak terhadap peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, misalnya, dari kegiatan pemasangan jaringan

transmisi/bangunan penangkap air di kawasan hutan

(Tidak Signifikan) Peningkatan intensitas

dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan

Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana (banjir, kekeringan, dll), jika dalam tahap perencaanaan, terutama untuk kegiatan drainase, tidak dilakukan secara tepat

Kebijakan/Rencana/progra m RPIJM Kota Solok, secara tidak langsung, dapat berdampak terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan

(19)

No Kriteria Penapisan

Penilaian

Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/

Tidak signifikan)

kepentingan pengguna air lainnya

(Tidak Signifikan)

Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam

Kebijakan/rencana/program dalam RPIJM Kota Solok, dapat berdampak terhadap kemungkinan penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, terutama persoalan pengelolaan air limbah dan penanganan sampah

Kebijakan/rencana/progra m RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, jika kualitas air yang dihasilkan dari

perencaanaan SPAM tidak memenuhi standar kualitas yang ditetapkan

Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan

Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok tidak berdampak terhadap peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan

Sektor Penyehatan Lingkungan dan

Permukiman

Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya

keberlanjutan penghidupan

sekelompok masyarakat

Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok tidak berdampak negatif terhadap kemungkinan peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat

Kebijakan/rencana/progra m dalam RPIJM Kota Solok, tidak berdampak terhadap perubahan iklim, namun pada tahap operasional, aktivitas di TPA berpotensi

meningkatkan gas rumah kaca, yang pada akhirnya berpengaruh pada perubahan iklim (Tidak Signifikan) Peningkatan resiko

terhadap kesehatan dan keselamatan manusia

Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, jika pengelolaan terhadap air limbah dan sampah tidak dilakukan secara benar

Tidak Signifikan

(20)

9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum KLHS, KLHS tidak perlu dilaksanakan. KLHS yang

tercantum dalam dokumen RTRW, dapat dijadikan masukan, untuk memperkaya

informasi perlindungan lingkungan dalam RPIJM.

Pada tataran perumusan kebijakan, rencana dan program, KLHS merupakan instrument

lingkungan yang digunakan, namun pada tataran pelaksanaan kegiatan atau

keproyekan, maka dokumen yang digunakan adalah AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH,

tergantung kepada besaran kegiatan.

4.1.2

AMDAL, UKL-UPL DAN SPPLH

Besaran kegiatan untuk dokumen AMDAL, UKL-UPL maupun SPPLH, diatur oleh

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha

dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 tahun

2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan

Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya

Pemantauan Lingkungan Hidup.Pada tabel 5.2 ditampilkan jenis kegiatan yang wajib

AMDAL, mengacu kepada Permen LH No. 5 Tahun 2012.

Tabel 4.5 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL

No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan Ilmiah Khusus

A. Persampahan

a. Pembangunan TPA sampah domestic dengan sistem controlled landfill/sanitary landfill termasuk instalasi penunjangnya

- luas kawasan TPA, atau - kapasitas total

> 10 ha

≥ 100.000 ton

a. penyesuaian terhadap luas kawasan TPA dengan daya tampung TPA

b. Perubahan paradigma dari tempat

pembuangan/penampungan akhir menjadi tempat pengolahan akhir.

c. UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dimana konsep 3R menjadi bagian dari deskripsi kegiatan Amdal TPA.

Bukan lagi “open dumping” tapi

(21)

No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan Ilmiah Khusus

landfill gas (waste to energy). untuk insinerator biasanya untuk kapasitas yang kecil (<100 ton per hari) prosesnya kurang sempurna sehingga dampaknya dapat lebih penting

b. TPA di daerah pasang surut, - luas landfill, atau

- kapasitas total

Semua

kapasitas/besaran

Pengaturan TPA ini lebih ketat dari pada di wilayah lain. secara teknis, daerah pasang surut tidak direkomendasikan untuk menjadi lahan TPA.

Tetapi untuk beberapa wilayah yang tidak punya pilihan wilayah lain maka tetap dapat

diperbolehkan membangun TPA di daerah pasang surut

c. Pembangunan transfer station

- kapasitas ≥ 500 ton/hari

lokasi transfer station pada umumnya terletak di dalam atau di pinggiran kota dan dibangun pada luas lahan yang terbatas

d. Pembangunan instalasi Pengolahan Sampah Terpadu

- Kapasitas ≥ 500 ton/hari

guna mendorong minat swasta/masyarakat

e. Pengolahan dengan insinerator - kapasitas

Semua kapasitas

pengolahan sampah domestik berapapun kapasitasnya harus dilengkapi dengan amdal karena saat ini sampah domestik masih tercampur dengan limbah B3.

f. Composting Plant

- kapasitas ≥ 500 ton/hari

kapasitas composting plant diperbesar untuk mendorong minat swasta/masyarakat dalam komposting

g. Transportasi sampah dengan kereta api

- kapasitas ≥ 500 ton/hari

B. Pembangunan

Perumahan/permukiman dan Kawasan

Permukiman dengan pengelola tertentu :

(22)

No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan Ilmiah Khusus

a. Kota Metropolitan, luas b. Kota besar, luas

c. Kota sedang dan kecil, luas d. Untuk keperluan settlement transmigrasi

a. Hubungan antar kawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup diluar kawasan lindung;

b. Keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan lingkungan hunian perdesaan;

c. Keterkaitan antara

pengembangan lingkungan hunian perkotaan dengan pengembangan lingkungan hunian perdesaan;

d. Keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup;

e. Keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan privat. f. Analisis teknis, meliputi: g. Tingkat pembebasan lahan. h. Daya dukung lahan, seperti

daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per-hektar i. Tingkat kebutuhan air

sehari-hari.

j. Limbah yang dihasilkan sebagai akibat hasil kegiatan perumahan dan permukiman.

k. Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (mobilisasi material, manusia, dan lalu lintas)

l. KDB (Koefisien dasar bangunan) dan KLB (Koefisien luas

bangunan).

m. Peningkatan air larian (run-off) yang mengakibatkan banjir dihilirnya.

C. Air Limbah Domestik

a. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), termasuk fasilitas penunjangnya

a. Setara dengan layanan untuk 100.000 orang.

(23)

No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan Ilmiah Khusus

- Luas, atau - Kapasitasnya

≥ 2 ha ≥ 11 m3/hari

baik dan gangguan visual.

b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) limbah domestik termasuk fasilitas penunjangnya - Luas, atau

- Beban organik

≥ 3 ha ≥ 2,4 ton/hari

Setara dengan layanan untuk 100.000 orang.

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah, luas layanan

- Luas layanan, atau - Debit air limbah

≥ 500 ha

≥ 16.000 m3/hari

a. Setara dengan layanan 100.000 orang.

b. Setara dengan 20.000 unit sambungan air limbah. c. Dampak potensial berupa

gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana umum,

ketidaksesuaian atau nilai kompensasi

D. Pembangunan saluran drainase

(primer dan/atau sekunder) di permukiman

a. kota besar/ metropolitan, panjang

b. kota sedang, panjang

≥ 5 km ≥ 10 km

Berpotensi menimbulkan gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, pencemaran di daerah hilir, perubahan tata air di sekitar jaringan, bertambahnya aliran puncak dan perubahan perilaku masyarakat di sekitar jaringan. Pembangunan drainase sekunder di kota sedang yang melewati permukiman padat

E. Jaringan air bersih di kota besar /

metropolitan

a. pembangunan jaringan distribusi

- luas layanan > 500 ha

Berpotensi menimbulkan dampak hidrologi dan persoalan

keterbatasan air

Konflik sosial pemakaian air di sepanjang jaringan pipa b. pembangunan jaringan

transmisi

- panjang > 10 km

(24)

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang skala/besarannya masih di bawah batas wajib

dokumen AMDAL, maka tidak perlu menyusun dokumen AMDAL, tetapi wajib

dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan Bidang Cipta Karya yang wajib

dokumen UKL-UPL, sesuai dengan Permen PU No. 10 Tahun 2008 tentang Penetapan

Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi

dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan

Hidup, dapat dilihat pada Tabel 4.3

Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib

dilengkapi dokumen UKL-UPL, tidak wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL, tapi

dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan

Lingkungan Hidup (SPPLH).

(25)

Tabel 4.6 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL,

tapi Wajib UKL-UPL

Jenis kegiatan Skala/Besaran Pertimbangan Ilmiah Alasan Khusus

Persampahan

a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang

- Luas kawasan, atau - Kapasitas total

< 10 Ha < 10.000 ton

Penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan, penerapan teknologi yang mempengaruhi lingkungan fisik kimia, serta proses dan hasilnya mempengaruhi kondisi sosial masyarakat

Gangguan kesehatan masyarakat sekitar menurunnya estétika lingkungan, timbulnya bau, lalat, vektor penyakit, pencmaran udara akibat emisi gas hasil pembakaran (H2S, NO2, SO2, CO2, dioxin), pencemaran air tanah maupun air

permukaan serta keresahan masyarakat. b. TPA daerah pasang surut

- Luas landfill - Kapasitas total

< 5 Ha < 5.000 ton

c. Pembangunan Transfer Station

- Kapasitas < 1.000 ton/hari

d. Pembangunan Instansi/Pengolahan Sampah Terpadu

- Kapasitas < 500 ton

e. Pembangunan Incenerator

(26)

f. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos

- Kapasitas > 50 s/d < 100 ton/Ha

Air limbah domestik/permukiman

a. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang - Luas

- Atau kapasitas

< 2 ha < 11 m3/hari

Penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan, penerapan teknologi yang mempengaruhi lingkungan fisik kimia, serta proses dan hasilnya mempengaruhi kondisi sosial masyarakat

Gangguan kesehatan masyarakat sekitar menurunnya estétika

lingkungan, timbulnya bau, lalat, vektor penyakit, pencmaran udara akibat emisi gas hasil pembakaran pencemaran atau perubahan kualitas dan kuantitas air tanah, air permukaan dan air baku serta keresahan masyarakat terhadap pengelolaan air limbah.

Gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, ketidakpuasan atas nilai kompensasi, kesehatan masyarakat sekitar, menurunnya estetika lingkungan timbulnya bau, lalat, vektor penyakit, pencmaran udara akibat emisi gas hasil pembakaran pencemaran atau

perubahan kualitas dan kuantitas air tanah, air permukaan dan air baku serta keresahan masyarakat terhadap pengelolaan air limbah.

b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

- Luas

- Atau bahan organik

< 3 ha < 2,4 ton/hari

c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman

- Luas layanan

- Atau debit air limbah

< 500 ha < 16.000 m3/hari

(27)

a. Pembangunan saluran primer dan sekunder

- Panjang < 5 km

Perubahan bentang alam perubahan daya dukung Dan daya tampung lingkungan perubahan tata alir air.

Gangguan lalu lintas dan kemacetan (pada saat konstruksi), kebisingan, gangguan estetika lingkungan, perubahan kualitas air dibagian hilir saluran, terganggunya fungsi sarana umum di sekitarnya serta

ketidakpuasan atas nilai kompensasi. b. Pembangunan kolam retensi/polder di

area/kawasan pemukiman

- luas kolam retensi/polder (1 - 5) ha

Air Minum

a. Pembangunan jaringan distribusi (luas layanan)

100 ha s/d < 500 ha Penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan social budaza, eksploitasi Sumber Daya Air yang pemanfaatannya berpotensi menimbulkan pemborosan maupun kerusakan sumber daya alam, ekologi waduk

Gangguan lalu litas, kecemburuan social antar consumen air bersih, konflik pemakaian sumber daya air, perubahan pasokan air, penurunan muka air tanah (land subsident) akibat penyedotan air tanah yang berlebihan, instrusi air asin, perubahan kualitas air di badan penerima limbah hasil proses pengolahan air. b. Pembangunan jeringan pipa transmisi

(panjang)

1. Metropolitan/besar - Panjang

2. Sedang/kecil - Panjang

5 km s/d < 10 km

8 km s/d < 10 km

c. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lanilla (debit) 1. Sungai danau

2. Mata air

50 L/dt s/d < 250 L/dt 2,5 L/dt s/d < 250 L/dt

d. Pembangunan Instalasi Pengolahan air dengan pengolahan lengkap (debit)

(28)

e. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan:

1. Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM

2. Kegiatan lain dengan tujuan komersil

2,5 L/dt < 50 L/dt

1,0 L/dt s/d < 50 L/dt

Pembangunan gedung

a. Pembangunan bangunan gedung di atas tanah/bawah tanah

1. Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat

penyimpanan

5.000 m2 s/d 10.000 m2

 Perubahan pada sifat-sifat fisik dan/atau hayati lingkungan

 Perubahan komponen lingkungan

 Menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung

 Mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai tinggi serta mengakibatkan

/menimbulkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat dan/atau pemerintah

 Penurunan daya tampung lingkungan sebagai akibat dari pemanfaatan intensitas lahan yang melampaui daya dukung lahan itu sendiri yang

 Berpotensi mengganggu fungsi prasaana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di disekitarnya

2. Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng

 Berpotensi mengganggu fungsi prasaana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di disekitarnya

3. Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum

(29)

4. Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

mengakibatkan perubahan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat

 Berpotensi mengganggu fungsi prasarana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di disekitarnya

 Kegiatan bangunan gedung fungsi khusus menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan

lingkungannya

 Bangunan gedung fungsi khusus yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasional seringkalimempunyai sistem pertahanan dan keamanan tertentu yang dapat berpengaruh terhadap ekosistem

 Mempunyai resiko bahaya tinggi apabila terjadi kegagalan / kecelakaan

b. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum

1. Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat

penyimpanan

 Perubahan pada sifat-sifat fisik dan/atau hayati lingkungan

 Perubahan komponen lingkungan

 Menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung

(30)

2. Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng

5.000 m2 s/d 10.000 m2

 Mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai tinggi serta mengakibatkan

/menimbulkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat dan/atau pemerintah

 Penurunan daya tampung lingkungan sebagai akibat dari pemanfaatan intensitas lahan yang melampaui daya dukung lahan itu sendiri yang

mengakibatkan perubahan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat

 Berpotensi mengganggu fungsi prasaana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di disekitarnya

3. Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum

 Berpotensi mengganggu fungsi prasaana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di disekitarnya

4. Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

 Berpotensi mengganggu fungsi prasarana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di disekitarnya

 Kegiatan bangunan gedung fungsi khusus menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan

lingkungannya

 Bangunan gedung fungsi khusus yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasional seringkalimempunyai sistem pertahanan dan keamanan tertentu yang dapat berpengaruh terhadap ekosistem

 Mempunyai resiko bahaya tinggi apabila terjadi kegagalan/kecelakaan

(31)

1. Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat

penyimpanan

5.000 m2 s/d 10.000 m2

 Perubahan pada sifat-sifat fisik dan/atau hayati lingkungan

 Perubahan komponen lingkungan

 Menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung

 Mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai tinggi serta mengakibatkan

/menimbulkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat dan/atau pemerintah

 Penurunan daya tampung lingkungan sebagai akibat dari pemanfaatan intensitas lahan yang melampaui daya dukung lahan itu sendiri yang

mengakibatkan perubahan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat

 Kegiatan berpotensi mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan dapat menimbulkan pencemaran

 Pembangunan dapat menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak lingkungan

2. Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng

 Pembangunan dapat menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak lingkungan

3. Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum

 Pembangunan dapat menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak lingkungan

4. Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri

Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL

 Kegiatan berpotensi mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan dapat menimbulkan pencemaran

 Pembangunan dapat menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak lingkungan

(32)

khusus menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan

lingkungannya

 Bangunan gedung fungsi khusus yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggitingkat nasional seringkali mempunyai sistem pertahanan dan keamanan tertentu yang dapat berpengaruh terhadap ekosistem

 Penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat di sekitarnya

 Mempunyai resiko bahaya tinggi apabila terjadi kegagalan / kecelakaan

Pengembangan kawasan permukiman baru

Kegiatan ini dapat berupa:

a. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;

b. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);

c. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan

Jumlah hunian: < 500 unit rumah;

Luas kawasan: < 10 ha

Adanya perubahan fungsi lahan, perubahan tata air lingkungan, dan penurunan daya dukung lingkungan, serta peningkatan eksploitasi air tanah

Kemungkinan terjadinya gangguan sosial bila kegiatan ini disertai pemindahan penduduk.

Timbulnya gangguan lalu lintas, banjir lokal, serta timbulnya penumpukan sampah dan limbah.

(33)

Siap Bangun/Lingkungan Siap Bangun)

Peningkatan Kualitas Permukiman Kegiatan ini dapat berupa:

a. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebuthan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;

b. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;

c. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)

Luas kawasan: < 10 ha

Adanya perubahan tata air lingkungan, dan penurunan daya dukung lingkungan, serta

peningkatan eksploitasi air tanah

 Timbulnya gangguan lalu lintas, banjir lokal, serta timbulnya penumpukan sampah dan limbah.

 Terganggunya pelayanan infrastruktur umum, misalnya tertutupnya saluran drainase, penyempitan jalan umum, penurunan muka air tanah

Penanganan kawasan kumuh perkotaan Kegiatan ini dapat berupa:

a. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk dan dapat

Luas kawasan: < 5 ha Adanya perubahan fungsi lahan, perubahan tata air lingkungan, dan penurunan daya dukung lingkungan, serta peningkatan eksploitasi air tanah

 Timbulnya gangguan sosial akibat pemindahan penduduk.

(34)

dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun

 Terjadinya banjir lokal, serta timbulnya penumpukan sampah dan limbah.

 Penurunan pelayanan infrastruktur umum, misalnya tertutupnya saluran drainase, penyempitan jalan umum, penurunan muka air tanah.

Catatan :

- Kota Metropolitan : Jumlah Penduduk > 1.000.000 jiwa

- Kota Besar : Jumlah Penduduk 500.000 – 1.000.000 jiwa

- Kota Sedang : Jumlah Penduduk 200.000 – 500.000 jiwa

(35)

Tabel 4.7 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan

Bidang Cipta Karya dalam RPIJM Kota Solok

No Jenis Kegiatan Lokasi AMDAL UKL-UPL SPPLH

SEKTOR PENGEMBANGAN PEMUKIMAN

1 laporan pembinaan pengembangan

permukiman

1.a strategi pembangunan permukiman dan

infrastruktur perkotaan (sppip)

penyusunan SPPIP - - -

1.b rencana pengembangan kawasan

perkotaan dan perdesaan (rpkpp)

penyusunan RPKPP - - -

2 infrastruktur kawasan permukiman

perkotaan

2.a infrastruktur kawasan permukiman kumuh

penataan/peningkatan infrastruktur permukiman kawasan kumuh

kandang aur - - 

2.b INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN RSH YANG

MENINGKAT KUALITASNYA

Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman RSH

Pembangunan Saluran dan Jalan

Ustano Permai Nan Balimo - - 

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

simp. Rumbio (Sp. Pulai, SMA 2, Batu gadang)

- - 

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

kamp. Jawa (transat, ampang kualo)

- - 

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

tanah garam (solok nan indah, surau kajai, palm griya, pincuran makmur, surau langkok, SMP 6)

(36)

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

tanjung paku - - 

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

VI suku - - 

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

Nan balimo - - 

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

Laing - - 

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

Sinapa Piliang - - 

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

Koto Panjang - - 

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

PPA - - 

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

Aro IV Korong - - 

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

KTK - - 

Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan

IX Korong - - 

4 INFRASTRUKTUR KAWASAN

PERMUKIMAN PERDESAAN

4.a INFRASTRUKTUR KAWASAN

PERMUKIMAN PERDESAAN POTENSIAL YANG MENINGKAT KUALITASNYA

a Perencanaan Teknis payo kel. Tanah

garam

- - -

b Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perdesaan Potensial

(agropolitan,Minapolitan, KTP2D)

payo kel. Tanah garam

- - 

c Pengendalian payo kel. Tanah

garam

- - -

4.b INFRASTRUKTUR KAWASAN

PERMUKIMAN RAWAN BENCANA

Rehabilitasi/Rekonstruksi PSD Permukiman Rawan Bencana

a Perencanaan Teknis 5 Kawasan b Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Kawasan Rawan Bencana

KTK, Sinapa, Aro VI Korong, IX Korong, VI Suku

- - 

c Perencanaan Teknis - - -

d

Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kawasan Rawan Bencana

Laing, tanah garam,

- - 

e Perencanaan Teknis - - -

f

Pembangunan Infrastruktur Permukiman

Kawasan Rawan Bencana simp. Rumbio

- - 

SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN

1 LAPORAN PEMBINAAN PELAKSANAAN

PBL, PENGELOLAAN GRN

(37)

Penyusunan RTBL Kel. Kp. Jawa - - -

2 BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA

2.a AKSESIBILITAS BANGUNAN GEDUNG DAN

FASILITASNYA

Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan

Gedung Sekretariat

- - 

Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan

Gedung Bappeda

- - 

Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan

Gedung Pendidikan

- - 

Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan

Gedung DPPKA

- - 

Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan

Gedung Arsip

- - 

Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan

Gedung DPRD

- - 

Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan

Gedung Perhubungan

- - 

Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan

Gedung Inspektorat

- - 

Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan

Gedung PORKP

- - 

Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan

Gedung Camat Lb. Sikarah

Rehabilitasi Gedung Negara/Bersejarah Kota Solok - - 

Perencanaan Teknis Kota Solok - -

2.d REHABILITASI BANGUNAN BERSEJARAH

Rehabilitasi Gedung Bersejarah - - 

3 SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN

PERMUKIMAN

3.a SARANA DAN PRASARANA

PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN

Penyediaan Sarana dan Prasarana Dasar

Penanggulangan Kebakaran Kota Solok

(38)

Penyediaan Sarana dan Prasarana Dasar

Penanggulangan Kebakaran Kota Solok

- - -

3.b SARANA DAN PRASARANA REVITALISASI

KAWASAN

Peningkatan Sarana dan Prasarana

Revitalisasi Kawasan Kota Solok

- - 

Peningkatan Sarana dan Prasarana

Revitalisasi Kawasan Kota Solok

- - 

Peningkatan Sarana dan Prasarana

Revitalisasi Kawasan Kota Solok

- - 

3.c SARANA DAN PRASARANA PENATAAN

RTH

Peningkatan Sarana dan Prasarana

Penataan RTH Kota Solok

- - 

3.d SARANA DAN PRASARANA PENATAAN

LINGKUNGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BERSEJARAH

Penataan Lingkungan Permukiman

Tradisional Kota Solok

- - 

Penataan Lingkungan Permukiman

Tradisional Kota Solok

- - 

SEKTOR SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM

2. SPAM REGIONAL

Pemasangan Pipa Transmisi Air Baku (dia

(39)

IPA kap. 60 l/dtk -  -

Ground Reservoir - - 

Bangunan Sadap - - 

3. SPAM DIKAWASAN MBR

SPAM dikawasan RSH/Rusunawa

Pembangunan SPAM Guk Rantau

- bangunan instalasi pengolahan air

kapasitas 50 L/dt -  -

- bangunan instalasi pengolahan air

kapasitas 50 L/dt -  -

- pengadaan dan pemasangan pipa sekunder dan tersier untuk kawasan MBR

Ø 50-75 mm sepanjang 14.750 m' -  -

- pengadaan dan pemasangan pipa distribusi Ø 100, 150, dan 200 mm

sepanjang 11.400 m' -  -

* Pengadaan pipa distribusi utama dia 300

mm - - -

* Pengadaan pipa distribusi utama dia 250

mm - - -

* Pengadaan pipa distribusi utama dia 200

mm - - -

* Pengadaan pipa distribusi utama dia 150

mm - - -

* Pengadaan pipa distribusi utama dia 100

mm - - -

- sambungan rumah 1.000 unit - - -

- sambungan rumah 1.000 unit - - -

- sambungan rumah 1.000 unit - - -

- ground reservoar 740 m3 - - 

- rumah jaga 36 m3 batu kubung - - 

- rehabilitasi dan relokasi pipa KTK 20 l/dt

ke lokasi batu kubung/guk rantau KTK - - 

- bangunan operasional batu kubung - - 

- pagar pengaman IPA batu kubung 270 m' batu kubung - - 

* Jalan masuk instalasi IPA - - 

* Penyempurnaan Broncaptering Air Talak - - 

* Penyempurnaan Broncaptering Tabek

Puyuh - - 

* Peralatan laboratorium - - 

SEKTOR PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN

1 LAPORAN PEMBINAAN

PENYELENGGARAAN BIDANG PENYEHATAN LINGKUNGAN

(40)

PERMUKIMAN

1.a LAPORAN FASILITASI PENGUATAN

KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM BIDANG PENGEMBANGAN PLP

Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemda Bidang PLP (Informasi Publik Edukasi, Diseminasi, Sosialisasi, Pelatihan)

- - -

1.b LAPORAN FASILITASI PENGUATAN

KAPASITAS MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA DALAM BIDANG PENGEMBANGAN PLP

Laporan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Bidang Pengembangan PLP

- - -

1.c RENCANA INDUK DAN PRA STUDI

KELAYAKAN BIDANG PLP

Penyusunan Rencana Induk dan Pra Studi

Kelayakan Bidang PLP Kota Solok - - -

2 INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH

2.a INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH DENGAN

SISTIM TERPUSAT SKALA KOTA

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Air Limbah Terpusat Skala Kota (Off Site) Koto Panjang*) Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Air Limbah Terpusat Skala Kota (Off Site) PPA*) Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Air Limbah Terpusat Skala Kota (Off Site) Kp. Jawa*)

2.b INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH DENGAN

SISTIM SETEMPAT DAN SISTIM KOMUNAL

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Sistim Setempat/Komunal (On Site)

Simp. Rumbio*)

3 INFRASTRUKTUR DRAINASE PERKOTAAN

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Drainase Perkotaan (Pra FS)

PPA, Tj. Paku Nan Balimo, Kp. Jawa, Tn. Garam, Koto Panjang*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Drainase Perkotaan (FS)

(41)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Drainase Perkotaan (AMDAL)

PPA, Tj. Paku Nan Balimo, Kp. Jawa, Tn. Garam, Koto Panjang*) Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan (DED) PPA *)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan (DED) Koto Panjang*) Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan (DED) Tanah Garam*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan (DED) VI Suku*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan (DED) Tj. Paku*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan (DED) Nan Balimo*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan (DED) Laing*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan (DED) Kp. Jawa *)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Drainase Perkotaan (DED)

PPA, Tj. Paku Nan Balimo, Kp. Jawa, Tn. Garam, Koto Panjang*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Drainase Perkotaan (Penyiapan

Masyarakat)

PPA, Tj. Paku Nan Balimo, Kp. Jawa, Tn. Garam, Koto Panjang*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan PPA*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan Koto Panjang*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan Tanah Garam*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan VI Suku*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan Tj. Paku*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan Nan Balimo*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan Laing*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur

Drainase Perkotaan Kp. Jawa*)

Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Drainase Perkotaan (pengadaan Peralatan)

Gambar

Tabel 4.1
Tabel 4.2
Tabel 4.3
Tabel 4.4 Penapisan Usulan Program/Kegiatan RPIJM
+4

Referensi

Dokumen terkait

Hal ini pun ditangkap sebagai pasar yang cukup potensial oleh pelaku usaha industri pariwisata dengan membuka toko oleh-oleh atau kerajinan tangan yang dapat memenuhi kebutuhan

Telah berhasil dipertahankan di hadapan Tim Penguji dan diterima sebagai bagian persyaratan yang diperlukan untuk memperoleh gelar Ahli Madya pada Program Studi Diploma III

pertemuan V 45%, sehingga rata-rata persentase (%) keaktifan mahasiswa sebesar 40.8% Das (2015) menyatakan bahwa pembelajaran berbasis web sangat efektif untuk

Disamping itu minimnya kontak yang bisa dilakukan dengan anak mengakibatkan setelah terapi bermain hanya sedikit komponen yang bisa berubah, kendala lain dalam

Klep-klep jantung terletak di pintu-pintu keluar dari keempat ruangan jantung dan mempertahankan satu arah aliran darah didalam jantung.Keempat klep jantung memastikan bahwa darah

Pasal 60 Undang-Undang Nomor 1 tahun 1974 menentukan bahwa perkawinan campuran tidak dapat dilangsungkan sebelum terbukti bahwa syarat- syarat perkawinan yang ditentukan oleh

Abstrak : Berdasarkan hasil wawancara mengenai mata pelajaran pengetahuan kelainan kulit dengan beberapa guru di SMK Negeri 2 Ponorogo diperoleh informasi bahwa

Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SDN Karanganyar 2 L 45 Hotel Jember Indah 189 11052222010239 HADI SUYITNO, S.PD Pendidikan Jasmani dan Kesehatan SDN Kladi 1 L 45 Hotel Jember