Penyusunan Analisis Sosial Ekonomi dilakukan untuk mendukung pihak
daerah dalam menilai kelayakan rencana investasi di bidang infrastruktur
dilihat dari dampak lingkungan dan sosial yang memungkinkan terjadi.
Dengan adanya safeguard yang memadai dapat meminimalkan dampak negatif
terhadap lingkungan dan sosial, dengan demikian program investasi yang
dilaksanakan dapat dimaksimalkan.
Seluruh program investasi infrastruktur bidang keciptakaryaan yang diusulkan
oleh Pemerintah Kabupaten Agam harus sesuai dan memenuhi prinsip-prinsip
sebagai berikut :
1.
Penilaian lingkungan
(environment assessment)
dan rencana mitigasi dalam
sub proyek, dirumuskan dalam bentuk :
a.
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan atau AMDAL (atau Analisis
Dampak
Lingkungan-ANDAL
dikombinasikan
dengan
Rencana
Pengelolaan RKL dan Rencana Pemantauan
Lingkungan-RPL)
b.
Upaya Pengelolaan Lingkungan (UKL), Upaya Pemantauan Lingkungan
(UPL)
c.
Standar Operasi Baku - SOP
d.
Tergantung pada kategori dampak sub proyek yang dimaksud.
2.
AMDAL harus dilihat sebagai alat peningkatan kualitas lingkungan. Format
AMDAL atau UKL/UPL merupakan bagian tidak terpisahkan dari analisis
teknis, ekonomi, sosial, kelembagaan, dan keuangan subproyek
3.
Sejauh mungkin, sub proyek harus menghindari atau meminimalkan
dampak negative terhadap lingkungan. Selaras dengan hal tersebut,
subproyek harus dirancang untuk dapat memberikan dampak positif
semaksimal mungkin. Subproyek yang diperkirakan dapat mengakibatkan
dampak negatif yang besar terhadap lingkungan, dan dampak tersebut
tidak dapat ditanggulangi melalui rancangan dan konstruksi sedemikian
rupa, harus dilengkapi AMDAL
4.
Usulan program investasi infrastruktur bidang keciptakaryaan tidak dapat
dipergunakan mendukung kegiatan yang dapat mengakibatkan dampak
negatif terhadap habitat alamiah, warga terasing dan rentan, wilayah yang
dilindungi, alur laut internasional atau kawasan sengketa. Disamping itu dari
usulan RPIJM juga tidak membiayai pembelian, produksi, atau penggunaan :
a.
Bahan-bahan yang merusak ozon, tembakau atau produk-produk
tembakau
b.
Asbes, bahan-bahan yang mengandung asbes
c.
Bahan/material yang mengandung unsur B3 (Bahan Beracun dan
Berbahaya). Rencana investasi tidak membiayai kegiatan yang
menggunakan,
menghasilkan,
menyimpan,
atau
mengangkut
bahan/material beracun, korosif atau eksplosif atau bahan/material yang
termasuk dalam kategori B3 menurut hukum yang berlaku di Indonesia
d.
Pestisida, herbisida, dan insektisida.
RIPJM tidak diperuntukkan membiayai kegiatan yang melakukan
pengadaan pestisida, herbisida atau insektisida
e.
Pembangunan bendungan.
RPIJM
bidang
infrastruktur
keciptakaryaan
tidak
membiayai
pembangunan atau rehabilitasi bendungan atau investasi yang
mempunyai ketergantungan pada kinerja bendungan yang telah ada
ataupun yang sedang dibangun
f.
Kekayaan budaya.
g.
Penebangan kayu.
RPIJM bidang infrastruktur keciptakaryaan tidak membiayai kegiatan
yang terkait dengan kegiatan penebangan kayu atau pengadaan
peralatan penebangan kayu.
Untuk dapat terbentuknya safeguard yang memadai, maka dalam menyusun
kerangka safeguard perlu diperhatikan prinsip-prinsip penyusunan safeguard
lingkungan dan sosial. Adapun prinsip-prinsip tersebut diantaranya adalah :
1.
Kerangka safeguard perlu disepakati oleh pihak-pihak atau pelaku-pelaku
pembangunan di daerah yang tidak hanya oleh pemerintah daerah saja,
tetapi seluruh komponen daerah yang terlibat dalam pembangunan, seperti
lembaga legislatif daerah, LSM, Perguruan Tinggi atau stakeholder lainnya.
2.
Penguatan kapasitas lembaga pelaksana yang difokuskan pada penguatan
kemampuan
fasilitasi,
penciptaan
arena
multi-stakeholder
dan
pengetahuan teknis dari pihak terkait.
3.
Untuk menjamin program investasi infrastruktur tidak membiayai investasi
apapun yang dapat mengakibatkan dampak negatif yang serius yang tidak
dapat diperbaiki/dipulihkan.
Untuk kepastian safeguard dilaksanakan dengan baik dan benar, diperlukan
tahap-tahap kegiatan sebagai berikut :
1.
Identifikasi, seleksi dan pengelompokan kategori dampak,
2.
Studi dan penilaian mengenai tindakan yang perlu dan bisa dilakukan,
3.
Perumusan dan pelaksanaan rencana tindak,
4.
Pemantauan dan pengkajian terhadap semua proses seperti di atas,
5.
Perumusan mekanisme penanganan dan penyelesaian keluhan yang cepat
dan efektif.
4.1
ANALISIS SOSIAL
permukiman seharusnya menyentuh aspek-aspek sosial yang terkait dan sesuai dengan
isu-isu yang marak saat ini, seperti pengentasan kemiskinan serta pengarusutamaan
gender. Sedangkan pada saat pembangunan kemungkinan masyarakat terkena dampak
sehingga diperlukan proses konsultasi, pemindahan penduduk dan pemberian
kompensasi, maupun permukiman kembali. Kemudian padapasca pembangunan atau
pengelolaan perlu diidentifikasi apakah keberadaan infrastruktur bidang Cipta Karya
tersebut membawa manfaat atau peningkatan tarafhidup bagi kondisi sosial ekonomi
masyarakat sekitarnya.
Dasar
peraturan
perundang-undangan
yang
menyatakan
perlunya
memperhatikanaspek sosial adalah sebagai berikut:
1.
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
Dalam rangka pembangunan berkeadilan, pembangunan sosial juga dilakukan
dengan memberi perhatian yang lebih besar pada kelompok masyarakat yang
kurang beruntung, termasuk masyarakat miskin dan masyarakat yang tinggal
diwilayah terpencil, tertinggal, dan wilayah bencana.
Penguatan kelembagaan dan jaringan pengarusutamaan gender dan anak
ditingkat nasional dan daerah, termasuk ketersediaan data dan statistik gender.
2.
UU No. 2/2012 tentang Pengadaan UU No. 2/2012 tentang Pengadaan Lahan
bagiPembangunan untuk Kepentingan Umum:
Pasal 3: Pengadaan Tanah untuk Kepentingan Umum bertujuan menyediakan
tanah bagi pelaksanaan pembangunan guna meningkatkan kesejahteraan dan
kemakmuran
bangsa,
negara,
dan
masyarakat
dengan
tetap
menjaminkepentingan hukum Pihak yang Berhak.
3.
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
MenengahNasional Tahun 2010-2014:
Perbaikan kesejahteraan rakyat dapat diwujudkan melalui sejumlah program
pembangunan untuk penanggulangan kemiskinan dan penciptaan kesempatan
kerja, termasuk peningkatan program di bidang pendidikan, kesehatan,
danpercepatan pembangunan infrastruktur dasar.
Untuk mewujudkan keadilan dan kesetaraan gender, peningkatan akses
danpartisipasi perempuan dalam pembangunan harus dilanjutkan.
Pasal 1: Program penanggulangan kemiskinan adalah kegiatan yang dilakukan
oleh pemerintah, pemerintah daerah dunia usaha, serta masyarakat untuk
meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha ekonomi mikro dan kecil,serta
program lain dalam rangka meningkatkan kegiatan ekonomi.
5.
Instruksi Presiden No. 9 Tahun 2000 tentang Pengarusutamaan Gender
dalamPembangunan Nasional
Menginstruksikan kepada Menteri untuk melaksanakan pengarusutamaan
gender guna terselenggaranya perencanaan, penyusunan, pelaksanaan,
pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program pembangunan nasional
yang berperspektif gender sesuai dengan bidang tugas dan fungsi,
sertakewenangan masing-masing.
Tugas dan wewenang pemerintahkabupaten/kota terkait aspek sosial bidang Cipta
Karya adalah:
1.
Menjamin tersedianya tanah untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
2.
Menjamin tersedianya pendanaan untuk kepentingan umum di kabupaten/kota.
3.
Meningkatkan kesejahteraan masyarakat miskin melalui bantuan sosial,
pemberdayaan masyarakat, pemberdayaan usaha mikro dan kecil, sertaprogram
lain dalam rangka peningkatan ekonomi di tingkat kabupaten/kota.
4.
Melaksanakan pengarusutamaan gender guna terselenggaranya perencanaan,
penyusunan, pelaksanaan, pemantauan, dan evaluasi atas kebijakan dan program
pembangunan di tingkat kabupaten/kota berperspektif gender, khususnya untuk
bidang Cipta Karya.
4.1.1
KEMISKINAN
politikpun mereka tidak memiliki sarana untuk ikut dalam pengambilan keputusan
penting yang menyangkut hidup mereka.Proses ini berlangsung timbal balik saling
terkait dan saling mengunci dan akhirnya secara akumulatif memperlemah masyarakat
miskin.
Situasi ini bila tidak segera ditanggulangi akan memperparah kondisi masyarakat miskin
yang ditandai dengan lemahnya etos kerja, rendahnya daya perlawanan terhadap
berbagai persoalan hidup yang dihadapi, kebiasaan-kebiasaan buruk yang terpaksa
dilakukan guna mempertahankan hidup.
Kondisi kemiskinan di Kota Solok pada 2011 menunjukkan angka keluarga miskin
sebanyak 1.928 KK dari total jumlah penduduk Kota Solok. Pada tahun 2012 setelah
dilakukan pendataan penduduk miskin melalui Program Pendataan Perlindungan Sosial
(PPLS) bekerjasama dengan Badan Pusat Statistik dengan Tim Nasional Percepatan
Penanggulangan Kemiskinan. Saat ini angka kemiskinan Kota Solok menurun menjadi
1.739 KK dengan kategori kelompok miskin dan kelompok paling miskin sebanyak 703
rumah tangga sementara kelom pok hampir miskin sebanyak 1.036 KK.
Tabel 4.1
Analisis Kebutuhan Penanganan Penduduk Miskin Kota Solok di beberapa Lokasi
No Lokasi
Jumlah
Penduduk
Miskin
Kondisi Umum Permasalahan
Bentuk
Penanganan yang
Sudah Dilakukan
Kebutuhan
Penangananan
1. Tanah Garam 381 KK Pertanian Kurangnya
lapangan
pekerjaan,
kenaikan
angka
lapangan kerja
tdk diimbangi
dg
ketersediaan
lapangan
pekerjaan
Pengembangan
program
pemberdayaan
masyarakat misal
PNPM, bantuan
sosial
2. Tanjung Paku 245 KK Perdagangan dan
Jasa
Sda. Penyaluran
bantuan sosial,
rehab rumah
bantuan
terpadat di Kota
Solok, dengan
4.1.2
PENGARUSUTAMAAN GENDER
Pengarusatamaan Gender dapat dilihat pada program kegiatan pemberdayaan
masyarakat, PNPM mandiri, Sanimas /SLBM, seperti yang dapat dilihat pada tabel
berikut :
Tabel 4.2
Kajian Pengaruh Pelaksanaan Kegiatan Bidang Cipta Karya bagi Pengarusutamaan
Gender di Kota Solok
No Program/
kegiatan Lokasi Tahun
Bentuk
Perlu Diantisipasi di
Masa Datang
a PNPM
Perkotaan
Kota Solok
(tersebar)
2012 Pemberdayaan 30 % Cukup Baik - Masyarakat
disekitar lebih
peduli terhadap
kaum miskin
- Terbangunnya
fasilitas
lingkungan
permukiman
dasar khususnya
bagi masyarakat
miskin yang
belum
terakomodir
oleh Pemda
-Lambatnya proses
administrasi
pencairan dana
DDUB (APBD) di
sehingga tidak
sembarangan
membuang
limbah tinjanya
-Keberlanjutan
dalam pengelolaan
operasional dan
pemeliharaan
untuk bangunan
MCK plus yg sudah
ada masih rendah
2. Non Pemberdayaan Masyarakat
4.1.3
ANALISIS DAMPAK PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
TERHADAP EKONOMI LOKAL MASYARAKAT
Kegiatan Pembangunan Cipta Karya yang Membutuhkan Konsultasi, Pemindahan
Penduduk dan Pemberian Kompensasi serta Permukiman Kembali
No
1. Pengembangan
Permukiman
2. Penataan
Bangunan dan
3. Pengembangan Air
Minum
4. Pengembangan
Penyehatan Lingkungan
Permukiman
(Data Tidak Tersedia )
4.1.4
IDENTIFIKASI KEBUTUHAN PENANGANAN SOSIAL PASCA PELAKSANAAN
PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR BIDANG CIPTA KARYA
Output kegiatan pembangunan bidang Cipta Karya seharusnya memberi manfaat bagi
masyarakat. Manfaat tersebut diharapkan minimal dapat terlihat secara kasat mata dan
secara sederhana dapat terukur, seperti kemudahan mencapai lokasi pelayanan
infrastruktur, waktu tempuh yang menjadi lebih singkat, hingga pengurangan biaya
yang harus dikeluarkan oleh penduduk untuk mendapatkan akses pelayanan tersebut.
Tabel 4.3
Identifikasi Kebutuhan Penanganan Aspek Sosial Pasca Pelaksanaan Pembangunan
Bidang Cipta Karya
No Sektor Program/ Kegiatan Lokasi Tahun
Pelaksanaan
Jumlah
Penduduk
yang
Memanfaatkan
Keterangan
1. Pengembangan
Permukiman
Rusunawa beserta
infrastruktur
pendukungnya
Laing s/d 2014
Penyediaan infrastruktur
permukiman di kawasan
Simp. Rumbio
(Sp. Pulai,
SMA 2, Batu Gadang)
s/d 2014
Penyediaan infrastruktur
permukiman di kawasan
Kp. Jawa
(transat,
ampang kualo)
s/d 2014
Penyediaan infrastruktur
permukiman di kawasan
Tanah Garam
(Solok nan
indah, surau
kajai, palm
griya)
Infrastruktur Kawasan
kumuh
Kandang Aur s/d 2014
Pembangunan
infrastruktur permukiman
kawasan rawan bencana
KTK, Sinapa
Penyususnan RTBL
Kawasan Permukiman
rawan bencana
Pembuatan Ruang
Terbuka Hijau
Kota Solok s/d 2014
Penyusunan Rencana
Induk sistem proteksi
kebakaran
Kota Solok s/d 2014
Aksesibilitas bangunan
gedung kantor
Kota Solok s/d 2014
3. Pengembangan
Air Minum
Pembangunan/
peningkatan SPAM
Regional
Kota Solok s/d 2014
Pengembangan dan
pengelolaan jaringan air
minum untuk MBR
Kota Solok s/d 2014
Pembangunan instalasi
pengolahan air limbah
Kota Solok,
Pengadaan dan
pemasangan pipa
transmisi dan distribusi
Kota Solok s/d 2014
4. Pengembangan
Penyehatan
Lingkungan
Permukiman
Pembangunan saluran
drainase dan
gorong-gorong
4.2
ANALISIS EKONOMI
4.2.1 ANALISIS KEMAMPUAN KEUANGAN DAERAH
Dalam rangka meningkatkan efektifitas dan efisiensi pengelolaan setiap komponen
penerimaan daerah tersebut, maka peranan legislatif didalam mendorong kesadaran
masyarakat di era otonomi daerah adalah sangat penting. Oleh karena itu koordinasi
dan kerjasama yang harmonis antara pihak eksekutif dan legislatif dalam menggali dan
mengelola sumber-sumber penerimaan PAD menjadi sangat penting.
Disamping itu, peraturan perundang-undangan pajak dan Perda yang tidak sesuai lagi
dengan perkembangan dan tuntutan pembangunan yang berkelanjutan perlu dilakukan
penyempurnaan dan pembaharuan. Hal ini dapat dilakukan melalui perubahan
peraturan-peraturan (Perda) yang baru sehingga dapat memperluas basis penerimaan
PAD dan secara sekaligus mendorong peningkatan penerimaan PAD.
Untuk mewujudkan efektifitas dan efisiensi pengeluaran/belanja Pemda ada beberapa
strategi kebijaksanaan yang perlu mendapat perhatian yang sungguh-sungguh.
Pertama
,
Adanya komitmen dan keinginan Pemda baik pihak eksekutif maupun pihak
legislatif untuk benar-benar mengalokasikan dan menggunakan anggaran secara efektif
dan efisien serta bermanfaat bagi masyarakat.
Kedua,
adanya desentralisasi manajemen
terhadap unit-unit organisasi Pemda dalam penyediaan dan peningkatan pelayanan
terhadap masyarakat terutama dinas-dinas dan UPTD. Tujuan dari kebijaksanaan ini
adalah untuk lebih mendekatkan fungsi pelayanan terhadap masyarakat sesuai dengan
prinsip otonomi itu sendiri.
Ketiga,
perlu peningkatan peran swasta untuk turut
berinvestasi menyediakan sarana dan prasarana perkotaan yang bersifat komersial,
sehingga anggaran pembangunan Pemda dapat diprioritaskan untuk peningkatan
penyediaan jasa umum dan pemberdayaan masyarakat.
a. Program Intensifikasi Penerimaan Pajak.
Program ini bertujuan untuk meningkatkan sumber penerimaan yang berasal dari pajak
daerah di Kota Bukittinggi. Program intensifikasi ini bukanlah merupakan program yang
baru dibidang perpajakan, tetapi dalam pelaksanaannya perlu lebih ditingkatkan.
berdasarkan pada potensi pajak yang sebenarnya, karena itu kegiatan penghitungan
potensi pajak perlu dilakukan. (2). Sistim pembayaran on-line perlu lebih dioptimalkan.
(3). Kegiatan sosialisasi terhadap setiap perubahan tarif pajak perlu lebih ditingkatkan
baik secara lansung kemasyarakat maupun melalui media masa. (4). Kegiatan
pemberian insentif bagi wajib pajak yang membayar pajak tepat pada waktunya, serta
sesuai dengan jumlahnya perlu diberikan. (5). Kegiatan menampilkan para wajib pajak
melalui media RRI dan televisi dalam bentuk dialog perlu dicobakan, sehingga dapat
meransang wajib pajak lainnya untuk melunasi kewajiban pajaknya.
b. Program Ekstensifikasi
Sasaran yang hendak dicapai melalui program ini adalah terjadinya perluasan basis
penerimaan PAD terutama basis penerimaan pajak dan retribusi daerah. Beberapa
kegiatan yang dapat dilakukan adalah : (1) Memperluas basis pajak hiburan misalnya
pajak VCD dan Play station. (2). Memungut retribusi parkir terhadap kenderaan Plat
Merah disetiap Kantor Dinas bila dimungkinkan. (3). Mencari sumber-sumber
penerimaan baru yang potensial dan membuatkan Perdanya sehingga dapat dijadikan
sebagai objek sumber penerimaan baru.
c. Program Perhitungan dan Analisis Potensi Penerimaan PAD
Tujuannya adalah untuk mengetahui seberapa besar potensi masing-masing komponen
penerimaan PAD yang dimiliki. Sasaran yang ingin dicapai adalah agar penetapan target
penerimaan pajak benar-benar berdasarkan potensi yang ada. Kegiatan yang dapat
dilakukan adalah : Melakukan studi atau penelitian untuk menghitung besarnya potensi
masing-masing komponen penerimaan PAD tersebut
d. Program Sosialisasi dan Peningkatan Kesadaran Masyarakat
Program ini dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai macam media informasi
TV, Radio, Koran dll. Disamping itu mengajak dan melibatkan pemimpin-pemimpin
informal dalam meningkatkan kesadaran masyarakat dan juga dalam pengumpulan
pajak.
e. Program Peningkatan SDM
f. Program Kerjasama antara Pemda dengan Pihak Swasta
Kerjasama antara Pemda/BUMD dengan pihak Swasta memang bukan merupakan
penerimaan langsung oleh Pemerintah Daerah. Namun demikian, dengan adanya
kerjasama tersebut merupakan salah satu sarana bagi pemerintah daerah dan dan
BUMD untuk membiayai penyediaan, pemeliharaan serta pengelolaan prasarana
pelayanan publik.
4.3
ASPEK LINGKUNGAN
Kajian lingkungan yang dilakukan Pemerintah Kota Solok, dalam penyusunan dokumen
RPIJM bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya ini, telah mengakomodasi prinsip
perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup, sebagaimana yang diamanatkan oleh
undang-undang, Peraturan Presiden, Peraturan Menteri, yaitu sebagai berikut :
1.
UU No. 32/2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup:
“Instrumen
pencegahan pencemaran dan/atau kerusakan lingkungan hidup
terdiriatas antara lain Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS), Analisis
MengenaiDampak Lingkungan (AMDAL), dan Upaya Pengelolaan
Lingkungan-UpayaPemantauan
Lingkungan
(UKL-UPL)
dan
Surat
Pernyataan
KesanggupanPengelolaan dan Pemantauan Lingkungan Hidup (SPPLH)”
2.
UU No. 17/2007 tentang Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional:
“Dalam rangka meningkatkan kualitas lingkungan hidup yang baik perlu
penerapanprinsip-prinsip pembangunan yang berkelanjutan secara konsisten di
segalabidang”
3.
Peraturan Presiden No. 5/2010 tentang Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Nasional Tahun 2010-2014:
“Dalam bidang lingkungan hidup, sasaran yang hendak dicapai adalah
perbaikanmutu lingkungan hidup dan pengelolaan sumber daya alam di
perkotaan danpedesaan, penahanan laju kerusakan lingkungan dengan
peningkatan dayadukung dan daya tampung lingkungan; peningkatan kapasitas
adaptasi danmitigasi perubahan iklim”
4.
Permen LH No. 9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum Kajian Lingkungan Hidup
Strategis:
program agardampak dan/atau risiko lingkungan yang tidak diharapkan dapat
diminimalkan
5.
Permen LH No. 16 Tahun 2012 tentang Penyusunan Dokumen Lingkungan.
Sebagai persyaratan untuk mengajukan ijin lingkungan maka perlu
disusundokumen
Amdal,
UKL
dan
UPL,
atau
Surat
Pernyataan
KesanggupanPengelolaan Lingkungan Hidup atau disebut dengan dengan SPPL
bagi kegiatanyang tidak membutuhkan Amdal atau UKL dan UPL.
4.1.1
KAJIAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS (KLHS)
Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) adalah, suatu rangkaian analisis yang
sistematis, menyeluruh, dan partiispatif untuk memastikan bahwa prinsip
pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan
suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/ atau program. Tahapan awal
pelaksanaan KLHS diawali dengan penapisan terhadap usulan rencana/program dalam
RPIJM Bidang Pekerjaan Umum/Cipta Karya Kota Solok per masing-masing sektor
dengan mempertimbangkan isu-isu pokok seperti ;
1.
Perubahan iklim
2.
Kerusakan, kemorosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
3.
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan
dan/atau kebakaran hutan dan lahan
4.
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
5.
Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
6.
Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat
7.
Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Tabel 4.4
Penapisan Usulan Program/Kegiatan RPIJM
Bidang Cipta Karya Kota Solok
No Kriteria Penapisan
Penilaian
Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/
Tidak signifikan)
1 Sektor Pengembangan Permukiman
Perubahan iklim Kebijakan/Program/Kegiatan dalam RPIJM Kota Solok tidak menimbulkan dampak langsung terhadap terjadinya perubahan iklim, yang perlu diperhatikan, rencana lokasi untuk program/kegiatan yang direncanakan, telah sesuai dengan RTRW
Tidak Signifikan
Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan, kemorosotan dan/atau kepunahan
keanekaragaman hayati, jika pembangunan infrastruktur dilakukan tanpa
memperhatikan kesesuaian dengan RTWR, namun besaran dampaknya skala kecil
Tidak Signifikan
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok tidak berdampak negatif terhadap kemungkinan peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana (banjir, kekeringan, dll), asalkan dalam perencanaannya mempertimbangkan kesesuaian dengan RTRW
Tidak Signifikan
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap kemungkinan penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, jika rencana lokasi untuk program/kegiatan yang direncanakan tidak sesuai dengan RTRW
Tidak Signifikan
Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, karena adanya desakan memenuhi kebutuhan lahan untuk permukiman
No Kriteria Penapisan
Penilaian
Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/
Tidak signifikan)
Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok tidak berdampak negatif terhadap kemungkinan peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat, asalkan pembangunan dilakukan secara adil dan merata
Tidak Signifikan
Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, jika dalam realisasi program/kegiatan tidak mempertimbangkan kondisi lingkungan
Tidak Signifikan
2 Sektor Penataan Bangunan dan Lingkungan
Perubahan iklim Kebijakan/Program/Kegiatan dalam RPIJM Kota Solok tidak berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya perubahan iklim, bahkan dengan adanya program/kegiatan untuk penataan RTH, diharapkan memberi dampak positif
Tidak Signifikan
Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok tidak memiliki dampak besar dan penting terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan, kemorosotan dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati, asalkan dalam proses pembangunannya,
mempertimbangkan kondisi lingkungan
Tidak Signifikan
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana (banjir, kekeringan, dll), jika dalam proses penataan bangunan dan
lingkungannya tidak memperhatikan aspek lingkungan hidup
Tidak Signifikan
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok tidak berdampak terhadap kemungkinan penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam,
Tidak Signifikan
Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok tidak berdampak terhadap peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
No Kriteria Penapisan
Penilaian
Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/
Tidak signifikan)
Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok tidak berdampak negatif terhadap kemungkinan peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
penghidupan sekelompok masyarakat
Tidak Signifikan
Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok tidak berdampak negatif terhadap peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Tidak Signifikan
3 Sektor Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM)
Perubahan iklim Kebijakan/rencana/program dalam RPIJM Kota Solok, tidak berdampak langsung terhadap perubahan iklim, justru perubahan iklim dapat mengancam kontinuitas SPAM yang dibangun, terutama untuk sumber air
Tidak Signifikan
Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
Kebijakan/rencana/program dalam RPIJM Kota Solok, dapat berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan, kemerosotan dan/atau
kepunahan keanekaragaman hayati, hal ini terutama berkaitan dengan lokasi dan sumber air yang digunakan dalam SPAM
Tidak Signifikan
Peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana (banjir, kekeringan, dll), hal ini terutama berkaitan dengan lokasi dan sumber air yang digunakan dalam SPAM
Tidak Signifikan
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok berdampak negatif terhadap kemungkinan penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, jika dalam pemanfaatan sumber daya air sebagai sumber air baku SPAM tidak
mempertimbangkan kondisi daya dukungnya
Tidak Signifikan
No Kriteria Penapisan
Penilaian
Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/
Tidak signifikan)
Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat
Peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
4
Perubahan iklim
Kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati
Kebijakan/rencana/program dalam RPIJM Kota Solok, dapat berdampak negatif terhadap kemungkinan terjadinya kerusakan, kemerosotan dan/atau kepunahan keanekaragaman hayati jika dalam perencanaanya kurang
memperhatikan kaedah lingkungan, terutama persoalan pengelolaan air limbah dan penanganan sampah
Kebijakan/Rencana/Proga m RPIJM Kota Solok dapat berdampak terhadap peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan, misalnya, dari kegiatan pemasangan jaringan
transmisi/bangunan penangkap air di kawasan hutan
(Tidak Signifikan) Peningkatan intensitas
dan cakupan wilayah bencana banjir, longsor, kekeringan, dan/atau kebakaran hutan dan lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap peningkatan intensitas dan cakupan wilayah bencana (banjir, kekeringan, dll), jika dalam tahap perencaanaan, terutama untuk kegiatan drainase, tidak dilakukan secara tepat
Kebijakan/Rencana/progra m RPIJM Kota Solok, secara tidak langsung, dapat berdampak terhadap peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan
No Kriteria Penapisan
Penilaian
Uraian Pertimbangan Kesimpulan (signifikan/
Tidak signifikan)
kepentingan pengguna air lainnya
(Tidak Signifikan)
Penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam
Kebijakan/rencana/program dalam RPIJM Kota Solok, dapat berdampak terhadap kemungkinan penurunan mutu dan kelimpahan sumber daya alam, terutama persoalan pengelolaan air limbah dan penanganan sampah
Kebijakan/rencana/progra m RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, jika kualitas air yang dihasilkan dari
perencaanaan SPAM tidak memenuhi standar kualitas yang ditetapkan
Peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
Kebijakan/Rencana/Progam RPIJM Kota Solok tidak berdampak terhadap peningkatan alih fungsi kawasan hutan dan/atau lahan
Sektor Penyehatan Lingkungan dan
Permukiman
Peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya
keberlanjutan penghidupan
sekelompok masyarakat
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok tidak berdampak negatif terhadap kemungkinan peningkatan jumlah penduduk miskin atau terancamnya keberlanjutan penghidupan sekelompok masyarakat
Kebijakan/rencana/progra m dalam RPIJM Kota Solok, tidak berdampak terhadap perubahan iklim, namun pada tahap operasional, aktivitas di TPA berpotensi
meningkatkan gas rumah kaca, yang pada akhirnya berpengaruh pada perubahan iklim (Tidak Signifikan) Peningkatan resiko
terhadap kesehatan dan keselamatan manusia
Kebijakan/Rencana/Progam dalam RPIJM Kota Solok dapat berdampak negatif terhadap peningkatan resiko terhadap kesehatan dan keselamatan manusia, jika pengelolaan terhadap air limbah dan sampah tidak dilakukan secara benar
Tidak Signifikan
9 Tahun 2011 tentang Pedoman Umum KLHS, KLHS tidak perlu dilaksanakan. KLHS yang
tercantum dalam dokumen RTRW, dapat dijadikan masukan, untuk memperkaya
informasi perlindungan lingkungan dalam RPIJM.
Pada tataran perumusan kebijakan, rencana dan program, KLHS merupakan instrument
lingkungan yang digunakan, namun pada tataran pelaksanaan kegiatan atau
keproyekan, maka dokumen yang digunakan adalah AMDAL, UKL-UPL dan SPPLH,
tergantung kepada besaran kegiatan.
4.1.2
AMDAL, UKL-UPL DAN SPPLH
Besaran kegiatan untuk dokumen AMDAL, UKL-UPL maupun SPPLH, diatur oleh
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 Tahun 2012 tentang Jenis Rencana Usaha
dan/atau Kegiatan Wajib AMDAL dan Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 10 tahun
2008 tentang Penetapan Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan
Umum yang Wajib Dilengkapi dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya
Pemantauan Lingkungan Hidup.Pada tabel 5.2 ditampilkan jenis kegiatan yang wajib
AMDAL, mengacu kepada Permen LH No. 5 Tahun 2012.
Tabel 4.5 Penapisan Rencana Kegiatan Wajib AMDAL
No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan Ilmiah Khusus
A. Persampahan
a. Pembangunan TPA sampah domestic dengan sistem controlled landfill/sanitary landfill termasuk instalasi penunjangnya
- luas kawasan TPA, atau - kapasitas total
> 10 ha
≥ 100.000 ton
a. penyesuaian terhadap luas kawasan TPA dengan daya tampung TPA
b. Perubahan paradigma dari tempat
pembuangan/penampungan akhir menjadi tempat pengolahan akhir.
c. UU 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah dimana konsep 3R menjadi bagian dari deskripsi kegiatan Amdal TPA.
Bukan lagi “open dumping” tapi
No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan Ilmiah Khusus
landfill gas (waste to energy). untuk insinerator biasanya untuk kapasitas yang kecil (<100 ton per hari) prosesnya kurang sempurna sehingga dampaknya dapat lebih penting
b. TPA di daerah pasang surut, - luas landfill, atau
- kapasitas total
Semua
kapasitas/besaran
Pengaturan TPA ini lebih ketat dari pada di wilayah lain. secara teknis, daerah pasang surut tidak direkomendasikan untuk menjadi lahan TPA.
Tetapi untuk beberapa wilayah yang tidak punya pilihan wilayah lain maka tetap dapat
diperbolehkan membangun TPA di daerah pasang surut
c. Pembangunan transfer station
- kapasitas ≥ 500 ton/hari
lokasi transfer station pada umumnya terletak di dalam atau di pinggiran kota dan dibangun pada luas lahan yang terbatas
d. Pembangunan instalasi Pengolahan Sampah Terpadu
- Kapasitas ≥ 500 ton/hari
guna mendorong minat swasta/masyarakat
e. Pengolahan dengan insinerator - kapasitas
Semua kapasitas
pengolahan sampah domestik berapapun kapasitasnya harus dilengkapi dengan amdal karena saat ini sampah domestik masih tercampur dengan limbah B3.
f. Composting Plant
- kapasitas ≥ 500 ton/hari
kapasitas composting plant diperbesar untuk mendorong minat swasta/masyarakat dalam komposting
g. Transportasi sampah dengan kereta api
- kapasitas ≥ 500 ton/hari
B. Pembangunan
Perumahan/permukiman dan Kawasan
Permukiman dengan pengelola tertentu :
No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan Ilmiah Khusus
a. Kota Metropolitan, luas b. Kota besar, luas
c. Kota sedang dan kecil, luas d. Untuk keperluan settlement transmigrasi
a. Hubungan antar kawasan fungsional sebagai bagian lingkungan hidup diluar kawasan lindung;
b. Keterkaitan lingkungan hunian perkotaan dengan lingkungan hunian perdesaan;
c. Keterkaitan antara
pengembangan lingkungan hunian perkotaan dengan pengembangan lingkungan hunian perdesaan;
d. Keserasian tata kehidupan manusia dengan lingkungan hidup;
e. Keseimbangan antara kepentingan publik dan kepentingan privat. f. Analisis teknis, meliputi: g. Tingkat pembebasan lahan. h. Daya dukung lahan, seperti
daya dukung tanah, kapasitas resapan air tanah, tingkat kepadatan bangunan per-hektar i. Tingkat kebutuhan air
sehari-hari.
j. Limbah yang dihasilkan sebagai akibat hasil kegiatan perumahan dan permukiman.
k. Efek pembangunan terhadap lingkungan sekitar (mobilisasi material, manusia, dan lalu lintas)
l. KDB (Koefisien dasar bangunan) dan KLB (Koefisien luas
bangunan).
m. Peningkatan air larian (run-off) yang mengakibatkan banjir dihilirnya.
C. Air Limbah Domestik
a. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT), termasuk fasilitas penunjangnya
a. Setara dengan layanan untuk 100.000 orang.
No Jenis Kegiatan Skala Besaran Alasan Ilmiah Khusus
- Luas, atau - Kapasitasnya
≥ 2 ha ≥ 11 m3/hari
baik dan gangguan visual.
b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) limbah domestik termasuk fasilitas penunjangnya - Luas, atau
- Beban organik
≥ 3 ha ≥ 2,4 ton/hari
Setara dengan layanan untuk 100.000 orang.
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah, luas layanan
- Luas layanan, atau - Debit air limbah
≥ 500 ha
≥ 16.000 m3/hari
a. Setara dengan layanan 100.000 orang.
b. Setara dengan 20.000 unit sambungan air limbah. c. Dampak potensial berupa
gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana umum,
ketidaksesuaian atau nilai kompensasi
D. Pembangunan saluran drainase
(primer dan/atau sekunder) di permukiman
a. kota besar/ metropolitan, panjang
b. kota sedang, panjang
≥ 5 km ≥ 10 km
Berpotensi menimbulkan gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, pencemaran di daerah hilir, perubahan tata air di sekitar jaringan, bertambahnya aliran puncak dan perubahan perilaku masyarakat di sekitar jaringan. Pembangunan drainase sekunder di kota sedang yang melewati permukiman padat
E. Jaringan air bersih di kota besar /
metropolitan
a. pembangunan jaringan distribusi
- luas layanan > 500 ha
Berpotensi menimbulkan dampak hidrologi dan persoalan
keterbatasan air
Konflik sosial pemakaian air di sepanjang jaringan pipa b. pembangunan jaringan
transmisi
- panjang > 10 km
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang skala/besarannya masih di bawah batas wajib
dokumen AMDAL, maka tidak perlu menyusun dokumen AMDAL, tetapi wajib
dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL. Jenis kegiatan Bidang Cipta Karya yang wajib
dokumen UKL-UPL, sesuai dengan Permen PU No. 10 Tahun 2008 tentang Penetapan
Jenis Rencana Usaha dan/atau Kegiatan Bidang Pekerjaan Umum yang Wajib Dilengkapi
dengan Upaya Pengelolaan Lingkungan Hidup dan Upaya Pemantauan Lingkungan
Hidup, dapat dilihat pada Tabel 4.3
Jenis Kegiatan Bidang Cipta Karya yang kapasitasnya masih di bawah batas wajib
dilengkapi dokumen UKL-UPL, tidak wajib dilengkapi dengan dokumen UKL-UPL, tapi
dilengkapi dengan Surat Pernyataan Kesanggupan Pengelolaan dan Pemantauan
Lingkungan Hidup (SPPLH).
Tabel 4.6 Penapisan Rencana Kegiatan Tidak Wajib AMDAL,
tapi Wajib UKL-UPL
Jenis kegiatan Skala/Besaran Pertimbangan Ilmiah Alasan Khusus
Persampahan
a. Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) dengan sistem controlled landfill atau sanitary landfill termasuk instansi penunjang
- Luas kawasan, atau - Kapasitas total
< 10 Ha < 10.000 ton
Penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan, penerapan teknologi yang mempengaruhi lingkungan fisik kimia, serta proses dan hasilnya mempengaruhi kondisi sosial masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat sekitar menurunnya estétika lingkungan, timbulnya bau, lalat, vektor penyakit, pencmaran udara akibat emisi gas hasil pembakaran (H2S, NO2, SO2, CO2, dioxin), pencemaran air tanah maupun air
permukaan serta keresahan masyarakat. b. TPA daerah pasang surut
- Luas landfill - Kapasitas total
< 5 Ha < 5.000 ton
c. Pembangunan Transfer Station
- Kapasitas < 1.000 ton/hari
d. Pembangunan Instansi/Pengolahan Sampah Terpadu
- Kapasitas < 500 ton
e. Pembangunan Incenerator
f. Pembangunan Instansi Pembuatan Kompos
- Kapasitas > 50 s/d < 100 ton/Ha
Air limbah domestik/permukiman
a. Pembangunan Instalasi Pengolahan Lumpur Tinja (IPLT) termasuk fasilitas penunjang - Luas
- Atau kapasitas
< 2 ha < 11 m3/hari
Penurunan daya dukung dan daya tampung lingkungan, penerapan teknologi yang mempengaruhi lingkungan fisik kimia, serta proses dan hasilnya mempengaruhi kondisi sosial masyarakat
Gangguan kesehatan masyarakat sekitar menurunnya estétika
lingkungan, timbulnya bau, lalat, vektor penyakit, pencmaran udara akibat emisi gas hasil pembakaran pencemaran atau perubahan kualitas dan kuantitas air tanah, air permukaan dan air baku serta keresahan masyarakat terhadap pengelolaan air limbah.
Gangguan lalu lintas, kerusakan prasarana dan sarana umum, ketidakpuasan atas nilai kompensasi, kesehatan masyarakat sekitar, menurunnya estetika lingkungan timbulnya bau, lalat, vektor penyakit, pencmaran udara akibat emisi gas hasil pembakaran pencemaran atau
perubahan kualitas dan kuantitas air tanah, air permukaan dan air baku serta keresahan masyarakat terhadap pengelolaan air limbah.
b. Pembangunan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)
- Luas
- Atau bahan organik
< 3 ha < 2,4 ton/hari
c. Pembangunan sistem perpipaan air limbah (sewerage/off-site sanitation system) diperkotaan/permukiman
- Luas layanan
- Atau debit air limbah
< 500 ha < 16.000 m3/hari
a. Pembangunan saluran primer dan sekunder
- Panjang < 5 km
Perubahan bentang alam perubahan daya dukung Dan daya tampung lingkungan perubahan tata alir air.
Gangguan lalu lintas dan kemacetan (pada saat konstruksi), kebisingan, gangguan estetika lingkungan, perubahan kualitas air dibagian hilir saluran, terganggunya fungsi sarana umum di sekitarnya serta
ketidakpuasan atas nilai kompensasi. b. Pembangunan kolam retensi/polder di
area/kawasan pemukiman
- luas kolam retensi/polder (1 - 5) ha
Air Minum
a. Pembangunan jaringan distribusi (luas layanan)
100 ha s/d < 500 ha Penerapan teknologinya mempengaruhi lingkungan fisik kimiawi, proses dan hasilnya mempengaruhi lingkungan social budaza, eksploitasi Sumber Daya Air yang pemanfaatannya berpotensi menimbulkan pemborosan maupun kerusakan sumber daya alam, ekologi waduk
Gangguan lalu litas, kecemburuan social antar consumen air bersih, konflik pemakaian sumber daya air, perubahan pasokan air, penurunan muka air tanah (land subsident) akibat penyedotan air tanah yang berlebihan, instrusi air asin, perubahan kualitas air di badan penerima limbah hasil proses pengolahan air. b. Pembangunan jeringan pipa transmisi
(panjang)
1. Metropolitan/besar - Panjang
2. Sedang/kecil - Panjang
5 km s/d < 10 km
8 km s/d < 10 km
c. Pengambilan air baku dari sungai, danau sumber air permukaan lanilla (debit) 1. Sungai danau
2. Mata air
50 L/dt s/d < 250 L/dt 2,5 L/dt s/d < 250 L/dt
d. Pembangunan Instalasi Pengolahan air dengan pengolahan lengkap (debit)
e. Pengambilan air tanah dalam (debit) untuk kebutuhan:
1. Pelayanan masyarakat oleh penyelenggara SPAM
2. Kegiatan lain dengan tujuan komersil
2,5 L/dt < 50 L/dt
1,0 L/dt s/d < 50 L/dt
Pembangunan gedung
a. Pembangunan bangunan gedung di atas tanah/bawah tanah
1. Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat
penyimpanan
5.000 m2 s/d 10.000 m2
Perubahan pada sifat-sifat fisik dan/atau hayati lingkungan
Perubahan komponen lingkungan
Menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung
Mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai tinggi serta mengakibatkan
/menimbulkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat dan/atau pemerintah
Penurunan daya tampung lingkungan sebagai akibat dari pemanfaatan intensitas lahan yang melampaui daya dukung lahan itu sendiri yang
Berpotensi mengganggu fungsi prasaana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di disekitarnya
2. Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng
Berpotensi mengganggu fungsi prasaana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di disekitarnya
3. Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum
4. Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
mengakibatkan perubahan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
Berpotensi mengganggu fungsi prasarana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di disekitarnya
Kegiatan bangunan gedung fungsi khusus menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan
lingkungannya
Bangunan gedung fungsi khusus yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasional seringkalimempunyai sistem pertahanan dan keamanan tertentu yang dapat berpengaruh terhadap ekosistem
Mempunyai resiko bahaya tinggi apabila terjadi kegagalan / kecelakaan
b. Pembangunan bangunan gedung di bawah tanah yang melintasi prasarana dan atau sarana umum
1. Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat
penyimpanan
Perubahan pada sifat-sifat fisik dan/atau hayati lingkungan
Perubahan komponen lingkungan
Menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung
2. Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng
5.000 m2 s/d 10.000 m2
Mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai tinggi serta mengakibatkan
/menimbulkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat dan/atau pemerintah
Penurunan daya tampung lingkungan sebagai akibat dari pemanfaatan intensitas lahan yang melampaui daya dukung lahan itu sendiri yang
mengakibatkan perubahan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
Berpotensi mengganggu fungsi prasaana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di disekitarnya
3. Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum
Berpotensi mengganggu fungsi prasaana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di disekitarnya
4. Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
Berpotensi mengganggu fungsi prasarana dan sarana yang berada di bawahnya dan/atau di disekitarnya
Kegiatan bangunan gedung fungsi khusus menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan
lingkungannya
Bangunan gedung fungsi khusus yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggi tingkat nasional seringkalimempunyai sistem pertahanan dan keamanan tertentu yang dapat berpengaruh terhadap ekosistem
Mempunyai resiko bahaya tinggi apabila terjadi kegagalan/kecelakaan
1. Fungsi usaha meliputi bangunan gedung perkantoran, perdagangan, perindustrian, perhotelan, wisata dan rekreasi, terminal dan bangunan gedung tempat
penyimpanan
5.000 m2 s/d 10.000 m2
Perubahan pada sifat-sifat fisik dan/atau hayati lingkungan
Perubahan komponen lingkungan
Menimbulkan kerusakan atau gangguan terhadap kawasan lindung
Mengubah atau memodifikasi areal yang mempunyai nilai tinggi serta mengakibatkan
/menimbulkan konflik atau kontroversi dengan masyarakat dan/atau pemerintah
Penurunan daya tampung lingkungan sebagai akibat dari pemanfaatan intensitas lahan yang melampaui daya dukung lahan itu sendiri yang
mengakibatkan perubahan terhadap kondisi sosial, ekonomi, dan budaya masyarakat
Kegiatan berpotensi mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan dapat menimbulkan pencemaran
Pembangunan dapat menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak lingkungan
2. Fungsi keagamaan, meliputi bangunan masjid termasuk mushola, bangunan gereja termasuk kapel, bangunan pura, bangunan vihara, dan bangunan kelenteng
Pembangunan dapat menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak lingkungan
3. Fungsi sosial dan budaya, meliputi bangunan gedung pelayanan pendidikan, pelayanan kesehatan, keudayaan, laboratorium, dan bangunan gedung pelayanan umum
Pembangunan dapat menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak lingkungan
4. Fungsi khusus, seperti reaktor nuklir, instalasi pertahanan dan keamanan dan bangunan sejenis yang ditetapkan oleh menteri
Semua bangunan yang tidak dipersyaratkan untuk Amdal maka wajib dilengkapi UKL dan UPL
Kegiatan berpotensi mengganggu keseimbangan lingkungan, fungsi lindung kawasan, dan dapat menimbulkan pencemaran
Pembangunan dapat menimbulkan perubahan arus air yang dapat merusak lingkungan
khusus menimbulkan dampak penting terhadap masyarakat dan
lingkungannya
Bangunan gedung fungsi khusus yang mempunyai tingkat kerahasiaan tinggitingkat nasional seringkali mempunyai sistem pertahanan dan keamanan tertentu yang dapat berpengaruh terhadap ekosistem
Penyelenggaraannya dapat membahayakan masyarakat di sekitarnya
Mempunyai resiko bahaya tinggi apabila terjadi kegagalan / kecelakaan
Pengembangan kawasan permukiman baru
Kegiatan ini dapat berupa:
a. Kawasan Permukiman Sederhana untuk masyarakat berpenghasilan rendah (MBR), misalnya PNS, TNI/POLRI, buruh/pekerja;
b. Pengembangan kawasan permukiman baru sebagai pusat kegiatan sosial ekonomi lokal pedesaan (Kota Terpadu Mandiri KTM eks transmigrasi, fasilitas pelintas batas PPLB di perbatasan);
c. Pengembangan kawasan permukiman baru dengan pendekatan Kasiba/Lisiba (Kawasan
Jumlah hunian: < 500 unit rumah;
Luas kawasan: < 10 ha
Adanya perubahan fungsi lahan, perubahan tata air lingkungan, dan penurunan daya dukung lingkungan, serta peningkatan eksploitasi air tanah
Kemungkinan terjadinya gangguan sosial bila kegiatan ini disertai pemindahan penduduk.
Timbulnya gangguan lalu lintas, banjir lokal, serta timbulnya penumpukan sampah dan limbah.
Siap Bangun/Lingkungan Siap Bangun)
Peningkatan Kualitas Permukiman Kegiatan ini dapat berupa:
a. Penanganan kawasan kumuh di perkotaan dengan pendekatan pemenuhan kebuthan dasar (basic need) pelayanan infrastruktur, tanpa pemindahan penduduk;
b. Pembangunan kawasan tertinggal, terpencil, kawasan perbatasan, dan pulau-pulau kecil;
c. Pengembangan kawasan perdesaan untuk meningkatkan ekonomi lokal (penanganan kawasan agropolitan, kawasan terpilih pusat pertumbuhan desa KTP2D, desa pusat pertumbuhan DPP)
Luas kawasan: < 10 ha
Adanya perubahan tata air lingkungan, dan penurunan daya dukung lingkungan, serta
peningkatan eksploitasi air tanah
Timbulnya gangguan lalu lintas, banjir lokal, serta timbulnya penumpukan sampah dan limbah.
Terganggunya pelayanan infrastruktur umum, misalnya tertutupnya saluran drainase, penyempitan jalan umum, penurunan muka air tanah
Penanganan kawasan kumuh perkotaan Kegiatan ini dapat berupa:
a. Penanganan menyeluruh terhadap kawasan kumuh berat di perkotaan metropolitan yang dilakukan dengan pendekatan peremajaan kota (urban renewal), disertai dengan pemindahan penduduk dan dapat
Luas kawasan: < 5 ha Adanya perubahan fungsi lahan, perubahan tata air lingkungan, dan penurunan daya dukung lingkungan, serta peningkatan eksploitasi air tanah
Timbulnya gangguan sosial akibat pemindahan penduduk.
dikombinasikan dengan penyediaan bangunan rumah susun
Terjadinya banjir lokal, serta timbulnya penumpukan sampah dan limbah.
Penurunan pelayanan infrastruktur umum, misalnya tertutupnya saluran drainase, penyempitan jalan umum, penurunan muka air tanah.
Catatan :
- Kota Metropolitan : Jumlah Penduduk > 1.000.000 jiwa
- Kota Besar : Jumlah Penduduk 500.000 – 1.000.000 jiwa
- Kota Sedang : Jumlah Penduduk 200.000 – 500.000 jiwa
Tabel 4.7 Checklist Kebutuhan Analisis Perlindungan Lingkungan
Bidang Cipta Karya dalam RPIJM Kota Solok
No Jenis Kegiatan Lokasi AMDAL UKL-UPL SPPLH
SEKTOR PENGEMBANGAN PEMUKIMAN
1 laporan pembinaan pengembangan
permukiman
1.a strategi pembangunan permukiman dan
infrastruktur perkotaan (sppip)
penyusunan SPPIP - - -
1.b rencana pengembangan kawasan
perkotaan dan perdesaan (rpkpp)
penyusunan RPKPP - - -
2 infrastruktur kawasan permukiman
perkotaan
2.a infrastruktur kawasan permukiman kumuh
penataan/peningkatan infrastruktur permukiman kawasan kumuh
kandang aur - -
2.b INFRASTRUKTUR PERMUKIMAN RSH YANG
MENINGKAT KUALITASNYA
Penataan/Peningkatan Infrastruktur Permukiman RSH
Pembangunan Saluran dan Jalan
Ustano Permai Nan Balimo - -
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
simp. Rumbio (Sp. Pulai, SMA 2, Batu gadang)
- -
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
kamp. Jawa (transat, ampang kualo)
- -
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
tanah garam (solok nan indah, surau kajai, palm griya, pincuran makmur, surau langkok, SMP 6)
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
tanjung paku - -
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
VI suku - -
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
Nan balimo - -
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
Laing - -
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
Sinapa Piliang - -
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
Koto Panjang - -
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
PPA - -
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
Aro IV Korong - -
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
KTK - -
Penyediaan Infrastruktur Permukiman di Kawasan
IX Korong - -
4 INFRASTRUKTUR KAWASAN
PERMUKIMAN PERDESAAN
4.a INFRASTRUKTUR KAWASAN
PERMUKIMAN PERDESAAN POTENSIAL YANG MENINGKAT KUALITASNYA
a Perencanaan Teknis payo kel. Tanah
garam
- - -
b Penyediaan Infrastruktur Permukiman Kawasan Perdesaan Potensial
(agropolitan,Minapolitan, KTP2D)
payo kel. Tanah garam
- -
c Pengendalian payo kel. Tanah
garam
- - -
4.b INFRASTRUKTUR KAWASAN
PERMUKIMAN RAWAN BENCANA
Rehabilitasi/Rekonstruksi PSD Permukiman Rawan Bencana
a Perencanaan Teknis 5 Kawasan b Pembangunan Infrastruktur Permukiman
Kawasan Rawan Bencana
KTK, Sinapa, Aro VI Korong, IX Korong, VI Suku
- -
c Perencanaan Teknis - - -
d
Pembangunan Infrastruktur Permukiman Kawasan Rawan Bencana
Laing, tanah garam,
- -
e Perencanaan Teknis - - -
f
Pembangunan Infrastruktur Permukiman
Kawasan Rawan Bencana simp. Rumbio
- -
SEKTOR PENATAAN BANGUNAN DAN LINGKUNGAN
1 LAPORAN PEMBINAAN PELAKSANAAN
PBL, PENGELOLAAN GRN
Penyusunan RTBL Kel. Kp. Jawa - - -
2 BANGUNAN GEDUNG DAN FASILITASNYA
2.a AKSESIBILITAS BANGUNAN GEDUNG DAN
FASILITASNYA
Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan
Gedung Sekretariat
- -
Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan
Gedung Bappeda
- -
Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan
Gedung Pendidikan
- -
Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan
Gedung DPPKA
- -
Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan
Gedung Arsip
- -
Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan
Gedung DPRD
- -
Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan
Gedung Perhubungan
- -
Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan
Gedung Inspektorat
- -
Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan
Gedung PORKP
- -
Kelengkapan Aksesibilitas Bangunan
Gedung Camat Lb. Sikarah
Rehabilitasi Gedung Negara/Bersejarah Kota Solok - -
Perencanaan Teknis Kota Solok - -
2.d REHABILITASI BANGUNAN BERSEJARAH
Rehabilitasi Gedung Bersejarah - -
3 SARANA DAN PRASARANA LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
3.a SARANA DAN PRASARANA
PENANGGULANGAN BAHAYA KEBAKARAN
Penyediaan Sarana dan Prasarana Dasar
Penanggulangan Kebakaran Kota Solok
Penyediaan Sarana dan Prasarana Dasar
Penanggulangan Kebakaran Kota Solok
- - -
3.b SARANA DAN PRASARANA REVITALISASI
KAWASAN
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Revitalisasi Kawasan Kota Solok
- -
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Revitalisasi Kawasan Kota Solok
- -
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Revitalisasi Kawasan Kota Solok
- -
3.c SARANA DAN PRASARANA PENATAAN
RTH
Peningkatan Sarana dan Prasarana
Penataan RTH Kota Solok
- -
3.d SARANA DAN PRASARANA PENATAAN
LINGKUNGAN PERMUKIMAN TRADISIONAL BERSEJARAH
Penataan Lingkungan Permukiman
Tradisional Kota Solok
- -
Penataan Lingkungan Permukiman
Tradisional Kota Solok
- -
SEKTOR SISTEM PENYEDIAAN AIR MINUM
2. SPAM REGIONAL
Pemasangan Pipa Transmisi Air Baku (dia
IPA kap. 60 l/dtk - -
Ground Reservoir - -
Bangunan Sadap - -
3. SPAM DIKAWASAN MBR
SPAM dikawasan RSH/Rusunawa
Pembangunan SPAM Guk Rantau
- bangunan instalasi pengolahan air
kapasitas 50 L/dt - -
- bangunan instalasi pengolahan air
kapasitas 50 L/dt - -
- pengadaan dan pemasangan pipa sekunder dan tersier untuk kawasan MBR
Ø 50-75 mm sepanjang 14.750 m' - -
- pengadaan dan pemasangan pipa distribusi Ø 100, 150, dan 200 mm
sepanjang 11.400 m' - -
* Pengadaan pipa distribusi utama dia 300
mm - - -
* Pengadaan pipa distribusi utama dia 250
mm - - -
* Pengadaan pipa distribusi utama dia 200
mm - - -
* Pengadaan pipa distribusi utama dia 150
mm - - -
* Pengadaan pipa distribusi utama dia 100
mm - - -
- sambungan rumah 1.000 unit - - -
- sambungan rumah 1.000 unit - - -
- sambungan rumah 1.000 unit - - -
- ground reservoar 740 m3 - -
- rumah jaga 36 m3 batu kubung - -
- rehabilitasi dan relokasi pipa KTK 20 l/dt
ke lokasi batu kubung/guk rantau KTK - -
- bangunan operasional batu kubung - -
- pagar pengaman IPA batu kubung 270 m' batu kubung - -
* Jalan masuk instalasi IPA - -
* Penyempurnaan Broncaptering Air Talak - -
* Penyempurnaan Broncaptering Tabek
Puyuh - -
* Peralatan laboratorium - -
SEKTOR PENYEHATAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN
1 LAPORAN PEMBINAAN
PENYELENGGARAAN BIDANG PENYEHATAN LINGKUNGAN
PERMUKIMAN
1.a LAPORAN FASILITASI PENGUATAN
KAPASITAS PEMERINTAH DAERAH DALAM BIDANG PENGEMBANGAN PLP
Fasilitasi Penguatan Kapasitas Pemda Bidang PLP (Informasi Publik Edukasi, Diseminasi, Sosialisasi, Pelatihan)
- - -
1.b LAPORAN FASILITASI PENGUATAN
KAPASITAS MASYARAKAT DAN DUNIA USAHA DALAM BIDANG PENGEMBANGAN PLP
Laporan Fasilitasi Penguatan Kapasitas Masyarakat dan Dunia Usaha dalam Bidang Pengembangan PLP
- - -
1.c RENCANA INDUK DAN PRA STUDI
KELAYAKAN BIDANG PLP
Penyusunan Rencana Induk dan Pra Studi
Kelayakan Bidang PLP Kota Solok - - -
2 INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH
2.a INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH DENGAN
SISTIM TERPUSAT SKALA KOTA
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Air Limbah Terpusat Skala Kota (Off Site) Koto Panjang*) Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Air Limbah Terpusat Skala Kota (Off Site) PPA*) Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Air Limbah Terpusat Skala Kota (Off Site) Kp. Jawa*)
2.b INFRASTRUKTUR AIR LIMBAH DENGAN
SISTIM SETEMPAT DAN SISTIM KOMUNAL
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Air Limbah Sistim Setempat/Komunal (On Site)
Simp. Rumbio*)
3 INFRASTRUKTUR DRAINASE PERKOTAAN
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Drainase Perkotaan (Pra FS)
PPA, Tj. Paku Nan Balimo, Kp. Jawa, Tn. Garam, Koto Panjang*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Drainase Perkotaan (FS)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Drainase Perkotaan (AMDAL)
PPA, Tj. Paku Nan Balimo, Kp. Jawa, Tn. Garam, Koto Panjang*) Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan (DED) PPA *)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan (DED) Koto Panjang*) Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan (DED) Tanah Garam*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan (DED) VI Suku*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan (DED) Tj. Paku*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan (DED) Nan Balimo*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan (DED) Laing*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan (DED) Kp. Jawa *)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Drainase Perkotaan (DED)
PPA, Tj. Paku Nan Balimo, Kp. Jawa, Tn. Garam, Koto Panjang*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Drainase Perkotaan (Penyiapan
Masyarakat)
PPA, Tj. Paku Nan Balimo, Kp. Jawa, Tn. Garam, Koto Panjang*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan PPA*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan Koto Panjang*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan Tanah Garam*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan VI Suku*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan Tj. Paku*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan Nan Balimo*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan Laing*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur
Drainase Perkotaan Kp. Jawa*)
Pembangunan/Peningkatan Infrastruktur Drainase Perkotaan (pengadaan Peralatan)