• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan keterampilan komunikasi asertif pada siswa dan siswi kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari tahun ajaran 2013/2014 lewat kegiatan layanan bimbingan klasikal dalam ranah ragam bimbingan pribadi-sosial - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Peningkatan keterampilan komunikasi asertif pada siswa dan siswi kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari tahun ajaran 2013/2014 lewat kegiatan layanan bimbingan klasikal dalam ranah ragam bimbingan pribadi-sosial - USD Repository"

Copied!
123
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ASERTIF PADA

SISWA DAN SISWI KELAS XII IPS SMA DOMINIKUS

WONOSARI TAHUN AJARAN 2013/2014

LEWAT KEGIATANLAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

DALAM RANAH RAGAM BIMBINGAN

PRIBADI-SOSIAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Konseling

Oleh :

Ghalih Sukmara Jhati 091114039

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSANILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

ii

PENINGKATAN KETERAMPILAN KOMUNIKASI ASERTIF PADA

SISWA DAN SISWI KELAS XII IPS SMA DOMINIKUS

WONOSARI TAHUN AJARAN 2013/2014

LEWAT KEGIATANLAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

DALAM RANAH RAGAM BIMBINGAN

PRIBADI-SOSIAL

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Bimbingan Konseling

Oleh :

Ghalih Sukmara Jhati 091114039

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSANILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA 2014

(3)
(4)
(5)

v

MOTTO

Hidup Itu Seperti Minum Kopi, Jika Kamu Meminum Kopi

Dengan Cepat Kamu Tidak Akan Merasakan

Kenikmatannya, Namun Dengan CaraMencium Aroma,

Meminum Perlahan, Dan Merasakan Manis, Asam, Pahit

Dari Kopi Itu, Kamu Baru Tahu Kenikmatan Dalam Meminum

Kopi

(Ghalih Sukmara Jhati)

(6)

vi

PERSEMBAHAN

Karya yang jauh dari sempurna ini ku persembahkan untuk:

Tuhan Yesus Bapa-ku di Sorga…

Keluargaku tercinta:

Kedua orangtuaku tercinta, Bapak Slamet Riyanto dan Ibu Tri Wijayanti

Kakakku tercinta, Yudha Anggara Putra Perdhana

Adikku tercintaa, Herjuno Satrio Wicaksono

Serta kekasihku, Maharani Putri

Teman-temanku BK USD angkatan 2009

Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling

“Semoga kita dapat selalu menjadi terang dan garam bagi dunia ini”

(7)

vii

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 06 Maret 2014

Penulis

Ghalih Sukmara Jhati

(8)

viii

ABSTRAK

Ghalih Sukmara Jhati, 2014. PENINGKATAN

KETERAMPILANKOMUNIKASI ASERTIF PADA SISWA DAN SISWI KELAS XII IPS SMA DOMINIKUS WONOSARI TAHUN AJARAN 2013/2014 LEWAT KEGIATANLAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DALAM RANAH RAGAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL. Skripsi. Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Pendidikan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma, Yogyakarta.

Penelitian ini bertujuan untuk: Pertama, meningkatkan kemampuan siswa dan siswi dalam berkomunikasi asertif pada kelas XII SMA Dominikus Wonosari tahun ajaran 2013/2014 dan Kedua, mengetahui seberapa tinggi peningkatan kemampuan komunikasi asertif siswa dan siswi melalui layanan bimbingan klasikal pada kelas XII SMA Dominikus Wonosari tahun ajaran 2013/2014.

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindak Bimbingan dan Konseling.subyek dalam penelitian ini adalah siswa kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari tahun ajaran 2013/2014 berjumlah 18 siswa. Alat yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah kuesioner. Analisis data menggunakan uji t yang didahului uji persyaratan analisis, yaitu uji normalitas dan uji linieritas.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara asertif sebelum bimbingan klasikal menunjukkan bahwa 3 siswa dalam kategori tinggi dengan frekuensi relatif 16,67%, 9 siswa dalam kategori cukup dengan frekuensi relatif 50%, dan 6 siswa dalam kategori rendah dengan frekuensi relatif 33,33%. Dapat diinterpretasikan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara asertif sebelum bimbingan klasikal termasuk dalam kategori cukup dengan frekuensi relatif 50%. Kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara asertif sesudah bimbingan klasikal menunjukkan bahwa 3 siswa dalam kategori tinggi dengan frekuensi relatif 16,67%, 10 siswa termasuk dalam kategori cukup dengan frekuensi relatif 55,56%, dan 5 siswa termasuk dalam kategori rendah dengan frekuensi relatif 27,56%. Dapat disimpulkan bahwa kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara asertif sesudah bimbingan klasikal dalam kategori cukup dengan frekuensi relatif 55,56%. Berdasarkan hasil uji t, ada perbedaan yang positif dan signifikan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara asertif sebelum dan sesudah bimbingan klasikal dengan nilai thit yang diperoleh di atas nilai ttabel yaitu 9,129 > 2,110. Layanan bimbingan pribadi sosial membantu siswa dalam mencapai keberhasilan dalam hubungan pribadi maupun sosial yang optimal dan mampu memecahkan masalah-masalah yang dihadapi.

Kata-kata kunci: layanan bimingan klasikal, bimbingan pribadi, bimbingan sosial, komunikasi, komunikasi asertif

(9)

ix

ABSTRACT

THE ENHANCEMENT OF ASSERTIVE COMMUNICATION SKILL OF THE TWELFTH GRADE STUDENTS MAJORING IN SOCIAL STUDIES AT SMA DOMINIKUS WONOSARI IN 2013/2014 ACADEMIC YEAR

THROUGH CLASSICAL COUNSELLING SERVICE IN PERSONAL-SOCIAL GUIDANCE assertively for the twelfth grade students at SMA Dominikus Wonosari in 2013/2014 academic year and measuring the improvement of students’ assertive communication skill through classical counseling services at SMA Dominikus Wonosari in 2013/2014 academic year.

The type of the research used in this study is an action research of guidance and counseling. The subject in this study is 18 students of the twelfth graders majoring in social studies at SMA Dominikus Wonosari in 2013/2014 academic year. The instrument used in this study to collect the data is a questionnaire. The researcher used the t-test analysis preceded by test requirements, namely normality test and linearity test as the data analysis.

The results show that the students’ ability to communicate assertively before classical guidance indicates that 3 students are in high category with relative frequency of 16.67%, 9 students are in middle category with relative frequency of 50% , and 6 students are in low category with relative frequency of 33.33% . It can be interpreted

that the students’ ability to communicate assertively before classical guidance is categorized into average category with 50% relative f requency. Then, the students’ ability to communicate assertively after classical guidance indicates that 3 students are high category with relative frequency of 16.67%, 10 students are in middle category with relative frequency of 55.56%, and 5 students in low category with relative frequency of 27.56%. It can be concluded that the students’ ability to communicate assertively after sufficient guidance classical reached the relative frequency of 55.56 % and categorized into average category. Based on the results of the t -test, there is a positive and significant difference in the students’ ability to communicate assertively before and after the classical counseling with the value obtained above thit table value 9.129 > 2.110. The personal-social guidance service to assist students in achieving social success in personal and social relationships are optimal and able to solve the problems encountered.

Key words: classical guidance service, personal counseling, social counsel ing, communication, assertive communication

(10)

x

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma : Nama : Ghalih Sukmara Jhati

Nomor Mahasiswa : 091114039

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya yang berjudul : “PENINGKATAN KETERAMPILANKOMUNIKASI ASERTIF PADA SISWA DAN SISWI

KELAS XII IPS SMA DOMINIKUS WONOSARI TAHUN AJARAN

2013/2014 LEWAT KEGIATANLAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL

DALAM RANAH RAGAM BIMBINGAN PRIBADI-SOSIAL”.

Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, untuk mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya dalam bentuk pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan mempublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu minta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demkian ini pernyataan yang saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta

Pada tanggal :06 Maret 2014 Yang menyatakan,

Ghalih Sukmara Jhati

(11)

xi

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kehadirat Tuhan Yesus Kristus karena atas berkat dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini. Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Program Studi Bimbingan dan Konseling, Jurusan Ilmu Pendidikan, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma.

Banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi dalam penyusunan skripsi ini. Namun, atas berkat dan rahmat dariNya, keterlibatan dan bantuan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, penulis akhirnya bisa melaluinya dengan baik. Oleh karena itu, pada kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis, antara lain :

1. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si selaku Kepala Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

2. Ibu A. Setyandari, S.Pd., S.Psi., P.Si., M.A, selaku sekretaris Program Studi Bimbingan dan Konseling yang telah membantu dan memberikan kelancaran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

3. IbuDra. Yulia Supriyati, M.Pdselaku dosen pembimbing yang selalu meluangkan waktu dengan penuh kesabaran dan ketekunan dalam membimbing dan mendampingi penulis pada setiap tahap dan seluruh proses penyusunan skripsi ini.

4. Bapak dan Ibu Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling Universitas Sanata Dharma yang telah mencurahkan ilmunya dengan sepenuh hati sehingga berguna untuk bekal hidup.

(12)

xii

5. Sr.M.Krisanti Woro Palupi, S.Pd, selaku Kepala Sekolah SMA Dominikus Wonosariyang berkenan menerima dan memberikan kesempatan kepada penulis untuk melakukan penelitian.

6. Bapak Drs.b. Agus Winanto, selaku koordinator Bimbingan dan Konseling SMA Dominikus Wonosari yang bersedia membantu, membimbing, dan mengarahkan penulis dalam melaksanakan penelitian.

7. Seluruh staf Bimbingan dan Konseling SMA Dominikus Wonosariyang berkenan menerima dan memberikan saran bagi penulis dalam melaksanakan penelitian.

8. Seluruh siswa dan siswiSMA Dominikus Wonosarikhususnya siswa kelas XII Tahun Ajaran 2013/2014 atas kebersamaan dan kebahagiaannya saat penulis melaksanakan penelitian.

9. Ibu Ag. Krisna Indah Marheni, S.Pd., M.A., yang selalu memberikan bimbingan, motivasi, dan kasih sayang kepada penulis sehingga skripsi ini dapat terselesaikan.

10.Bapak Slamet Riyanto dan Ibu Tri Wijayanti, orang tuaku tercinta yang selalu memberikan doa, nasehat, kasih sayang, perhatian, dukungan, motivasi dan semangat yang diberikan dengan tulus selama ini.

11.Kakakku Yudha dan adikku Rio atas doa dan dukungannya selama penulisan skripsi ini.

12.Maharani Putri yang selalu menemani, memberikan motivasi, kesabaran, dan cinta kasih pada penulis sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.

(13)

xiii

13.Sahabat-sahabat penulis dan teman-teman Bimbingan dan Konseling angkatan 2009, terkhusus untuk Marischa Dwi Hananingsih. Terima kasih atas semangat, kebersamaan, kebahagiaan.dukungan dan bantuannya dalam proses penulisan skripsi ini.

14.Mas A. Priyatmoko, atas kesabaran dalam membantu penulis mengurus administrasi perkuliahan serta penyelesaian skripsi ini.

15.Perpustakaan USD beserta karyawan perpustakaan atas pelayanan pada penulis selama penulis menyelesaikan studi.

16.Kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu yang membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih banyak kekurangan, untuk itu penulis masih mengharapkan segala kritik dan saran dari berbagai pihak demi perbaikan di masa mendatang. Akhir kata, penulis mengucapkan banyak terima kasih, walaupun penulis menyadari bahwa kata terima kasih jauh lebih kecil dibandingkan dengan bantuan dan dukungan yang diterima.

Yogyakarta, 06 Maret 2014 Penulis

Ghalih Sukmara Jhati

(14)

xiv

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ...i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

MOTTO ...iv

HALAMAN PERSEMBAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ...vi

ABSTRAK ... vii

ABSTRACT ... viii

LEMBAR PERNYATAAN PUBLIKASI KARYA ...ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xiii

DAFTAR TABEL ...xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ... xviii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah ... 5

D. Rumusan Masalah ... 6

E Tujuan Penelitian ... 6

F. Manfaat Penelitian ... 7

G. Defisi Operasional ... 7

(15)

xv

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Komunikasi Asertif ... 9

B. Bimbingan Pribadi-Sosial ... 15

C. Tinjauan Penelitian Yang Relevan ... 19

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 21

B. Subyek Penelitian ... 22

C. Waktu dan Lokasi ... 22

D. Setting Penelitian ... 22

E. Prosedur Penelitian ... 24

F. Tahapan Penelitian ... 25

G. Teknik Pengumpulan Data ... 28

H. Instrumen Penelitian ... 29

I. Validitas dan Reliabilitas ... 32

J. Teknik Analisis Data ... 35

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Lokasi Penelitian ... 36

B. Pelaksanaan Penelitian ... 37

C. Deskripsi Data Penelitian ... 55

D. Pembahasan ... 58

E. Keterbatasan Penelitian ... 60

(16)

xvi

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

DAFTAR PUSTAKA ... 64

LAMPIRAN ... 66

(17)

xvii

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 : Kisi-Kisi Koesioner ... 30

Tabel 3.2 : Penomeran Item ... 31

Tabel 3.3 : Kisi-Kisi Pedoman Observasi ... 31

Tabel 3.4 : Penggolongan skor ... 35

Tabel 4.1 : Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas ... 42

Tabel 4.2 : Hasil PengambilanData Pertama ... 45

Tabel 4.3: Deskripsi Data Penelitian... 46

Tabel 4.4 : Kategori Data ... 47

Tabel 4.5 : Hasil Data Observasi ... 49

Tabel 4.6 : Kategori Data ... 50

Tabel 4.7 : Hasil PengambilanData Kedua ... 53

Tabel 4.8 : Deskripsi Data Penelitian... 54

Tabel 4.9 : Kategori Data ... 55

Tabel 4.10 : Deskripsi Data Antara X1 dengan X2 ... 56

Tabel 4.11 : Deskripsi Data Penelitian... 56

Tabel 4.12 : Penggolongan DataSebelum Tindakan ... 57

Tabel 4.13 : Penggolongan Data Sesudah Tindakan... 58

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 : Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins ... 24

(19)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian ... 66

Lampiran 2. Instrumen Penelitian ... 69

Lampiran 3. Tabulasi Data Uji Coba ... 72

Lampiran 4. Distribusi Frekuensi dan Kategori Skor ... 79

Lampiran 5. Foto ... 84

Lampiran 6. Blue Print ... 86

Lampiran 7. Panduan Observasi ... 91

Lampiran 8. Hasil Perkerjaan Siswa ... 93

(20)

xx

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Manusia adalahmakhluk sosial yang dalam hidupnya membutuhkan orang lain, dan tidak mungkin manusia itu hidup seorang diri tanpa orang lain. Saling berinteraksi merupakan salah satu cara yang digunakan oleh manusia untuk membina yang lebih erat dan akrab dengan orang lain. Orang lain yang dimaksud bisa saja orang tua, saudara, teman, guru, dan lain-lain. Orang lain berfungsi dan dibutuhkan untuk seluruh aktifitas pengaktualisasian diri. Aktualisasian diri dengan orang lain dapat berlangsung dengan komunikasi.

Semua manusia memiliki kebutuhan yang harus dipenuhi. Ada beberapa kebutuhan yang dapat dipenuhi melalui komunikasi (Supratiknya, 1995 : 9). Pertama, komunikasi antar pribadi membantu perkembangan intelektual dan sosial kita. Kedua, identitas atau jati diri kita terbentuk dalam dan lewat komunikasi dengan orang lain. Ketiga, dalam rangka memahami realitas di sekeliling kita serta menguji kebenaran kesan-kesan dan pengertian yang kita miliki tentang dunia di sekitar kita, kita perlu membandingkannya dengan kesan-kesan dan pengertian orang lain tentang realitas yang sama. Keempat, kesehatan mental kita sebagian besar juga ditentukan oleh kualitas komunikasi atau hubungan kita dengan orang lain, lebih-lebih orang-orang yang merupakan tokoh-tokoh signifikan (significant figure) dalam hidup kita.

(21)

xxi

Komunikasi yang dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari seharusnya sampai ke tingkat hati; diharapkan masing-masing pihak tanggap terhadap perasaan yang muncul (Supraktiknya,1995: 34). Sehingga diperlukan adanya kejujuran, keterbukaan, dan saling percaya dalam mengungkapkan pikiran dan perasaan. Komunikasi yang sampai ke tingkat hati merupakan salah satu dambaan semua orang. Untuk dapat berkomunikasi sampai tingkat hati diperlukannya keterampilan berkomunikasi asertif. Kemampuan berkomunikasi yang asertif adalah kemampuan yang menunjukkan kesetaraan dalam hubungan dengan sesama, yang memungkinkan seseorang untuk bertindak menurut kepentingan sendiri, untuk membela diri sendiri tanpa kecemasan, untuk mengekspresikan perasaan dengan jujur dan nyaman, dan untuk mempertahankan hak-hak pribadi tanpa menyangkali hak-hak orang lain (Alberti & Emmons, 2002: 41-42)

(22)

xxii

menjadi orang yang mampu berkomunikasi asertif seseorang harus selalu melatih kemampuannya dalam berkomunikasi asertif dan mendapat bimbingan dari orang yang lebih tahu dan lebih ahli. Waktu yang tepat untuk melatih kemampuan dalam berkomunikasi asertif adalah masa-masa remaja, karena masa remaja merupakan masa yang sangat penting bagi kehidupan pribadi-sosial selanjutnya dengan dirinya sendiri maupun dengan masyarakat sekitar.

Siswa dan siswi di kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari Tahun Ajaran 2013/2014 adalah termasuk dalam kategori remaja. Masa-masa seperti ini, biasanya remaja memiliki banyak kebutuhan. Kebutuhan itu seperti kebutuhan akan kasih sayang, kebutuhan untuk diterima dalam kelompok, kebutuhan untuk mandiri, kebutuhan untuk berprestasi, kebutuhan akan pengakuan, dan kebutuhan untuk dihargai. Siswa-siswi atau remaja akan mendapatkan kebahagiaan sehingga dapat membuatnya mampu berinteraksi dengan baik apabila semua kebutuhannya terpenuhi.

(23)

xxiii

siswa yang mengalami kesulitan dan kurangnya keberanian dalam berkomunikasi asertif dengan orang lain dan dalam mengkomunikasikan masalah-masalah yang tengah dihadapi. Berdasarkan wawancara yang dilakukan pada guru BK hal ini dapat terlihat juga pada siswa dan siswi kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari Tahun Ajaran 2013/2014 yang masih belum dapat berkomunikasi asertif secara baik. Permasalahan ini dapat mempengaruhi perkembangan para siswa dan siswi apabila tidak ada penanganan yang cepat, baik, dan sesuai. Berdasarkan pernyataan tersebut bila para siswa tidak memiliki keterampilan dan keberanian berkomunikasi asertif dengan orang lain maka dapat berakibat siswa mengalami kesulitan dalam menerima dan menyampaikan pesan yang diterimanya kepada teman-temannya maupun kepada gurunya, selain itu siswa-siswi kurang dapat memenuhi kebutuhan mereka sehingga siswa-siswi belum dapat berkembang dengan optimal pula. Hal ini akan berdampak dengan proses perkembangan di masa-masa selanjutnya, selain keterbasatan siswa dalam berkomunikasi adapun penyebab belum dapat dan berani siswa-siswi dalam berkomunikasi asertif yaitu guru bimbingan konseling kurang tanggap dalam melihat dan menanggulangi kurangnya informasi siswa tentang berkomunikasi asertif.

Berdasarkan uraian di atas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian lebih mendalam dengan judul penelitian “Peningkatan

Keterampilan Komunikasi Asertif Pada Siswa Dan Siswi Kelas XII IPS

(24)

xxiv

Layanan Bimbingan Klasikal Dalam Ranah Ragam Bimbingan

Pribadi-Sosial.

Penelitian ini dilakukan terutama terhadap kelas yang berdasarkan observasi dan wawancara tidak terstruktur kurang memiliki kemampuan, dan keberanian dalam berkomunikasi secara asertif. Diharapkan dengan adanya penelitian tindakan yang dilakukan akan membuat siswa dapat meningkatkan kemampuan dalam berkomunikasi secara asertif.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas dan data observasi masalah-masalah yang dapat diidentifikasi adalah sebagai berikut:

1. Siswa belum bisa berkomunikasi secara asertif dengan baik. 2. Kurangya keberanian untuk berkomunikasi secara asertif.

3. Kurangya informasi siswa tentang cara-cara berkomunikasi secara asertif.

4. Kurangnya kepekaan dalam memilih topik-topik bimbingan yang sesuai dengan masalah siswa.

C. Batasan masalah

(25)

xxv

akademik, dan karier. Penelitian ini, dibatasi masalah pada kegiatan bimbingan klasikal dengan ranah bimbingan pribadi-sosial di siswa kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari Tahun Ajaran 2013/2014.

Komunikasi asertif adalah proses pemberian informasi atau pesan tentang pikiran, perasaan, kebutuhan, kebutuhan atau hak-hak individu secara langsung, jujur, dan pada tempatnya tanpa kecemasan yang tidak beralasan. Sama dengan bimbingan konseling, komunikasi juga memiliki berbagai macam cara dalam berkomunikasi. Penelitian ini difokuskan dalam hal komunikasi yang asertif.

D. Rumusan Masalah

Dari latar belakang masalah di atas, peneliti merumuskan masalah sebagai berikut :

Apakah kemampuan dalam berkomunikasi secara asertif siswa dan siswi kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari Tahun Ajaran 2013/2014 dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal dalam ranah ragam bimbingan pribadi-sosial ?

E. Tujuan Penelitian

(26)

xxvi

F. Manfaat Penelitian

1. Manfaat teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan tentang kemampuan dalam komunikasi secara asertif.

2. Manfaat praktis a. Bagi guru BK

Hasil penelitian ini dapat digunakan guru BK untuk meningkatkan kemampuan siswa-siswi dalam berkomunikasi secara asertif. b. Bagi peserta didik

Apabila topik-topik usulan dilaksanakan oleh guru BK maka siswa-siswi dapat mengembangkan kemampuannya untuk berkomunikasi secara asertif.

c. Bagi peneliti

Peneliti mendapatkan wawasan yang lebih luas tentang komunikasi asertif.

G. Definisi Operasional

Definisi operasional dalam penelitian ini adalah:

(27)

xxvii

(28)

xxviii

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Pengertian komunikasi

Menurut Johnson (supratiknya, 1991: 30) komunikasi memiliki pengertian luas dan sempit. Secara luas komunikasi adalah setiap bentuk tingkah laku orang baik verbal maupun non-verbal yang ditanggapi oleh orang lain dan setiap bentuk tingkah laku mengungkapkan pesan tertentu. Secara sempit komunikasi diartikan sebagai pesan yang dikirim orang kepada satu atau lebih penerima, dengan maksud untuk mempengaruhi tingkah laku si penerima. Dalam setiap bentuk komunikasi setidaknya dua orang saling mengirimkan lambang-lambang yang memiliki makna tertentu. Lambang-lambang tersebut bisa bersifat verbal berupa kata-kata atau bersifat non-verbal berupa ekspresi dan gerak tubuh.

Walgito (1999: 65) mengatakan bahwa komunikasi merupakan penyampaian informasi, ide, atau pemikiran, pengetahuan, konsep, dan hal-hal lain kepada orang lain secara timbal balik, baik secara pengirim pesan maupun penerima pesan. Pada umumnya komunikasi dilakukan dengan menggunakan kata-kata yang dapat dimengerti oleh kedua belah pihak. Menurut Stephen (2011: 10) “komunikasi merupakan seni atau cara untuk menyampaikan

sesuatu atau pesan agar orang lain memahami apa yang disampaikan oleh pengirim pesan”. Pesan yang dikirim dapat berupa pesan verbal maupun non-verbal. Pesan yang disampaikan dengan bentuk verbal berupa kata-kata atau

(29)

xxix

lisan, sedangkan pesan yang disampaikan dengan bentuk non-verbal berupa gerakan tubuh, ekspresi wajah, dan sentuhan. Agar tecipta komunikasi yang baik penyampaian pesan secara verbal dibarengi dengan penyampaian pesan secara non-verbal, namun harus dipahami bahwa pesan non-verbal tersebut harus terlihat cocok degan pesan verbal agar tercipta pemahaman dari kedua belah pihak, sehingga tercipta relasi yang baik dan hangat.

Menurut Lunadi (Kii Martina, 2010: 10) “komunikasi merupakan usaha

dalam hidup pergaulan untuk menyampaikan isi hati atau pikiran dan untuk memahami isi hati atau pikiran orang lain dalam berkomunikasi”. Dalam

setiap relasi yang dijalin individu dengan individu lain diperlukan komunikasi yang baik agar relasi tersebut semakin baik dan agar setiap individu dapat berkembang penuh dalam aspek intelektual, emosi, sosial, fisik, dan spiritual. Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian informasi yang berupa pesan, perasaan, ide, isi hati, gagasan dari pemberi pesan yang dapat berbentuk verbal, non-verbal, atau verbal dan non-verbal agar penerima pesan dapat memahami informasi apa yang disampaikan.

B. Komunikasi asertif

(30)

xxx

yang efektif dapat dilatih sehingga dapat lebih baik dengan cara berlatih komunikasi yang disertai pengungkapkan keinginan, serta memodifikasi tingkah laku sehingga orang lain dapat mengerti maksud dari informasi yang sebenarnya. Berkomunikasi secara asertif merupakan bentuk komunikasi yang menunjukan respek kepada diri sendiri dan kepada orang lain, yang bersifat aktif, langsung ,dan jujur (Lloyd, 1991: 55).

Berkomunikasi secara asertif merupakan pengungkapan pikiran, perasaan, kebutuhan, kebutuhan atau hak-hak individu secara langsung, jujur, dan pada tempatnya tanpa kecemasan yang tidak beralasan (Cawood, 1997: 13). Stein dan Book (2004: 90) mendefinisikan komunikasi ssebagai “ kemampuan

untuk berkomunikasi dengan jelas, spesifik, daan tidak taksa (multi tafsir), sambil sekaligus tetap peka terhadap kebutuhan orang lain dan reaksi mereka dalam peristiwa tertentu”. Menurut mereka kemampuan aseritf mempunyai

tiga komponen dasar, yaitu (1) kemampuan mengungkapkan perasaan, (2) kemampuan mengungkapkan keyakinan dan pemikiran secara terbuka (mampu menyuarakan pendapat, menyatakan ketidaksetujuan, dan bersikap tegas), dan (3) kemampuan untuk mempertahankan hak-hak pribadi (tidak membiarkan orang lain menggangu atau memanfaatkan dirinya).

(31)

xxxi

C. Aspek-aspek komunikasi asertif

Pada beberapa definisi tentang komunikasi asertif di atas, terdapat beberapa aspek yang perlu lebih lanjut. Alberti dan Emmons (2002: 42) mengemukakan aspek-aspek yang terdapat dalam komunikasi asertif, yaitu : 1. Menunjukkan kesetaraan dalam hubungan manusia,

Orang yang asertif menempatkan kedua belah pihak secara setara. Orang yang asertif memeperlukan orang lain yang sama dengan dirinya; dia tidak memandang bahwa dirinya lebih tinggi atau lebih rendah, tidak menganggap dirinya lebih terhormat daripada orang lain. dalam setiap situasi orang yang asertif selalu mengiginkan ia dan orang lain sama-sama memperoleh keuntungan, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan. 2. Bertindak demi kepentingan sendiri.

Orang yang asertif adalah orang yang mempunyai kemampuan untuk membuat keputusan bagi dirinya sendiri tentang karier, hubungan, gaya hidup dan jadwal, berinisiatif mengawali pembicaraan, menetapkan tujuan bagi dirinya sendiri, serta meminta bantuan dari orang lain

3. Membela diri.

(32)

xxxii

mengekspresikan dirinya dan membela pendapat pendapat yang dianggap benar

4. Mengkomunikasikan pikiran dan perasaan kepada orang lain secara jujur tanpa rasa cemas.

Orang yang asertif mempu mengungkapkan perasaannya secara terbuka baik itu perasaan yang positif maupun perasaan negatif. Kemampuan dalam mengungkapakan pikiran dan perasaan kepada orang lain akan membantu orang untuk memenuhi kebutuhannya, disamping itu orang yang asertif mampu bersikap tegas dalam menyatakan ketidak setujuannya atau kesetujuannya kepada orang lain tanpa ragu-ragu, sehingga dalam bersikap orang yang asertif tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain. 5. Mempertahankan hak-hak pribadi tanpa menggangu hak-hak orang lain.

Hal ini berkaitan dengan kemampuan orang dalam mengungkapkan pendapatnya di depan umum, dan tidak takut untuk mempertahankan apa yang menjadi hak-haknya namun tetap menghormati hak orang lain

6. Menghargai orang lain sebagai pribadi.

(33)

xxxiii

D. Factor-faktor yang menghambat komunikasi asertif

Factor-faktor yang menghambat komunikasi aserti albert dan Emmons (2002: 7) adalah ::

1. Memiliki ketidak percayaan kepada orang lain akan haknya untuk bersikap asertif.

2. Ketakutan dan kecemasan untuk bersikap asertif.

3. Kurangnya keterampilan dalam mengekspresikan diri sendiri secara efektif.

E. Manfaat komiunikasi asertif

Ada nenerapa manfaat yang diperoleh jika seseorsang dapat berkomunikasi secara asertif. Adams dan Lenz (1995: 29) memaparkan manfaat komunikasi asertif sebagai berikut:

1. Mampu mengetahui kebutuhan dirinya sepenuhnya berupa pikiran maupun opini pada saat menyampaikan kepada orang lain.

2. Mampu mengetahui kelebihan sehingga dapat mengembangkan diri. 3. Mampu memenuhi kubutuhan-kebutuhan pokonya saat berkerjasama

dengan orang lain, sehingga akan membuat orang lain bersedia untuk membantu dan berkerjasama dalam memenuhi kebutuhan yang bersangkutan.

(34)

xxxiv

5. Mempunyai keberanian untuk bersikap terbuka dan jujur tarhadap orang lain

6. Membantu orang lain agar dapat mengungkappkan diri yang akan membuat hubngan menjadi lebih layak, sehingga masalah dan kesalahpahaman dapat diselesaikan dengan baik.

7. Mencegah keretakan attau kerusakan dalam suatu hubungan. 8. Memiliki rasa percaya diri yang tinggi.

F. Pengertian bimbingan pribadi-sosial

Bimbingan pribadi-sosial merupakan salah satu bidang layanan bimbingan yang ada di sekolah. Menurut pendapat Abu Ahmadi (1991: 109) bahwa bimbingan pribadi-sosial adalah seperangkat usaha bantuan kepada peserta didik agar dapat menghadapi sendiri masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialaminya, mengadakan penyesuaian pribadi dan sosial, memilih kelompok sosial, memilih jenis-jenis kegiatan sosial dan kegiatan rekreatif yang bernilai guna, serta berdaya upaya sendiri dalam memecahkan masalah-masalah pribadi, rekreasi dan sosial yang dialaminya. Maksud dari pengertian bimbingan pribadi-sosial yang dikemukakan oleh Abu Ahmadi adalah bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan proses pemberian bantuan yang diberikan kepada peserta didik, agar mampu menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah pribadi dan sosial yang dialami secara mandiri.

(35)

pergumulan-xxxv

pergumulan dalam hatinya sendiri dalam mengatur dirinya sendiri dibidang kerohanian, perawatan jasmani, pengisian waktu luang, penyaluran nafsu seks dan sebagainya, serta bimbingan dalam membina hubungan kemanusiaan dengan sesama diberbagai lingkungan (pergaulan sosial). Berdasarkan pengertian yang dikemukakan oleh Winkel tersebut dapat diketahui bahwa bimbingan pribadi-sosial merupakan bimbingan untuk menghadapi keadaan batin, mengatasi pergumulan hatinya sendiri dibidang pribadi sosial sehingga individu mampu mengatur dirinya sendiri serta dapat membina hubungan baik dengan lingkungan (pergaulan sosial).

G. Tinjauan penelitian yang relevan

Untuk membandingkan dengan penelitian ini, peneliti mengambil satu judul penelitian terdahulua yang memiliki karakteristik yang sama dengan penelitian ini. Penelitian yang dilakukan Mutmainah Setianingsih (2009) dengan judul “Peranan Layanan Bimbingan dan Konseling terhadap

Peningkatan Motivasi Belajar Siswa di SMA Muhammadiyah 2 Yogyakarta. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pernanan layanan bimbingan dalam meningkatkan motivasi belajar siswa adalah dengan cara memberikan layanan bimbingan klasikal mengenai masalah belajar, mengadakan kerja sama dengan guru bidang studi dan wali kelas, kerja sama dengan orang tua, konferensi kasus, dan kunjungan rumah.

(36)

xxxvi

(37)

xxxvii

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK). PTBK merupakan penelitian tindakan kelas yang ruang lingkupnya hanya guru BK. Penelitian Tindakan Kelas menurut Kemmis dan Taggart (Subyantoro 2009:7) adalah suatu bentuk penelitian refleksif diri kolektif yang dilakukan oleh peserta-pesertanya dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan praktik sosial mereka, serta pemahaman mereka terhadap praktik - praktik itu dan terhadap situasi tempat dilakukan praktik-praktik tersebut.

Arikunto (2006:3) menyampaikan bahwa penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersamaan. Tindakan tersebut diberikan oleh guru atau dengan arahan dari guru yang dilakukan oleh siswa. Jadi dari pengertian tersebut dapat diketahui bahwa yang melakukan tindakan adalah guru dan yang dikenai tindakan adalah peserta didik. Supardi (2006:104) mengatakan bahwa penelitian tindakan kelas sebagai suatu bentuk investigasi yang bersifat reflektif partisipatif, kolaboratif dan spiral, yang memiliki tujuan untuk melakukan perbaikan system, metode kerja, proses, isi, kompetensi, dan situasi.

Dari pendapat beberapa pakar pendidikan seperti disampikan di atas, maka dapat disimpulkan oleh penulis bahwa pengertian penelitian tindakan kelas adalah

(38)

xxxviii

penelitian yang dilakukan oleh guru di dalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar peserta didik menjadi meningkat.

B.Subjek Penelitian

Dalam penelitian ini yang menjadi subjek penelitian adalah para siswa kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari Tahun Ajaran 2013/2014. Kelas ini terdiri dari 18 siswa dengan 11 siswa laki-laki dan 7 siswi perempuan.

C.Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun ajaran 2013/2014 pada bulan November hingga bulan Desember 2013. Lokasi penelitian ini adalah SMA Dominikus Wonosari Jl.Mgr. Sugiyopranoto, Baleharjo, Wonosari, Gunungkidul, Yogyakarta.

D.Setting Penelitian

Penelitian ini menggunakan setting kelas. Data diperoleh pada saat sebelum dan sesudah proses bimbingan klasikal yang dilaksanakan di dalam kelas.

1. Partisipan dalam Penelitian

Pelaksanaan penelitian ini, peneliti dibantu oleh mitra kolaboratif yaitu: a. Mitra Kolaboratif

(39)

xxxix

Jabatan : Koordinator BK SMA Dominikus Wonosari 2. Siklus Penelitian

Penelitian Tindak Kelas akan dilaksanakan selama 3 siklus.Adapun siklus-siklus penelitian adalah sebagai berikut:

a. Siklus 1

Fokus Penelitian : Pengambilan data pertama sebelum pemberian bimbingan klasikal.

Waktu : 18 November 2013 Pukul 08.15 – 08.40 WIB Tempat : Ruang kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari Jumlah Siswa : 18 Orang

b. Siklus 2

Fokus Penelitian : Meningkatkan kemampuan komunikasi asertif siswa melalui layanan bimbingan klasikal

Topik Bahasan : Komujikasi yang asertif

Waktu : 25 November 2013 Pukul 08.15 – 09.00 WIB Tempat : Ruang kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari Jumlah Siswa : 18 Orang

c. Siklus 3

Fokus Penelitian : Pengambilan data kedua sesudah pemberian bimbingan klasikal.

(40)

xl

E.Prosedur Penelitian

Menurut Hopkins (1993) penelitian tindak kelas memiliki empat langkah utama. Keempat langkah utama tersebut, yaitu: 1) perencanaan (planning), 2) tindakan (acting), 3) pengamatan (observing), 4) refleksi (reflecting). Keempat langkah tersebut tergambar dalam gambar di bawah ini:

Gambar 1

Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993) (dalam Sanjaya, 2009:54)

(41)

xli

juga hasil yang diperoleh, dan evaluasi proses. Jika pada tahap ini belum mencapai tujuan yang direncanakan maka penelitimelaksanakan siklus selanjutnya dengan perbaikan.

Pelaksanaan penelitian tindak kelas ini dilakukan sebanyak 3 siklus. Siklus pertama adalah pengambilan data tahap pertama yaitu pengambilan data sebelum dilaksanakannya bimbingan klasikal, siklus kedua guru bimbingan konseling memberikan layanan bimbingan klasikal dengan topik komunikasi yang asertif, dan siklus ketiga adalah pengambilan data tahap keddua yaitu pengambilan data sesudah dilaksanakannya bimbimngan klasikal.

F.Tahapan Penelitian

Pelaksanaan penelitian tindak kelas ini dilakukan sebanyak 3 siklus. Siklus pertama adalah pengambilan data tahap pertama, siklus kedua guru bimbingan konseling memberikan layanan bimbingan klasikal, dan siklus ketiga adalah pengambilan data tahap keddua. Penjabaran dari setiap siklus penelitian ini adalah sabagai berikut.:

1. Siklus 1

a. Tahap Perencanaan

1) Mempersiapkan instrumen penelitian.

2) Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi. b. Tahap Pelaksanaan

(42)

xlii

Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan 25 menit yang diambil dari jam bimbingan klasikal.

c. Tahap Pengamatan

Tahap ini peneliti dan guru pembimbing mengamati siswa-siswi dalam proses pengisian kuesioner.

d. Tahap Refleksi

Tahap ini peneliti dan guru bimbingan konseling berdiskusi tentang jalannya pengambilan data yang pertama. Dari pengambilan data yang pertama didapatkan hasil dari pengisian kuesioner yang pertama tentang kemampuan berkomunikasi secara asertif. Diharapkan melalui diskusi ini, peneliti mendapatkan umpan balik sehingga akan didapatkan hasil refleksi yangdapat dipergunakan untuk memajukan dan memperbaiki peneliti. 2. Siklus II:

a. Tahap Perencanaan

1) Menyiapkan SPB layanan bimbingan klasikal dengan topik “komunkasi yang asertif”

2) Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi. b. Tahap Pelaksanaan

(43)

xliii c. Tahap Pengamatan

Tahap ini peneliti mengamati proses jalannya bimbingan klasikal. Pengamatan dilakukan untuk mendapatkan gambaran tentang pemberian layanan bimbingan klasikal yang telah dilaksanakan oleh guru bimbingan konseling.

d. Tahap Refleksi

Tahap ini peneliti dan guru bimbingan konseling berdiskusi tentang proses pemberian bimbingan klasikal yang dilakukan oleh guru bimbingan konseling. Diharapkan melalui diskusi ini, peneliti mendapatkan umpan balik sehingga akan didapatkan hasil refleksi yang dapat dipergunakan untuk memajukan dan memperbaiki peneliti.

3. Siklus III

a. Tahap Perencanaan

1) Mempersiapkan instrumen penelitian.

2) Mempersiapkan alat-alat untuk dokumentasi. b. Tahap Pelaksanaan

1) Pengenalan awal dan penjelasan. 2) Pengisian kuesioner

Waktu yang digunakan dalam pelaksanaan 25 menit yang diambil dari jam bimbingan klasikal.

c. Tahap Pengamatan

(44)

xliv d. Tahap Refleksi

Tahap ini peneliti dan guru bimbingan konseling berdiskusi tentang jalannya pengambilan data yang kedua. Dari pengambilan data yang kedua didapatkan hasil dari pengisian kuesioner yang kedua tentang kemampuan berkomunikasi secara asertif. Diharapkan melalui diskusi ini, peneliti mendapatkan umpan balik sehingga akan didapatkan hasil refleksi yangdapat dipergunakan untuk memajukan dan memperbaiki peneliti.

G. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Wawancara

Wawancara tidak berstruktur digunakan untuk memperoleh informasi dari guru pembimbingmenyangkut masalah-masalah apa yang sering dialamioleh siswa-siswi, kelas mana saja yang aktif dalam berkonsultasi, dan tentang bimbingan klasikal yang dilakukan guru bimbingan konseling. Wawancara ini dilakukan kepada guru pembimbing sebelum dilaksanakannya penelitian.

2. Skala komunikasi asertif (kuesioner)

(45)

xlv

komunikasi yang asertif). Pengisian kuesioner ini dilaksanakan pada siklus pertama dan siklus ketiga.

3. Dokumentasi

Dokumentasi berupa hasil kerja siswa selama kegiatan berlangsung serta foto dengan menggunakan media kamera.

H.Instrumen Penelitian

Instrument yang digunakan dalam penelitian ini berupa kuessioner, yang disusun sendiri oleh peneliti atas arahan guru bimbingan konseling. Peneliti terlebih dahulu membuat kisi-kisi dengan menentukan aspek, indikator dari komunikasi asertif. Kemudian peneliti membuat sejumlah item pernyataan berdasarkan masing-masing indikator setiap aspek. Berikut ini beberapa hal yang berkaitan dengan kuesioner.

1. Kuesioner Komunikasi Asertif

(46)

xlvi Tabel 3.1.Kisi-kisi kuesioner

2. Penentuan Skor

Penentuana skor dilakukan sebagai berikut : keseluruhan pernyataan yang ada dalam skala likert adalah pernyataan positif, skor jawaban dibedakan menjadi 4 alternatif jawaban; Sangat Setuju (SS) = 4, Setuju (ST) = 3, Tidak Setuju (ST) =2, dan Sangat Tidak Setuju (STS)=1.

No Aspek Indikator

1. Menunjukkan kesetaraan dalam hubungan

1. Bersikap adil terhadap semua pihak 2. Memberi perhatian kepada orang

lain

3. Menciptakan situasi yang saling menguntungkan

2 Bertindak demi kepentengian sendiri

1. Membuat keputusan bagi diri sendiri

2. Berani meminta bantuan pada orang lain

3. Menetapkan tujuan

4. Berinisiatif untuk mengawali pembicaraan

3 Membela diri sendiri 1. Berani mempertahankan pendapat 2. Berani menanggapi kritik

4 Mengekspresikan peraaan secara jujur

1. Mengekspresikan peraaan positif secara jujur

2. Mengekspresikan peraaan negatif secara jujur

5 Mempertahankan hak-hak pribadi serta menghargai hak-hak orang lain

1. Berani mengatakan tidak 2. Ingin dihormati

3. Berani menerima kesalahan 4. Mau menghargai orang lain 6 Menghargai orang lain

sebagai pribadi

1. Menghargai keputusan orang lain 2. Memberi kesempatan orang lain

(47)

xlvii

3. Pembagian Nomer Item Aspek-aspek Kemampuaan Berkomunikas Asertif Dibawah ini merupakan pembagian nomer item aspek-aspek kemampuan berkomunikasi secara asertif yang diungkap di kisi-kisi instrument penelitian di atas :

Tabel 3.2. Penomeran Item

4. Kisi-kisi panduan observasi yang dilakukan kepada siswa saat pemberian kegiatan bimbingan klasikan oleh guru BK terdapat pada tabel 3.3.

Tebel 3.3. Kisi-Kisi Pedoman Observasi

NO Situasi yang diamati Kualifikasi

Tinggi Cukup Rendah 1. Siswa mendengarkan materi yang

disampaikan.

2. Patisipasi siswa dalam mengikuti bimbingan.

3. Siswa mengerjakan tugas yang diberikan. 4. Siswa senang saat mengikuti bimbingan. 5. Siswa dapat menyimpulkan materi saat

mengikuti bimbingan.

No Aspek No Item Jumlah Item

1. Menunjukkan kesetaraan dalam hubungan

4 Mengekspresikan peraaan secara jujur

14,15,16,17

4 5

Mempertahankan hak-hak pribadi serta menghargai hak-hak orang lain

18,19,20,21

4

6 Menghargai sebagai pribadi orang lain 23,24,25,26 4

(48)

xlviii

I. Validitas dan Reliabilitas

Instrumen sebelum digunakan sebagai pengumpulan data penelitian, terlebih dahulu harus diuji cobakan subyek yang mempunyai karakteristik yang sama dengan calon responden. Suharsimi Arikunto (2002: 143) mengemukakan bahwa, tujuan diadakan uji coba instrumen adalah untuk menguji keandalan instrumen dan untuk menguji ketepatan dari segi teknik.Hasil skala Likert

kemudian diuji validitas dan reliabilitasnya dengan keterangan sebagai berikut. 1. Uji Validitas Instrumen Penelitian

Validitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah validitas isi. Menurut Arikunto (2002:146), validitas isi adalah validitas untuk mengukur sejauh mana alat ukur tersebut dapat mewakili keseluruhan isi materi yang diukur. Atau dapat juga dikatakan bahwa validitas isi berkenaan dengan kesahihan instrumen dengan materi yang ditanyakan, baik menurut per butir soal ataupun per butir pernyataan skala Likert secara menyeluruh. Untuk mengukur validitas butir skala Likert menggunakan analisis korelasi Product Moment sebagai berikut.

rxy =

 

(49)

xlix

∑X2 :Jumlah pengkuadratan skor item ∑Y2 :Jumlah pengkuadratan skor total

Dari hasil penghitungan yang dilakukan dengan analisis Product Moment kemudian dikonsultasikan dengan r tabel pada taraf signifikan 5%. Ketentuannya adalah sebagai berikut.

a. Jika rxy lebih besar dari r tabel, maka item mempunyai daya dukung yang besar terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir tersebut dipertahankan untuk mengungkap data peneliti.

b. Jika rxy lebih kecil dari r tabel, maka item mempunyai daya dukung yang relatif kecil terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir perlu digugurkan dalam mengungkapkan data peneliti.

c. Jika rxy negatif, maka butir item tidak mempunyai daya dukung terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir tersebut tidak dapat digunakan dalam mengungkapkan data penelitian.

2. Reliabilitas Instrumen

Menurut Arikunto (2002:171), alat ukur yang baik di samping mempunyai validitas yang tinggi, juga harus reliabel, artinya memiliki tingkat keajegan meskipun sudah berkali-kali diujikan. Reliabilitas sering diartikan sebagai taraf kepercayaan. Untuk mengetahui besarnya reliabilitas pada instrumen pada skala Likert dengan mengunakan rumus Alfa Cronbach.

(50)

l rii = Reliabilitas instrumen

k = Banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal Σs i2 = Jumlah variansi butir

s t2 = Variansi soal

Untuk mencari varians butir digunakan rumus :

=

 

2

Hasil perhitungan uji reliabilitas kemudian dibandingkan dengan r tabel. Apabila hasilnya lebih besar dari harga r tabel pada taraf signifikan 5% maka instrumen itu dinyatakan andal. Namun apabila harga r hasil perhitungan lebih kecil dari pada harga tabel pada taraf signifikan 5% maka butir instrumen dinyatakan gugur.

J. Teknik Analisis Data

(51)

li

4. Menghitung frekuensi berdasarkan skor untuk stiap item.

5. Menghitung persentase berdasarkan frekuensi yang telah diperoleh untuk setiap item.

6. Memasukkan penggolongan tingkat masing-masing aspek komunikasi asertif siswa kelas XII IPS SMA Domunikus Wonosari tahun ajaran 2013/2014 berdasarkan penilaian acuan patokan. Penilaian acuan patokan adalah suatu penilaian yang memperbandingkan skor riil dengan skor yang seharusnya dicapai oleh siswa (masidjo, 1995: 151). Komunikasi asertif siswa kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari tahun ajarran 2013/2014 digolongkan menjadi tiga yaitu tinggi, cukup, dan rendah. seperti yang disajikan dalam tabel 3.4.

Tabel 3.4. Penggolongan skor

No Kategori Interval Skor

1 Tinggi 80 – 88

2 Cukup 71 – 79

(52)

lii

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Lokasi Penelitian

SMA Dominikus adalah alih fungsi dari SPG Sanjaya Wonosari yang telah berjalan dari tahun 1968. Sehubungan dengan adanya penetapan jenjang SPG/SGO, maka SPG Sanjaya yang dibuka mulai tahun 1968 berailih fungsi menjadi SMA Dominikus Wonosari sejak tahun 1989 dengan nomor persetujuan dari A.n. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Kepala Kantor Wilayah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Prof. DIY Nomor: 038/113/Kpts/1989 tanggal 28 Februari 1989, dan berjalan sampai sekarang. Di samping itu, dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dasar, maka mutu lembaga pendidikan tinggi yang menghasilkan guru pendidikan di tingkat pendidikan dasar perlu diupayakan. Oleh karena itu, diperlukan lembaga pendidikan menengah yang mampu mempersiapkan para siswa menempuh pendidikan di jenjang perguruan tinggi. Kehadiran SMA Dominikus memiliki arti penting dalam proses peningkatan mutu pendidikan tersebut, khususnya di Gunungkidul.

SMA Dominikus Wonosari beralamat di Jalan Mgr. Sugiyopranoto, Desa Baleharjo, Kecamatan Wonosari, Kabupaten Gunungkidul, Yogyakarta. SMA Dominikus terakreditasi “A”. Jenjang pendidikan dan status guru di

SMA Dominikus adalah guru tetap (GT) dengan jumlah 12 guru dan guru

(53)

liii

tidak tetap (GTT) dengan jumlah 11 guru. Status guru dengan tingkat pendidikan S2 sebanyak 1, S1 sebanyak 17, D3 sebanyak 3, dan SMA sebanyak 2. Total guru SMA Dominikus keseluruhan adalah 23 guru.

1. Visi Sekolah

Terbentuknya sumber daya manusia yang berkepribadian luhur, mengupayakan ilmu dan ketrampilan guna mencapai kemandirian.

2. Misi Sekolah

Mengupayakan ilmu, mengembangkan religiusitas dan kepedulian sosial dengan semangat belajar yang tinggi, disiplin, jujur, sopan, berwawasan luas, meningkatkan ketrampilan, dan membina rasa kekeluargaan

3. Tujuan Sekolah

Tujuan sekolah adalah mengembangkan religiusitas, unggul dalam disiplin, hasil ujian meningkat, tercipta suasana kekeluargaan, mengoptimalkan potensi sumber daya manusia, menyiapkan lulusan untuk melanjutkan ke perguruan tinggi dan berwirausaha, dan peduli terhadap lingkungan.

K. Pelaksanaan Penelitian

(54)

liv

Data hasil penelitian ini kemudian dijadikan bahan untuk dijabarkan dalam pembahasan.

1. Pra-Tindakan

Dalam pra-tindakan yang dilakukan peneliti adalah melakukan wawancara tidak terstruktur untuk mengetahui berbagai realita yang ada, dan

membuatkuesioner yang akan digunakan untuk pengumpulan data saat pelaksanaan penelitian.

a. Perencanaan

Pada tahap perencanaan ini yang akan dilakukan oleh peneliti adalah menyusun instrumen penelitian yang telah dikonsultasikan terlebih dahulu kepada dosen pembimbing dan guru bimbingan dan konseling SMA Dominikus Wonosari. Kegiatan ini bertujuan untuk mempersiapkan dan merencanakan segala sesuatu sebelum pelaksanaan penelitian. Kegiatan yang akan dilaksanakan saat perencanaan meliputi :

1) Melaksanakan Wawancara tidak terstruktur

Wawancara dilakukan peneliti kepada guru bimbingan dan konseling 2) Penyusunan Instrumen

Penyusunan instrument untuk mengetahui tingkat kemampuan komunikasi asertif siswa.

b. Pelaksanaan

(55)

lv

Dominikus Wonosari. Dari wawancara tidak terstruktur didapatkan beberapa poin yang dapat digunakan untuk penentuan kelas yang akan digunakan untuk penelitian yang cocok dengan masalah yang akan di teliti oleh peneliti..Pembuatan instrument penelitian dasari dari aspek-aspek permasalahan yang akan diteliti lalu peneliti mendiskusikan dengan guru bimbingan dan konseling dan dosen pembimbing. Setelah instrument sudah tersusun dan sesuai dengan aspek-aspek masalah yang akkan diteliti lalu peneliti melakukan pengujian validitas dan reliabilitas terhadap instrument tersebut.

a. Uji Validitas

Uji validitas digunakan untuk menentukan jumlah butir pada instrumen yang dinyatakan valid atau sahih. Untuk mengukur validitas butir instrumen digunakan analisis korelasi Product Moment. Jika rxylebih besar dari r tabel, maka butir mempunyai daya dukung yang besar terhadap keseluruhan butir instrumen sehingga butir tersebut dipertahankan untuk mengungkap data peneliti, sebaliknya jika rxy lebih kecil dari r tabel, maka butirpertanyaan mempunyai daya dukung yang relatif kecil terhadap keseluruhan butir instrumen, sehingga butir tersebut perlu digugurkan karena tidak cukup kuat untuk mengungkapkan data.

(56)

lvi

Kuesioner diberikan kepada siswa setelah siswa mendapatkan bimbingan klasikal dari guru. Hasil uji coba kuesioner yang dikerjakan oleh 18 siswa kemudian dianalisis nilai koefisien korelasi masing-masing butir pertanyaan. Semakin tinggi nilai koefisien korelasinya, maka semakin kuat untuk mengungkap data penelitian. Sebagai contoh butir pertanyaan nomor 1 dengan perhitungan sebagai berikut.

rxy =

 

3402 3249



2038896 2010724

80826

(57)

lvii

Beberdasarkan rangkuman hasil uji validitas yang telah dilakukan, seluruh butirpertanyaan pada variabel peningkatan keterampilan komunikasi asertif pada siswa dan siswi kelas XII IPS SMA Dominikuswonosari tahun ajaran 2013/2014 lewat kegiatanlayanan bimbinganklasikal dalam ranah ragam bimbingan pribadi-sosial. Semua butir pertanyaan yang dinyatakan valid memiliki nilai koefisien korelasi ≥ 0,468 untuk N = 18 dan taraf signifikansi 5%.

b. Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas menjelaskan tentang instrumen yang dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data. Untuk menguji reliabilitas, dalam penelitian ini peneliti menggunakan rumus Alfa Cronbach. Ketentuannya, apabila rii lebih besar dari pada r tabel, maka butir instrumen dinyatakan andal atau reliabel. Namun apabila harga r hasil perhitungan lebih kecil dari pada r tabel maka butir instrumen dinyatakan tidak reliabel atau tidak andal. Sebagai contoh nilai reliabilitas kuesioner dengan perhitungan sebagai berikut.

(58)

lviii = 9,73

2. Menentukan nilai ∑St2

∑St2=

3. Menentukan nilai alpha (rii)

rii =

(59)

lix

Tabel 4.1. Rangkuman Hasil Uji Reliabilitas

Tabel 4.1 di atas menunjukkan bahwa nilai koefisien alpha variabel komunikasi asertif pada siswa SMA Dominikus Wonosari= 0,923. Hasil tersebut telah melebihi nilai reliabilitas sebesar 0,468 (rtabel) pada taraf signifikan 5%. sehingga kuesioner memiliki tingkat reliabilitas yang tinggi dan data hasil kuesionerdapat dipercaya.

Setelah diadakan pengujian dan sudah mendapat persetujuan dari guru bimbingan dan konseling dan dosen pembimbing maka instrumen tersebut sudah siap untuk dipergunakan dalam pengumpulan data.

c. Refleksi

Peneliti mendapatkan banyak kritik dan saran dari guru bimbingan dan konseling maupun dosen pembimbing dalam penyusunan instrumen tersebut. Kritik dan saran yang diterima oleh peneliti digunakan peneliti untuk memperbaiki instumen dan untuk membangun diri

2. Siklus I

Siklus I dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, dengan alokasi waktu 1 x 25 menit. Pada siklus I, tindakan yang dilakukan sebagai berikut:

No. Variable Koefisien

(60)

lx

a. Perencanaan

Dalam persiapan peneliti mempersiapkan instrument yang akan digunakan untuk penelitian. Peneliti memperbanyak sebanyak 18 buah sesuai dengan jumlah siswa yang terdapat di kelas XII IPS SMA Dominikus wonosari. Peneliti mempersiapkan alat yang digunakan untuk pengambilan foto dokumentasi. Dokumentasi dilakukan menggunakan kamera handphone. Foto dokumentasi dipergunakan sebagai bukti bahwa siswa benar-benar mengisi instrument.

b. Pelaksanaan tindakan

Aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh peneliti pada siklus I adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

(61)

lxi 2) Kegiatan Inti

Pada siklus I, peneliti memberikan kuesioner kepada siswa satu persatu. Peneliti menghimbau kepada siswa dan siswi untuk tidak tergesa-gesa dalam membanca dan memahami setiap item selain itu peneliti juga menghimbau untuk membaca petujuk pengisian yang terdapat pada lembar kuesioner. Pada saat para siswa mengisi kuesioner peneliti mengambil beberapa dokumentasi menggunakan foto.

3) Penutup

Sebelum mengakhiri tindakan dalam siklus I, Setelah bimbingan pengambilan datayang pertama selesai, peneliti mengajak mitra kolaboratif yaitu guru bimbingan dan konseling untuk memberikan masukan dan melakukan refleksi mengenai tindakan pada siklus I. Peneliti juga meminta hasil lembar observasi siswa.

c. Kemampuan Siswa Kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari Tahun

Ajaran 2013/2014 Dalam Berkomunikasi Secara Asertif Sebelum

Diadakannya Bimbingan Klasikal

(62)

lxii

Tabel 4.2. Data Sebelum Diadakannya Tindakan

No X1

1 79

2 76

3 72

4 75

5 63

6 63

7 65

8 80

9 74

10 67

11 68

12 70

13 88

14 71

15 82

16 77

17 76

18 73

(63)

lxiii

Rangkuham analisis dapat dilihat pada tabel 4.3 dan selengkapnya pada lampiran.

Tabel 4.3. Deskripsi Data Penelitian

Variabel

Skor Obervasi

Med Mo

Skor

Max

Skor

Min

Mean SD

X1 88 63 73,2 6,7 73,5 63

Hasil perhitungan deskripsi skor observasi kedua data tersebut dideskripsikan kembali melalui kategori skor dengan penjelasan sebagai berikut.

a. Kemampuan komunikasi asertif siswa dan siswi sebelum bimbingan klasikal

Hasil data komunikasi asertif siswa dan siswi sebelum bimbingan klasikal dikategorikan ke dalam kategori tinggi, kategori cukup, dan kategori rendah dengan perhitungan sebagai berikut.

a. Tinggi = M + 1Sd s/d M+ 3 Sdi

= 75,5 + 1(4,2) s/d 75,5 + 3(4,2)

= 79,7 s/d 88,0

(64)

lxiv

= 75,5 – 1(4,2) s/d 75,5 + 1(4,2)

= 41,3 s/d 79,7

c. Rendah = M – 3Sd s/d M – 1 Sd

= 75,5 – 3(4,2) s/d 75,5 – 1(4,2)

= 63,0 s/d 71,3

Keterangan:

M= (nilai tertinggi+nilai terendah)

Sd= (nilai tertinggi-nilai terendah)

Rangkuman hasil kategori data komunikasi asertif siswa dan siswi sebelum bimbingan klasikal selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.4.

Tabel 4.4. Kategori data komunikasi asertif siswa dan siswi sebelumbimbingan klasikal (N=18)

No Kategori Interval Skor Frekuensi Persentase

Relatif (%)

1 Tinggi 80 – 88 3 16,67

2 Cukup 71 – 79 9 50,00

3 Rendah 63 – 70 6 33,33

(65)

lxv

d. Refleksi

Setelah pelaksanaan siklus I, peneliti dan mitra kolaboratif mendiskusikan hasil pengamatan yang dilakukan selama pelaksanaan tindakan dan melakukan evaluasi. Dari dari data yang diperoleh dan dari diskusi yang dilakukan peneliti dihasilkan topik bimbingan yang sesuai untuk peningkatan kemampuan komunikasi asertif. Lalu peneliti berkonsultasi dengan guru dan dosen pembimbing.

3. Siklus II

Setelah mendapatkan data dari siklus I, dalam pelaksanaan siklus II bertujuan untuk mendapatkan hasil yang lebih baik dari siklus I. Pada siklus II,

tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Siklus II dilaksanakan dengan cara memberikan layanan bimbingan untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam berkomunikasi secara asertif. Satuan layanan bimbingan yang telah dibuat oleh guru bimbingan konseling lal diberikan kepada siswa dalam bentuk bimbingan.

b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti melakukan observasi kepada siswa saat bimbingan klasikal diberikan oleh guru bimbingan dan konseling.Kegiatan bimbingan yang dilaksanakan pada siklus II sebagai berikut:

1) Kegiatan awal

(66)

lxvi 2) Kegiatan Inti

Guru memberikan layanan dengan baik selai itu pada saat pemberian bimbingan kelas juga kondusif, siswa juga menyimak dan mendengarkan dengan baik.

3) Penutup

Pada akhir bimbingan, guru meminta siswa untuk menyimpulkan materi yang didapatkan dan pelaksanaan bimbinga.

c. Hasil Pengamatan Proses Kegiatan Bimbingan Kelasikal

Pada siklus kedua peneliti melakukan observasi kepada siswa pada saat diadakannya tindakan oleh ahli yaitu guru bimbingan dan konseling. Data yang diperoleh dapat dilihat pada tabel 4.5.

Tabel 4.5. Data obsevasi

No Hasil Obsevasi

1 1

2 0

3 0

4 0

5 1

6 0

7 1

8 0

(67)

lxvii

10 0

11 0

12 0

13 0

14 0

15 1

16 0

17 1

18 0

19 1

20 0

21 0

Hasil data observasi diatas dianalisis dan hasil perhitungan deskripsi skor observasi melalui kategori skor dengan penjelasan sebagai berikut.

b. Observasi

Hasil datatentang observasi pada saat bimbingan klasikal dilaksanakan.

a. Tinggi = 0 s/d 7

b. Cukup = 8 s/d 14

c. Rendah = 15 s/d 21

(68)

lxviii

Penentan skor hanya diambil dengan cara jumlah item dibagi tiga sehingga didapat hasil diatas, namun dalam paduan tentang observasi siswa bersifat negatif, maka apabila nilai semakin kecil maka akan semakin bagus dan sebaliknya nilai semakin besar makan semakin buruk

Rangkuman hasil observasi saat bimbingan klasikal selengkapnya dapat dilihat pada tabel 4.6.

Tabel 4.6. Kategori data observasi saat bimbingan klasikal

No Kategori Interval Skor Skor

1 Tinggi 0 s/d 7 7

Dari data diatas dapat disimpulkan bahwa kegiatan bimbingan klasikan yang dilakukan oleh guru BK sudah sangat baik karena dari hasil observasi didapatkan nilai tinggi dengan skor 7. Paduan obsservasi dapat dilihat pada lampiran.

d. Refleksi

(69)

lxix 4. Siklus III

Siklus III sama dengan yang dilakukan pada siklus Iyaitu dilaksanakan dalam satu kali pertemuan, dengan alokasi waktu 1 x 25 menit. Pada siklus III, tindakan yang dilakukan sebagai berikut:

a. Perencanaan

Dalam persiapan peneliti mempersiapkan alat instrument yang akan digunakan untuk penelitian. Peneliti memperbanyak sebanyak 18 buah sesuai dengan jumlah siswa yang terdapat di kelas XII IPS SMA Dominikus wonosari. Peneliti mempersiapkan alat yang digunakan untuk pengambilan foto dokumentasi. Dokumentasi dilakukan menggunakan kamera handphone. Foto dokumentasi dipergunakan sebagai bukti bahwa siswa benar-benar mengisi instrument.

b. Pelaksanaan tindakan

Aktifitas-aktifitas yang dilakukan oleh peneliti pada siklus III adalah sebagai berikut:

a. Kegiatan awal

(70)

lxx

Peneliti juga mengingatkan kepada siswa agar konsentrasi dan sungguh-sungguh saat mengisi kuesioner.

b. Kegiatan Inti

Pada siklus III, peneliti memberikan kuesioner kepada siswa satu persatu. Peneliti menghimbau kepada siswa dan siswi untuk tidak tergesa-gesa dalam membanca dan memahami setiap item selain itu peneliti juga menghimbau untuk membaca petujuk pengisian yang terdapat pada lembar kuesioner. Pada saat para siswa mengisi kuesioner peneliti mengambil beberapa dokumentasi menggunakan foto.

c. Penutup

Sebelum mengakhiri tindakan dalam siklus III, Setelah bimbingan pengambilan datayang pertama selesai, peneliti mengajak mitra kolaboratif yaitu guru bimbingan dan konseling untuk memberikan masukan dan melakukan refleksi mengenai tindakan pada siklus III. Peneliti juga meminta hasil lembar observasi siswa

c. Kemampuan Siswa Kelas XII IPS SMA Dominikus Wonosari Tahun

Ajaran 2013/2014 Dalam Berkomunikasi Secara Asertif Sebelum

Diadakannya Bimbingan Klasikal

(71)

lxxi

Tabel 4.7. Data Sesudah Diadakannya Tindakan

No X2

1 88

2 79

3 81

4 82

5 74

6 70

7 76

8 92

9 78

10 73

11 83

12 85

13 98

14 80

15 86

16 80

17 93

18 86

(72)

lxxii

Rangkuham analisis deskriptif dapat dilihat pada tabel 4.8. dan selengkapnya pada lampiran.

Tabel 4.8. Deskripsi Data Penelitian

Variabel

Skor Obervasi

Med Mo

Skor

Max

Skor

Min

Mean SD

X2 98 70 81,4 7,3 81,5 80

Hasil perhitungan deskripsi skor observasi kedua data tersebut dideskripsikan kembali melalui kategori skor dengan penjelasan sebagai berikut.

c. Pengetahuan siswa terhadap materi bimbingan sesudah bimbingan klasikal Hasil data pengetahuan siswa terhadap materi bimbingan sesudah bimbingan klasikal dikategorikan ke dalam kategori tinggi, kategori cukup, dan kategori rendah dengan perhitungan sebagai berikut.

a. Tinggi = Mi + 1Sdi s/d Mi + 3 Sdi

= 84 + 1(4,7) s/d 84 + 3(4,7)

= 88,7 s/d 98,0

b. Cukup = Mi – 1Sdi s/d Mi + 1 Sdi

Gambar

Gambar 1 : Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins ...................................
Gambar 1 Bagan Penelitian Tindakan Model Hopkins (1993) (dalam Sanjaya,
Tabel 3.1.Kisi-kisi kuesioner
Tabel 3.2. Penomeran Item
+7

Referensi

Dokumen terkait

DAMPAK PEMBANGUNAN KAMPUS TERPADU UNIVERSITAS.. MUHAMMADIYAH SEMARANG TERHADAP

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitiannya adalah untuk mengetahui perbedaan hasil belajar antara kelas siswa yang menggunakan media

Perusahaan dapat dikalsifikasikan menjadi tiga, menurut strategi koorporaT yaitu perusahaan dengan industry tunggal beropersasi dalam satu lini bisnis, perusahaan

metode dempster shafer menghasilkan nilai persentase peluang terkena cerebral palsy dengan tingkat akurasi terhadap fakta sebesar 41%, sedangkan metode bayes menentukan level

biaya lain yang timbul dalam rangka perolehan investasi tersebut. Investasi nonpermanen misalnya dalam bentuk pembelian

Melaporkan Kegiatan Laboratorium IPBA Berdasarkan Skor Praktikum antara Kelas Reguler dan Kelas PPKL-BKGS.... Tabel 4.19 Capaian Kinerja Keterampilan

Direktorat Jenderal Pemberantasan Penyakit Menular dan Penyehatan Lingkungan, Departemen Kesehatan Republik Indonesia.. Pedoman Nasional Perawatan, Dukungan dan Pengobatan

Jadi, perangkat transmisi Uplink berfungsi sebagai pemroses suara dan gambar televisi dari studio televisi ataupun sinyal baseband dari sentral Telekomunikasi untuk dijadikan