• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
118
0
0

Teks penuh

(1)

i

Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-

Qur’an

Dengan Sikap Sosial Remaja Islam

Dusun Karangrejo Desa Pabelan

Kabupaten Semarang

Tahun 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

AHMAD ULINNUHA

NIM : 111 09 011

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(2)
(3)

iii

Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-

Qur’an

Dengan Sikap Sosial Remaja Islam

Dusun Karangrejo Desa Pabelan

Kabupaten Semarang

Tahun 2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

AHMAD ULINNUHA

NIM : 111 09 011

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

“Tiada yang dapat memberi syafa'at di sisi Allah tanpa izin-Nya”

QS. Al-Baqarah: 255.

“Bacalah Al-Qur’an, sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat menjadi

pemberi syafa’at bagi orang-orang yang bersahabat dengannya”(HR.Muslim)

Jangan pernah berhenti untuk merayu diri agar segera bangkit

Wahai diri

Tidakkah kamu malu kepada Allah SWT

Mengaku cinta kepada Allah tetapi tidak senang berinteraksi dengan kalam-Nya

Bukankah ketika manusia cinta manusia lain senang membaca suratnya

Adakah jaminan mendapat pahala gratis tanpa beramal shalih

Dengan apalagi kamu mampu meraih pahala Allah SWT

Infaq cuman sedikit

Jihad belum siap

Kalau tidak dengan Al-Qur’an dengan apalagi?

(8)

viii

PERSEMBAHAN

Dengan memanjat puji syukur kehadirat Allah SWT,

Kupersembahkan karya sederhana ini untuk :

Ibu Siti Munawaroh dan Bapak Ashuri tercinta yang telah mendidik, membimbing, memberikan kasih sayang, do’a dan segalanya, yang menjadi perantaraku untuk memperoleh tujuan hidupku, ilmu, iman, amal shalih dan ridho

Allah.

Semua dosen yang telah mengamalkan ilmunya

Dra. Nur Hasanah, M.Pd. Yang telah memberikan pengarahan serta bimbingan dengan penuh kesabaran dari awal hingga terselesaikannya skripsi ini.

Teman-temanku: calon leader dunia, yang selalu menemani susah senang bersama, yang selalu memberi motivasi dan mendo’akanku, hari-hari bersama

(9)

ix

KATA PENGANTAR

ﻡﻴﺤّﺮﻠﺍﻥﻤﺤّﺮﻠﺍﷲﻡﺴﺒ

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan Rahmat, taufiq, dan Hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi yang berjudul “Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015”.

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Islam di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Salatiga.

Penulis sadar bahwa kemampuan yang penulis miliki sangatlah terbatas

sehingga dalam penulisan skripsi ini masih terdapat banyak kekurangan. Arahan

dan bimbingan dari berbagai pihak sangatlah membantu terselesainya skripsi

ini.Oleh karena itu, pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati penulis

mengucapkan terimakasih kepada:

1. Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd, selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Suwardi, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Siti Rukhayati, M.Ag. selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Dr. M. Zulfa, M.Ag. selaku Dosen Pembimbing Akademik.

5. Dra. Nur Hasanah, M.Pd. selaku dosen pembimbing skripsi yang dengan sabar

dan penuh perhatian telah meluangkan waktu, untuk memberikan pengarahan

serta bimbingan sejak awal penulisan skripsi ini sampai dapat terselesaikan

dengan baik.

6. Bapak dan Ibu dosen IAIN Salatiga yang telah memberikan ilmu kepada

(10)
(11)

xi ABSTRAK

Ulinnuha, Ahmad. 2015. “Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015”. Skripsi. Fakultas Tarbiyah. Jurusan Pendidikan Agama Islam. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dra. Nur Hasanah, M.Pd.

Kata Kunci: Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Quran, Sikap Sosial Remaja Islam

Judul dari skripsi ini adalah Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015. Skripsi ini hubungan menjelaskan tentang keaktifan mengikuiti kegiatan tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial remaja islam, dan skripsi ini memfokuskan penelitian pada kegiatan tadarus Al-Qur’an remaja islam di dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun 2015. Skripsi ini meneliti tentang bagaimana keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an dusun Karangrejo, bagaimana sikap sosial remaja isalam di dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun 2015, adakah hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an dengan Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015. Penulis menggunakan pendekatan kuantitatif dengan metode penelitan menggunakan angket, observasi dan dokumentasi yang diambil dari 48 orang responden. Penulis mengambil responden berdasarkan usia remaja yaitu berusia 12-18 tahun dan beragama islam. Dari 48 responden tersebut penulis Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kabupaten Semarang Tahun 2015.

(12)

xii

DAFTAR ISI

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

HALAMAN JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

HALAMAN PENGESAHAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... vi

MOTO DAN PERSEMBAHAN ... vii

KATA PENGANTAR ... viii

ABSTRAK ... x

DAFTAR ISI ... xii

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ... 1

B. Rumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 7

D. Manfaat Penelitian... 7

E. Hipotesis Penelitian ... 8

F. Penegasan Istilah ... 9

(13)

xiii BAB II LANDASAN TEORI

A. Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an ... 18

1. Pengertian ... 18

2. Keutamaan Membaca Al-Qur’an ... 25

3. Adab Membaca Al-Qur’an ... 25

4. Tata Cara Tadarus Al-Qur’an ... 26

B. Sikap Sosial Remaja Islam ... 27

1. Pengertian Sikap Sosial ... 27

2. Ciri-ciri Sikap ... 31

3. Faktor Yang mempengaruhi Sikap Sosial ... 32

4. Pengertian Remaja Islam ... 34

5. Batasan Umur Atau Usia Remaja ... 37

C. Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja Islam ... 40

1. Pengajuan Hipotesis ... 42

BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian... 43

B. Subjek Penelitian ... 43

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

D. Variabel Penelitian ... 44

E. Metodologi Penelitian ... 45

F. Populasi dan Sampel ... 46

(14)

xiv

H. Teknik Analisis Data ... 50

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 53

A. Teknik Analisis Data ... 53

1. Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarusan Al-Qur’an... 53

2. Sikap Sosial Remaja Islam Dusun Karangrejo ... 56

B. ANALISIS HASIL PENELITIAN ... 59

C. PEMBAHASAN HASIL PENELITIAN ... 63

BAB V PENUTUP ... 64

A. Kesimpulan ... 64

B. Saran-saran ... 64

C. Kata Penutup.………... 65

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN-LAMPIRAN

ANGKET

DAFTAR TABEL

(15)

1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang

Keberhasilan kehidupan manusia diantaranya ditandai dengan

terbinanya hidup rukun diantara manusia. Untuk membina kerukunan

hidup diantara manusia diperlukan bimbingan, dan penyuluhan terhadap

umat manusia. Hal ini sesuai dengan berbagai perkembangan kehidupan,

baik perkembangan yang bersifat positif maupun yang bersifat negatif.

Kegiatan bimbingan biasanya dilakukan dengan cara mengadakan

pengajian-pengajian keagamaan dengan tujuan untuk meningkatkan

keimanan, penghayatan dan pengamalan agama. Kegiatan tersebut sebagai

usaha untuk memantapkan keyakinan dan kesadaran beragama dalam

memperkokoh keagamaan dan berperan serta untuk membina kedisiplinan

dalam menjalankan keagamaan.

Telah disadari bahwa perkembangan agama pada masa remaja

selalu mengalami perubahan dan perkembangan. Perubahan dan

perkembangan tersebut ada yang menjurus kearah negatif yang buisa

merugikan diri remaja itu sendiri, da nada yang positif.

Masa remaja merupakan masa peralihan antara masa anak-anak

kemasa dewasa. Pada masa ini, remaja mengalami perkembangan

mencapai kematangan fisik, mental, sosial dan emosional. Umumnya masa

(16)

2

anak duduk dibangku sekolah menengah. Masa ini dirasakan sebagai masa

sulit, baik bagi remaja sendiri, keluarga maupun lingkungan masyarakat.

Untuk mengatasi hal tersebut, mereka sangat membutuhkan

tuntunan dan bimbingan untuk memahami diri sendiri yang penuh dengan

sikap egois dan rasa keingintahuan yang tinggi. Keinginan yang tinggi

menyebabkan para remaja tidak hanya diberikan siraman rohani saja yang

berisi ajaran-ajaran agama yang wajib dijalankan, akan tetapi melalui

kegiatan-kegiatan yang mampu mentelaah serta mempelajari islam sebagai

pedoman hidupnya.

Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi manusia

mencakup seluruh kehidupan manusia. Disamping sebagai pedoman hidup,

islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus dida’wahkan guna memberi pemahaman berbagai ajaran yang terkandung

didalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam mentransfer nilai-nilai agama tersebut antara lain melalui majelis ta’lim yang berfungsi

memberikan pemahaman tentang nilai-nilai ajaran tersebut.

Berbagai kegiatan agamis yang telah dilakukan merupakan proses

pendidikan yang mengarah kepada internalisasi nilai-nilai agama sehingga

para remaja mampu merefleksikan tatanan normative atau tingkah laku

yang mereka pelajari dalam relaitas kehidupasn sehari-hari.

Amalan tadarus al-qur’an dimulai oleh Nabi Muhammad SAW

bersama malaikat Jibril di mana baginda Nabi SAW khatam sekali

(17)

3

kematiannya di mana baginda telah khatam dua kali. (AS Suyuti, 1951,

hal. 40), inilah tadarus al-qur’an pertama kali.Tadarus al-qur,an ini

diteruskan oleh kaum muslimin sepanjang waktu hingga saat ini di masjid

maupun di mushola serta di pondok pesantren.

Membaca al-qur’an termasuk kegiatan ibadah, karena menurut

Rosul huruf-hurufnya saja jika dibaca mengandung pahala. Kegiatan

membaca dalam tadarus disebut tilawah, sedangkan lebih luas lagi, membaca dan menelaah disebut qira’ah. Kaum muslimin sekarang ini

umumnya masih berada pada level tilawah, meskipun kegiatannya bertajuk

tadarus.

Pada level tilawah ini masih banyak kaum muslimin yang

bacaannya belum standar baik dari segi makhrajnya maupun

kesesuaiannya dengan kaidah-kaidah tajwid. Ada yang terbata-bata

membacanya namun adapula yang sangat cepat membacanya

sampai-sampai tidak jelas bacaannya, padahal dalam tilawah jelas-jelas kita

diperintahkan untuk membacanya dengan tartil, yaitu benar, jelas dan

bagus.

Banyak kaum muslimin yang sudah puluhan tahun membaca al-qur’an namun belum juga fasih. Padahal jika ditekuni menurut pengalaman

umum belajar al-qur’an standar dengan guru hanya memerlukan waktu 2

sampai 3 bulan, atau sekitar 16 sampai 24 kali pertemuan dengan durasi

(18)

4

banyak kerjaan, maka sungguh mengada-ngada, dan mereka belum

menganggap al-qur’an bagian yang penting dalam hidupnya.

Banyak juga anak-anak muslim yang fasih berbahasa Inggris,

Prancis, dan bahasa asing lainnya, ahli dalam bidang matematika,

computer multimedia, musik serta keterampilan lainnya, namun dalam

membaca al-qur’an masih terbata-bata. Artinya masih banyak orangtua

muslim yang mengkursuskan atau memberi pendidikan tentang al-qur’an

tidak seserius mengkursuskan mereka untuk matematika, bahasa Inggris,

musik, dan keterampilan lainnya. Bagi banyak orangtua muslim

pengetahuan bidang-bidang umum seperti matematika, bahasa Inggris,

musik juga keterampilan lainnya dianggap penting untuk bekal masa depan

anak, namun mereka lupa bahwa al-qur’an juga bagian dari masa depan,

yaitu masa depan di akhirat. Justru al-qur’an ini dapat menolong anak itu

sendiri dan orang tuanya kelak di akhirat.

Tadarus Al-Qur’an adalah kegiatan yang berfungsi sebagai amalan

ibadah disela-sela aktivitas kehidupan umat islam, serta sebagai penenang

jiwa. Dalam surah Al-Isra ayat 82,

penyakit kejiwaan sehingga para pembaca Al-Qur’an, bahkan orang yang

(19)

5

Maka sudah selayaknya kegiatan Tadarus Al-Qur’an harus

mendapat perhatian dan dukungan dari masyarakat, sehingga tercipta

insan-insan yang memiliki ketenangan jiwa.

Dengan ketenangan jiwa, para remaja tidak akan memperlihatkan

sikap sosial yang menyimpang dari norma-norma agama, seperti berbuat

kasar terhadap orang tua dan terhadap orang lain disekelilingnya. Untuk

menanggulangi dari kejadian-kejadian itu nampaknya sikap sosial

memiliki peran yang sangat penting.

Remaja islam di dusun Karangrejo desa Pabelan kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang setiap malam senin, selasa, rabu dan malam

sabtu setelah sholat maghrib melakukan kegiatan tadarus Al-Qur’an di

masjid Baitussalam dusun Karangrejo. Kegiatan tersebut diharapkan dapat

mengisi waktu senjang setelah maghrib dan dapat memberi dampak positif

terhadap remaja khususnya dan masyarakat pada umumnya.

Kegiatan tadarus ini bermula dari kekhawatiran masyarakat

khususnya para orangtua di dusun Karangrejo ini karena melihat

kemunduran dari para generasi yaitu para remaja dalam membaca al-qur’an, baik dari segi makhraj serta kaidah tajwidnya. Serta kegiatan serta

budaya adat dusun yang selalu membutuhkan khotaman al-qur’an, yang

mana setiap orang membaca 1 jus, dan dibutuhkan 30 orang dalam acara

adat itu untuk mengkhatamkannya, seperti kegiatan adat ketika ada orang

(20)

6

dan kegiatan meminta berkah do’a dalam setiap kegiatan peringatan hari

besar islam.

Melihat kebutuhan dusun akan kecakapan dalam membaca al-qur’an, maka sangatlah memprihatinkan ketika melihat keadaan para

generasi penerus yang semakin berkurang dalam proses pendidikan al-qur’an khususnya dalam masalah membaca. Tadarus adalah peluang

dimana pembaca al-qur’an dapat saling menegur kesalahan masing-masing

dan bukan hanya sekedar membaca untuk khatam. Dengan kegiatan

tadarus dalam level tilawah ini diharapkan dapat menjadi suatu tempat

juga alat untuk memperbaiki kekurangan para generasi dalam membaca al-qur’an. Sehingga kegiatan sosial di dusun Karangrejo tersebut dapat

diikuti oleh para generasi atau para remaja yang sudah memiliki

kecakapan dalam membaca al-qur’an.

Berkaitan dengan ulasan yang telah dikemukakan di atas, peneliti

mengambil judul skripsi: “HUBUNGAN KEAKTIFAN MENGIKUTI

KEGIATAN TADARUS Al-QUR’AN DENGAN SIKAP SOSIAL

REMAJA ISLAM DUSUN KARANGREJO DESA PABELAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN 2015”

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang di atas maka fokus masalah dalam

penelitian iniadalah:

1. Bagaimana keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an di dusun

(21)

7

2. Bagaimana sikap sosial remaja islam dusun Karangrejo desa Pabelan

Kabupaten Semarang tahun 2015?

3. Adakah hubungan antara keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial remaja islam di dusun Karangrejo desa

Pabelan kabupaten Semarang tahun2015 ?

C. Tujuan Penelitian

Sesuatu yang dilaksanakan dengan sadar pasti mempunyai tujuan.

Berdasarkan pokok masalah dalam penelitian ini , maka tujuan penulis

adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an di dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun

2015.

2. Untuk mengetahui bagaimana sikap sosial remaja islam dusun

Karangrejo desa Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2015.

3. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara keaktifan mengikuti

kegiatan tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial remaja islam di dusun

Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun2015.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dalam penelitian ini yang dihadapkanadalah :

1. Penelitian ini diharapkan dapat menambah informasi, wawasan,

pemikiran dan pengetahuan dalam bidang pendidikan Islam bagi

(22)

8

2. Penelitian ini diharapkan dapan memberikan pemahaman kepada

masyarakat pada umumnya dan bagi remaja pada khususnya tentang

pentingnya aktif mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an.

3. Penelitian ini sebagai bagian dari usaha untuk menambah khasanah

ilmu pengetahuan di Fakultas Tarbiyah pada umumnya dan PAI pada

khususnya.

E. Hipotesis Penelitian

Hipotesis juga bisa dipandang sebagai konklusi, suatu konklusi

yang sifatnya sangat sementara.Sebagai konklusi, sudah tentu hipotesis

tidak dapat dibuat semena-mena, melainkan atas dasar

pengetahuan-pengetahuan tertentu (Hadi, 1981:63).

Menurut Soeharto (1989:135), hipotesis adalah :

1. Sesuatu yang masih kurang dari sebuah kesimpulan.

2. Sebuah kesimpulan yang belum final karena masih harus dibuktikan

kebenarannya.

3. Jawaban duga yang dianggap besar kemungkinannya untuk menjadi

benar.

Relevan dengan judul penelitian hubungan antara keaktifan

mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial remaja islam di

dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun2015. Maka

dapat penulis ajukan rumusan hipotesis sebagai berikut: ada hubungan

positif antara keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an dengan

(23)

9 F. Penegasan Istilah

1. Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an

Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti

sibuk, giat ( kamus besar bahasa Indonesia : 17). Aktif mendapat

awalan ke dan akhiran an, sehingga keaktifan yang mempunyai arti

kegiatan atau kesibukan.

Kegiatan adalah aktivitas, usaha, pekerjaan atau kekuatan dan

ketangkasan serta kegairahan. Jadi kegiatan adalah suatu peristiwa atau

kejadian yang pada umumnya tidak dilakukan secara terus menerus.

Penyelenggara kegiatan itu sendiri bias merupakan badan, instansi

pemerintah, organisasi, orang pribadi, lembaga , dll. Kegiatan juga

suatu perilaku yang dikerjakan secara sungguh-sungguh dan terencana

untuk mencapai suatu tujuan.( Mahir bahasa Indonesia :22).

Tadarus adalah waqaf dari tadarussun yang berasal dari kata

darasa yang artinya belajar. Kemudian mengikuti wazan tafaa’ala,

sehingga mauzunnya menjadi tadaarasa yang memiliki arti saling

mempelajari atau pembelajaran bersama-sama.

Membaca al-qur’an termasuk kegiatan ibadah, karena menurut

Rosul huruf-hurufnya saja jika dibaca mengandung pahala. Kegiatan

membaca dalam tadarus disebut tilawah, sedangkan lebih luas lagi, membaca dan menelaah disebut qira’ah. Kaum muslimin sekarang ini

umumnya masih berada pada level tilawah, meskipun kegiatannya

(24)

10

Pada level tilawah ini masih banyak kaum muslimin yang

bacaannya belum standar baik dari segi makhrajnya maupun

kesesuaiannya dengan kaidah-kaidah tajwid. Ada yang terbata-bata

membacanya namun adapula yang sangat cepat membacanya

sampai-sampai tidak jelas bacaannya, padahal dalam tilawah jelas-jelas kita

diperintahkan untuk membacanya dengan tartil, yaitu benar, jelas dan

bagus.

Al-Qur’an yang secara harfiah berarti ‘bacaan sempurna”

merupakan suatu nama pilihan Allah, serta tiada suatu bacaan sejak

manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu dapat

menandinghi Al-Qur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia. Tiada

bacaan seperti Al-Qur’an yang diatur tatacara membacanya, mana yang

dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus bacaannya, di

mana tempat yang terlarang atau boleh, juga harus memulai dan

berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai pada etika

membacanya.

Indikator dari kegiatan tadarus Al-Qur’an sebagai berikut:

a. Dalam satu hari membaca Al-Qur’an 1-3 kali

b. Sering berangkat kegiatan tadarus dan mengikuti kegiatan tadarus

sampai selesai

c. Bertanya jika tidak paham dengan persoalan yang dikaji atau

dibahas dalam kegiatan tadarus

(25)

11

e. Mengetahui fungsi dan tujuan kegiatan tadarus

f. Mematuhi peraturan kegiatan tadarus.

2. Sikap Sosial Remaja Islam

Sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude yang artinya sikap. Kata ini menunjuk suatu status mental seseorang”. (ftriannisa259.wordress.com.sikap sosial).

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, persepsi, dan

merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap

bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk

berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap bias

berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok. Dengan

demikian, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap yang berdiri

sendiri. (Sobur, 2009:361).

Sosial adalah kesiapan mental untuk berhubungan dan

menanggapi orang lain.

Sumber: http//www.kemhan.com/2015/09/sikap-sosial.html.

Remaja secara bahasa disebut adolescence, yang berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk

mencapai kematangan” (Ali dan Asrori, 2010:9).

Islam (al-islām, ملاسلإا "berserah diri kepada Tuhan") adalah

agama yang mengimani satu Tuhan, yaitu Allah. Islam memiliki arti

(26)

12

Pengikut ajaran Islam dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti

"seorang yang tunduk kepada Allah, atau lebih lengkapnya adalah

Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan. Islam

mengajarkan bahwa Allah menurunkan Firman-Nya kepada manusia

melalui para nabi dan rasul atau utusan-Nya, dan meyakini dengan

sungguh-sungguh bahwa Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir

yang diutus ke dunia oleh Allah.

Dengan demikian, Islam berarti penerimaan dari dan

penyerahan diri kepada Tuhan, dan penganutnya harus menunjukkan

ini dengan menyembah-Nya, menuruti perintah-Nya.

Indikator dari sikap sosial remaja islam adalah:

a. Membantu tetangga yang sedang tertimpa musibah

b. Menjenguk saudara yang sedang sakit

c. Menghadiri peringatan hari besar islam yang diadakan oleh

masyarakat

d. Membantu dan mempersiapkan acara yang ada di masyarakat

seperti: tahlilan, yasinan, mujahadah dan lain-lain

e. Bersikap dan berperilaku baik terhadap semua tetangga

f. Menyantuni anak yatim piatu yang ada di lingkungan masyarakat

g. Mengikuti kegiatan sosial dengan ikhlas seperti: kerja bakti,

(27)

13 G. Metodologi Penelitian

1. Pendekatan Penelitian

Dalam penelitian ini pendekatan yang diterapkan oleh peneliti

adalah pendekatan korelasional kuantitatif. Yang dimaksud pendekatan

korelasional adalah penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui

ada tidaknya hubungan antara dua atau beberapa variabel (Arikunto,

1995:326). Penelitian ini bertujuan untuk mendeteksi sejauh mana

variasi-variasi pada suatu faktor berkaitan dengan variasi-variasi pada

satu atau lebih faktor lain pada koefisien korelasi (Suryabrata,

2009:82). Sedangkan penelitian kuantitatif pada hakikatnya adalah

sebuah penelitian yang pengumpulan datanya dinyatakan dalam bentuk

nilai absolut (Sukandarrumidi, 2004:65).

2. Populasi dan Sampel a. Populasi

Menurut Sukandarrumidi (2004:47), populasi adalah

keseluruhan obyek penelitian baik terdiri dari benda yang nyata,

abstrak, peristiwa ataupun gejala yang merupakan sumber data dan

memiliki karakter tertentu dan sama. Dalam penelitian ini yang

menjadi populasi adalah semua remaja islam dusun Karangrejo

desa Pabelan kabupaten Semarang yang berjumlah 48 orang,

dengan jumlah laki-laki sebanyak 33 remaja dan perempuan

(28)

14 b. Metode Pengumpulan Data

1) Interview

Menurut Kartono (1990:187) metode interview yaitu

metode yang digunakan dengan cara bertanya langsung kepada

responden untuk mendapatkan informasi.

2) Angket

Angket adalah kumpulan dari pertanyaan yang diajukan

secara tertulis kepada seseorang (yang dalam hal ini disebut

responden), dan cara menjawab juga dilakukan dengan tertulis

(Arikunto, 1995:135). Model angket yang digunakan penulis

adalah angket tertutup, yaitu angket yang dibentuk sedemikian

rupa sehingga responden tinggal memberikan tanda centang (v)

pada kolom atau tempat yang sesuai (Arikunto, 1995:137).

Angket disebarkan kepada responden untuk

mendapatkan informasi atau jawaban yang berkenaan dengan

keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an dan sikap

sosial remaja.

3) Dokumentasi

“Dokumentasi adalah laporan tertulis dari suatu

peristiwa dan ditulis dengan sengaja untuk menyimpan atau merekam keterangan mengenai peristiwa”(Surachmad,

(29)

15

Metode ini digunakan dalam penelitian mengumpulkan

data atau mencatat dokumen yang sudah tersedia diobyek

penelitian tentang situasi umum.

c. Teknik Analisis Data 1) Analisis pendahuluan

Yaitu teknik analisis data dengan menggunakan rumus:

P = x 100%

Keterangan:

P : Persentase Perolehan

F : Frekuensi

N : Jumlah Sampel

Rumus persentase ini untuk menganalisis dari tiap-tiap

kategori kedua variabel yaitu keaktifan mengikuti kegiatan

tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial remaja.

2) Analisis Lanjut

Sesuai dengan jenis data penelitian, maka sebagai

tindak lanjut dari data yang telah dikumpulkan dari kedua

variabel, yaitu mengikuti kegiatan Yasinan (variabel x) dan

perilaku birrul walidain (variabel y), peneliti menggunakan

rumus korelasi product moment, dengan angka kasar (Arikunto,

1995:425-426).

r

xy

=

(30)

16 Keterangan:

rxy : nilai koefisien korelasi antara x dan y

xy : perkalian antara variabel x dan y

x : nilai variabel 1

y : nilai variabel 2

N : banyaknya subjek pemilik nilai ∑ : sigma (Ritonga, 1987 : 120)

H. Sistematika Penulisan Skripsi

Dalam penelitian ini penulis membagi dalam lima bab dengan

sistematika sebagai berikut:

1. Bagian awal yang meliputi : sampul, lembar berlogo, judul,

persetujuan pembimbing, pengesahan kelulusan, pernyataan keaslian

tulisan, moto pembahasan, kata pengantar, abstrak, daftar isi, daftar

tabel, halaman judul, nota pembimbing, halaman pengesahan.

2. Bagian inti memuat:

BAB I : Pendahuluan Berisi tentang latar belakang masalah,

rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis penelitian, manfaat

penelitian, definisi operasional, metodologi penelitian, teknik analisis

data dan sistematika penulisan skripsi.

BAB II : Kajian Pustaka Bab ini berisi tentang keagamaan

orang tua meliputi: pengertian,keaktifan mengikuti kegiatan tadarus

(31)

17

BAB III : Laporan Hasil Penelitian Bab ini berisi gambaran

umum tentang kegiatan tadarus Al-Qur’an dusun Karangrejo dan sikap

sosial remaja (letak geografis, sejarah berdirinya, visi misi,susunan

organisasi, dan data populasi) serta data tentang hubungan antara

keaktifan mengikuti kegiatan Tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial

remaja yang terdiri dari data tentang jawaban angket keaktifan

mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an dan data tentang jawaban angket

sikap sosial remaja.

BAB IV : Analisis Data Bab ini meliputi adanya pengelolaan

data yang telah diperoleh dari penelitian lapangan untuk menguji

hipotesis yang diajukan dengan statistik melalui analisis pendahuluan

dan analisis lanjut.

BAB V : Penutup Berisi tentang penutup, kesimpulan, saran

(32)

18 BAB II

LANDASAN TEORI

A. Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al- Qur’an 1. Pengertian

Islam sebagai agama yang menjadi pedoman hidup bagi

manusia mencakup seluruh kehidupan manusia. Disamping sebagai

pedoman hidup, islam menurut para pemeluknya juga sebagai ajaran yang harus dida’wahkan guna memberi pemahaman berbagai ajaran

yang terkandung didalamnya. Sarana yang dapat dilakukan dalam

mentransfer nilai-nilai agama tersebut antara lain melalui majelis ta’lim yang berfungsi memberikan pemahaman tentang nilai-nilai

ajaran tersebut.

Berbagai kegiatan agamis yang telah dilakukan merupakan

proses pendidikan yang mengarah kepada internalisasi nilai-nilai

agama sehingga para remaja mampu merefleksikan tatanan normative

atau tingkah laku yang mereka pelajari dalam relaitas kehidupasn

sehari-hari.

Amalan tadarus al-qur’an dimulai oleh Nabi Muhammad SAW

bersama malaikat Jibril di mana baginda Nabi SAW khatam sekali

membaca al-qur’an dengan jibril pada setiap ramadhan kecuali tahun

kematiannya di mana baginda telah khatam dua kali. (AS Suyuti, 1951,

hal. 40), inilah tadarus al-qur’an pertama kali.Tadarus al-qur,an ini

diteruskan oleh kaum muslimin sepanjang waktu hingga saat ini di

(33)

19

Tadarus adalah waqaf dari tadarussun yang berasal dari kata

darasa yang artinya belajar. Kemudian mengikuti wazan tafaa’ala,

sehingga mauzunnya menjadi tadaarasa yang memiliki arti saling

mempelajari atau pembelajaran bersama-sama.

Secara harfiah keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti

sibuk, giat ( kamus besar bahasa Indonesia : 17). Aktif mendapat

awalan ke dan akhiran an, sehingga keaktifan yang mempunyai arti

kegiatan atau kesibukan.

Kegiatan adalah aktivitas, usaha, pekerjaan atau kekuatan dan

ketangkasan serta kegairahan. Jadi kegiatan adalah suatu peristiwa atau

kejadian yang pada umumnya tidak dilakukan secara terus menerus.

Penyelenggara kegiatan itu sendiri bias merupakan badan, instansi

pemerintah, organisasi, orang pribadi, lembaga , dll. Kegiatan juga

suatu perilaku yang dikerjakan secara sungguh-sungguh dan terencana

untuk mencapai suatu tujuan.( Mahir bahasa Indonesia :22).

Membaca al-qur’an termasuk kegiatan ibadah, karena menurut

Rosul huruf-hurufnya saja jika dibaca mengandung pahala. Kegiatan

membaca dalam tadarus disebut tilawah, sedangkan lebih luas lagi, membaca dan menelaah disebut qira’ah. Kaum muslimin sekarang ini

umumnya masih berada pada level tilawah, meskipun kegiatannya

bertajuk tadarus.

Pada level tilawah ini masih banyak kaum muslimin yang

(34)

20

kesesuaiannya dengan kaidah-kaidah tajwid. Ada yang terbata-bata

membacanya namun adapula yang sangat cepat membacanya

sampai-sampai tidak jelas bacaannya, padahal dalam tilawah jelas-jelas kita

diperintahkan untuk membacanya dengan tartil, yaitu benar, jelas dan

bagus.

Imam tua masjid Al-sultan Ismail Petra, Kubang Keian, Kota bharu, kalantan, Sabri Abdullah berkata “ amalan tadarus dimulaikan

Nabi Muhammad bersama malaikat Jibril dimana baginda Khatam

sekali membaca Al-Qur’an dengan Jibril pada setiap ramadhan kecuali

pada tahun kematiannya dimana baginda telah khatam dua kali.(

Assuyuti, 1951 hal.40-41). Tadarus adalah peluang terbaik dimana

pembaca Al-Qur’an dapat saling menegur kesalahan masing-masingn

dan bukan sekedar membaca untuk khatam.

Al-Qur’an yang secara harfiah berarti ‘bacaan sempurna”

merupakan suatu nama pilihan Allah, serta tiada suatu bacaan sejak

manusia mengenal tulis-baca lima ribu tahun yang lalu dapat

menandinghi Al-Qur’an Al-Karim, bacaan sempurna lagi mulia. Tiada

bacaan seperti Al-Qur’an yang diatur tatacara membacanya, mana

yang dipendekkan, dipanjangkan, dipertebal atau diperhalus

bacaannya, di mana tempat yang terlarang atau boleh, juga harus

memulai dan berhenti, bahkan diatur lagu dan iramanya, sampai pada

(35)

21

Kata Qara’a mempunyai arti mengumpulkan dan menghimpun, dan qira’at bedrarti menghimpun huruf-huruf dan kata-kata satu

dengan yang lainnya dalam suatu ucapan yang tersusun rapi. Qur’an

pada mulanya, qur’anan. Sebagaiman firman Allah SWT:

“Sesungguhnya atas tanggungan kamilah mengumpulkannya (di dadamu) dan (membuatmu pandai) membacanya. Apabila kami Telah selesai membacakannya Maka ikutilah bacaannya itu. (Al-Qiyamah(75) :17-18).

Qur’anah berarti qiraatun (bacaannya/ cara membacanya). Jadi

kata itu adalah masdar menrut wazan fu’lan. Kita dapat mengatakan

qara’atuhu, qura’an, qira’atan wa qur’anan, artinyasama saja yaitu

cara membacanya. Di sini maqru’ (apa yang dibaca) diberi nama Qur’an (bacaan); yakni penamaan maf’ul denghan masdar.

Secara istilah, para ulama’ menyebutkan definisi Qur’an yang

mendekati maknanya dan membedakannya dari yang lain dengan

menyebutkan bahwa:

Qur’an adalah kalam Allah yang diturunkan kepada

Muhammad SAW. Yang pembacanya merupakan suatu ibadah.

Definisi kalam (ucapan) merupakan kelompok jenis yang meliputi

segalan kalam. Dan dengan menghubungkannya dengan Allah

(kalamullah) berarti tidak semua masuk kalam manusia, jin dan

(36)

22

Batasan dengan kata-kata yang diturunkan maka tidak

termasuk kalam Allah yang sudah khusus menjadi milik-Nya.

Sebagaimana disebutkan dalam Firman Allah:

“Katakanlah: sekiranya lautan menjadi tinta untuk (menulis) kalimat -kalimat Tuhanku, sungguh habislah lautan itu sebelum habis (ditulis) kalimat-kalimat Tuhanku, meskipun kami datangkan tambahan sebanyak itu (pula)".(Al-Kahfi: 109)

Batasan dengan definisi hanya kepada Muhammad SAW tidak

termasuk yang diturunkan kepada nabi-nabi sebelumnya seperti taurat,

injil dan zabur.

Dalam surat Fathir: 29-30

“Sesungguhnya orang-orang yang selalu membaca Kitab Allah dan

mendirikan shalat dan menafkahkan sebahagian dari rezki yang kami

anuge- rahkan kepada mereka dengan diam-diam dan terang-terangan,

mereka itu mengharapkan perniagaan yang tidak akan merugi, Agar

(37)

23

kepada mereka dari karunia-Nya. Sesungguhnya Allah Maha

Pengampun lagi Maha Mensyukuri”[1259].(QS.Fathir :29-30)

[1259] ialah huruf-huruf abjad yang terletak pada permulaan

sebagian dari surat-surat Al Quran seperti: Alif laam miim, Alif laam

raa, Alif laam miim shaad dan sebagainya. diantara ahli-ahli tafsir ada

yang menyerahkan pengertiannya kepada Allah Karena dipandang

termasuk ayat-ayat mutasyaabihaat, dan ada pula yang

menafsirkannya. golongan yang menafsirkannya ada yang

memandangnya sebagai nama surat, dan ada pula yang berpendapat

bahwa huruf-huruf abjad itu gunanya untuk menarik perhatian para

Pendengar supaya memperhatikan Al Quran itu, dan untuk

mengisyaratkan bahwa Al Quran itu diturunkan dari Allah dalam

bahasa Arab yang tersusun dari huruf-huruf abjad. kalau mereka tidak

percaya bahwa Al Quran diturunkan dari Allah dan Hanya buatan

Muhammad s.a.w. semata-mata, Maka cobalah mereka buat semacam

Al Quran itu.

(38)

24

QS. Al-‘Alaq adalah wahyu pertama kali yang diturunkan, dan

memiliki isi kandungan perintah untuk membaca. Iqra’ berarti

bacalah, telitilah, dalamilah, ketahuilah ciri-ciri sesuatu, bacalah alam,

bacalah tanda-tanda zaman, sejarah, diri sendiri, yamg tertulis dan

tidak tertulis. Jadi objek perintah iqra’ mencakup segala sesuatu yang

dapat dijangkaunya.

Mengikuti atau menjalankan perintah Allah SWT adalah

ibadah dan salah satu bagian dari ciri orang yang bertaqwa.

Menjalankan perintah-Nya selain mendapatkan pahala juga

mendapatkan hikmah dan nikmat yang mungkion bias dirasakan di

dunia ini. Dengan begitu, diharapkan keimanan serta ketaqwaan kita

diberi perlindungan juga kelebihan dari sebelumnya.

Syaikh Ibnu “utsaimin menjelaskan bahwa membaca kitab

Allah ada dua macam:

a. Membaca hukmiyah, yakni membenarkan berita-berita yang ada

dan melaksanakan hukumnya dengan menjalankan perintahnya dan

menjauhi larangannya.

b. Membaca lafzhiyyah, yakni membaca lafaznya. Telah dating

nas-nas yang cukup banyak menerangkan tentang keutamaannya, baik

membaca secara umum isi Al-Qur’an, surat tertentu maupun ayat

(39)

25 2. Keutamaan membaca Al-Qur’an

a. Sebaik-baik manusia adalah orang yang mempelajari al-Qur’an dan

mengajarkannya

b. Al-Qur’an adalah sebaik-baik ucapan

c. Orang yang mahir membaca Al-Qur’an akan bersama malaikat

d. Orang yang membaca Al-Qur’an diibaratkan seperti buah utrujjah

yang luarnya wangi didalamnya manis

e. Al-Qur’an akan memberikan syafaat kepada pembacanya

f. Membaca satu atau dua ayat Al-Qur’an lebih baik daripada

memperoleh satu atau dua ekor unta yang besar

g. Rahmat dan ketentraman akan turun ketika berkumpul membaca

Al-Qur’an

h. Membaca satu huruf Al-Qur’an akan mendapat sepuluh kebaikan

i. Pembaca Al-Qur’an akan ditinggikan derajatnya

j. Orang yang membaca Al-Qur’an secara terang-terangan seperti

bersedekah secara terang-terangan.

3. Adab membaca Al-Qur’an

a. Membaca Al-Qur’an dalam keadaan suci dari hadas besar dan kecil

b. Membaca di tempat yang bersih dan suci

c. Menghadap ke kiblat

(40)

26 meminta perlindungan kepada Allah dari syaitan yang terkutuk”. (QS Al-Nahl [16]: 98)

e. Membaca Basmalah setiap sebelum membaca surah selain surah

(Al-Tawbah).

f. Membaca secara murottal (pelan-pelan)

g. Jangan membaca terlalu cepat

h. Membaca dengan runtut

i. Membaca dengan bersama-sama lebih utama

j. Bergiliran membaca dengan yang lainnya menyimak itu lebih

utama lagi

k. Membaca dengan suara yang merdu

l. Memulai membaca dan berhenti secara tepat.

4. Tata cara tadarus Al-Qur’an

Istilah tadarus Al-Qur’an sebenarnya memiliki makna

mempelajari juga menelaah Al-Qur’an, akan tetapi di lingkungan kita

ini tadarus diartikan sebagai metode untuk membaguskan bacaan Al-Qur’an tanpa menkajinya. Jadi hanya bagus dibacaannya saja baik dari

segi makhraj dan tajwidnya.

(41)

27

bagian dari kegiatan tilawah Al-Qur’an yaitu kegiatan membaca dan

mempelajari tentang bacaan Al-Qur’an.

Dengan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa kegiatan yang

sering disebut dengan tadarus Al-Qur’an di lingkungan kita ini adalah tilawah. Kadang juga disebut tilawah wal istima’ yaitu membaca dan

mendengar atau menyima’.

Kegiatan membaca dan menyima’ atau mendengar ini, Allah

SWT memerintahkan dalam (QS. Al-A’raf [7] : 204)

baik-baik, dan perhatikanlah dengan tenang agar kamu mendapat rahmat[591]”.

[591] Maksudnya: jika dibacakan Al Quran kita diwajibkan mendengar dan memperhatikan sambil berdiam diri, baik dalam sembahyang maupun di luar sembahyang, terkecuali dalam shalat berjamaah ma'mum boleh membaca Al Faatihah sendiri waktu imam membaca ayat-ayat Al Quran.

Kegiatan membaca Al-Qur’an dengan cara satu orang membaca dan orang yang lain mendengarkan atau menyima’ juga

membenarkan kesalahan dalam membaca adalah kegiatan tilawah.

Apabila dikasih kajian yang materinya di ambilkan dari beberapa

ayat Al-Qur’an bias dikatakan tadarus Al-Qur’an.

Sumber:

(42)

28 B. Sikap Sosial Remaja Islam

1. Pengertian Sikap Sosial a. Secara bahasa

Sikap dalam bahasa Inggris disebut “attitude yang artinya

sikap. Kata ini menunjuk suatu status mental seseorang”.

(ftriannisa259.wordress.com.sikap sosial).

b. Menurut istilah

Sikap adalah kecenderungan bertindak, berfikir, persepsi,

dan merasa dalam menghadapi objek, ide, situasi, atau nilai. Sikap

bukanlah perilaku, tetapi lebih merupakan kecenderungan untuk

berperilaku dengan cara tertentu terhadap objek sikap. Objek sikap

bisa berupa orang, benda, tempat, gagasan, situasi, atau kelompok.

Dengan demikian, pada kenyataannya tidak ada istilah sikap yang

berdiri sendiri. (Sobur, 2009:361).

Menurut Sarwono (2000: 17), sikap adalah kecenderungan

atau kesediaan seseorang untuk bertingkah laku tertentu kalau ia

menghadapi suatu rangsangan tertentu.

Menurut Abror (1993: 107-108), sikap merupakan

kecenderungan dan kesiapan untuk bertindak atau merespon,

bukannya merupakan tindakan atau respon itu sendiri, sedangkan

sosial adalah pendekatan pembelajaran yang melaksanakan

(43)

29

Kata sosial digunakan untuk menunjuk sifat dari makhluk

yang bernama manusia. Sehingga munculah ungkapan ini berarti

bahwa manusia adalah makhluk sosial. Ungkapan ini berarti bahwa

manusia harus hidup berkelompok atau bermasyarakat. Mereka

tidak dapat hidup dengan baik kalau tidak hidup brkrlompok atau

bermasyarakat. Dengan kata lain untuk hidup memadai dia harus

berhubungan dengan orang lain. Masing- masing manusia (orang)

saling membutuhkan pertolongan sesamanya.

Menurut Bergson seperti yang dikutip Abdulsyani, bahwa

manusia ini hidup bersama bukan oleh karena persamaan,

melainkan oleh karena perbedaan yang terdapat dalam sifat,

kedudukan dan sebagainya. Ia mengatakan bahwa kenyataan hidup

baru terasa dengan perbedaan antara manusia masing-masing itu

dalam kehidupan bergolongan. Berdasarkan adat, sifat meniru dan

sebagainya, perasaan solidaritas dalam golongan keluarga, suku

bangsa, Negara dan seterusnya akan menjadi kuat dan luas, dan

ikatan ini akan bertambah kuat dalam menghadapi bahaya. Dengan

meluasnya pertalian dari keluarga kepada suku bangsa, kepada

negara, dan sebagainya, maka pertalian dalam ikatan yang gterkecil

akan terasa lebih lemah. Ikatan-ikatan dalam kelompok, memang

mempunyai kelemahan akan tetapi juga dapat menghilangkan

(44)

30

mereka bersama menjadi persatuan yang lebih luas. Demikian

inilah, maka terbentuknya masyarakat (Abdulsyani, 2002: 35).

Berikut ini adalah pengertian dan definisi sosial menurut

beberapa ahli:

1) Menurut Lewis

Sosial adalah sesuatu yang dicapai, dihasilkan dan ditetapkan

dalam interaksi sehari-hari antara warga negara dan

pemerintahannya.

2) Menurut Keith Jacobs

Sosial adalah sesuatu yang dibangun dan terjadi dalam sebuah

situs komunitas.

3) Menurut Ruth Aylett

Sosial adalah segala sesuatu yang dipahami sebagai sebuah

perbedaan namun tetap inhern dan terintegrasi.

4) Menurut Paul Ernest

Sosial lebih dari sekedar jumlah manusia secara individu

karena mereka terlibat dalam berbagai kegiatan bersama.

5) Menurut Philip Wexler

Sosial adalah sifat sifat dasar dari setiap individu manusia.

6) Menurut Enda M.C

Sosial adalah cara tentang bagaimana individu saling

berhubungan.

(45)

31

Sosial adalah sesuatu yang dipahami sebagai suatu perbedaan

namun tetap merupakan sebagai satu kesatuan.

Dari bermacam-macam pendapat tersebut dapatlah

ditarik suatu kesimpulan bahwa sosial adalah kesiapan mental

untuk berhubungan dan menanggapi orang lain.

Sumber: http//www.kemhan.com/2015/09/sikap-sosial.html

2. Ciri-ciri sikap

Seperti telah dipaparkan di depan bahwa sikap merupakan factor

yang ada pada diri manusia yang dapat mendorong atau menimbulkan

perilaku tertentu. Walaupun demikian sikap mempunyai segi-segi perbedaan

dengan pendorong-pendorong lain yang ada dalam diri manusia itu. Oleh

karena itu untuk membedakan sikap dengan pendorong-pendorong yang lain,

ada beberapa ciri atau sifat dari sikap tersebut. Adapun ciri sikap itu adalah:

a. Sikap bukan dibawa orang sejak ia dilahirkan, melainkan dibentuk atau

dipelajarinya sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungan

dengan objeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat motif-motif

biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat, dan lain-lain.

b. Sikap itu dapat berubah-ubah, karena itu sikap dapat dipelajari orang

atau sebaliknya, sikap-sikap itu dapat dipelajari, karena itu sikap dapat

berubah pada orang-orang bila terdapat keadaan-keadaan dan

syarat-syarat tertentu yang mempermudah berubahnya sikap pada orang itu.

c. Sikap itu tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mengandung relasi

(46)

32

dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu objek

tertentu yang dapat dirumuskan dengan jelas.

d. Objek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga

merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut. Jadi sikap itu dapat

berkenaan dengan satu objek saja, tetapi juga berkenaan dengan

sederetan objek-objek yang serupa.

e. Sikap mempunyai segi-segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sifat inilah

yang membeda-bedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau

pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang(Gerungan, 1996: 152).

3. Faktor Yang Mempengaruhi Sikap Sosial

Pembentukan dan perubahan sikap tidak terjadi dengan

sendirimya atau dengan sembarangan saja. Pembentukan dan

perubahannya senantiasa berlangsung dalam interaksi manusia, dan

berkenaan dengan objek tertentu. Interaksi sosial didalam kelompok

dapat mengubah sikap atau membentuk sikap yang baru. Yang

dimaksudkan interaksi di luar kelompok ialah interaksi dengan hasil

buah kebudayaan manusia yang sampai kepadanya melalui alat-alat

komunikasi seperti surat kabar, radio, televisi, buku, risalah, dan

lain-lainnya. Tetapi pengaruh dari luar diri manusia karena interaksi diluar

kelompoknya itu sendiri belum cukup untuk menyebabkan berubahnya

sikap atau terbentuknya sikap baru. Faktor-faktor lain yang turut

memegang peranannya ialah faktor-faktor intern di dalamdiri pribadi

manusia itu, yakni selektivitasnya sendiri, daya pilihnya sendiri, atau

(47)

33

yang datang dari luar dirinya itu. Dan faktor-faktor intern itu turut

ditentukan pula oleh motif-motif dan sikap lainnya yang sudah

terdapat dalam diri pribadi orang itu. Jadi dalam pembentukan dan

perubahan sikapitu terdapat faktor-faktor intern dan faktor-faktor

ekster pribadi individu yang memegang peranannya(Grungan, 1996:

155).

a. Faktor individu atau faktor intern

Bagaimana individu menanggapi dunia luarnya bersifat

selektif, ini berarti bahwa apa yang datang dari luar tidak

semuanya begitu saja diterima, tetapi individu mengadakan

seleksi mana yang akan diterima, dan mana yang akan ditolaknya.

Hal ini berkaitan erat dengan apa yang telah ada dalam diri

individu untuk menanggapi pengaruh dari luar tersebut. Hal ini

juga akan menentukan apakah sesuatu dari luar itu dapat diterima

atau tidak, karena itu faktor individu justru merupakan faktor

penentu.

b. Faktor luar atau faktor ekstern

Yang dimaksud dengan faktor luar adalah hal-hal atau

keadaan yang ada di luar diri individu yang merupakan stimulus

untuk membentuk atau mengubah sikap. Dalam hal ini dapat

terjadi dengan langsung, dalam arti adanya hubungan secara

(48)

34

individu dengan kelompok atau antara kelompok dengan

kelompok yang lain. Di samping itu dapat secara tidak langsung,

yaitu dengan alat perantara komunikasi, misal media massa baik

yang elektronik maupun yang bukan elektronik.

Hubungan yang secara langsung ini dapat dengan sengaja

diberikan, misal adanya komunikator yang dengan sengaja

memberikan sesuatu dengan tujuan untuk membentuk atau

mengubah sesuatu sikap tertentu, dan ada yang secara tidak

langsung atau tidak sengaja diberikan, yaitu menciptakan situasi

yang memungkinkan dapat menimbulkan perubahan atau

pembentukan sesuatu sikap yang dikehendaki. (Walgito, 1990:

119-120).

4. Pengertian Remaja Islam a. Secara bahasa

Remaja secara bahasa disebut adolescence, yang berasal

dari bahasa latin adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh

untuk mencapai kematangan” (Ali dan Asrori, 2010:9).

Islam berasal dari kata Arab "aslama-yuslimu-islaman"

yang secara kebahasaan berarti "menyelamatkan", misal teks

"assalamu alaikum" yang berarti "semoga keselamatan menyertai

kalian semuanya". Islam atau Islaman adalah masdar (kata benda)

(49)

35

bermakna telah selamat (kala lampau) dan "yuslimu" bermakna

"menyelamatkan".

b. Menurut istilah

Remaja menurut beberapa ahli didefinisikan sebagai

berikut:

1) Hurlock dalam Ali dan Asrori (2010:9).

Harlock berpendapat bahwa secara psikologis, remaja

adalah suatu usia dimana individu menjadi terintegrasi kedalam

masyarakat dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa

bahwa dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua

melainkan merasa sama, atau paling sejajar. Memasuki

masyarakat dewasa ini mengandung banyak aspek efektif, lebih

atau kurang dari usia pubertas.

Remaja juga sedang mengalami perkembangan pesat

dalam aspek intelektual. Transformasi intelektual sari cara

berfikir remaja ini memungkinkan mereka tidak hanya mampu

mengintegrasikan mereka kedalam masyarakat dewasa, tapi

juga merupakan karakteristik yang paling menonjol dari semua

periode perkembangan.

2) Santrock (2003:26).

Santrock berpendapat bahwa remaja (adolescence)

(50)

36

dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif,

dan sosial-emosional.

3) Ali dan Arsori (2010: 9).

Ali dan Asrori berpendapat bahwa remaja tidak

termasuk golongan anak-anak, tetapi belum juga dapat

sepenuhnya untuk masuk kegolongan orang dewasa. Remaja

ada diantara anak dan orang dewasa. Oleh karena itu, remaja

seringkali dikenal dengan fase “mencari jati diri” fase “topan dan badai”. Remaja masih belum mampu menguasai dan

memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.

Namun, perlu diketahui bahwa yang terpenting, fase remaja

merupakan fase perkembangan yang tengah berada pada masa

sangat potensial, baik dilihat dari aspek kognitif, emosi,

maupun fisik.

4) Daradjat (1990: 23).

Daradjat berpendapat bahwa remaja adalah masa

peralihan diantara masa kanak-kanak dan dewasa. Dalam masa

ini anak menmgalami perubahan dan masa perkembangan

fisiknya maupun operkembangan psikisnya. Mereka bukanlah

anak-anak baik bentuk badan maupun cara berfikir atau

(51)

37

Beberapa pendapat diatas, dapat disimpulkan bahwa

remaja adalah individu yang sedang berada pada masa

peralihan dari masa kanak-kanak menuju masa dewasa dan

ditandai dengan perkembangan yang sangat cepat dari aspek

fisik, psikis dan sosial.

5. Batasan umur atau usia remaja

Batasan umur atau usia remaja menurut para ahli:

a. Whitherington dalam Rumini dan Sunari (2004: 54).

Whitherington berpendapat penggunaan masa adolensi yang

dibagi menjadi 2 fase yang disebut:

1) Preadolescence, berkisar usia 12-15 tahun dan

2) Late adolescence, antara usia 15-18 tahun

b. Hurlock dalam Rumini dan Sundari (2004: 54).

Hurlock berpendapatbahwa puber adalah periode tumpang

tindih, karena mencakup tahun-tahun akhir masa kanak-kanak

dan tahun-tahun awal masa remja. Pembagiannya adalah

sebagai berikut:

1) Tahap prapuber: wanita 11-13 tahun; pria 14-16 tahun

2) Tahap puber: wanita 13-17 tahun; pria 14-17 tahun enam

bulan

3) Tahap paska puber: wanita 17-21 tahun; pria 17 tahun 6

bulan- 21 tahun.

(52)

38

Mappiare bertpendapat bahwa masa remaja terbagi menjadi

dua sebagai berikut:

1) Remaja awal: wanita 12-17 tahun; pria 13-18 tahun

2) Remaja akhir: wanita 17-21 tahun; pria 18-22 tahun.

Dari beberapa pendapat para ahli dapat disimpulkan

bahwasanya masa remaja mengalami dua tahap

perkembangan yaitu perkembangan remaja awal 13-18

tahun dan remaja akhir 18-22 tahun, berdasarkan pada teori

yang sudah ada yaitu rata-rata dari umur 12-18.

Islam memiliki arti "penyerahan", atau penyerahan

diri sepenuhnya kepada Allah. Pengikut ajaran Islam

dikenal dengan sebutan Muslim yang berarti "seorang yang

tunduk kepada Allah, atau lebih lengkapnya adalah

Muslimin bagi laki-laki dan Muslimat bagi perempuan.

Islam mengajarkan bahwa Allah menurunkan Firman-Nya

kepada manusia melalui para nabi dan rasul atau

utusan-Nya, dan meyakini dengan sungguh-sungguh bahwa

Muhammad adalah nabi dan rasul terakhir yang diutus ke

dunia oleh Allah.

Sumber:http//www.kemhan.com/2015/09/arti-islam.html Dalam Firman Allah QS. [Ali ‘Imran(3): 20] juga

(53)

39

“Kemudian jika mereka mendebat kamu (tentang kebenaran

Islam), Maka Katakanlah: "Aku menyerahkan diriku kepada Allah dan (demikian pula) orang-orang yang mengikutiku". dan Katakanlah kepada orang-orang yang Telah diberi Al Kitab dan kepada orang-orang yang ummi[190]: "Apakah kamu (mau) masuk Islam". jika mereka masuk islam, Sesungguhnya mereka Telah mendapat petunjuk, dan jika mereka berpaling, Maka kewajiban kamu hanyalah menyampaikan (ayat-ayat Allah). dan Allah Maha melihat akan hamba-hamba-yang tidak diberi Al Kitab.

Dengan kondisi seseorang yang hanya menyandang

setatus muslim tanpa mengetahui makna Islam adalah

orang yang tidak mengetahui apa yang dimilikinya. Bias

berarti orang mengaku islam tetapi tidak mengetahui islam

itu seperti apa. Dan bahkan yang terjadi dari

tingkahlakunya jauh dari pendidikan atau ajaran islam

sendiri.

Disini remaja Islam adalah seseorang yang beruisa

(54)

40

kehidupan secara dengan hal positif serta tidak

menyimpang dari norma agama dan Masyarakat.

Dalam pengambilan objek penelitian tentang

hubungan keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-qur’an

dengan sikap sosial remaja islam dusun Karangrejo desa

Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2015. Mengamnbil

teori yang dipadukan antara remaja awal dan remaja akhir.

Sehingga batasan umur remaja yanmg dijadikan sebagai

objek penelitian adalah dari umur 12-22 tahun yang

berstatus agama islam serta tidak melakukan hal yang

menyimpang dari norma agama dan Masyarakat.

C. Hubungan Keaktifan Mengikuti Kegiatan Tadarus Al-Qur’an Dengan Sikap Sosial Remaja Islam

Telah diuraikan beberapa definisi serta teori tentang keaktifan

mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an serta tentang sikap sosial Remaja

islam. Dengan adanya kegiatan masyarakat yang selalu melibatkan para

remaja yang masih dalam tahap pembelajaran, banyak upaya dari

masyarakat untuk mendidik serta mengembangkan pengetahuannya untuk

kepentingan menjaga dan merawat budaya adat istiadat yang telah ada

sehingga tidak akan tercampur budaya lain ataupun punah.

Khotmil Qur’an adalah salah satu dari berbagi rangkaian acara

yang ada dalam kegiatan masyarakat. Acara khotmil Qur’an ini

(55)

41

dalam acara ini menjadi lancar kalau banyak orang yang bagus atau cakap

dalam membaca Al-Qur’an.

Sebagaiman telah dipaparkan di atas, bahwa manusia adalah

makhluk sosial yang senantiasa mempunyai kecenderungan untuk hidup

bersama dalam suatu bentuk pergaulan maka terbentuklah suatu kumpulan

dari orang-orang yang mempunyai hubungan dan interaksi, dimana dapat

menumbuhkan perasaan bersama.

Kumpulan dari individu-individu merupakan suatu kelompok

sebagai faktor penentu bagi terjadinya proses-proses kemasyarakatan.

Masyarakat terbentuk atas dasar hakikat individu, apabila kepentingan

individu berubah, maka masyarakat pun akan berubah (Abdulsyani, 2002:

27).

Dapat kita hubungkan dari sikap sosial remaja yang

diimplementasikan dalam kegiatan masyarakat seperti acara Khotmil

qur’an yang membutuhkan kecakapan dalam membaca Al-qur’an.

Kegiatan tadarus ini memiliki hubungan dalam mempersiapkan remaja

yang siap mengikuti kegiatan masyarakat ataupun yang sudah mengikuti

kegiatan masyarakat dengan kegiatan tadarus Al-qur’an dapat menjadi

lebih baik dan lebih siap.

Kegiatan Tadarus ini diharapkan berkelanjutan, sehingga tidak ada

kekhawatiran orang tua terhadap hilangnya budaya istiadat Khotmil

(56)

42 1. Pengajuan Hipotesis

Hipotesis adalah alternatif dugaan jawaban yang dibuat oleh

peneliti bagi problematika yang diajukan dalam penelitiannya. Dugaan

jawaban tersebut merupakan kebenaran yang sifatnya sementara , yang

akan diuji kebenarannya dengan data yang dikumpulkan melalui

penelitian. Dengan kedudukannya itu maka hipotesis dapat berubah

menjadi kebenaran, akan tetapi juga dapat tumbang sebagai kebenaran.

Berdasarkan deskripsi teori tentang bimbingan keagamaaan orang

tua dan ketaatan ibadah shalat dhuhur anak di madrasah maka penulis

mempunyai hipotesa sebagai berikut :

”Ada hubungan yang positif antara Keaktifan Mengikuti Kegiatan

(57)

43 BAB III

METODOLOGI PENELITIAN A. Tujuan Penelitian

Sesuatu yang dilaksanakan dengan sadar pasti mempunyai tujuan.

Berdasarkan pokok masalah dalam penelitian ini , maka tujuan penulis

adalah :

4. Untuk mengetahui bagaimana keaktifan mengikuti kegiatan tadarus Al-Qur’an di dusun Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun

2015.

5. Untuk mengetahui bagaimana sikap sosial remaja islam dusun

Karangrejo desa Pabelan Kabupaten Semarang tahun 2015.

6. Untuk mengetahui bagaimana hubungan antara keaktifan mengikuti

kegiatan tadarus Al-Qur’an dengan sikap sosial remaja islam di dusun

Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang tahun2015.

B. Subjek Penelitian

Subjek penelitian adalah benda, hal atau orang tempat variabel

melekat. Subjek dalam penelitian ini adalah semua remaja islam dusun

Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang yang berjumlah 48 orang,

dengan jumlah laki-laki sebanyak 33 remaja dan perempuan sebanyak 15

remaja.

C. Waktu dan Tempat Penelitian 1. Waktu Penelitian

(58)

44 2. Tempat Penelitian

Penelitian ini bertempat di gedung aula Bustanul Mubtadiin

RT: 03 RW:02 Dusun Karangrejo Desa Pabelan Kecamatan

Pabelan Kabupaten Semarang.

D. Variabel Penelitian

Variabel adalah segala sesuatu yang berbentuk apa saja yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi

tentang hal tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya.

Adapun variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Variabel Independen (variabel bebas).

Yaitu merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat).

Adapun yang menjadi variabel independen dalam penelitian ini adalah

keaktifan mengikuti kegiatan tadarus al-qur’an dengan indikator :

a. Dalam satu hari membaca Al-Qur’an 1-3 kali

b. Sering berangkat kegiatan tadarus dan mengikuti kegiatan tadarus

sampai selesai

c. Bertanya jika tidak paham dengan persoalan yang dikaji atau

dibahas dalam kegiatan tadarus

d. Mengikuti dan konsentrasi saat tadarus berlangsung

e. Mengetahui fungsi dan tujuan kegiatan tadarus

(59)

45 2. Variabel Dependen (variabel terikat).

Merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat,

karena adanya variabel bebas. Adapun variabel dependen dalam

penelitian ini adalah sikap sosial remaja islam dengan indikator :

a. Membantu tetangga yang sedang tertimpa musibah

b. Menjenguk saudara yang sedang sakit

c. Menghadiri peringatan hari besar islam yang diadakan oleh

masyarakat

d. Membantu dan mempersiapkan acara yang ada di masyarakat

seperti: tahlilan, yasinan, mujahadah dan lain-lain

e. Bersikap dan berperilaku baik terhadap semua tetangga

f. Menyantuni anak yatim piatu yang ada di lingkungan masyarakat

g. Mengikuti kegiatan sosial dengan ikhlas seperti: kerja bakti,

syukuran desa (merti desa), peringatan akhirussanah dan lain-lain.

E. Metodologi Penelitian

Metodologi penelitian merupakan ilmu yang mempelajari

metode-metode penelitian atau ilmu tentang alat-alat penelitian. Dan metodologi

penelitian ini membahas bermacam -macam cara melakukan penelitian.

Metodologi penelitian terdiri atas tiga, yaitu kuantitatif, kualitatif

serta gabungan kuantitatif-kualitatif. Penelitian korelasi merupakan bagian

dari penelitian kuantitatif yang dimaksudkan untuk mengetahui ada

(60)

46

korelasi seorang peneliti dapat mengetahui hubungan variasi dalam sebuah

variabel dengan variabel lain.

Adapun dalam penelitian ini, penulis menggunakan metodologi

penelitian kuantitatif jenis korelasi.

F. Populasi dan Sampel

Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas :

obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik

kesimpulannya.Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan

karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut.

Populasi juga berarti seluruh penduduk yang dimaksudkan untuk

diselidiki.Sedangkan sampel adalah sejumlah penduduk yang jumlahnya

kurang dari jumlah populasi dan harus mempunyai paling sedikit satu sifat

yang sama.

Populasi dari penelitian ini adalah seluruh remaja islam dusun

Karangrejo desa Pabelan kabupaten Semarang yang berjumlah 48 orang,

dengan jumlah laki-laki sebanyak 33 remaja dan perempuan sebanyak 15

remaja.

Dalam penelitian ini menggunakan sampel sensus karena jumlah

populasi yang sedikit sehingga memungkinkan untuk diteliti serta

dipelajari sehingga mudah ditarik kesimpulannya. Adapun data dari

(61)

47 Tabel : 1

Daftar Nama Responden

NO NAMA Jenis Kelamin Umur RT

1 Muhammad Mufti S L 18 03

2 Ahmad Noval Farid L 18 02

3 Akbar Rai P L 16 03

4 M Tolkah A L 18 03

5 Angga Reza I L 18 02

6 M Makhin Sihab L 15 02

7 M. Faqih Nur S L 16 02

8 Miftakhul Arifin L 17 03

9 Siti Atmi Hidayati P 18 02

10 Anggita Ayu A P 16 02

11 Ahmad Rodhi L 15 02

12 Dwi Firda R P 16 01

13 Hanafiono L 17 04

14 Tifani Tiara Putri P 14 03

15 M Miftakhul Rizki L 16 03

16 M Amirudin Ghozi L 16 03

17 M Syarifudin L 15 03

18 Safira Zulfania P 13 04

19 Siti Zulaikha P 18 02

(62)

48

21 Ahmad Sholikhan L 18 02

22 Nada Salwa F P 13 01

23 Rayfaldy Chandra M L 13 04

24 Imam Ardiansyah L 15 04

25 M Ilham Januar K L 15 03

26 Rina Nur Wahidah P 13 03

27 Umi Hasanah P 16 02

28 Ahdan Royhan Suni L 13 03

29 Fitri Nabila F P 13 03

30 M Difa Asshidiqie L 13 03

31 Arief Romadhoni L 13 02

32 M Galang A U L 13 02

33 M Fajar andika L 18 02

34 Zulfi M Syafi’ L 18 03

35 Ilyas Hanafi L 18 04

36 M Thoriqul Fawaid L 18 03

37 M Sholikhani L 17 01

38 M Farizi L 15 03

39 Muhammad Sibyani L 15 01

40 Hanif Khoirur R L 13 01

41 Arikatul Namla P 15 02

Gambar

Tabel : 1
Tabel  2. DAFTAR NILAI PERTANYAAN TENTANG KEAKTIFAN MENGIKUTI
Tabel 3.
Tabel  4. DAFTAR NILAI SIKAP SOSIAL REMAJA ISLAM DUSUN
+7

Referensi

Dokumen terkait

Mulai dari proses penerimaan zakat, infak/sedekah yang diakui sesuai dengan nominal yang disetorkan kepada BAZNAS dari muzzaki, penyaluran zakat, infak/sedekah yang diakui ketika

Dalam Pelaksanaan Taḥfīẓ Al-Qur’ān di Pondok Pesantren Nur Huda Senting, metode yang dipakai adalah metode tilawah/ talaqqi, yaitu menyimakkan hafalan santri

Berdasarkan latar belakang, maka dirumuskan permasalahan dalam penelitian ini adalah bentuk penduga parameter dari model Bivariate Generalized Poisson Regression , bentuk

Fungsi pendidikan politik sangat penting sebab pendidikan politik meningkatkan pengetahuan dan pemahaman masyarakat tentang kehidupan politik yang pada giliranya akan

keluarga salah satu tri pusat pendidikan, pendidikan pertama yang dikenal anak adalah pendidikan dalam keluarga, kedua orang tuanya menjadi pendidik pertama yang ia

Memberikan informasi dan pengetahuan tentang makna Imlek dan tata cara melakukan ritual sembahyang yang benar pada hari raya Imlek kepada. seluruh warga Tionghoa agar dapat

Penelitian ini diharapkan dapat membantu perusahaan untuk dapat dijadikan acuan dalam pembuatan iklan televisi dan harga yang baik, sehingga dapat membuat keputusan

Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang