i
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL
EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS
III B
DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DANANG JATMIKO
NIM 11510088
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
iii
PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL
EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS
III B
DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA
TAHUN PELAJARAN 2014/2015
SKRIPSI
Diajukan untuk Memperoleh Gelar
Sarjana Pendidikan Islam
Oleh
DANANG JATMIKO
NIM 11510088
JURUSAN TARBIYAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU
MADRASAH IBTIDA’IYAH
(PGMI)
SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)
SALATIGA
vii
MOTTO DAN PERSEMBAHAN
MOTTO
َكَلَس ْنَم
اًقْي ِرَط
ِهْيِف ُسِمَتْلَي
ِةَّنَجْلا ىَلإ اًقْي ِرَط ُهَل ُالله َلَّهَس اًمْلِع
Artinya : ”Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya
Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk:
1. Kedua orang tua ku tercinta (Ibu Wartin dan Bapak Kumasri) yang telah
berjuang keras dalam merawat, mendidik, dan membiayai saya sampai
wisuda.
2. Kakak dan adikku tercinta.
3. Guru-guruku semuanya.
4. Pelatih-pelatihku (Mas Abdul Ghoni, Mas Ahmad Ulliyadi Satria R.,dll)
5. Keluarga besar PSHT Komisariat IAIN Salatiga dan PSHT Cab. Salatiga.
6. Saudara-saudaraku di Masjid Fatimah Pengilon yang tercinta.
viii
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan
Skripsi ini yang merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi guna mendapatkan
gelar kesarjanaan pada program studi PGMI STAIN Salatiga.
Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung
Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jaman jahiliyah menuju
zaman islamiyah yang penuh dengan ilmu pengetahuan bekal hidup kita baik di
dunia maupun di akhirat kelak.
Atas rahmat Allah SWT dan melalui proses perjuangan yang cukup
panjang, maka skripsi dengan judul “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR
IPA MATERI BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL
EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS III B DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 “
dapat penulis selesaikan dengan baik, untuk itu penulis mensyukuri atas rahmat
yang telah diberikan-Nya.
Penulis menyadari bahwa dengan motivasi yang ada dalam diri penulis
saja tidak akan terlaksana penyusunan sekripsi ini tanpa bantuan, saran dan arahan
dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepaa pihak yang telah membantu dalam penulisan
skripsi ini, khususnya kepada yang terhormat:
ix
2. Suwardi, M.Pd selaku ketua jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga
3. Peni Susapti, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Guru Madrasah
Ibtidaiyyah IAIN Salatiga.
4. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah
memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran serta keikhlasan dan
kebijaksanaannya dalam meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk
memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.
5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program
studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah.
6. Agus Rahmad Yuanta, S.Pd. selaku kepala MI Ma’arif Mangunsari
Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan
penelitian di Madrasah yang beliau pimpin.
7. Syafi’il Abthohi, S.Pd.I, selaku guru kelas III B yang penulis gunakan
sebagai objek penelitian pada mata pelajaran IPA di kelas yang beliau
pimpin.
8. Bapak/Ibu guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga yang telah
membantu penulis selama melakukan penelitian di Madrasah tersebut.
9. Siswa-siswi kelas III B MI Ma’arif Mangunsari Salatiga yang telah
mendukung dan membantu penulis dalam melakukan penelitian
10. Bapak, Ibuk serta adik-adiku yang telah mencurahkan kasih sayang, doa
dan dukungan demi keberhasilan penulis.
x
12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi
ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka
mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.
Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih kurang
sempurna karena masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharap kritik
dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini
sehingga bisa lebih baik. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini
bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.
Salatiga, 9 Desember 2014
xi ABSTRAK
Jatmiko, Danang. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Benda dan Sifatnya dengan Model Experiential Learning pada Siswa Kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam NegeriSalatiga. Pembimbing: Drs. Fatchurrohman, M. Pd.
Kata kunci: Prestasi belajar, Model Experiential Learning.
Rendahnya kualitas pendidikan masih menjadi masalah utama bagi bangsa Indonesia. Sudah menjadi kewajiban bersama bagi setiap warga negara Indonesia terutama guru untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin modern, berbagai model dan metode pembelajaran aktif pun semakin banyak dan berfariasi. Salah satu pembelajaran aktif yang dapat diterapkan yaitu model Experiential Learning. Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah model Experiential Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi Benda dan Sifatnya pada siswa kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga?
Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas sebanyak dua putaran (siklus). Setiap siklus dilakukan dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek dari penelitian ini adalah semua siswa kelas III B MI Ma’arif Mangunsari Salatiga dengan jumlah 30 siswa yang terdiri dari 14 laki-laki dan 16 perempuan. Data yang diperoleh yaitu berupa prestasi belajar IPA yang didapat dari tes dan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, tes, dan dokumentasi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Kajian ini menunjukkan bahwa: Model Experiential Learning merupakan pembelajaran sebagai proses bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman. Siswa melakukan secara langsung apa yang dipelajari sehingga siswa mendapatkan pengalaman nyata, kemudian pengalaman yang diperolehnnya tersebut digunakan untuk membangun pengetahuannya sendiri.
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis didapatkan kesimpulan bahwa penerapan model Experiential Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang materi Benda dan Sifatnya di kelas III B MI
Ma’arif Mangunsari Salatiga. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap
xii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv
PENGESAHAN KELULUSAN ... v
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 7
E. Manfaat Penelitian ... 7
F. Definisi Operasional ... 8
G. Metode Penelitian... 9
1. Rancangan Penelitian ... 9
2. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10
xiii
4. Instrumen Penelitian ... 12
5. Teknik Pengumpulan Data ... 13
6. Analisis Data Penelitian ... 15
H. Sistematika Penulisan ... 17
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar ... 19
1. Pengertian Prestasi ... 19
2. Pengertian Belajar ... 19
3. Ciri-ciri Belajar ... 20
4. Prinsip-prinsip Belajar ... 20
5. Tujuan Belajar ... 22
6. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 23
B. Experiental Learning ... 24
1. Pengertian Model Experiental Learning ... 24
2. Penerapan Model Experiental Learning ... 26
3. Dasar-dasar Model Experiental Learning ... 28
4. Tujuan Model Experiental Learning ... 29
5. Manfaat Model Experiental Learning ... 29
6. Kelebihan Model Experiental Learning ... 30
7. Kelemahanan Model Experiental Learning ... 31
C. Ilmu Pengetahuan Alam... 31
1. Pengertian IPA ... 31
2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD/MI ... 31
3. Tujuan Pembelajaran IPA di SD/MI ... 32
4. Fungsi IPA ... 33
5. SK dan KD IPA SD/MI Kelas III ... 33
xiv
6. Keadaan Siswa ... 42
7. Data Responden ... 42
B. Subjek Penelitian... 43
C. Peran Peneliti dan Guru...44
1. Peran Peneliti... 44
2. Peran Guru... 44
D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian…….. ... 45
1. Deskripsi Pra Siklus…….. ... 45
2. Deskripsi Siklus I…….. ... 46
3. Deskripsi Siklus II…….. ... 52
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Persiklus ... 59
1. Analisis Data Pra Siklus ... 59
2. Analisis Data Siklus I... 61
3. Analisis Data Siklus II ... 65
B. Pembahasan ... 68
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74
B. Saran ... 74
C. Penutup...76
DAFTAR PUSTAKA ... 77
xv
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 11
Tabel 2.1 Gaya Pembelajaran Experiential Learning oleh Kolb... 30
Tabel 2.2 SK dan KD Kelas V Semester I ... 35
Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari ... 43
Tabel 3.2 Data Jumlah Siswa MI Ma’arif Mangunsari ... 44
Tabel 3.3 Daftar Responden ... 45
Tabel 4.1 Data Nilai Tes IPA Pra Siklus... 62
Tabel 4.2 Data Nilai Tes IPA Siklus I ... 64
Tabel 4.3 Data Nilai Tes IPA Siklus II ... 68
Tabel 4.4 Data Hasil Rekapitulasi Nilai IPA Persiklus ... 71
Tabel 4.5 Data Rekapitulasi Ketuntasan Belajar IPA ... 72
Tabel 4.6 Diagram Hasil Belajar IPA Siklus I-III... 74
xvi
DAFTAR LAMPIRAN
Lembar Konsultasi
Nota Pembimbing
Surat Permohonan Izin
Surat Tanda Bukti Penelitian dari Sekolah
Lembar Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I
Soal Evaluasi Siklus I
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II
Soal Evaluasi Siklus II
Lembar Pengamatan Siswa Siklus I
Lembar Pengamatan Siswa Siklus II
Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Siklus I
Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Siklus II
Foto Kegiatan Pembelajaran
Daftar Nilai SKK
1 BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Rendahnya kualitas pendidikan masih menjadi masalah utama
bagi bangsa Indonesia. Saat ini Indonesia masih tertinggal dari
negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Padahal sejarah telah
mencatat bahwa ketika Malaysia baru merdeka, mereka mendatangkan
tenaga-tenaga pendidik dari Indonesia untuk mengajarkan ilmunya kepada
masyarakat Malaysia. Namun realitas yang terjadi saat ini telah berbalik,
pendidikan Indonesia kalah dari negara-negara tetangga. Dari tahun ke
tahun kualitas pendidikan di Indonesia tidak mengalami peningkatan tetapi
sebaliknya, yaitu semakin mengalami kemunduran. Sehingga Indonesia
kalah dari negara Malaysia yang kini kualitas pendidikannya sudah
terbilang tinggi dan maju. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan terus
berlarut-larut. Sudah menjadi kewajiban bersama bagi setiap warga negara
Indonesia terutama guru untuk memajukan pendidikan di Indonesia,
seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 40,
disebutkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:
1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,
kreatif, dinamis, dan dialogis;
2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu
2
Banyak faktor yang menjadi latar belakang penurunan kualitas
pendidikan di Indonesia. Baik faktor intern maupun ekstern mulai dari
pemerintah pusat, guru, maupun dari siswa itu sendiri. Dari berbagai
faktor tersebut, salah satunya yaitu rendahnya kreatifitas dan inovasi guru
dalam mengajar. Sebagai pengajar, guru harus menguasai materi yang
akan diajarkan, menguasai model dan metode mengajar yang akan
digunakan untuk menyampaikan bahan ajar (Suparlan, 2005: 28).
Dalam mengajar, guru hendaknya menggukan metode dan model
pembelajaran yang baik dan disesuaikan dengan materi yang akan
diajarkan agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Allah SWT
Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.
Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang
tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang
yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:125).
Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin modern,
berbagai model dan metode pembelajaran aktif pun semakin banyak dan
3
peserta didik untuk belajar secara aktif. Belajar aktif sangat diperlukan
oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum
(Zaini, 2008: XIV).
Sedangkan metode mengajar merupakan teknik yang harus
dikuasai oleh guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa agar
materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima, dipahami dan
diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa. Dalam memilih
metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,
materi pelajaran dan model pembelajaran (individu atau kelompok).
Jenis-jenis metode pembelajaran antara lain: ceramah, diskusi, demonstrasi, dan
masih banyak lagi. Pada dasarnya tidak ada metode pembelajaran yang
paling bagus. Setiap metode pembelajaran masing-masing memiliki
kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, dalam mengajar guru harus
memilih dan memilah metode yang tepat yang sesuai dengan materi
pelajaran yang akan disampaikan. Sehingga materi yang disampaikan guru
dapat diterima dan dipahami oleh siswa dengan baik. Apabila guru salah
dalam memilih dan menggunakan metode yang tidak sesuai dengan materi
yang akan diajarkan, meteri tersebut akan sulit untuk dipahami oleh siswa.
Dengan menggunakan model dan metode pembelajaran aktif tersebut
diharapkan proses kegiatan belajar-mengajar bisa menjadi lebih
menyenangkan bagi siswa. Selain itu, penyampaian materi pelajaran pun
4
Meskipun demikian, dalam praktiknya masih banyak guru yang
lebih memilih menggunakan cara konvensional dalam mengajar anak
didik. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered),
siswa hanya disuruh duduk dan mendengarkan ceramah dari guru. Masih
banyak guru yang belum mampu menggunakan model pembelajaran aktif
dan pemilihan berbagai metode pembelajaran yang menarik bagi siswa.
Dengan cara pembelajaran yang demikian mengakibatkan siswa cenderung
pasif dan sulit untuk berkembang.
Hal ini pula yang terjadi di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga.
Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, mayoritas guru masih
menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Dalam kegiatan
belajar-mengajar IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di
dalam buku yang cenderung berpusat pada teori saja. Siswa hanya dituntut
untuk mendengarkan, membaca dan menghafal materi yang ada di buku.
Sehingga konsep yang tertanam pada siswa tidak kuat dan mudah lupa.
Pada mata pelajaran IPA kelas III B khususnya materi Benda dan
Sifatnya, sebanyak 19 siswa nilainya belum mencapai KKM yang telah
ditentukan yaitu 80. Berdasarkan analisa yang peneliti lakukan, hal ini
disebabkan karena metode yang digunakan untuk menyampaikan materi
tersebut kurang tepat. Dalam menyampaikan materi tersebut guru
menerapkan metode ceramah dan diskusi. Sehingga siswa hanya berfikir
secara abstrak. Akibatnya konsep yang tertanam masih lemah dan siswa
5
What I hear, I forget. What I hear and see, I remember a little. What I hear, see and ask questions about or discuss with some one else, I begin to understand. What I hear, see, discuss, and I do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master. (http://albyjmahfudz.blogspot.com)
Dalam teori perkembangan anak yang dijelaskan oleh Jean Piaget,
anak yang berusiah 7-11 tahun tergolong tahap Operasional Konkrit. Pada
tahap ini anak belum mampu berfikir secara abstrak, karena kemampuan
berfikirnya masih dalam bentuk konkrit. Sehingga apabila guru dalam
mengajar mererapkan metode ceramah dan diskusi, maka anak hanya akan
berfikir secara abstrak. Akibatnya anak akan sulit untuk memahami materi
dengan baik karena pada usia tersebut anak masih dalam tahap
Operasional Konkrit. (http://id.wikipedia.org/)
Berkaitan dengan masalah di atas, maka diperlukan suatu model
pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan
pengalaman belajar yang berkesan bagi peserta didik. Salah satu model
pembelajaran yang dapat memuat keaktifan dan pengalaman belajar yang
berkesan bagi peserta didik yaitu dengan model Experiential Learning.
Experiential Learning merupakan pembelajaran aktif dimana siswa
dituntun untuk mengalami apa yang dipelajarinya. Dengan memberikan
pengalaman belajar secara langsung, diharapkan siswa dapat membangun
pengetahuan dan keterampilannya secara mendalam dan bermakna
sehingga materi yang dipelajari tersebut akan menjadi pengalaman belajar
6
Berdasarkan latar belakang dan kasus yang telah dijelaskan di
atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI
BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL EXPERIENTIAL
LEARNING PADA SISWA KELAS III B DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015”.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini
peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:
Apakah model Experiential Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi Benda dan Sifatnya pada siswa kelas III B di MI Ma’arif
Mangunsari Salatiga?
C. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini
adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA materi Benda dan
7
D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan
Menurut Soeratno (dalam Rosady, 2010: 171), hipotesis adalah
suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara.
Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan model
Experiential Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi Benda dan Sifatnya pada siswa kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari
Salatiga.
2. Indikator Keberhasilan
Penerapan model Experiential Learning dikatakan berhasil
apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapaun indikator yang
dituliskan penulis adalah ada peningkatan pada nilai tes siswa secara
berkelanjutan dari siklus pertama ke siklus kedua dan seterusnya.
Siklus berhenti jika jumlah kelulusan sudah mencapai 80% tuntas
dengan KKM 80.
E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:
1. Bagi Siswa
Diharapkan hasil penelitian ini dapat mempermudah siswa
dalam memahami materi Benda dan Sifatnya sehingga dapat
8 2. Bagi Guru
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan
serta bisa menjadi bahan rujukan bagi guru dalam mengajar.
3. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan
pembelajaran dalam menulis karya ilmiah, serta menambah
pengetahuan tentang cara memilih model dan metode pembelajaran
aktif yang sesuai dan tepat dalam mata pelajaran tertentu.
F. Definisi Operasional
1. Pengertian Prestasi Belajar
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) prestasi
belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang
dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan
nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.
2. Pengertian Pelajaran IPA
Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu
yang mempelajari tentang alam semesta beserta isinya. Sedangkan
Pusat Kurikulum Depdiknas (2006) mendefinisikan IPA sebagai
pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku
umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan
9 3. Pengertian Experiential Learning
Experiential Learning mendefinisikan belajar sebagai proses
bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk
pengalaman. Pengetahuan diakibatkan oleh kombinasi pemahaman dan
mentransformasikan pengalaman (Mubarokah, 2014: 18).
Jadi menurut peneliti, Experiential Learning merupakan model
pembelajaran aktif dimana siswa melakukan secara langsung apa yang
dipelajari sehingga siswa mendapatkan pengalaman nyata, kemudian
pengalaman yang diperolehnnya tersebut digunakan untuk membangun
pengetahuannya sendiri.
G. Metode Penelitian
1. Rancangan Penelitian
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan
Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyantoro mengutip pendapat
Suyanto (dalam Jamal, 2011: 24), mendefinisikan PTK sebagai
bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan
tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan
praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.
Menurut Burns (dalam Jamal, 2011: 102), Kolaborasi atau
kerjasama perlu dan penting dilakukan dalam PTK, karena PTK yang
dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu
10
Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memilih
menggunakan jenis PTK Kolaboratif. Jadi dalam melaksanakan
penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan guru kelas dengan tujuan
untuk memperbaiki prestasi belajar siswa.
2. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian a. Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III B MI
Ma’arif Mangunsari Salatiga yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari
14 laki-laki dan 16 perempuan. Yang menjadi dasar pertimbangan
pemilihan subjek ini adalah karena siswa kelas III B nilai mata
pelajaran IPA pada materi Benda dan Sifatnya masih banyak yang
di bawah KKM, yaitu sebanyak 19 siswa nilainya kurang dari 80.
b. Lokasi
Tempat penelitian ini dilakukan di MI Ma’arif
Mangunsari yang berada di Jalan Abdul Syukur No. 3 Salatiga.
c. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan mulai 26 Agustus 2014
sampai dengan terselesainya penelitian ini.
3. Langkah-langkah / Siklus Penelitian
Menurut Suryadi (2011: 50), ada empat langkah dalam
melakukan PTK, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan
refleksi. Untuk dapat melaksanakan penelitian ini penulis melakukan
11 berikut:
Tabel 1.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
Penjelasan alur PTK di atas adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk
merancang kegiatan pembelajaran IPA dengan materi pokok
Benda dan Sifatnya, kegiatan ini meliputi:
1) Mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan cara observasi,
wawancara dan dokumentasi.
2) Menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
3) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran.
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati siswa.
5) Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dalam
melaksanakan pembelajaran.
12 b. Pelaksanaan Tindakan
Pada tahap ini, peneliti melaksanakan kegiatan
pembelajaran dan menerapkan apa yang telah direncanakan pada
tahap satu, yaitu bertindak di kelas.
c. Observasi
Pada tahap ini peneliti mengamati proses pembelajaran
dari awal sampai akhir dengan menggunakan lembar observasi.
Hal ini dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa pada saat
proses kegiatan belajar-mengajar.
d. Refleksi
Dalam kegiatan refleksi ini, data yang diperoleh dari
proses pengamatan kemudian dikumpulkan dan dianalisis untuk
mengetahui apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan berhasil
atau gagal. Dari hasil analisis tersebut dijadikan sebagai bahan
evaluasi dan pedoman untuk menentukan siklus selanjutnya.
4. Instrumen Penelitian
Dalam penelitian tindakan kelas ini, instrumen penelitian
yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah sebagai
berikut:
a. Silabus.
b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
c. Lembar observasi untuk mengamati aktifitas siswa.
13
mengajar atau melaksanakan kegiatan pembelajaran.
e. Soal evaluasi.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam menyusun skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa
teknik pengumpulan data, antara lain:
a. Teknik Observasi
Observasi merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan peneliti untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa
dengan menyaksikan langsung, dan biasanya peneliti dapat
sebagai partisipan atau observer dalam menyaksikan atau
mengamati suatu objek peristiwa yang sedang ditelitinya (Rosady,
2010: 221).
Dalam penelitian ini, observasi dilakukan peneliti dengan
melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa, kegiatan guru
dalam mengelola kelas serta penggunaan model Experiential
Learning dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam
sebagai bentuk usaha meningkatkan prestasi belajar siswa.
b. Teknik Wawancara
Menurut Denzin (dalam Goetz dan LeCompte dalam
Rochiati, 2008: 117), wawancara merupakan
pertanyaan-pertanyaan yang dilajukan secara verbal kepada orang-orang yang
dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal
14
pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya-jawab
secara lisan dimana dua orang atau lebih saling berhadapan secara
fisik, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Teknik
ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari
observasi dan dokumentasi guna menunjang kevalidan data yang
diinginkan.
c. Teknik Dokumentasi
Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui
peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan buku-buku tentang
pendapat, teori, dadil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang
berhubungan dengan masalah-masalah penelitian.
Dokumentasi yang dimaksud di sini yaitu daftar nilai IPA
siswa kelas III B MI Ma’arif Mangunsari Salatiga. Dari data nilai
tersebut diketahui bahwa sebanyak 19 siswa nilai IPA materi
Benda dan Sifatnya masih dibawah 80.
d. Tes Formatif
Tes formatif yang digunakan peneliti berupa tes tertulis
yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan oleh guru
kepada siswa. Tes ini diberikan disetiap akhir pelajaran yang
digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan model
Experiential Learning yang diterapkan dalam pembelajaran IPA
15 6. Analisis Data
Analisis data adalah proses mengatur urutan data,
mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan
uraian dasar (Bungin, 2006: 33). Analisis data ini digunakan untuk
mengetahui tingkat keberhasilan model Experiential Learning yang
digunakan peneliti dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa
pada mata pelajaran IPA materi Benda dan Sifatnya.
Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik
deskriptif analitik dengan penjelasan sebagai berikut:
a. Data kuantitatif
Data kuantitatif diolah dengan menggunakan deskriptif
presentase, nilai yang diperoleh siswa kemudian dirata-rata untuk
mengetahui keberhasilan individu dan klasikal sesuai dengan
target yang telah ditentukan.
Data mentah yang diperoleh dari hasil tes evaluasi
kemudian diolah melalui cara penyekoran dan menghitung
rata-rata nilai siswa untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai
prestasi belajar IPA. Untuk menghitung nilai setiap siswa dan
nilai rata-rata siswa menggunakan rumus sebagai berikut:
Rumus menghitung nilai siswa
N
=
Skor 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎𝑆𝑘𝑜𝑟𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚
x 100
16
Rumus menghitung nilai rata-rata siswa
Hasil nilai tes yang diperoleh siswa kemudian
dikonversikan terhadap KKM yang telah ditentukan untuk
mengetahui apakah siswa tersebut tuntas atau tidak tuntas.
Data yang telah dianalisis kemudian disajikan dalam
bentuk tabel agar data tersebut mudah dibaca dan dipahami.
Prestasi belajar akan terlihat dari nilai rata-rata kelas, nilai
tertinggi dan nilai terendah. Data yang dianalisis secara kunatitatif
yang berupa angka-angka kemudian dideskripsikan dengan teknik
deskripsi presentase.
Untuk mengetahui persentase ketercapaian hasil belajar
siswa, dihitung dengan menggunakan rumus:
R
=
Σ
RN
Keterangan:
R = Nilai rata-rata
Σ R = Jumlah semua nilai siswa
Σ N = Jumlah siswa
X
=
Σ
𝑥N
x
100 % Keterangan:X = Ketuntasan belajar
17 b. Data kualitatif
Data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi atau
pengamatan, digunakan sebagai bahan evaluasi untuk
memperbaiki rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada
pertemuan selanjutnya.
H. Sistematika Penulisan
Secara garis besar sistematika penulisan skripsi dalam penelitian
tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:
1. Bagian Awal
Bagian awal yang terdiri dari: halaman sampul, lembar logo, halaman
judul, lembar persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, moto dan
persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi dan daftar lampiran.
2. Bagian inti
BAB I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis
tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian,
definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika
penulisan.
BAB II : Berisi kajian pustaka yang mencakup pengertian prestasi belajar, model Experiential Learning, ruang lingkup
18
BAB III : Pelaksanaan penelitian mencakup deskripsi lokasi dan deskripsi pelaksanaan siklus I, siklus II, dan seterusnya.
BAB IV : Berisi hasil penelitian dan pembahasan
BAB V : Penutup mencakup kesimpulan, saran dan penutup. 3. Bagian Akhir
Pada bagian akhir terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan
19 BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Prestasi Belajar
1. Pengertian Prestasi
Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie,
kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang
berarti hasil usaha. Dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar,
prestasi mempunyai artihasil yang telah dicapai (Meity, 2011: 427).
2. Pengertian Belajar
Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang
untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi
dengan lingkungannya (Slameto dalam Syaiful, 2011: 13).
Dari pengertian dan penjelasan tentang prestasi dan belajar di
atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang
dicapai dari usaha seseorang baik berupa pengetahuan ataupun
perubahan tingkah laku yang bersifat tetap sebagai akibat dari proses
latihan dan interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar biasanya
ditunjukkan dalam bentuk nilai yang diberikan oleh guru sebagai
20 3. Ciri-ciri Belajar
Dari beberapa pengertian belajar di atas, aktifitas belajar
memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Baharudin dan Esa (dalam Lilik,
2011: 18), ciri-ciri belajar antara lain:
a. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku.
b. Perubahan perilaku dari hasil belajar relatif tetap.
c. Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat
berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa
jadi bersifat potensial.
d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.
e. Pengalaman atau latihan tersebut dapat memberikan penguatan.
4. Prinsip-prinsip Belajar
Prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu
diikuti untuk melakukan kegiatan belajar (Oemar, 1991: 17).
Dalam bukunya, Preston (dalam Oemar, 1991: 17)
mengemukakan sejumlah prinsip belajar sebagai berikut:
a. The child requires a suitable background.
b. Motivation toward learning goals increases the effectiveness of
learning.
c. Learning is promoted by reinforcement.
d. Insight is aided through discovery.
e. The child needs opportunity to practice and review what he has
21
Oemar Hamalik (1990: 28) menyimpulkan beberapa prinsip
belajar, antara lain:
a. Belajar adalah suatu proses aktif di mana terjadi hubungan saling
mempengaruhi secara dinamis antara siswa dan lingkungannya.
b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa.
Tujuan akan menuntunnya dalam belajar untuk mencapai
harapan-harapnnya.
c. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi
yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri.
d. Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu
siswa harus sanggup mengatasinya secara tepat.
e. Belajar memerlukan bimbingan. Bimbingan itu baik dari guru atau
dosen atau tuntunan dari buku pelajaran sendiri.
f. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar untuk berfikir kritis,
lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.
g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan
masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah-masalah tersebut
telah disadari bersama.
h. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari
sehingga diperoleh pengertian-pengertian.
i. Belajar memerlukan latihan dan pengulangan agar apa-apa yang
telah dipelajari dapat dikuasai.
22 mencapai tujuan atau hasil.
k. Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup
mentransferkan atau menerapkannya ke dalam bidang praktik
sehari-hari.
5. Tujuan Belajar
Menurut Sardiman (1994: 28) tujuan belajar antara lain:
a. Untuk mendapatkan pengetahuan
Orang yang belajar akan ditandai dengan kemampuannya
dalam berfikir. Antara pengetahuan dan kemampuan berfikir adalah
dua hal yang saling berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan.
Seseorang tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir jika
tanpa bahan pengetahuan, dan sebaliknya seseorang yang
menggunakan kemampuan berfikirnya akan memperkaya
pengetahuannya.
b. Penanaman konsep dan keterampilan
Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga
memerlukan keterampilan. Keterampilan ini dibagi menjadi dua,
yaitu keterampilan jasmani dan keterampilan rohani. Keterampilan
jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat dan
diamati, biasanya berkaitan dengan gerak anggota tubuh seperti
melukis, bernyanyi, bermain alat musik, dan lain-lain. Sedangkan
keterampilan rohaniah lebih rumit karena bersifat abstrak dan
23
berfikir dan penghayatan akan saling berhubungan dan
berkolaborasi dalam proses penyelesaian atau merumusakan suatu
masalah.
c. Pembentukan sikap
Salah satu tujuan utama belajar yaitu merubah tingkah
laku dari kurang baik menjadi baik.Seseorang yang belajar akan
mengalami perubahan sikap atau perilaku yang bersifat relatif tetap
atau konstan.
6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar
Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa
dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:
a. Faktor Internal
Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri
meliputi dua aspek, yakni:
1) Aspek Fisiologis
Keadaan atau kondisi fisik sangat berpengaruh
terhadap intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya
mata minus, tuna rungu, tuna wicara, dan lain-lain. Selain itu
apabila keadaan siswa kurang fit, misalnya pusing, demam,
batuk, dan lain-lain, juga sangat berpengaruh terhadap daya
fikir dan konsentrasi siswa ketika belajar. Oleh karena itu,
sangat penting bagi setiap orang tua untuk senantiasa
24
kesehatan, seperti menyiapkan sarapan sebelum sekolah,
mengatur waktu istirahat anak, dan sebagainya. Agar ketika di
sekolah anak dapat belajar dengan maksimal tanpa terganggu
oleh kondisi kesehatan yang buruk.
2) Aspek Psikologis
Aspek psikologis juga sangat berpengaruh terhadap
kualitas belajar siswa. Faktor-faktor psikologis antara lain:
tingkat kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat
siswa, dan motivasi siswa.
b. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor
eksternal dibedakan menjadi dua, yakni:
1) Lingkungan Sosial, seperti guru, teman-teman.
2) Lingkungan Nonsosial, seperti gedung sekolah, tempat tinggal.
c. Faktor Pendekatan Belajar
Selain faktor internal dan eksternal, pendekatan belajar
yang digunakan juga berpengaruh terhadap proses belajar.
B. Experiential Learning
1. Pengertian Model Experiential Learning
Pembelajaran berbasis pengalaman mulai berkembang dengan
munculnya karya John Dewey (1938) yang menjelaskan tentang
25
menetapkan pendidikan formal. Model pendidikan ini terus
berkembang hingga pada tahun 1977 berdiri Association for
Experiential Education (AEE) yang bertujuan untuk memperkenalkan
pendidikan berbasis pengalaman kepada masyarakat luas. Association
for Experiential Education (AEE) mendefinisikan “Experiential
education is a process through which a learner construct knowledge,
skill and value from direct experiences”. (Pendidikan berbasis
pengalaman merupakan sebuah proses dimana para pembelajar
membangun pengetahuan dan nilai-nilai dari pengalaman langsung).
(Mubarokah, 2014: 17)
Pembelajaran berbasis pengalaman ini kemudian
dikembangkan dan mulai diperkenalkan oleh David Kolb pada tahun
1984 dalam bukunya yang berjudul “Experiential Learning;
experience as the source of learning and development”. Dalam
teorinya, David Kolb (1984) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah
proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi
pengalaman (Silberman, 2014: 43).
Sedangkan menurut Majid (2013: 93), Experiential Learning
adalah suatu proses belajar-mengajar yang mengaktifkan pembelajar
untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui
pengalamannya secara langsung.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa Experiential
26
pengalaman yang akan dialami oleh siswa. Siswa dilibatkan secara
langsung dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Dari pengalaman
yang diperolehnya tersebut kemudian siswa mengkonstruksi atau
membangun sendiri pengetahuannya. Karena siswa belajar secara
langsung dan mengalami sendiri, maka pembelajaran akan lebih
bermakna dan konsep yang tertanam pada diri siswa pun lebih kuat.
2. Penerapan Model Experiential Learning
Menurut Edgar Dale (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 45),
belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung.
Dalam belajar melalui pengalaman siswa tidak sekedar mengamati
secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam
perbuatan, dan bertanggungjawab terhadap hasilnya.
Di dalam bukunya, Mel Silberman (2014: 10) menjelaskan
pembelajaran experiential mengacu pada:
a. Keterlibatan peserta didik dalam kegiatan konkret yang membuat
mereka mampu untuk “mengalami” apa yang tengah mereka
pelajari.
b. Kesempatan untuk merefleksikan kegiatan tersebut.
Dalam model Experiential Learning guru harus
mengkonstruksikan pelajaran-pelajaran yang dapat memberi
kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui eksperimen, melalui
tindakan, atau melalui usaha menciptakan sesuatu (learning by
27
belajar secara aktif dalam proses pembelajaran dan mengalami sendiri
apa yang dia pelajari (Miftahul, 2013: 40).
Paradigma pengajaran experiential Dewey dan Kolb umumnya
diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:
a. Menyusun materi pelajaran agar sesuai dan konsisten dengan
pengalaman siswa.
b. Memilih konten pembelajaran yang bermanfaat, konsisten, dan
aplikabel pada pengalaman siswa saat ini, bukan untuk masa
depannya yang masih jauh.
c. Mengelompokkan materi atau konten pelajaran sesuai dengan
pengalaman setiap siswa.
d. Menekankan pembelajaran sambil bekerja (pengalaman) dan
berefleksi.
e. Memperluas konteks pembelajaran pada bidang-bidang yang lain
atau meningkatkan pengalaman siswa dengan menghadapkannya
pada situasi-situasi yang baru (Miftahul, 2013: 41).
David Kolb (dalam Mubarokah, 2014: 24) menyampaikan
penerapan model Experiential Learning melalui proses yang melingkar
dan terdiri dari empat tahap, yaitu:
1) Concrete Experience
Pada fase ini siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam
28 2) Reflective Observation
Siswa mengobsevasi dan merefleksikan atau memikirkan
kembali pengalaman yang diperolehnya.
3) Abstract Conceptualization
Siswa membentuk reaksi terhadap pengalaman yang
diperolehnya menjadi sebuah kesimpulan atau konsep baru.
4) Active Experimentation
Siswa mengimplementasikan pengalaman belajar yang
telah diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari.
Tabel 2.1 Gaya Pembelajaran Experiential oleh Kolb
3. Dasar-dasar Model Experiential Learning
Model Experiential Learning didasarkan pada beberapa
keyakinan, antara lain:
a. Para pembelajar belajar yang terbaik adalah ketika mereka
dilibatkan dalam pengalaman-pengalaman pembelajaran.
b. Ide dan prinsip yang dialami dan ditemukan oleh pembelajar akan
29
c. Terdapat perbedaan gaya pembelajaran yang disukai dari
masing-masing individu.
d. Komitmen para pembelajar dalam belajar akan lebih besar bila
mereka turut terlibat pada proses pembelajaran mereka sendiri.
e. Pembelajaran terjadi melalui proses pengalaman yang konkret
(concrete experience), observasi reflektif (reflective observation),
konseptualisasi abstrak (abstract conceptualization) dan
eksperimentasi aktif (active experimentation).
f. Perilaku pembelajaran akan mempengaruhi keyakinan seseorang.
4. Tujuan Model Experiential Learning
Dari berbagai pengertian yang telah diuraikan di atas, maka
dapat dirumuskan tujuan model Experiential Learning, antara lain:
a. Menciptakan suasana pembelajaran aktif dan menyenangkan.
b. Menciptakan pembelajaran yang berkesan dan bermakna bagi
siswa.
c. Melatih siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui
pembelajaran dengan pengalaman langsung.
5. Manfaat Model Experiential Learning
Beberapa manfaat yang diperoleh secara individual apabila
menerapkan model Experiential Learning, antara lain:
a. Meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri.
b. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, perencanaan dan
30
c. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi
situasi yang buruk.
d. Menumbuhkan dan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab.
e. Mengembangkan ketangkasan, kemampuan fisik dan koordinasi.
Sedangkan manfaat yang diperoleh secara kelompok apabila
menerapkan model Experiential Learning, antara lain:
a. Mengembangkan dan meningkatkan kekompakan antar sesama
anggota kelompok.
b. Meningkatkan keterlibatan dalam pemecahan masalah dan
pengambilan keputusan.
c. Mengidentifikasi dan memanfaatkan bakat tersembunyi dan
kepemimpinan.
d. Meningkatkan empati dan pemahaman antar sesama anggota
kelompok (Mubarokah. 2014: 29 ).
6. Kelebihan Model Experiential Learning
Kelebihan dari model Experiential Learning, antara lain:
a. Kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung secara aktif dan
menyenangkan.
b. Memberikan pembelajaran yang berkesan dan mendalam kepada
siswa melalui pengalaman sehingga konsep tertanam dengan kuat.
c. Membentuk karakter siswa yang cerdas dan mandiri, karena siswa
diajarkan untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui
31
7. Kelemahan Model Experiential Learning
Kelemahan model Experiential Learning adalah model
pembelajaran ini sulit dipahami oleh sebagian besar guru, karena
pengertian Experiential Learning masih terlalu luas.
C. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari
kata-kata Bahasa Inggris yaitu “Natural Science” atau sering disebut
Science. Natural berarti alamiah, berhubungan dengan alam.
Sedangkan Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi pengertian IPA
atau Science secara harfiah adalah ilmu pengetahuan tentang alam
semesta. (http://ayahalby.wordpress.com)
2. Ruang Lingkup IPA
Ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI secara
umum terdiri dari dua aspek, yaitu:
a. Aspek kerja ilmiah, meliputi:
1) Kegiatan penyelidikan
2) Berkomunikasi ilmiah
3) Pengembangan kreativitas
4) Pemecahan masalah
5) Sikap, dan
32
b. Aspek pemahaman konsep, meliputi:
1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,
tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta
kesehatan.
2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi:
padat, cair, dan gas.
3) Energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, magnet,
listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.
4) Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya,
dan benda-benda langit lainnya.
Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut
saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh
pemahaman atau penemuan konsep IPA.
3. Tujuan IPA
Tujuan pembelajaran IPA di SD/MI menurut kurikulum
KTSP (Depdiknas, 2006), antara lain:
a. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam
ciptaan-Nya.
b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep
IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari.
33
tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,
lingkungan, teknologi dan masyarakat.
d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,
menjaga, dan melestarikan lingkungan alam dan segala
keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA
sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.
4. Fungsi IPA
Fungsi mata pelajaran IPA (Depdiknas, 2004), antara lain:
a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
b. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.
c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek IPA dan
teknologi.
d. Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan
melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.
5. SK dan KD IPA Kelas III Semester 1
Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) kelas
34
Tabel 2.2 SK dan KD IPA Kelas III Semester 1
STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR
Makhluk Hidup dan
Proses Kehidupan
1. Memahami ciri-ciri dan
kebutuhan makhluk
hidup serta hal-hal
yang mempengaruhi
perubahan pada
makhluk hidup
1.1.Mengidentifikasi ciri-ciri dan
kebutuhan makhluk hidup.
1.2.Menggolongkan makhluk hidup
secara sederhana.
1.3.Mendeskripsikan perubahan yang
terjadi pada makhluk hidup dan
hal-hal yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan anak (makanan, kesehatan, rekreasi, istirahat dan olah raga.
2. Memahami kondisi
lingkungan yang
berpengaruh terhadap kesehatan, dan upaya
menjaga kesehatan
lingkungan
2.1.Membedakan ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat berdasarkan pengamatan.
2.2.Mendeskripsikan kondisi
lingkungan yang berpengaruh
terhadap kesehatan.
2.3.Menjelaskan cara menjaga
kesehatan lingkungan sekitar.
Benda dan Sifatnya
3. Memahami sifat-sifat,
perubahan sifat benda
dan kegunaannya
dalam kehidupan
sehari-hari
3.1.Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas.
3.2.Mendeskripsikan perubahan sifat benda (ukuran, bentuk, warna, atau rasa) yang dapat diamati akibat dari
pembakaran, pemanasan, dan
diletakkan di udara terbuka.
3.3.Menjelaskan kegunaan benda
35 BAB III
PELAKSANAAN PENELITIAN
A. Gambaran Umum MI Ma’arif Mangunsari Salatiga 1. Sejarah Berdirinya MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
MI Ma’arif Mangunsari Salatiga didirikan pada tanggal 15
Januari 1965 di atas tanah wakaf seluas 1169 . Pada tahun 1969
secara formal MI Ma’arif Mangunsari Salatiga resmi bernaung di
bawah Departemen Agama Kota Salatiga dengan Nomor Akta
Pendirian SK.126/HGB/67.
2. Keadaan Geografis MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
MI Ma’arif Mangunsari Salatiga terletak di Jalan Abdul
Syukur No. 03 dusun Cabean, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan
Sidomukti, Kota Salatiga. Madrasah ini letaknya sangat strategis
karena berada di tengah lingkungan masyarakat dusun Cabean dan
hanya berjarak 100 meter dari Puskesmas Mangunsari. Selain itu,
madrasah ini juga berada tepat di tepi jalan alternatif ke Ambarawa.
3. Profil Madrasah MI Ma’arif Mangunsari Salatiga a. Identitas Madrasah
Nama : MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
NPSN : 20328495
NSM : 111233730008
36 Akreditasi / tahun : A / 2012
Alamat : Jln. Abdul Syukur No. 3 Cabean,
Mangunsari, Sidomukti, Kota Salatiga
No. Telpon : 0298 328782 / 081326158305
Status Madrasah : Swasta
Nama yayasan : Ma’arif NU
Tahun Berdiri : 1965
Luas tanah : ±1169
b. Struktur Organisasi Kepengurusan Komite MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
Ketua : M. Fathur Rahman
Sekretaris : Yasin
Bendahara : M. Turis Niagawan, SH
Seksi Pembangunan : Drs. Susilo Hadi
Seksi Kegiatan : Drs. Joko Anis S., M. Pd. I
Seksi Penggalian Dana : Sholeh, SE
Seksi Humas : Fathul Ghufron, S. Pd. I
c. Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang di miliki MI Ma’arif
Mangunsari Salatiga sudah cukup lengkap. Sarana dan prasarana
tersebut berasal dari bantuan pemerintah, yaitu Kementerian
Agama dan Dinas Pendidikan Nasional. Adapun sarana dan
37 1) Ruang kepala madrasah
2) Ruang guru
Di dalam ruangan guru terdapat 14 meja guru serta 1 set meja
dan kursi untuk menerima tamu.
3) Ruang Kelas
Gedung MI Ma’arif Mangunsari Salatiga ini bertingkat 2 lantai
yang terdiri dari 12 kelas. Jadi setiap angkatan terdiri dari 2
kelas A dan B. Hal ini disebabkan karena antusias masyarakat
untuk menyekolahkan anaknya di madrasah ini sangat tinggi,
sehingga sekolah membuka 2 kelas untuk setiap angkatan.
4) Ruang UKS
Di dalam ruang UKS terdapat 2 tempat tidur dan perlengkapan
P3K.
5) Perpustakaan
Koleksi buku di perpustakaan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
cukup lengkap untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar.
Jenis koleksi buku yang dimiliki antara lain: buku pelajaran,
buku pengetahuan umum, buku agama, buku tentang
keterampilan, majalah, dan masih banyak lagi.
6) Laboratorium Komputer
Sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan
38
menyediakan laboratorium komputer bagi siswa. Di dalam
laboratorium ini terdapat 12 komputer yang digunakan ketika
pembelajaran Teknologi Informatika.
7) Kantin
8) Peralatan Musik
9) Peralatan Olahraga
10) Fasilitas Internet
11) Fasilitas Antar-jemput
d. Kegiatan Ekstrakurikuler
Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur
program yang dilaksanakan siswa di luar jam pelajaran biasa
dengan tujuan untuk memperkaya dan memperluas pengetahuan
dan kemampuan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler ini merupakan
salah satu bentuk ikhtiar untuk mewujudkan fungsi pendidikan
nasional yang telah dijelaskan dalam UU NO. 20 Tahun 2003: Pasal 3, bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang
bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan
39
setiap hari Sabtu. Siswa diberi kebebasan untuk memilih dan
mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan
bakatnya. Kegiatan ekstrakurikuler ini diampu oleh guru yang
berkompeten dan juga mendatangkan tenaga dari luar yang
memiliki keahliah dalam bidang tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler di MI Ma’arif Mangunsari, antara lain:
1) Membaca Tulis Al-Qur’an (MTQ)
2) Rebana
3) Pramuka
4) Seni tari
5) Seni lukis
e. Prestasi
MI Ma’arif Mangunsari Salatiga merupakan salah satu
lembaga pendidikan Islam yang mempunyai catatan prestasi baik.
Berbagai prestasi, baik dalam kejuaran mata pelajaran umum, olahraga maupun agama telah diraih MI Ma’arif Mangunsari
Salatiga. Berbagai raihan prestasi tersebut diantaranya:
1) Juara I Olimpiade MIPA MI sekota Salatiga 2011
2) Juara I Pesta Siaga Kecamatan Sidomukti tahun 2011
3) Juara I catur putri PORSENI MI tahun 2011
4) Juara II karate PORSENI MI tahun 2011
5) Juara I tartil putri Pekan Maulid Nabi sekota Salatiga 2012
40
7) Juara III Komite Karate putri tingkat kota Salatiga 2012
8) Juara umum MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013
9) Juara I adzan MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013
10) Juara I Tartilul Qur’an MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013
11) Juara I pidato MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013
12) Juara I adzan pekan maulid Nabi se-Sidomukti tahun 2013
13) Juara III khitobah Pekan Maulid Nabi sekota Salatiga 2013
4. Visi dan Misi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
MI Ma’arif Mangunsari Salatiga memiliki visi “CERRIA”
yang merupakan singkatan dari “Cerdas, Religius, dan Berakhlakul
Karimah”.
Sedangkan misi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga adalah
“Belajar Enjoy Sepanjang Hayat” dengan rincian sebagai berikut:
a. Menanamkan kesadaran prinsip hidup bersama sepanjang hayat.
b. Mengembangkan strategi pembelajaran yang ENJOY (Efektif,
Nyaman, Jelas, Obyektif, dan Islami).
c. Memantik potensi dasar siswa secara Multi Kecerdasan.
d. Menumbuhkan wawasan patriotisme
e. Menumbuhkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi nilai
Islamiyah, budaya lokal yang baik serta nasionalisme.
f. Mengembangkan potensi masyarakat peduli pendidikan.
g. Mengembangkan tata lingkungan yang mendukung proses
41
5. Keadaan Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Data guru dan karyawan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:
Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari
No Nama NIP Jabatan
1 Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd 19610816985031004 Kepala Madrasah
2 Ismiyati, S.Pd. 197307241998032009 Guru Kelas II A
3 Dra. Nurul Aini 196503132005012001 Guru Kelas IV A
4 Fathul Ghufron, S.Pd.I. 198208182007101002 Guru Kelas V A
5 Tri Puji Hastuti, S.Ag. 197205162007102003 Guru Kelas
6 Siti Nasiroh, S.Ag. 197706012007012030 Guru Bidang Studi
7 Siti Nurkholifah Guru Tidak Tetap Guru Kelas
8 A. Sabiqul Umam, S. Ag. Guru Tidak Tetap Guru Bidang Studi
9 M. Turis Niagawan, S.H. Guru Tidak Tetap Guru Bidang Studi
10 Khoriyatun Ni’mah Guru Tidak Tetap Guru Bidang Studi
11 Syafi’il Abthohi Guru Tidak Tetap Guru Kelas
12 Fauziah, M.Ag. Guru Tidak Tetap Guru Kelas
13 Dian Mariani, S.Pd. Guru Tidak Tetap Guru Kelas
14 Susriana Wahyu I. L, S.Ag. Guru Tidak Tetap Guru Kelas
15 Arifatul Farida, S. Pd. Guru Tidak Tetap Guru Kelas
16 Tri Handayani, S.Pd.I. Guru Tidak Tetap Guru Kelas
42 6. Keadaan Siswa
MI Ma’arif Mangunsari Salatiga merupakan salah satu
lembaga pendidikan Islam tingkat Madrasah Ibtida’iyah (MI) yang
menjadi favorit di Salatiga. Hal ini terlihat dari tingginya antusiasme
masyarakat yang ingin menyekolahkan putra-putrinya di madrasah ini.
Jumlah siswa yang mendaftar setiap tahun ajaran baru pun selalu
mengalami peningkatan. Untuk itu MI Ma’arif Mangunsari Salatiga
membuka kelas paralel A dan B. Adapun rincian jumlah siswa MI
Ma’arif Mangunsari Salatiga dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai
berikut:
Tabel 3.2 Data Jumlah Siswa MI Ma’arif Mangunsari
No Kelas
TAHUN PELAJARAN 2013-2014 2014-2015 Jumlah Rombel Jumlah Rombel
1. I 69 2 59 2
43
Tabel 3.3 Data Responden Siswa Kelas III B
NO. L/P NAMA
10 P Isna Auladina Salsabila 11 P Idris Septiani Rahmawati 12 L Muhammad Habibul Khaliq 13 P Muna Salma Mufidah 24 L Rehandika Bakti Nugraha 25 L Ryan Dwi Saputra
26 P Salma Azzahra 27 P Fina Nikmatussania
28 P Velistya Bunga Renata Putri 29 P Zahra Oktaviana
30 P Renata Amelia
B. Subjek Penelitian
Yang menjadi subjek penelitian tindakan kelas ini yaitu siswa
kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga yang berjumlah 30 siswa,
terdiri dari 14 laki-laki dan 16 perempuan. Penelitian ini dilakukan mulai
44 Jadwal pelaksanaan tindakan:
1. Pra siklus : Jum’at, 26 September 2014
2. Siklus I : Senin, 29 September 2014
3. Siklus II : Rabu, 1 Oktober 2014
C. Peran Peneliti dan Guru
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini
menggunakan jenis PTK Kolaboratif. Jadi untuk menjalankan PTK ini
peneliti saling bekerja sama dengan guru kelas III B. Supaya tujuan PTK
tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai yang direncanakan, maka
peneliti dan guru membagi tugas masing-masing, yaitu:
1. Peran Peneliti
Peran peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, antara lain:
a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)
b. Menyiapkan media pembelajaran
c. Membuat perangkat evaluasi
d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran
2. Peran Guru
Sedangkan peran guru dalam Penelitian Tindakan Kelas ini
yaitu menilai peneliti dalam melaksanakan pembelajaran dengan
menggunakan lembar observasi serta memberi kritik dan saran untuk
45 D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini dimaksudkan untuk meningkatkan
prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Dalam penelitian ini
peneliti menggunakan model pembelajaran yang berbeda dengan model
pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru dalam mengajar. Selama
ini proses pembelajaran terutama mata pelajaran IPA menggunakan
metode ceramah dan diskusi, sehingga siswa mengalami kejenuhan yang
berakibat pada pasifnya siswa serta nilai IPA yang diperolehnya belum
mencapai KKM yang telah ditentukan. Oleh karena itu peneliti berusaha
menerapkan model Experiential Learning dengan tujuan untuk
meningkatkan prestasi belajar siswa khusunya mata pelajaran IPA materi
Benda dan Sifatnya.
Dalam pelaksanaan penelitian jika pada siklus I terdapat
kekurangan, maka pada siklus II lebih difokuskan untuk memperbaiki
kekurangan yang terjadi pada siklus I. Setelah dilakukan perbaikan, pada
pelaksanaan siklus II apabila nilai siswa telah mencapai KKM yang
ditargetkan, maka siklus dapat dihentikan. Namun apabila disiklus II
masih terdapat kekurangan dan nilai siswa yang mencapai KKM kurang
dari 80% maka penelitian dilanjutkan ke siklus III dengan memperbaiki
kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya.
1. Deskripsi Pra Siklus
Penelitian pra siklus ini dilakukan pada hari Jum’at tanggal 26
46
Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, metode
pembelajaran yang diterapkan untuk mengajar terutama mata
pelajaran IPA materi Benda dan Sifatnya menggunakan metode
ceramah dan diskusi. Dengan diterapkannya metode tersebut proses
pembelajaran cenderung pasif, hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya
siswa yang mengajukan pertanyaan maupun menanggapi pertanyaan
yang diberikan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.
Selain itu pada saat kerja kelompok, siswa tidak saling berdiskusi
membahas tugas yang diberikan oleh guru tetapi mereka saling diam
bahkan banyak yang bermain sendiri dengan teman sekelompoknya.
Di akhir kegiatan pembelajaran siswa diberikan soal evaluasi
untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi
Benda dan Sifatnya. Dari hasil tes tersebut diketahui nilai siswa yang
tuntas atau mencapai KKM sebanyak 11 siswa dan 19 siswa nilainya
masih di bawah standar KKM.
2. Deskripsi Siklus I
Siklus I dilaksankan pada hari Senin, tanggal 29 September
2014 selama 2 jam pelajaran (70 menit). Tahap-tahap pelaksanaan:
a. Perencanaan
Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi pada
saat observasi pra siklus, maka peneliti dengan dibantu guru kelas