• Tidak ada hasil yang ditemukan

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS III B DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS III B DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 20142015 SKRIPSI Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
133
0
0

Teks penuh

(1)

i

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI

BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL

EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS

III B

DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

DANANG JATMIKO

NIM 11510088

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

MADRASAH IBTIDA’IYAH (PGMI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

iii

PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI

BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL

EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS

III B

DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA

TAHUN PELAJARAN 2014/2015

SKRIPSI

Diajukan untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

Oleh

DANANG JATMIKO

NIM 11510088

JURUSAN TARBIYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU

MADRASAH IBTIDA’IYAH

(PGMI)

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM NEGERI (STAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

vii

MOTTO DAN PERSEMBAHAN

MOTTO

َكَلَس ْنَم

اًقْي ِرَط

ِهْيِف ُسِمَتْلَي

ِةَّنَجْلا ىَلإ اًقْي ِرَط ُهَل ُالله َلَّهَس اًمْلِع

Artinya : ”Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari suatu ilmu. Niscaya

Allah memudahkannya ke jalan menuju surga”. (HR. Turmudzi)

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan untuk:

1. Kedua orang tua ku tercinta (Ibu Wartin dan Bapak Kumasri) yang telah

berjuang keras dalam merawat, mendidik, dan membiayai saya sampai

wisuda.

2. Kakak dan adikku tercinta.

3. Guru-guruku semuanya.

4. Pelatih-pelatihku (Mas Abdul Ghoni, Mas Ahmad Ulliyadi Satria R.,dll)

5. Keluarga besar PSHT Komisariat IAIN Salatiga dan PSHT Cab. Salatiga.

6. Saudara-saudaraku di Masjid Fatimah Pengilon yang tercinta.

(8)

viii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah

melimpahkan rahmat, taufiq serta hidayahnya, sehingga saya dapat menyelesaikan

Skripsi ini yang merupakan syarat wajib yang harus dipenuhi guna mendapatkan

gelar kesarjanaan pada program studi PGMI STAIN Salatiga.

Shalawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita, Nabi Agung

Muhammad SAW, yang telah membimbing kita dari jaman jahiliyah menuju

zaman islamiyah yang penuh dengan ilmu pengetahuan bekal hidup kita baik di

dunia maupun di akhirat kelak.

Atas rahmat Allah SWT dan melalui proses perjuangan yang cukup

panjang, maka skripsi dengan judul “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR

IPA MATERI BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL

EXPERIENTIAL LEARNING PADA SISWA KELAS III B DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015 “

dapat penulis selesaikan dengan baik, untuk itu penulis mensyukuri atas rahmat

yang telah diberikan-Nya.

Penulis menyadari bahwa dengan motivasi yang ada dalam diri penulis

saja tidak akan terlaksana penyusunan sekripsi ini tanpa bantuan, saran dan arahan

dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima

kasih yang sebesar-besarnya kepaa pihak yang telah membantu dalam penulisan

skripsi ini, khususnya kepada yang terhormat:

(9)

ix

2. Suwardi, M.Pd selaku ketua jurusan Tarbiyah STAIN Salatiga

3. Peni Susapti, M.Si selaku ketua program studi Pendidikan Guru Madrasah

Ibtidaiyyah IAIN Salatiga.

4. Fatchurrohman, S.Ag., M.Pd, selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan bimbingan, arahan, kritik dan saran serta keikhlasan dan

kebijaksanaannya dalam meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran untuk

memberikan bimbingan dalam penulisan skripsi ini.

5. Segenap Bapak dan Ibu dosen serta staf karyawan di lingkungan program

studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyyah.

6. Agus Rahmad Yuanta, S.Pd. selaku kepala MI Ma’arif Mangunsari

Salatiga yang telah memberikan izin kepada penulis untuk melakukan

penelitian di Madrasah yang beliau pimpin.

7. Syafi’il Abthohi, S.Pd.I, selaku guru kelas III B yang penulis gunakan

sebagai objek penelitian pada mata pelajaran IPA di kelas yang beliau

pimpin.

8. Bapak/Ibu guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga yang telah

membantu penulis selama melakukan penelitian di Madrasah tersebut.

9. Siswa-siswi kelas III B MI Ma’arif Mangunsari Salatiga yang telah

mendukung dan membantu penulis dalam melakukan penelitian

10. Bapak, Ibuk serta adik-adiku yang telah mencurahkan kasih sayang, doa

dan dukungan demi keberhasilan penulis.

(10)

x

12. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi

ini, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Atas jasa mereka, penulis hanya dapat memohon doa semoga amal mereka

mendapat balasan yang lebih baik dari Allah SWT.

Penulis juga menyadari bahwa penulisan makalah ini masih kurang

sempurna karena masih banyak kekurangan. Untuk itu, penulis mengharap kritik

dan saran yang membangun dari pembaca untuk menyempurnakan skripsi ini

sehingga bisa lebih baik. Dan akhirnya penulis berharap semoga skripsi ini

bermanfaat bagi penulis sendiri dan pembaca pada umumnya.

Salatiga, 9 Desember 2014

(11)

xi ABSTRAK

Jatmiko, Danang. 2014. Peningkatan Prestasi Belajar IPA Materi Benda dan Sifatnya dengan Model Experiential Learning pada Siswa Kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Tahun Pelajaran 2014/2015. Skripsi. Jurusan Tarbiyah. Program Studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Sekolah Tinggi Agama Islam NegeriSalatiga. Pembimbing: Drs. Fatchurrohman, M. Pd.

Kata kunci: Prestasi belajar, Model Experiential Learning.

Rendahnya kualitas pendidikan masih menjadi masalah utama bagi bangsa Indonesia. Sudah menjadi kewajiban bersama bagi setiap warga negara Indonesia terutama guru untuk memajukan pendidikan di Indonesia. Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin modern, berbagai model dan metode pembelajaran aktif pun semakin banyak dan berfariasi. Salah satu pembelajaran aktif yang dapat diterapkan yaitu model Experiential Learning. Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: Apakah model Experiential Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi Benda dan Sifatnya pada siswa kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga?

Penelitian ini menggunakan model Penelitian Tindakan Kelas sebanyak dua putaran (siklus). Setiap siklus dilakukan dengan empat tahap yaitu perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Subyek dari penelitian ini adalah semua siswa kelas III B MI Ma’arif Mangunsari Salatiga dengan jumlah 30 siswa yang terdiri dari 14 laki-laki dan 16 perempuan. Data yang diperoleh yaitu berupa prestasi belajar IPA yang didapat dari tes dan lembar observasi kegiatan pembelajaran. Metode pengumpulan data yang digunakan meliputi observasi, tes, dan dokumentasi. Hasil penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif dan kualitatif. Kajian ini menunjukkan bahwa: Model Experiential Learning merupakan pembelajaran sebagai proses bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk pengalaman. Siswa melakukan secara langsung apa yang dipelajari sehingga siswa mendapatkan pengalaman nyata, kemudian pengalaman yang diperolehnnya tersebut digunakan untuk membangun pengetahuannya sendiri.

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis didapatkan kesimpulan bahwa penerapan model Experiential Learning dapat meningkatkan prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA tentang materi Benda dan Sifatnya di kelas III B MI

Ma’arif Mangunsari Salatiga. Hal ini dapat dilihat dari hasil observasi terhadap

(12)

xii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan ... 7

E. Manfaat Penelitian ... 7

F. Definisi Operasional ... 8

G. Metode Penelitian... 9

1. Rancangan Penelitian ... 9

2. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian ... 10

(13)

xiii

4. Instrumen Penelitian ... 12

5. Teknik Pengumpulan Data ... 13

6. Analisis Data Penelitian ... 15

H. Sistematika Penulisan ... 17

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Prestasi Belajar ... 19

1. Pengertian Prestasi ... 19

2. Pengertian Belajar ... 19

3. Ciri-ciri Belajar ... 20

4. Prinsip-prinsip Belajar ... 20

5. Tujuan Belajar ... 22

6. Faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ... 23

B. Experiental Learning ... 24

1. Pengertian Model Experiental Learning ... 24

2. Penerapan Model Experiental Learning ... 26

3. Dasar-dasar Model Experiental Learning ... 28

4. Tujuan Model Experiental Learning ... 29

5. Manfaat Model Experiental Learning ... 29

6. Kelebihan Model Experiental Learning ... 30

7. Kelemahanan Model Experiental Learning ... 31

C. Ilmu Pengetahuan Alam... 31

1. Pengertian IPA ... 31

2. Ruang Lingkup Pembelajaran IPA di SD/MI ... 31

3. Tujuan Pembelajaran IPA di SD/MI ... 32

4. Fungsi IPA ... 33

5. SK dan KD IPA SD/MI Kelas III ... 33

(14)

xiv

6. Keadaan Siswa ... 42

7. Data Responden ... 42

B. Subjek Penelitian... 43

C. Peran Peneliti dan Guru...44

1. Peran Peneliti... 44

2. Peran Guru... 44

D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian…….. ... 45

1. Deskripsi Pra Siklus…….. ... 45

2. Deskripsi Siklus I…….. ... 46

3. Deskripsi Siklus II…….. ... 52

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Analisis Data Persiklus ... 59

1. Analisis Data Pra Siklus ... 59

2. Analisis Data Siklus I... 61

3. Analisis Data Siklus II ... 65

B. Pembahasan ... 68

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan ... 74

B. Saran ... 74

C. Penutup...76

DAFTAR PUSTAKA ... 77

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas ... 11

Tabel 2.1 Gaya Pembelajaran Experiential Learning oleh Kolb... 30

Tabel 2.2 SK dan KD Kelas V Semester I ... 35

Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari ... 43

Tabel 3.2 Data Jumlah Siswa MI Ma’arif Mangunsari ... 44

Tabel 3.3 Daftar Responden ... 45

Tabel 4.1 Data Nilai Tes IPA Pra Siklus... 62

Tabel 4.2 Data Nilai Tes IPA Siklus I ... 64

Tabel 4.3 Data Nilai Tes IPA Siklus II ... 68

Tabel 4.4 Data Hasil Rekapitulasi Nilai IPA Persiklus ... 71

Tabel 4.5 Data Rekapitulasi Ketuntasan Belajar IPA ... 72

Tabel 4.6 Diagram Hasil Belajar IPA Siklus I-III... 74

(16)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lembar Konsultasi

Nota Pembimbing

Surat Permohonan Izin

Surat Tanda Bukti Penelitian dari Sekolah

Lembar Pedoman Wawancara dan Hasil Wawancara

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus I

Soal Evaluasi Siklus I

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Siklus II

Soal Evaluasi Siklus II

Lembar Pengamatan Siswa Siklus I

Lembar Pengamatan Siswa Siklus II

Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Siklus I

Lembar Pengamatan Pengelolaan Pembelajaran Siklus II

Foto Kegiatan Pembelajaran

Daftar Nilai SKK

(17)

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Rendahnya kualitas pendidikan masih menjadi masalah utama

bagi bangsa Indonesia. Saat ini Indonesia masih tertinggal dari

negara-negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura. Padahal sejarah telah

mencatat bahwa ketika Malaysia baru merdeka, mereka mendatangkan

tenaga-tenaga pendidik dari Indonesia untuk mengajarkan ilmunya kepada

masyarakat Malaysia. Namun realitas yang terjadi saat ini telah berbalik,

pendidikan Indonesia kalah dari negara-negara tetangga. Dari tahun ke

tahun kualitas pendidikan di Indonesia tidak mengalami peningkatan tetapi

sebaliknya, yaitu semakin mengalami kemunduran. Sehingga Indonesia

kalah dari negara Malaysia yang kini kualitas pendidikannya sudah

terbilang tinggi dan maju. Tentu hal ini tidak bisa dibiarkan terus

berlarut-larut. Sudah menjadi kewajiban bersama bagi setiap warga negara

Indonesia terutama guru untuk memajukan pendidikan di Indonesia,

seperti yang dijelaskan dalam Undang-undang No. 20 tahun 2003 pasal 40,

disebutkan bahwa pendidik dan tenaga kependidikan berkewajiban:

1. Menciptakan suasana pendidikan yang bermakna, menyenangkan,

kreatif, dinamis, dan dialogis;

2. Mempunyai komitmen secara profesional untuk meningkatkan mutu

(18)

2

Banyak faktor yang menjadi latar belakang penurunan kualitas

pendidikan di Indonesia. Baik faktor intern maupun ekstern mulai dari

pemerintah pusat, guru, maupun dari siswa itu sendiri. Dari berbagai

faktor tersebut, salah satunya yaitu rendahnya kreatifitas dan inovasi guru

dalam mengajar. Sebagai pengajar, guru harus menguasai materi yang

akan diajarkan, menguasai model dan metode mengajar yang akan

digunakan untuk menyampaikan bahan ajar (Suparlan, 2005: 28).

Dalam mengajar, guru hendaknya menggukan metode dan model

pembelajaran yang baik dan disesuaikan dengan materi yang akan

diajarkan agar dapat dipahami dengan baik oleh siswa. Allah SWT

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan

pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.

Sesungguhnya Tuhanmu Dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang

tersesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui orang-orang

yang mendapat petunjuk.” (QS. An-Nahl:125).

Seiring dengan berkembangnya zaman yang semakin modern,

berbagai model dan metode pembelajaran aktif pun semakin banyak dan

(19)

3

peserta didik untuk belajar secara aktif. Belajar aktif sangat diperlukan

oleh peserta didik untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum

(Zaini, 2008: XIV).

Sedangkan metode mengajar merupakan teknik yang harus

dikuasai oleh guru untuk menyajikan bahan pelajaran kepada siswa agar

materi pelajaran yang disampaikan dapat diterima, dipahami dan

diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh siswa. Dalam memilih

metode pembelajaran harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran,

materi pelajaran dan model pembelajaran (individu atau kelompok).

Jenis-jenis metode pembelajaran antara lain: ceramah, diskusi, demonstrasi, dan

masih banyak lagi. Pada dasarnya tidak ada metode pembelajaran yang

paling bagus. Setiap metode pembelajaran masing-masing memiliki

kelebihan dan kelemahan. Oleh karena itu, dalam mengajar guru harus

memilih dan memilah metode yang tepat yang sesuai dengan materi

pelajaran yang akan disampaikan. Sehingga materi yang disampaikan guru

dapat diterima dan dipahami oleh siswa dengan baik. Apabila guru salah

dalam memilih dan menggunakan metode yang tidak sesuai dengan materi

yang akan diajarkan, meteri tersebut akan sulit untuk dipahami oleh siswa.

Dengan menggunakan model dan metode pembelajaran aktif tersebut

diharapkan proses kegiatan belajar-mengajar bisa menjadi lebih

menyenangkan bagi siswa. Selain itu, penyampaian materi pelajaran pun

(20)

4

Meskipun demikian, dalam praktiknya masih banyak guru yang

lebih memilih menggunakan cara konvensional dalam mengajar anak

didik. Proses pembelajaran masih berpusat pada guru (teacher centered),

siswa hanya disuruh duduk dan mendengarkan ceramah dari guru. Masih

banyak guru yang belum mampu menggunakan model pembelajaran aktif

dan pemilihan berbagai metode pembelajaran yang menarik bagi siswa.

Dengan cara pembelajaran yang demikian mengakibatkan siswa cenderung

pasif dan sulit untuk berkembang.

Hal ini pula yang terjadi di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga.

Berdasarkan observasi yang telah dilakukan, mayoritas guru masih

menggunakan metode ceramah dalam mengajar. Dalam kegiatan

belajar-mengajar IPA masih menekankan pada konsep-konsep yang terdapat di

dalam buku yang cenderung berpusat pada teori saja. Siswa hanya dituntut

untuk mendengarkan, membaca dan menghafal materi yang ada di buku.

Sehingga konsep yang tertanam pada siswa tidak kuat dan mudah lupa.

Pada mata pelajaran IPA kelas III B khususnya materi Benda dan

Sifatnya, sebanyak 19 siswa nilainya belum mencapai KKM yang telah

ditentukan yaitu 80. Berdasarkan analisa yang peneliti lakukan, hal ini

disebabkan karena metode yang digunakan untuk menyampaikan materi

tersebut kurang tepat. Dalam menyampaikan materi tersebut guru

menerapkan metode ceramah dan diskusi. Sehingga siswa hanya berfikir

secara abstrak. Akibatnya konsep yang tertanam masih lemah dan siswa

(21)

5

What I hear, I forget. What I hear and see, I remember a little. What I hear, see and ask questions about or discuss with some one else, I begin to understand. What I hear, see, discuss, and I do, I acquire knowledge and skill. What I teach to another, I master. (http://albyjmahfudz.blogspot.com)

Dalam teori perkembangan anak yang dijelaskan oleh Jean Piaget,

anak yang berusiah 7-11 tahun tergolong tahap Operasional Konkrit. Pada

tahap ini anak belum mampu berfikir secara abstrak, karena kemampuan

berfikirnya masih dalam bentuk konkrit. Sehingga apabila guru dalam

mengajar mererapkan metode ceramah dan diskusi, maka anak hanya akan

berfikir secara abstrak. Akibatnya anak akan sulit untuk memahami materi

dengan baik karena pada usia tersebut anak masih dalam tahap

Operasional Konkrit. (http://id.wikipedia.org/)

Berkaitan dengan masalah di atas, maka diperlukan suatu model

pembelajaran yang mampu memfasilitasi siswa untuk mendapatkan

pengalaman belajar yang berkesan bagi peserta didik. Salah satu model

pembelajaran yang dapat memuat keaktifan dan pengalaman belajar yang

berkesan bagi peserta didik yaitu dengan model Experiential Learning.

Experiential Learning merupakan pembelajaran aktif dimana siswa

dituntun untuk mengalami apa yang dipelajarinya. Dengan memberikan

pengalaman belajar secara langsung, diharapkan siswa dapat membangun

pengetahuan dan keterampilannya secara mendalam dan bermakna

sehingga materi yang dipelajari tersebut akan menjadi pengalaman belajar

(22)

6

Berdasarkan latar belakang dan kasus yang telah dijelaskan di

atas, maka peneliti bermaksud mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: “PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR IPA MATERI

BENDA DAN SIFATNYA DENGAN MODEL EXPERIENTIAL

LEARNING PADA SISWA KELAS III B DI MI MA’ARIF MANGUNSARI SALATIGA TAHUN PELAJARAN 2014/2015”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dalam penelitian ini

peneliti merumuskan masalah sebagai berikut:

Apakah model Experiential Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi Benda dan Sifatnya pada siswa kelas III B di MI Ma’arif

Mangunsari Salatiga?

C. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah untuk meningkatkan prestasi belajar IPA materi Benda dan

(23)

7

D. Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan 1. Hipotesis Tindakan

Menurut Soeratno (dalam Rosady, 2010: 171), hipotesis adalah

suatu pendapat atau kesimpulan yang sifatnya masih sementara.

Hipotesis yang digunakan dalam penelitian ini adalah penerapan model

Experiential Learning dapat meningkatkan prestasi belajar IPA materi Benda dan Sifatnya pada siswa kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari

Salatiga.

2. Indikator Keberhasilan

Penerapan model Experiential Learning dikatakan berhasil

apabila indikator yang diharapkan tercapai. Adapaun indikator yang

dituliskan penulis adalah ada peningkatan pada nilai tes siswa secara

berkelanjutan dari siklus pertama ke siklus kedua dan seterusnya.

Siklus berhenti jika jumlah kelulusan sudah mencapai 80% tuntas

dengan KKM 80.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat, antara lain:

1. Bagi Siswa

Diharapkan hasil penelitian ini dapat mempermudah siswa

dalam memahami materi Benda dan Sifatnya sehingga dapat

(24)

8 2. Bagi Guru

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan

serta bisa menjadi bahan rujukan bagi guru dalam mengajar.

3. Bagi Peneliti

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai bahan

pembelajaran dalam menulis karya ilmiah, serta menambah

pengetahuan tentang cara memilih model dan metode pembelajaran

aktif yang sesuai dan tepat dalam mata pelajaran tertentu.

F. Definisi Operasional

1. Pengertian Prestasi Belajar

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2007: 895) prestasi

belajar adalah penguasaan pengetahuan atau keterampilan yang

dikembangkan melalui mata pelajaran, lazimnya ditunjukkan dengan

nilai tes atau angka yang diberikan oleh guru.

2. Pengertian Pelajaran IPA

Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) adalah suatu ilmu

yang mempelajari tentang alam semesta beserta isinya. Sedangkan

Pusat Kurikulum Depdiknas (2006) mendefinisikan IPA sebagai

pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara teratur, berlaku

umum (universal), dan berupa kumpulan data hasil observasi dan

(25)

9 3. Pengertian Experiential Learning

Experiential Learning mendefinisikan belajar sebagai proses

bagaimana pengetahuan diciptakan melalui perubahan bentuk

pengalaman. Pengetahuan diakibatkan oleh kombinasi pemahaman dan

mentransformasikan pengalaman (Mubarokah, 2014: 18).

Jadi menurut peneliti, Experiential Learning merupakan model

pembelajaran aktif dimana siswa melakukan secara langsung apa yang

dipelajari sehingga siswa mendapatkan pengalaman nyata, kemudian

pengalaman yang diperolehnnya tersebut digunakan untuk membangun

pengetahuannya sendiri.

G. Metode Penelitian

1. Rancangan Penelitian

Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan

Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Subyantoro mengutip pendapat

Suyanto (dalam Jamal, 2011: 24), mendefinisikan PTK sebagai

bentuk penelitian yang bersifat reflektif dengan melakukan

tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan atau meningkatkan

praktik-praktik pembelajaran di kelas secara profesional.

Menurut Burns (dalam Jamal, 2011: 102), Kolaborasi atau

kerjasama perlu dan penting dilakukan dalam PTK, karena PTK yang

dilakukan secara perorangan bertentangan dengan hakikat PTK itu

(26)

10

Berdasarkan penjelasan di atas, maka peneliti memilih

menggunakan jenis PTK Kolaboratif. Jadi dalam melaksanakan

penelitian ini, peneliti bekerjasama dengan guru kelas dengan tujuan

untuk memperbaiki prestasi belajar siswa.

2. Subjek, Lokasi dan Waktu Penelitian a. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III B MI

Ma’arif Mangunsari Salatiga yang berjumlah 30 siswa, terdiri dari

14 laki-laki dan 16 perempuan. Yang menjadi dasar pertimbangan

pemilihan subjek ini adalah karena siswa kelas III B nilai mata

pelajaran IPA pada materi Benda dan Sifatnya masih banyak yang

di bawah KKM, yaitu sebanyak 19 siswa nilainya kurang dari 80.

b. Lokasi

Tempat penelitian ini dilakukan di MI Ma’arif

Mangunsari yang berada di Jalan Abdul Syukur No. 3 Salatiga.

c. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan mulai 26 Agustus 2014

sampai dengan terselesainya penelitian ini.

3. Langkah-langkah / Siklus Penelitian

Menurut Suryadi (2011: 50), ada empat langkah dalam

melakukan PTK, yaitu: perencanaan, pelaksanaan, pengamatan, dan

refleksi. Untuk dapat melaksanakan penelitian ini penulis melakukan

(27)

11 berikut:

Tabel 1.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas

Penjelasan alur PTK di atas adalah sebagai berikut:

a. Perencanaan

Pada tahap ini peneliti melakukan persiapan untuk

merancang kegiatan pembelajaran IPA dengan materi pokok

Benda dan Sifatnya, kegiatan ini meliputi:

1) Mengumpulkan data yang dibutuhkan dengan cara observasi,

wawancara dan dokumentasi.

2) Menyususn Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

3) Menyiapkan media yang digunakan dalam pembelajaran.

4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati siswa.

5) Menyiapkan lembar observasi kegiatan guru dalam

melaksanakan pembelajaran.

(28)

12 b. Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini, peneliti melaksanakan kegiatan

pembelajaran dan menerapkan apa yang telah direncanakan pada

tahap satu, yaitu bertindak di kelas.

c. Observasi

Pada tahap ini peneliti mengamati proses pembelajaran

dari awal sampai akhir dengan menggunakan lembar observasi.

Hal ini dilakukan untuk mengetahui aktifitas siswa pada saat

proses kegiatan belajar-mengajar.

d. Refleksi

Dalam kegiatan refleksi ini, data yang diperoleh dari

proses pengamatan kemudian dikumpulkan dan dianalisis untuk

mengetahui apakah pembelajaran yang telah dilaksanakan berhasil

atau gagal. Dari hasil analisis tersebut dijadikan sebagai bahan

evaluasi dan pedoman untuk menentukan siklus selanjutnya.

4. Instrumen Penelitian

Dalam penelitian tindakan kelas ini, instrumen penelitian

yang digunakan peneliti untuk memperoleh data adalah sebagai

berikut:

a. Silabus.

b. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

c. Lembar observasi untuk mengamati aktifitas siswa.

(29)

13

mengajar atau melaksanakan kegiatan pembelajaran.

e. Soal evaluasi.

5. Teknik Pengumpulan Data

Dalam menyusun skripsi ini, peneliti menggunakan beberapa

teknik pengumpulan data, antara lain:

a. Teknik Observasi

Observasi merupakan metode pengumpulan data yang

dilakukan peneliti untuk mengamati atau mencatat suatu peristiwa

dengan menyaksikan langsung, dan biasanya peneliti dapat

sebagai partisipan atau observer dalam menyaksikan atau

mengamati suatu objek peristiwa yang sedang ditelitinya (Rosady,

2010: 221).

Dalam penelitian ini, observasi dilakukan peneliti dengan

melakukan pengamatan terhadap aktifitas siswa, kegiatan guru

dalam mengelola kelas serta penggunaan model Experiential

Learning dalam proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam

sebagai bentuk usaha meningkatkan prestasi belajar siswa.

b. Teknik Wawancara

Menurut Denzin (dalam Goetz dan LeCompte dalam

Rochiati, 2008: 117), wawancara merupakan

pertanyaan-pertanyaan yang dilajukan secara verbal kepada orang-orang yang

dianggap dapat memberikan informasi atau penjelasan hal-hal

(30)

14

pengumpulan data yang dilakukan dengan cara tanya-jawab

secara lisan dimana dua orang atau lebih saling berhadapan secara

fisik, dan dengan arah serta tujuan yang telah ditentukan. Teknik

ini digunakan untuk melengkapi data yang diperoleh dari

observasi dan dokumentasi guna menunjang kevalidan data yang

diinginkan.

c. Teknik Dokumentasi

Dokumentasi adalah cara mengumpulkan data melalui

peninggalan tertulis, seperti arsip-arsip dan buku-buku tentang

pendapat, teori, dadil atau hukum-hukum, dan lain-lain yang

berhubungan dengan masalah-masalah penelitian.

Dokumentasi yang dimaksud di sini yaitu daftar nilai IPA

siswa kelas III B MI Ma’arif Mangunsari Salatiga. Dari data nilai

tersebut diketahui bahwa sebanyak 19 siswa nilai IPA materi

Benda dan Sifatnya masih dibawah 80.

d. Tes Formatif

Tes formatif yang digunakan peneliti berupa tes tertulis

yang berkaitan dengan materi yang telah disampaikan oleh guru

kepada siswa. Tes ini diberikan disetiap akhir pelajaran yang

digunakan untuk mengukur tingkat keberhasilan model

Experiential Learning yang diterapkan dalam pembelajaran IPA

(31)

15 6. Analisis Data

Analisis data adalah proses mengatur urutan data,

mengorganisasikannya ke dalam suatu pola, kategori dan satuan

uraian dasar (Bungin, 2006: 33). Analisis data ini digunakan untuk

mengetahui tingkat keberhasilan model Experiential Learning yang

digunakan peneliti dalam usaha meningkatkan prestasi belajar siswa

pada mata pelajaran IPA materi Benda dan Sifatnya.

Data yang telah terkumpul kemudian dianalisis dengan teknik

deskriptif analitik dengan penjelasan sebagai berikut:

a. Data kuantitatif

Data kuantitatif diolah dengan menggunakan deskriptif

presentase, nilai yang diperoleh siswa kemudian dirata-rata untuk

mengetahui keberhasilan individu dan klasikal sesuai dengan

target yang telah ditentukan.

Data mentah yang diperoleh dari hasil tes evaluasi

kemudian diolah melalui cara penyekoran dan menghitung

rata-rata nilai siswa untuk mengetahui gambaran yang jelas mengenai

prestasi belajar IPA. Untuk menghitung nilai setiap siswa dan

nilai rata-rata siswa menggunakan rumus sebagai berikut:

Rumus menghitung nilai siswa

N

=

Skor 𝑃𝑒𝑟𝑜𝑙𝑒ℎ𝑎𝑛𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎

𝑆𝑘𝑜𝑟𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑢𝑚

x 100

(32)

16

Rumus menghitung nilai rata-rata siswa

Hasil nilai tes yang diperoleh siswa kemudian

dikonversikan terhadap KKM yang telah ditentukan untuk

mengetahui apakah siswa tersebut tuntas atau tidak tuntas.

Data yang telah dianalisis kemudian disajikan dalam

bentuk tabel agar data tersebut mudah dibaca dan dipahami.

Prestasi belajar akan terlihat dari nilai rata-rata kelas, nilai

tertinggi dan nilai terendah. Data yang dianalisis secara kunatitatif

yang berupa angka-angka kemudian dideskripsikan dengan teknik

deskripsi presentase.

Untuk mengetahui persentase ketercapaian hasil belajar

siswa, dihitung dengan menggunakan rumus:

R

=

Σ

R

N

Keterangan:

R = Nilai rata-rata

Σ R = Jumlah semua nilai siswa

Σ N = Jumlah siswa

X

=

Σ

𝑥

N

x

100 % Keterangan:

X = Ketuntasan belajar

(33)

17 b. Data kualitatif

Data kualitatif yang diperoleh dari hasil observasi atau

pengamatan, digunakan sebagai bahan evaluasi untuk

memperbaiki rencana pembelajaran yang akan dilaksanakan pada

pertemuan selanjutnya.

H. Sistematika Penulisan

Secara garis besar sistematika penulisan skripsi dalam penelitian

tindakan kelas ini adalah sebagai berikut:

1. Bagian Awal

Bagian awal yang terdiri dari: halaman sampul, lembar logo, halaman

judul, lembar persetujuan, pernyataan keaslian tulisan, moto dan

persembahan, kata pengantar, abstrak, daftar isi dan daftar lampiran.

2. Bagian inti

BAB I : Berisi pendahuluan yang terdiri dari latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, hipotesis

tindakan dan indikator keberhasilan, manfaat penelitian,

definisi operasional, metode penelitian, dan sistematika

penulisan.

BAB II : Berisi kajian pustaka yang mencakup pengertian prestasi belajar, model Experiential Learning, ruang lingkup

(34)

18

BAB III : Pelaksanaan penelitian mencakup deskripsi lokasi dan deskripsi pelaksanaan siklus I, siklus II, dan seterusnya.

BAB IV : Berisi hasil penelitian dan pembahasan

BAB V : Penutup mencakup kesimpulan, saran dan penutup. 3. Bagian Akhir

Pada bagian akhir terdiri dari: daftar pustaka, lampiran-lampiran, dan

(35)

19 BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Prestasi Belajar

1. Pengertian Prestasi

Kata “prestasi” berasal dari bahasa Belanda yaitu prestatie,

kemudian diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi “prestasi” yang

berarti hasil usaha. Dalam Kamus Bahasa Indonesia untuk Pelajar,

prestasi mempunyai artihasil yang telah dicapai (Meity, 2011: 427).

2. Pengertian Belajar

Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara

keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam berinteraksi

dengan lingkungannya (Slameto dalam Syaiful, 2011: 13).

Dari pengertian dan penjelasan tentang prestasi dan belajar di

atas, maka dapat disimpulkan bahwa prestasi belajar adalah hasil yang

dicapai dari usaha seseorang baik berupa pengetahuan ataupun

perubahan tingkah laku yang bersifat tetap sebagai akibat dari proses

latihan dan interaksi dengan lingkungannya. Prestasi belajar biasanya

ditunjukkan dalam bentuk nilai yang diberikan oleh guru sebagai

(36)

20 3. Ciri-ciri Belajar

Dari beberapa pengertian belajar di atas, aktifitas belajar

memiliki ciri-ciri tertentu. Menurut Baharudin dan Esa (dalam Lilik,

2011: 18), ciri-ciri belajar antara lain:

a. Belajar ditandai adanya perubahan tingkah laku.

b. Perubahan perilaku dari hasil belajar relatif tetap.

c. Perubahan tingkah laku tidak harus dapat diamati pada saat

berlangsungnya proses belajar, tetapi perubahan perilaku itu bisa

jadi bersifat potensial.

d. Perubahan tingkah laku merupakan hasil latihan atau pengalaman.

e. Pengalaman atau latihan tersebut dapat memberikan penguatan.

4. Prinsip-prinsip Belajar

Prinsip belajar merupakan petunjuk atau cara yang perlu

diikuti untuk melakukan kegiatan belajar (Oemar, 1991: 17).

Dalam bukunya, Preston (dalam Oemar, 1991: 17)

mengemukakan sejumlah prinsip belajar sebagai berikut:

a. The child requires a suitable background.

b. Motivation toward learning goals increases the effectiveness of

learning.

c. Learning is promoted by reinforcement.

d. Insight is aided through discovery.

e. The child needs opportunity to practice and review what he has

(37)

21

Oemar Hamalik (1990: 28) menyimpulkan beberapa prinsip

belajar, antara lain:

a. Belajar adalah suatu proses aktif di mana terjadi hubungan saling

mempengaruhi secara dinamis antara siswa dan lingkungannya.

b. Belajar senantiasa harus bertujuan, terarah dan jelas bagi siswa.

Tujuan akan menuntunnya dalam belajar untuk mencapai

harapan-harapnnya.

c. Belajar yang paling efektif apabila didasari oleh dorongan motivasi

yang murni dan bersumber dari dalam dirinya sendiri.

d. Senantiasa ada rintangan dan hambatan dalam belajar, karena itu

siswa harus sanggup mengatasinya secara tepat.

e. Belajar memerlukan bimbingan. Bimbingan itu baik dari guru atau

dosen atau tuntunan dari buku pelajaran sendiri.

f. Jenis belajar yang paling utama ialah belajar untuk berfikir kritis,

lebih baik dari pada pembentukan kebiasaan-kebiasaan mekanis.

g. Cara belajar yang paling efektif adalah dalam bentuk pemecahan

masalah melalui kerja kelompok asalkan masalah-masalah tersebut

telah disadari bersama.

h. Belajar memerlukan pemahaman atas hal-hal yang dipelajari

sehingga diperoleh pengertian-pengertian.

i. Belajar memerlukan latihan dan pengulangan agar apa-apa yang

telah dipelajari dapat dikuasai.

(38)

22 mencapai tujuan atau hasil.

k. Belajar dianggap berhasil apabila si pelajar telah sanggup

mentransferkan atau menerapkannya ke dalam bidang praktik

sehari-hari.

5. Tujuan Belajar

Menurut Sardiman (1994: 28) tujuan belajar antara lain:

a. Untuk mendapatkan pengetahuan

Orang yang belajar akan ditandai dengan kemampuannya

dalam berfikir. Antara pengetahuan dan kemampuan berfikir adalah

dua hal yang saling berhubungan erat dan tidak dapat dipisahkan.

Seseorang tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir jika

tanpa bahan pengetahuan, dan sebaliknya seseorang yang

menggunakan kemampuan berfikirnya akan memperkaya

pengetahuannya.

b. Penanaman konsep dan keterampilan

Penanaman konsep atau merumuskan konsep juga

memerlukan keterampilan. Keterampilan ini dibagi menjadi dua,

yaitu keterampilan jasmani dan keterampilan rohani. Keterampilan

jasmani adalah keterampilan-keterampilan yang dapat dilihat dan

diamati, biasanya berkaitan dengan gerak anggota tubuh seperti

melukis, bernyanyi, bermain alat musik, dan lain-lain. Sedangkan

keterampilan rohaniah lebih rumit karena bersifat abstrak dan

(39)

23

berfikir dan penghayatan akan saling berhubungan dan

berkolaborasi dalam proses penyelesaian atau merumusakan suatu

masalah.

c. Pembentukan sikap

Salah satu tujuan utama belajar yaitu merubah tingkah

laku dari kurang baik menjadi baik.Seseorang yang belajar akan

mengalami perubahan sikap atau perilaku yang bersifat relatif tetap

atau konstan.

6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar

Secara umum, faktor-faktor yang mempengaruhi belajar siswa

dapat dibedakan menjadi tiga macam, yaitu:

a. Faktor Internal

Yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa sendiri

meliputi dua aspek, yakni:

1) Aspek Fisiologis

Keadaan atau kondisi fisik sangat berpengaruh

terhadap intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya

mata minus, tuna rungu, tuna wicara, dan lain-lain. Selain itu

apabila keadaan siswa kurang fit, misalnya pusing, demam,

batuk, dan lain-lain, juga sangat berpengaruh terhadap daya

fikir dan konsentrasi siswa ketika belajar. Oleh karena itu,

sangat penting bagi setiap orang tua untuk senantiasa

(40)

24

kesehatan, seperti menyiapkan sarapan sebelum sekolah,

mengatur waktu istirahat anak, dan sebagainya. Agar ketika di

sekolah anak dapat belajar dengan maksimal tanpa terganggu

oleh kondisi kesehatan yang buruk.

2) Aspek Psikologis

Aspek psikologis juga sangat berpengaruh terhadap

kualitas belajar siswa. Faktor-faktor psikologis antara lain:

tingkat kecerdasan siswa, sikap siswa, bakat siswa, minat

siswa, dan motivasi siswa.

b. Faktor Eksternal

Yaitu faktor yang berasal dari luar diri siswa. Faktor

eksternal dibedakan menjadi dua, yakni:

1) Lingkungan Sosial, seperti guru, teman-teman.

2) Lingkungan Nonsosial, seperti gedung sekolah, tempat tinggal.

c. Faktor Pendekatan Belajar

Selain faktor internal dan eksternal, pendekatan belajar

yang digunakan juga berpengaruh terhadap proses belajar.

B. Experiential Learning

1. Pengertian Model Experiential Learning

Pembelajaran berbasis pengalaman mulai berkembang dengan

munculnya karya John Dewey (1938) yang menjelaskan tentang

(41)

25

menetapkan pendidikan formal. Model pendidikan ini terus

berkembang hingga pada tahun 1977 berdiri Association for

Experiential Education (AEE) yang bertujuan untuk memperkenalkan

pendidikan berbasis pengalaman kepada masyarakat luas. Association

for Experiential Education (AEE) mendefinisikan “Experiential

education is a process through which a learner construct knowledge,

skill and value from direct experiences”. (Pendidikan berbasis

pengalaman merupakan sebuah proses dimana para pembelajar

membangun pengetahuan dan nilai-nilai dari pengalaman langsung).

(Mubarokah, 2014: 17)

Pembelajaran berbasis pengalaman ini kemudian

dikembangkan dan mulai diperkenalkan oleh David Kolb pada tahun

1984 dalam bukunya yang berjudul “Experiential Learning;

experience as the source of learning and development”. Dalam

teorinya, David Kolb (1984) menjelaskan bahwa pembelajaran adalah

proses dimana pengetahuan diciptakan melalui transformasi

pengalaman (Silberman, 2014: 43).

Sedangkan menurut Majid (2013: 93), Experiential Learning

adalah suatu proses belajar-mengajar yang mengaktifkan pembelajar

untuk membangun pengetahuan dan keterampilan melalui

pengalamannya secara langsung.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan, bahwa Experiential

(42)

26

pengalaman yang akan dialami oleh siswa. Siswa dilibatkan secara

langsung dalam proses kegiatan belajar-mengajar. Dari pengalaman

yang diperolehnya tersebut kemudian siswa mengkonstruksi atau

membangun sendiri pengetahuannya. Karena siswa belajar secara

langsung dan mengalami sendiri, maka pembelajaran akan lebih

bermakna dan konsep yang tertanam pada diri siswa pun lebih kuat.

2. Penerapan Model Experiential Learning

Menurut Edgar Dale (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2002: 45),

belajar yang paling baik adalah belajar melalui pengalaman langsung.

Dalam belajar melalui pengalaman siswa tidak sekedar mengamati

secara langsung tetapi ia harus menghayati, terlibat langsung dalam

perbuatan, dan bertanggungjawab terhadap hasilnya.

Di dalam bukunya, Mel Silberman (2014: 10) menjelaskan

pembelajaran experiential mengacu pada:

a. Keterlibatan peserta didik dalam kegiatan konkret yang membuat

mereka mampu untuk “mengalami” apa yang tengah mereka

pelajari.

b. Kesempatan untuk merefleksikan kegiatan tersebut.

Dalam model Experiential Learning guru harus

mengkonstruksikan pelajaran-pelajaran yang dapat memberi

kesempatan kepada siswa untuk belajar melalui eksperimen, melalui

tindakan, atau melalui usaha menciptakan sesuatu (learning by

(43)

27

belajar secara aktif dalam proses pembelajaran dan mengalami sendiri

apa yang dia pelajari (Miftahul, 2013: 40).

Paradigma pengajaran experiential Dewey dan Kolb umumnya

diterapkan dengan langkah-langkah sebagai berikut:

a. Menyusun materi pelajaran agar sesuai dan konsisten dengan

pengalaman siswa.

b. Memilih konten pembelajaran yang bermanfaat, konsisten, dan

aplikabel pada pengalaman siswa saat ini, bukan untuk masa

depannya yang masih jauh.

c. Mengelompokkan materi atau konten pelajaran sesuai dengan

pengalaman setiap siswa.

d. Menekankan pembelajaran sambil bekerja (pengalaman) dan

berefleksi.

e. Memperluas konteks pembelajaran pada bidang-bidang yang lain

atau meningkatkan pengalaman siswa dengan menghadapkannya

pada situasi-situasi yang baru (Miftahul, 2013: 41).

David Kolb (dalam Mubarokah, 2014: 24) menyampaikan

penerapan model Experiential Learning melalui proses yang melingkar

dan terdiri dari empat tahap, yaitu:

1) Concrete Experience

Pada fase ini siswa melibatkan diri sepenuhnya dalam

(44)

28 2) Reflective Observation

Siswa mengobsevasi dan merefleksikan atau memikirkan

kembali pengalaman yang diperolehnya.

3) Abstract Conceptualization

Siswa membentuk reaksi terhadap pengalaman yang

diperolehnya menjadi sebuah kesimpulan atau konsep baru.

4) Active Experimentation

Siswa mengimplementasikan pengalaman belajar yang

telah diperolehnya dalam kehidupan sehari-hari.

Tabel 2.1 Gaya Pembelajaran Experiential oleh Kolb

3. Dasar-dasar Model Experiential Learning

Model Experiential Learning didasarkan pada beberapa

keyakinan, antara lain:

a. Para pembelajar belajar yang terbaik adalah ketika mereka

dilibatkan dalam pengalaman-pengalaman pembelajaran.

b. Ide dan prinsip yang dialami dan ditemukan oleh pembelajar akan

(45)

29

c. Terdapat perbedaan gaya pembelajaran yang disukai dari

masing-masing individu.

d. Komitmen para pembelajar dalam belajar akan lebih besar bila

mereka turut terlibat pada proses pembelajaran mereka sendiri.

e. Pembelajaran terjadi melalui proses pengalaman yang konkret

(concrete experience), observasi reflektif (reflective observation),

konseptualisasi abstrak (abstract conceptualization) dan

eksperimentasi aktif (active experimentation).

f. Perilaku pembelajaran akan mempengaruhi keyakinan seseorang.

4. Tujuan Model Experiential Learning

Dari berbagai pengertian yang telah diuraikan di atas, maka

dapat dirumuskan tujuan model Experiential Learning, antara lain:

a. Menciptakan suasana pembelajaran aktif dan menyenangkan.

b. Menciptakan pembelajaran yang berkesan dan bermakna bagi

siswa.

c. Melatih siswa untuk membangun pengetahuannya sendiri melalui

pembelajaran dengan pengalaman langsung.

5. Manfaat Model Experiential Learning

Beberapa manfaat yang diperoleh secara individual apabila

menerapkan model Experiential Learning, antara lain:

a. Meningkatkan kesadaran akan rasa percaya diri.

b. Meningkatkan kemampuan berkomunikasi, perencanaan dan

(46)

30

c. Menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan untuk menghadapi

situasi yang buruk.

d. Menumbuhkan dan meningkatkan komitmen dan tanggung jawab.

e. Mengembangkan ketangkasan, kemampuan fisik dan koordinasi.

Sedangkan manfaat yang diperoleh secara kelompok apabila

menerapkan model Experiential Learning, antara lain:

a. Mengembangkan dan meningkatkan kekompakan antar sesama

anggota kelompok.

b. Meningkatkan keterlibatan dalam pemecahan masalah dan

pengambilan keputusan.

c. Mengidentifikasi dan memanfaatkan bakat tersembunyi dan

kepemimpinan.

d. Meningkatkan empati dan pemahaman antar sesama anggota

kelompok (Mubarokah. 2014: 29 ).

6. Kelebihan Model Experiential Learning

Kelebihan dari model Experiential Learning, antara lain:

a. Kegiatan belajar-mengajar dapat berlangsung secara aktif dan

menyenangkan.

b. Memberikan pembelajaran yang berkesan dan mendalam kepada

siswa melalui pengalaman sehingga konsep tertanam dengan kuat.

c. Membentuk karakter siswa yang cerdas dan mandiri, karena siswa

diajarkan untuk membangun sendiri pengetahuannya melalui

(47)

31

7. Kelemahan Model Experiential Learning

Kelemahan model Experiential Learning adalah model

pembelajaran ini sulit dipahami oleh sebagian besar guru, karena

pengertian Experiential Learning masih terlalu luas.

C. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

1. Pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)

Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan terjemahan dari

kata-kata Bahasa Inggris yaitu “Natural Science” atau sering disebut

Science. Natural berarti alamiah, berhubungan dengan alam.

Sedangkan Science artinya ilmu pengetahuan. Jadi pengertian IPA

atau Science secara harfiah adalah ilmu pengetahuan tentang alam

semesta. (http://ayahalby.wordpress.com)

2. Ruang Lingkup IPA

Ruang lingkup mata pelajaran IPA untuk SD/MI secara

umum terdiri dari dua aspek, yaitu:

a. Aspek kerja ilmiah, meliputi:

1) Kegiatan penyelidikan

2) Berkomunikasi ilmiah

3) Pengembangan kreativitas

4) Pemecahan masalah

5) Sikap, dan

(48)

32

b. Aspek pemahaman konsep, meliputi:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan, yaitu manusia, hewan,

tumbuhan dan interaksinya dengan lingkungan, serta

kesehatan.

2) Benda atau materi, sifat-sifat dan kegunaannya, meliputi:

padat, cair, dan gas.

3) Energi dan perubahannya, meliputi: gaya, bunyi, magnet,

listrik, cahaya, dan pesawat sederhana.

4) Bumi dan alam semesta, meliputi: tanah, bumi, tata surya,

dan benda-benda langit lainnya.

Dalam pelaksanaan pembelajaran IPA kedua aspek tersebut

saling berhubungan. Aspek kerja ilmiah diperlukan untuk memperoleh

pemahaman atau penemuan konsep IPA.

3. Tujuan IPA

Tujuan pembelajaran IPA di SD/MI menurut kurikulum

KTSP (Depdiknas, 2006), antara lain:

a. Memperoleh keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa

berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam

ciptaan-Nya.

b. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep

IPA yang bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan

sehari-hari.

(49)

33

tentang adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA,

lingkungan, teknologi dan masyarakat.

d. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam

sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.

e. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta dalam memelihara,

menjaga, dan melestarikan lingkungan alam dan segala

keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.

f. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA

sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP atau MTs.

4. Fungsi IPA

Fungsi mata pelajaran IPA (Depdiknas, 2004), antara lain:

a. Menanamkan keyakinan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.

b. Mengembangkan keterampilan, sikap, dan nilai ilmiah.

c. Mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang melek IPA dan

teknologi.

d. Menguasai konsep IPA untuk bekal hidup di masyarakat dan

melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi.

5. SK dan KD IPA Kelas III Semester 1

Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) kelas

(50)

34

Tabel 2.2 SK dan KD IPA Kelas III Semester 1

STANDAR KOMPETENSI KOMPETENSI DASAR

Makhluk Hidup dan

Proses Kehidupan

1. Memahami ciri-ciri dan

kebutuhan makhluk

hidup serta hal-hal

yang mempengaruhi

perubahan pada

makhluk hidup

1.1.Mengidentifikasi ciri-ciri dan

kebutuhan makhluk hidup.

1.2.Menggolongkan makhluk hidup

secara sederhana.

1.3.Mendeskripsikan perubahan yang

terjadi pada makhluk hidup dan

hal-hal yang mempengaruhi

pertumbuhan dan perkembangan anak (makanan, kesehatan, rekreasi, istirahat dan olah raga.

2. Memahami kondisi

lingkungan yang

berpengaruh terhadap kesehatan, dan upaya

menjaga kesehatan

lingkungan

2.1.Membedakan ciri-ciri lingkungan sehat dan lingkungan tidak sehat berdasarkan pengamatan.

2.2.Mendeskripsikan kondisi

lingkungan yang berpengaruh

terhadap kesehatan.

2.3.Menjelaskan cara menjaga

kesehatan lingkungan sekitar.

Benda dan Sifatnya

3. Memahami sifat-sifat,

perubahan sifat benda

dan kegunaannya

dalam kehidupan

sehari-hari

3.1.Mengidentifikasi sifat-sifat benda berdasarkan pengamatan meliputi benda padat, cair, dan gas.

3.2.Mendeskripsikan perubahan sifat benda (ukuran, bentuk, warna, atau rasa) yang dapat diamati akibat dari

pembakaran, pemanasan, dan

diletakkan di udara terbuka.

3.3.Menjelaskan kegunaan benda

(51)

35 BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

A. Gambaran Umum MI Ma’arif Mangunsari Salatiga 1. Sejarah Berdirinya MI Ma’arif Mangunsari Salatiga

MI Ma’arif Mangunsari Salatiga didirikan pada tanggal 15

Januari 1965 di atas tanah wakaf seluas 1169 . Pada tahun 1969

secara formal MI Ma’arif Mangunsari Salatiga resmi bernaung di

bawah Departemen Agama Kota Salatiga dengan Nomor Akta

Pendirian SK.126/HGB/67.

2. Keadaan Geografis MI Ma’arif Mangunsari Salatiga

MI Ma’arif Mangunsari Salatiga terletak di Jalan Abdul

Syukur No. 03 dusun Cabean, Kelurahan Mangunsari, Kecamatan

Sidomukti, Kota Salatiga. Madrasah ini letaknya sangat strategis

karena berada di tengah lingkungan masyarakat dusun Cabean dan

hanya berjarak 100 meter dari Puskesmas Mangunsari. Selain itu,

madrasah ini juga berada tepat di tepi jalan alternatif ke Ambarawa.

3. Profil Madrasah MI Ma’arif Mangunsari Salatiga a. Identitas Madrasah

Nama : MI Ma’arif Mangunsari Salatiga

NPSN : 20328495

NSM : 111233730008

(52)

36 Akreditasi / tahun : A / 2012

Alamat : Jln. Abdul Syukur No. 3 Cabean,

Mangunsari, Sidomukti, Kota Salatiga

No. Telpon : 0298 328782 / 081326158305

Status Madrasah : Swasta

Nama yayasan : Ma’arif NU

Tahun Berdiri : 1965

Luas tanah : ±1169

b. Struktur Organisasi Kepengurusan Komite MI Ma’arif Mangunsari Salatiga

Ketua : M. Fathur Rahman

Sekretaris : Yasin

Bendahara : M. Turis Niagawan, SH

Seksi Pembangunan : Drs. Susilo Hadi

Seksi Kegiatan : Drs. Joko Anis S., M. Pd. I

Seksi Penggalian Dana : Sholeh, SE

Seksi Humas : Fathul Ghufron, S. Pd. I

c. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana yang di miliki MI Ma’arif

Mangunsari Salatiga sudah cukup lengkap. Sarana dan prasarana

tersebut berasal dari bantuan pemerintah, yaitu Kementerian

Agama dan Dinas Pendidikan Nasional. Adapun sarana dan

(53)

37 1) Ruang kepala madrasah

2) Ruang guru

Di dalam ruangan guru terdapat 14 meja guru serta 1 set meja

dan kursi untuk menerima tamu.

3) Ruang Kelas

Gedung MI Ma’arif Mangunsari Salatiga ini bertingkat 2 lantai

yang terdiri dari 12 kelas. Jadi setiap angkatan terdiri dari 2

kelas A dan B. Hal ini disebabkan karena antusias masyarakat

untuk menyekolahkan anaknya di madrasah ini sangat tinggi,

sehingga sekolah membuka 2 kelas untuk setiap angkatan.

4) Ruang UKS

Di dalam ruang UKS terdapat 2 tempat tidur dan perlengkapan

P3K.

5) Perpustakaan

Koleksi buku di perpustakaan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga

cukup lengkap untuk menunjang kegiatan belajar-mengajar.

Jenis koleksi buku yang dimiliki antara lain: buku pelajaran,

buku pengetahuan umum, buku agama, buku tentang

keterampilan, majalah, dan masih banyak lagi.

6) Laboratorium Komputer

Sebagai bentuk upaya untuk meningkatkan kualitas pendidikan

(54)

38

menyediakan laboratorium komputer bagi siswa. Di dalam

laboratorium ini terdapat 12 komputer yang digunakan ketika

pembelajaran Teknologi Informatika.

7) Kantin

8) Peralatan Musik

9) Peralatan Olahraga

10) Fasilitas Internet

11) Fasilitas Antar-jemput

d. Kegiatan Ekstrakurikuler

Ekstrakurikuler adalah kegiatan tambahan di luar struktur

program yang dilaksanakan siswa di luar jam pelajaran biasa

dengan tujuan untuk memperkaya dan memperluas pengetahuan

dan kemampuan siswa. Kegiatan ekstrakurikuler ini merupakan

salah satu bentuk ikhtiar untuk mewujudkan fungsi pendidikan

nasional yang telah dijelaskan dalam UU NO. 20 Tahun 2003: Pasal 3, bahwa “Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan

kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang

bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,

bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi

manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan

(55)

39

setiap hari Sabtu. Siswa diberi kebebasan untuk memilih dan

mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang sesuai dengan minat dan

bakatnya. Kegiatan ekstrakurikuler ini diampu oleh guru yang

berkompeten dan juga mendatangkan tenaga dari luar yang

memiliki keahliah dalam bidang tersebut. Kegiatan ekstrakurikuler di MI Ma’arif Mangunsari, antara lain:

1) Membaca Tulis Al-Qur’an (MTQ)

2) Rebana

3) Pramuka

4) Seni tari

5) Seni lukis

e. Prestasi

MI Ma’arif Mangunsari Salatiga merupakan salah satu

lembaga pendidikan Islam yang mempunyai catatan prestasi baik.

Berbagai prestasi, baik dalam kejuaran mata pelajaran umum, olahraga maupun agama telah diraih MI Ma’arif Mangunsari

Salatiga. Berbagai raihan prestasi tersebut diantaranya:

1) Juara I Olimpiade MIPA MI sekota Salatiga 2011

2) Juara I Pesta Siaga Kecamatan Sidomukti tahun 2011

3) Juara I catur putri PORSENI MI tahun 2011

4) Juara II karate PORSENI MI tahun 2011

5) Juara I tartil putri Pekan Maulid Nabi sekota Salatiga 2012

(56)

40

7) Juara III Komite Karate putri tingkat kota Salatiga 2012

8) Juara umum MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013

9) Juara I adzan MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013

10) Juara I Tartilul Qur’an MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013

11) Juara I pidato MAPSIUM MI se-Salatiga tahun 2013

12) Juara I adzan pekan maulid Nabi se-Sidomukti tahun 2013

13) Juara III khitobah Pekan Maulid Nabi sekota Salatiga 2013

4. Visi dan Misi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga

MI Ma’arif Mangunsari Salatiga memiliki visi “CERRIA”

yang merupakan singkatan dari “Cerdas, Religius, dan Berakhlakul

Karimah”.

Sedangkan misi MI Ma’arif Mangunsari Salatiga adalah

“Belajar Enjoy Sepanjang Hayat” dengan rincian sebagai berikut:

a. Menanamkan kesadaran prinsip hidup bersama sepanjang hayat.

b. Mengembangkan strategi pembelajaran yang ENJOY (Efektif,

Nyaman, Jelas, Obyektif, dan Islami).

c. Memantik potensi dasar siswa secara Multi Kecerdasan.

d. Menumbuhkan wawasan patriotisme

e. Menumbuhkan pola kehidupan yang menjunjung tinggi nilai

Islamiyah, budaya lokal yang baik serta nasionalisme.

f. Mengembangkan potensi masyarakat peduli pendidikan.

g. Mengembangkan tata lingkungan yang mendukung proses

(57)

41

5. Keadaan Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga Data guru dan karyawan MI Ma’arif Mangunsari Salatiga

dapat dilihat pada tabel 3.1 sebagai berikut:

Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari

No Nama NIP Jabatan

1 Agus Rahmad Yuwanta, S.Pd 19610816985031004 Kepala Madrasah

2 Ismiyati, S.Pd. 197307241998032009 Guru Kelas II A

3 Dra. Nurul Aini 196503132005012001 Guru Kelas IV A

4 Fathul Ghufron, S.Pd.I. 198208182007101002 Guru Kelas V A

5 Tri Puji Hastuti, S.Ag. 197205162007102003 Guru Kelas

6 Siti Nasiroh, S.Ag. 197706012007012030 Guru Bidang Studi

7 Siti Nurkholifah Guru Tidak Tetap Guru Kelas

8 A. Sabiqul Umam, S. Ag. Guru Tidak Tetap Guru Bidang Studi

9 M. Turis Niagawan, S.H. Guru Tidak Tetap Guru Bidang Studi

10 Khoriyatun Ni’mah Guru Tidak Tetap Guru Bidang Studi

11 Syafi’il Abthohi Guru Tidak Tetap Guru Kelas

12 Fauziah, M.Ag. Guru Tidak Tetap Guru Kelas

13 Dian Mariani, S.Pd. Guru Tidak Tetap Guru Kelas

14 Susriana Wahyu I. L, S.Ag. Guru Tidak Tetap Guru Kelas

15 Arifatul Farida, S. Pd. Guru Tidak Tetap Guru Kelas

16 Tri Handayani, S.Pd.I. Guru Tidak Tetap Guru Kelas

(58)

42 6. Keadaan Siswa

MI Ma’arif Mangunsari Salatiga merupakan salah satu

lembaga pendidikan Islam tingkat Madrasah Ibtida’iyah (MI) yang

menjadi favorit di Salatiga. Hal ini terlihat dari tingginya antusiasme

masyarakat yang ingin menyekolahkan putra-putrinya di madrasah ini.

Jumlah siswa yang mendaftar setiap tahun ajaran baru pun selalu

mengalami peningkatan. Untuk itu MI Ma’arif Mangunsari Salatiga

membuka kelas paralel A dan B. Adapun rincian jumlah siswa MI

Ma’arif Mangunsari Salatiga dapat dilihat pada tabel 3.2 sebagai

berikut:

Tabel 3.2 Data Jumlah Siswa MI Ma’arif Mangunsari

No Kelas

TAHUN PELAJARAN 2013-2014 2014-2015 Jumlah Rombel Jumlah Rombel

1. I 69 2 59 2

(59)

43

Tabel 3.3 Data Responden Siswa Kelas III B

NO. L/P NAMA

10 P Isna Auladina Salsabila 11 P Idris Septiani Rahmawati 12 L Muhammad Habibul Khaliq 13 P Muna Salma Mufidah 24 L Rehandika Bakti Nugraha 25 L Ryan Dwi Saputra

26 P Salma Azzahra 27 P Fina Nikmatussania

28 P Velistya Bunga Renata Putri 29 P Zahra Oktaviana

30 P Renata Amelia

B. Subjek Penelitian

Yang menjadi subjek penelitian tindakan kelas ini yaitu siswa

kelas III B di MI Ma’arif Mangunsari Salatiga yang berjumlah 30 siswa,

terdiri dari 14 laki-laki dan 16 perempuan. Penelitian ini dilakukan mulai

(60)

44 Jadwal pelaksanaan tindakan:

1. Pra siklus : Jum’at, 26 September 2014

2. Siklus I : Senin, 29 September 2014

3. Siklus II : Rabu, 1 Oktober 2014

C. Peran Peneliti dan Guru

Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya, penelitian ini

menggunakan jenis PTK Kolaboratif. Jadi untuk menjalankan PTK ini

peneliti saling bekerja sama dengan guru kelas III B. Supaya tujuan PTK

tersebut dapat berjalan dengan baik sesuai yang direncanakan, maka

peneliti dan guru membagi tugas masing-masing, yaitu:

1. Peran Peneliti

Peran peneliti dalam Penelitian Tindakan Kelas ini, antara lain:

a. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)

b. Menyiapkan media pembelajaran

c. Membuat perangkat evaluasi

d. Melaksanakan kegiatan pembelajaran

2. Peran Guru

Sedangkan peran guru dalam Penelitian Tindakan Kelas ini

yaitu menilai peneliti dalam melaksanakan pembelajaran dengan

menggunakan lembar observasi serta memberi kritik dan saran untuk

(61)

45 D. Deskripsi Pelaksanaan Penelitian

Penelitian Tindakan Kelas ini dimaksudkan untuk meningkatkan

prestasi belajar siswa pada mata pelajaran IPA. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan model pembelajaran yang berbeda dengan model

pembelajaran yang biasanya digunakan oleh guru dalam mengajar. Selama

ini proses pembelajaran terutama mata pelajaran IPA menggunakan

metode ceramah dan diskusi, sehingga siswa mengalami kejenuhan yang

berakibat pada pasifnya siswa serta nilai IPA yang diperolehnya belum

mencapai KKM yang telah ditentukan. Oleh karena itu peneliti berusaha

menerapkan model Experiential Learning dengan tujuan untuk

meningkatkan prestasi belajar siswa khusunya mata pelajaran IPA materi

Benda dan Sifatnya.

Dalam pelaksanaan penelitian jika pada siklus I terdapat

kekurangan, maka pada siklus II lebih difokuskan untuk memperbaiki

kekurangan yang terjadi pada siklus I. Setelah dilakukan perbaikan, pada

pelaksanaan siklus II apabila nilai siswa telah mencapai KKM yang

ditargetkan, maka siklus dapat dihentikan. Namun apabila disiklus II

masih terdapat kekurangan dan nilai siswa yang mencapai KKM kurang

dari 80% maka penelitian dilanjutkan ke siklus III dengan memperbaiki

kekurangan yang terjadi pada siklus sebelumnya.

1. Deskripsi Pra Siklus

Penelitian pra siklus ini dilakukan pada hari Jum’at tanggal 26

(62)

46

Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan peneliti, metode

pembelajaran yang diterapkan untuk mengajar terutama mata

pelajaran IPA materi Benda dan Sifatnya menggunakan metode

ceramah dan diskusi. Dengan diterapkannya metode tersebut proses

pembelajaran cenderung pasif, hal ini ditunjukkan dengan sedikitnya

siswa yang mengajukan pertanyaan maupun menanggapi pertanyaan

yang diberikan oleh guru pada saat proses pembelajaran berlangsung.

Selain itu pada saat kerja kelompok, siswa tidak saling berdiskusi

membahas tugas yang diberikan oleh guru tetapi mereka saling diam

bahkan banyak yang bermain sendiri dengan teman sekelompoknya.

Di akhir kegiatan pembelajaran siswa diberikan soal evaluasi

untuk mengukur tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi

Benda dan Sifatnya. Dari hasil tes tersebut diketahui nilai siswa yang

tuntas atau mencapai KKM sebanyak 11 siswa dan 19 siswa nilainya

masih di bawah standar KKM.

2. Deskripsi Siklus I

Siklus I dilaksankan pada hari Senin, tanggal 29 September

2014 selama 2 jam pelajaran (70 menit). Tahap-tahap pelaksanaan:

a. Perencanaan

Berdasarkan permasalahan yang telah diidentifikasi pada

saat observasi pra siklus, maka peneliti dengan dibantu guru kelas

Gambar

Tabel 1.1 Tahap-tahap Penelitian Tindakan Kelas
Tabel 2.1 Gaya Pembelajaran Experiential oleh Kolb
Tabel 2.2 SK dan KD IPA Kelas III Semester 1
Tabel 3.1 Data Guru dan Karyawan MI Ma’arif Mangunsari
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh APB terhadap ROE negatif, sebab ketika APB meningkat maka aktiva produktif bermasalah mengalami prosentase peningkatan yang lebih besar dibandingkan dengan

Apabila dalam suatu kegiatan ekonomi jumlah tenaga kerja sangat berlebihan, sehingga berada dalam suatu keadaan di mana sebagian tenaga kerjanya dipindahkan ke sektor lain tetapi

Hasil yang dicapai dalam evaluasi sistem informasi persediaan CV Sembilan Gaya Utama adalah menemukan kelemahan- kelemahan yang terdapat dalam pengendalian manajemen

Tabel 3.11 Persentase Jawaban Persepsi Mahasiswa Terhadap Kualitas Produk Smartphone Android pada Dimensi Kualitas. Kualitas yang Dirasakan (Perceived

dengan Y (Kinerja) sebesar 0,000 yang berarti kurang dari signifikansi 0,05 maka dapat disimpulkan bahwa data X 2 dengan Y memiliki hubungan yang linear.. Kemudian mencari uji

Dengan menerapkan metode peer teaching dalam pembelajaran siswa diharapkan dapat memahami informasi dan pesan – pesan yang diberikan oleh guru dalam bentk materi gerak

Dari hasil penelitian yang dilakukan, diperoleh kesimpulan menunjukkan bahwan strategi pengelolaan destinasi pariwisata Kota Bukittinggi sudah berjalan dengan baik tetapi

tata kelola satuan pendidikan anak usia dini jalur formal, pendidikan dasar, dan/atau pendidikan menengah yang diselenggarakan oleh Pemerintah atau pemerintah daerah