• Tidak ada hasil yang ditemukan

PELAKSANAAN MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI MADRASAH TSANAWIYAH PESANTREN SATU ATAP NURUL AMAL KENTENG KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG - Test Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PELAKSANAAN MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI MADRASAH TSANAWIYAH PESANTREN SATU ATAP NURUL AMAL KENTENG KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG - Test Repository"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PESANTREN

DI MADRASAH TSANAWIYAH PESANTREN SATU ATAP

NURUL AMAL KENTENG KECAMATAN BANDUNGAN

KABUPATEN SEMARANG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

guna Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

\

Oleh

NUR SAID

NIM 11110102

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)

MOTTO



















Katakanlah: Sesungguhnya sembahyangku, ibadatku, hidupku dan

matiku hanyalah untuk Allah, Tuhan semesta alam. (

Q.S Al An‘am 162)

(7)

PERSEMBAHAN

Kupersembahkan skripsi ini untuk:

1. Ayahku Bapak Soleh yang selalu memberi arahan,kasih sayang, bimbingan dan motivasi.

2. Ibuku Siti Mukaromah yang selalu sabar merawat, mendidikku, memberikan kasih sayang, motivasi dan dukungan sampai saat ini.

3. Keluarga besarku yaitu adik-adik kandungku (Dik Fifa dan Dik Lala) yang selalu memberi dukungan moril.

4. Keluarga besar dan teman-teman seperjuanganku di Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) yaitu Mas Alwi, Pak Shine, Bang Titih, Mbak Kiki, Mbak Bibah, Mas Fandra, Mas Pras, Mbak Ninit, Mbak Penor, Mbak Iim, Mas Senthot, Didik, Jarwati, Mas Andri, Usna, Bang Reza, Bnag Fauzi, Pak Bambang dan keluarga besar HMI Cabang Salatiga lainnya, yang selalu memberikanku semangat berjuang dan selalu menemaniku di saat sedih dan duka ketika di kampus.

(8)

KATA PENGANTAR

Asslamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah SWT. Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat diberikan kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini dibuat untuk memenuhi persyaratan guna untuk memperoleh gelar kesarjanaan dalam Ilmu Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Salatiga. Dengan selesainya skripsi ini tidak lupa penulis mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga. 2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan FTIK IAIN Salatiga.

3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag selaku ketua jurusan Pendidikan Agama Islam.

4. Bapak Fatchurrahman, M.Pd., sebagai dosen pembimbing skripsi yang telah dengan ikhlas mencurahkan pikiran dan tenaganya serta pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk menyelesaikan tugas ini.

5. Ibu Muna Erawati, M.Si., selaku pembimbing akademik

(9)

7. Kepala sekolah, guru, dan siswa MTs PSA Nurul Amal yang telah memberikan ijin serta membantu penulis dalam melakukan penelitian di sekolah tersebut.

8. Bapak dan ibu serta saudara-sadaraku di rumah yang telah mendoakan dan membantu dalam bentuk materi untuk membiayai penulis dalam menyelesaikan studi di IAIN Salatiga dengan penuh kasih sayang dan kesabaran.

Harapan penulis, semoga amal baik dari beliau mendapatkan balasan yang setimpal dan mendapatkan ridho Allah SWT.

Akhirnya dengan tulisan ini semoga bisa bermanfaat bagi penulis khususnya dan para pembaca umumnya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

Salatiga, 16 Februari 2015 Penulis

(10)

ABSTRAK

Said, Nur. 2015 Pelaksanaan Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Kenteng Kecamatan Bandungan Kabupaten Semarang Tahun Ajaran 2014/2015. Pembimbing Fatchurrohaman M.Pd.

Kata kunci: Manajemen, Sekolah, Pesantren Satu Atap

Penelitian ini merupakan upaya untuk mengetahui pelaksanaan manajemen sekolah berbasis pesantren di MTs Pesantren Saatu Atap Nurul Amal. Pertanyaan yang ingin dijawab melalui penelitian ini adalah (1) bagaimanakah pelaksanaan Manajemen yang ditinjau dari manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana, serta manajemen tenaga kependidikan di MTs PSA Nurul Amal, (2) faktor pendukung dan faktor penghambat dalam melaksanakan manajemen sekolah berbasis pesantren, (3) upaya yang dilakukan dalam meningkatkan manajemen sekolah berbasis pesantren.

Metode penelitian adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data adalah: observasi, wawancara, dan studi dokumentasi. Subyek penelitian adalah Kepala Sekolah, Wakabid Kurikulum, Wakabid Kesiswaan, Bendahara, Wakabid Sarana dan Prasarana, serta Kepala Bidang Personalia.

(11)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN BERLOGO ………... ii

HALAMAN NOTA PEMBIMBING... iii

HALAMAN PENGESAHAN... iv

DEKLARASI... v

MOTTO... vi

PERSEMBAHAN... vii

KATA PENGANTAR... viii

ABSTRAK... x

DAFTAR ISI... xi

DAFTAR TABEL... xiv

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah... 1

B. Rumusan Masalah... 6

C. Tujuan Penelitian... 7

D. Kegunaan Penelitian... 8

E. Penegasan Istilah... 9

F. Metode Penelitian... 10

(12)

BAB II KAJIAN PUSTAKA

A. Lembaga Pendidikan Islam... 20 B. Sekolah Berbasis Pesantren... 29 C. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Manajemen

Sekolah Berbasis Pesantren... 56 D. Upaya dalam Meningkatkan Manajemen seklah... 60

BAB III LAPORAN HASIL PENELITIAN

A. Gambaran Lokasi dan Objek Penelitian... 63 B. Pelaksanaan Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren... 73

C. Faktor Pendukung Dan Penghambat Manajemen Sekolah

Berbasis Pesantren di MTs PSA Nurul Amal Kenteng.... 81 D. Upaya Dalam Meningatkan elaksanaan Manajemen

Sekolah Berbasis Pesantren... 82

BAB IV PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Manajemen Kurikulum Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal... 84 B. PelaksanaanManajemen Kesiswaan Madrasah Tsanawiyah

Pesantren Satu Atap Nurul Amal... 87 C. Pelaksanaan Manajemen Keuangan Madrasah Tsanawiyah

Pesantren Satu Atap Nurul Amal... 90 D. Pelaksanaan Manajemen Sarana Prasarana Madrasah

(13)

E. Pelaksanaan Manajemen Personalia Madrasah Tsanawiyah

Pesantren Satu Atap Nurul Amal... 92

F. Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal... 94

G. Upaya Dalam Meningkatkan Pelaksanaan Manajemen Sekolah Berbasis Pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal………. 95

BAB V PENUTUP A. Kesimpulan... 97

B. Saran-saran... 99

DAFTAR PUSTAKA... 100

(14)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Prestasi Akademik dan Nonakademik ... 67

Tabel 3.2 Sarana Prasarana... 68

Tabel 3.3 Mebeler... 69

Tabel 3.4 Keadaan Barang... 69

Tabel 3.5 Sarana Olah Raga... 70

Tabel 3.6 Labolaturium... 70

Tabel 3.7 Buku Perpustakaan... 70

Tabel 3.8 Lingkungan Fisik Dan Madrasah... 70

Tabel 3.9 Kualifikasi Guru... 71

Tabel 3.10 Data Jumlah Siswa... 71

(15)

BAB I

PENDAHULUAN

A.Latar Belakang

Pendidikan merupakan bagian yang tidak lepas dari semua individu di dunia ini. Dengan pendidikan maka tingkat kepandaian dan kemampuan setiap orang akan meningkat. Pendidikan di Indonesia dewasa ini sedang mendapatkan sorotan, baik dari pemerintah maupun pihak-pihak yang berkaitan langsung dengan aspek pendidikan. Pada mulanya pertumbuhan pendidikan selalu berawal dari bentuk pembelajaran yang terselenggara di masyarakat dalam bentuk informal atau sistem pembelajaran tradisional. Wujud pendidikan yang ada mengikuti dalam kehidupan sehingga prosesnya bercorak simbiosis yaitu menyatu dengan hidup dan interaksi sosial.

(16)

dan metode pendidikan konvensional tersebut. Jika tidak, bukan hanya satuan pendidikan tersebut yang harus siap tertinggal dan tidak ada yang meminatinya. Jauh dari itu, tujuan awal untuk menciptakan peserta didik yang berkarakter sebagaimana yang diharapkan justru tidak dapat diwujudkan.

Fenomena pendidikan yang menampilkan wajah keberagamaan utamanya islam, kini mulai marak, berkembang dan populer di tengah-tengah kehidupan bermasyarakat. Fenomena pendidikan itu mewujud dalam bentuk penggabungan antara pendidikan formal serta informal yang terbalut dalam satu bingkai lembaga atau satuan pendidikan. Atau boleh di katakana dengan bahasa yang lain yaitu pendidikan yang mengintegrasikan (Integrated Education) antara pendidikan umum dan pendidikan agama. Bentuk pendidikan terintegrasi itu bisa di lihat dari pendidikan pesantren atau yang populer disebut Boarding School. Pendidikan yang popular secara umum di Indonesia. Model pendidikan yang menggabungkan antara pendidikan umum dan agama, namun pada sisi luar, orang menganggap nuansa agama sangat kental.

(17)

maupun menengah yang berkembang di Indonesia akhir-akhir ini, tidak lain adalah sebagai salah satu jawaban atas kegelisahan masyarakat terhadap harapan terwujudnya pendidikan yang baik. Yang pada intinya, pendidikan semacam ini mampu mengkolaborasikan antara pendidikan berlatar formal maupun informal.

Lembaga pendidikan setidak-tidaknya mampu memberikan bekal pengetahuan dan kecakapan terhadap peserta yang dididik. Pemberian informasi serta pengetahuan itupun semata-mata tidak melulu saklek pada teks yang tertulis, namun perlu disesuaikan dengan perkembangan peradaban jaman. Dalam Suprayogo dan Tobroni dikemukakan bahwa perkembangan ilmu pengetahuan terjadi antara lain disebabkan oleh fitrah manusia sebagai makhluk yang memiliki rasa ingin tahu, mencari dan berpihak pada hal kebenaran. Di samping itu manusia juga memiliki sikap hanif (akal budi) yaitu keinginan yang tidak terbatas untuk menggapai yang terbaik dalam kehidupanya. Tuntunan fitrah dan hanif manusia tersebut dapat terpenuhi apabila manusia memperoleh pengetahuan yang sistematis dan mampu memecahkan masalah yang dihadapi teknologi (Suprayogo dan Tobroni, 2003:3).

(18)

dari segi historisnya, Pondok Pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua yang ada di Indonesia. Pondok Pesantren sudah dikenal jauh sebelum Negara Indonesia merdeka, bahkan sejak islam masuk ke Indonesia terus tumbuh dan berkembang di dunia pendidikan pada umumnya. Sebagai lembaga pendidikan yang sudah lama berkembang di Indonesia, Pondok Pesantren selain telah berhasil membina dan mengembangkan kehidupan beragama di Indonesia, juga ikut berperan dalam menanamkan rasa kebangsaan ke dalam jiwa rakyat Indonesia, serta ikut berperan aktif dalam upaya mencerdaskan bangsa.

Sesuai dengan salah satu tujuan Negara Indonesia yang tercantum dalam pembukaan Undang-Undang Negara Republik Indonesia tahun 1945 yaitu ikut serta mencerdaskan kehidupan bangsa, dengan tujuan inilah suatu wujud yang ingin dicapai untuk membangun sumber daya manusia yang lebih maju dalam masa globalisasi ini.

(19)

Untuk mendapatkan kualitas serta kuantitas sumber daya manusia yang mumpuni sebagaimana yang telah tertulis di atas. Maka, sangat diperlukan adanya sistem tata kelola yang baik, manajemen yang terarah, sistematis serta produktif. Manajemen mencakup kegiatan untuk mencapai tujuan, dilakukan oleh individu-individu yang menyumbangkan upaya yang terbaik melalui tindakan yang telah diputuskan sebelumnya. Hal tersebut meliputi segala pengetahuan yang mana harus di laksanakan.

Sejalan dengan itu, manajemen pengelolaan yang ada relevansinya dengan lembaga, institusi, instansi maupun satuan pendidikan perlu ditata sedemikian rupa hingga mampu menciptakan iklim yang terintegrasi satu sama lain. Manajemen yang berbasis sekolah perlu betul-betul diarahkan kepada manajemen yang efektif dan tepat sasaran guna menyasar pada pencapaian pendidikan yang transformative sesuai pada prinsip pengajaran pesantren.

(20)

Dalam proses pendidikan sekarang ini, tidak hanya diperlukan modal, teknologi, dan keahlian di bidang sosial. Selain itu perlu ditunjang pengeloaan manajemen yang mampu dilaksanakan oleh para guru.

Dari masalah yang telah dipaparkan sebagaimana keterangan yang telah di terangkan. Untuk membuktikan konsep tersebut maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul: ―PELAKSANAAN MANAJEMEN SEKOLAH BERBASIS PESANTREN DI MADRASAH TSANAWIYAH PESANTREN SATU ATAP NURUL AMAL KENTENG KECAMATAN BANDUNGAN KABUPATEN SEMARANG TAHUN PELAJARAN 2014/2015‘‘.

B.Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat di rumuskan beberapa masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pelaksanaan manajemen di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang di tinjau dari:

a. Manajemen Kurikulum. b. Manajemen kesiswaan. c. Manajemen Keuangan.

d. Manajemen sarana dan prasarana. e. Manajemen tenaga kependidikan.

(21)

3. Upaya apa saja yang dilakukan untuk meningkatkan kualitas manajemen sekolah berbasis pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang?

C.Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian merupkan pernyataan sasaran yang ingin di capai dalam penelitian. Isis dan rumusan tujauan penelitian mengacu pada rumusan masalah.

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk dapat mengetahui peaksanaan manajemen pada Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kab, Semarang, yang ditinjau darai manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen keuangan, manajemen sarana prasarana, dan manajemen personalia.

2. Untuk mengetahui faktor pendukung dan faktor penghambat yang di hadapi MTs PSA Nurul Amal dalam melaksanakan manajemen pembelajaranya. 3. Untuk dapat mengetahui upaya yang dilakukan dalam meningkatkan

manajemen sekolah berbasis pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang.

D.Kegunaan Penelitian

1. Teoritis

(22)

khususnya dapat memperkaya ilmu pengetahuan yang ditekankan pada pendidikan agama Islam.

2. Praktis

a. Lembaga Pendidikan Umum

Dengan penelitian ini dapat memberikan sumbangan pemikiran berkenaan dengan model manajemen pendidikan pada lembagaan tertentu, sehingga dapat meningkatkan kualitasnya.

b. Mahasiswa

Agar ada peningkatan dalam pembelajaran dan diharapkan mampu menjadi guru yang dapat melaksanakan manajemen sekolah dengan baik.

c. Guru

Dengan adanya penelitian ini dapat memberikan pemahaman yang cukup mengenai pengelolaan manajemen.Sehingga dapat meningkatkan pengembangan manajemen kususnya pada bidang kurikulum dan kesiswaan pada pesantren.

d. Lembaga Pendidikan

Dapat menjadikan penelitian ini sebagai acuan baru dalam pendidikan agama Islam khususnya pada bidang manajemen pengeloaan sekolah yang bermutu yang diharapkan sesuai kebutuhan masyarakat umumnya.

E.Penegasan Istilah

(23)

Manajemen merupakan proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dngan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai ecara efektifdan efisien (Fattah, 2004:1).

2. Sekolah

Sekolah adalah organisasi kerja sebagai wadah kerja sama sekelompok orang untuk mencapai suatu tujuan. Wadah tersebut merupakanalat dan bukan tujuan. Dengan kata lain sekolah adalah salah satubentuk ikatan kerjasama sekelompok orang yang bermaksud mencapai suatu tujuan yang di sepakati bersama.

3.Pondok Pesantren Satu Atap

Pondok Pesantren Satu Atap (PSA), yaitu pondok pesantren yang di dalamnya memiliki lembaga pendidikan formal MI dan kemudian mendapat sumbangan bantuan gedung untuk MTs dari pemerintah Australia pada tahun 2009/2010.

(24)

F. Metode Penelitian

1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang dilakukan penulis adalah penelitian kualitatif. Metode kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif: Ucapan atau tulisan dan perilaku yang dapat diamati dari orang-orang (subyek) itu sendiri. Pendekatan ini langsung menunjukan setting dan individu-individu dalam setting itu secara keseluruhan; subyek penyelidikan, baik berupa organisasi ataupun individu, tidak dipersempit menjadi variabel yang terpisah atau menjadi hipotesis, melainkan dipandang sebagai bagian dari keseluruhan (Robert dan Steven, 1992:21).

Terdapat banyak alasan yang shahih untuk melakukan penelitian kualitatif. Salah satunya adalah kemantapan peneliti menggunakan metode kualitatif yakni karena peneliti akan menggali sedikit banyak informasi terkait dengan fokus permasalahan yang sudah ditetapkan. Dan dari data yang dipeoleh peneliti akan menganalisis dan mengolahnya menjadi sebuah laporan yang terperinci dan mendalam, sehingga dapat dipahami.

Setiap orang hendaknya mempunyai serangkaian prosedur yang telah dikembangkan dengan baik untuk menganalisis data ilmu sosial dan menyusun laporanya. Tiga prosedur penting mendapat perhatian lebih lanjut; pertama, kebenaran dengan taktik umum untuk memulai suatu laporan; kedua, mencakup persoalan apakah kasus tersebut untuk mengidentifikasi persoalan yang berurutan; ketiga, mendeskripsikan suatu prosedur tinjauan ulang guna meningkatkan validitas konstruk suatu penelitian kualitatif (Suprayogo dan Tobroni. 2003:206).

(25)

Obyek dalam penelitian ini adalah penerapan manajemen sekolah berbasis pesantren di Madrasah Tsanawiyah Pesantren Satu Atap Nurul Amal Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang Nurul Amal yang berada di lingkungan pesantren. MTs Pesantren Satu Atap Nurul Amal terletak di Dusun Kenteng, Desa Kenteng, Kecamatan Bandungan, Kabupaten Semarang, Provinsi Jawa Tengah.

Dalam penelitian ini penulis melibatkan beberapa subyek penelitian untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan. Subyek-subyek penelitian tersebut adalah:

a. Kepala Sekolah

Kepala sekolah merupakan sosok paling penting dalam penelitian ini, karena kepala sekolah menjadi pimpinan teratas dalam lembaga pendidikan yang mana menjadi sumber data wawancara pertama untuk mendapatkan informasi yang dibutuhkan peneliti.

b. Wakil Kepala Bagian Kurikulum

Wakil Kepala sekolah sangat penting perananya. Karena wakil kepala sekolah yang menjadi sumber data untuk digali informasinya terkait dengan manajemen kurikulum yang telah dilaksanakan.

c. Wakil Kepala Kesiswaan

Wakil kepala kesiswaan merupakan peran penting dalam mengembangkan prestasi siswa di sekolah. Dalam hal ini peneliti akan menggali informasi tentang data kesiswaannya.

d. Bendahara Sekolah.

(26)

ini bendahara akan dimintai keterangan terkait dengan pengelolaan keuangan sekolah tersebut.

e. Kepala Bidang Sarana dan Prasarana

Bidang sarpras yang mengatur tentang semua fasilitas yang dibutuhkan dalam pembelajaran di sekolah. Peneliti akan meminta keterangan terkait dengan segala sesuatu yang dibutuhkan sarana dan prasarana.

f. Kepala Bidang Tenaga Kependidikan

Bidang personalia adalah bidang yang mengatur tentang sema tenaga pendidik dalam pembelajaran di sekolah. Pada bidang ini peneliti akan mencari informasi tentang syarat menjadi pendidik.

3. Teknik Pengumpulan Data a. Dokumentasi

Studi dokumtasi adalah segala segala sesuatu materi dalam bentuk tertulis yang dibuat oleh manusia. Dokumen yang dimaksud adalah segala catatanbaik dalam bentuk cacatan dalam bentuk kertas maupun elektronik. Dokumen dapat berupa buku, artikel media massa, catatan harian, manifesto, undang-undang, notulen, blog, halaman web, foto, dan lainnya (Sarosa, 2012: 61).

(27)

prestasi yang pernah di peroleh, semua itu dapat digali lewat arsip atau dokumen yang ada.

b. Wawancara

Wawancara adalah kegiatan pengumpulan data yang dilakukan peneliti dengan cara menanyakan secara langsung pada sumber informasi. Dalam hal ini, sumber informasi adalah penduduk yang dapat memberikan keterangan melalui media oral. Hal ini dapat dilakukan secara langsung dalam pengertian bahwa pewawancara dan yang diwawancara bertatap muka secara langsung, namun dapat juga dilakukan secara tidak langsung melalui media telekomunikasi (Yunuus, 2010:357).

Peneliti akan menggunakan teknik pengumpulan data dengan cara wawancara terfokus, yaitu wawancara yang mana menetapkan sediri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan.

Dalam persiapan wawancara, terutama wawancara bebas dan wawancara terstruktur dibutuhkan panduan bagi peneliti. Panduan tersebut disebut Interview Protocol. Panduan wawancara memuat apa saja yang setidaknya harus digali dari partisipan dalam proses wawancara. Saat panduan telah dipersiapkan dengan baik, maka wawancarabdapat dilakukan. Berikut ini beberapa langkah cara kerja dalam melaksanakan wawancara (Sarosa, 2012: 50-51):

(28)

2) Peneliti kemudian memulai dengan menjelaskan maksud dan tujuan wawancara. Peneliti dapat menjelaskan garis besar penelitian.

3) Peneliti kemudian menjelaskan mengenai kerahasiaan dan kerelaan dalam partisipasi penelitian.

4) Peneliti selanjutnya menjelaskan format wawancara.

5) Wawancara dilaksanakan sesuai dengan beberapa hal yang ingin diketahui.

6) Wawancara diakhiri dengan memberikan kesempatan bagi partisipan untuk menyampaikan hal-halyang kiranya dipandang penting dan relevan.

7) Selama wawancara jangan lupa mencatat atau merekam jika diijinkan.

c. Observasi

Observasi atau pengamatan adalah kegiatan keseharian manusia dengan menggunakan pancaindra mata sebagai alat bantu utamanya. Oleh karena itu, observasi adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan pengamatannya melalui hasil pancaindra mata serta dibantu dengan pancaindra lainnya. Dari pemahaman atau observasi tersebut, sesungguhnya yang dimaksud dengan metode observasi adalah metode pengumpulan data yang dipergunakan untuk menghimpun data penelitian. Suatu kegiatan pengamatanbaru dikategorikan sebagai kegiatan pengumpulan data penelitaian apabila memiliki langkah sebagai berikut (Bungin, 2006: 134):

(29)

2) Pengamatan harus berkaitan dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan.

3) Pengamatan tersebut dicatat secara sistematik dan dihubungkan dengan proposisi umum dan bukan dipaparkan suatu yang hanya menarik perhatian.

4) Pengamatan dapat dicek dan dikontrol.

Dalam hal ini observasi nonpartisipan dirasa cocok untuk menggali atau mengobservasi secara langsung kegiatan yang dilakukan di obyek penelitian. Diantaranya yaitu kegiatan siswa di sekolah dan kegiatan santri di pondok pesantren tersebut.

4. Teknik Analisis Data

Dalam sebagian besar pendekatan kualitatif, analisis data tidak dilakukan satu tahap saja, setelah data terkumpul. Analisis data kualitatif merupakan proses sistematis yang berlangsung terus-menerus, bersamaan dengan pengumpulan data. Analisis data kualitatif berkaitan dengan:

a. Pengumpulan data

Data yang diperoleh di lapangan penelitian baik berupa catatan, rekaman, ataupu dari dokumen akan diolah menjadi catatan sebagai komentar peneliti.

b. Reduksi data

Memilah-milah data yang tidak beraturan menjadi potongan-potongan yang lebih teratur dengan mengoding menyusunnya menjadi kategori dan merangkumnya menjadi pola dan susunan yang sederhana (Daymon, 2008:369).

(30)

Miles dan Hubermen mengemukakan bahwa yang dimaksud penyajian data adalah menyajikan sekumpulan informasi yang tersusun yang memberi kemungkinan adaya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan.

d. Menarik Kesimpulan dan Verifikasi

Verifikasi merupakan penarikan kesimpulan melalui diskusi dengan teman atau analisis dari peneliti. Penarikan kesimpulan hanyalah sebagian dari satu kegiatan dari konfigurasasi yang utuh. Kesimpulan-kesimpulan juga diverifikasi selama kegiatan berlangsung (Suprayogo dan Tobroni, 2003:95).

G.Sistematika Penulisan

Pembahasan dalam skripsi ini di bagi menjadi lima bab, setiap bab terdiridari beberapa sub bab, dimana masing-masing bab berdiri sendiri namun saling berkaitan. Sebagai rincian penulis dijelaskan sebagai berikut:

BAB I : PENDAHULUAN

Pendahuluan memuat: Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah, Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian, dan Sistematika Penulisan Skripsi. BAB II : KAJIAN PUSTAKA

(31)

pendukung dan penghambat sekaligus upaya yang harus dilakukan.

BAB III : LAPORAN HASIL PENELITIAN

Bab ini berisi tentang gambaran umum MTs. PSA Nurul Amal, pelaksanaan manajemen kurikulum, dan manajemen kesiswaan sekolah, manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen personalia, serta faktor penghampat dan pendukungnya.

BAB IV : PEMBAHASAN

Dalam bab ini dipaparkan tentang pelaksanaan manajemen kurikulum, manajemen kesiswaan, manajemen keuangan, manajemen sarana prasarana, serta manajemen personalia, faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan manajemen sekolah berbasis pesantren di MTs. PSA Nurul Amal, serta upaya dalam meningkatkan manajemen sekolah.

BAB V : KESIMPULAN dan SARAN

Dalam bab ini terdiri dari kesimpulan, Saran-saran. DAFTAR PUSTAKA

(32)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Lembaga Pendidikan Islam Di Indonesia

1. Lembaga Pendidikan di Indonesia a. Pengertian Pondok Pesantren

Pondok berasal dari kata funduk yang berarti hotel atau asrama. Pondok berfungsi sebagai asrama bagian santri. Pondok merupakan ciri khas tradisi pesantren yang membedakan dengan sistem pendidikan tradisional di masjid-masjid yng berkembang di kebanyakan wilayah Islam negara-negara lain (Muliawan, 2005:156-157).

Pesantren menurut Prof. John berasal dari bahasa Tamil, santri

yang berarti guru mengaji. C.C. Berg juga berpendapat bahwa istilah santri berasal dari kata shastri (bahasa India) yang berarti orang yang tahu buku-buku suci agama Hindu. Kata shastri berasal dari kata

shastra, yang berarti buku-buku suci, buku-buku agama, buku-buku tentang ilmu pengetahuan (Muliawan, 2005:155).

(33)

perumahan sederhana yang dipetak-petak dalam bentuk kamar-kamar yang merupakan asrama bagi santri.

Sedangkan istilah pesantren secara etimologis asalnya pe-santri-an ype-santri-ang berarti tempat spe-santri-antri. Spe-santri-antri murid mempelajari agama dari seorang Kyai atau Syaikh di pondok pesantren. Pondok pesantren adalah lembaga keagamaan, yang memberikan pendidikan dan pengajaran serta megembangkan dan menyebarkan ilmu agama dan Islam (Nasir, 2005:80-81).

Pondok pesantren merupakan komunitas tersendiri dimana kyai, ustadz, santri dan pengurus pesantren hidup bersama dalam satu lingkungan pendidikan, berlandaskan nilai-nilai agama Islam lengkap dengan norma-norma kebiasaan tersendiri yang secara eksklusif berbeda dengan masyarakat umum yang mengitarinya. Komunitas pesantren merupakan suatu keluarga besar di bawah asuhan seorang kyai atau ulama, dibantu oleh beberapa ustad. Dengan demikian unsur-unsur pesantren adalah: (1) pelaku terdiri dari kyai, ustad, santri dan pengurus. (2) sarana perangkat keras: misalnya masjid, rumah kyai, rumah ustad, pondok, gedung sekolah, gedung-gedung lain untuk pendidikan seperti perpustakaan, aula, kantor pengurus pesantren, kantor organisasi santri, keamanan. (3) sarana perangkat lunak: kurikulum, buku-buku, dan sumber belajar lainya (Yayasan Katana Bangsa, 2005:3-4).

b. Pesantren Satu Atap

(34)

kemudian mendapat sumbangan bantuan gedung untuk MTs dari pemerintah Australia pada tahun 2009/2010. Bangunan tersebut cukup baik dan memenuhi standar nasional pendidikan, tinggal bagaimana mengembangkan dan memeliharanya (matnursomad.wordpress.com diakses pada 12 April 2015).

Kepala Bidang Mapenda Kanwil Depag Jateng Drs H Khaeruddin MA menambahkan, program pengembangan MTs satu atap dengan pesantren ini dalam rangka mendorong penuntasan wajib belajar pendidikan dasar (wajar dikdas) sembilan tahun.

Dalam tahun anggaran 2007/2008, program tersebut merealisasikan bantuan lokal pada 146 pesantren. Targetnya, program ini akan membantu 500 pesantren di seluruh Indonesia (http://www.suaramerdeka.com diakses pada 13 April 2013).

(35)

Islam. Cendekiawan muslim, Jamhari Ma‘ruf, yang juga Pembantu Rektor I Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, mengatakan program bantuan pembangunan sekolah-sekolah Islam yang dilakukan Australia sangat bermanfaat karena menjawab 5 permasalahan mendasar yang dialami mayoritas sekolah islam di Indonesia: infrastruktur yang buruk, SDM yang lemah, manajemen sekolah yang tradisional, wawasan yang sempit dan keterbatasan finansial (http://www.radioaustralia.net.au/ di akses pada 14 April 2015). c. Sejarah

Sejak zaman penjajahan, Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah merupakan lembaga pendidikan yang tumbuh dan berkembang di tengah-tengah masyarakat. Eksistensi kedua lembaga tersebut telah lama mendapat pengakuan dari masyarakat. Keduanya ikut terlibat dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa, tidak hanya dari segi moral, namun telah pula ikut serta memberikan sumbangsih yang cukup signifikan dalam penyelenggaraan pendidikan. Lembaga tersebut dapat berbentuk jalur pendidikan sekolah.

(36)

lingkungan pesantren, disebut dengan istilah Pondok. Dari sinilah timbut istilah Pondok Pesantren.

Ditinjau dari segi hitorisnya, pondok pesantren adalah bentuk lembaga pendidikan pribumi tertua di Indonesia. Pondok pesantren sudah dikenal jauh sebelum Indonesia merdeka, bahkan sejak Islam masuk ke Indonesia terus tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan dunia pendidikan pada umumnya.

Menelusuri tumbuh dan berkembangnya lembaga-lembaga pendidikan agama Islam di Indonesia, termasuk awal berdirinya pondok pesantren dan madrasah diniyah tidak terlepas hubunganya dengan sejarah masuknya Islam di Indonesia. Pendidikan Islam di Indonesia bermula ketika orang-orang yang masuk Islam mengetahui lebih banyak isi ajaran agama yang baru dipeluknya, baik mengenai tata cara beribadah, membaca Al-Qur‘an dan pengetahuan Islam yang lebih luas.

(37)

dirumah-rumah. Versi kedua menyebutkan bahwa pondok pesantren mempunyai kaitan yang erat dengan empat pendidikan yang khas bagi kaum sufi. Pendapat ini berdasarkan fakta bahwa penyiaran Islam di Indonesia pada awalnya lebih banyak dikenal dalam bentuk kegiatan tarekat yang melaksanakan amalan-amalan zikir tertentu (Departemen Pendidikan Agma RI, 2003:7-8).

d. Tipologi Pondok Pesantren

Pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan yang berbeda dalam pengelolaan sistem pembelajaranya, selain itu juga berbeda dalam pandangan hidup tata nilai yang dijadikan landasan. Pondok pesantren masing-masing memiliki keistimewaan yang bereda-beda, meskipun demikian pondok pesantren juga memiliki persamaan. Hal ini menjadikan sebuah lembaga pondok pesantren memiliki karakteristik tersendiri yang menjadi ciri khas. Dari tingkat konsistensi, secara garis besar pondok pesantren dapat dikategorikan menjadi tiga bentuk yaitu:

1) Pondok Pesantren Salafiyah

Salaf artinya ―lama‖, dahulu‖, atau ―tradisional‖. Pondok

(38)

namanya kurikulum dalam pengertian kurikulum pada lembaga pendidikan formal. Kurikulum pada pesantren salafiyah disebut

manhaj, yang dapat diartikan sebagai arah pembelajaran tertentu. Manhaj pada pondok pesantren ini tidak dalam bentuk jabaran silabus, tetapi berupa funun kitab-kitab yang akan diajarkan pada santri (Departemen Pendidikan Agama RI, 2003:31).

(39)

para santri mengikuti pelajaran dengan duduk di sekeliling kiyai yang menerangkan pelajaran secara kuliah, santri menyimak kitab masing-masing dan membuat ringkasan sendiri (Nasir, 2005:110-113). 2) Pondok Pesantren Khalafiyah (‗Ashriyah)

Khalaf artinya ―kemudian‖ atau ―belakang‖, sedangkan ashri

artinya ―sekrang‖ atau ―modern‖. Pondok pesantren khalafiyah adalah

pondok pesantren yang menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan pendekatan modern, melalui satuan pendidikan formal baik madrasah atau sekolah umum. Pembelajaran pondok pesantren khalafiyah dilakukan secara berjenjang dan berkesinambungan, dengan satuan program didasarkan pada satuan waktu (Departemen Pendidikan Agama RI, 2003:30).

Pondok pesantren khalafiyah adalah pndopondok pesantren yang mengadopsi sistem madrasah madrasah atau sekolah, dengan kurikulum disesuaikan dengan kurikulum pemerintah, baik dari Departemen Agama maupun Departemen Pendidikan Nasional. Pondok pesantren khalafiyah biasanya menyelenggarakan kegiatan pendidikan dengan jalur sekolah, baik itu dengan jalur sekolah umum (SD, SMP, SMA), maupun sekolah berciri khas agama Islam (MI, MTs, MA). Biasanya kegiatan pembelajaran pesantren memiliki kurikulum yan berjenjang . metode yang digunakan sudah adaptif atau sudah mengadaptasi metode-metode baru, seperti Tanya jawab, diskusi, karya wisata.

(40)

Pondok pesantren campuran ini adalah kombinasi antara pondok pesantren salafiyah dan pondok pesantren khalafiyah. Pondok pesantren ini menggunakan pendekatan pembelajaran dengan cara mengombinasikan metode kedua pesantren tersebut.

Ciri khas pesantren modern berupaya memadukan tradisionalitas dan modernitas pendidikan. Sistem pengajaran weton dan sorogan diganti dengan sistem klasikal (pengajaran di dalam kelas) yang berjenjang dan kurikulum terpadu diadopsi dengan penyesuaian tertentu. Dikotomi ilmu agama dan umum juga dieleminasi. Kedua bidang ilmu ini sama-sama diajarkan, namun dengan proporsi pendidikan agama lebih mendominasi.

Pembagian pondok pesantren tidak hanya didasarkan pada penyelenggaraan pendidikan agama. Ada pembagian lain dibuat berdasarkan penyelenggaraan fungsinya sebaga lembaga pengembangan masyarakat melalui program pengembangan usaha (Departemen Pendidikan Agama RI, 2003:30).

B. Sekolah berbasis Pesantren

(41)

sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri menjadi warga Negara yang bertanggung jawab.

Semenjak dikeluarkanya Keppres No. 34 tahun 1972 dan Inpres No. 15 tahun 1974, pemerintah mengambil kebijakan yang lebih operasionalterhadap madrasah. Dikeluarkannya SKB (Surat Keputusan Bersama) Tiga Menteri, yaitu: Menteri Agama, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, dan Menteri Dalam Negeri. Kedudukan Madrasah dalam pendidikan nasional lebih dipertegas lagi dalam Keputusan Menteri Agama RI No. 372 tahun 1993 tentang Kurikulum Pendidikan Dasar Berdiri Khaskan Agama Islam. Dalam keputusan ini dinyatakan bahwa Madrsaah Ibtidaiyah dan Madrasah Tsanawiyah melaksanakan kurikulum nasional sekolah dasar dan sekolah Lanjutan Tingkat Pertama. Posisi intregrasi Sistem Pendidikan Nasional selain terlihat pada beberapa poin diatas juga tercermin dalam beberapa aspek sebagai berikut (Zulkarnain, 2008:34).

a. Pendidikan nasional menjadikan pendidikan agama sebagai salah satu muatan wajib dalam semua jalur dan jenis pendidikan. Kebijakan ini tentu berarti dalamproses intregrasi pendidikan secara nasional.

b. Madrasah dalam sistem pendidikan nasional, dengan sendirinya dimasukkan dalam kategori pendidikan jalur sekolah.

c. Meskipun Madrasah diberi status pendidikan jalur sekolah tetapi sesuai jenis keagamaan dalam sistem pendidikan nasional, Madrasah memiliki jalur khusus ilmu-ilmu syari‘ah.

1. Manajemen

(42)

Ditinjau secara terminologi kata ―manajemen‖ memiliki banyak makna. Beberapa pengertian manajemen dan perspektif para pakar, antara lain, sebagai berikut:

1) Nanang Fattah dalam bukunya Landasan Teori Manajemen Pendidikan memberikan batasan tentang istilah manajemen, yakni: Manajemen merupakan proses merencana, mengorganisasi, memimpin dan mengendalikan upaya organisasi dngan segala aspeknya agar tujuan organisasi tercapai ecara efektifdan efisien (Fattah, 2004:1).

2) Oemar Hamalik dalam bukunya Manajemen Pengembangan Kurikulum memberikan batasan kata manajemen sebagai berikut: Manajemen adalah suatu proses social yang berkenaan dengan keseluruhan usaha manusia dengan bantuan manusia lain serta sumber-sumbr lainya menggunakan metode yang efisien dan efektif untuk mencapai tujuan yang ditentukan sebelumnya (Hamalik, 2006:16).

b. Manajemen Modern

(43)

Masa manajemen modern berkembang melalui dua jalur yang berbeda. Jalur yang pertama merupakan pengembangan dari aliran hubungan manusiawi yang dikenal dengan perilaku organisasi, dan yang lain dibangun atas dasar manajemen ilmiah, dikenal sebagai aliran kuantitatif. Ada tiga pendekatan yang sering dipakai dalam aliran manajemen modern yaitu, pendekatan perilaku organisasi, pendekatan sistem, dan pendekatan kontingensi.

1. Pendekatan Perilaku Organisasi.

Pendekatan ini memandang bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh system sosialnya. Tokoh-tokoh pendekatan ini sebagai berikut:

1) Maslow yang terkenal dengan teori hierarki kebutuhan untuk menjelaskan perilaku manusia dalam kaitannya dengan motivasi manusia.

2) Mc Gregor dengan teori X dan Y. 3) Herzberg dengan teori dua faktor.

4) Mc Clelland dengan teori need of power, need of affiliation dan need of acievment.

5) Blake dan Mouton dengan teori Managerial Grid. 6) Likert dengan teori empat sistem.

7) Fiedler dengan pendekatan kontingensi dalam teori kepemimpinannya.

(44)

10) Hersey dan Banchard dengan kepemimpinan situasionalnya, dan lain-lain (Husaini, 2013: 49).

Beberapa prinsip dasar penting yang dapat disimpulkan dari pendapat para tokoh manajemen modern adalah sebagai berikut:

1) Manajemen tidak dapt dipandang sebagai suatu proses teknik secara ketat (peranan, prosedur, prinsip).

2) Manajemen harus sistematik dan pendekatan yang digunakan harus dengan pertimbangan secara hati-hati.

3) Organisasi sebagai suatu keseluruhan dan pendeatan manjer individual untuk pengawasan harus sesuai dengan situasi. 4) Pendekatan motivasional yang menghasilkan komiten pekerja

terhadap tujuan organisasi yang sangat dibutuhkan (Handoko, 2009: 54).

2. Aliran Kuantitatif

Aliran kuatitatif atau yang disebut juga aliran management science digunakan dalam banyak kegiatan seperti penganggaran modal, manajemen aliran kas, scheduling produksi, dan lain-lain. Langkah-langkah pendekatan management science biasanya adalah sebagai berikut: 1) Perumusan Masalah, 2) Menyusun suatu model matematis. 3)Mendapatkan penyeselesaian dari model. 4) Pengujian model dan hasil yang didapatkan dari model. 5) penetapan pengawasan atas hasil-hasil. 5) Implementasi hasil dalam kegiatan (Handoko, 2009: 55) c. Prinsip Manajemen

(45)

pengembangan keahlianya; 3) pemilihan prosedur kerja; 4) menentukan batas-batas tugas; 5) mempersiapkan dan membuat spesifikasi tugas; 6) melakukan pendidikan dan latihan; 7) menentukan sistem dan besarnya imbalan. Semua itu dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas, efisiensi, daan produktivitas kerja (Fattah, 2004:12).

d. Tujuan Manajemen

Apa yang menjadi tujuan manajemen? Menurut Shrode Dan Voich (1947) tujuan utama manajemen adalah produktivitas dan kepuasan. Mungkin saja tujuan ini tidak tunggal bahkan jamakatau rangkap, seperti peningkatan mutu pendidikan/ lulusanya, keuntungan/ profit yang tinggi, pemenuhan kesempatan kerja, pembangunan daerah/ nasional, tanggungjawab sosial. Tujuan-tujuan ini ditentukan berdasarkan penataan dan pengkajian terhadap situasi dan kondisi organisasi, seperti kekuatan dan kelemahan, peluang, dan ancaman (Fattah, 2004:15).

e. Manajemen Sebagai Sistem

Ilmu Manajemen yang menjadi prasarat berjalannya program pendidikan secara sistematis dan kontinu harus menjadi sebuah system dalam lembaga pendidikan. Jangan sampai manajemen terebut hanya ―Lips Service‖, pemanis lidah, tetapi kosong dalam praktik. Dengan

(46)

utuh dengan bagian-bagianya yang tersusun secara sistematis, yang mempunyai relasi satu dengan yang lain, dan sesuai dengan konteknya. Jadi ciri-ciri sistem antara lain, merupakan suatu kebulatan: mempnyai bagian-bagian yang disebut sebagai sub sistem, sub-sub sistem dan seterusnya sampai bagian terkecil yang disebut komponen. Bila sekolah atau pendidikan dipandang sebagai sistem, maka ia termasuk sistem terbuka begitu pula halnya dengan manajemen. Sistem terbuka mempunyai arti sekolah, pendidikan, atau manajemen tidak mengisolasi diri dari lingkunganya, melainkan selalu megadakan kontak hubungandan kerja sama.

Dalam pembahasan manajemen kita perlu memakai pendekatan sistem,karena gerakan sistem adalah sesuatu yang baru cocok diterapkan dalam bidang pendidikan pada umumnya dan anajemen khususnya, masih ada gerakan ang mutakhir dalam adsmnitrasi , yaitu cintigency atau pendekatan situasional. Namun, pendekatan ni tidak dipilih mengingat pendekatan sistemitu sendiri bias merangkul pendekatan situasional berkat keterbukaanya terhadap lingkungan (Asmani, 2009:84).

2. Manajemen Pengembangan Lembaga Pendidikan Islam

(47)

2010:98-99). Penjelasan masing masing kegiatan manajemen tersebut akan diuraikan pada bagian berikut ini:

a. Perencanaan (Planning)

G.R Terry menyebutkan bahwa perencanaan adalah kegiatan memilih dan menghubungkan fakta dan menggunakan sejumlah asumsi mengenai masa datang dengan jalan menggambarkan dan meluruskan kegiatan-kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan (Abbas, 2009: 97).

Roger A. Kauffman (1972) seperti yang dikutip oleh Fattah (2004:49) menjelaskan bahwa ―perencanaan adalah proses penentuan tujuan atau sasaran yang hendak dicapai dan menetapkan jalan dan sumber yang diperlukan untuk mencapai tujuan itu seefisien dan seefektif mungkin.‖

Sedangkan Burhanuddin mengatakan mengenai perencanaan sebagai berikut, ―bahwa pada dasarnya perencanaan merupakan suatu

kegiatan yang sistematis mengenai apa yang akan dicapai, kegiatan yang harus dilakukan, langkah-langkah, metode-metode, pelaksanaan (tenaga) yang dibutuhkan untuk menyelenggarakan kegiatan-kegiatan pencapaian tujuan (Baharuddin, 2010:99).

(48)

Dalam hal ini kaitannya dengan perencanaan pendidikan Islam dapat dilakukan beberapa langkah antara lain (Baharuddin, 2010:100):

1) Mengkaji kebijakan yang relevan. Pengembangan lembaga pendidikan agama Islam tidak bolehbertentangan dengan kebijakan yang berlaku baik dari pemerintah pusat maupu daerah. Misalnya tentang penggunaan krikulum.

2) Menganalisis kondisi lembaga. Langkah ini dilakukan untuk menegetahui keadaan, kekuatan, kelemahan, kekurangan lembaga untuk dicari jalan keluar yang tepat. Dalam hal ini dapat digunakan dengan teknik analisis SWOT (strength, weakness, opportunity, threat).

3) Merumuskan tujuan pengembangan, berdasarkan kebijakan yang berlaku dan analisis kondisi lembaga, maka selanjutnya harus dirumuskan tujuannya, baik dalamjangka panjang maupun jangka pendek.

4) Merumuskan dan memilih alternative program. Berdasarkan hasil analisis kemudian perlu dikembangkan beberapa alternative program atau kegiatan untuk mencapai tujuan yang ditetapkan.

5) Menetapkan langkah-langkah kegiatan pelaksanaan. Sebelum dilaksanakan alternatif program yang dipilih, perlu dilakukan penjabaran secara rinci, sampai pada tahap-tahap pelaksanaanya.

(49)

Dalam pengertian yang lebih utuh pengorganisasian merupakan suatu proses untuk merancang struktur formal, mengelompokkan dan mengatur serta menbagi tugas-tugas atau pekerjaan di antara para anggota organisasi, agar tujuan organisasi dapat dicapai dengan efisien (Daryanto, 2013: 86)

(50)

Dengan perumusan seperti di atas, dapat dipahami bahwa pengorganisasian merupakan langkah ke arah pelaksanaan rencana yang telah disusun sebelumnya. Jadi kegiatan pengorganisasian merupakan fungsi organik yang kedua dalam manajemen. Dalam fungsi pengorganisasian terdapat sekelompok orang yang mau bekerja sama, ada tujuan yang hendak dicapai ada pekerjaan yang akan dikerjakan, ada pembagian tugas yang jelas, pengelompokan kegiatan, menyediakan alat-alat yang dibutuhkan untuk aktifitas organisasi, ada pendelegasian wewenang antara atasan dan bawahan dan pembuatan struktur organisasi yang efektif dan efisien.

c. Penggerakan (Actuating)

Menurut George R. Terry penggerakan adalah tindakan mengusahakan hubungan-hubungan kelakuan ang efektif antara orang-orang, sehingga mereka dapat bekerjasama secara efisien. Dengan demikian mereka dapat memperoleh kepuasan pribadi dalam melaksanakantugas-tugas tertentu dalam kondisi lingkungan tertentu guna mencapai tujuan atau sasaran tertentu (Abbas, 2009: 101).

(51)

lembaga pendidikan mempunyai kekuasaan untuk mengatur segala aktifitas yang akan berlangsung dilaksanakan.

d. Pengawasan (Controlling)

Pengawasan adalah fungsi manajemen yang terakhir, namun bukan berartiyang lain kurang penting. Pengawasan adalah pengamatan dan pengukuran, apakah pelaksanaan dan hasil kerja sudah sesuai dengan perencanaan atau tidak. Kalau tidak sesuai dengan rencana, apa kendalanya dan bagaimana menghilangkan kendala tersebut agar hasil kerja dapat sesuai dengan apa yang diharapkan (Abbas, 2009: 102)

Sedangkan Sarwoto memberikan batasan pengawasan sebagai ―kegiatan manajer yang mengusahakan agar pekerjaan-pekerjaan terlaksana sesuai dengan rencana yang ditetapkan atau hasil yang dikehendaki‖. Ini berarti betapa pun baiknya rencana, akan bisa gagal, apabila manajer tidak melaksanakan pengawasan.

Tujuan pengawasan dalam lembaga pendidikan yakni untuk membantu mempertahankan hasil atau out-put yang sesuai dengan syarat-syarat sistem. Artinya dengan melakukan kerja pengawasan, diharapkan dapat mencapai kualitas produk organisasi berdasarkan perencanaan yang telah ditetapkan.

Dalam lembaga pendidikan, tahap pengawasan yang dilakukan diantaranya adalah: 1) Menetapkan standar pelaksanaan pekarjaan.

(52)

penngawasan lembaga pendidikan dirasa perlu memberikan penilaian terhadap segala sesuatu yang telah dilaksanakan. Apakah hasil yang diharapkan sudah sesuai yang telah diharapkan. 3) setelah melakukan penilaian terhadap segala hal yang telah dilaksanakan hal yang terakhir untuk dilakukan dalam pengawasan adalah mengadakan tindakan perbaikan, hal ini dalakukan untuk bisa menjadikan segala sesuatu yang dikerjakan menjadi baik (Fattah, 1996:102).

Agar kegiatan pengawasan berjalan dengan baik, maka kemendiknas (1989:19) mengemukakan beberapa poin penting melalui pelaksanaan kegiatan pengawasan, yaitu:

1) Pengawasan bersifat membimbing dan membatu mengatasi kesulitan dan bukan mencari kesalahan. 2) Bantuan dan bimbingan diberikan secara tidak

langsung. Artinya diupayakan agar yang bersangkutan merasa mampu mengatasi sendiri masalahnya.

3) Balikan atu saran seharusnya segera diberikan dengan tujuan agar yang bersangkutan segera memahami. 4) Pengawasan dilakukan secara periodic, artinya tidak

menunggu sampai terjadi hambatan.

5) Pengawasan dilakukan dalam suasana kemitraan.

3. Pengembangan Kurikulum Pendidikan Madrasah dan Pesantren

(53)

sekolah/madrasah lebih mengacu pada ketuntasan materi. Hal ini menyebabkan output yang dihasilkan lebih menitik beratkan kepada kemampuan kognitif peserta didik. Kegiatan belajar mengajar yang diusung hanya berpusat pada guru, sehingga aspek-aspek lain sering terabaikan.

Setiap kegiatan ilmiah memerlukan suatu perencanaan dan organisasi yang dilaksanakan secara sistematis dan terstruktur. Demkian pula dengan pendidikan, diperlukan adanya program yang terencana dan dapat menghantar proses pendidikan sampai pada tujuan yang diinginkan. Proses, pelaksanaan, sampai pelaksanaan kurikulum.

Dalam merancang kurikulum, minimal ada tiga prinsip yang harus dipegangi: pertama, pengembangan pendekatan religius kepada semua cabang ilmu pengetahuan; kedua, isi pelajaran yang bersifat religious seharusnya bebas dari ide dan materi yang jumud dan tak bermakna; dan ketiga, perencanaan dan pembuatan kurikulum harus memperhitungkan setiap komponen yang oleh Tylor sebagaimana dikutip Roqib disebut sebagai tiga prinsip: kontinuitas/ kesinambungan, sekuensi dan intregasi (Roqib, 2009:77).

(54)

dilaksanakan di pondok pesantren juga mencakup kurikulum pembelajaan di sekolah, karena tidak jauh berbeda.

4. Operasional Manajemen Pendidikan di Madrasah/ Sekolah Pesantren Pengelolaan dalam bidang pendidikan sangatlah penting, hal ini dapat menjadikan mutu pendidikan yang meningkat, pencapaian hasil pembelajaran juga akan menjadi maksimal. Apabila banyak kekurangan dalam mengelola pendidikan akan lebih baik lagi jika manajemen mutu pendidikan harus dioptimalkan lagi.

a. Manajemen Kurikulum

Salah satu komponen operasional pendidikan Islam sebagai sistem adalah kurikulum. Jika dikatakan kurikulum, maka ia mengandung pengertian bahwa materi yang diajarkan atau didikan telah tersusun sistematik dengan tujuan yang hendak dicapai. Tujuan dan sasaran pendidikan yang tertuang pada kurikulum lembaga pendidikan terseleksi secara baik dan tepat. Materi pendidikan harus megacu pada tujuan, karenanya pendidikan tidak bisa berdiri sendiri terlepas dari kontrol tujuannya. Antara materi dan tujuan pendidikan harus senantiasa relevan dalam proses kependidikan, karena keduanya merupakan kerja sistem yang saling terkait dan berkesinambungan (Rosyadi, 2004:239).

(55)

manajemen modern, sebagaimana yang telah direkomendasikan oleh Balitbang Depag RI yaitu Manajemen Berbasis Madrasah (MBM). MBM merupakan institusi sosial yang mengandung makna kewenangan pengambilan keputusan dilihat dari perspektif peran madrasah yang sesungguhnya. Oleh karena itu, MBM sering dikatakan sebagai upaya memposisikan kembali peran madrasah yang sesungguhnya. MBM memberikan peluang mengakomodasikan pihak-pihak berkepentingan untuk berkontribusi secara positif terhadap peningkatan kinerja madrasah, yang terefleksikan ke dalam perumusan visi, misi, tujuan serta program-program prioritas madrasah yang disusun secara kolaboratif (Maimun, 2010:51).

Dalam sekolah pesantren kurikulum yang diberlakukan adalah kurikulum nasional yang mana menekankan pada pola pendidikan formal pemerintah telah memberikan kepercayaan kepada pesantren untuk menyelenggarakan sistem sekolah melalui program belajar 9 tahun. Hal ini juga menjelaskan bahwa pesantren juga harus melaksanakan fungsi-fungsi sekolah, antara lain melaksanakan pendidikan dan pengajaran pesantren secara terstruktur.

b. Manajemen Kesiswaan

(56)

lebih luas secara operasional dapat membatu upaya pertumbuhan dan perkembangan peserta didik melalui proses pendidikan sekolah. Manajemen kesiswaan bertujuan unuk mengatur berbagai kegiata dalam bidang kesiswaan agar kegiatan pembelajaran di sekolah dapat berjalan lancer, tertib, dan teratur. serta mencapai tujuan pendidikan sekolah (Mulyasa, 2009:46).

Manajemen Kesiswaan (peserta didik) menduduki

tempat yang sangat penting. Dikatakan demikian oleh karena

sentral layanan pendidikan di sekolah ada pada peserta didik.

Semua kegiatan yang ada di sekolah, baik yang berkenaan

dengan manajemen pengajaran, tenaga kependidikan, sarana

dan prasarana, keuangan hubungan sekolah dengan masyarakat

maupun layanan kusus pendidikan, diarahkan agar kesiswaan

(peserta didik) mendapatkan pelayanan yang baik.

Kepala sekolah ialah orang yang diserai tanggung jawab tentang program murid di sekolah. Pada umumnyabidang-bidang

berikut termasuk di dalamnya: (a) kehadiran murid di sekolah

dan masalah-masalah yang berhubungan dengan; (b)

peneriman, orientasi, klasifikasi, dan penunjukan murid kepada

kelas dan program studi; (c) evaluasi dan pelaporan kemajuan

murid; (d) supervisi program-program bagi bagi murid yang

mempunyai kelainan, seperti pengajaran, perbaikan dan

pengajaran luar biasa; (e) pengendalian disiplin murid; (f)

(57)

keamanan; dan (h) penyesuaian pribadi, social dan emosional

dari murid (Mulyasa, 2002: 46).

Pada hakikatnya, tujuan dari pembinaan dan

pengembangan peserta didik itu sesuai dengan tujuan

Pendidikan Nasional Indonesia yang tercantum dalam GBHN.

Peserta didik sebagai kader penerus perjuangan bangsa dan

pembangunan nasional, harus dipersiapkan sebaik-baiknya serta

dihindarkan dari segala kendala yang merusaknya, dengan

memberikan bekal secukupnya dalam kepemimpinan. Maksud

pembinaan peserta didik adalah mengusahakan agar mereka

dapat tumbuh dan berkembang sebagai manusia seutuhnya

sesuai tujuan pendidikan nasional berdasarkan Pancasila.

Tujuan inisiatifnya untuk menjaga membina sekolah sebagai

wiyatamandala, sehingga terhindar dari usaha pengaruh yang

bertentangan dengan kebudayaan nasional (Gunawan, 2011: 12)

c. Manajemen Keuangan Sekolah

(58)

masukan (input), b) Budgeting (perencanaan penganggaran), meliputi kegiatan penentuan RAPBS, diajukan ke Kakanwil Provinsi disetujui oleh BP3, disahkan Gubernur, APBS yang sah, c) Output (hasil usaha). Di setiap organisasi biasanya terdapat bagian keuangan dan bagian ini merupakan titik pusat dalam pengambilan keputusan ditingkat pemimpin puncak (top management). Sehingga bagian keuangan bertanggung jawab atas perumusan keijaksanaan keuangan suatu organisasi (Daryanto, 2013;141).

Demikian juga pada setiap sekolah yang pada setiap sekolah yang memfungsikan organisasi pendidikan akan terdapat bagian keuangan. Orang yang memimpin bagian keuangan disebut manajer/ bagian keuangan. Manajer keuangan ini mempunyai dua tugas yaitu sumber dana dan penggnaan dana.

Sumber keuangan dan pembiayaan pada suatu sekolah secara garis besar dapat dikelompokan atas tiga sumber, yaitu (1) pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun kedu-duanya, yang bersifat umum atau khusus dan diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan; (2) orang tua atau peserta didik; (3) masyarakat baik mengikat atau tidak mengikat. Berkaitan dengan penerimaan keuangan dari orang tua dan mayarakat ditegaskan dalam Undang-Undang Sistem Pendidikan Nasional 1989 bahwa karena keterbatasan kemampuan pemerintah dalam pemenuhan kebutuhan dana pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara pemerintah, masyarakat, dan orang tua (Mulyasa, 2002;41).

(59)

Sarana pendidikan adalah peralatan dan perlengkapan secara langsung dipergunakan untk menunjang proses pendidikan, khususnya proses belajar-mengajar, seperti gedung, ruang kelas , meja, kursi, serta alat-alat media pengajaran. Adapun yang dimaksud dengan sarana pendidikan adalah fasilitas yang secara tidak langsung menunjang jalannya proses pendidikan atau pengajaran seperti halaman, kebun, taman sekolah, jalan menuju sekolah, tetapi jika dimanfaatkan secara langsung untuk proses belajar mengajar, seperti taman sekolah untuk pengajaran bologi, halaman sekolah sebagai sekaligus lapangan olah raga, tersebut merupakan sarana pendidikan.

Manajemen sarana dan prasarana pendidikan bertugas mengatur dan menjaga sarana dan prasarana pendidikan agar dapat memberikan kontribusi secara optimal dan berarti pada jalannya proses pendidikan. Kegiatan pengelolaan ini meliputi kegiatan perencanaan, pengadaan, pengawasan, penyimpanan inventarisasi, dan penghapusan serta penataan

Manajemen sarana dan prasarana sekolah yang baik diharapkan dapat menciptakan sekolah yang bersih, rapi, indah sehinga menciptakan kondisi yang menyenangkan baik bagi guru maupun murid untuk berada di sekolah. Disamping itu juga diharapkan tersedianya alat-alat atau fasilitas belajar yang memadai secara kuantitatif, kualitatif, dan relevan dengan kebutuhan serta dapat dimanfaatkan secara optimal untuk kepentingan proses pendidikan dan pengajar maupun murid-murid sebagai pelajar (Mulyasa, 2002;50).

(60)

Kepegawaian adalah seluruh kegiatan yang berhubungan dengan kepentingan pegawai dalam penjelasan umum Undang-undang No.8 tahun 1974 tentang pokok-pokok kepegawaian. Di dalamnya dijelaskan bahwa yang dimaksud kepegawaian adalah segala hal yang berhubungan kedudukan, kewajiban, hak dan pembinaan pegawai negeri (Daryanto, 2013;134).

Manajemen tenaga kependidikan atau manajemen personalia pendidikan bertujuan untuk mendayagunakan tenaga kependidikan secara efektif dan efisien untuk mencapai hasil yang optimal, namun tetap dalam kondisi menyenangkan. Sehubungan dengan itu, fungsi pesonalia yang harus dilaksanakan pimpinan adalah menarik, mengembangkan, menggaji, dan memotivasi personil guna mencapai tujuan sistem, membantu anggota mencapai posisi dan standar perilaku, memaksimalkan perkembangan karier tenaga kependidikan, serta menyelaraskan tugas individu dan organisasi.

Manajemen tenaga kependidikan (guru dan personil) mencakup (1) perencanaan pegawai, (2) pengadaan pegawai, (3) pembinaan dan pengembangan pegawai, (4) promosi dan mutasi, (5) pemberhentian pegawai, (6) kompensasi, (7) penilaian pegawai. Semua itu perlu dilakukan dengan baik dan benar agar apa yang harapan tercapai, yakni tersedianya tenaga kependidikan yang diperlukan dengan kualifikasi dan kemampuan yang sesuai serta dapat melaksanakan pekerjaan dengan baik dan berkualitas (Mulyasa, 2001:42).

(61)

Adsminitrasi hubungan sekolah dengan masyarakat merupakanseluruh proses kegiatan yang direncanakan dan diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh serta pembinaan secara kontinu untuk mendapatkan simpati dari masyarakat pada umumnya serta dari publiknya pada khususnya, sehingga pada kegiatan operasional sekolah/pendidikan semakin efektif dan efisien, demi membantu tercapainya tujuan pendidikan yang telah ditetapkan. Pada hakikatnya sekolah merupakan bagian yang tak terpisahkan dengan masyarakat, khususnya masyarakat publiknya, seperti para orang tua murid/ anggota Badan Pembantu Penyelenggaraan Pendidikan, dan sekolah akan menjadi harapanbahkan dambaan masyarakatnya (Gunawan, 2011: 186).

(62)

g. Manajemen Tata Laksana Pendidikan.

Adminitrasi tata laksana/ Tata Usaha Sekolah /Pendidikan merupakan seluruh proses kegiatan yang direncanakan dan dilaksanakan/ diusahakan secara sengaja dan bersungguh-sungguh, serta membina kegiatan-kegiatan yang bersifat tulis-menulis (clericalwork) di sekolah, agar PBM semakin efektif dan efisien untuk membantu tercapainya tujuan pendidikanyang telah ditetapkan. Adsminitrasi tata laksaana merupakan serangkaian kegiatan mencatat, menyimpan, menggandakan, menghimpun, mengolah, dan mengirim benda-benda tertulis serta warkat yang pada hakikatnya menunjang seluruh garapan adsminitrasi pendidikan/sekolah (Gunawan, 2011: 170).

Secara singkat tunjangan adssminitrasi tata laksana terhadap garapan-garapan Adsminitrasi sekolah adalah sebagai berikut (Gunawan, 2011: 170):

1) Terhadap peserta didik/Siswa. Sejak penerimaan siswa baru, mengisis buku induk, penataan siswa daalam kelas, sampai siswa eksit daari sekolah, semuanya banyak dilakukan kegiatan tulis menulis yang melancarkan seluruh kegiatan adsminitrasi siswa. 2) Terhadap Adsminitrasi personel. Tidak banyak berbeda dengan

(63)

3) Terhadap aadsminitrasi kurikulum. Seperti pembuatan satuan pelajaran merupakan tugas guru sepenuhnya termasuk tata laksana juga evaluasi.

4) Terhadap adsminitrasi sarana dan prasarana. Tugas perencanaan pengadaan, penyimpanan, dan seterusnya sampai penghapusan adalah tugas adsminitrasi sarana dan prasaarana.

5) Terhadap adsminitrasi pembiyayaan. Pembuaatan rancana anggaran, pembukuan, serta pengisisan buku kas, dan mempertanggungjawabkannya.

6) Terhadap adsminitrasi tata laksana, sudaah jelas bahwa segaala kegiatan adsminitrasi tata laksana merupakan tulis menulis.

7) Terhadap adsminitrasi hubungan sekolah. Pembuataan program, pelaksanaan program sampai evaluasisertaa tindak lanjut merupakan tugas adminitrasi humas.

8) Terhadap adsminitrasi organisasi. Kegiatan pengorgaanisassian strukturaal dan tata jejangmemang erat hubungannya dengan tugas pembuatan kebijakan, naamun semua itu tidak lepas dari kegiatan tulis menulis.

9) Terhadap supervisi pendidikan. Tidak hanya terhadap delapan bidang garapan saja, tetapi kepada keegiatan supervisi pun selalu mendapat tunjangan yang tidak sedikit dari kegiatan tata laksana. h. Manajemen organisasi sekolah.

(64)

merupakan jabatan yang tertinggi di sekolaah itu sehingga dengaan demikian kepala sekolah memegang peranan dan pimpinan segala sesuatunya yang berhubungan dengan tugaas sekolaahke dalam maaupun ke luar (Purwanto, 2012: 160).

i. Supervisi Pendidikan.

Supervisi adalah aktivitas menentukan kondisi-kondisi/ syarat yang esensial, yang akan menjamin tercapainya tujuan pendidikan. Jadi ssupervisi mempunyai pengertian yang luas. Supervisi adalah segala bantuan dari segala pemimpin sekolah, yang tertuju kepada perkembangan kepemimpinan guru-guru dan personel sekolah lainnya di dalam mencapai tujuan pendidikan. Ia berupa dorongan, bimbingan, dan berkesempatanbagi pertumbuhan keaahliandaan kecakapan guru-guru. Dengan kata lain supervisi adalah suatu aaktivitas pembinaan yang direncanakan untuk membantu para guru dan pegawai sekolah laainnya dalam melakukaan pekerjaan mereka secara efektif (Purwanto, 2012: 76).

(65)

memperbaiki kondisi demikian peran supervisi pendidikan menjadi sangat penting untuk dilaksanakan. Pelaksanaan supervisi bukan untuk mencari kesalahan guru tetapi pelaksanaan supervisi pada dasarnya adalah proses pemberian layanan bantuan kepada guru untuk memperbaiki proses belajar mengajar yang dilakukan guru dan meningkatkan kualitas hasil belajar.

C.Faktor Pendukung dan Faktor Penghambat Manajemen Sekolah Berbasis

Pesantren

Perkembangan masyarakat dunia pada umumnya dan masyarakat Indonesia khususnya sudah memasuki masyarakat informasi yang merupakan kelanjutan dari masyarakat modern dengan ciri-cirinya yang bersifat rasional, berorientasi kemasa depan terbuka, menghargai waktu, kreatif, mandiri, dan inovatif. Sedangkan masyarakat informasi, mampu bersaing, serba ingin tahu, imajinatif, mampu mengubah tantangan menjadi peluang dan menguasai berbagai metode dalam memecahkan masalah (Nata, 2007:77) .

Sebagai lembaga yang hidup di masyarakat, sekolah pesantren berkaitan erat dengan dukungan warga, dukungan terentang sejak memahami, mengakui, menerima kehadiran, ikut mengonfirmasikan, kesediaan mengirimkan anak-anak untuk belajar, kehadiran dalam kegiatan-kegiatan berkala sekolah.

(66)

Seperti diketahui bahwa sebagai sebuah sistem pendidikan Islam mengandung berbagai komponen yang saling berkaitan satu sama lain. Komponen tersebut meliputi landasan tujuan kurikulum kompetensi dan profesionalisme guru, pola hubungan guru dan murid, metodologi pembelajaran sarana prasarana evaluasi pembiayaan dan lain sebagainya. Berbagai komponen ini dilakukan tanpa perencanaan dan konsep yang matang seringkali berjalan apa adanya, alami dan tradisional akibat mutu pendidikan Islam acapkali menunjukkan keadaan yang kurang membanggakan.

Problematika yang dihadapi pondok pesantren dikarenakan adanya kendala pada perencanaan pondok pesantren yang kurang optimal. sehingga dalam pelaksanaan fungsi dan tugasnya tidak berjalan sebagaimana yang diharapkan. Juga disebabkan minimnya personil yang kompeten pada bidangnya dan sumber dana kurang memadai. Dalam penyusunan perencanaan program kerja hendaknya diperhitungkan secara terperinci tentang kondisi obyektif pondok pesantren, pemasalahan, alternatif pemecahan, faktor pendukung dan penghambat program, prioritas pengembangan program, indikator keberhasilan dan langkah-langkah mencapai keberhasilan program, pengalokasian dan waktu dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Jika perencanaan disusun dengan jelas dan bersifat terbuka serta rasional maka tujuan dapat mudah dicapai.

(67)

pendidik. Tanpa fasilitas pendidikan dalam pembelajaran maka anak akan memperoleh pengetahuan abstrak. Alat pendidikan dapat dibedakan menjadi alat pendidikan dalam arti sarana dan prasarana, dan dapat berarti metode pembelajaran (Supiana, 2008: 317).

Faktor pendukung dalam implementasi dan pengelolaan manajemen sekolah berbasis pesantren dalam lembaga pendidikan Islam yang solid diantaranya adalah; (1) Lembaga pendidikan memiliki otonomi terhadap empat hal yang dimilikinya yaitu, kekuasaan dan wewenang, pengembangan pengetahuan yang kesinambungan, akses informasi kesegala pemberian dan pemberian penghargaan kepada setiap orang yang berhasil. (2) Adanya peran serta masyarakat secara aktif dalam hal pengambilan keputusan terhadap kurikulum dan instruksional serta non-instruksional. (3) Adanya kepemimpinan pengelolaan lembaga pendidikan Islam yang mampu menggerakkan dan mendayagunakan setiap sumberdaya sekolah secara efektif. (4) Adaya proses pengambilan keputusan yang demokratis serta keterlibatan secara aktif dari komite sekolah atau madrasah lembaga pendidikan Islam sejenis. (5) semua pihak harus memahami peran dan tanggung jawabnya secara sungguh-sungguh. (6) Adanya guidelines dari Departemen/ Lembaga terkait sehingga mampu mendorong proses pendidikan disekolah secara efisien dan efektif.

Guidelines disini jangan sampai berupa peraturan-peraturan yang mengekang dan membelenggu lembaga pendidikan Islam (Baharuddin, 2011:101).

(68)

keterlibatan dari pihak pengelolaan lembaga pendidikan Islam. (2) Pola hubungan interaksionalantar lembaga pendidikan agama Islam hanya terbatas pada hubungan idiologis teologis, hubungan organisasional dan hubungan kultural keagamaan saja. Tidak ditemukan hubungan kerja secara profesional antara kedua lembaga. Sehingga kelihatan sekali adanya ―jarak komunikasi‖

baik secara struktural maupun kultural. (3) Lembaga pendidikan Islam memiliki problem yang cukup signifikan dalam pengelolaan pendidikan. Inio terlihat dari ketidak mampuan lembaga pendidikan Islam dalam memiliki hak dan kewenangan untuk mengelola pendidikan karena lembaga tersebut sudah merupakan ―hak tokoh agama tertentu‖. Karena satuan pendidikan Islam juga

tidak bisa menentukan arah pengembangan lembaga karena sudah menjadi hak otoritatif tokoh agama tertentu atau pendirinya (Baharuddin, 2011:93).

Gambar

Tabel 3.1 Prestasi Akademik dan Nonakademik
Tabel 3.4 Keadaan Barang
Tabel 3.6 Labolaturium
Tabel 3.10
+2

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mereduksi waste unnecessary motion tersebut, rekomendasi perbaikan yang mungkin dapat diterapkan oleh perusahaan adalah memberikan tambahan fasilitas kerja

Dalam pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan Prinsip

Penelitian [4] melakukan deteksi wajah dan mata menggunakan Haarcascade Classifier [5][6][7], area hasil deteksi mata dijadikan Region of Interest (ROI) deteksi kedip yang

Hasil analisi multivariat ini menunjukan bahwa frekuensi pemberian ASI merupakan faktor paling dominan dan mempunyai hubungan signifikan dengan nilai p=0,001 OR=6,06 CI=2,14-17,21

Menurut Sugiyono (2012, hlm. 13) objek penelitian adalah sasaran ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu tentang sesuatu hal objektif, valid, dan

Dari hasil pengolahan data yang telah dilakukan, maka dapat diambil kesimpulan hipotesis penelitian diterima dengan penjelasan terdapat perbedaan persepsi

Hasil studi awal yang telah dilakukan di Rumah Sakit Umum Natama Kota Tebing Tinggi ditemukan beberapa masalah yang sering muncul di rumah sakit tersebut yaitu kurangnya