• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Muhamad Panji Kurniawan BAB II

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori - Muhamad Panji Kurniawan BAB II"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori

Penelitian ini mengenai “analisis pengaruh rasio profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas dan solvabilitas terhadap penerimaan opini audit going concern pada perusahaan tekstil dan garmen yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2013 yang membutuhkan kajian teori sebagai berikut :

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

(2)

informasi dibandingkan dengan prinsipal. Hal ini yang mendorong agen cenderung melakukan manipulasi laporan keuangan, dikarenakan agen takut mengungkapkan informasi yang tidak sesuai dengan harapan prinsipal ( Irfana dan Muid,2012). Oleh karena itu dibutuhkan pihak ketiga independen yang berperan sebagai mediator antara prinsipal dan agen.

Teori keagenan menjelaskan mengenai hubungan agensi dengan menggunakan metamorfosa dari sebuah kontrak (Ikhsan dan Suprasto 2008). Dalam kontrak, manager berperan sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Auditor berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agen) apakah sudah bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal. Auditor bertanggung jawab atas pernyataan pendapat atas laporan keuangan berdasarkan audit yang telah dilaksanakan (Mulyadi, 2011). Tugas auditor adalah memberikan opini atas kewajaran laporan keuangan perusahaan dan mempertimbangkan kelangsungan hidup suatu perusahaan (Praptitorini dan Januarti , 2011).

2.1.2 Opini Audit

(3)

oleh auditor melalui beberapa tahap sehingga memberikan kesimpulan atas opininya melalui laporan keuangan yang telah diaudit.

Lima macam opini yang dikeluarkan auditor ( Mulyadi, 2011):

1. Pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion report)

Dalam pendapat wajar tanpa pengecualian, auditor menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara wajar dalam semua hal yang material sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia. Laporan audit yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian adalah laporan audit yang paling dibutuhkan semua pihak, baik oleh klien, pemakai informasi keuangan, maupun oleh auditor. Laporan keuangan dianggap menyajikan secara wajar posisi keuangan dan hasil usaha suatu organisasi, sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan, jika memenuhi kondisi berikut :

a) Standar Akuntansi Keuangan digunakan sebagai pedoman untuk menyusun laporan keuangan.

b) Perubahan Standar Akuntansi Keuangan dari periode ke periode telah cukup dijelaskan.

(4)

2. Pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan

(unqualilified opinion report with explantory language)

Saat keadaan tertentu, auditor menambahkan suatu paragraf penjelas ( atau bahasa penjelas yang lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian atas laporan keuangan yang diaudit. Paragraf penjelas dicantumkan setelah paragraf pendapat. Keadaan yang menjadi penyebab utama ditambhakannya suatu paragraf penjelas/modifikasi kata-kata dalam laporan audit buku adalah :

a) Ketidak konsistenan Prinsip Akuntansi Berterima Umum. b) Keraguan besar tentang kelangsungan hidup entitas.

c) Auditor setuju dengan suatu penyimpangan dari prinsip akuntansi yang dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan.

d) Penekanan atas suatu hal.

3. Pendapat wajar dengan pengecualian ( qualified opinion report)

a) Lingkup audit yang dibatasi oleh klien.

b) Auditor tidak dapat melaksanakan prosedur audit penting/tidak dapat memperoleh informasi penting yang berbeda diluar kekuasaan klien maupun auditor.

(5)

d) Standar Akuntansi Keuangan yang digunakan dalam penyusunan laporan keuangan tidak diterapkan secara konsisten.

4. Pendapat tidak wajar (adverse opinion report)

Pendapat tidak wajar diberikan oleh auditor apabila laporan keuangan auditee tidak menyajikan secara wajar laporan keuangan sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum.

5. Tidak menyatakan pendapat (disclamer of opinion report) Apabila auditor tidak memberikan pendapat atas laporan keuangan auditan, maka laporan audit ini disebut laporan tanpa pendapat (adverse opinion). Kondisi yang menyebabkan audit tidak memberikan pendapat adalah :

a) Pembatasan yang luar biasa sifatnya terhadap lingkup audit.

b) Auditor tidak independen dalam hubunganya dengan kliennya.

(6)

Dalam laporan audit, auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan auditan. Pendapat auditor disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa laporan audit baku, yang terdiri dari 3 paragraf yaitu paragraf pengantar, paragraf lingkup, paragraf pendapat (Mulyadi, 2011).

2.1.3 Going Concern.

Going concern adalah kelangsungan hidup suatu entitas. Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang atau tidak akan dilikuidasi dalam jangka pendek. Suatu entitas dianggap going concern apabila perusahaan dapat melanjutkan operasinya dan memenuhi kewajibannya. Apabila perusahaan dapat melanjutkan usahanya dan memenuhi kewajibannya dengan menjual aset dalam jumlah yang besar, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar, merestukturisasi hutang, atau dengan kegiatan serupa yang lain. Hal yang demikan akan menimbulkan keraguan besar terhadap going concern perusahaan, Surbakti (2011) dalam (Irfana dan Muid, 2012).

2.1.4 Opini Audit Going Concern

(7)

Tidak adanya prosedur penetapan status going concern yang terstruktur menyebabkan terjadinya kegagalan audit. Hampir tidak ada panduan yang jelas atau penelitian yang sudah ada yang dapat dijadikan acuan pemilihan tipe opini going concern yang harus dipilih, karena pemberian status going concern bukanlah suatu tugas yang mudah (Irfana dan Muid, 2012).

2.1.5 Profitabilitas

(8)

2.1.6 Ukuran Perusahaan

Ukuran perusahaan merupakan besar atau luasnya suatu perusahaan dan merupakan suatu indikator yang dapat menunjukkan kondisi atau karakteristik suatu perusahaan. Ukuran perusahaan dapat digolongkan menjadi dua bagian yaitu besar atau kecil perusahaan tersebut. Keown dkk (2002) mengatakan bahwa perusahaan besar lebih banyak menawarkan free audit tinggi daripada yang ditawarkan oleh perusahaan kecil. Dalam kaitannya mengenai kehilangan fee audit yang signifikan tersebut, sehingga auditor mungkin ragu untuk mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan besar. Mutchler (1985) menyatakan bahwa auditor lebih sering mengeluarkan opini audit going concern pada perusahaan kecil, karena auditor mempercayai bahwa perusahaan besar dapat menyelesaikan kesulitan-kesulitan keuangan yang dihadapinya daripada perusahaan kecil (Warnida : 2011).

2.1.7 Likuiditas

(9)

a. Modal Kerja

Modal kerja merupakan selisih antara total aktiva dan utang lancar. Jumlah modal kerja yang dimiliki oleh perusahaan ini menjadi perhatian para kreditor jangka pendek, karena angka ini menunjukan jumlah aktiva yang dibelanjai dari sumber dana jangka panjang, yang tidak memerlukan pembayaran kembali dalam jangka pendek. Makin besar angka modal kerja, makin bersar pula tingkat proteksi kreditor jangka pendek, dan makin besar kepastian bahwa utang jangka pendek akan dilunasi tepat waktu ( Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002).

b. Current Ratio

Current Ratio adalah elemen-elemen yang digunakan dalam perhitungan modal kerja dapat dinyatakan dalam rasio, yang membandingkan antara total aktiva lancar dan hutang lancar ( Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002).

Aktiva lancar menggambarkan alat bayar dan asumsikan semua aktiva lancar benar-benar bisa digunakan untuk membayar. Sedangkan utang lancar menggambarkan yang harus dibayar dan diasumsikan semua hutang lancar benar-benar harus dibayar ( Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002).

c. Acid-Test Ratio

(10)

aktiva lancar yang likuid saja yang akan dibagi dengan utang lancer (Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002).

Quick Ratio dirancang untuk mengukur seberapa baik perusahaan dapat memenuhi kewajibannya, tanpa harus melikuiditasi atau terlalu bergantung pada persediaannya

( Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002).

d. Perputaran Piutang (Account Receivable Turnover)

Rasio perputaran piutang ini biasanya digunakan dalam hubungannya dengan analisis terhadap modal kerja, karena memberikan ukuran kasar tentang seberapa cepat piutang perusahaan berputar menjadi kas ( Prastowo Dwi, Juliaty Rifka : 2002).

2.1.8 Solvabilitas

Solvabilitas merupakan Kewajiban perusahaan untuk memenuhi seluruh kewajibannya jika dilikuidasi di ukur dengan Debt to Equity Ratio merupakan perbandingan antara Total Hutang dengan total Ekuitas .

a. Debt to Equity Ratio

(11)

Keseimbangan proporsi antara aktiva yang didanai oleh kreditor dan yang didanai oleh pemilik perusahaan diukur dengan ratio debt to equity.

Dengan demikian, debt to equity ini juga dapat memberikan gambaran mengenai struktur modal yang dimiliki oelh perusahaan, sehingga dapat dillihat tingkat resiko tek tertagihnya suatu utang. b. Time Interest Earned

Time Interest earned adalah untuk mengukur kemampuan operasi perusahan dalam memberikan proteksi kepada kreditor jangka penjang, khusunya dalam membayar bunga, digunakan time interest earned.

2.2 Kerangka Pemikiran

(12)

dianggap penting dalam penelitian ini adalah untuk menguji pengaruh Rasio Profitabilitas, ukuran perusahaan, likuiditas dan solvabilitas terhadap opini audit going concern.

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

H1 (-) H2 (-) H3 (-) H4 (+)

2.3 Perumusan Hipotesis

2.3.1 Pengaruh Rasio Profitabilitas terhadap opini audit going concern Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba terkait dengan penjualan, total aktiva, maupun modal sendiri (Sartono, 1998 dalam Noverio, 2011). Rasio profitabilitas mengukur efektivitas manajemen berdasarkan hasil pengembalian yang dihasilkan dari penjualan dan investasi. Dalam penelitian ini rasio profitabilitas yang digunakan adalah Return on Asset (ROA). ROA menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aset yang dimanfaatkan. Semakin tinggi nilai ROA maka semakin efektif pengelolaan aset dalam menghasilkan laba operasi perusahaan. Tujuan

Profitabilitas

Ukuran Perusahaan

Penerimaan Opini Audit

Going Concern Likuiditas

(13)

dari analisis profitabilitas adalah untuk mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai perusahaan yang bersangkutan. Semakin tinggi rasio profitabilitas suatu perusahaan maka semakin baik kinerja perusahaan dalam mengelola aset-aset yang dimilikinya untuk menghasilkan profit. Menurut Rahayu (2007) yang menyatakan rasio profitabilitas tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern sejalan dengan penelitian juandini (2010) serta Kristiana (2012) yang menyatakan rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern.

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut

H1: Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

(14)

concern. Mutchler et al. (1985) dalam Santosa sejalan dengan penelitian Aiisiah (2012) serta Arsianto (2013) yang menyatakan bahwa ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap penerimaan opini audit going concern. Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

H2: Ukuran perusahaan berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

(15)

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

H3: Likuiditas berpengaruh negatif terhadap opini audit going concern.

2.3.4 Pengaruh Rasio Solvabilitas terhadap opini audit going concern Menurut Wibisono (2013), mengatakan bahwa rasio solvabilitas (leverage) tidak berpengaruh terhadap penerimaan opini audit going concern. Menurut Warnida (2011), mengatakan bahwa rasio solvabilitas berpengaruh signifikan terhadap penerimaan opini audit going concern. Menurut Yulius (2009), mengatakan bahwa rasio solvabilitas yang dihitung dari debt to ratio tidak mempengaruhi auditor untuk memberikan opini audit going concern. Menurut Hans Juniarto Kuswardi (2012), menyatakan bahwa rasio solvabilitas perusahaan memiliki arah positif dan berpengaruh signifikan terhadap opini audit going concern..

Berdasarkan penjelasan tersebut, maka dapat disusun hipotesis sebagai berikut:

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Melalui kegiatan mengamati garis pada kertas tisu yang dicelupkan ke dalam air (garis dibuat dengan spidol), peserta didik dapat menyajikan hasil

Catatan : Agar membawa dokumen penawaran asli sesuai yang di-upload lewat aplikasi SPSE.. Demikian undangan dari kami dan atas perhatiannya disampaikan

[r]

Paket pengadaan ini terbuka untuk penyedia jasa yang memenuhi persyaratan dengan terlebih dahulu melakukan registrasi pada Layanan Pengadaan Secara Elektronik (LPSE)

[r]

Referensi Personil Inti dari Pengguna jasa (Pelaksana, Pembantu pelaksana, Estimator, Teknisi beton, Petugas K-3, Logistik serta Administrasi dan Keuangan). 10

Terlampir kami informasjkan Daftar Calon Peserta (l-nng List) Sertifikasi bagi Guru RA/Madrasah dalam Jabatan. Daftar ini memuat guru RA/madrasah calon peserta