1 BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Menurut Recovery (2008), krisis tahun 2008 berawal dari permasalahan pembayaran kredit perumahan (subprime mortgagedefault) diAmerika Serikat (AS), Kondisi ini dikarenakan oleh keinginan untuk memelihara permintaan properti perumahan agar tetap tinggi. Bank-bank di Amerika Serikat banyak mengucurkan kredit perumahan terutama bagi kalangan berpenghasilan rendah yang tidak memiliki kapasitas keuangan memadai. Situasi tersebut memicu terjadinya kredit macet di sektor properti (subprime mortgage), karena banyak kredit tak terbayar dalam jumlah besar dan merata. Akibatnya bank-bank kesulitan untuk membayar dan investor dengan cepat menarik dananya dari produk-produk perbankan disaat harga masih tinggi sehingga hal ini memacetkan perputaran uang di pasar hipotik dan kemudian merusak sistem perbankan yang dampaknya meluas hingga ke Eropa kemudian ke Asia karena struktur pasar uang yang produknya saling terkait satu sama lain menjadi terganggu yang pada akhirnya berpengaruh pada kinerja yang dihasilkan. Kinerja merupakan cerminan hasil dari suatu organisasi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Pengetahuan mengenai kondisi yang terjadi sekarang adalah dasar perusahaan untuk melakukan perbaikan dan melakukan langkah-langkah yang akan diambil pada tahap berikutnya (Dewi, 2014).
2
Namun indikator keberhasilan operasional suatu perusahaan kebanyakan lebih menitikberatkan pada pencapaian tujuan finansial. Dalam kenyataannya kinerja finansial hanya merupakansalah satu dari keseluruhan rangkaian proses yangsemestinya dilaksanakan dalam suatu perusahaan,seperti tenaga kerja, organisasi, pemasaran dansebagainya. Karena itu merujuk pada perkembangandunia bisnis yang semakin kompleks dan kompetitifsaat ini, indikator kinerja keuangan atau finansialbukanlah satu-satunya faktor penentu keberhasilansuatu perusahaan. Kinerja finansial hanya akan baikjika didukung oleh aspek-aspek non finansial terkaityang mendorong meningkatnya kinerja finansial (Gunawan, 2009). Diperlukan suatu konsep penilaian kinerja yang tidak hanya dilihat dari sisi keuangan namun juga dilihat dari sisi nonkeuangan, untuk itu diperlukan suatu perancangan strategi. Untuk membuat sebuah perancangan strategi yang baik, diperlukan alat manajemen strategi yang mampu secara komprehensif melihat perspektif yang ada dalam suatu perusahaan.
Menurut Campbell (2005), Balanced Scorecard (BSC) sebagai suatu sistem pengukuran kinerja yang dapat digunakan sebagai alat pengendali, analisa dan merevisi strategi organisasi. Balanced Scorecard memberikan rangka komprehensif untuk menjabarkan misi ke dalam sasaran-sasaran strategik, yang terdiri atas empat perspektif yaitu perspektif keuangan, perspekti pelanggan, perspektif proses bisnis internal, dan perspektif pertumbuhan dan pembelajaran. Dengan keempat perspektif ini diharapkan memberikan ukuran yang dapat dijadikansebagai dasar dalam perbaikan strategis, sehingga pada akhirnya meningkatkan nilai perusahaan.
3
Sama halnya dengan perusahaan, Lembaga Perkreditan Desa (LPD) memiliki tujuan berupa peningkatan nilai perusahaannya yang tercermin dari laba yang dihasilkan. Di Kota Denpasar terdapat 35 LPD yang tersebar diseluruh desa pakraman dan perkembangannya dalam tiga belas tahun terakhir menunjukkan trend positif yang terlihat dari peningkatan jumlah aset, kredit yang dsalurkanmaupun laba yang diperoleh. Hasil usaha LPD tersebut telah di kontribusikan sesuai dengan fungsiLPD untuk membangun Desa pakraman yaitu melalui kontribusi bagian laba LPD sebesar 20% untukpembangunan Desa Pakraman sedangkan 60% untuk modal LPD, 5% untuk dana sosial, 5% untuk dana pembinaan, pengawasan dan perlindungan serta 10% untuk jasa produksi. Laba yang diperoleh oleh LPD tersebut berasal dari sejumlah dana yang mampu dihimpun oleh LPD. Menurut Setyawan dan Putri (2013), Jumlah dana yang dihimpun oleh LPD tersebut memerlukan suatu sistem yang mampu memberikan perlindungan dan rasa aman kepada masyarakat.
Sebagai lembaga keuangan milik desa yang dikelola terpisah dengan krama desa selaku pemilik memungkinkan timbulnya suatu masalah dalam kegiatan operasional LPD. Seperti kasus korupsi yang melibatkan ketua LPD di Desa Belaluan Gianyar yang melakukan rekayasa pada laporan hutang nasabah dan mengajukan kredit ke LPD menggunakan nama fiktif (Darmendra, 2015).Contoh tersebut dikarenakan adanya perbedaan kepentingan antara prinsipal (krama desa) dengan agen (kepala LPD) yang disebut dengan konflik keagenan. Pihak prinsipal (krama desa) tidak memiliki cukup informasi mengenai kinerja agen (ketua LPD), sedangkan sebaliknya agen (kepala LPD) memiliki informasi yang cukup mengenai lingkungan
4
kerja dan perusahaan secara menyeluruh. Hal ini menyebabkan adanya ketidakseimbangan informasi yang disebut dengan asimetri informasi (Rahmawati,dkk.2006).
Sehingga diperlukan suatu sistem yang mampu mengontrol atau mengawasi tindakan yang dilakukan oleh kepala LPD. Menurut Veronica (2004) mengungkapkan bahwa penerapan good corporate governance adalah salah satu cara untuk mengendalikan tindakan yang dilakukan manajemen, agar dapat menghasilkan kinerja yang lebih baik. Good Corporate Governance berfungsi untuk menumbuhkan kepercayaan nasabah terhadap LPD itu sendiri. Penerapan Good Corporate
Governance akan mencegah kesalahan dalam pengambilan keputusan dan perbuatan
menguntungkan diri sendiri (sikap Oportunistik) sehingga secara otomatis akan meningkatkan nilai LPD yang tercermin pada kinerja yang dihasilkan (Setyawan dan Putri, 2013).
Good corporate governance memberikan arahan yang jelas bagi LPD untuk
pengambilan keputusan secara bertanggung jawab dan memungkinkan pengelolaan LPD secara lebih amanah, sehingga dapat meningkatkan nilai LPD (Dewi dan Putri, 2014). Menurut Setyawan dan Putri (2013), good corporate governance merupakan faktor penting dalam menentukan nilai perusahaan dan berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan seperti LPD. Penerapan good corporate governance dalam meningkatkan kinerja LPD akan semakin baik dengan adanya suatu komitmen organisasi. Menurut Robbins dan Judge (2007) dalam Kurniawan (2011) mendefinisikan komitmen sebagai suatu keadaan dimana seorang individu memihak
5
organisasi serta tujuan-tujuan dan keinginannya untuk mempertahankan keangotaannya dalam organisasi. Komitmen organisasi yang kuat dalam individu akan menyebabkan individu berusaha untuk mencapai tujuan-tujuan dalam organisasi (Wiratno,dkk. 2013). Keberhasilan penerapan good governance diduga tidak dapat tercapai tanpa dukungan komitmen dalam berorganisasi. Karena implementasi good
corporate governance memerlukan komitmen organisasional dari seluruh jajaran agar
menghasilkan kinerja Sehingga dengan adanya komitmen organisasi dalam pengelolahaan LPD maka penerapan good corporate governance akan mampu meningkatkan kinerja yang dihasilkan (Ristanti,dkk.2014).
Hasil penelitian sebelumnya menunjukan kesimpulan yang tidak konsisten mengenai pengaruh good corporate governce terhadap kinerja. Penelitian yang dilakukan Setyawan dan Putri (2013), Sandraningsih dan Putri (2015), Dewi dan Putri (2014) menyatakan jika penerapan good corporate governance berpengaruh positif terhadap kinerja LPD. Namun penelitian yang dilakukan oleh Trisnaningsih (2007) dan Hidayah (2008) menyatakan jika good corporate governance tidak berpengaruh pada kinerja. Ketidakkonsistenan penelitian mengenai pengaruh good
corporate governance terhadap kinerja perusahaan, mendorong peneliti untuk
meneliti kembali mengenai pengaruh good corporate governance terhadap kinerja. Dengan memasukkan pemoderasi berupa komitmen organisasi. Pemilihan komitmen organisasi karena tanpa adanya dukungannya komitmen organisasional penerapan
6 1.2 Rumusan Masalah Penelitian
Berdasarkan uraian latar belakang diatas, maka rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian ini adalah.
1) Apakah good corporate governance berpengaruh terhadap kinerja Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar?
2) Apakah komitmen organisasi memoderasi pengaruh good corporate
governance terhadap kinerja Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah. 1) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh good corporate
governance terhadap kinerja Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar.
2) Untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh good corporate
governance terhadap kinerja Lembaga Perkreditan Desa di Kota Denpasar
yang dimoderasi oleh komitmen organisasi.
1.4 Kegunaan penelitian
Melalui penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1) Kegunaan teoritis
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi referensi dan sumbangan konseptual bagi penelitian yang sejenis maupun civitas akademika lainnya yang terkait dengan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Lembaga Perkreditan Desa
7
(LPD) dalam pengembangan ilmu pengetahuan untuk kemajuan dunia pendidikan.
2) Kegunaan praktis
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan kontribusi positif, masukan dan bahan pertimbangan kepada LPD mengenai faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja Lembaga Perkreditan Desa (LPD).
1.5 Sistematika penulisan
Skripsi ini dibagi menjadi lima bab dimana antara bab satu dengan bab yang lainnya mempunyai hubungan yang saling berkaitan. Uraian masing-masing bab adalah sebagai berikut:
Bab I Pendahuluan
Bab ini menguraikan mengenai latar belakang masalah, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, kegunaan penelitian dan sistematika penulisan.
Bab II Kajian Pustaka dan Hipotesis Penelitian
Bab ini menguraikan berbagai landasan teori yang ada hubungannya dengan pokok permasalahan yaitu mengenai good corporate
governance, komitmen organisasi dan kinerja Lembaga Perkreditan
8 Bab III Metode Penelitian
Bab ini memaparkan mengenai desain penelitian, lokasi penelitian, objek penelitian, identifikasi variabel, definisi operasional variabel, jenis dan sumber data, populasi, sampel dan metode penentuan sampel, metode pengumpulan data, pengujian instrumen penelitian, uji asumsi klasik, teknik analisis data dan pengujian hipotesis.
Bab IV Pembahasan Hasil Penelitian
Bab ini memaparkan mengenai gambaran umum Lembaga Perkreditan Desa (LPD) di Kota Denpasar, karakteristik responden dan deskripsi dari masing-masing variabel yang diteliti.
Bab V Simpulan dan Saran
Bab ini memaparkan tentang simpulan dari uraian pembahasan yang telah dibuat pada bab sebelumnya, selanjutnya akan dikemukakan saran-saran yang nantinya diharapkan dapat berguna bagi pihak Lembaga Perkreditan Desa dan penelitian selanjutnya, serta saran untuk memperbaiki keterbatasan yang ada pada penelitian.