• Tidak ada hasil yang ditemukan

STRATEGI PENGEMBANGAN KAKAO RAKYAT DI SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "STRATEGI PENGEMBANGAN KAKAO RAKYAT DI SUMATERA UTARA"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN KAKAO RAKYAT

DI SUMATERA UTARA

Mhd. Asaad

Jurusan Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian

Universitas Islam Sumatera Utara (UISU)

Jln. S.M Raja Teladan Medan – Sumatera Utara

ABSTRAK

Kajian ini bertujuan untuk menganalisis kebijakan pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara. Data yang digunakan adalah data sekunder. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan berbagai sumber kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis SWOT Berdasarkan identifikasi dan analisis faktor ekternal (peluang dan ancaman) dan faktor internal (kekuatan dan kelemahan), diperoleh kebijakan pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara.. Terdapat lima strategi yang menjadi prioritas kebijakan pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara yaitu: Meningkatkan produktivitas kakao rakyat pada seluruh daerah yang berpotensi dengan menggunakan teknologi pengendalian hama PBK, dan teknologi budidaya yang benar; (i) Mengembangkan kebun kakao rakyat dengan penyediaan bibit unggul dan penyuluhan dengan menggunakan teknologi pengendalian PBK, teknologi budidaya, bantuan permodalan, industri pengolahan dan pengembangan sistem pemasaran hasil; (ii) Meningkatkan produktivitas kakao rakyat pada seluruh daerah yang berpotensi dengan pemberdayaan kelompoktani dan meningkatkan penyuluhan; (iii) Mengembangkan kebun kakao rakyat meningkatkan status kepemilikan lahan, pemeliharaan TBM dan TM; (iv) Meningkatkan mutu kakao rakyat, dengan meningkatkan kemampuan petani menyerap skim bantuan modal, dan pengembangan industri pengolahan; (v) dan Meningkatkan mutu kakao rakyat untuk meminimalkan fluktuasi harga harga kakao dengan pengembangan sistem pemasaran hasil.

Kata-Kata Kunci :

Strategi, Pengembangan dan Kakao

PENDAHULUAN

Perkebunan mempunyai peranan yang penting dan strategis dalam pembangunan nasional, terutama dalam meningkatkan kemakmuran dan kesejahteraan rakyat, penerimaan devisa negara, penyediaan lapangan kerja, perolehan nilai tambah dan daya saing, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan baku industri dalam negeri serta optimalisasi pengelolaan sumber daya alam secara berkelanjutan. Sub sektor perkebunan (Sistem dan Usaha Agribisnis Perkebunan) merupakan sub sektor utama dan sekaligus lokomotif ekonomi dalam pembangunan perkebunan Sumatera Utara. Sebagai sub sektor utama sub sektor perkebunan merupakan sub sektor penyumbang pendapatan terbesar dalam penyerapan tenaga kerja, kesempatan berusaha, pencipta pendapatan dan

penyumbang devisa (ekspor) Sumatera Utara (Dinas Perkebunan Sumatera Utara, 2008). Kakao merupakan salah satu komoditas andalan perkebunan yang peranannya cukup penting bagi perekonomian nasional, khususnya sebagai penyedia lapangan kerja, sumber pendapatan dan devisa negara. Kakao juga berperan dalam mendorong pengembangan wilayah dan pengembangan agroindustri, (Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian RI). Menurut (Suryani dan Zulfebriansyah), luas areal perkebunan kakao Indonesia pada 2006 mencapai 1,19 juta hektar 92,8% diantaranya berupa perkebunan rakyat dengan rata-rata pertumbuhan lahan 7,4% per tahun dalam 4 tahun terakhir. Dari 1,19 juta luas lahan tersebut hanya 70% saja yang menghasilkan. Rendahnya luas tanaman yang menghasilkan (TM) disebabkan oleh banyaknya tanaman

(2)

kakao berusia diatas 25 tahun yang sangat tidak produktif. Namun demikian, pertumbuhan rata-rata luas tanaman yang menghasilkan (TM) selama 4 tahun terakhir lebih tinggi dari pertumbuhan luas lahan, yakni mencapai 8,6% per tahun. Prosentase tertinggi TM terhadap luas lahan dicapai oleh kebun negara yang mencapai 89,4%, sebaliknya kebun swasta dan kebun rakyat relatif rendah.

Pada tahun 2008 di Sumatera Utara terdapat berbagai komoditi hasil-hasil perkebunan, seperti: karet, sawit, kopi nilam, jahe, kemiri, aren, pinang, coklat, kelapa, panili, kemenyan, kulit manis, dan cengkeh yang memberi peluang untuk mendirikan industri pengolahan hasil perkebunan. Luas areal perkebunan adalah 1.913.055,58 Ha atau 22,73% dari Luas Sumatera Utara, dengan produksi sebesar 4.004.060 ton untuk 24 komoditi diantaranya sawit, karet, kopi, teh, kakao dan kelapa, nilam, kemenyan, tebu, gambir jaran dan lain-lain.

Kajian ini didasarkan kepada besarnya peranan kakao rakyat dalam penyediaan lapangan kerja, kontribusi produksi kakao di daerah ini. Dari total luas lahan 85.220,81 Ha, seluas 58.433,95 Ha atau 68,6% adalah kakao yang diusahakan masyarakat. Demikian pula dari total produksi kakao Sumatera Utara pada tahun 2008, sebesar 93.304,17 ton, gimana sebesar 66.824.50 ton diproduksi dari kakao rakyat. Kakao Indonesia tidak kalah dengan kakao dunia dimana bila dilakukan fermentasi dengan baik dapat mencapai cita rasa setara dengan kakao yang berasal dari Ghana dan kakao Indonesia mempunyai kelebihan yaitu tidak mudah meleleh sehingga cocok bila dipakai untuk blending. Sejalan dengan keunggulan tersebut, peluang pasar kakao Indonesia cukup terbuka baik ekspor maupun kebutuhan dalam negeri. Dengan kata lain, potensi untuk menggunakan industri kakao sebagai salah satu pendorong pertumbuhan dan distribusi pendapatan cukup terbuka. Agribisnis kakao Indonesia masih menghadapi berbagai masalah kompleks antara lain produktivitas kebun masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk masih rendah serta masih belum optimalnya pengembangan produk hilir kakao. Hal ini menjadi suatu tantangan sekaligus peluang bagi para investor untuk

mengembangkan usaha dan meraih nilai tambah yang lebih besar dari agribisnis kakao. Banyaknya masalah yang dihadapi dalam budidaya kakao di Sumatera Utara, seperti produktivitas kebun masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk masih rendah akan menimbulkan masalah dalam pengembangan kakao rakyatrakyat pada masa yang akan datang di daerah ini. Oleh karenanya informasi yang komprehensif keadaan budidaya kakao masyarakat harus diketauhi, sehingga dapat direncanakan pengembangan budidaya kakao pada masa yang akan datang secara efektif dan efisien. Semakin besarnya konsumsi kakao baik dalam negeri maupun luar negeri, semakin besarnya peluang berusaha kakao baik dari segi ketersediaan lahan yang sesuai maupun ketersediaan modal perbankan akan menunjang pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara.

Peningkatkan produksi kakao rakyat di Sumatera Utara harus tetap dilakukan agar pendapatan dan kesejahteraan petani kakao di daerah ini dan peningkatan devisa negara dapat terus ditingkatkan. Tulisan ini bertujuan mengidentifikasi potensi, peluang dan kendala peningkatan produksi kakao rakyat. Secara spesifik, tulisan ini mencoba merancang alternatif strategi pengembangan produksi kakao rakyat di Sumatera Utara, dalam upaya peningkatan pendapatan petani dan devisa negara khususnya melalui ekspor.

Masih banyaknyanya masalah yang dihadapi dalam budidaya kakao di Sumatera Utara, seperti produktivitas kebun masih rendah akibat serangan hama penggerek buah kakao (PBK), mutu produk masih rendah akan menimbulkan masalah dalam pengembangan kakao rakyat pada masa yang akan datang di daerah ini. Oleh karenanya informasi yang komprehensif keadaan budidaya kakao masyarakat harus diketauhi, sehingga dapat direncanakan pengembangan budidaya kakao pada masa yang akan datang secara efektif dan efisien.

Semakin besarnya konsumsi kakao baik dalam negeri maupun luar negeri, semakin besarnya peluang berusaha kako baik dari segi ketersediaan lahan yang sesuai maupun ketersediaan modal perbankan akan menunjang penyusunan rencana pengembangan kakao di Sumatera Utara.

(3)

Namun untuk menyusun suatu rencana yang baik maka permasalahan tentang pemasaran, ketersediaan sarana produksi dan dukungan lembaga seperti perbankan dan kebijakan pemerintah perlu diketahui dan dianalis untuk dapat menunjang pengembangan kakao di daerah ini.

Luas areal perkebunan kakao di Provinsi Sumatera Utara yang diusahakan oleh rakyat pada tahun 58.433,95 ha tersebar di 21 kabupaten dengan total produksi sebesar 66.824,5 ton biji kering dengan produktivitas 1.697,14 kg/ha/tahun. Perkebunan kakao rakyat ini diusahakan sebanyak 77.311 KK. Beberapa kabupaten yang menjadi sentra produksi kakao rakyat di daerah ini: (i) Kabupaten Deli Serdang; (ii) Kabupaten Nias; (iii) Kabupaten Simalungun; (iii) Kabupaten Tapanuli Selatan dan (iv) Kabupaten Asahan.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan data sekunder. Data sekunder diperoleh dari instansi terkait dan berbagai sumber kepustakaan yang relevan dengan penelitian ini. Data yang diperoleh untuk perumusan strategi adalah data kualitatif dan kuantitatif yang kemudian diolah dan dianalisis dengan menggunakan metode analisis SWOT. (David, 2005; Rangkuti 2004; Hunger, JD dan Whealen, T.L., 2003).

TINJAUAN PUSTAKA

Dengan kondisi harga kakao dunia yang relatif stabil dan cukup tinggi maka perluasan areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan akan terus berlanjut dan hal ini perlu mendapat dukungan agar kebun yang berhasil dibangun dapat memberikan produktivitas yang tinggi. Melalui berbagai upaya perbaikan dan perluasan maka areal perkebunan kakao Indonesia pada tahun 2010 diperkirakan mencapai 1,1 juta ha dan diharapkan mampu menghasilkan produksi 730 ribu ton/tahun biji kakao. Pada tahun 2025, sasaran untuk menjadi produsen utama kakao dunia bisa menjadi kenyataan karena pada tahun tersebut total areal perkebunan kakao Indonesia diperkirakan mencapai 1,35 juta ha dan mampu menghasilkan 1,3 juta ton/tahun biji kakao.

Selanjutnya menurut Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian RI untuk mencapai sasaran produksi tersebut diperlukan investasi sebesar Rp 16,72 triliun dan dukungan berbagai kebijakan untuk menciptakan iklim usaha yang kondusif. Dana investasi tersebut sebagian besar bersumber dari masyarakat karena pengembangan kakao selama ini umumnya dilakukan secara swadaya oleh petani. Dana pemerintah diharapkan dapat berperan dalam memberikan pelayanan yang baik dan dukungan fasilitas yang tidak bisa ditanggulangi petani seperti biaya penyuluhan dan bimbingan, pembangunan sarana dan prasaran jalan dan telekomunikasi, dukungan gerakan pengendalian hama PBK secara nasional, dukungan untuk kegiatan penelitian dan pengembangan industri hilir.

Beberapa kebijakan pemerintah yang sangat dibutuhkan dalam pengembangan agribisnis kakao 5 sampai 20 tahun ke depan antara lain: Penghapusan PPN dan berbagai pungutan, aktif mengatasi hambatan ekspor dan melakukan lobi untuk menghapuskan potangan harga, mendukung upaya pengendalian hama PBK dan perbaikan mutu produksi serta menyediakan fasilitas pendukungnya secara memadai.

Penetapan strategi, tujuan dan sasaran pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara, harus ditinjau dari Faktor-faktor Kunci Keberhasilan atau FKK. FKK berfungsi untuk lebih memfokuskan strategi pengembangan pengembangan kakao rakyat dalam rangka pencapaian misi dan tujuan secara efektif dan efisien. Oleh karenanya penetapan FKK penting dilakukan agar perumusan tujuan pengembangan kakao rakyat di daerah ini lebih terarah dan sesuai dengan visi dan visi yang telah ditetapkan sebelumnya.

Berdasarkan hasil analisis faktor strategis internal berupa kekuatan dan kelemahan, serta analisis faktor strategis eksternal berupa peluang dan tantangan atau ancaman yang akan mempengaruhi pengembangan kakao rakyat, diperoleh faktor-faktor kunci keberhasilan pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara.

Berdasarkan kondisi dan peluang serta masalah dan tantangan pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara, maka dapat disusun suatu strategi pengembangan kakao rakyat di

(4)

daerah ini. Dari strategi pengembangan dapat diformulasikan kebijakan dan program pengembangan Kakao rakyat di Sumatera Utara.

Strategi pengembangan kakao rakyat di Propinsi Sumatera Utara, dapat dirumuskan dengan mengacu kepada kebijakan pembangunan nasional khususnya revitalisasi perkebunan, kebijakan pembangunan daerah, potensi dukungan SDM, potensi dukungan SDA, potensi pembiayaan pelaku usaha (petani), potensi dukungan investasi swasta dan usaha barang dan jasa, potensi dukungan kelembagaan pelayanan masyarakat, kemampuan pembiayaan daerah, dan strategi lain yang sesuai kondisi spesifik di daerah. Dengan mengacu kepada semua komponen diatas, diperoleh beberapa strategi pengembangan yang dijabarkan dalam bentuk kebijakan dan program untuk pengembangan pengembangan kakao rakyat di Propinsi Sumatera Utara lima tahun ke depan.

Kakao sebagai salah satu komoditas yang mempunyai nilai jual tinggi di pasaran ekspor, sangat penting untuk dikembangkan. Pengembangan komoditas ini, khususnya kakao rakyat di Sumatera Utara sangat tergantung dari keadaan internal dan keadaan eksternal yang mempengaruhi produksi komoditas ini. Dari hasil analisis faktor internal akan diperoleh faktor kekuatan yang paling besar untuk dapat digunakan sebagai kekuatan pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara. Demikian pula dari faktor kelemahan terendah akan digunakan untuk mengembangkan kakao rakyat di Sumatera Utara.

Permasalahan mutu kakao Indonesia, khususnya yang dihasilkan oleh petani (kakao asalan atau kakao rakyat) sebenarnya telah mencuat ke permukaan sejak tahun 80-an, yang ditandai dengan tingginya kandungan biji-biji tidak terfermentasi, kontaminasi serangga, kandungan biji cacat yang tinggi serta inkonsistensi mutu, (Wahyudi dan Misnawi, 2007).

Menurut Bambang (2003), formulasi strategi pengembangan agribisnis kakao rakyat di Provinsi Sulawesi Tenggara, diperoleh delapan set formulasi strategi, yaitu : 1) Perluasan areal, intensifikasi, dan rehabilitasi kakao rakyat, 2) Fasilitasi jalinan kemitraan antara petani dengan pabrik pengolahan kakao

di Makasar dan mendukung percepatan pembangunan pabrik kakao di Kendari, 3) Peningkatan mutu SDM, 4) Fasilitasi penyediaan sarana produksi dan pembangunan sarana serta prasarana penunjang, 5) Peningkatan mutu hasil kakao serta penerapan standarisasi sesuai kebutuhan konsumen, 6) Optimalisasi fungsi dan peranan lembaga penelitian dan pengembangan, 7) Kerja sama dengan lembaga terkait mengupayakan keanggotaan Indonesia dalam Asosiasi Kakao Internasional serta menyelenggarakan promosi, dan 8) Pemberdayaan lembaga petani dan peningkatan peranan lembaga penunjang.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Identifikasi Faktor Internal dan Eksternal Kekuatan (Strengths)

Berdasarkan uraian keadaan agribisnis kakao rakyat pada beberapa kabupaten sebagai sentra produksi kakao rakyat di Sumatera Utara, maka dapat diidentifikasi faktor kekuatan yang dapat mendukung pengembangan kakao rakyat pada masa yang akan datang.

1. Produktivitas kakao rakyat Sumatera Utara khususnya pada sentra produksi kakao seperti Kabupaten Deli Serdang, Simalungun, Asahan, Batu Bara lebih tinggi dari produktivitas nasional;

2. Tanaman kakao dapat tumbuh hampir di seluruh kabupaten yang ada di Sumatera Utara. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Sumatera Utara (2008), areal kakao rakyat di Sumatera Utara Tahun 2008, seluas 60.089,19 hektar. Luas areal tanam ini terdiri dari: 1) Luas areal Tanaman Menghasilkan (TM), 39.623,10 hektar; 2); dan 3) Luas areal Tanaman Tidak Menghasilkan (TTM), 1.639 hektar. 3. Adanya kebijakan pembangunan

perkebunan khususnya kakao rakyat di Sumatera Utara, khususnya bantuan permodalan dari program revitalisasi perkebunan;

4. Banyak masyarakat yang mengusahakan kakao sebagai sumber pendapatan. Jumlah masyarakat yang mengusahakan kakao ini sebanyak 64.260 KK. Jumlah terbanyak masyarakat yang mengusahakan kakao ini

(5)

terdapat di kabupaten Deli Serdang dengan jumlah 8.708 KK, Kabupaten Asahan dengan jumlah 6.885 KK dan Kabupaten Tapanuli Selatan dengan jumlah 5.952 KK serta kabupaten Simalungun dengan jumlah 5.797 KK;

5. Tersedianya bibit kakao yang baik. Dinas Kehutanan dan Perkebunan (Dishutbun) Kabupaten Mandailing Natal telah menyiapkan instlasi pembibitan tanaman perkebunan seluas lima hektar yang berada di Desa Huta Tonga Kecamatan Panyabungan Barat. Di lahan tersebut, akan ditanam bibit kakao seluas tiga hektar. Kebun bibit kakao ini diperuntukkan bagi petani yang berminat dan petani hanya dibebankan membayar PAD nya saja tiap membeli bibit komoditas tersebut;

Kelemahan (Weakness)

Berdasarkan keadaan agribisnis kakao rakyat pada beberapa kabupaten sentra produksi kakao rakyat di Sumatera Utara, ditemukan permasalahan untuk pengembangan komoditas kakao rakyat antara lain :

1. Mutu produksi kakao rakyat umumnya masih rendah. Penyebabnya keterbatasan bahan tanam dan penyebaran sumber benih belum merata keseluruh sentra produksi menyebabkan penggunaan bahan tanam asalan masih berlanjut. Sifat klon dari benih yang ditanam kurang baik;

2. Banyak tanaman sudah tua. Areal tanaman yang tidak menghasilkan terdapat di kabupaten Asahan dengan luas 685,50 hektar; kabupaten Tapanuli Selatan dengan luas 242,00 hektar dan kabupaten Mandailing Natal dengan luas 154 hektar; 3. Terbatasnya permodalan dalam usaha

pengembangan kakao;

4. Ketidaktahuan petani akan teknis pemeliharaan tanaman; Pemeliharaan tanaman (pemangkasan, pengelolaan tanaman pelindung, pemupukan, pengendalian hama/penyakit), kebanyakan tidak dilakukan, disebabkan oleh ketidaktahuan petani karena tidak adanya penyuluhan/pendampingan oleh petugas. Tajuk tanaman rimbun, tanaman yang di ladang kebanyakan kurang penaung, sementara yang diusahakan di pekarangan

kelebihan penaung. Kondisi tersebut menyebabkan pembuahan kurang optimum.

5. Produksi kakao yang semakin menurun, rata-rata hanya 500 kg/ha/tahun. Padahal, idealnya sekitar 1,5 ton/ha/tahun. Hal itu disebabkan karena sebagian besar tanaman kakao sudah berumur di atas 15 tahun sehingga kurang produktif lagi. Selain itu, juga disebabkan oleh hama penggerek buah kakao (PBK) dan penyakit VSD. Pengelolaan sumber daya lahan tidak tepat;

Peluang (Opportunities)

Peluang pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara antara lain :

1. Adanya teknologi pengendalian serangan hama dan penyakit, khususnya serangan hama PBK (Penggerek Buah Kakao); 2. Adanya teknologi budidaya kakao yang

baik;

3. Peluang pengembangan industri pengolahan biji kakao cukup besar pada kawasan sentra produksi kakao;

4. Sudah ada sistem pemasaran hasil melalui mekanisme lelang;

5. Penyuluhan cara bertanam yang baik, seperti jarak tanam dan perawatan.

Ancaman (Threats)

1. Kurangnya pengetahuan petani dengan informasi pasar;

2. Penerapan teknologi pemulihan tanaman kakao dengan cara okulasi masih terkendala oleh keterbatasan bahan entries dari klonal tanaman yang baik;

3. Serangan hama dan penyakit, khususnya serangan hama PBK (Penggerek Buah Kakao);

4. Kesulitan penyaluran dana revitalisasi kakao karena status kepemilikan lahan. Revitalisasi perkebunan merupakan upaya percepatan pengembangan perkebunan rakyat melalui perluasan, peremajaan dan rehabilitasi tanaman perkebunan. Program ini didukung kredit investasi dan subsidi bunga oleh pemerintah dengan melibatkan perusahaan di bidang usaha perkebunan sebagai mitra pengembangan dalam pembangunan kebun, pengolahan dan pemasaran hasil. Permasalahan yang

(6)

dihadapi dalam program ini yakni sampai kini baru Kabupaten Madina dan Tapsel yang sudah membentuk Tim Koordinasi Revitalisasi Perkebunan (TP3K), sebagian besar permohonan yang dikirim ke Provinsi belum melengkapi persyaratan resmi sesuai peraturan Menteri Pertanian Nomor: 33/PERMENTAN/OT.140/7/2006. Selain itu, tim pembina perkebunan Provinsi (TP3P) dan tim teknis program revitalisasi perkebunan provinsi belum dapat melaksanakan langsung pembinaan dan sosialisasi ke kabupaten karena keterbatasan anggaran untuk itu;

5. Kurangnya penyuluhan kepada masyarakat petani;

Evaluasi Faktor Internal dan Eksternal

Dari hasil analisis IFE, diperoleh faktor kekuatan berupa produktivitas kakao rakyat lebih tinggi dari produktivitas kakao nasional dengan bobot dan skor tertinggi 0,12 dan 0,48. Bobot dan skor ini merupakan yang tertinggi. Faktor kekuatan kedua yakni tersedianya bibit kakao unggul memiliki bobot dan skor 0,11 dan 0,44.

Faktor internal yang memiliki bobot tertinggi dan merupakan kekuatan yang harus dimanfaatkan dalam pengembangan kakao rakyat. Dengan demikian pengembangan kakao rakyat dapat dikembangkan dengan mengembangkan kakao dengan bibit produksi tinggi untuk mengembangkan kakao rakyat di Sumatera Utara.

Pengembangan komoditas kakao rakyat di Sumatera Utara, dapat dilakukan dengan menggunakan faktor kelemahan dengan bobot dan skor terendah. Berdasarkan hasil analisis diperoleh faktor kelemahan. mutu produksi kakao rakyat umumnya masih rendah merupakan faktor kelemahan yang memiliki bobot dan skor terendah, yakni 0,09. Sedangkan faktor kelemahan kedua yang memiliki nilai terendah adalah ketidaktahuan petani akan teknis pemeliharaan tanaman, memiliki bobot dan skor masing-masing 0,18. Adanya faktor kelemahan mutu produksi kakao rakyat umumnya masih rendah dan adalah ketidaktahuan petani akan teknis pemeliharaan tanaman kakao akan menghambat pengembangan komoditas kakao rakyat pada masa yang akan datang. Jika

kelemahan ini tidak segera diatasi, akan menurunkan produksi kakao dan minat masyarakat Sumatera Utara untuk mengembangkan komoditas kakao.

Total nilai skor faktor internal sebesar 2,79 yang nilainya lebih besar dari nilai rata-rata 2.5. Hal ini menunjukkan kondisi faktor internal pengembangan komoditas kakao rakyat di Sumatera Utara masih relatif memiliki faktor kekuatan yang tinggi dan faktor kelemahan yang rendah untuk menunjang pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara.

Evaluasi Faktor Eksternal Pengembangan Kakao rakyat di Sumatera Utara

Berdasarkan hasil analisis EFE, maka diperoleh faktor peluang pertama, adanya teknologi budidaya kakao yang baik dengan bobot dan skor 0,11 dan 0,44. Perlunya teknologi kakao adalah untuk menjamin produksi kakao yang diusahakan rakyat sesuai dengan yang diharapkan. Keadaan ini akan meningkatkan produksi dan pendapatan petani kakao. Dengan demikian kedua faktor peluang ini dapat dijadikan strategi pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara.

Faktor peluang kedua yang terbaik adalah adanya teknologi budidaya kakao yang baik dengan bobot dan skor 0,12 dan 0,48. Pemanfaatan peluang ini sangat penting bagi peningkatan produksi kakao rakyat. Jika teknologi budidaya kakao yang baik dapat diterapkan pada tingkat petani maka produksi kakao dapat ditingkatkan, dan pada akhirnya akan dapat meningkatkan pendapatan petani kakao. Adanya teknologi pengendalian serangan hama dan penyakit, khususnya serangan hama PBK (Penggerek Buah Kakao), merupakan faktor peluang kedua yang memiliki bobot dan skor tertinggi masing-masing 0,11 dan 0,44. Pengembangan kakao rakyat dapat dilakukan dengan memanfaatkan teknologi ini.

Pengembangan komoditas kakao rakyat di Sumatera Utara, dapat dilakukan dengan meminimalisir atau setidaknya mengurangi ancaman faktor ini untuk menghambat pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara. Faktor eksternal yang harus diminimalisir adalah faktor tantangan atau

(7)

ancaman dengan nilai terendah yakni ancaman serangan hama dan penyakit, khususnya serangan hama PBK (Penggerek Buah Kakao); Faktor tantangan ini memiliki bobot dan skor sebesar 0,11. Faktor tantangan kedua terendah adalah kurangnya pengetahuan petani dengan informasi pasar dengan nilai bobot dan skor 0,09 dan 0,18.

Pengembangan komoditas kakao rakyat di Sumatera Utara dapat dilakukan dengan meminimalkan tantangan ini dengan melakukan pengendalian serangan hama dan penyakit, khususnya serangan hama PBK (Penggerek Buah Kakao dan meningkatkan pengetahuan petani dengan informasi pasar. Berdasarkan kaedah total skor faktor eksternal sebesar 2,62 atau di atas rata-rata 2,5, menunjukkan bahwa Sumatera Utara secara umum memiliki kemampuan yang cukup baik dalam merespon peluang dan meminimalkan pengaruh negatif dari tantangan eksternal untuk mengembangkan komoditas kakao rakyat.

Hasil analisa SWOT telah mengidentifikasi faktor-faktor internal dan eksternal didapatkan skor pembobotan sebagai berikut: 1) faktor kekuatan = 1,73; 2) faktor kelemahan = 1,06; 3) faktor peluang = 1,63; dan 4) faktor ancaman = 0,99. Dari perpotongan keempat garis faktor kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, maka diperoleh koordinat ( 0,67 ; 0,64 ). Berdasarkan tahapan analisis SWOT, dari koordinat yang diperoleh maka posisi organisasi berada pada kuadran I (positip, positip). Menurut Rangkuti (2005), posisi ini menandakan strategi yang dapat diterapkan adalah dengan mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif karena berada pada kuadran I. Ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan untuk pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara.

Strategi Pengembangan Kakao Rakyat di Sumatera Utara

Berdasarkan hasil analisis SWOT maka pengembangan kakao rakyat dapat dilakukan dengan strategi :

1. Meningkatkan produktivitas kakao rakyat pada seluruh daerah yang berpotensi dengan menggunakan teknologi budidaya yang benar dan teknologi pengendalian hama PBK pada TM dan TBM

2. Mengembangkan kebun kakao rakyat dengan mengembangkan penyediaan bibit unggul, dan penyuluhan;

3. Meningkatkan produktivitas kakao rakyat pada seluruh daerah yang berpotensi dengan pemberdayaan kelompoktani;

4. Mengembangkan kebun kakao rakyat dengan memanfaatkan bantuan modal revitalisasi perkebunan melalui pengurusan status kepemilikan lahan; 5. Meningkatkan mutu kakao rakyat,

dengan pengembangan industri pengolahan dan pengembangan sistem pemasaran hasil;

6. Meningkatkan mutu kakao rakyat untuk menghindari rendahnya harga kakao.

KESIMPULAN

Pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara dapat dilakukan dengan strategi dengan mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif. Artinya pengembangan kakao rakyat di daerah ini dapat dilakukan dengan mengembangkan strategi pembangunan perkebunan Sumatera Utara yang sudah ada saat ini. Strategi pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara.

1.

Meningkatkan

produktivitas kakao rakyat pada seluruh daerah yang berpotensi dengan menggunakan teknologi budidaya yang benar dan teknologi pengendalian hama PBK pada TM dan TBM

2. Mengembangkan kebun kakao rakyat dengan mengembangkan penyediaan bibit unggul, dan penyuluhan;

3. Meningkatkan produktivitas kakao rakyat pada seluruh daerah yang berpotensi dengan pemberdayaan kelompoktani; 4. Mengembangkan kebun kakao rakyat

dengan memanfaatkan bantuan modal revitalisasi perkebunan melalui pengurusan status kepemilikan lahan; 5. Meningkatkan mutu kakao rakyat, dengan

pengembangan industri pengolahan dan pengembangan sistem pemasaran hasil; 6. Meningkatkan mutu kakao rakyat untuk

menghindari rendahnya harga kakao.

(8)

Implikasi kebijakan perlu dilakukan untuk menunjang pengembangan kakao rakyat di Sumatera Utara, yaitu :

1. Meningkatkan penggunaan teknologi pengendalian hama PBK, untuk meningkatkan produktivitas kakao rakyat, khususnya pada sentra produksi kakao di Sumatera Utara;

2. Meningkatkan teknologi budidaya yang benar untuk meningkatkan produktivitas kakao rakyat, khususnya pada sentra produksi kakao di Sumatera Utara;

3. Menigkatkan penyediaan bibit unggul dan penyuluhan pemeliharaan tanaman;

4. Mengembangkan industri pengolahan pada tingkat usahatani;

5. Mengembangkan sistem pemasaran hasil; 6. Mengendalikan serangan hama PBK; 7. Memberdayalan petani kakao melalui

kelompoktani;

8. Meningkatkan kegiatan penyuluhan kepada petani kakao;

9. Meningkatkan sosialisasi program revitalisasi perkebunan;

10.Pendampingan pengurusan sertifikasi lahan petani;

11.Meningkatkan penyuluhan pemeliharaan TBM dan TM;

12.Meningkatlan mutu pascapanen kakao rakyat;

13.Mengembangkan informasi pasar kakao; dan

14.

Mengembangkan kerja sama dengan

pengusaha eksportir.

DAFTAR PUSTAKA

Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Pertanian RI, Prospek dan Arah Pengembangan Agribisnis: Kakao, http://www.litbang.deptan.go.id/special/ komoditas/b4kakao [10/20/09]

Bambang, 2003. Formulasi Strategi Pengembangan Agribisnis Kakao Rakyat di Provinsi Sulawesi Tenggara. Thesis Magister Bisnis IPB, Bogor, http://elibrary.mb.ipb.ac.id/gdl.php? mod=browse&op=read&id=mbipb-12312421421421412-bambang-428&q = Unggulan [10/20/09]

BPS Sumatera Utara, 2009. Sumatera Utara Dalam Angka 2008. Kantor Statistik Provinsi Sumatera Utara, Medan

David, F.R. 2005. Strategic Management :

Concepts and Cases. 8th ed. New

Jersey: Prentice-Hall, Inc

Dinas Perkebunan Sumatera Utara, 2009. Statitistik Komoditas Perkebunan Sumatera Utara, Dinas Perkebunan Provinsi Sumatera Utara, Medan Hunger, J.D. dan Whealen T.L. (2003).

Manajemen Strategis, Penerbit ANDI Yogyakarta.

Napitupulu, S.K.V. ( ). Evaluasi Perkembangan Usahatani Kakao Di Kabupaten Tapanuli Utara (Studi Kasus : Desa Pagaran Pisang Kecamatan Adian Koting Kabupaten Tapanuli Utara).

http://library.usu.ac.id/index.php/co

mponent/journals/index.php?

option=com_journal_review&id=12

539&task=view

Rangkuti, F. (2004), Analisis SWOT Teknik membedah Kasus Bisnis, Penerbit, PT Gramedia Pustaka Utama, Jakarta Suryani, D. dan Zulfebriansyah, (2007).

Komoditas Kakao: Potret dan Peluang Pembiayaan, Economic Review No.210, Desember 2007.

Referensi

Dokumen terkait

T Ya, jadi memang di sekolah ini karakter-karakter moral itu terintegritas dalam pembelajaran, yang dilakukan guru sebagai model yaitu memberikan contoh supaya

Ini sangkaan yang tidak benar (Blanchard dan Thacker:2004). Jika rasio kurang dari 100 persen, dari biaya program lebih dari itu kembali ke organisasi. Program-program tersebut perlu

kepada peserta didik, baik pada masa pra sekolah maupun sekolah. Seseorang yang terlatih atau dalam dirinya sudah tertanam nilai-nilai. tanggung jawab, tentu ia akan

Pada Tabel 4 juga terlihat bahwa rata-rata skor tes KPMM siswa kelas eksperimen lebih baik dari rata-rata skor tes KPMM siswa kelas kontrol sehingga dapat disimpulkan bahwa

LAPORAN REALISASI SEMESTER PERTAMA APBD DAN PROGNOSIS 6 (ENAM) BULAN BERIKUTNYA. PEMERINTAH KABUPATEN

Penulisan Ilmiah ini bertujuan untuk membuat aplikasi chat yang bergerak, yang dapat digunakan sebagai sarana untuk melakukan komunikasi data lewat telepon selular. Pembuatan

Oleh karena itu penulis mencoba membuat suatu Pengembangan Aplikasi Game WATERMELONS,dengan tujuan membuat sebuah aplikasi game sederhana yang menggunakan bahasa

Penelitian ini adalah penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian korelasi yang dilanjutkan dengan menghitung besarnya hubungan antara variabel bebas terhadap variabel